BAB I

16
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang pantainya sebesar 95.181 km menurut PBB pada tahun 2008, terbesar ke empat di dunia setelah Rusia. Indonesia juga memiliki luas wilayah laut sebesar 5.8 juta kilometer persegi. Indonesia juga negara dengan lautan terluas di dunia, di kelilingi dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain. Menurut Data resmi Bakosurtanal pada tahun 2011 menyebutkan, jumlah pulau di Indonesia mencapai 17.508 (17.506 pulau setelah dikurangi Sipadan dan Ligitan). Maka berdasarkan fakta diatas tidak heran Ir.Djoenda, Perdana Mentri RI, pada tahun 1957 mendeklarasikan Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang kemudian disahkan PBB pada tahun 1982. Letak Indonesia diantara benua Asia dan Australia telah menyebabkan kepulauan-kepulauan menjadi penyebaran berbagai bangsa di jaman Prasejarah, tetapi tak kurang pula pentingnya adalah letak Indonesia dijalur perdagangan antara dua pusat perdagangan internasional jaman kuno yaitu antara India dan Cina. Letak Indonesia diantara kedua pusat perdagangan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan sejarah kunonya. Sejak jaman pra sejarah hubungan dengan daerah pedalaman lebih sulit dari pada hubungan antar pulau. Pada awal sejarah kuno Indonesia telah tumbuh pusat-pusat perdagangan dibeberapa pesisir pulau sumatera dan jawa. Peninggalan benda sejarah yang menjadi ciri yang menunjukan adanya hubungan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Nusantara ialah dengan adanya Nekara Perunggu. Di berbagai tempat telah ditemukan cetakan-cetakan yang digunakan dalam pengecoran benda-benda perunggu jaman pra sejarah. Keterangan ini menunjukan bahwa kepulauan Indonesia merupakan bagaian dari satu-kesatuan lalu lintas barang. Dalam prasejarah belum mengenal perdagangan dalam pola besar. Namun

Transcript of BAB I

BAB I PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang pantainya sebesar 95.181 km menurut PBB pada tahun 2008, terbesar ke empat di dunia setelah Rusia. Indonesia juga memiliki luas wilayah laut sebesar 5.8 juta kilometer persegi. Indonesia juga negara dengan lautan terluas di dunia, di kelilingi dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain. Menurut Data resmi Bakosurtanal pada tahun 2011 menyebutkan, jumlah pulau di Indonesia mencapai 17.508 (17.506 pulau setelah dikurangi Sipadan dan Ligitan). Maka berdasarkan fakta diatas tidak heran Ir.Djoenda, Perdana Mentri RI, pada tahun 1957 mendeklarasikan Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang kemudian disahkan PBB pada tahun 1982. Letak Indonesia diantara benua Asia dan Australia telah menyebabkan kepulauan-kepulauan menjadi penyebaran berbagai bangsa di jaman Prasejarah, tetapi tak kurang pula pentingnya adalah letak Indonesia dijalur perdagangan antara dua pusat perdagangan internasional jaman kuno yaitu antara India dan Cina. Letak Indonesia diantara kedua pusat perdagangan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan sejarah kunonya.Sejak jaman pra sejarah hubungan dengan daerah pedalaman lebih sulit dari pada hubungan antar pulau. Pada awal sejarah kuno Indonesia telah tumbuh pusat-pusat perdagangan dibeberapa pesisir pulau sumatera dan jawa. Peninggalan benda sejarah yang menjadi ciri yang menunjukan adanya hubungan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Nusantara ialah dengan adanya Nekara Perunggu. Di berbagai tempat telah ditemukan cetakan-cetakan yang digunakan dalam pengecoran benda-benda perunggu jaman pra sejarah. Keterangan ini menunjukan bahwa kepulauan Indonesia merupakan bagaian dari satu-kesatuan lalu lintas barang. Dalam prasejarah belum mengenal perdagangan dalam pola besar. Namun jaman prasejarah sudah terjadi pertukaran hasil dari berbagai daerah dengan pola tertentu. Dalam usaha mengetahui awal hubungan india dengan daerah di Indonesia, para peneliti sudah mengkaji dari sebuah kitab yang banyak dikaji dari berbagai sumber adalah Kitab Periplous tes Erythras thalasses. Periplous adalah sebuah kitab pedoman untuk berlayar dilautan Erythrasa yaitu Samudera Indonesia. Kitab ini ditulis oleh seorang Nakhoda dari Yunani-Mesir. Kitab lain yang menjadi pedoman adanya hubungan dagang Indonesia dengan India adalah Kitab Jataka yaitu kisah tentang seorang Budha yang melakukan perjalanan yang penuh bahaya ke Suvannabhumi sebagai sebuah negeri Emas. Kitab Lainnya yaitu kitab Ramayana yang mengkisahkan bahwa tentara kera yang bertugas mencari Sita di negeri-negeri sebelah Timur. Telah memeriksa pulau Yavadvipa yang dihias oleh 7 kerajaan. Pulau ini disebut dengan pulau emas dan perak. Kepulauan Indonesia membentang disebelah timur india sebagai kelanjutan dari Asia Tengara. Bagi pelaut-pelaut ulng tidak terlalu sulit untuk mencapai Indonesia dan India. Mereka melakukan pelayaran dnegan haluan bedasarkan arah angin musim. Bukti-bukti arkeologi menunjukan bahwa pada abad ke-5 M baik didaratan Asia Tenggara maupun di Semenanjung Tanah Melayu dan Indonesia bagian barat telah terdapat pusat-pusat kekuasaan politik dengan taraf pengindiaan yang sama. Sebab para pedagang India melakukan perdagangan di wilayah timur khusunya di Asia Tenggara adalah pada awal tahun Masehi, India kehilangan sumber Emas yang utama. Sumber Emas itu ialah Siberia. Dimasa sebelumnya emas didatangkan oelh kafilah-kafilah dari Siberia melalui Baktria. Namun setelah penduduk Asia Tengah memutuskan jalan-jalan khafilah itu. Sebagai gantinya India mengimpor mata uang emas dalam jumlah besar kepada kerajaan Romawi. Peningkatan hubungan antara Indonesia dan India bersamaan dengan kurum waktu masa perluasan kerajaan Cina ke daerah Tongkin di Vietnam. Perluasan kekuasaan kerajaan Cina tersebut membawa kekuasaan di Kawasan Asia Tenggara. Asia Tenggara dianggap daerah yang belum beradab yang terletak jauh dari pusat peradaban Cina. Cina tidak segera dapat turut serta dengan kegiatan maritime di Asia Tenggara. Pada saat mereka telah dapat memnatapkan kekuasaan mereka di Laut Cina Selatan maka cina mendorong kegiatan maritime hingga ke Asia Barat. Sumber dari Cina mengenai Asia Tenggara menjelaskan tentang suatu jalan perdagangan dari Cina melalui Funan dan semenanjung Tanah Melayu dan berakhir ditepian Samudera Indonesia. Suatu hal Penting dalam hubungan dagang antara Indonesia dengan Cina adalah adanya hubungan pelayaran langsung antara kedua tempat tersebut. Hubungan pelayaran ini merupakan hubungan antara Asia Barat dengan Cina, namun juga terdapat hubungan tersendiri antara Indonesia dengan Cina. Yang dimaksud pelayaran langsung ialah pelayaran yang dilakukan tanpa menyinggahi suatu pelabuhan sealma perjalanan. Keberhasilan bangsa Indonesia untuk memasuki pasaran perdagangan luar negeri Cina adalah suatu tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia. Taraf perubahan nyata dalam masyarakat Indonesia pada awal abad ke -5 Masehi yang dapat disimpulkan dari temuan-temuan prasasti diperkuat dengan bukti kemampuan bangsa Indonesia untuk menyertai perdagangan Maritim Internasional Asia. 2. Maksud dan tujuanMakalah yang berjudul Sejarah Kemaritiman Indonesia dibuat dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah WSBM (Wawasan Sosial Budaya Maritim)Tujuan pembuatan makalah ini adalah menjelaskan/mengulas hal-hal yang berkaitan dengan sejarah kemaritiman Indonesia dan mengetahui kerajaan-kerajaan maritime yang berjaya di Indonesia sehingga dapat menumbuhkan kembali kesadaaran betapa pentingnya maritim untuk rakyat Indonesia yang hilang sejak abad 19 yaitu abad penjajahan.3. Rumusan masalahMakalah ini akan membahas secara khusus :1) Gelombang Surut Budaya Maritim Indonesia2) Pengaruh Penjajah terhadap Kemaritiman Indonesia3) Catatan Sejarah Tentang Maritim Indonesia4) Kejayaan Kerajaan Maritim Indonesia5) Bagaimana Sejarah Kemaritiman Bugis Makassar-Kebijakan Perdagangan Maritim

4. Manfaat PenulisanHasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kemaritiman yang ada di Indonesia. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk acuan dalam membangun kembali jiwa kemaritiman Indonesia yang JAYA akan kemaritiman di masa lampau

BAB IIPEMBAHASANBerkaca dari masa lalu, Jelas terllihat bahwa kejayaan masa kerajaan diperoleh karena mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan politik suatu negara. Maka dari itu, sudah seharusnya Indonesia mulai secara tegas mengembangkan potensi laut yang dimilikinya. Iklim musiman Indonesia terkategorikan menjadi dua, yakni musim hujan dan musim kering, yang keduanya dipisahkan oleh musim peralihan. Musim kering secara umum berlangsung mulai Bulan Juni hingga September dan dipengaruhi oleh massa udara dari belahan Benua Australia. Musim hujan terjadi mulai Bulan Desember hingga Maret, dipengaruhi oleh massa udara dari Laut Pasifik dan Benua Asia. Selama kedua musim ini, angin bergerak stabil dan bervariasi dari yang pelan hingga cukup kencang. Musim peralihan berlangsung mulai Bulan April hingga Mei, dan Bulan Oktober hingga November, yang umumnya ditandai dengan pergerakan angin yang tidak stabil.Laut Indonesia juga mengalami iklim musiman. Musim Timur Laut ditandai dengan tekanan udara tinggi di Asia dan tekanan udara rendah di Australia, dan terjadi pada musim hujan. Musim Tenggara berlangsung selama beberapa bulan pada musim kering, dan ditandai oleh tekanan udara tinggi di Australia dan tekanan udara rendah di Asia.Ekosistem di laut Indonesia tercatat sangat bervariasi, khususnya ekosistem pesisir. Ekosistem-ekosistem ini menopang kehidupan dari sekian banyak spesies. Indonesia merupakan rumah bagi hutan bakau yang sangat luas dan padang lamun, serta juga menjadi rumah bagi sebagian besar terumbu karang yang luar biasa, yang ada di Asia. Hal tersebut menandakan betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh lautan Indonesia, tinggal kini bagaimana masyarakat dan pihak pihak yang memiliki kewenangan memaksimalkan berbagai potensi tersebut

1. Gelombang Surut Budaya Maritim IndonesiaBarang siapa yang menguasai laut, ia akan menguasai dunia, seperti itulah kiranya ungkapan yang dikemukakan oleh Mahan dalam karyanya yang berjudul The Influence of Sea Power Upon History (1660-1783).Berkaitan dengan anggapan tersebut, pantas apabila dulu Indonesia menjadi negara yang disegani karena memiliki peradaban maritim yang maju. Indonesia memiliki bentang laut sebesar 70% dibandingkan luas daratan yang hanya 30%. Kenyataan ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan dikelilingi oleh kurang lebih 17.508 pulau yang kaya akan sumber daya alam. Melimpahnya kekayaan yang berada dalam wilayah perairan ini sejalan dengan kejayaan masa lalu, dimana budaya maritim adalah kekuatan terbesar bangsa ini dalam membangun pondasi kehidupannya.Dari berbagai sumber yang saya baca, terdapat banyak bandar atau pelabuhan besar yang ditemukan tersebar di penjuru nusantara, serta peninggalan-peninggalan berupa relief yang tergambar pada candi-candi Hindu maupun Budha (Candi Prambanan dan Candi Borobudur). Semua peninggalan tersebut telah melukiskan kegagahan nenek moyang orang Indonesia sebagai pelaut. Dengan alat navigasi yang seadanya, mereka telah mampu mengarungi luasnya lautan hingga ke negara-negara yang nun jauh di utara, barat, maupun timur. Di zaman kerajaan pun bangsa ini telah berdiri kokoh sebagai aktor penguasa lautan. Sebut saja Kerajaan Sriwijaya, yang mengusai wilayah-wilayah strategis sebagai pangkalan kekuatan lautnya. Di samping itu, Sriwijaya juga mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan. Akibatnya, banyak terjadi kegiatan perdagangan di sekitar wilayah perairan Indonesia yang menguntungkan berbagai pihak termasuk rakyat pribumi.Selain sebagai lalu lintas pelayaran dan perdagangan, budaya maritim kala itu juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain. Hal inilah yang dilakukan oleh Kerajaan Singasari di bawah pemerintahan Raja Kertanegara. Ia mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin kerjasama.Puncak kejayaan maritim nusantara pun berada pada masa kerajaan Majapahit, dimana Patih Gadjah Mada berhasil mempersatukan nusantara. Pencapaian tersebut lantas menjadikan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai tolok ukur di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia karena pengaruhnya yang amat besar.Berbagai catatan sejarah yang membanggakan tersebut kini tak lagi menggema di negara ini. Indonesia bukan lagi sebagai pemain utama dalam pagelaran besar bertajuk Budaya Maritim. Kondisi masyarakat yang ada sekarang justru merepresentasikan hilangnya tradisi bahari warisan nenek moyang.Jika dulu laut Indonesia sebagai urat nadi perekonomian nasional dan penggerak lalu lintas ekonomi dunia, sekarang itu hanyalah isapan jari saja. Kebijakan pembangunan nasional yang selalu berorientasi ke arah kontinental (daratan) membuat bangsa ini cenderung berperan sebagai konsumen terhadap produk teknologi, segala macam informasi, hingga bahan pangan dari negara-negara lain. Perilaku konsumtif seperti ini yang membuat bangsa kita kurang mengoptimalkan potensi alam, khususnya laut. Parahnya lagi, kini Indonesia memiliki ketergantungan pada negara-negara lain yang sumber daya alamnya jauh di bawah kekayaan Indonesia. Pemikiran kontinental juga telah membuat kita kehilangan kekayaan sendiri. Tak usah kaget apabila suatu hari kita akan mendengar berita eksploitasi hasil laut besar-besaran oleh perusahaan asing, pencurian sumber daya laut, penyelundupan, dan lain sebagainya. Dan sialnya tak jarang orang pribumi juga dengan sadar diri terlibat di dalamnya.Hilangnya budaya maritim sebagai budaya asli juga tergambar dalam kecenderungan masyarakat yang memilih penyelesaian masalah melalui jalur konflik. Bukan lagi dengan jalan dialog seperti yang dimaksudkan dalam budaya maritim, yaitu menjunjung perdamaian dalam setiap penyesaian konflik multilateral. Alhasil, banyak kita dengar dan lihat sendiri berita di media massa yang menyebutkan terjadinya peperangan atau konflik akibat perebutan wilayah laut (perbatasan) dan perebutan pulau. Jangan heran juga apabila banyak pulau-pulau di Indonesia yang lepas dari NKRI. Kurang pedulinya pemerintah dalam menjaga potensi menjadi faktor utama lemahnya pertahanan dalam kepemilikan pulau-pulau tersebut. Akibatnya, pihak asing yang lebih cerdik dan licik pun menang telak. Laut seharusnya menjadi sumber kehidupan yang menyejahterakan. Bukan tempat untuk ceceran darah dari peperangan, bukan pula menjadi tempat yang penuh dengan luapan ketakutan. Disana hendaknya ada keramahan, yang menerima siapa saja yang datang dalam damai dan kebaikan. Disana hendaknya ada toleransi, yang bersedia berada di tempat yang sama namun dalam warna-warna yang berbeda. Laut seharusnya menjadi penghubung antar wilayah, menghantarkan arus yang membawa informasi, juga mencipta gelombang yang menyajikan harmonisasi.Untuk mencapai semua itu, paradigma masyarakat tentang pentingnya menanamkan budaya maritim dalam diri harus mulai dibangun lagi. Negara kita harus menjadikan pandangan maritim sebagai bagian utama dari kemajuan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan.Mengoptimalkan potensi laut secara bijak juga akan sangat menentukan eksistensi Indonesia di mata dunia. Laut yang berjaya akan memberikan manfaat yang sangat vital bagi pertumbuhan perekonomian, perdagangan, dan ketahanan nasional.Kini peran semua pihak sangat dibutuhkan untuk mengembalikan lagi masa keemasan bangsa ini sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Masih ada harapan untuk perjuangan yang belum berakhir. Semangat budaya maritim masih bisa kita munculkan ke permukaan. Hal mendasar yang perlu ditanamkan dalam setiap jiwa kita adalah, tidak melupakan jati diri kita sebagai negara maritim. Dengan mengkristalkan jiwa bahari, tentu akan timbul kepedulian untuk menjaga keutuhan bangsa ini agar tidak terbecah-belah.Seperti pidato Bung Karno pada HUT Proklamasi RI 1964, Aku lebih suka lukisan samudra yang gelombangnya memukul, menggebu-gebu, daripada lukisan sawah yang adem ayem tentrem.Jadi, untuk apa kita berada dalam bungkam, jika kita bisa berteriak dalam sebuah gerakan jiwa maritim.

2. Pengaruh Penjajah Terhadap Kemaritiman IndonesiaPemikiran kita telah berubah sejak abad ke 19 yang dahulu berorientasikan ke-maritiman menjadi ke-tanahan. Padahal menurut Adrian B Lapian, nahkoda pertama sejarawan maritim Asia Tenggara, untuk negara kepulauan seperti Indonesia ini, wilayah maritimlah yang memegang wilayah sentral. Otak kita telah sedemikian di atur oleh penjajah untuk menjadi bangsa petani, bangsa buruh. Sejarah mencatat sebelum abad ke 17 kawasan Indonesia dan sekitarnya dikuasai oleh kapal-kapal nusantara, dibuktikan dengan begitu berkuasanya kerajaan Swijaya dan kerajaan Majapahit. Namun begitu menginjak paruh pertama abad ke-17, peran sentral ini mulai diambil alih oleh Belanda dan Portugis hingga puncaknya pada abad ke-19 sejarah maritim kita diibaratkan sudah memasuki waktu maghrib oleh Adrian B Lapia, nahkoda pertama sejarawan maritim Asia Tenggara. Pada negara kepulauan, peran kota pelabuhan sangat penting dimana pelabuhan ini akan menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain. Hal itu lah dipahami betul oleh para kumpeni, mereka menguasai satu per satu kota pelabuhan besar dan menghalau pelaut dan pedagang anak-anak Indonesia untuk berlayar. Akhirnya kapal-kapal Belandalah yang berlayar. Sejak dijajah oleh kumpeni inilah, sejarah besar bangsa maritim Indonesia hancur lebur. Anthony reid, pengkaji sejarah marirtim Indonesia dari Australian National University, mengutip pernyataan Daghregister Batavia pada 1677 bahwa orang-orang mataram bagian timur jawa saat itu sudah tidak tahu-menahu lagi soal laut dan tidak lagi memiliki kapal besar sendiri sebagai pemenuh kebutuhan rakyat saat itu.khirnya rakyat dipaksa menjadi buruh paksa di darat. Bercocok tanam ditanamkan kepada bangsa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Hal itu bisa anda lihat bersama di lambang pancasila untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang diibaratkan dengan padi dan kapas. Semuanya merupakan produk pertanian, sama sekali tidak menyentuh potensi bahari kita. Pikiran kita seakan ditutup untuk bagaimana sedapat mungkin menghabisi seluruh potensi tanah kita, hingga sejarawan Ong Hok Ham (alm) geleng-geleng kepala dan berucap, Apakah orang Indonesia hanya (bisa) hidup terpencil dikelilingi gunung berapi dan hidup dari usaha pertanian untuk kemudian dikolonisasi oleh penguasa yang menguasai lautan Indonesia ?

3. Cacatan Sejarah Tentang Maritim IndonesiaSejak abad ke-9 Masehi, yang juga merupakan awal masa keemasan nusantara, bangsa Indonesia telah melakukan pelayaran jauh dan mengarungi lautan, ke barat memotong Lautan Hindia hingga Madagaskar, ke timur hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.Kerajaan maritim terbesar di nusantara diawali Kerajaan Sriwijaya (tahun 683-1030 M). Petualang Tiongkok, I Tsing, mencatat, Shih Li Fo Shih (Sriwijaya) adalah kerajaan besar yang mempunyai benteng di Kotaraja, armada lautnya amat kuat. Guna memperkuat armada dalam mengamankan lalu lintas perdagangan melalui laut, Sriwijaya memanfaatkan sumber daya manusia yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaannya, yang kini disebut kekuatan pengganda.Runtuhnya Sriwijaya disusul naiknya Kerajaan Majapahit (1293-1478 M) yang semula agraris. Majapahit lalu berkembang menjadi kerajaan maritim setelah Gajah Mada menjadi mahapatih. Dengan Sumpah Palapa, Gajah Mada bercita-cita menyatukan nusantara dan diangkatlah Laksamana Nala sebagai Jaladimantri yang bertugas memimpin kekuatan laut Kerajaan Majapahit. Dengan armada laut yang kuat, kekuasaan Majapahit amat luas hingga keluar nusantara.Kejatuhan Majapahit diikuti munculnya Kerajaan Demak. Kebesaran Kerajaan Demak jarang diberitakan. Kekuatan maritim Kerajaan Demak dibuktikan dengan mengirim armada laut sebanyak 100 buah kapal dengan 10.000 prajurit menyerang Portugis di Malaka. Pemimpin armada itu adalah Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor. Meski berteknologi sederhana, Demak mampu mengerahkan pasukan dan perbekalan dari utara Pulau Jawa menuju semenanjung Malaka.Sejarah itu menggambarkan kehebatan armada niaga, keandalan manajemen transportasi laut, dan armada militer yang mumpuni dari beberapa kerajaan di nusantara yang mampu menyatukan wilayah luas dan disegani bangsa lain. Dengan armada niaga yang besar, kerajaan bersosialisasi dan membawa hasil alam sebagai komoditas perdagangan ke negeri lain. Dan untuk menjaga keamanan, kerajaan memiliki armada laut yang kuat.Gemilang Kejayaan oleh kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi suatu fatamorgana dilanjutkan perputaran 360 derajat dengan eracontinental oriented dan semakin pudarnya budaya bahari menjadi penyebab surutnya jiwa maritim bangsa Indonesia. Kini saatnya bangsa ini harus bangkit untuk tidak menyalahkan penjajahan Belanda dan Orde Baru maupun era reformasi yang menyebabkan stagnasi geloranya jiwa maritim bangsa, toh kita harus menyadari bahwasannya kita tidak dijajah selama 350 tahun. Selama itu pula perlawanan yang menggelora dari rakyat indonesia di tiap tiap daerah, artinya belanda memerlukan waktu 350 untuk menguasai wilayah Indonesia dan mereka sepenuhnya tidak berhasil. Sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah keberanian dan perlawanan yang terus menerus dengan semangat berkobar kobar tiada henti. Kegigihan perlawanan tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang gigih dalam mempertaruhkan dan membela serta mempertahankan harkat dan martabatnya.Saat ini bangsa yang mendiami kepulauan yang besar ini sudah pada tataranZero Status, Apakah negara ini agraris apa maritim?. Layakkah disebut negara agraris manakala sebagian hasil pertanian kita mengimpor dan harga harga hasil pertanian mencekik rakyat jelata. Layakkah disebut negara maritim manakala rakyat sama sekali tidak pernah merasakan sumber daya laut yang melimpah dan beraneka ragam, pantaskah disebut sebagai bangsa maritim yang rakyatnya hanya bisa menikmati sebatas ikan asin, yang jauh dibanding dengan Tuna, Abalon, Salmon, Napoleaon dan lain lain yang hanya bisa dinikmati oleh bangsa lain. Dimana semestinya bahwaGeopolitacal Destiny Indonesia adalah maritim,

4. Bagaimana Sejarah Kemaritiman Bugis MakassarSekitar tahun 1600, jauh sebelum datangnya orang-orang Belanda, raja Gowa yang ke-14 I MANGURANI DG MANRABIA SULTAN ALAUDDIN mendirikan keratin Somba Opu, dan disekelilingnya itu berdiam 2000 kepala keluarga portugis.Orang-orang Makassar pada masa itu amat berani berlayar mengarungi lautan luas, sehingga orang portugis menggelar mereka Celebes De Mkassares, yang berarti orang-orang Makassar yang ulung dan mahsyur dan De Berumde Makassar kata orang-orang Belanda. Hal ini telah diperkutat dengan adanya bukti dalam buku Lontara Lagaligo pada abad X Sawerigading (putera raja Luwu II) sudah melayari negeri-negeri Asia Tenggara dan Madagaskar. Dimana Sawerigading mengadakan pelayaran dengan maksud muhibah dan pengenalan dunia.Kehidupan kota Makassar sebagai kota pelabuhan yang dikenal oleh dunia Internasional sangat erat hubungannya dengan tumbuhnya satu kerajaan maritime yang dikenal dengan kerajaan Gowa terutama dalam abad XVI. Sebuah sumber portugis yang dapat dipergunakan sekedar untuk mengungkapkan bahagian-bahagian gelap dari sejarah ini. Diterbitkan dalam tahun 1944 oleh Armando Costesao, yaitu terjemahan dalam bahasa inggris, catatan perjalanan Tom Pires yang berjudul SUMAORIENTALE dalam tahun 1513. Sumber itu menyajikan tentang orang Makassar. Dikatakan bahwa orang Makassar itu telah melakukan perdagangan dengan orang Malaka, Jawa, Borneo, Siam dan semua negeri-negeri antara Pahan dan Siam. Orang Makassar itu lebih menyerupai orang Siam. Mereka adalah bajak-bajak laut yang ulung dengan perahunya yang banyak. Dengan perahu-perahu mereka mengarungi lautan, melakukan pembajakan sampai teluk Pegu (Pilipina), ke Maluku, ke Bandan, dan semua pulau disekitar pulau Jawa. Mereka itu adalah orang-orang tak beragama. Disamping itu dikatan bahwa banyak pula diantaranya mereka yang tidak menjadi bajak-bajak laut, itu terdiri atas pedagang-pedagang cekatan. Mereka melakukan perdagangan dengan menggunakan perahu layar yang besar dan bagus bentuknya. Mereka membawa beras yang putih sekali, juga membawa emas sedikit. Barang-barang dagang mereka itu ditukarkan dengan brentangi-brentangi dan bahan-bahan pakaian dan cambay dan sedikit dari orang Benggali dan keeling. Mereka banyak mengambil bezoe dan kemenyan. Kaum mereka mempunyai bentuk tubuh yang bagus-bagus, semuanya memakai keris atau tombak-tombak yang tajam. Mereka menjelajahi dunia dan semua orang takut pada mereka. Penyamun-penyamun lainnya tak dapat berbuat apa-apa untuk melawan sampan-sampan jongka mereka yang sanggup membela diri.Menurut Prof.B.J.O. Schrleke, seorang sarjana Sosiologi dan sejarah bahwa sampai pada permulaan abad XVI peranan Gowa di nusantara ini, belumlah dapat dikatakan berarti. Perniagaan rempah-rempah di bahagian-bahagian nusantara ini masih dikuasai oleh bangsa melayu dari malaka dan johor dan juga orang-orang dari jawa. Keadaan itu berlangsung sampai ditaklukkannya malaka oleh Aceh yang mulai mengembangkan kekuatannya di bagian barat nusantara. Kegiatan perniagaan berpindah ke pulau jawa dimana Portugis masih sangat kecil. Akan tetapi dengan timbulnya persaingan-persaingan antara negeri-negeri pesisir dengan negeri-negeri pedalaman jawa maka akhirnya pusat perniagaan rempah-rempah berpindah ke Makassar, dan lebih meningkatnya lagi, sesudah tahu 1625.Kebijakan Perdagangan MaritimPada masa prakonial, terdapat banyak pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan di wilayah Nusantara. Satu diantara pelabuhan-pelabuhan itu adalah Makassar. Makassar tidak begitu saja menjadi kota pelabuhan besar. Sebelum abad ke-16, Makassar belum menjadi pelabuhan besar. Transformasi Makassar menjadi pelabuhan besar dimulai dari tahun 1510, ketika ibukota Kerajaan Gowa dipindahkan dari Tamalate ke Makassar.Perpindahan ini berdampak pada perekonomian kerajaan, yang semula agraris menjadi perdagangan. Lahirnya Bandar Makassar merupakan gabungan dari dua Bandar milik Kerajaan Tallo dan Gowa, keduanya bergabung dan membentuk satu pemerintahan yang kemudian melakukan perluasan wilayah di Sulawesi Selatan.Dalam rangka perluasan wilayah, Raja Gowa, Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng (1546-1565) menaklukkan kerajaan-kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan. Akibatnya, Makassar menjadi Bandar terbesar tunggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kapal-kapal asing banyak berlabuh di Makassar karena selain Bandar tunggal, lokasinya juga sangat strategis.Pada abad ke-17, pedagang asing diperkenankan membangun perwakilan dagang di Makassar, begitu pula sebaliknya. Situasi aman dan damai ini mulai terganggu sepanjang tahun 1615 sampai 1655. VOC yang juga turut berdagang, memaksakan hak monopoli perdagangan, tentu saja hal ini ditolak oleh Sultan Gowa. Puncaknya pada tahun 1655-1669 pecah perang Makassar, Kerajaan Gowa yang saat itu dipimpin oleh Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah pada tahun 1667 dengan menandatangani perjanjian Bongaya.Konsekuensinya kekuatan dan kekuasaan VOC di Makassar semakin nyata. Kantor-kantor perwakilan dagang asing dibubarkan untuk menjamin monopoli VOC berjalan lancer. Pada tahun 1669, Sultan Hasanuddin kembali melakukan perlawanan tetapi dapat dipatahkan oleh VOC. Perjanjian di Binanga pun dibuat untuk menegaskan Perjanjian Bongaya.Kekuatan VOC di Makassar sangat dipengaruhi oleh keadaan politik belanda di Eropa. Rivalitas antara Belanda dengan Inggris terjadi juga di wilayah koloninya. Makasar yang dikuasai VOC bersaing dengan Singapura yang dikuasai Inggris. Singapura yang mempraktekkan perdagangan bebas lebih maju dibandingkan dengan Makassar yang menganut Merkantilisme.Kekuasaan VOC di nusantara berakhir pada tahun 1799, kemudian diteruskan kekuasaan imperial Belanda yang membentuk HIndia-Belanda. Kondisi Belanda yang tidak bagus di Eropa, membuat Inggris menguasai nusantara sepanjang tahun 1811-1816 di bawah T.S. Raffles. Belanda mulai bangkit dan membuat Inggris mengembalikan Hindia-Belanda sesuai konvensi Inggris, sebagai gantinya Belanda harus menjalankan perdagangan bebas. Pelaksanaan perdagangan bebas sebagai konsekuensi pengambilalihan Hindia-Belanda dari Inggris tidak dijalankan. Sampai pada tahun 1924, Inggris kembali mendesak melalui Traktat London untuk mempertegas Konvensi London.Pada tahun 1847, Hindia-Belanda kembali menetapkan Makassar sebagai pelabuhan terbuka. Pemerintah Hindia-Belanda tidak membuka sepenuhnya, banyak aturan yang diberlakukan. Aturan-aturan tersebut antara lain, pajak perdagangan tinggi, pelarangan komoditas tertentu (senjata), dan menetapkan aturan pelayaran yang ketat. Upaya ini dilakukan untuk melindungi Batavia sebagai pusat ekonomi.Kebijakan ini menuai protes dari perusahaan dagang yang ada di Hindia-Belanda, mereka menyayangkan pemberlakuan aturan tersebut. Setelah bertahan sebagai pelabuhan terbuka selama 59 tahun, pemerintah Hindia-Belanda menjadikan Makassar sebagai pelabuhan tertutup lagi. Akibatnya tidak ada lagi kapal dagang asing yang singgah disana. Sementara itu singapura menjadi pusat perdagangan internasional seperti Makassar pada abad ke-17Dari keterangan ini, dapat diperoleh bahwa sampai pada permulaan abad XVI pengembaraan pembajak-pembajak dan kapal-kapal niaga orang Makassar yang berasal dari jazirah selatan Sulawesi Selatan seperti yang diceritakan oleh Tom Pire situ, adalah orang Makassar dalam arti suku bangsa (ethnis), yang mempergunakan bahasa sendiri (bahasa Makassar) yang mendiami pesisir Makassar ujung selatan jazirah Sulawesi Selatan mulai dari pesisir Makassar (sekarang) atau muara sungai-sungai Tallo-Jeneberang sampai Bantaeng di selatan yang meliputi negeri-negeri, Galesong, Takalar, Topejawa, Laikang, Cikoang, Bangkala. Sampai sekarangun negeri-negeri itu disebut negeri-negeri orang Makassar.