BAB I

download BAB I

of 32

description

blok 8 stogmatonathi isu 4

Transcript of BAB I

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar belakangJaringan periodontal disebut juga jaringan pendukung gigi. Periodonsium mempunyai empat komponen yaitu gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum (Ma nson, 1993).Ligamen adalah suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang. Akar gigi berhubungan dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang dianggap sebagai ligamen. Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke tulang rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan menyerap beban yang mengenai gigi. Beban selama mastikasi, menelan dan berbicara sangat besar variasinya, juga frekuensi, durasi dan arahnya. Struktur ligamen biasanya menyerap beban tersebut secara efektif dan meneruskannya ke tulang pendukung (Manson, 1993).Prosesus alveolaris adalah bagian dari tulang rahang yang menopang gigi-geligi. Prosesus alveolaris tidak terlihat pada keadaan anodonsia. Tulang dari prosesus alveolaris tidak berbeda dengan tulang pada bagian tubuh lainnya (Manson, 1993).Gingiva adalah bagian mukosa mulut yang tersusun dari jaringan ikat fibrosa, yang ditutupi epitel dan menutupi processus alveolar rahang dan mengelilingi leher gigi. Gingiva adalah bahasa yang digunakan secara umum dalam bidang kedokteran gigi. Sedangkan gusi adalah bahasa yang digunakan masyarakat secara luas (Newman, dkk, 2002).Sementum merupakan struktur terkalsifikasi (avaskuler mesenchymal) yang menutupi permukaan luar anatomis akar, yang terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen. Sementum menutupi dentin akar gigi mulai dari bagian korona akar sampai ujung bawahnya. Komposisi sementum terdiri atas: komponen organik 50-55 %, komponen anorganik 45-50 %, dan air 1 %.

1.2 Rumusan masalahApakah periodontal dipengaruhi beberapa faktor1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui jaringan periodontal2. Untuk mengetahui peranan cairan sulkus gingiva3. Untuk mengetahui penyakit periodontal 1.4 HipotesaPeriodontal dipengaruhi beberapa faktor

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan periodontal2.1.1 Definisi Jaringan PeriodontalJaringan periodontal disebut juga jaringan pendukung gigi. Mempunyai empat komponen yaitu gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum (Rickne 2013)2.1.2 Histologi Jaringan Periodontal1. Ligamen periodontalLigamen adalah suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang. Akar gigi berhubungan dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang dianggap sebagai ligamen. Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke tulang rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan menyerap beban yang mengenai gigi. Beban selama mastikasi, menelan dan berbicara sangat besar variasinya, juga frekuensi, durasi dan arahnya. Struktur ligamen biasanya menyerap beban tersebut secara efektif dan meneruskannya ke tulang pendukung (Manson, 1993).

Gambar 1. Ligamen Periodontal (Melfi and Alley, 2000)

a. Struktur ligamen periodontalKetebalan ligamen bervariasi dari 0,3-0,1 mm. Ligamen periodontal yang terlebar pada mulut soket dan pada apeks gigi dan yang tersempit adalah pada aksis rotasi gigi yang terletak sedikit apikal dari pertengahan akar. Pada keadaan sehat, gigi mempunyai rentang gerakan yang normal. Seperti sebagian rangka lainnya, stes fungsional dibutuhkan untuk mempertahankan integritas ligamen periodontal, bila stres fungsional besar, ligamen biasanya juga lebih tebal dan bila gigi tidak berfungsi ligamen akan menjadi tipis setipis 0,06 mm. Dengan terjadinya proses penuaan, ligamen akan menjadi lebih tipis (Manson, 1993).Elemen terpenting dari ligamen periodontal adalah principal fibers (serabut-serabut dasar). Menurut Phinney and Halstead (2003), enam grup dari prinsipal fibers yaitu:a. Alveolar crest, berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan tiltingb. Horizontal, berfungsi dengan cara yang kebanyakan sama dengan alveolar crestc. Oblique, merupakan fibers grup yang sangat banyak. Fungsinya adalah untuk menahan gaya intrusif yang mendorong gigi ke dalamd. Apikal, berfungsi untuk menahan gaya yang mencoba untuk menarik gigi keluar, dan juga gaya rotasie. Interradicular, berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan memegang gigi pada kontak interproksimalf. Interdental (transeptal), berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan memegang gigi di daerah kontak interproksimal1. Komponen ligamen periodontalMenurut Willmann (2007), komponen ligamen periodontal meliputi:a. SelSel ligamen periodontal yang utama adalah fibroblast dengan beberapa sementoblas dan osteoblas

Gambar 3. Sel-sel pada Ligamen Periodontal (Chandra, 2004)

b. Matriks ekstraseluler1) Matriks ekstraseluler ligamen periodntal mirip dengan matriks ekstraseluler jaringan ikat lainnya.2) Bundel serabut dari ligamen periodontal adalah jaringan penghubung khusus yang mengelilingi akar dari gigi dan menghubungkannya dengan tulang alveolar. Serabut ini adalah komponen terbesar dari ligamen periodontal.c. Pembuluh darahSuplai darah utama dari ligamen periodontal adalah dari arteri alveolaris superior dan inferior. Anastomosis arterivenous utama terjadi dalam ligamen. Pembuluh darah berasal dari:1. Cabang dari pembuluh darah apikal, yaitu pembuluh darah yang mensuplai pulpa2. Cabang dari pembuluh darah intra-alveolar, berjalan horizontal dan menembus tulang alveolar untuk masuk ke dalam ligamen periodontal3. Cabang dari pembuluh darah gingiva (Chandra, 2004).2. Fungsi ligamen periodontalMenurut Willmann (2007), fungsi ligamen periodontal meliputi fungsi suportive, formative, resorptive, sensory and nutritivea. Fungsi suportiveFungsi suportive ligamen periodontal antara lain1. Melekatkan tulang ke soket gigi2. Menangguhkan gigi dalam soketnya, memisahkannya dari dinding soket, sehingga akar tidak bertabrakan dengan tulang ketika mastikasib. Fungsi formativeLigamen periodontal mengandung sementoblas yang memproduksi sementum sepanjang kehidupan gigi, semenata osteoblas mempertahankan tulang dari soket gigic. Fungsi resorptiveDalam merespon tekanan yang berat, sel dari ligamen periodontal dapat memproduksi resorbsi tulang dengan cepat dan kadang-kadang meresorpsi sementumd. Fungsi sensoryLigamen periodontal disuplai dengan serabut saraf yang mengirimkan tekanan taktil dan sensanyi nyerie. Fungsi nutritiveLigamen periodontal disuplai oleh pembuluh darah yang menyediakan nutrien untuk sementum dan tulang (William 2007)2. Tulang alveolarProsesus alveolaris adalah bagian dari tulang rahang yang menopang gigi-geligi. Prosesus alveolaris tidak terlihat pada keadaan anodonsia. Tulang dari prosesus alveolaris tidak berbeda dengan tulang pada bagian tubuh lainnya (Manson, 1993).Tulang alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang kortikal. Lempeng kortikal luar adalah lanjutan korteks mandibula atau maksila. Lempeng kortikal dalam bersebelahan dengan membran periodontal gigi yang disebut lamina dura. Tulang alveolar mengelilingi akar untuk membentuk sakunya. Pembuluh darah dan saraf ke gigi menembus tulang alveolar ke foramen apikal untuk memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorpsi nyata dari tulang alveolar (Bloom and Fawcett, 2002).Tulang alveolar terdiri dari :1. Keping kortikal eksternal yang dibentuk oleh tulang havers dan lamella tulang compact (Caranza, 2002). Keping kortikal eksternal menutupi tulang alveolar dan lebih tipis pada bagian facial (Zainal & Salmah, 1992). Keping kortikal eksternal berjalan miring kea rah koronal untuk bergabung dengan tulang alveolar sejati dan membentuk membentuk dinding alveolar dengan ketebalan sekitar 0,1 0,4 mm. Dinding alveolar dilalui oleh pembuluh darah dan pembuluh lymph serta syaraf yang masuk ke dalam ruang periodontal melalui sejumlah kanal kecil (Kanal Volkmann) (Klaus dkk, 1989)2. Dinding soket yang tipis pada bagian dalam tulang compact disebut tulang alveolar sejati yang terlihat seperti lamina dura pada gambaran radiografis (Carranza, 2002)3. Trabekula cancellous berada diantara lapisan tulang compact dan tulang alveolar sejati. Septum interdental terdiri dari trabekula concellous yang mendukung tulang dan menutupi bagian dalam border tulang compact (Carranza, 2002)A. FUNGSI TULANG ALVEOLARFungsi tulang alveolar secara umum antara lain :1. Membentuk tulang soket untuk menahan akar tulang sama halnya dengan menempelnya dengan ligamen periodontal2. Tempat menempelnya otot3. Membentuk kerangka sumsum tulang4. Bertindak sebagai penyimpanan ion (khususnya kalsium)5. Komponen biologi yang terpenting adalah plastisi, memungkinkan penyesuaian bentuk sesuai tuntutan fungsional. Komponen ini sangat penting untuk pergerakan gigi orthodontik.

B. Ciri-Ciri Tulang AlveolarMenurut Fadhilah pada tahun 2011, ciri-ciri tulang alveolar yaitu :a. Prosesus alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi dan menghilang bertahap (resorpsi) setelah gigi tanggalb. Tooth dependent bony structuresc. Prosesus alveolar tidak terlihat pada keadaan anodonsia.d. Tulang dari prosesus alveolar tidak berada dengan tulang pada bagian tubuh lainnyaC. Penyusun Tulang alveolar terdiri dari :1. Keping kortikal eksternal yang dibentuk oleh tulang Haver's dan lamella tulang compact. Keping kortikal eksternal menutupi tulang alveolar dan lebih tipis pada bagian facial. Keping kortikal eksternal berjalan miring ke arah koronal untuk bergabung dengan tulang alveolar sejati dan membentuk dinding alveolar dengan ketebalan sekitar 0,1 - 0,4 mm. Dinding alveolar dilalui oleh pembuluh darah dan pembuluh lymph serta saraf yang masuk ke dalam ruang periodontal melalui sejumlah kanal kecil (Newman dkk., 2010).2. Dinding soket yang tipis pada bagian dalam tulang compact disebut tulang alveolar sejati yang terlihat seperti lamina dura pada gambaran radiografis (Newman dkk., 2010).3. Trabekula cancellous berada diantara lapisan tulang compact dan tulang alveolar sejati. Septum interdental terdiri dari trabekula cancellous yang mendukung tulang dan menutupi bagian dalam border tulang compact (Newman dkk., 2002).

Gambar: Tulang Alveolar

1. Komposisi Tulang Alveolara. Inorganik: 67% hydroxyapatiteb. Organik: 33%1. Kolagen 28% tipe I terutama, tipe III, V, XII dan XIV2. Protein non-kolagen 5% yaitu berupa osteonectin, oateopontin, bone sialoprotein, osteocalcin, bone proteoglycan, biglycan, bone proteoglycan II decorin, thrombospodin dan bone morphogenetic proteins (BMPs) (Bathla, 2012).2. Komponen seluler tulang alveolarMenurut Bathla (2012), komponen seluler dari tulang alveolar antara lain:a. OsteoblasUmumnya selnya cuboidal atau sedikit memanjang yang melapisi sebagian besar permukaan tulangb. OsteositSelama osteoblas mensekresikan matriks tulang, beberapa dari mereka menjadi terperangkap dalam lacuna dan disebut osteositc. OsteoklasIni adalah multinucleated sel raksasa dengan ukuran 50 hingga 100md. Osteoprogenitor cellsSel ini panjang, populasi stem sel tipis untuk mengahasilkan osteobease. Bone lining cellsf. Periosteum, terdiri dari lapisan dalam osteoblas yang dikelilingi oleh osteoprogenitor cellsg. Endosteum, tersusun dari lapisan tunggal osteoblas dan sejumlah kecil jaringan ikat.3. GingivaBagian dari (mukosa mulut ) yang dilapisi epitalium berkereatin. Gingiva menutup prosesus alveolar rahang dan mengelilingi gigi didekat tempat pertemuan akar dan mahkota gigi (bagian servical ). Gingiva adalah satu-satunya periodontium yang terlihat pemeriksaan dalam rongga mulut.(Rickne 2013).a. Gingiva secara anatomis Menurut Newman,dkk pada tahun 2002, gingival secara anatomis dibagi atas : 1. Free gingivaYaitu tepi atau pinggir gingiva yang mengelilingi gigi. Bagian ini berbatasan dengan attached gingiva atau suatu lekukan dangkal yang disebut free gingival groove. Lebar gingival kurang lebih 1 mm, dapat dilakukan dengan alat periodontal probe dan permukaan gigi. Bagian ini juga merupakan salah satu dinding jaringan lunak dari sulcus gingiva.2. Attached gingivaAttached gingiva tidak terpisah dengan marginal gingiva. Padat, lenting, (resilient), melekat erat keperiosteal tulang alveolar. Sampai meluas ke mukosa alveolar yang longgar dengan mudah bergerak dibatasi oleh muko gingival junction. Attached gingiva melekat erat ke periosteum tulang alveolar. Lebarnya kurang lebih 1-9 mm. Pada bagian palatal maksila gingiva ini berlanjut terus dengan mukosa palatum sedangkan pada bagian lingual mandibula berakhir di perbatasannya dengan mukosa oral sampai membran mukosa dasar mulut.3. Interdental gingivaMengisi embrasus gingival, yaitu ruang proximal, di bawah daerah kontak gigi. Interdental gingiva pada gigi bagian anterior berbentuk piramida, dan bagian posterior berbentuk seperti lembah.(Newman 2002)

Gambar 6. Gingiva secara anatomisb. Gambaran mikroskopik gingivaGingiva terdiri atas lapisan epitel berupa epitel skuama berlapis dan jaringan ikat yang disebut lamina propria. 1. Epitel gingivaFungsi epitel gingiva untuk melindungi struktur yang berada dibawahnya, serta memungkinkan terjadinya perubahan selektif dengan lingkungan oral. Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan diferensiasi. Epitel gingiva disatukan ke jaringan ikat oleh lamina basal. Lamina basal terdiri atas lamina lusida dan lamina densa. Hemidesmosom dari sel-sel epitel basal mengikat lamina lusida. Komposisi utama dari lamina lusida adalah laminin glikoprotein, sedangkan lamina densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina basal berhubungan dengan fibril-fibril jaringan ikat dengan bantuan fibril-fibril pen-jangkar (anchoring fibrils).Terdapat 3 epitel pada gingiva yaitu :a. Epitel oralYaitu epitel skuama berlapis yang berkeratin (keratin-ized) atau berparakeratin (parakeratinized) yang membalut permukaan vestibular dan oral gingiva. Epitel ini meluas dari batas mukogingival ke krista tepi gingiva (crest gingival margin), kecuali pada per-mukaan palatal dimana epitel ini menyatu dengan epitel palatum.Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan ikat gingiva bersifat permeabel terhadap cairan, namun dapat menjadi penghalang bagi bahan partikel tertentu.b. Epitel sulkularEpitel ini mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan gigi tanpa melekat padanya dan merupakan epitel skuama berlapis yang tipis, tidak berkeratin, tanpa rete peg dan perluasan-nya mulai dari batas koronal epitel penyatu sam-pai ke krista tepi gingivaEpitel ini penting sekali artinya karena bertindak sebagai membran semipermeabel yang dapat dirembesi oleh produk bakteri masuk ke gingiva, dan oleh cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingiva.c. Epitel penyatuMembentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi berupa epitel skuama berlapis tidak berkeratin. Pada usia muda epitel penyatu terdiri atas 3 - 4 lapis, namun dengan bertambahnya usia lapisan epitelnya bertambah menjadi 10 - 20 lapis. Epitel ini melekat ke permukaan gigi dengan bantuan lamina basal. panjangnya bervariasi antara 0,25 - 1,35 mm merentang dari dasar sulkus gingiva sampai 1,0 mm koronal dari batas semento-enamel pada gigi yang belum mengalami resesi. Bila gigi telah mengalami resesi, epitel penyatu berada pada sementum. Perlekatannya ke permukaan gigi diperkuat pula oleh serat-serat gingiva yang mendukung gingiva diperkuat pula oleh serat-serat gingiva yang mendukung gingiva bebas ke permukaan gigi, oleh sebab itu, epitel penyatu dan serat-serat gingiva dianggap sebagai suatu unit fungsional yang dinamakan unit dento-gingival.2. Jaringan ikat gingivaTerdiri atas dua lapisan: a. Lapisan papilari (papillary layer) yang berada langsung dibawah epitel, yang terdiri atas: proyeksi papilari (papillary projection) diselang-selingi oleh rete peg epitelb. Lapisan retikular (reticular layer) yang ber-lanjut ke periosteum tulang alveolar. Substansi dasar jaringan ikat gingiva mengisi ruang antara serat-serat dan sel-sel, amorf, dan mengandung banyak air(Gosman 1995).a. KARAKTERISTIK GINGIVA SEHAT1. WarnaGingiva sehat umumnya memiliki warna yang disebut coral pink. Warna lain seperti merah, putih, dan biru dapat menandai adanya peradangan (gingivitis) atau kelainan lain. Walaupun menurut textbook warna gingiva disebut coral pink, pigmentasi rasial normal membuat gingiva berwarna lebih gelap. Karena warna gingiva dipengaruhi pigmentasi rasial, keseharian dalam warna lebih penting daripada warna yang ada.2. KonturGingiva sehat memiliki permukaan halus dan bergelombang didepan tiap gigi. Gingiva sehat menempati daerah interdental dengan tepat dan pas, berbeda dengan papilla gingiva yang membengkak yang terdapat pada gingivitis, atau embrassure yang kosong pada penyakit periodontal. Gusi yang sehat melekat erat pada tiap gigi, bentuknya meruncing seperti ujung pisau pada tepi marginal gingiva bebas. Disisi lain, gusi yang meradang memiliki tepi yang menggembung atau bulat.3. TeksturGingiva sehat bertekstur padat, tahan terhadap adanya pergerakan. Tekstur ini sering dideskripsikan sama seperti kulit jeruk. Gingiva yang tidak sehat teksturnya membengkak dan seperti busa. Gingiva berfungsi melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut (Susanto, 2009)b. Fungsi Gingiva Sehat Gingiva sehat melindungi gigi, estetik dan fungsi bicara (fonetik).a. Pelindung Gingiva melindungi jaringan dibawah karena terdiri atas jaringan pendukung fibrus padat ditutupi oleh lapisan jaringan yang relatif kencang disebut epitalium berkeratin. Gingiva berkeratin membantu mencegah penyebaran radang kejaringan periodontal yang lebih dalam. Gingiva sehat juga dilindungi oleh kontur gigi dimana melindungi dari jejas makanan selama pengunyahan karena makanan dihindari keluar dari tepi gingiva tipis dan sulkus yang tanpa kreatin. b. EstetikGingiva sehat menutupi akar gigi dan papila interdental secara normal mengisi embrasur gingiva diantara gigi tetangga. c. Fonetik Fonetik termasuk pada artikulasi suara dan bicara. Apabila akar gigi terbuka maka pada interproksimal, suara dapat terpengaruh karena udara melewati ruang embrasur terbuka. (Rickne 2013).4. SementumSementum merupakan struktur terkalsifikasi (avaskuler mesenchymal) yang menutupi permukaan luar anatomis akar, yang terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen. Sementum menutupi dentin akar gigi mulai dari bagian korona akar sampai ujung bawahnya. Komposisi sementum terdiri atas: komponen organic 50-55 %, komponen anorganik 45-50 %, dan air 1%.

a. Fungsi Sementum1. Menyediakan media perlekatan ke serat-serat kolagen dari ligamen periodontal.2. Sementum memiliki aset endapan terus menerus dan melakukan patchwork atau perbaikan untuk kerusakan seperti fraktur atau resorpsi dari permukaan akar3. Pelindung dentin pada akar gigi.Sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang berkembang menjadi sementoblas. Sementoblas menimbun suatu matriks, disebut sementoid yang mengalami pertambahan pengapuran dan menghasilkan dua jenis sementum aseluler dan seluler (Newman 2002).a. Tipe Sementum1. Sementum AselulerSecara kronologis sementum aseluler pertama-tama ditimbun pada dentin membentuk pertemuan sementum-dentin, dan biasanya menutupi sepertiga servikal dan sepertiga tengah akar. Sementum aseluler tidak mengandung sel, terbentuk sebelum gigi mencapai oclusal plane (erupsi), ketebalannya sekitar 30-230 m. Serabut sharpey membentuk sebagian besar struktur aseluler sementum. Selain itu juga, mengandung fibril-fibril kolagen yang terkalsifikasi yang tersusun beraturan atau parallel terhadap permukaan (Grossman, 1995).

Gambar 11. Sementum aseluler tampak radiologi

2. Sementum SelulerSementum seluler biasanya ditumpuk pada sementum aseluler pada sepertiga apikal akar dan bergantian dengan lapisan sementum aseluler. Sementum seluler ditumpuk pada kecepatan yang lebih besar daripada sementum aeluler dan dengan demikian menjebak sementoblas di dalam matriks. Sel-sel yang terjebak ini disebut sementosit. Sementosit terletak pada kripta sementum dan dikenal sebagai lacuna Sementum seluler banyak ditemukan di daerah apikal dan bifurkasi akar gigi. Lebih sedikit terkalsifikasi daripada tipe aseluler, serabut sharpey porsinya sedikit, dan terpisah dari serabut lain yang tersusun parallel pada permukaan akar, lebih tebal dari aseluler sementum (Grossman, 1995).

Gambar 12. Sementum selulerb. Klasifikasi SementumMenurut Schroeder, sementum diklsifikasikan menjadi:1. AAC (Acelular Afibriliar Cementum)Sumbernya dari sementoblas, letaknya pada daerah koronal sementum, ketebalannya sekitar 1-15 m2. AEFC (Acelular Extrinsic Fiber Cementum)Sumbernya dari fibroblast dan sementoblas, letaknya pada daerah servikal akar. ketebalannya sekitar 30-230 m.3. CMSC (Cellular Mixed Stratified Cementum)Sumbernya dari fibroblast dan sementoblas, letaknya pada bagian apikal akar dan daerah furkasi, ketebalannya 100-1000 m.4. CIFC (Celular Intrinsik Fiber Cementum)Sumbernya dari sementoblas sebagai pengisi kekosongan akibat resorbsi.5. Intermediate CementumLetaknya dekat persimpangan (furkasi) gigi permanen.c. Cementoenamel Junction (CEJ)Terdapat tiga tipe, antara lain:1. 60 % - 65 % kasus sementum tumpang tindih dengan email2. 30 % - edge to edge3. 5 % 10 % sementum dan enamel tidak bertemu (Newman 2002).

Gambar 13. Cementoenamel Junction (CEJ)2.2 Sulcus gingivaSulkus gingiva merupakan suatu celah dangkal disekeliling gigi dengan dinding sebelah dalam adalah permukaan gigi dan dinding sebelah luar adalah epitel sebelah dalam dari gingiva bebas. Epitel perlekatan yang terletak pada sulcus gingiva berguna untuk memahami hubungan biologik antara komponen vaskular dan struktur periodontal. Epitel ini membentuk perlekatan organik pada gigi dan berdampingan dengan epitel sulcus yang berlanjut ke tepi gingiva. Berbeda dengan epitel lainnya, epitel ini mempunyai 2 lamina dasar, satu melekat pada jaringan ikat dan lainnya pada gigi. Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel ini dalam bentuk cairan sulcus gingiva (Newman dan Michael, 2012).Sulkus ini membetuk seperti huruf V, dan kedalamnya dapat diselipkan alat prob periodontal dalam keadaan yang sangat normal dan bebas kuman (eksperimental) kedalamannya bisa 0 atau mendekati 0, namun secara klinis biasanya dijumpai sulkus gingival dengan kedalaman tertentu. Secara histologis ke dalamannya adalah 1,5 - 1,8 mm. Ke dalaman klinis diukur dengan alat prob (dinamakan ke dalaman probing) adalah 2,0-3,0 mm (Newman dan Michael, 2012).2.2.1 Cairan sulcus gingivaCairan sulcus gingiva (CSG) berasal dari serum darah yang terdapat dalam sulkus gingiva, baik gingiva dalam keadaan sehat mapun meradang. Pada CGS dari gingiva yang meradang jumlah polimorfonuklear leukosit, makrofag, limfosit, monosit, ion elektrolit, protein plasma dan endotoksin bakteri bertambah banyak, sedagkan jumlah urea menurun (Newman dan Michael,2012)Menurut Carranza Jr, cairan sulkus gingiva (CSG) adalah suatu produk filtrasi fisiologis dari pembuluh darah yang termodifikasi. Menurut Golberg dan Cisamoni CSG adalah eksudat peradangan dan Alfano menyatakan bahwa kedua teori tersebut benar. Hipotesa Alfano membuktikan bahwa CSG dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat, melalui mekanisme perubahan tekanan osmosis sebab adanya daya makromolekul. Grant berpendapat bila bakteri atau benda asing tertentu masuk ke sulkus gingiva, bakteri atau benda asing tersebut akan lenyap dari sulkeus gingiva, bakteri atau benda asing tersebut akan lenyap dari sulkus sebab disemburkan keluar oleh aliran ciran sulkus gingiva. Cairan sulkus gingiva juga bisa digunakan sebagai indikator untuk menilai keadaan jaringanperiodontal secara objectif sebab aliran CSG sudah lebih banyak sebelum terlihatnya perubahan klinis radang gingiva bila dibandingkan dengan keadaan normal (Newman dan Michael, 2012).2.2.2 Cara mengumpulkan cairan sulcus gingivaAdapun cara yang digunakan untuk mengumpulkan cairan sulcus gingiva adalah dengan menggunakan periotron profesional (suatu progam komputer), Diantaranya adalah:1. Dianjurkan meletakkan paper strips tetap berada pada sulcus selama 30 detik, dengan cara ini cairan yang mengalir keluar dari sulkus dapat dikumpulkan, meskipun epitel sulkus tidak berkontak dengan paper stips2. Cairan sulcus gingiva yang dikumpulkan dapat diukur dengan menggunakan periotron, alat elektronik yang dapat mengukur perubahan pada paper strips yang lembab dan merubahnya menjadi angka angka digital, diantaranya:a. Angka 0-20 pada periotron, mengindikasikan bahwa jaringan dalam keadaan sehat dan menunjukkan tidak ada radang.b. Angka 20-60, mengindikasikan radang ringan tetapi bukan periodontitis.c. Angka 60-150, mengindikasikan radang yang sedang.Angka >150, menunjukkan radang yang sangat berat. (Newman dan Michael,2012)2.2.3 Komposisi Cairan Sulcus Gingiva Banyak penelitian berusaha untuk menggunakan komponen dari cairan sulcus gingiva untuk mengidentifikasikan atau mendiagnosis penyakit yang aktif, mengantisipasi resikonya, menentukan perkembangannya, dan menggunakan sebagai indikator dari kehilangan jaringan atau untuk respon pada pengobatan. 1. Materi Darah.Materi darah ada pada cairan sulcus gingiva adalah polimofunuklear leukosit, neutrofil, monosit, makrofag dan limfosit.a. Polimorfonuklear leukosit, merupakan sel paling aktif yang keluar dari pembuluh darah melalui epitel perlekatan masuk ke dalam sulcus gingiva. Berberapa peneliti menyebutkan bahwa kecepatan migrasi polimorfonuklear leukosit mempunyai hubungan dengan keparahan gingivitis. b. Neutrofil, bermigrasi melalui epitel perlekatan ke sulcus gingiva. Pada sulcus, neutrofil membentuk rintangan diantara epitel dan plak yang munkin mencegah invasi bakteri pada epitel dan jaringan ikat di bawahnya, oleh karena itu, neutrofil dapat memperkecil efek merusak dari plak bakteri. c. Monosit, merupakan sel imatur yang mempunyai sedikit kemmpuan untuk melawan agen-agen yang menyebabkan infeksi. d. Limfosit, merupakan leukosit kedua terbanyak di dalam darah sesudah leukosit neutrofil. Sekitar 25-35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah limfosit. Funsi penting leukosit adalah pertahanan mekanisme terhadap benda asing dan menghasilkan berbagai benda asing atau senyawa asing (Newman, 2012).2. ElektolitKonsentrasi elektrolit yang telah diukur pada cairan sulcus gingiva lebih banyak dibanding konsentrasi elektrolit pada plasma. Ini mencakup sodium, potasium, kalsium, dan magnesium. Konsentrasi ion-ion tersebut akan meningkat pada keadaan gingiva meradang. Selain itu peneliti berpendapat, ion Ca++ dalam konsentrasi tinggi dapat berperan dalam pembentukan kalukulus subgingiva (Newman ,2012).3. ProteinKonsentrasi total protein digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi inflamasi gingiva dan aktivitas penyakit periodontal. Penelitian melaporkan aktivitas kolagenase pada CSG atau jaringan gingiva dari pasien dengan periodontitis lebih tinggi daripada mereka yang sehat. Peneliti juga mengatakan aktivitasnya meningkat dengan keparahan periodontitis (Newman, 2012)4. Sistem fibrinolisis.Sistem fibrinolisis merupakan suatu sistem penghancuran fibrin yang merupakan salah satu faktor perekat epitel ke jaringan gigi. Pendarahan gingiva merupakan tanda khas dari inflamasi pada periodontitis, memberi kesan penyakit dari sistem pembekuan darah pada lesi-lesi seperti itu. Mikroorganisme oral (Porphyromonas gingivalis) mempunyai aktivitas fibrinogenolitik dan fibrinolitik. Enzim fibrinolitik yang diproduksi adalah faktor penting dalam periodontitis (Newman, 2012).5. Endotoksin bakteri.Kehadiran endotoksin bakteri mempnyai korelasi positif dengan inflamasi gingiva. Dinding sel bakteri gram jenis tertentu mempunyai enzim cysteine desulfhydrase yang membentuk H2S dalam cairan sulcus gingiva. H2S merupakan suatu metabolik toksik dan suatu substansi yang dapat menimbulkan bau mulut (halitosis) yang tidak menyenangkan. Hasil penelitian menyatakan bahwa H2S pada CSG meningkat dengan keparahan dari inflamasi gingiva (Newman, 2012).6. Sel epitel deskuamasi.Sel epitel deskuamasi merupakan sel sel epitel perlekatan terluar yang terletak dekat dengan sulcus gingiva dan menyusun pertahanan setempat (host). Sel sel ini secara terus menerus terlepas kedalam sulcus gingiva dan diganti dengan sel yang bergerak ke koronal dari area dasar epitel. Sel-sel ini berisi lisosom primer dan sekunder dan mempunyai kapasitas fagosit, kecepatan pertukaran sel epitel juga berpengaruh dalam mekanisme pertahanan di dalam rongga mulut (Newman, 2012).7. Urea.Peneliti menemukan urea didalam CSG. Tidak seorangpun menyebutkan fungsi urea dalam CSG tetapi jumlah urea dalam CSG akan menurun bila terjadi peradangan setempat. Urea mungkin sumber nitrogen yang paling berlebihan pada rongga mulut. . (Newman dan Michael,2012)2.2.4 Mekanisme pembentukan cairan sulkus gingivaKomponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel perlekatan yang terletak pada celah gusi dalam bentuk GSC. Cairan sulcus gingiva mengalir secara terus-menerus melalui epitel perlekatan yang terletak pada celah gusi dalam bentuk CSG. Cairan sulcus gingiva mengalir secara terus menerus melalui epitel dan masuk ke sulkus gingiva dengan aliran yang sangat lambat,0,24-1,56 I/menit pada daerah yang tidak mengalami inflamasi. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi gingivitis dan periodontitis (Dewi,2007).Hipotesa alfano membuktikan bahwa CSG dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat,melalui mekanisme perubahan tekanan osmosis sebab adanya makromolekul. Pada keadaan normal CSG yang mengandung leukosit ini akan melewati epitel perlekatan menuju ke permukaan gigi. Cairan mengalir dari kapiler menuju ke jaringan sub epitel,terus ke epitel perlekatan dari sini cairan disekresikan dalam bentuk CSG bercampur dengan air liur dari dalam rongga mulut. Beberapa ahli berpendapat bahwa cairan ini berasal dari mikrosirkulasi jaringan gingiva. Kehadiran plak di dalam saliva gingiva dan difusi dari molekul besar kearah membran dasar cenderung menimbulkan pembentukan tekanan osmosis sepanjang cairan berjalan dan muncul sebagai transudat atau eksudat pada celah gusi (Dewi,2007).2.2.5 Fungsi cairan gingiva.a. Mencuci daerah leher gingiva, mengeluarkan sel-sel epitel yang terlepas, leukosit, bakteri maupun kotoran lainnya.b. Protein plasma dapat mempengaruhi perlekatan ke gigic. Mengandung agen antimikrobial, misalnya lisosimd. Membuat leukosit polimorfonuklear dan makrofag yang dapat membunuh bakteri (juga menghantarkan imunoglobulin IgG, IgA, IgM dan faktor lain dari sistem imun).(Madson dan Elley.1993)2.3 Penyakit Pada Jaringan Periodontal2.3.1 GingivitisGingivitis adalah proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang (Lamford, 1995).1. Macam-Macam GingivitisMacam-macam gingivitis menurut Langlais dan Miller pada tahun 1998 yaitu :a. Gingiivitis akibat plakGingivitis paling sering kronis dan tanpa sakit. Keparahannya dinilai berdasarkan perubahan warna, kontur, konsistensi, dan adanya perdarahan b. Gingivitis HormonalSuatu peradangan hiperplastik terhadap plak mikrobial yang umumnya mengenai wanita selama pubertas, kehamilan, atau menopausec. Gingivitis DiabetikGingivitis pada penderita diabetes karena kontrol dari kadar gula darah dan pemakaian insulin

d. Herpetik Gingivostomatitis Akut Suatu infeksi mulut yang disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 dan sering terjadi pada anak-anake. Gingivitis Ulseratif Akut yang Nekrosis (ANUG)Tipe gingivitis akut yang berhubungan dengan spesies-spesies bakteri tertentu dan stress. ANUG umumnya terjadi pada usia 15-25 tahun, terutama wajib militer dan HIVf. PerikoronitisPeradangan pada jar. Lunak disekeliling gigi yang akan erupsi, paling sering M3 bawah. Perikoronitis terjadi karena kontaminasi bakteri

2.3.2 Periodontitis Periodontitis adalah penyakit multifaktorial yang menyebabkan infeksi dan peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan hilangnya tulang dan ligamen periodontal dan bisanya merupakan penyebab kehilangan gigi pada orang dewasa dan edentulousness (Langlais dan Miller, 1998).Peradangan pada periodontal memiliki banyak penyebab (misalnya, bakteri, trauma). Namun, kebanyakan periodontitis akibat dari akumulasi mikroorganisme pada gigi. Faktor risiko pada periodontitis kronis termasuk keberadaan bakteri subgingiva tertentu, penggunaan tembakau, diabetes, usia, dan jenis kelamin. Selain itu, faktor lain dapat berkontribusi pada patogenesis penyakit periodontal: lingkungan, genetik, dan sistemik (misalnya, diabetes) (Langlais dan Miller, 1998).2. Macam-Macam PeriodontitisMacam-Macam Periodontitis menurut Langlais dan Miller pada tahun 1998 yaitu :a. Periodontitis kronisPeriodontitis kronis merupakan suatu diagnosa yang digunakan untuk menyebut bentuk penyakit periodontal destruktif, namun tidak sesuai dengan kriteria periodontitis juvenile generalisata, lokalisata maupun prepubertas. Penyakit ini mirip dengan gingivitis kronis, akan tetapi terjadi kehilangan sebagian tulang dan perlekatan jaringan ikat.b. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP)3. Penderita biasanya berumur 12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada umur 10-11 tahun. 4. Perempuan lebih sering diserang daripada laki-laki (3 : 1). Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus.5. Angka karies biasanya rendah. Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosis. 6. Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi, 7. tetapi pada tempat yang dirusak dijumpai kalkulus subgingiva. 8. Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi perdarahan dan gigi yang dikenai akan terlihat goyang c. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)2. GJP ini mirip dengan LJP, tetapi GJP terjadi secara menyeluruh pada gigi permanen dan dijumpai penumpukan plak yang banyak serta inflamasi gingiva yang nyata. 3. Melibatkan keempat gigi molar satu dan semua insisivus serta dapat merusak gigi lainnya (C, P, M2). Periodontitis prepubertas ada dua bentuk terlokalisir dan menyeluruh. 4. Bentuk terlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan mempengaruhi hanya beberapa gigi saja, sedangkan bentuk menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulai erupsi dan mempengaruhi semua gigi desidui. 5. Pasien di bawah umur 12 tahun (4 atau 5 tahun). Perbandingan jenis kelamin hampir sama. Angka karies biasanya rendah.6. Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit. Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secara Radiografis.7. Kerusakan jaringan periodontal lebih cepat pada bentuk generalisata dari pada. Bentuk terlokalisir (Langlais dan Miller, 1998).d. Periodontitis Prepubertas1. Periodontitis prepubertas ada dua bentuk terlokalisir dan menyeluruh.2. Bentuk terlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan mempengaruhi hanya beberapa gigi saja, sedangkan bentuk menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulai erupsi dan mempengaruhi semua gigi desidui.3. Pasien di bawah umur 12 tahun (4 atau 5 tahun). Perbandingan jenis kelamin hampir sama. 4. Angka karies biasanya rendah. 5. Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit. Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secara (Langlais dan Miller, 1998).2.3.3 Faktor penyebab penyakit periodontalFaktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal merupakan menyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum (Lamford,1995).1. Faktor lokal A. Plak BakteriPlak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak sub-gingiva yang berada pada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan :a. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuhb. Mengurangi pertahanan jaringan tubuhc. Menggerakkan proses immuno patologiMeskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis, akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor, meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan tubuh (Lamford,1995).B. KalkulusKalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya gingivitis dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung (Lamford,1995).

C. Impaksi makananImpaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi.D. Pernafasan mulutKebiasan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal ini sering dijumpai secara permanen atau sementara. a. Permanen misalnya pada anak dengan kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama. b. Sementara misalnya pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal.E. Sifat fisik makananSifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta memudahkan pembentukan karang gigi.Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya penyakit.Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat self cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.F. Trauma dari oklusiTrauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringann periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi. (lamford 1995).2. Faktor sistemik 1. Demam yang tinggiPada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam yang tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak dapat melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal. 2. Defisiensi vitaminDi antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat. Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi local menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut sehingga terjadi reaksi inflamasi.(Lamford, 1995)a. Mekanisme Kerusakan Jaringan Periodontal Osteoklas dan fagositosis mononukklear merupakan suatu peningkatan produk pada jaringan periodontal selama terjadinya inflamasi periodontal. Keduanya dapat mengakibatkan resopsi tulang dengan cara menghilangkan meneral dan kemudian memaparkan kolagen. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menunjukan stimulasi pada peningkatan osteoklas1. Produksi osteoklas- faktor aktivasi dari leukosit distimulasi oleh antigen dari plak gigi2. Peningkatan vaskularitas dihubungkan dengan inflamasi.3. Endotoksin dari mikroorganisme bacteriodes melaninogeniccus.Faktor lain yang dihubungkan dengan resorpsi tulang adalah ekstrak glandula paratiroid, fragmen tumor, heparin, prostaglandin, kolagenase, hyaluronidase dan tekanan yang berlebihan pada bagian oklusal. Resorpsi tulang pada penyakit periodontal bukan merupakan proses nekrosis, tetapi merupakan suatu proses yang dapat merusak sel-sel tulang.(Lois 2004).

BAB III

GINGIVAJaringan PeriodontalKONSEP MAPPING

PerawatanFAKTOR SISTEMIKFAKTOR LOKALKELAINANBEKERJA OPTIMALAbnormalNormalSEMENTUMLIG. PERIODONTALTL ALVEOLAR

BAB IVPEMBAHASANJaringan periodontal adalah jaringan yang terdapat di sekitar gigi tempat gigi tertanam dan membentuk lengkungan rahang dengan baik. Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari socketnya. (Carranza, 2006).Pada orang dewasa, gingiva normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi kearah koronal dari hubungan sementum enamel. Secara anatomis, gingiva dibagi menjadi marginal, attached, dan area interdental. Meskipun masing-masing gingiva memiliki perbedaan kekerasan dan struktur histologi, tetapi secara umum gingiva berperan untuk melindungi kerusakan mekanik maupun bacterial. Karena itu, spesifisitas dari struktur gingiva menunjukkan efektivitasnya untuk menjadi tameng dari penetrasi mikroba maupun agen berbahaya untuk masuk ke jaringan yang lebih dalam (Carranza, 2006).Terdapat beberapa faktor penyerta sistemik penyakit periodontal, diantaranya adalah penuaan, pengaruh stress dan psikososial, kelainan genetik, ketidakseimbangan endokrin, penyakit atau kelainan darah, Defisiensi nutrisi dan gangguan metabolik, obat-obatan dan efeknya terhadap jaringan periodontal, penyakit periodontal pada penderita AIDS dan infeksi periodontal dan gangguan sitemik. Faktor-faktor penyerta sistemik tersebut berpengaruh terhadap terjadinya penyakit periodontal (Fedi, dkk., 2005).Perawatan pada penyakit periodontal ada beberapa fase, diantaranya. Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal Pencegahan penyakit periodontal dapat dilakukan antara lain dengan cara, menyikat gigi setiap habis makan dengan pasta gigi yang mengandung fluoride, membersihkan sela-sela antara gigi dengandental floss, dental flossini gunanya untuk mengangkat sisa makanan yang terdapat di leher gigi dan di bawah gusi, saat ini sudah banyak di produksi "dental water jet" yang terbukti lebih efektif menghilangkan perdarahan gusi di bandingkandental floss, makanan bergizi yang seimbang, mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan cleaning

BAB VPENUTUPAN

5.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa jaringan periodontal disebut juga jaringan pendukung gigi. Dimana dalam periodonsium mempunyai empat komponen yaitu gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum. Dimana dari sistem ini terdiri dari bagian-bagiannya yang saling berhubungan, apabila terjadi gangguan kerusakan di salah satu bagiannya maka akan mempengaruhi atau mengurangi fungsinya. Salah gangguan dari jaringan periodontal adalah gingivitis akut maupun kronik5.2 SaranDiharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa Kedokteran Gigi dapat memahami anatomi, histologi , fisiologi serta kelainan pada jaringan periodontal, dan mengetahui cara penanganan dalam gangguan jaringan priodontal yang digunakan dalam kedokteran gigi.

Daftar Pustaka

Bloom and Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta:EGC. Hal: 523Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Histology and Embryology. Jaypee Brothers Publishers. Page: 157, 159Grossman, LI. 1995.Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Lamford, S. 1995. Periodontologi and periodontics modern teori and practice. 1995. Philadelphia : WB Saunders Co.Louis F Rose, dkk. Periodontics Medicine, Surgery, and Implants. Missouri : Elsevier Mosby. 2004Manson JD, Eley BM. 1993. Buku Ajar Periodontiti. Jakarta: Hipokrates. Hal: 11-13Newman, Michael G. et al. 2012.Carranzas Clinical Periodontology 11thed. Missouri: Elsevier Inc.Susanto, Amalia J. 2009. Penyakit Periodontal. Bahan Ajar Kuliah. Jakarta: FKG UI.Willmann DE and Jill S. 2007. Foundations of Periodontics for the Dental Hygienist. Lippincott Wlliams & Wilkins. Page: 30Woelfe, H. F., Rateitschak, K. H., Hassel, T. M., 2013, Color Atlas of Dental Medicine Periodontology, New York: Thieme USA.EGC

1