BAB I

19
PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF TIPE) STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP DAN TGT (TEAMS GAME TOURNAMENT PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitan Pemmbelajaran Fisika Dosen Pengampu : Fahrizal Eko Setiono, M. Pd Disusun oleh: Nama : Niken Tri Widayati NIM : K2312049 Kelas : A PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

description

BAB I

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF TIPE)

STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP DAN

TGT (TEAMS GAME TOURNAMENT PRESTASI BELAJAR DITINJAU

DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitan Pemmbelajaran Fisika

Dosen Pengampu : Fahrizal Eko Setiono, M. Pd

Disusun oleh:

Nama : Niken Tri Widayati

NIM : K2312049

Kelas : A

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pegetahuan alam yang pada

dasarnya bertujuan mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap

gejala atau proses alam dan sifat serta penerapannya, demikian menurut

Wosparkik.1 Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan bagian dari sains

yang bertujuan untuk mempelajari fenomena-fenomena yang berhubungan dengan

materi. Oleh karena itu, hakikat fisika sama dengan hakikat sains yang terdiri dari

produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Pendidikan fisika diharapkan

mampu memberikan pengalaman secara langsung. Pendidikan fisika juga harus

mampu mengembangkan daya nalar dalam pemecahan masalah di kehidupan

sehari-hari, karena siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan prose agar mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara utuh.

Mata pelajaran Fisika di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk mencapai fungsi dan

tujuannya. Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran Fisika di SMA adalah

sebagai sarana untuk :

1. Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

2. Memupuk sikap ilmiah;

3. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui

percobaan: merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,

mengolah, dan menafsirkan data, menyusun laporan, serta mengkomunikaikan

hasil percobaan secar lisan dan tertulis;

Page 3: BAB I

4. Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan

menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa

alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

5. Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya

diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal

untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

6. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan menyadari

keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan berbagai

peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dan teknologi.

Oleh karena itu, maka penguasaan terhadap ilmu fisika hendaklah terus

ditingkatkan.

Pada kenyataanya, tingkat penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran

fisika masih rendah. Sudah menjadi pendapat umum bagi sebagian besar siswa

bahwa mata pelajaran Fisika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang

sulit dan menjadi hal yang menakutkan bagi siswa, apalagi ada yang

berpendapat bahwa Fisika lebih sulit daripada matematika. Anggapan sebagian

besar siswa bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari

mengakibatkan kurang terbentuknya sikap positif terhadap mata pelajaran Fisika,

yaitu merasa tertarik untuk mempelajari Fisika lebih lanjut sehingga dapat

dirasakan keampuhan Fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam,

keindahan dan keteraturan alam serta penerapan Fisika dalam teknologi.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor

yang dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi

keadaan jasmani, intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa. (Sardiman

A. M:1992) menyatakan bahwa ”motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin

kelangsungan belajar demi mencapai tujuan pembelajran”. Dalam kegiatan

belajar, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan semangat

Page 4: BAB I

dan rasa senang. “Motivasi belajar mempunyai peranan yang penting dalam hal

menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar” (Nanik

Mulyani: 2006). Dalam hal ini motivasi belajar siswa sangat menentukan tingkat

keberhasilan seorang siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

diri siswa yang meliputi keadaan keluarga secara keseluruhan, metode mengajar,

kurikulum. disiplin sekolah serta sarana dan prasarana belajar.

Salah satu institusi pendidikan yang berperan penting dalam

peningkatan kualitas pendidikan adalah sekolah, SMA N 1 Pati merupakan salah

satu sekolah favorit yang terdapat di karisidenan Pati yang masih menerapkan

Kurikulum 2013. Fasilitas yang dimiliki oleh SMA N 1 Pati tergolong cukup

lengkap untuk menunjang pembelajaran fisika dari fasilaitas di laboratorium dan

IT. Selain itu, input siswa yang dimiliki oleh SMA N 1 Pati termasuk baik.

Sehingga pada dasarnya siswa di SMA N 1 Pati dapat diberi perlakuaan

pembelajaran yang melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir

tinggi dan kreatif yang sesuai dengan hakikat sains. Namun berdasarkan

pengamatan lapangan adalah pembelajaran yang didominasi dengan

pembelajaran konvvensional tanpa memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan

oleh sekolah.

Keberhasilan pendidikan di sekolah yang berbasiskan proses pembelajaran

di kelas pada hakekatnya merupakan tanggung jawab semua pihak, baik sekolah,

pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan proses pendidikan, pemerintah pemegang keputusan

kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber daya yang diperlukan

sekolah. Secara khusus dalam kenyataan pihak sekolah yang lebih banyak

berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah melalui peran kepala

sekolah dan para gurunya. Kepala sekolah berperan sebagai manajer, pemimpin,

administrator, dan supervisor pendidikan, sedangkan guru berperan dalam

melaksanakan pembelajaran bersama siswa di dalam kelas. Oleh karena itulah

sebenarnya peranan guru yang sangat menentukan keberhasilan proses

Page 5: BAB I

pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan guru merupakan ujung tombak

pembelajaran yang apabila gagal sering dialamatkan kepadanya.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan telah banyak dilakukan oleh

pemerintah, termasuk berbagai pelatihan bagi guru Fisika di Kabupaten Pati.

Sekalipun demikian masih sedikit informasi mengenai efek pelatihan guru

terhadap peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Demikian

pula banyak penelitian pendidikan masih meragukan efektifitas pelatihan-

pelatihan guru terhadap peningkatan aktifitas siswa dalam proses belajar

mengajar. (Grundy dan Bennet dalam Andreas Priyono:1999). Penelitian ini

(Action Research) akan memberi manfaat pada peningkatan pemahaman konsep–

konsep Fisika.

Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh

media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap diperlukan,

sebagaimana dikemukakan (Sopandi :1992) “kehadiran guru sebagai sosok yang

berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan

oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap melaksanakan

pembelajaran secara langsung di depan siswa”. Oleh karena itu apapun alasannya

guru harus mengajar langsung di depan siswa agar tujuan pembelajaran yang

ditetaptapkan dapat tercapai. Berhasil tidaknya pembelajaran bergantung pada

guru dan siswa sebagai aktor dalam pembelajaran.

Berbagai pola pendekatan, model/metode dan media pembelajaran yang

bervariasi misalnya diskusi, eksperimen, demonstrasi dan lain-lain dapat

meningkatkan kemampuan afektif dan kemampuan kognitif siswa. Pembelajaran

tidak hanya monoton dilakukan dengan ceramah di depan kelas atau belajar

secara individual dan hanya berpegang teguh pada diktat atau buku paket, karena

siswa akan cepat bosan. Kurangnya penggunaan media pembelajaran yang

interaktif juga dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa. Model

pembelajaran alternatif untuk mengurangi kebosanan adalah model pembelajaran

kooperatif karena dapat memacu kerja sama dan saling membantu dalam belajar

sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

Page 6: BAB I

Salah satu tindakan pembelajaran yang perlu dilakuakan guru adalah

pengembangan model pembelajaran berdasarkan teori belajar kognitif. Termasuk

teori belajar kognitif adalah teori belajar konstruktivis. Pendekatan konstruktivis

dalam pembelajaran, salah satunya pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu

satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran

kooperatif juga belajar bersama-sama, saling memabntu antara satu dengan yang

lain dalam belajar dan memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Salah satu tipe dalam model pembelajarn kooperatif adalah Student

Teams Achievement Divisions (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini, pengajar terlebih dahulu menyajikan materi, membentuk kelompok

secara heterogen. Selanjutnya pengajar memberi tugas kepada kelompok untuk

dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Setelah itu pengajar memberikan

kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa (pada saat penjawab pertanyaan dari guru,

siswa tidak boleh saling membantu). Kemudian pengajar memberikan evaluasi,

selanjutnya bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan berdasarakan

materi yang yang telah dibelajarkan.

Pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD didasarkan pada prinsip

bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab

terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa

ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang

yang merupakan campuran menurut prestasi akademik dan jenis kelaminnya.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi dirancang untuk

pembelajarn kelompok. Siswa secara kooperatif mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam model pembelajaran

ini siswa lebih bebas bertanya kepada teman satu timnya, sebab biasanya siswa

tidak mau bertanya kepada guru apabila menemukan permaslahan.

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD diharapkan dapat

membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan

Page 7: BAB I

menyenangkan sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Pembelajaran fisika yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapainya

pembelajaran sesuai yang diharapkan.

Meburut (Dewimarhelly:2009) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Students Teams

Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks

Terintegrasi Nilai’. Dalam hasil penelitiannya, Dewimarhelly melaporkan adanya

peningkatan hasil belajar yang signifikan antara sebelum dan sesudah diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Serta menurut (Annisa

Firdhausi:2010) dalam penelitian tindakan kelas mengenai “Upaya Meningkatkan

Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD dengan Menggunakan Media Alternatif”. Hasilnya, secara keseluruhan

aktifitas siswa di setiap siklusnya terjadi peningkatan yang sangat baik, prestasi

belajar meningkat cukup baik di setiap siklusnya hingga mencapai indikator yang

diinginkan dalam penelitian.

Pembelajaran Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah satunya adalah

model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Model pembelajaran TGT

merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-

kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik

dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah

adanya game dan turnamen akademik (Kurniasari : 2006)

Sebelum memulai game dan turnamen akademik, guru terlebih dahulu

menempatkan siswa dalam sebuah tim yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau

dari jenis kelamin, ras, maupun etnis. Masing-masing siswa nantinya akan

mewakili kelompoknya untuk bersaing dalam meja turnamen.

Setelah kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, guru kemudian

menyajikan materi dan selanjutnya siswa bekerja mengerjakan LKS dalam

kelompoknya masing-masing. Apabila ada anggota kelompok yang kurang

mengerti dengan materi dan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang

Page 8: BAB I

lain bertugas memberikan jawaban seta menjelaskannya sebelum pertanyaan

tersebut diajukan kepada guru. Menurut (Mistikaroh :2007) dalam penelitiannya

di MA Ma‟arif Batu Malang pada kelas X pokok bahasan Gerak Lurus

menyimpulkan bahwa “pembelajaran kooperatif model TGT dapat meningkatkan

minat dan prestasi belajar siswa pada pelajaran fisika”.

Pada jenjang SMA khususnya kelas XI semester II pada kurikulum 2013

terdapat berbagai macam materi pokok antara lain : Fluida dinamik, persamaan

keadaan gas, teori kinetika gas, gejala pemanasan global, karakteristik gelombang,

dan persamaan gelombang berjalan dan gelombang tegak. Masing-masing materi

memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga dalam pembelajaran semestinya

menggunakan pendekatan, model, metode, serta media pembelajaran yang

disesuaikan dengan masing-masing karakteristik materi. Namun dlam pelaksanaan

pembelajaran di SMA N 1 Pati setiap materi diajarkan dengan metode yang sama

yaitu metode konvensional berupa ceramah yang kurang melibatkan siswa aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

Salah satu materi pada kelas XI semester II mata pelajaran fisika adalah

fluida dinamis. Fluida dinamis yang masih dibagi menjadi sub materi pokok yaitu

fluida ideal, azas kontinuitas, azas Bernouulli, serta penerapan azas kontinuitas

dan Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari. Fluida dinamis merupakan materi

fisika konkrit yang gejalanya dapat dialami dan diamati langsung oleh siswa.

Krena karakteristik fluida dinamis yang konkrit maka pembelajaran dapat

dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif berdasarkan pengalaman yang

dialami oleh antaranggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe

STAD dan TGT cocok digunakan dalam pembelajaran materi fluida dinamis

karean dibutuhkan kerjasama antaranggota kelompok.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dipilih judul penelitian sebagai

berikut “PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF

TIPE) STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP

DAN TGT (TEAMS GAME TOURNAMENT PRESTASI BELAJAR

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA”.

Page 9: BAB I

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, maka penulis perlu mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin

muncul dalam penelitian ini. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Anggapan siswa terhadap pelajaran Fisika yang sulit akan memberi

pengaruh pada motivasi belajar siswa.

2. Belum diperhatikannya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

keberhasilan kegiatan belajar mangajar . Faktor internal adalah faktor yang

berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi keadaan jasmani,

intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa. Faktor eksternal adalah

faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi keadaan keluarga

secara keseluruhan, metode mengajar, kurikulum. disiplin sekolah serta

sarana dan prasarana belajar.

3. Dalam proses pembelajaran guru masih mendominasi mengunakan metode

pembelajaran konvensional untuk menyampaikan materi pelajaran fisika yang

sulit dimengerti siswa.

4. Guru belum memanfaat fasilitas yang diberikan sekolah secara maksimal,

padahal pembelajaran fisika dapat disampaikan dengan pemanfaatan fasilitas

laboratorium dan IT.

5. Pemberian motivasi yang kurang tepat dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa.

6. Metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakterisistik materi fisika

yang disampaikan sehingga menyebabkan siswa cepat bosan dan sulit

memahami materi yang diajarkan.

7. Metode pembelajaran yang monoton pada semua materi fisika kelas XI

semester II, padahal setiap materi mempunyai karakteristik yang berbeda

sehingga dapat menggunakan model dan metode pembelajaran yang

Page 10: BAB I

menyesuaikan karakterisik materi. Metode pembelajaran yang monoton akan

menyebabkan siswa cepat bosan dan sulit memahami materi yang diajarkan.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arahan yang jelas dan tidak terlalu luas,

maka perlu ada pemabatasan masalah yakni sebagai berikut :

1. Pembelajaran Fisika dalam penelitian menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) dan Teams

Games Tournament (TGT).

2. Faktor internal yang ditinjau adalah motivasi siswa untuk belajar Fisika yaitu

motivasi siswa tinggi dan motivasi siswa rendah.

3. Prestasi belajar Fisika siswa yang ditinjau adalah kemampuan kognitif

siswa.

4. Materi pelajaran yang diambil adalah sub pokok bahasan fluida dinamis

bagi siswa SMA.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,

penulis mencoba menarik rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian

ini. Adapun perumusan masalah yang penulis ajukan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran fisika model kooperatif

Teams Games Tournament (TGT) dan model kooperatif Students Teams

Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub

pokok bahasan fluida dinamis?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara motivasi siswa tinggi dan

motivasi siswa rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok

bahasan fluida dinamis?

Page 11: BAB I

3. Apakah ada interaksi pengaruh antara tipe Teams Games Tournament

(TGT) dan Students Teams Achievement Divisions (STAD) dengan motivasi

siswa tinggi dan motivasi siswa rendah terhadap kemampuan kognitif

siswa pada sub pokok bahasan fluida dinamis?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh antara pembelajaran fisika model kooperatif Teams

Games Tournament (TGT) dan model kooperatif Students Teams

Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub

pokok bahasan fluida dinamis.

2. Perbedaan pengaruh antara motivasi siswa tinggi dan motivasi siswa

rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan fluida

dinamis.

3. Interaksi pengaruh antara tipe Teams Games Tournament (TGT) dan

Students Teams Achievement Divisions (STAD) dengan motivasi siswa tinggi

dan motivasi siswa rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub

pokok bahasan fluida dinamis.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberi masukan kepada guru dan calon guru agar dapat

memilih pendekatan dan metode yang tepat dalam penyampaian materi.

2. Memberi masukan kepada guru, calon guru dan siswa agar

memperhatikan faktor intern siswa khususnya motivasi siswa untuk

belajar lebih giat sebagai kemampuan pendukung sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Page 12: BAB I

3. Memberi masukan kepada guru dan calon guru yang mengadakan

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini dalam

ruang lingkup yang lebih luas dan pembahasan yang lebih mendalam.

Page 13: BAB I