BAB I
-
Upload
anang-dianto -
Category
Documents
-
view
219 -
download
5
description
Transcript of BAB I
PT. WIJAYA KARYA (Persero), TbkDepartemen Industrial Plant
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cadangan minyak bumi di Indonesia tidak dapat dipungkiri semakin lama
semakin menurun. Hal itu dikarenakan sumur minyak bumi yang ada di Indonesia
sudah berumur tua dan eksplorasi sumber minyak yang baru masih sangat minim
karena membutuhkan investasi yang sangat besar, ditambah lagi dengan regulasi
pemerintah yang memakan waktu lama.
Menurut SKK Migas (eks. BP Migas), cadangan minyak bumi terbukti
hingga tahun 2012 adalah sebesar 3.92 milyar barrel, yang berarti hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan 12-15 tahun mendatang. Dengan asumsi tidak
ditemukannya sumber cadangan minyak yang baru serta tidak diterapkannya
teknologi lifting minyak.
Kondisi di atas akan semakin parah dengan fakta bahwa kebutuhan energi
dalam negeri terus meningkat sekitar 3.5% setiap tahunnya. Maka dari itu mulai
tahun 2010 pemerintah telah mencanangkan konversi bahan bakar minyak ke
bahan bakar gas. Kebutuhan energi dari sektor gas dibagi menjadi beberapa
bidang yaitu untuk kebutuhan rumah tangga, transportasi, industri, city gas serta
pembangkit.
Sampai saat ini, program konversi dari minyak bumi ke gas baru efektif
diterapkan pada bidang rumah tangga, sedangkan kebutuhan terbesar gas adalah
pada bidang industri.
Kendala terbesar konversi minyak ke gas pada sektor industri adalah
infrastruktur yang masih sangat minim di Indonesia. Infrastruktur yang dimaksud
adalah sarana untuk mendistribusikan gas dari sumber ke kawasan industri berupa
pipeline. Pipeline adalah jawaban dari masalah kendala distribusi gas industri,
karena kebutuhan gas pada sektor industri mempunyai jumlah yang sangat besar
sehingga tidak dapat didistribusikan secara konvensional.
Terkait hal ini, pemerintah melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) pada tahun 2010 telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor
1
PT. WIJAYA KARYA (Persero), TbkDepartemen Industrial Plant
0225K/11/MEM/2010 terkait rencana pembangunan Induk Jaringan Transmisi
dan Distribusi Gas Bumi Nasional Tahun 2010-2025 seperti pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1.1 Peta Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi
Nasional Tahun 2010-2025
(Sumber : Surat Kepmen ESDM No. 0225K/11/M2M/2010)
Gas Bumi yang selama ini banyak diekspor ke luar negeri karena tidak
adanya infrastruktur yang memadai di dalam negeri, akan ditekan melalui
pembangunan pipeline yang sampai saat ini masih terus berproses hingga
ditargetkan selesai pada tahun 2025. Seperti terlihat pada peta di atas, masih ada
lebih dari 4.000 km pipa yang belum dibangun.
PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk sebagai perusahaan BUMN yang tengah
mengembangkan usaha pada bidang Engineering, Procurement and Construction
(EPC) mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk mengerjakan proyek-
proyek bernilai belasan trilyun rupiah tersebut.
Sebagai perusahaan yang dinilai baru dalam dunia EPC, namun PT.
Wijaya Karya (Persero), Tbk tercatat sudah berpengalaman mengerjakan beberapa
proyek pipeline di antaranya adalah Pemasangan Trunk Line Dia. 8" Sch 40
Sepanjang 44 km dari PPP Pengabuan ke Booster Serdang, Bekasap North
Pipeline Replacement Services Pekanbaru - Riau, Pipanisasi Saluran Minyak 8
dari St. Booster Cilamaya ke SP. Cemara Selatan Sepanjang 72 km, Penggantian
Pipa Lawe-lawe Penajam, Pipanisasi Balongan - Jakarta II, Proyek Pembangunan
Pipa Minyak Mentah Tempino - Plaju, dan yang saat ini sedang dikerjakan adalah
Proyek Gas Distribution Pipeline Gresik-Semarang sepanjang 271 km.
2
Bending Pipe Pipe
Natural Bending
Workshop Cold Bend
Field Cold Bend
Hot Bending
Cold Bending
PT. WIJAYA KARYA (Persero), TbkDepartemen Industrial Plant
Di dalam pipeline, bending pipe adalah salah satu fitting yang sangat
banyak digunakan karena tidak dapat dipungkiri sepanjang pipeline pasti
melewati bidang yang tidak lurus, tetapi berkelok menyesuaikan topografi tanah,
lintasan seperti sungai, jalan dan rel kereta api, serta kondisi lingkungan seperti
adanya bangunan dan pemukiman penduduk.
Belokan-belokan dalam sebuah pipeline tidak bisa menggunakan elbow
yang sudah tersedia di pasaran dikarenakan elbow mempunyai spesifikasi yang
terbatas baik sudut maupun radiusnya, yakni 45°, 90° dan 180° dengan radius 1D
dan 1.5D. Selain itu, pipeline harus mampu dilewati pig yang digunakan untuk
membersihkan pipa sepanjang pipeline.
Dengan demikian dibutuhkan pipa bengkok (bending pipe) yang sudut dan
radiusnya bisa menyesuaikan kondisi dan kebutuhan pipeline. Selama ini dikenal
ada tiga metode yang digunakan untuk bending pipe yaitu natural bend, hot
induction bend dan cold bend seperti ditunjukkan dalam diagram gambar 1.2.
Masing-masing dari metode tersebut mempunyai karakteristik dan batasan-
batasan tertentu.
Gambar 1.2 Jenis-Jenis Metode Bending Pipe
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Bending pipe menggunakan metode hot bending mempunyai biaya yang sangat
besar, pada tender Semarang Gas Distribution Pipeline Project total bending pipe
yang dibutuhkan sebanyak 374 buah dengan harga Rp 24,726,526,596.45. Dari
3
PT. WIJAYA KARYA (Persero), TbkDepartemen Industrial Plant
hal tersebut maka terdapat peluang untuk efisiensi biaya dengan mengganti hot
bending menjadi field cold bending. Namun penggunaan metode field cold
bending mempunyai batasan sehingga perlu dilakukan optimasi.
PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk belum mempunyai sebuah rumusan baku
mengenai batasan dan perhitungan metode Cold Bending. Selain itu metode Field
Cold Bending tidak secara rinci diatur dalam code. Dalam kasus ini, penulis
mengambil Semarang Gas Distribution Pipeline Project (CP-16) sebagai studi
kasus, di mana dokumen FEED (Front End Engineering Design) tidak membahas
perhitungan dan metode bending pipe.
Hal ini memberikan ruang untuk melakukan efisiensi biaya dengan
mengoptimalkan metode cold bending yang harganya jauh lebih rendah
dibandingkan dengan hot induction bending.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, menunjukkan adanya permasalahan yang layak
diangkat untuk dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana formulasi hubungan antara wallthickness, outside diameter dan
jenis material pipa terhadap radius aman bending pipe menggunakan metode
field cold bending?
2. Bagaimana pemodelan metode field cold bending pipe untuk mengetahui
wrinkles, crack dan ovalitiy?
3. Bagaimana efisiensi biaya dan efisiensi waktu bending pipe dari Semarang Gas
Distribution Pipeline Project yang dapat dicapai dengan menggunakan metode
field cold bending?
1.3 Batasan Makalah
Untuk hasil yang optimal, maka masalah yang diangkat dalam makalah ini
perlu untuk dibatasi sebagi berikut :
1. Studi kasus bending pipa yang digunakan adalah pada tender Semarang Gas
Distribution Project (CP-16)
2. Menggunakan kaidah-kaidah yang sudah diatur dalam code ASME B31.8
4
PT. WIJAYA KARYA (Persero), TbkDepartemen Industrial Plant
3. Diameter pipa yang digunakan untuk contoh perhitungan 12.625 inch dan 16
inch dengan sudut 20°, 30° dan 45° sesuai dengan kebutuhan tender Semarang
Gas Distribution Pipeline Project (CP-16).
4. Mesin yang digunakan adalah hydraulic cold bender dengan penjang pipa 6
meter.
5. Radius maksimum berdasarkan right of way alignment sheet Semarang Gas
Distribution Pipeline Project sebesar 8 meter.
1.4 Tujuan dan Sasaran
Dengan rumusan masalah seperti sudah dijelaskan sebelumnya,
diharapkan mampu mencapai tujuan dan sasaran sebagai berikut :
1. Membuat formulasi hubungan antara wallthickness, outside diameter dan
jenis material pipa terhadap radius aman bending pipe menggunakan metode
field cold bending?
2. Mengetahui pemodelan metode field cold bending pipe untuk mengetahui
wrinkles, crack dan ovalitiy?
3. Mengetahui efisiensi biaya dan efisiensi waktu bending pipe dari Semarang
Gas Distribution Pipeline Project yang dapat dicapai dengan menggunakan
metode field cold bending?
1.5 Manfaat Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Memberikan pemahaman yang lebih detail tentang metode field cold
bending,sehingga dapat meningkatkan kualitas produk jasa bagi PT. Wijaya
Karya (Persero), Tbk.
2. Memberikan formulasi perhitungan pemilihan metode bending sehingga
efisiensi waktu kerja dapat dicapai.
3. Memberikan efisiensi pada biaya dan waktu yang dikeluarkan untuk bending
pipe sehingga dapat meningkatkan margin bagi PT. Wijaya Karya (Persero),
Tbk.
5
PT. WIJAYA KARYA (Persero), TbkDepartemen Industrial Plant
1.6 Sistematika Penulisan Makalah
Penyusunan makalah ini ditulis dengan sistematika penulisan karya ilmiah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini dipaparkan kondisi yang menjadi Latar Belakang dari
penulisan mengenai Bending Pipe, kemudian mencari Rumusan Masalah
yang akan dijadikan pembahasan dalam makalah serta batasan-batasan
pembahasannya, sehingga dapat ditentukan tujuan dan sasarannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Bab ini, penulis akan memaparkan dasar-dasar teori yang akan
digunakan dalam melakukan pembahasan Bending Pipe serta me-review
penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan tema
makalah.
BAB III METODE ANALISIS
Bab Metode Analisis membahas bagaimana cara dan sistematika berpikir
serta tools yang digunakan sehingga rumusan masalah dapat dibahas dan
dianalisis sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan sesuai dengan tujuan.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Bab ini adalah inti dari makalah yakni membahas bagaimana formulasi
perhitungan Bending Pipe serta pemilihan metode bending yang digunakan.
Dari hasil formulasi terebut kemudian dianalisis secara mutu dan biaya.
BAB V MANAJEMEN RISIKO
Pada Bab ini risiko-risiko dari setiap hal yang diambil dalam pembahasan
akan dianalisis dan menghasilkan daftar risiko sehingga dapat dilakukan
pengendalian risiko.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menampilkan kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan
berdasarkan tujuan penulisan makalah, serta saran-saran dari penulis
mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dari pembahasan makalah ini.
6