BAB I

download BAB I

of 42

description

med

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKongres Amerika menetapkan bulan Oktober sebagai 'Bulan Kesadaran Nasional terhadap Jantung yang Mendadak Berhenti Berdenyut' (National Sudden Cardiac Arrest Awareness Month - Reuter, Pittsburg 1 Oktober 2008). Penetapan ini dibuat bukan tanpa alasan, karena cardiac arrests adalah penyebab kematian nomor satu dalam masyarakat Amerika. Angka kematian cardiac arrest lebih tinggi daripada gabungan angka-angka kematian kanker payudara, kanker paru-paru, dan HIV/AIDS (The American Heart Association-2008).Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.Cardiac arrest dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Hal ini dapat juga terjadi secara tiba-tiba pada seseorang yang terlihat sehat, dan menyebabkan kematian yang mendadak atau sudden cardiac death (SCD). Hal ini merupakan suatu kegawat daruratan medis, dapat berpotensi untuk membaik jika ditangani seawal mungkin. Penanganan pertama untuk cardiac arrest adalah cardiopulmonary resuscitation (biasa disebut CPR) yang akan mendukung sirkulasi peredaran darah sampai tersedia perawatan medis yang pasti.Penanganan berikutnya sangat bergantung pada irama jantung yang terlihat pada pemeriksaan lanjutan, apakah terdapat aritmia atau tidak, tetapi sering kali diperlukan defibrillasi untuk mengembalikan irama jantung normal sebab sebagian besar cardiac arrest terjadi akibat ventricular fibrillation dan ventricular tachicardia. Saat ini, cardiac arrest masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Sekitar separuh dari semua kematian akibat penyakit jantung digolongkan sebagai sudden cardiac death.Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan.Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu Golden Periode (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru / CPR.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Cardiac Arrest ?1.2.2 Apa yang dimaksud dengan RJP ?1.2.3 Bagaimana Perbedaan RJP Menurut AHA Tahun 2005 dan Tahun 2010 ?1.2.4 Bagaimana langkah-langkah RJP menurut AHA Tahun 2010 ?1.2.5 Apa yang dimaksud dengan Emergency Medical Service?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan KhususAgar mahasiswa memahami tentang RJP menurut AHA Tahun 2010 serta langkah-langkahnya.1.3.2 Tujuan Umum a) Agar mahasiswa memahami tentang pengertian Cardiac Arrest.b) Agar mahasiswa memahami tentang RJP.c) Agar mahasiswa memahami tentang perbedaaan RJP menurut AHA Tahun 2005 dan Tahun 2010.d) Agar mahasiswa memahami tentang langkah-langkah RJP menurut AHA Tahun 2010.e) Agar mahasiswa memahami tentang Emergency Medical Service.

BAB 2TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Cardiac ArrestCardiac arrest disebut juga cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau circulatory arrest, merupakan suatu keadaan darurat medis dengan tidak ada atau tidak adekuatnya kontraksi ventrikel kiri jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan sirkulasi. Gejala dan tanda yang tampak, antara lain hilangnya kesadaran, napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas), tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri, dan tidak denyut jantung.

Istilah cardiac arrest merupakan istilah populer yang digunakan dalam dunia medis barat pada suatu keadaan jantung berhenti bekerja mendadak. Secara etimologis, cardiac merupakan serapan dari istilah kardio yang bermakna jantung, sementara arrest sendiri bermakna berhenti dalam bahasa Indonesia. Keduanya merupakan kondisi fatal yang berpotensi kematian mendadak jika tidak didukung usaha penanganan tindak lanjut ekstra cepat dan menyeluruh. Otak hanya bertahan 5 menit saja akibat terhentinya pengiriman oksigen.Secara keseluruhan, kondisi cardiac arrest tidak dapat disamakan dengan kondisi serangan jantung, namun terkait hal tersebut kondisi cardiac arrest dapat juga disebabkan oleh serangan jantung. Cardiac arrest ialah kondisi gangguan yang terjadi pada ritme jantung saat bilik jantung, yakni ventricles, berdenyut terlalu cepat dan tidak konsisten.Kondisi tersebut dipicu oleh terjadinya kekacauan pada stimulasi listrik jantung (ventricular fibrillation), kondisi dinding bilik jantung hanya bergetar (tidak berdegup sempurna) sehingga terjadi kegagalan proses pemompaan darah yang menyebabkan kegagalan lebih luas pada organ vital.Cardiac arrest merupakan gangguan kontraksi otot ruang jantung bagian bawah, ventrikel berdetak secara ekstrim pada kisaran 400 sampai 600 kali per menit, artinya dia berdetak 4 sampai 6 kali lebih cepat dari biasanya.

Jika gangguan detak yang disebut sebagai ventrikular fibrilasi terjadi, maka fungsi jantung sebagai pompa darah akan sangat terganggu sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan berkurang. Jika tidak mendapat penanganan yang cepat dan tepat, maka dalam hitungan menit akan terjadi kematian. Kematian yang terjadi karena cardiac arrest disebabkan karena kematian sel-sel otak karena kurang oksigen dan nutrisi, masalahnya otak memang terkenal haus akan oksigen dan nutrisi. Para ahli emergency menggunakan Electrical Shock untuk menormalkan detak jantung tersebut. Menurut para ahli kedokteran 30-50 % cardiac arrest terjadi secara tiba-tiba, artinya si penderita tidak merasakan nyeri dada, sesak dan gejala lainnya. Jadi cardiac arrest terjadi tanpa adanya peringatan.2.2 Pengertian RJPRJP (Resusitasi jantung paru) adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan.Tujuan RJP yaitu :1. Tujuan penanganan untuk mengembalikan fungsi jantung paru-paru seperti normal2. Tujuan mempertahankan aliran O2 ke otak dan perfusi kejaringanIndikasi RJP :1. Keadaan henti napas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)2. Keadaan henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: Hipoksemia karena berbagai sebab Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia) Gangguan irama jantung (aritmia) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)Kontra indikasi :1. Terminal illnes2. Mati secara klinis > 5 menitKomplikasi :Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia.Langkah yang paling tepat jika korban mengalami komplikasi henti jantung dan pendarahan hebat tergantung pada kemampuan penolong. Jika penolong sendirian dan mahir dalam mengendalikan pendarahan, maka penolong harus menghentikan pendarahan dengan cepat baru kemudian melakukan RJP. Jika penolong ada banyak, maka pengendalian pendarahan dan RJP dapat dilakukan secara bersamaan.2.3 Perbedaan RJP Menurut AHA Tahun 2005 dan AHA Tahun 2010Tanggal 18 obtober 2010 lalu AHA (American Hearth Association) mengumumkan perubahan prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation) atau dalam bahasa Indonesia disebut RJP (Resusitasi Jantung Paru) yang berbeda dari prosedur sebelumnya yang sudah dipakai dalam 40 tahun terakhir. Perubahan tersebut ada dalam sistematikanya, yaitu sebelumnya menggunakan A-B-C (Airway-Breathing-Circulation) sekarang menjadi C-A-B (Circulation Airway Breathing). Namun perubahan yang ditetapkan AHA tersebut hanya berlaku pada orang dewasa, anak, dan bayi. Perubahan tersebut tidak berlaku pada neonatus.Perubahan tersebut menurut AHA adalah mendahulukan pemberian kompresi dada dari pada membuka jalan napas dan memberikan napas buatan pada penderita henti jantung. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa teknik kompresi dada lebih diperlukan untuk mensirkulasikan sesegera mungkin oksigen keseluruh tubuh terutama organ-organ vital seperti otak, paru, jantung dan lain-lain.Menurut penelitian AHA, beberapa menit setelah penderita mengalami henti jantung masih terdapat oksigen pada paru-paru dan sirkulasi darah. Oleh karena itu memulai kompresi dada lebih dahulu diharapkan akan memompa darah yang mengandung oksigen ke otak dan jantung sesegera mungkin. Kompresi dada dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan jalan napas (Airway) dan pemberian napar buatan (bretahing) seperti prosedur yang lama.AHA selalu mengadakan review guidelines CPR setiap 5 tahun sekali. Perubahan dan review terakhir dilakukan pada tahun 2005 dimana terjadi perubahan perbandingan kompresi dari 15 : 2 menjadi 30 : 2.Dengan perubahan ini AHA merekomendasikan agar segera mensosialisasikan perubahan ini kepada petugas medis, instruktur pelatihan, petugas p3k dan masayarakat umum.Setelah mengevaluasi berbagai penelitian yang telah dipublikasi selama lima tahun terakhir AHA mengeluarkan Panduan RJP 2010. Fokus utama RJP 2010 ini adalah kualitas kompresi dada. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara Panduan RJP 2005 dengan RJP 2010.1. Bukan lagi ABC, melainkan CAB AHA 2010 (new)A change in the 2010 AHA Guidelines for CPR and ECC is to reccomend the initiation of chest compression before ventilation. AHA 2005 (old)The sequence of adult CPR began with opening of the airway, checking for normal breathing, and then delivering 2 rescue breaths followed by cycles of 30 chest compressions and 2 breaths.Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama, kita mengenal ABC: Airway, Breathing, Circulation (Chest Compression) yaitu buka jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi dada. Pada saat ini, prioritas utama adalah Circulation baru setelah itu tatalaksana difokuskan pada Airway dan selanjutnya Breathing. Satu-satunya pengecualian adalah hanya untuk bayi baru lahir (neonatus), karena penyebab tersering pada bayi baru lahir yang tidak sadarkan diri dan tidak bernafas adalah karena masalah jalan nafas (asfiksia). Sedangkan untuk yang lainnya, termasuk RJP pada bayi, anak, ataupun orang dewasa biasanya adalah masalah Circulation kecuali bila kita menyaksikan sendiri korban tidak sadarkan diri karena masalah selain Circulation harus menerima kompresi dada sebelum kitaberpikir memberikan bantuan jalan nafas.2. Tidak ada lagi Look, Listen, and Feel AHA 2010 (new)Look, listen, and feel for breathing was removed from the sequence for assessment of breathing after opening the airway. The healthcare provider briefly checks for breathing when checking responsiveness to detect signs of cardiac arrest. After delivery of 30 compressions, the home rescuer opens the victims airway and delivers 2 breaths. AHA 2005 (old)Look, listen, and feel for breathing was used to assess breathing after the airway was opened.Kunci utama menyelamatkan seseorang dengan henti jantung adalah Bertindak bukan Menilai. Telepon ambulan segera saat kita melihat korban tidak sadar dan tidak bernafas dengan baik (gasping). Percayalah pada nyali Anda. Jika Anda mencoba menilai korban bernapas atau tidak dengan mendekatkan pipi Anda pada mulut korban, itu boleh-boleh saja. Tapi tetap saja sang korban tidak bernafas dan tindakan look listen and feel ini hanya akan menghabiskan waktu.3. Tidak ada lagi Resque Breath AHA 2010 (new)Beginning CPR with 30 compressions rather than 2 ventilations leads to a shorter delay to first compressionResque breath adalah tindakan pemberian napas buatan sebanyak dua kali setelah kita mengetahui bahwa korban henti napas (setelah Look, Listen, and Feel). Pada AHA 2010, hal ini sudah dihilangkan karena terbukti menyita waktu yang cukup banyak sehingga terjadi penundaan pemberian kompresi dada.4. Kompresi dada lebih dalam lagi AHA 2010 (new)The adult sternum should be depressed at least 2 inches (5 cm) AHA 2005 (old)The adult sternum should be depressed 11/2 to 2 inches (approximately 4 to 5 cm).Pada pedoman RJP sebelumnya, kedalaman kompresi dada adalah 1 2 inchi (4 5 cm), namun sekarang AHA merekomendasikan untuk melakukan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inchi (5 cm).5. Kompresi dada lebih cepat lagi AHA 2010 (new)It is reasonable for lay rescuers and healthcare providers to perform chest compressions at a rate of at least 100x/min. AHA 2005 (old)Compress at a rate of about 100x/min.AHA mengganti redaksi kalimat disini sebelumnya tertulis: tekan dada sekitar 100 kompresi/ menit. Sekarang AHA merekomendasikan kita untuk kompresi dada minimal 100 kompresi/ menit. Pada kecepatan ini, 30 kompresi membutuhkan waktu 18 detik.6. Hands only CPR AHA 2010 (new)Hands-Only (compression-only) bystander CPR substantially improves survival following adult out-of-hospital cardiac arrests compared with no bystander CPR.AHA mendorong RJP seperti ini pada tahun 2008. Dan pada pedoman tahun 2010 pun AHA masuh menginginkan agar penolong yang tidak terlatih melakukan Hands Only CPR pada korban dewasa yang pingsan di depan mereka. Pertanyaan terbesar adalah: apa yang harus dilakukan penolong tidak terlatih pada korban yang tidak pingsan di depan mereka dan korban yang bukan dewasa? AHA memang tidak memberikan jawaban tentang hal ini, namun ada saran sederhana disini: berikan Hands Only CPR, karena berbuat sesuatu lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali.7. Pengaktivasian Emergency Response System (ERS) AHA 2010 (new)Check for response while looking at the patient to determine if breathing is absent or not normal. Suspect cardiac arrest if victim is not breathing or only gasping. AHA 2005 (old)Activated the emergency response system after finding an unresponsive victim, then returned to the victim and opened the airway and checked for breathing or abnormal breathing.Pada pedoman AHA yang baru, pengaktivasian ERS seperti meminta pertolongan orang di sekitar, menelepon ambulans, ataupun menyuruh orang untuk memanggil bantuan tetap menjadi prioritas, akan tetapi sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesadaran dan ada tidaknya henti nafas (terlihat tidak ada nafas/ gasping) secara simultan dan cepat.8. Jangan berhenti kompresi dada AHA 2010 (new)The preponderance of efficacy data suggests that limiting the frequency and duration of interruptions in chest compressions may improve clinically meaningful outcomes in cardiac arrest patients.Setiap penghentian kompresi dada berarti menghentikan aliran darah ke otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak jika aliran darah berhenti terlalu lama. Membutuhkan beberapa kompresi dada untuk mengalurkan darah kembali. AHA menghendaki kita untuk terus melakukan kompresi selama kita bisa atau sampai alat defibrilator otomatis datang dan siap untuk menilai keadaan jantung korban. Jika sudah tiba waktunya untuk pernapasan dari mulut ke mulut, lakukan segera dan segera kembali melakukan kompresi dada. Prinsip Push Hard, Push Fast, Allow complete chest recoil, and Minimize Interruption masih ditekankan disini. Ditambahkan dengan Avoiding excessive ventilation.9. Tidak dianjurkan lagi Cricoid Pressure AHA 2010 (new)The routine use of cicoid pressure in cardiac arrest is not recommended. AHA 2005 (old)Cricoid pressure should be used only if the victim is deeply unconscious, and it usually requires a third rescuer not involved in rescue breaths or compressions.Cricoid pressure dapat menghambat atau mencegah pemasangan jalan nafas yang lebih adekuat dan ternyata aspirasi tetap dapat terjadi walaupun sudah dilakukan cricoid pressure. Cricoid pressure merupakan suatu metode penekanan tulang rawan krikoid yang dilakukan pada korban dengan tingkat kesadaran sangat rendah, hal ini pada pedoman AHA 2005 diyakini dapat mencegah terjadinya aspirasi dan hanya boleh dilakukan bila terdapat penolong ketiga yang tidak terlibat dalam pemberian nafas buatan ataupun kompresi dada.10. Pemberian Precordial Thump AHA 2010 (new)The precordial thump should not be used for unwitnessed out-of-hospital cardiac arrest. The precordial thump may be considered for patients with witnessed, monitored, unstable VT (including pulseless VT) if a defibrillator is not immediately ready for use, but it should not delay CPR and shock delivery. AHA 2005 (old)No recommendation was provided previously.Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa precordial thump dapat mengembalikan irama ventricular tachyarrhytmias ke irama sinus. Akan tetapi pada sejumlah besar kasus lainnya, precordial thump tidak berhasil mengembalikan korban dengan ventricular fibrillation ke irama sinus atau kondisi Return of Spontaneous Circulation (ROSC). Kemudian terdapat banyak laporan yang menyebutkan terjadinya komplikasi akibat pemberian precordial thump seperti fraktur sternum, osteomyelitis, stroke, dan bahkan bisa mencetuskan aritmia yang ganas pada korban dewasa dan anak-anak. Pemberian precordial thump boleh dipertimbangkan untuk dilakukan pada pasien dengan VT yang disaksikan, termonitor, tidak stabil, dan bila defibrilator tidak dapat disediakan dengan segera. Dan yang paling penting adalah precordial thump tidak boleh menunda pemberian RJP atau defibrilasi.Alasan untuk perubahan sistem ABC menjadi CAB adalah : Henti jantung terjadi sebagian besar pada dewasa. Angka keberhasilan kelangsungan hidup tertinggi dari pasien segala umur yang dilaporkan adalah henti jantung dan ritme Ventricular Fibrilation (VF) atau pulseless Ventrivular Tachycardia (VT). Pada pasien tersebut elemen RJP yang paling penting adalah kompresi dada (chest compression) dan defibrilasi otomatis segera (early defibrillation). Pada langkah A-B-C yang terdahulu kompresi dada seringkali tertunda karena proses pembukaan jalan nafas (airway) untuk memberikan ventilasi mulut ke mulut atau mengambil alat pemisah atau alat pernafasan lainnya. Dengan mengganti langkah menjadi C-A-B maka kompresi dada akan dilakukan lebih awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus kompresi dada (30 kali kompresi dada secara ideal dilakukan sekitar 18 detik). Kurang dari 50% orang yang mengalami henti jantung mendapatkan RJP dari orang sekitarnya. Ada banyak kemungkinan penyebab hal ini namun salah satu yang menjadi alasan adalah dalam algoritma A-B-C, pembebasan jalan nafas dan ventilasi mulut ke mulut dalam Airway adalah prosedur yang kebanyakan ditemukan paling sulit bagi orang awam. Memulai dengan kompresi dada diharapkan dapat menyederhanakan prosedur sehingga semakin banyak korban yang bisa mendapatkan RJP. Untuk orang yang enggan melakukan ventilasi mulut ke mulut setidaknya dapat melakukan kompresi dada.

Penggunaan Sistem ABC Saat ini :1. Pada korban tenggelam atau henti nafas maka petugas sebaiknya melakukan RJP konvensional (A-B-C) sebanyak 5 siklus (sekitar 2 menit) sebelum mengaktivasi sistem respon darurat. 2. Pada bayi baru lahir, penyebab arrest kebanyakan adalah pada sistem pernafasan maka RJP sebaiknya dilakukan dengan siklus A-B-C kecuali terdapat penyebab jantung yang diketahui.

2.4 Langkah-Langkah RJP2.5.1 Langkah Langkah RJP Dewasa 1 OrangLangkah 1 Evaluasi Respon KorbanPeriksa dan tentukan dengan cepat bagaimana respon korban. Penolong harus menepuk atau mengguncang korban dengan hati hati pada bahunya dan bertanya dengan keras : Halo!Halo!Apakah anda baik baik saja?

Hindari mengguncang korban dengan kasar karena dapat menyebabkan cedera. Juga hindari pergerakan yang tidak perlu bila ada cedera kepala dan leher.Jika korban tidak berespon, berarti korban tidak sadar. Korban tidak sadar mungkin karena : Sumbatan jalan nafas karena makanan, sekret, atau lidah yang jatuh ke belakang. Henti nafas Henti jantung,yang umumnya disebabkan serangan jantungLangkah 2 Mengaktifkan Emergency Medical Services (EMS)Jika korban tidak berespon, panggil bantuan dan segera hubungi ambulan 118.

Penolong harus segera mengaktifkan EMS setelah dia memastikan korban tidak sadar dan membutuhkan pertolongan medis.Jika terdapat orang lain di sekitar penolong, minta dia untuk melakukan panggilan. Saat menghubungi EMS sebutkan : Lokasi korban Nomor telepon yang bisa di hubungi Apa yang terjadi (misalnya serangan jantung / tidak sadar) Jumlah korban Dibutuhkan ambulan segera Tutup telepon setelah diinstruksikan oleh petugas.Langkah 3 Memposisikan KorbanKorban harus dibaringkan di atas permukaan yang keras dan datar agar RJP efektif. Jika korban menelungkup atau menghadap ke samping, posisikan korban terlentang. Perhatikan agar kepala, leher dan tubuh tersangga, dan balikkan secara simultan saat merubah posisi korban.

Langkah 4 Evaluasi Nadi / Tanda Tanda Sirkulasi Pertahankan posisi head tilt, tentukan letak jakun atau bagian tengah tenggorokan korban dengan jari telunjuk dan tengah. Geser jari anda ke cekungan di sisi leher yang terdekat dengan anda (Lokasi nadi karotis) Tekan dan raba dengan hati-hati nadi karotis selama 10 detik, dan perhatikan tanda-tanda sirkulasi (kesadaran, gerakan, pernafasan, atau batuk) Jika denyut nadi korban tidak teraba mulailah kompresi dada.Langkah 5 Menentukan Posisi Tangan Pada Kompresi DadaTehnik kompresi dada terdiri dari tekanan ritmis berseri pada pertengahan bawah sternum (tulang dada). Cara menentukan posisi tangan yang tepat untuk kompresi dada : Pertahankan posisi head tilt, telusuri batas bawah tulang iga dengan jari tengah sampai ke ujung sternum. Letakkan jari telunjuk di sebelah jari tengah. Letakkan tumit telapak tangan di sebelah jari telunjuk.

Kompresi Dada Angkat jari telunjuk dan jari tengah Letakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang menempel di sternum. Kaitkan jari tangan yang di atas pada tangan yang menempel sternum, jari tangan yang tidak menempel sternum tidak boleh menyentuh dinding dada. Luruskan dan kunci kedua siku. Bahu penolong di atas dada korban. Gunakan berat badan anda untuk menekan dada sedalam 4-5 cm. Hitung kompresi:1,2,3,4,51,2,3,4,101,2,3,4,151,2,3,4,201,2,3,4,251,2,3,4,30 Lakukan kompresi dada 100x/menit Rasio kompresi dan ventilasi adalah 30 kompresi : 2 ventilasi. Lakukan 5 siklus atau kurang lebih 2 menit. Bila Automated External Defribilator/Defribilator tersedia, evaluasi irama jantung yang ada. Selanjutnya kerjakan apa yang di perintahkan AED.

Bantuan Napas Dari Mulut Ke MulutBila tidak ada pernafasan spontan, lakukan bantuan napas dari mulut ke mulut. Untuk melakukan bantuan napas dari mulut ke mulut : Pertahankan posisi kepala tengadah dan dagu terangkat. Tutup hidung dengan menekankan ibu jari dan telunjuk untuk mencegah kebocoran udara melalui hidung korban. Mulut anda harus melingkupi mulut korban, berikan 2 tiupan pendek dengan jeda singkat diantaranya. Lepaskan tekanan pada cuping hidung sehingga memungkinkan terjadinya ekspirasi pasif setelah tiap tiupan. Setiap napas bantuan harus dapat mengembangkan dinding dada. Durasi tiap tiupan adalah 1 detik. Volume ventilasi antara 400-600ml.Catatan :Bila volume udara dihembuskan terlalu besar, udara dapat masuk ke lambung dan menyebabkan distensi lambung.Petujuk Kompresi Yang BenarKerjakan : Pertahankan tangan menempel pada sternum selama kompresi. Tumit telapak tangan dominan yang menempel pada dinding dada. Bebaskan tekanan dada setelah setiap kompresi sehingga darah dapat mengalir ke dada dan jantung Gunakan berat badan anda untuk melakukan kompresi dada. Tangan dominan nempel pada dinding dada. Jari tangan tidak boleh menempel dinding dada. Kecepatan kompresi 100x/menitJangan Kerjakan : Jangan mengangkat tangan dari sternum (tulang dada) untuk mempertahankan posisi yang tepat. Jangan menghentak selama kompresi karena dapat menimbulkan cedera.RJP Kwalitas Tinggi/High Quality CPR Kecepatan paling sedikit 100x/1 Kedalaman pijatan 2 inch (5 cm) Pengembangan dada (recoil) lengkap. Interupsi minimal. Ventilasi memadai (tidak berlebihan)Langkah EVALUASI Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan setiap 5 siklus RJP 30:2 Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di tentukan dan tidak di dapatkan tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung), lanjutkan RJP 30:2 Jika nadi teraba, periksa pernafasan. Jika tidak ada nafas, lakukan bantuan napas 8-10x/menit (satu tiupan tiap 6-7 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu...tiup! Ulangi sampai 8-10x tiupan/menit.Memeriksa Pernapasan (Breathing)Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung korban untuk mengevaluasi pernapasan (sampai 5-6 detik) Melihat pergerakan dada Mendengarkan suara napas Merasakan hembusan napas dengan pipi

Manuver Head Tilt Chin Lift ; pegang dahi dengan jari melintang horizontal, tengadahkan sambil jari tangan yang lain memegang dagu pada bagian yang bertulang dan angkat !2.5.2 RJP Dewasa 2 PenolongRJP Dewasa 2 penolong digunakan bila ada penolong kedua. Pada RJP dewasa 2 penolong, satu penolong melakukan kompresi dada, yang lain melakukan bantuan napas dari mulut ke mulut. Tujuan RJP dewasa 2 penolong adalah untuk mengurangi keletihan penolong dan kompresi dada yang tidak adekuat.Kelelahan dan kompresi dada yang tidak adekuat dapat terjadi setelah RJP 2 menit sehingga dapat di lakukan Pergantian RJP selama 2 menit atau (5 siklus 30 kompresi dan 2 tiupan napas)2.5.3 Langkah- Langkah RJP Dewasa 2 PenolongLangkah 1Penolong 1 Lakukan RJP 1 penolong dengan 30 kompresi dada di ikuti 2 tiupan napas Bila terdapat AED, evaluasi irama jantung, ikuti perintah AEDLangkah 2Penolong 2 (harus bisa RJP 2 penolong) datang dan : Mengatakan saya bisa melakukan RJP 2 penolong, dapat saya bantu?Langkah 3Penolong 1 Mengiyakan Menyelesaikan siklus 30 kompresi di ikut 2 tiupan napasLangkah 4Penolong 1 Evaluasi nadi dan tanda tanda sirkulasiPenolong 2 Menentukan posisi kompresi dada (saat penolong 1 mengevaluasi nadi dan tanda tanda sirkulasi)Langkah 5Penolong 1 Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di evaluasi dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi perlakukan sebagai henti jantung), katakan nadi tidak teraba lanjutkan RJP.

Langkah 6Penolong 2 Lakukan kompresi dada dengan hitungan:1,2,3,4,5 1,2,3,4,10 1,2,3,4,15 1,2,3,4,201,2,3,4,25 1,2,3,4,30 Selesaikan 30 kompresiLangkah 7Penolong 1 Berikan 2 tiupan napas (setelah penolong 2 menyelesaikan tiap 30 kompresi dada) tanpa menghentikan kompresi dada.Langkah 8 Ulangi siklus RJP Penolong 1 : berikan 2 tiupan Penolong 2 : lakukan 30 kompresi dada2.5.4 Langkah Langkah Perpindahan PeranLangkah 1Penolong 2 (yang melakukan kompresi dada) Meminta pergantian dengan hitungan :1,2,3,4,5 1,2,3,4,10 1,2,3,4,15 1,2,3,4,201,2,3,4,25 GANTI 1,2,3,4,30Langkah 2Penolong 1 Berikan 2 tiupan napas setelah penolong 2 menyelesaikan 30 kompresi dada. Pindah ke dada korban Tentukan posisi kompresi dada.Langkah 3Penolong 2 Pindah ke kepala korban Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di evaluasi dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi perlakukan sebagai henti jantung), katakan nadi tidak teraba, lanjutkan RJPLangkah 4 Ulangi siklus RJP Penolong 1 : lakukan 30 kompresi dada Penolong 2 : berikan 2 tiupan napasEVALUASI Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan setiap 5 siklus RJP 30:2 Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di tentukan dan tidak dapat, tanda-tanda sirkulasi, perlakuan sebagai henti jantung),lanjutkan RJP 30:2 Jika nadi teraba, periksa pernapasan Jika tidak ada napas, lakukan napas buatan 8-10x/menit (1 tiupan tiap 6-7 detik) dengan hitungan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu...tiup! Ulangi sampai 10x tiupan/menit. Jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada posisi recovery. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap 2 menit.Posisi Recovery DewasaPosisi recovery dilakukan pada korban tidak sadar dengan adanya nadi, napas, dan tanda-tanda sirkulasi. Jalan napas dapat tertutup oleh lidah, lendir,dan muntahan pada korban tidak sadar yang bebaring terlentang. Masalah-masalah ini dapat di cegah bila dilakukan posisi recovery pada korban tersebut, karena cairan dapat mengalir keluar mulut dengan mudah.Bila tidak di dapatkan tanda-tanda trauma, tempatkan korban pada posisi recovery. Posisi ini menjaga jalan napas tetap terbuka. Langkah-langkah menempatkan korban pada posisi recovery :Langkah 1 Posisikan KorbanA. Lipat lengan kanan korban. Luruskan lengan kiri dengan telapak tangan menghadap ke atas, di bawah paha kanan.

B. Lengan kanan harus di lipat di silangkan di depan dada dan tempelkan punggung tangan pada pipi kiri korban.

C. Dengan menggunakan tangan anda yang lain, tekuk lutut kanan korban dengan sudut 90 derajat.

Langkah 2 Gulingkan Korban Ke Arah Penolong Tempelkan tangan pada tangan korban yang ada di pipi. Gunakan tangan yang lain memegang pinggul korban dan gulingkan korban menuju anda sampai di berbaring miring. Gunakan lutut untuk menyangga tubuh korban saat pada menggulingkannya agar tidak terguling.Langkah 3 Posisi Akhir Recovery Pastikan kepala (pipi) korban di alasi punggung tangannya. Periksa posisi tangan korban yang lain menggeletak bebas dengan telapak menghadap ke atas. Tungkai kanan tetap di pertahankan dalam posisi tersebut 90 derajat pada sendi lutut. Monitor nadi,tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan setiap beberapa menit.

2.5.5 Sumbatan Benda Asing (SBA) DewasaObstruksi jalan napas total merupakan suatu kondisi darurat yang dapat menimbulkan kematian dalam hitungan menit bila tidak di tangani dengan baik. Obstruksi jalan napas total menunjukkan jalan napas tertentu. Korban tidak dapat berbicara, bernapas atau batuk.Sebagian besar kasus tersedak berhubungan dengan makanan dan kejadiannya diketahui orang lain,data mengatakan bahwa penderita tersedak kesempatan hidup akan meningkat bila penolong dapat segera mengintervensi saat korban masih sadar. Tehnik yang di gunakan untuk mengeluarkan SBA adalah manuver Heimlich (abdominal thrust) dan chest thrust (untuk korban hamil dan gemuk)Manuver Heimlich, juga di kenal sebagai abdominal thrust subdiafragma atau abdominal thrust, di rekomendasikan untuk mengeluarkan SBA pada dewasa dan anak 1-8 tahun yang masih sadar.Manuver Heimlich (abdominal thrust) menimbulkan elevasi diafragma dan meningkatkan tekanan jalan napas, sehingga udara keluar dari paru. Hal ini menimbulkan batuk buatan dan mendorong benda asing keluar dari jalan napas.PENYEBAB SBA TERSERINGSumbatan jalan napas dapat berasal dari luar maupun dalam tubuh.PENYEBAB DARI DALAM TUBUH Lidah yang jatuh ke belakang dan menutup faring pada korban tidak sadar yang terlentang Darah yang berasal dari cedera kepala dan wajah. Regurgitasi isi lambung.PENYEBAB DARI LUAR TUBUH Benda asing seperti makanan, gigi palsu, dan sebagainya.1. Pengenalan SBASBA dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian maupun total. Batuk merupakan cara tubuh mengeluarkan SBA.Korban dengan obstruksi jalan napas sebagian akan terbatuk dalam usaha mengeluarkan benda asing. Tanda tanda obstruksi jalan napas sebagian adalah mengi (bernapas dengan suara wheezing) atau batuk. Biarkan korban batuk untuk mengeluarkan SBA sendiri.Pada obstruksi jalan napas total korban tidak dapat berbicara, bernapas, atau batuk dan mungkin sianosis, korban akan memegang lehernya dengan jari telunjuk dan ibu jari, ini merupakan tanda tersedak universal dan membutuhkan tindakan segera.2. Pertolongan SBA Dewasa SadarTehnik yang di gunakan untuk mengeluarkan SBA pada dewasa sadar adalah manuver Heimlich (abdominal thrust) atau chest thrust.A. Tehnik Manuver Heimlich (Abdominal Thrust)Langkah 1 Memastikan korban tersedak,tanyakan tanyakan anda tersedak? Bila korban dapat batuk, mintalah dia batuk sekeras mungkin agar benda asing dapat keluar dari jalan napas. Bila jalan napas korban tersumbat, dia tidak dapat bicara, bernapas, maupun batuk. Wajah korban kebiruan. Penolong harus segera melakukan langkah berikutnya.Langkah 2 Bila korban berdiri penolong berdiri di belakang korban. Mintalah agar korban membuka kakinya. Bila korban duduk penolong berlutut dan berada di belakang korban. Letakkan satu kaki diantara kedua tungkai korban.Langkah 3 Lingkarkan lengan anda pada perut korban dan cari pusar. Letakkan dua jari di atas pusar. Kepalkan tangan yang lain. Tempatkan sisi ibu jari kepalan tangan pada dinding abdomen di atas dua jari tadi. Minta korban membungkuk dan genggam kepalan anda dengan tangan yang lain. Lakukan hentakan ke arah dalam dan atas (sebanyak 5 kali) Periksa bilamana benda asing keluar setiap 5 kali hentakan. Ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar.B. Tehnik Chest ThrustTehnik chest thrust dilakukan sebagai alternatif manuver heimlich pada korban sadar yang gemuk atau hamil.Langkah 1 Memastikan korban tersedak, tanyakan Apakah anda tersedak? korban yang tersedak tidak mampu berbicara,bernapas,maupun batuk.Langkah 2 Bila korban berdiri penolong berdiri di belakang korban. Mintalah korban membuka kakinya selebar bahu. Bila korban duduk penolong berlutut dan berada di belakang korban. Letakkan satu kaki di antara kedua tungkai korban.Langkah 3 Lingkarkan lengan anda pada perut korban dan cari pusar. Letakkan dua jari di atas pusar. Kepalkan tangan yang lain. Tempatkan sisi ibu jari kepalkan tangan pada dinding abdomen di atas dua jari tadi. Minta korban membungkuk dan genggam kepalan anda dengan tangan yang lain. Lakukan hentakan ke arah dalam dan atas (sebanyak 5x) Periksa bilamana benda asing keluar setiap 5x hentakan. Ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar.3. Pertolongan SBA Dewasa Tak SadarPenderita ditemukan sejak awal sudah tidak sadar.Pada korban dewasa yang tidak sadar, tidak bernapas atau bernapas gasping kuri prosedur berikut :Langkah 1 Posisikan korban terlentang di alas yang datar dan keras dan segera aktifkan EMS dengan menghubungi ambulan 118 Cari/pasang AED bila adaLangkah 2 Periksa nadi, bila dalam 10 detik tidak teraba, lakukan RJP 30:2 ventilasi Bila dada tidak mengembang pada ventilasi 1, reposisi kepala dan lakukan ventilasi 2. Bila ventilasi 2 masih gagal, berarti terdapat sumbatan jalan napas.. Kompresi dada kembali. Setelah 30 kompresi dada, sebelum di ventilasi, evaluasi ke mulut korban dengan cara Tonge Jaw Lift. Bila tidak nampak benda asing, berikan 2 ventilasi, lalu kompres dada kembali. Begitu seterusnya 30 kompresi dada evaluasi ventilasi sampai benda asing berhasil dikeluarkan.Langkah 3 Bila nampak benda asing bersihkan dengan sapuan jari (finger sweep)Langkah 4 Evaluasi breathing (dengan 3M) bila tidak bernapas berikan bantuan napas, bila dada mengembang berarti jalan napas sudah bebas

Langkah 5 Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi ketika jalan napas sudah bebas. Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit ditemukan dan tidak didapat tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung. Lakukan RJP 30:2. Jika nadi teraba, periksa pernapasan. Jika tidak ada napas, lakukan napas bantuan 8-10 x/menit (satu tiupan napas 6-7 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu, tiup....! Ulangi sampai 8-10 x/menit jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada posisi recovery. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap beberapa menit4. Pertolongan SBA Dewasa Tak Sadar (Lanjutan....)Penderita ditemukan sejak awal sudah tidak sadar.Pada korban dewasa yang tidak sadar, tidak bernapas atau bernapas gasping ikuti prosedur berikut :Langkah 1 Posisikan korban terlentang di alas yang datar dan keras dan segera aktifkan EMS dengan menghubungi ambulan 118 Cari/pasang AED bila ada.Langkah 2 Periksa nadi, bila dalam 10 detik tidak teraba, lakukan RJP 30:2 ventilasi. Bila dada tidak mengembang pada ventilasi 1, reposisi kepala dan lakukan ventilasi 2. Bila vventilasi 2 masih gagal, berarti terdapat sumbatan jalan napas. Kompresi dada kembali. Setelah 30 kompresi dada, sebelum diventilasi, evaluasi ke mulut korban dengan cara Tongue Jaw Lift. Bila tidak nampak benda asing, berikan 2 ventilasi, lalu jompresi dada kembali. Begitu seterusnya 30 kompresi dada, evaluasi, ventilasi sampai benda asing berhasil dikeluarkan.Langkah 3 Bila nampak benda asing bersihkan dengan sapuan jariLangkah 4 Evaluasi breathing (dengan 3M) bila tidak ada nafas berikan nafas, bila dada mengembang berarti jalan napas sudah bebas.

Langkah 5 Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi, ketika jalan napas bebas Jika nadi tidak teraba, bila nadi sulit ditentukan dan tidak didapatkan tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung), lanjutkan RJP30:2 Jika nadi teraba, periksa pernapasan Jika tidak ada napas, lakukan napas bantuan 8-10 x/menit (satu tiupantiap 6-7 detik) dengan tiupan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu... tiup! Ulangi sampai 8-10x/menit Jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada posisi recovery. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap beberapaa menit.2.5.6 RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BAYIBayi adalah anak yang berusia kurang dari 1tahun. Henti jantung umumnya terjadi sebagai akibat sekunder dari masalah lain, seperti trauma mayor atau masalah pada sistem pernafasan. Jarang yang merupakan akibat dari masalah jantung itu sendiri. Untuk mencegah terjadinya henti jantung penolong harus mendeteksi da tata laksana dini dari tanda-tanda awal gagal napas.a. Langkah 1 EVALUASI KESADARAN Evaluasi dan tentukan status kesadaran bayi dengan menepuk bahu bayi dengan lembut. Tentukan bayi bernapas atau tidak, bila tidak bernapas atau bernapas gasping ke langkah 2. Hindari guncangan kasar, pergerakan kepala dan leher bayi yang tidak perlu karena dapat menimbulkan cedera. Bayi yang tidak berespon berarti tidak sadar. Kemungkinan penyebab tidak sadar pada bayi : Sumbatan jalan napas oleh makanan, sekresi maupun lidah yang jatuh ke belakang Henti napas Henti jantungb. Langkah 2 Aktivasi Emergency Medical Service (EMS)Bila bayi tidak berespon : Bila anda sendirian, lakukan RJP 30:2 selama 2 menit sebelum memanggil ambulan 118 Bila anda penolong kedua, minta dia mengaktifkan sistem EMS dengan menghubungi ambulan 118 Saat memanggil ambulan 118, katakan : Lokasi korban Nomor telepon yang dapat dihubungi Apa yang terjadi Jumlah korban Ambulan dibutuhkan segera Tutup telepon setelah diperintahkan oleh petugasc. Langkah 3 Posisikan BayiBayi diletakkan pada alas yang datar dan keras, kedua tungkai lurus dan lengan di sisi tubuh.d. Langkah 4 Periksa nadi brachialis, tanda-tanda sirkulasi (10 detik)e. Langkah 5Bila tidak ada tanda-tanda sirkulasi mulailah RJP (nadi sulit dievaluasi dan korban tidak menunjukkan tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung. Tarik garis khayal di antara dua puting susu Letakkan jari telunjuk pada garis khayal Letakkan jari tengah dan jari manis di sebelah jari telunjuk Geser ketiga jari tersebut ke sternum (tulang dada) Posisikan jari-jari tegak lurus tulang dadaf. Langkah 6 Lakukan Kompresi Dada Bungkukkan badan dan dekatkan pipi anda ke mulut dan hidung bayi. Gunakan jari tengah dan telunjuk untuk menekan sternum (tulang dada) 2 cm Hitung kompresi anda :1,2,3,4,5,1,2,3,4,10,1,2,3,4,15,1,2,3,4,20,1,2,3,4,25,1,2,3,4,30, Lakukan kompresi dada dengan kecpatan 100x/menit Rasio kompresi dan ventilasi adalah 30 kompresi : 2 tiupan napas. Lakukan 5 siklus dari 30 kompresi dan tiupan napas selama 2 menitCatatan :Agar tidak membuang waktu untuk mereposisi kepala saat ventilasi, gunakan satu tangan untuk mempertahankan posisi head tilt saat melakukan kompresi dada.Petunjuk Kompresi Yang TepatKerjakan : Pertahankan kedua jari yang menempel di sternum (tulang dada) pada setiap tekanan. Bebaskan tekanan pada dada setelah tiap kompresi agar darah dapat mengalir ke dada dan jantung. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100x/menitJangan Kerjakan : Jangan mengangkat jari-jari sternum (tulang dada) agar posisi yang benar tidak berubah. Jangan menghentak selama kompresi kareda dapat menyebabkan cedera.g. Langkah 7 Evaluasi Evaluasi nad, tanda-tanda siirkulasi dan pernapasan setiap 5 siklus RJP 30:2. Bila 2 penolong ratio kompresi : ventilasi menjadi 15:2. Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi dianggap sebagai henti jantung) lanjutkan RJP 30:2. Bila AED sudah terpasang, evaluasi irma jantung, selanjutnya ikuti perintah dari AED. Bila nadi teraba, periksa pernapasan bayi. Bila tidak ada napas, lakukan rescue breathing 20x/menit (satu tiupan napas tiap 3 detik) dengan tiupan satu ribu, dua ribu, tiup. Ulangi sampai 20 kali tiupan napas. Bila nadi dan napas ada, letakkan bayi pada posisi recovery. Monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan bayi tiap beberapa menit.Membuka Jalan NapasLakukan manuver head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas. Pada bayi yang tidak sadar, tonus otot melemah sehingga lidah jatuh ke belakang dan menutup jalan napas. Lidah melekat pada tulang rahang bawah, sehingga dengan menggerakkan rahang bawah ke depan akan menjauhkan lidah dari tenggorokan dan jalan napas terbuka.

Melakukan manuver head tilt-chin lift : Letakkan satu tangan pada dahi bayi dan tekan ke belakang dengan telapak tangan untuk menengadahkan kepala. Letakkan jari tangan anda yang lain di bawah tulang rahang bawah untuk mengangkatnya ke depan.Memeriksa jalan napas : Jangan menekan jaringan lunak di bawah dagu terlalu dalam atau terlalu mengekstensikan leher bayi karena dapat membuntu jalan napas. Jangan melakukan finger sweep tanpa melihat karena dapat mendorong benda asing ke saluran napas. Lakukan chin lift dengan lembut bila diduga ada cedera kepala dan leher.Periksa Pernapasan Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung bayi untuk mengevaluasi pernapasan ( 10 detik). Melihat pergerakan dinding dada Mendengarkan suara napas Merasakan hembusan napas dengan pipiPernapasan Mulut Ke Mulut Dan HidungBila tidak ada napas, lakukan pernapasan mulut ke mulut dan hidung. Pertahankan posisi head tilt-chin lift Lingkupi mulut dan hidung bayi dengan mulut penolong dan berikan 2 tiupan dengan jeda singkat di antaranya. Setiap tiupan harus dapat mengembangkan dada. Durasi tiap tiupan adalan 1 detik. Volume ventilasi sekitar 30 ml tiap tiupan. Biarkan bayi ekspirasi pasif diantara tiupan. Posisi Recovery Pada BayiPosisi recovery digunakan untuk tatalaksana bayi yang tidak sadar ttapi ada pernapasan dan tanda-tanda sirkulasi. Bila bayi yang tidak sadar berbaring terlentang, jalan napas dapat tertutup oleh lidah atau lendir dan muntahan. Masalah ini dapat dihindari dengan menempatkan bayi pada posisi recovery, sehingga cairan dapat keluar dari mulut dengan mudah.Posisi recovery pada bayi berbeda dengan dewasa. Bayi diletakkan pada posisi miring bila nadi dan napas sudah ada. Posisi ini juga menjaga jalan napas tetap terbuka. Beriikut ini langkah-langkah yang direkomendasikan :a. Langkah 1 Posisi Bayi Dekatkan lengan bayi ke tubuh. Luruskan tungkai bayi.b. Langkah 2 Gulingkan Bayi Ke Kiri Lindungi kepala dan leher dengan satu tangan Letakkan tangan yang lain pada pinggul bayi. Gulingkan atau miringkan bayimke arah kiri dengan lembut.c. Posisi Recovery Tahan punggung bayi dengan bantal/guling lunak Pastikan kepala bayi tidak terlalu ekstensi maupun fleksi Tetap berada di dekat bayi dan monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan setiap beberapa menit.Sumbatan Benda Asing (SBA) Pada BayiObstruksi jalan napas (tersedak) merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang sering terjadi pada bayi. Sumbatan jalan napas total berarti seliruh jalan napas tertutup/buntu. Bayi tidak mampu bicara(bersuara), bernapas maupun batuk. Bayi sering tersedak saat makan atau bermain dengan benda-benda kecil.Kemungkinan hidup pada bayi tersedak meningkat bilamana penolong dapat melakukan intervensi saat bayi masih sadar. SBA dapat dikeluarkan dengan menggunakan kombinasi back flow dan cheast thrust.Penyebab SBA tersering :Sumbatan jalan napas dapat berasal dari dalam dan luar tubuh.Penyebab SBA yang berasal dari dalam tubuh : Lidah yang jatuh ke belakang dan menutup faring pada bayi tidak sadar. Darah yang masuk ke saluran napas pada cedera kepala dan wajah. Regurgitasi isi lambung ke saluran napas.Penyebab SBA yang berasal dari luar tubuh : Benda asing seperti makanan, benda-benda kecil, atau mainan dan sebaginya.

Pengenalan SBAPada obstruksi jalan napas total, bayi dapat menunjukkan tanda-tanda berikut : Distress pernapasan mendadak tanpa tanda-tanda demam. Sianosis (bibir, kuku, atau kulit kebiruan) Tidak mampu berbicara (bersuara) Tidak bisa bernapas Tidak bisa batuk1. Pengeluaran SBA pada bayi Sadara. Langkah 1 Merespon dan mencari tanda henti nafas atau napas gasping Evaluasi tanda-tanda obstruksi jalan napas total seperti tidak mapu berbicara, bernapas atau batuk. Respon kesadaran positif bila bayi bergerak, mengerang, merintih. Amati apakah ada tanda-tanda kesulitan dalam bernapas seperti terbatuk-batuk, stridor, gelisah, cyanosis.b. Langkah 2 Aktifkan Emergency Medical Servicec. Langkah 3 Bila terdapat tanda-tanda kesulitan bernapas beri bantuan ventilasi, bila ventilasi 1 tidak membuat dada mengembang atau tiupan yang kita berikan terasa berat, lakukan sandwich manuver.d. Langkah 4 Dukung Bayi Tahan kepala dan badan bayi di antara kedua lengan anda dengan manuver sandwich. Tundukkan kepala bayi dan istirahatkan lengan anda pada paha. Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya.e. Langkah 5 Back Blow dan Chest Thrust Lakukan 5 back blow dengan kuat menggunakan tumit telapak tangan di antara dua tulang belikat. Tahan kepala dan badan bayi di antara kedua lengan anda dengan manuver sandwich setelah melakukan 5 back blow. Putar bayi sampai terlentang, istirahatkan di atas paha anda. Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya. Berikan 5 chest thrust pada separuh bawah sternum (tulang dada) sambil menhitung dengan keras 1,2,3,4,5 (landmark untuk chest thrust sama dengan pada RJP bayi).

Catatan :Tiap back blow dan chest thrust harus dilakukan dengan tenaga yang cukup dengan tujuan mengeluarkan benda asing.f. Langkah 6 Evaluasi Periksa bilamana benda asing keluar setiap selesai satu rangkaian 5 back blow dan 5 chest thrust dan keluarkan dengan jari kelingking anda bila benda asing terlihat di dalam mulut. Bila benda asing dapat dikeluarkan, evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan. Bila jalan napas tetap tersumbat dan bayi masih sadar, ulangi rangkaian 5 back blow dan 5 chest thrust sampai benda asing keluar atau bayi tidak sadar.2. Pengeluaran SBA Pada Bayi Tidak Sadar (Lanjutan..)Pada bayi tidak sadar, lakukan langkah-langkah berikut :a. Langkah 1 Evaluasi nadi brachialis selama 10 detik Bila nadi tidak teraba, segera RJP dengan 30 kompresi dada, lalu open airway. Beri tiupan 2 kali. Tiupan 1 dada tidak mengembang/tiupan terasa berat, reposisi kepala berikan tiupan kedua, masih gagal, berarti terdapat sumbatan jalan napas.b. Langkah 2 Bila jalan napas tersumbat, lakukan 30 kompresi dada (landmark dan teknik yang digunakan sama dengan RJP bayi).c. Langkah 3 Ulangi langkah kompresi dada buka jalan napas sampai berhasil melakukan 2 kali ventilasi (ventilasi berhasil bila dada mengembang setiap tiupan). Bila sudah nampak benda asing di mulut, ambil dengan sapuan jari (finger sweep).d. Langkah 4 Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi setelah jalan napas bebas. Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi dianggap sebagai henti jantung) lanjutkan RJP 30:2 Bila nadi teraba, periksa pernapasan bayi, bila tidak ada napas, lakukan rescue breathing 20x/menit (satu tiupan napas 3 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiup. Ulangi sampai 20 kali tiupan napas. Bila nadi dan napas ada, letakkan bayi pada posisi recovery. Monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan bayi tiap beberapa menit. Aktifkan EMS bila belum dilakukan.Langkah sapuan jari : Buka jalan napas bayi dengan head tilt chin lift Periksa bilamana terlihat benda asing dalam mulut bayi. Kait dan keluarkan dengan jari kelingking bila benda asing terlihat di dalam mulut. Telusuri mucosa pipi, pangkal lidah, mucosa pipi yang lain.Langkah Ventilasi : Evaluasi pernapasan bayi dengan melihat, mendenganr dan merasakan. Bila tidak ada napas, berikan ventilasi. Bila jalan napas tersumbat, reposisi kepala bayi lalu ulangi ventilasi.

2.5 Standart Operasional Prosedur (SOP) RJP2.5.1 RJP Dewasa 1 PenolongLangkahAksiSkor

D : Danger (Bahaya)Perhatikan lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya seperti arus listrik, kemungkinan ledakan, pekerjaan konstruksi, atau gas beracun. Pastikan tempat tersebut aman untuk melakukan pertolongan

ResponEMSTentukan status kesadaran Panggil, tepuk atau guncang korban perlahan Panggil dengan keras Halo ! Halo ! Apakah anda baik-baik saja? Cari tanda tidak bernapas atau bernapas gasping Bila tidak ada respon panggil ambulan 118 Pasang AED

C:Circulation (Sirkulasi)Periksa nadi (10 detik)Bila tidak ada nadi mulailah RJP Tentukan landmark untuk kompresi dada Posisi tubuh dan tangan yang tepat Tekan ke dalam 5 cm dengan relaksasi sempurna dari tekanan yang diberikan setelah tiap kompresi dengan kecepatan 100x/menit. Gumamkan 1,2,3,4,5 - 1,2,3,4,10 - 1,2,3,4,15 - 1,2,3,4,20 - 1,2,3,4,25 - 1,2,3,4,30

Sirkulasi RJPLakukan 30 kompresi dada, Buka jalan napas (A), beri 2 tiupan napas

Evaluasi Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi korban tiap 5 siklus RJP 30:2Evaluasi irama jantung dari AED, kerjakan perintah AED!Bila nadi tidak teraba (nadi sulit dievaluasi dan korban tidak menunjukkan tanda-tanda sirkulasi, dianggap sebagai henti jantung) lanjutkan RJP 30:2Bila nadi teraba periksa pernafasan korban.Periksa pernapasan : melihat, mendengarkan, merasakan (sekitar 10 detik)Melihat pergerakan dinding dadaMendengarkan suara napasMerasakan hembusan napas

RescueBreathing Bila tidak ada napas, lakukan rescue breathing dengan hitungan : satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu, ....., tiup! Berikan tiupan napas pendek (1 detik/tiupan; volume udara :400-600 ml/tiupan)

Posisi Letakkan korban pada posisi recovery bila :Nadi dan napas adaKorban tidak sadar dan tidak ada tanda-tanda traumaMonitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap beberapa menit

Tanda-tanda sirkulasi kesadaran, gerakan, pernafasan dan batuk2.5.2 CPR Dewasa 2 PenolongLangkahTindakanSkor

Penolong 1Lakukan RJP satu penolong 30 komperesi diikuti 2 tiupan nafas

Penolong 2Hampir dan katakan: saya bisa melakukann RJP 2penolong, bisa saya bantu?

Penolong 1Mengunyah dengan menganggukkan kepala sambil menyelesaikan 30 kompresi dada diikuti 2 tiupan, kemudian mengevaluasi nadi (10 detik)

Penolong 2Tentukan landmark untuk kompresi dada ketika penolong 1 memeriksa sirkulasi

Penolong 1Bila nadi tidak teraba (bila nadi sulit dievaliasi, perlakukan sebagai henti jantung) katakan nadi tidak teraba, mulai RJP

Penolong 2Nilai komperesi dada dengan hitungan 1,2,3,4,5-1,2,3,4,10-1,2,3,4,15-1,2,3,4,20-1,2,3,4,25-,1,2,3,4,30

Penolong 1Berikan dua tiupan nafass setiap kali penolong 2 menyelesaikan 30 komperesi dada simultan, ulangi siklus:Penolong 1: berikann 2 tiupan nafasPenolong 2: lakukan 30 komperesi dada

Penolong 2(pergantian)Meminta tukar peran, dikerjakan setiap 5 siklus 1,2,3,4,5-1,2,3,4,10-1,2,3,4,15-1,2,3,4,20-1,2,3,4, GANTI -,1,2,3,4,30

Penolong 1Selesaikan pemberian 2 tiupan nafas sebelum pindah ke dada korbanuntuk mengambil alih kompresi

Penolong 2Pindah kekepala korban dan evaluasi nadi (bila nadi sulit dievaluasai, perlakuan sebagai henti jantung), katakan nadi tidak teraba, lnjutkan RJP

evaluasiEvaluasi nadi setiap 5 siklus RJP 30:2 atau tiap pergantianbila nadi tidak terlambat (nadi sulit d evaluasi, perlakuan sebagai henti jantung)Lanjutkan RJP 30:2Bila nadi teraba, periksa pernafasan korban

Rescue breatingBila tidak ada nafas, lakukan rescue breating dengan hitungan satu ribu, dua ribu, berikan 8-10 kali tiupantiap menit.

Posisi recoveryLetakkan korban pada posisi recovery bila:Nadi dan nafas andaKorban tidak sadar dan tidak ada tanda-tanda traumaMonitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan tiap beberapa menit.

Tanda-tanda sirkulasi kesadaran, gerakan, pernafasan dan batuk2.5.3 SBA Dewasa (Sadar-Tidak Sadar)LangkahTindakanSkor

Korban sadar

Evaluasi Tanyakan : apakah anda tersedak?Korban mengiyakan dengan mengangguk. Penolong menawarkan bantuan: saya dapat membantu

Manuver Heimlich (ukuran tubuh biasa)Berdiri di belakang korban. Letakkan satu tungkai di antara kedua tungkai korban.Tentukan landmark : Lingkarkan lengan anda pada perut korban dan cari pusar Dengan satu tangan letakkan 2 jari di atas pusar Tangan yang lain mengepal Letakkan sisi ibu jari kepalan tangan ke perut di atas dua jari tersebut Angkat kedua jari, pertahankan kepalan pada perut Minta korban membungkuk dan genggam kepalan tangan dengan tangan yang lain Berikan hentakan ke dalam dan ke atas Periksa bilamana benda asing keluar setiap setiap rangakaian 5 abdominal thhrust Ulangi hentakkan sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar

Teknik Chest trust (pada orang hamil &gemuk)Berdiri di belakang korban. Letakkan satu tungkai di antara kedua tungkai korban.Tentuka landmark : Lingkarkan lengan pada dada di bawah ketiak korban Buat kepalan tangan Letakan sisi ibu jari kepalan tangan ke pertengahan tulang dada korban Genggam kepalan tangan dengan tangan yang lain dan berikan hentakan ke belakang Periksa bilamana benda asing keluar setiap rangkaian 5 chest thrust Ulangi hentakkan sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar

Korban tidak sadarKetika korban menjadi tidak sadar, lakukan langkah-langkah berikut : Posisikan korban di tempat datar dan keras panggil

C:Circulation (sirkulasi)Evaluasi nadi karotis paling lama 10Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi) lakukan RJP 30:2Dimulai kompresi dada : 1,2,3,4,5 - 1,2,3,4,10 - 1,2,3,4,15 - 1,2,3,4,20 - 1,2,3,4,25 - 1,2,3,4,30, beri tiupan 2 kaliTiupan 1 gagal, reposisi kepala. Tiupan kedua masih gagal berarti masih terdapat sumabatan, kompresi dada 30, evaluasi dengan tongue jaw lift, tidak nampak benda asing ventilasi 2 kali lipat, sampai benda asingnya keluar.

Rescue BreathingEvaluasi breathingEvaluasi circulation, lakukan RJP bila nadi tak teraba. Bila nadi teraba, periksa kembali napas.Bila tida ada napas, lakukan rescue breathing dengan hitungan : satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu, ....., tiup ! lakukan 8-10 kali tiupan napas/menit.

Posisi recoveryLetakkan korban pada posisi recovery bila :Nadi dan napas adaKorban tidak sadar dan ada tanda-tanda traumaMonitor nadi, tanda-tanda sirkulasi da pernapasan korban tiap beberapa menitAktifkan EMS bila belum diaktifkan.

Tanda-tanda sirkulasi kesadaran, gerakan, pernafasan dan batuk2.5.4 Korban Dari Awal Ditemukan Sudah Tidak SadarKorban Tidak SadarKetika korban manjadi tidak sadar, lakukan langkah-langkah berikut : posisikan korban di tempat datar dan keras panggil ambulan 118

C:Circulation (Sirkulasi)Evaluasi nadi paling lama 10Bila nadi tidak teraba & denyut nadi yang sulit dievaluasi dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi diperlakukan sebagai henti jantung, lakukan RJP 30:2Dimulai kompresi dada : 1,2,3,4,5 - 1,2,3,4,10 - 1,2,3,4,15 - 1,2,3,4,20 - 1,2,3,4,25 - 1,2,3,4,30,- Buka jalan napas, beri tiupan 2 kali. Tiupan 1 gagal, reposisi kepala, tiupan 2 gagal, artinya terdapat obstruksi jalan napas.Kompresi dada kembali sebanyak 30-evaluasi jalan napas- tiup 2x, sampai benda asing keluar.

B:Breathing (Pernapasan)Periksa pernapasan : Melihat, Mendengar, Merasakan (sekitar 10 detik)Melihat pergerakan dinding dadaMendengarkan suara napasMerasakan hembusan napasBila tidak ada berikan bantuan ventilasi 2xDada mengembang berarti jalan napas bebas

C:Circulation (Sirkulasi)Periksa nadi carotis lagi selam 10 detikBila nadi tidak teraba lakukan RJP 30:2Evaluasi nadi setiap 5 siklus/2 menitSetelah nadi teraba, periksa breathing

Rescue BreathingBila tidak ada napas, lakukan rescue breathing dengan hitungan : satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu, ....., tiup ! lakukan 8-10 kali tiupan napas/menit.Ulangi langkah evaluasi setelah 1 menit.

Posisi RecoveryLetakkan korban pada posisi recovery bila :Nadi dan napas adaKorban tidak sadar dan tidak ada tanda-tanda traumaMonitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan korban tiap beberapa menitAktifkan EMS bila belum dilakukan

Tanda-tanda sirkulasi kesadaran, gerakan, pernafasan dan batuk2.5.5 RJP Pada BayiLangkahAksiSkor

D : Danger (Bahaya)Perhatikan lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya seperti arus listrik, kemungkinan ledakan, pekerjaan konstruksi, atau gas beracun. Pastikan tempat tersebut aman untuk melakukan pertolongan

ResponTentuka status kesadaran Panggil, tepuk, atau guncang bahu bayi perlahan Tentukan bayi bernapas gasping atau malah tidak bernapas Bila ada penolong kedua, minta dia mengaktifkan sistem EMS dengan menghubungi ambulan 118 Pasang alat AED

C:Circulation (Sirkulasi)Periksa nadi brachialis, tanda-tanda sirkulasi (10 detik)Bila tidak ada tanda-tanda sirkulasi mulailah RJP (nadi sulit dievaluasi dan korban tidak menunjukkan tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung. Tarik garis khayal di antara dua puting susu Letakkan jari telunjuk pada garis khayal Letakkan jari tengah dan jari manis di sebelah jari telunjuk Geser ketiga jari tersebut ke sternum (tulang dada) Posisikan jari-jari tegak lurus tulang dada Angkat jari telunjuk, biiarkan kedua jari yang lain menempel pada sternum (tulang dada) Bungkukkan tubuh anda, dekatkan pipi ke mulut dan hidung bayi Gunakan jari tengah dan manis untuk melakukan kompresi sternum sedalam 4 cm

Pergerakan teknik yang benar untuk kompresi dadaJaga jari tetap menyentuh sternum selama tiap hentakkan gumamkan : 1,2,3,4,5 - 1,2,3,4,10 - 1,2,3,4,15 - 1,2,3,4,20 - 1,2,3,4,25 - 1,2,3,4,30Kecepatan kompresi 100x/menit

Sirkulasi RJPLakukan 5 siklus 30 kompresi dada, diikuti pembukaan jalan napas, lalu beri 2 tiupan napas sampai sekitar 2 menitAktifkan EMS bila belum dilakukanAnalisa irama jantung oleh AED, kerjakan perintah AED!

Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi korban tiap 5 siklus RJP 30:2Bila nadi tidak teraba (nadi sulit dievaluasi dan korban tidak menunjukkan tanda-tanda sirkulasi, dianggap sebagai henti jantung) lanjutkan RJP 30:2Bila nadi teraba, periksa pernafasan korban.Melihat pergerakan dinding dadaMendengarkan suara napasMerasakan hembusan napas

Sirkulasi RJPBila tidak ada napas, lakukan rescue breathing dengan hitungan : satu ribu, dua ribu, tiup, berikan 12-20 kali tiupan tiap menit

Letakkan bayi pada posisi recovery bila : Nadi dan napas adaBayi sadar dan tidak ada tanda-tanda traumaMemonitor nadi, tanda-tanda sirkulasi, dan pernapasan bayi tiap beberapa menit

RescueBreathing Bila tidak ada napas, lakukan rescue breathing dengan hitungan : satu ribu, dua ribu, tiup, berikan 12-20 kali tiupan tiap menit

Posisi RecoveryLetakkan bayi pada posisi recovery bila : Nadi dan napas ada.Bayi sadar dan tidak ada tanda-tanda traumaMemonitor nadi dan pernapasan bayi tiap beberapa menit

Tanda-tanda sirkulasi kesadaran, gerakan, pernafasan dan batuk2.5.6 SBA Bayi (Sadar-Tidak Sadar)LangkahTindakanSkor

Bayi sadar

Evaluasi Evaluasi kesadaran dengan menepuk bahu secara lembutEvaluasi tanda-tanda obstruksi jalan napas (tersedak), distress napas, striddor, wheezing merintihPanggil EMS

Back Blow & chest thrustLetakkan kepala dan tubuh bayi di antara kedua lengan anda menggunakan manuver Sandwich Tundukkan kepala bayi dan letakkan lengan anda pada paha Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya Lakukan 5 back blow dengan kuat menggunakan tumit telapak tangan di antara dua tulang belikat Tahan kepala dan badan bayi di antara kedua lengan anda dengan manuver sandwich setelah melakukan 5 back blow Putar bayi sampai terlentang, istirahatkan di atas paha anda Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya Berikan 5 chest thrust pada separuh bawah sternum (tulang dada) sambil menghitung dengan keras 1,2,3,4,5 (landmark untuk chest thrus sama dengan pada RJP bayi).

evaluasiPeriksa bilamana benda asing keluar setiap selesai 1 rangkaian 5 back blow dan chest thrust dan keluarkan dengan jari kelingking anda bila benda asing terlihat di mulut. Bila benda asing dapat dikeluarkan, evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi, dan pernapasan Bila jalan napas tetap tersumbat, dan bayi masih sadar, ulangi 5 back blow dan chest thrust sampai benda asing keluar atau bayi tidak sadar.

Bayi Tidak SadarKetika bayi menjadi tidak sadar, lakukan langkah-langkah berikut : Posisikan bayi di tempat datar dan keras. Segera panggil ambulan 118 bila ada penolong kedua

C:Circulation (sirkulasi)Evaluasi nadi brachialis /10 detikBila nad tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi diperlakukan sebagai henti jantung)Lakukan RJP 30:2Setelah 30 kompresi dada, evaluasi dengan Tongue Jaw Lift, benda asing tak tampak, ventilasi 2 kali dst sampai benda asingnya keluar.

Evaluasi breathingBila tak ada napas, beri bantuan ventilasi 2 kaliBila dada mengembang sempurna, periksa nadiNadi tak teraba RJPBila nadi teraba evaluasi kembali breathing

Rescue BreathingBila tidak ada napas, lakukan resvue breathing dengan hitungan : satu ribu, dua ribu, tiup.Lakukan 12-20 kali tiupan napas/menit

Posisi RecoveryLetakkan bayi pada posisi recovery bila :Nadi dan nafas adaBayi tidak sadar dan tidak ada tanda-tanda traumaMemonitor nadi, tanda-tanda sirkulasi, dan pernapasan bayi tiap beberapa menitAktifkan EMS bila belum diaktifkan

Tanda-tanda sirkulasi kesadaran, gerakan, pernafasan dan batuk2.5.7 Korban Dari Awal Ditemukan Sudah Tidak SadarBayi Tidak Sadar Posisikan bayi di tempat datar dan keras Respon bayi dengan menepuk secara lembut ke dua bahu Tentukan bayi bernapas gasping atau malah tidak bernapas Bila ada penolong kedua, minta dia mengaktifkan sistem EMS dengan menghubungi ambulan 118 Pasang alat AED

C:Circulation (Sirkulasi) Evaluasi nadi Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi diperlakukan sebagai henti jantung), lakukan RJP 30:2 Lakukan kompresi dada 30 kali, buka jalan napas, tiup 2 kali Tiupan 1 gagal, reposisi kepala, tiup ke 2, dada tidak mengembang juga, berarti terdapat sumbatan jalan napas. Lakukan kompresi dada 30x kembali, buka jalan napas, tiup 2x. Demikian seterusnya sampai benda asing keluar.

Bila benda asing sudah keluar periksa breathing (melihat, mendengarkan, merasakan sekitar 10 detik).Bila breathing tidak ada, berikan ventilasi 2x, dada mengembang sempurna berarti jalan napas sudah bebas.

Periksa circulation/nadiBila nadi tak teraba, periksa kembali napas

Rescue BreathingBila tidak ada napas, lakukan rescue breathing dengan hitungan : satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, enam ribu, ....tiup, lakukan 12-20 kali tiupan napas/ menit

Posisi RecoveryLetakkan bayi pada posisi recovery bila :Nadi dan napas adaBayi tidak sadar dan tidak ada tanda-tanda traumaMonitor nadi, tanda-tanda sirkulasi, dan pernapasan korban tiap beberapa menitAktifkan EMS bila belum diaktifkan.

Tanda-tanda sirkulasi kesadaran, gerakan, pernafasan dan batuk2.6 Emergency Medical ServiceUpaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem mengandung pengertian adanya komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta dampak yang diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan melalui proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan. Alasan kenapa upaya pertolongan penderita harus dipandang sebagai satu system dapat diperjelas dengan skema di bawah ini :Injury &Dissaster Pre Hospital StageHospital StageRehabilitation

First Responder Ambulance Service 24 jam Emergency Room Operating Room Intensif Care Unit Ward Care Fisical Psycological Social

Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal. Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The Golden periode). Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal istilah The Golden Hour. Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang memadai, semakin kecil harapan hidup korban. Terdapat 3 faktor utama di Pre Hospital Stage yang berperan terhadap kualitas hidup penderita nantinya yaitu : Siapa penolong pertamanya Berapa lama ditemukannya penderita, kecepatan meminta bantuan pertolongan Penolong pertama seharusnya orang awam yang terlatih dengan dukungan pelayanan ambulan gawat darurat 24 jam. Ironisnya penolong pertama di wilayah Indonesia sampai saat tulisan ini dibuat adalah orang awam yang tidak terlatih dan minim pengetahuan tentang kemampuan pertolongan bagi penderita gawat darurat.. Kecepatan penderita ditemukan sulit kita prediksi tergantung banyak faktor seperti geografi, teknologi, jangkauan sarana tranport dan sebagainya. Akan tetapi kualitas bantuan yang datang dan penolong pertama di tempat kejadian dapat kita modifikasi.Pada fase rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.Uraian singkat di atas kiranya cukup memberikan gambaran bahwa keberhasilan pertolongan bagi penderita dengan criteria gawat darurat yaitu penderita yang terancam nyawa dan kecacatan, akan dipengaruhi banyak factor sesuai fase dan tempat kejadian cederanya. Pertolongan harus dilakukan secara harian 24 jam (daily routine) yang terpadu dan terkordinasi dengan baik dalam satu system yang dikenal dengan Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Jika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana (SPGDB). Tak bisa ditawar-tawar lagi, pemerintah harus mulai memikirkan terwujudnya penerapan system pelayanan gawat darurat terpadu.Komponen penting yang harus disiapkan diantaranya :1. Sistem komunikasiKejelasan kemana berita adanya kejadian gawat darurat disampaikan, akan memperpendek masa pra rumah sakit yang dialami penderita. Pertolongan yang datang dengan segera akan meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan seperti syok hipovolemia akibat kehilangan darah yang berkelanjutan, hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya. Siapapun yang menemukan penderita pertama kali di lokasi harus tahu persis kemana informasi diteruskan. Problemnya adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah meminta tolong, bagaimana cara membimbing dan mobilisasi sarana tranportasi (Ambulan), bagaimana kordinasi untuk mengatur rujukan, dan bagaimana komunikasi selama bencana berlangsung.2. Pendidikan Penolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan menolong yang memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung meninggal ditempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan dengan mengalami kecacatan karena cara tranport yang salah. Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi & tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang menjadi penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu : Menguasai cara meminta bantuan pertolongan Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru) Menguasai teknik mengontrol perdarahan Menguasai teknik memasang balut-bidai Menguasai teknik evakuasi dan tranportasiGolongan orang awam lain yang sering berada di tempat umum karena bertugas sebagai pelayan masyarakat seperti polisi, petugas kebakaran, tim SAR atau guru harus memiliki kemampuan tambahan lain yaitu menguasai kemampuan menanggulangi keadaan gawat darurat dalam kondisi : Penyakit anak Penyakit dalam Penyakit saraf Penyakit Jiwa Penyakit Mata dan telinga Dan lainya sesuai kebutuhan sistemPenyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala dan berkelanjutan. Pelatihan formal di intansi-intansi harus diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal. 3. TranportasiAlat tranportasi yang dimaksud adalah kendaraannya, alat-alatnya dan personalnya. Tranportasi penderita dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Alat tranportasi penderita ke rumah sakit saat ini masih dilakukan dengan kendaraan yang bermacam-macam kendaraan tanpa kordinasi yang baik. Hanya sebagian kecil yang dilakukan dengan ambulan, itupun dengan ambulan biasa yang tidak memenuhi standar gawat darurat. Jenis-jenis ambulan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk pelayanan harian dan bencana. 4. PendanaanSumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi yang kini berlaku di Indonesia. Pegawai negeri punya ASKES, pegawai swasta memiliki jamsostek, masyarakat miskin mempunyai ASKESKIN. Orang berada memiliki asuransi jiwa5. Quality Control Penilaian, perbaikan dan peningkatan system harus dilakukan secara periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.

BAB 3PENUTUP

3.1 KesimpulanBantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian. Langkah BLS yaitu Memeriksa respon pasien termasuk ada/tidaknya nafas secara visual, Melakukan panggilan darurat, Circulation (Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus 30 kompresi, sekitar 18 detik), Airway (Head Tilt, Chin Lift), Breathing ( memberikan ventilasi sebanyak 2 kali, Kompresi jantung + nafas buatan (30 : 2)), Defribilasi. Skema dari EMC yaitu Injury, Pre Hospital stage, Hospital Satge, dan Rehabilitation.3.2 SaranBagi mahasiswa keperawatan disaeankan memahami tentang BLS karena kejadian kegawatdaruratan dapat kita jumpai dimana saja dan kapan saja, sehingga dapat menjadi bekal kita untuk menolong orang lain.42 | BLS Kel 6 VIIA