BAB I

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur dengan angka kesakitan berkisar 280 per 1000 penduduk dan untuk balita menderita satu sampai satu setengah kali episode diare setiap tahunnya atau 53% dari semua kesakitan diare.(Dep.Kes.RI,1998). Angka kematian diare pada semua umur selama dasawarsa terakhir dapat diturunkan dari 110,1 per 100.000 penduduk (1985) rnenjadi 56 per 100.000 penduduk ( 1995). Sedangkan kematian karena diare pada kelompok balita diturunkan dari 5,7 per seribu balita menjadi 2,5 per seribu balita pada episode yang sama. (Dep. Kes.RI,1998) Bedasarkan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang ditetapkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi seiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, 1

description

semoga bermanfaat bagi pembaca

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan

masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya.

Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur dengan angka kesakitan berkisar 280

per 1000 penduduk dan untuk balita menderita satu sampai satu setengah kali episode diare

setiap tahunnya atau 53% dari semua kesakitan diare.(Dep.Kes.RI,1998).

Angka kematian diare pada semua umur selama dasawarsa terakhir dapat diturunkan dari

110,1 per 100.000 penduduk (1985) rnenjadi 56 per 100.000 penduduk

( 1995). Sedangkan kematian karena diare pada kelompok balita diturunkan dari 5,7 per

seribu balita menjadi 2,5 per seribu balita pada episode yang sama. (Dep. Kes.RI,1998)

Bedasarkan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang ditetapkan bahwa pembangunan

kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi seiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya

kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan.

Diare dapat timbul dalam bentuk KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar.

Fasilitas kasus (CFR) terjadi penurunan yang cukup bermakna dari 35 %

1

Page 2: BAB I

(awal Repelita I) menjadi dibawah 3 % pada akhir Repelita VI. Penurunan CFR yang

nyata dikarenakan makin meningkatnya manajemen penanggulangan KLB. (Dep.Kes. RI,

1998).

Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 proporsi penyakit

infeksi dan parasit sebagai penyebab kematian adalah 22,7%. Kematian bayi dibawah

umur 1 tahun 33,5% disebabkan oleh gangguan prenatal dan 32,1% oleh penyakit sistem

pernapasan. Diare sebagai bagian dari kelompok penyakit infeksi dan parasit, proporsinya

sebesar 9,6 % sebagai penyebab kematian pada bayi dibawah 1 tahun.

Pada kematian anak balita golongan umur 1-4 tahun, proporsi penyebab kematian

paling tinggi adalah penyakit sistem pernapasan yaitu sebesar 38,8%, kemudian penyakit

diare serta infeksi/parasit lain masing-masing sebesar 14,3%.

Kematian anak pada kelompok umur 1-4 tahun terutama disebabkan oleh penyakit

infeksi dan parasit dengan proporsi sebesar 44,7%, pernapasan 13%. Sedangkan pada

kelompok umur 15-34 tahun, penyakit infeksi dan parasit menduduki peringkat pertama

sebagai penyebab kematian yaitu sebesar 36,5%, berturut-turut infeksi dan parasit lain

16,8%, kemudian TBC 13,9%.

Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi,

kependudukan, pendidikan, faktor musim dan geografi daerah, keadaan sosial pencegahan

pemberantasan penyakit diare tidak akan berhasil baik tanpa adanya kesadaran yang

tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya serta kesiapan petugas

kesehatan dilapangan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18-21 September 2007

di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yaitu dengan survey dan wawancara didapatkan

hasil dari 15 keluarga diketahui bahwa 9 diantaranya masih kurang dalam pengetahuan

tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare, 7 orang kurang dalam sikap yaitu

mereka membiarkan anak bermain di sungai dan tidak membiasakan anaknya untuk cuci

tangan sebelum makan, juga 5 orang mempunyai perilaku yang kurang baik dalam

pencegahan penyakit diare yaitu mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya

dilakukan sewaktu tangan tampak kotor. Dalam hal sanitasi  misalnya, berdasarkan hasil

survey didapatkan masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di

sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya

2

Page 3: BAB I

terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan membuang sampah di belakang

rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah. Dan data tentang kejadian diare di

Kelurahan Ngumpul yang ada di Polindes yaitu sebanyak 137 kasus diare. Perilaku

semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk

membuat septic tank diperlukan biaya. Tidak tersedianya septic tank umum dan layanan

yang baik untuk penyedotannya. Buang air besar di area terbuka (sungai atau empang)

telah menjadi kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya.

1.2      Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:

1          Apa diare  itu?

2.         Apa faktor pencetus diare di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang?

3.         Bagaimana cara pencegahan diare di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang?

1.3 Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan ini pun dirumuskan guna

memperoleh suatu deskripsi tentang

1. Pengertian Diare

2. Faktor Pencetus

3. Cara Pencegahan

1.4       Manfaat

            Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :

1.   Berfungsi sebagai literatur-literatur untuk memperdalam wawasan tentang masalah

kesehatan khususnya tentang penyakit diare.

2.    Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang  penyakit diare.

3. Untuk Menambah ilmu pengetahuan tentang program penyakit menular khususnya

penyakit diare.

4.      Sebagai bahan masukan untuk perencanaan dalam pencegahan dan penanggulangan

penyakit diare dimasa yang akan datang di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang.

3

Page 4: BAB I

BAB II

ISI

A.    Pengertian Diare

Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi gerak

lebih dari biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 1993).

B. Gejala dan Akibat Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok

yaitu :

1)      Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh

hari),

2)      Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3)      Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,

4)      Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga

disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Diare akut dapat mengakibatkan:

(1)   kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis

metabolik dan hipokalemia,

(2)   Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa

disertai muntah,

(3)   Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.

D.1  Gejala Diare

a.       bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi

b.      tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah

c.       warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

d.      anusnya lecet

4

Page 5: BAB I

e.       gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang

f.       muntah sebelum atau sesudah diare

g.       hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)

h.      dehidrasi (kekurangan cairan)

D.2 Akibat Diare

a) Dehidrasi

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan

ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak

kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan

pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak

orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare.

Namun, akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru

menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan

jiwa.

Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan

dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang

hilang sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah

berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah

merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.

b) Gangguan pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi

terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada kondisi ini

obat-obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan

orangtua, cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan

makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.

Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak,

dalam waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi

sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan

kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.

C.     Penyebab Kejadian Diare

Penyebab penyakit diare bisa bermacam-macam yaitu antara lain infeksi, intoxikasi,

malabsorbsi, alergi dan keracunan.

5

Page 6: BAB I

1.      Penyebab Diare Infeksius

Bakteri, virus dan parasit adalah merupakan penyebab utama diare infeksius.

Penyebab diare karena infeksi dapat disebabkan oleh organisme yang berbeda-beda serta

gejalanya sulit dibedakan antara satu dengan yang lainnya.

a. Bakteri

Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling penting penyakit diare

terutama yang menyerang bayi.

b. Vibrio cholera

Vibrio cholera mempunyai 2 biotope yaitu tipe El Tor dan Mask selain itu ada 2

serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. Pada tauhn 1961 biotipe El Tor pernah menyebabkan

pandemi ketujuh. 

c. Shigella

Genus Shigella dibagi menjadi 4 kelompok serologik yaitu :

–        Shigella flexneri, adalah kelompok yang paling sering terdapat di Negara berkembang.

–        Shigella sonei adalah kelompok yang terdapat di negara maju.

–        Shigella dysentriae tipe 1 adalah penyebab epidemi dengan angka kematian tinggi.

–        Shigella biydii, kelompok ini jarang ditemui

Pada umumnya Shigella hanya ditemukan pada manusia dan beberapa jenis

binatang primata. Penyebarannya melalui kontak langsung antara orang yang satu dengan

orang yang lainnya. Dengan dosis infeksius yang rendah (10 s.d 100 organisma) sudah dapat

menyebabkan sakit. Penularan penyakit terjadi melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi (Depkes RI, 1990).

d. Salmonella

Terdapat lebih dari 2.000 serotipe Salmonella, dimana sekitar 6 s.d 10 diantaranya

menyebabkan gastroenteritis pada manusia. Dalam hal ini binatang seperti misalnya unggas

adalah reservoir utama. Oleh karena itu penularan penyakit oleh Salmonella dapat terjadi

apabila mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan unggas, daging, telur dan susu.

Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella yang menyerang anak kecil relatif jarang terjadi

di negara berkembang dibanding dengan daerah industri. Hal ini dimungkinkan karena di

negara berkembang pada umumnya anak kecil jarang diberi makanan dalam kaleng yang

merupakan media bagi salmonella. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella biasanya

berbentuk diare cair akut dengan diikuti rasa mual, nyeri perut dan demam (Depkes RI,

6

Page 7: BAB I

(990).

e. Escherichia coli (E. Coli)

Sampai saat ini sudah ditemukan lima kelampok Ecoli yaitu enterotoxigenic (ETEC),

enterohaemorrhagic (EPEC), enteroadherent (EAEC), enteroinvasive (EIEC), dan

enterohaemorrhagic (EHEC).

f. Infeksi Virus

Virus menyebabkan 50 % semua diare pada anak yang datang berobat kesarana

kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel usus, mengubah fungsi dan regenerasinya.

Keadaan ini menyebabkan diare dan gejala umum misalnya malaise dan demam.

Penyembuhan terjadi bila permukaan mukosa telah regenerasi (Depkes RI, 1990).

g. Infeksi Parasit

Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat menyebabkan diare yaitu

:

1.      Entamoeba histolytica

Insiden penyakit ini bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Infeksi ini

sering salah diagnosiskan sebab menentukan ptotozoa ini tidak mudah dan parasit ini sering

dikira leukosit polimorfonuklear. Penyebaran terjadi melalui makanan dan minuman. Kista

E.histolytica sangat kebal terhadap desinfektan kimia, termasuk klorinasai. (Depkes RI,

1990).

2.      Cyptosporidium

Cyptosporidium adalah parasit bentuk kokus yang ada pada awalnya dikenal

sebagai penyebab diare pada binatang. Mula-mula ditemukan sebagai penyebab diare cair

pada yang menurun kekebalan tubuhnya, khususnya penderita AIDS. Di negara berkembang

parasit ini menyebabkan 4-11 % kasus diare pada anak Cryptosporidiasis ditularkan melalui

jalur fekal-oral. (Depkes RI, 1990).

3.      Giardia lamblia

Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan angka prevalensi infeksi

sampai 100 % pada beberapa penduduk. Anak berumur 1-5 tahun paling sering dijangkiti.

Infeksi Giardia lamblia biasanya melalui makanan, minuman atau manular dari orang ke

orang. Penularan dari orang ke orang terjadi terutama pada anak yang tinggal di keluarga

7

Page 8: BAB I

yang terlalu padat atau tempat penitipan anak (Sunoto, 1990).

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI,

2007):

1.      Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi

ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan

menderita dehidrasi berat lebih besar.

2.      Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol

susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam

dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat

tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol

tersebut beresiko terinfeksi diare.

3.      Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu

kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.

4.      Menggunakan air minum yang tercemar.

5.      Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum

makan dan menyuapi anak.

6.      Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal

sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat

menyebabkan infeksi pada manusia.

Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :

a.       masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare,

b.      membiarkan anak bermain di sungai,

c.       tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, 

d.      mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak

kotor,

e.       masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai,

mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai,

atau empang, dan

f.       membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.

8

Page 9: BAB I

D.    Cara Penularan

Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur

fecal-oral, terutama karena (Depkes RI, 1990):

1.      Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.

2.      Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.

3.      Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman enteropatogen perut

termasuk (Depkes RI, 1990) :

4.      Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).

5.      Air tercemar oleh tinja.

6.      Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).

7.      Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.

8.      Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.

9.      Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu botol, pemberian

ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama).

E. Ukuran Frekwensi Penyakit.

Ditinjau dari sudut epidemiologi, upaya mengukur frekwensi masalah kesehatan ini

termasuk dalam epidemiologi deskrihtif karena hanya sersifat menggambarkan tentang

jumlah masalah kesehatan yang ditemukan saja (Azrul Azwar, 1999).

Beberapa ukuran frekwensi penyakit menurut Azrul Azwar adalah sebagai berikut :

1.      Rate

"Rate" ialah perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk

memungkin terkena peristiwa yang dimaksud (population at risk) dalam waktu yang sama

yang dinyatakan dalam persen atau permil. Runus yang dipergunakan untuk menghitung rate

ialah :

Rate

Rate biasanya digunakan untuk menggambarkan morbiditas penduduk

menderita suatu penyakit naik atau turun disuatu daerah pada waktu tertentu. Beberapa

ukuran rate yang biasanya digunakan adalah sebagai berikut (Azrul Azwar, 1999).

a.       Insiden Rate

9

Page 10: BAB I

Insiden rate adalah jumlah penderita baru suatu, penyakit yang ditemukan pada suatu

jangka waktu tertentu (umunnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang

mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan

dalam persen atau permil.

Rumus yang dipergunakan untuk mengukur insiden rate ialah :

Isidenrate

contoh : pada suatu daerah dengan jumlah penduduk pada tanggal 30 Juli 1999 sebanyak

seratus ribu orang yang semuanya rentang terhadap penyakit, ditemukan laporan penderita

baru sebagai berikut : Bulan Januari 50 orang, Maret 100 orang, Juni 150 orang, September

10 orang dan bulan Desember 90 orang.

b.      Prevalen

Prevalen ialah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada

suatu jangka tertentu ,disekelompok masyarakat tertentu. Dengan perkataan lain pada

perhitungan nilai prvalen dipergunakan jumlah seluruh penduduk. Ditinjau dari sudut ini,

jelas bahwa angka prevalen sebenamya bukan suatu rate yang murni, karena mereka yang

tidak mungkin terkena penyakit, juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum pervalen

ini dibedakan atas dua macam yakni:

(1)   Periode Prevalen Rate

Rumus yang dipergunakan untuk menghitung nilai period prevalen rate ialah:

= x 100% (1000 0/00

contoh : suatu kantor dengan jumlah karyawarv sebanyak 100 orang, 20 orang diantaranya

sejak 2 bulan yang lalu tidak masuk kantor karena menderita penyakit A, dan selanjutnya

pada hari ini 30 orang lainnya terpaksa pulang karena juga menderita penyakit, Maka

jawabnya:

Period Prevalance Rate =

(2)   Poin Prevalance

Poin Prepalance Rate = x 100% (1000 0/00)

Contoh: satu Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan mahasiswa sebanyak 100 orang,

kemarin 5 orang mahasiswa menderita penyakit diare, dan hari ini 5 orang lainnya menderita

10

Page 11: BAB I

penyakit diare. Maka jawabnya

Period Prevalance Rate =

c.       Atteck Rate

Rate

Contoh Dari 500 orang mahasiswa yang tercatat pacta FKM X temyata 100 mahasiswa tiba-

tiba menderita muntah berak setelah makan gado-gado dikantin kampus. Maka jawabnya

Atteck Rate =

Atteck Rate atau angka serangan sebetulnya adalah suatu angka insiden tetapi ada angka

serangan resiko seseorang untuk mendapatkan penyakit eriangsung dalam waktu singkat, ini

mungkin karena faktor penyebab penyakit tersebut hanya bereaksi dalam tempo yang singkat

misalnya keracunan makanan atau wabah (Azrnl Azwar 1999).

d.      Angka fatalitas (Case Fatality Rate)

Angka fatalitas adalah suatu perbandingan yang dinyatakan dengan

CFR =

Angka fatalitas biasa digunakan untuk melihat keganasan suatu penyakit dan dapat

pula melihat keberhasilan pelayanan kesehatan pada suatu daerah atau

fasilitas kesehatan pada waktu tertentu.

e.       Ratio

"Ratio" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :

Ratio =

Misalnya sex ratio, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk perempuan. Ratio biasanya

digunakan untuk melihat kecenderungan ratio jumlah laki-laki terhadap jumlah perempuan

pada tahun tertentu, apakah lebih sedikit atau lebih banyak (Azrul Azwar, 1999).

f.       Porsi

Proporsi" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :

Proporsi =

Misalnya, "proporsi penyakit diare di Rumah sakit A tahuan 1999 adalah 10 berarti jumlah

kejadian penyakit diare di Rumah sakit A tahun 1999 adalah dari seluruh kasus penyakit yang

11

Page 12: BAB I

ada di wilayah Rumah sakit A. Proporsi biasanya digunakan untuk mengukur angka suatu

penyakit terhadap penyakit lainnya. Semakin tinggi angka proporsi ini berarti semakin

banyak kejadian penyakit tersebut dibandingkan dengan penyakit lainnya dalam suatu

wilayah dan waktu tertentu (Azrul Azwar 1999).

F. Epidemiologi Diare

Epidemiologi diare dapat diartikan sehagai suatu study menganai kejadian diare,

penyebarannya dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya diare pada kelompok

penduduk.

1.      Penyebaran Diare Menurut Orang

Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita pada daerah

endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dapat menyerang

semua golongan semua umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 40-50 per 100

penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 % dari padanya terjadi pada golongan umur balita.

Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun (Sunoto, 1979 ; dalam Asnil dkk, 1982).

2.      Penyebaran Diare Menurut Ternpat

Penyebaran diare di suatu ternpat dengan tempat lainnya berbeda. Perbedaan tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu diataranya

keadaan geografis, kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan pelayanan kesehatan.

(Depkes'RI, 1990).

Secara teoritis diketahui bahwa penularan diare dipengaruhi oleh sanitasi dan hygiene

perorangan, namun adanya perbedaan insiden di suatu tempat juga dipengaruhi oleh

spesifikasi tempat tersebut. Misalnya tempat pemukiman kumuh dengan jumlah penduduk

yang padat akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat bila dibandingkan dengan

pemukiman lain yang tidak padat.

3.      Penyebaran Diare Menurut Waktu

Penyebaran diare dapat berada dalam frekwensi dan waktu tertentu. Variasi kajadian

diare rnenurnt waktu berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. WHO pemah

mengadakan penelitian dimana diketahui bahwa insiden diare dipengaruhi oleh iklim (WHO,

1985).

Sedangkan menurut Winardi Bambang (1982) diperkirakan sekitar 10 % dari

kunjungan ke Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas, berdasarkan laporan dari seluruh

12

Page 13: BAB I

Indonesia adalah penderita penyaklit diare serta terlihat pula adanya variasi musim hujan

(September - Januari).

G. UKURAN FREKUENSI

13

Page 14: BAB I

14

Page 15: BAB I

H. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Diare

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain faktor gizi. kepadatan

penduduk, sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan (Sutoto.1992 ).

15

Page 16: BAB I

1.      Faktor Gizi

Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita. Pada

penelitian yang cermat insiden diare pada anak bergizi kurang ternyata saran dengan anak

yang gizinya baik. Namun anak yang gizinya menderita diare lebih berat dan keluaran tinja

lebih banyak sehingga dehidrasi lebih berat. Juga diare pada anak bergizi kurang berlangsung

lebih lama, sebagian karena penyembuhan dan perbaikan kerusakan usus akibat infeksi lebih

lambat terjadi pada anak yang gizinya kurang (Depkes RI. 1990).

Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan. Diare mendorong

anak ke arah gizi kurang, dan gizi kurang mendorong anak ke arah diare yang lebih berat.

Bila lingkaran ini tidak diputus pada waktunya mungkin dapat amat berat atau karena infeksi

lain menimbulkan kematian, karena diare yang misalnya penemonia. (Depkes RI, 1990).

2.      Faktor Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan terjadinya penularan diare.

Kelompok usia di bawah lima tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak

menderita diare. Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dengan kejadian diare pada

anak balita yang tinggal bersama ibu dan jumlah anggota keluarga banyak mempunyai

hubungan yang bermakna. (Tandiyo, 1984).

Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih untuk tiap

orang, didapati kejadian diare anak balita 10,3 % di kota dan 9,7 % di desa. Sedangkan

kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang 11,8 % dan 13,5 %.

Rumah tinggal merupakan kebutuhan pokok disamping sandang dan pangan. Demi

kenyamanan tinggal di rumah maha seharusnya rumah memenuhi kebutuhan kondisi tempat

tinggal yang sehat. Rumah yang sehat dengan memenuhi tata ruang yang memenuhi syarat

dapat menghindari terjadinya dan menularnya penyakit. Kepadatan hunian adalah satu unsure

kenyamanan tinggal di rumah, perlu dipikirkan dan diupayakan 10 meter persegi atau lebih

tiap orang, mengingat kepadatan hunian termasuk factor yang mempunyai pengaruh dominan

terhadap kejadian diare anak balita. Dalam analisis ini hampir 60,% anak balita tinggal di

rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang. Anilisis faktor ini

menunjukkan anak-anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter

persegi tiap orang mempunyai resiko menderita diare 1,37 kali dibanding anak balita yang

tinggal di rumah dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih tiap orang. Risiko ini

16

Page 17: BAB I

mengingat menjadi 1,85 setelah kepadatan hunian berinteraksi dengan faktor sosial

demografi dan lingkungan yang lain (Joko Iriantc dkk ; Analisis Lanjut SDKI, 1994).

3.      Faktor Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi tingkat partisipasi

aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya meningkatkan

fasilitas kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare di masyarakat. Selain itu masyarakat yang

berpenghasilan rendah pada umumnya mempunyai keadaan sanitasi dan hygiene perorangan

yang buruk (Tandiyo, 1984).

4.      Faktor Perilaku Masyarakat

Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan. adalah bagian terpenting dalam

penularan kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu seperti mencuci tangan dapat

memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar dan

sebelum menyiapkan makanan atau makan, telah dibuktikan mempunyai dampak dalam

kejadian diare dan harus menjadi sasaran utama dalam pendidikan kebersihan, Sebagai

contoh rotavirus dapat terdeteksi dalam air mencuci tangan dari 79 % perawat pasien yang

datang dan dirawat di sebuah rumah sakit di Banglades karena diare (Akral, 1990).

Menurut Sunoto (1990) penurunan 14-48 % kejadian diare dapat diharapkan

sebagai hasil pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.

Kebiasaan adat istiadat dapat mempeugaruhi kesenatan individu. Oleh sebab itu

faktor kebiasaan merupakan faktor yang penting dalam penyebaran terjadinya penyakit diare

antara lain penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak saniter. Tindakan penyapihan

yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, susu botol 4-6 bulan pertama) serta kebersihan

perorangan (Depkes Rl; Ajar Diare, 1990).

5.      Faktor Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi

kejadian diare di masyarakat. Keadaan kesehatan lingkungan yang berkaitan erat dengan

diare adalah pengadaan air bersih dan jamban keluarga.

Menurut Warsito Sidik (1986) tidak rnereukupinya kebutuhan air bersih akan

menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk

kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini dapat memudahkan masuknya kuman penyakit

dan terkontaminasinya rnakanan yang akan dikonsumsi masyarakat. penggunaan jamban

17

Page 18: BAB I

yang tidak saniter akan semudahkan cara penularan penyakit diare.Selain itu penggunaan

jamban yang benar dapat mengurangi risiko diare lebih baik dari pada perbaikan sumber air,

walaupun dampak yang paling tinggi dapat diharapkan dari gabungan kebersihan dan

perbaikan sumber air.

6.      Faktor Musim

Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim. Pada daerah yang bermusim

tropis, diare oleh bakteri cenderung terjadi lebih sering pada musim panas. Sedangkan diare

oleh virus terutama oleh rotavirus cenderung terjadi Sepanjang tahun dengan peningkatan

kekerapan sepanjang bulan musim kemarau. Sedangkan diare oleh bakteri cenderung

memuncak pada musim hujan (Depkes KL.Ajar Diare, 1990).

I. Pencegahan

Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan

sehat.

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst

tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak

berasa.

4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.

6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa

membawa makanan sendiri saat ke sekolah

7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih

dan jamban/WC yang memadai.

8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban

(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak

terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan

sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

J. Pertolongan Pertama

18

Page 19: BAB I

Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera

dilakukan:

1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat meminumnya. Tidak

usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil

oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan

gula garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan seujung

sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau

minum.

2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang lambung, serta

makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber.

3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti dalam

sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan, tidak dapat minum atau makan,

demam tinggi, penderita lemas sekali serta terdapat darah dalam tinja.

K.Pengobatan Terhadap Penyakit Diare

Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara

mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan

rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup

wortel, air perasan buah, dan larutan gula garam    (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik

beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau

berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk

mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat

menggantikan elektrolityang ikut hilang bersama cairan.

Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :

a.       Kemoterapi

b.      Obstipansia

c.       Spasmolitik

d.      Probiotik

Gejala dehidrasi :

-          Haus

-          Mulut dan bibir kering

-          Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor)

19

Page 20: BAB I

-          Berkurangnya air kemih

-          Berat badan menurun dan

-          gelisah

pertolongan yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu campuran dari :

-          NaCl                3,5 gram

-          KCl                  1,5 gram

-          NaHCO3              2,5 gram

-          Glukosa           20 gram

Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :

         Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)

         Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)

Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare

melalui pemeriksaan yang teliti.

1)      Kemoterapi

Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan

sulfonamide tau antibiotic

2)      Obstipansia

Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :

         Menekan peristaltic usus (loperamid)

         Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)

         Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab

diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)

         Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka

3)      Spasmolitik

Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (atropin sulfat)

4)      Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh

Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik

yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan

bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan pH usus menjadi

asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat

membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.

20

Page 21: BAB I

L. Perawatan

Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah,

atau nyeri perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke

dokter.

Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami

dehidrasi dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata

cowong, penurunan aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah

kencing dari biasanya juga harus segera dibawa ke dokter.

Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare adalah pemberian cairan yang adekuat

dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui

infus bila anak mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya

tidak diberi cairan berupa air saja karena air tidak mengandung garam dan mineral serta zat

gizi yang diperlukan.

Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang

hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan

beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.

BAB III

21

Page 22: BAB I

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih

dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.

Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.

Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda

adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :

a.       masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare,

b.      membiarkan anak bermain di sungai,

c.       tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, 

d.      mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak

kotor,

e.       masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai,

mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai,

atau empang, dan

f.       membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.

3.2 Saran

Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan

penyakit diare sebagai penyumbang penyebab tertinggi kedua kematian anak, sehingga

semua pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat

diare demi peningkatan kualitas anak.

22

Page 23: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan

    Pediatik, Jakarta, EGC

2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :

    Manulang R.F. Jakarta, EGC

4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru

5. Kejang pada anak. www. Pediatik.com / knal.php

6.http://www.medicastore.com/

Mansjoer, Arif dkk.2000.Kapita Selekta Edisi Jilid 4.Jakarta:Media Aescalapius FKUI

7.http://www.google.co.id/m/search?mrestrict-mobile&eosr-on&ct-fsh&q-Makalah+diare

23