BAB I
-
Upload
primastya-yudha-oktara -
Category
Documents
-
view
135 -
download
5
Transcript of BAB I
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya
merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti
suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan “iktiologi” berasal
dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia. Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos
berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi (iktiologi) adalah suatu
ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek
kehidupannya (Sharifuddin, 2011).
Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm),
hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama
menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan
memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada
beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi,
dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (ekternal
anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang
dimiliki oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan eksternal ikan memberi
gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola
makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit. Ichtyologi mampu
memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik secara
external maupun internal, tidak hanya sekedar anatomi ikan saja. Oleh karena itu
banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan
bersumber dari ichtyologi (Rahardjo, 1985).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Ikhtiologi antara lain sebagai berikut :
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi (bentuk luar), tubuh ikan
dari berbagai jenis habitat (tawar, payau, dan laut), baik dari ikan Osteichtys
(Teleostei) maupun Chondrichthes (Elasmobranchia)
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa sistem organ tubuh pada beberapa
jenis secara section anatomis, antara lain :
a. Sistem Disgestoria
b. Sistem Muscularia
c. Sistem Skeleton
d. Sistem Circulatoria
e. Sistem Urogenitalia
f. Sistem Respiratoria
g. Sistem Optik
h. Sistem Nervorum Centrale
3. Membuat dan mengetahui deskripsi tentang ciri-ciri luar yang nampak serta
pengukuraranya antara bagian tubuh ikan dan membandingkannya sebagai
kunci identifikasi, antara lain :
a. Rumus sirip
b. Bentuk dan tipe sisik
c. Bentuk dan tipe ekor
d. Bentuk dan tipe mulut
e. Bentuk dan jumlah filamen pada insang
f. Perbandingan antara bagian tubuh ikan, seperti fork lenght, standar
lenght, total lenght, diameter mata, panjang dan lebar kepala, panjang
predorsal, tinggi badan, tinggi batang ekor, serta ukuran panjang sirip-
siripnya.
4. Mengidentifikasi jenis ikan
5. Membuat klasifikasi ikan
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum Ikhtiologi dilaksanakan pada hari Sabtu 1 juni 2013 di
Laboraturium Biologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Ikan
2.1.1. Sisik
Sisik yang sangat fleksibel ditemukan pada ikan-ikan moderen. Ikan-ikan
yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari
famili Ictaluridae, Lampetra tridentata (Richardson, 1836) dari famili
Petromyzontidae, dan ikan belut Monopterus albus (Zuiew, 1793) dari famili
Synbranchidae. Beberapa ikan hanya mempunyai sisik hanya pada bagian-bagian
tubuh tertentu saja, misalnya Polyodon spathula (Walbaum, 1792) dan ikan
cakalang Katsuwonus pelamis (Sharifuddin, 2011).
Sisik placoid tersiri atas lempengan dasar berbentuk lingkaran atau persegi
empat yang tertanam pada lapisan dermis kulit dan bagian yang menonjol pada
luar epidermis. Sisik placoid sering disebut juga sebagai dentikel dermal. Jenis
sisik ini terdapat pada chondrichthyes. Sisik kosmoid terdiri dari beberapa lapisan.
Lapisan terluar dinamakan vitrodentin yang terbuat dari semacam enamel (yang
secara kristalografi berbeda dengan enamel ikan hiu). Lapisan dibawahnya
dinamakan kosmin yang merupakan lapisan nonseluler dan kuat. Lapisan paling
bawah disebut isopedin yang bahannya terdiri atas substitusi tulang. Sisik ganoid
terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan terluar dinamakan ganoin yang merupakan
suatu senyawa anorganik. Dibawah ganoin terdapat lapisan seperti kosmin, dan
lapisan paling dalam dinamakan isopedin. Sisik sikloid dan stenoid dimiliki oleh
sebagian besar golongan Osteichthyes, yang masing-masing terdapat pada ikan
berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii). Bagian –bagian pada sisik sikloid pada
dasarnya sama dengan sisik stenoid. Cara membedakannya yaitu dengan cara
meraba bagian tubuh ikan dari arah posterior ke anterior (dari ekor ke arah
kepala). Bila tubuh ikan bersisik stenoid diraba akan terasa kasar, sedangkan pada
ikan bersisik sikloid akan terasa halus (Rahardjo, 2011).
2.1.2. Sirip
Ikan menggunakan sirip-siripnya untuk melakukan gerakan dan menjaga
keseimbangan. Namun selain sebagai alat gerak dan keseimbangn tubuh, pada
beberapa jenis ikan, sirip mempunyai fungsi tambahan atau berubah fungsi.
Fungsi tambahan tersebut misalnya sebagai alat peraba, penyalur sperma dan lain-
lain. Sirip ikan terdiri dari lima macam, yaitu sirip dorsal (sirip punggung), sirip
kaudal (sirip ekor), sirip anal (sirip dubur), sirip pektoral (sirip dada), sirip
ventral (sirip perut). Sirip dorsal pada beberapa ikan terdiri dari dua lembar,
namun tidak dapat dikatakan sebagai sirip ganda. Tidak semua ikan memiliki sirip
yang lengkap, dan beberapa jenis ikan yang lain memiliki jenis sirip yang
mengalami perubahan bentuk. Beberapa ikan memiliki sirip bersambung yang
merupakan kesatuandari sirip dorsal, sirip kaudal, dan sirip anal. Sirip ventral
berperan sebagai alat penyeimbang agar posisi ikan stabil. Sirip ini sering
digunakan dalam penyaluran sperma. Posisis sirip ventral dan sirip pektoral
dibagi menjadi tiga, yaitu tipe abdominal, tipe toracic, tipe yogular. Pada
beberapa ikan penghuni dasar perairan sirip ventralnya berubah bentuk menjadi
semacam alat yang digunakan untuk mencengkeram substrat (Rahardjo, 2011).
Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena
adanya sirip-sirip tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan
ada juga yang tunggal. Sirip yang berpasangan adalah:
- Sirip dada (pinnae pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins)
- Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis)
- Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin)
- Sirip dubur (pinna analis = anal fin)
- Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin)
Sirip dorsal pada beberapa ikan terdiri dari dua lembar, namun tidak dapat
dikatakan sebagai sirip ganda. Tidak semua ikan memiliki sirip yang lengkap, dan
beberapa jenis ikan yang lain memiliki jenis sirip yang mengalami perubahan
bentuk. Beberapa ikan memiliki sirip bersambung yang merupakan kesatuan dari
sirip dorsal, sirip kaudal, dan sirip anal. Sirip ventral berperan sebagai alat
penyeimbang agar posisi ikan stabil. Sirip ini sering digunakan dalam penyaluran
sperma. Posisis sirip ventral dan sirip pektoral dibagi menjadi tiga, yaitu tipe
abdominal, tipe toracic, tipe yogular. Pada beberapa ikan penghuni dasar perairan
sirip ventralnya berubah bentuk menjadi semacam alat yang digunakan untuk
mencengkeram substrat.Sirip pektoral mempunyai bentuk yang beragam. Pada
ikan perenang cepat seperti ikan tuna sirip pektoral cenderung panjang dan
meruncing. Sebaliknya pada ikan perenang lambat sirip ini cenderung
membundar. Sirip yang melebar terdapat pada ikan pari. Pada ikan lele sirip
pektoral mempunyai jari-jari mengeras dan bergerigi dibagian pinggirannya serta
beracun yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri (Rahardjo, 2011).
2.1.3. Bentuk tubuh
Bentuk tubuh ikan mempunyai jenis yang berbeda-beda. Bentuk tubuh ikan
berpengaruh pada tingkah laku ikan dan bentuk adaptasi ikan. Umumnya ikan
mempunyai bentuk tubuh yang simetri bilateral. Bentuk tubuh yang seperti itu
adalah suatu bentuk tubuh yang bila dipotong secara sagital maka bagian yang
kanan dan kiri akan merupakan bagian yang mirip bayangan cermin. Namun juga
ada ikan yang bentuknya tidak simetri bilateral. Secara umum bentuk tubuh ikan
berkaitan dengan gerakan ikan maupun tempat ikan itu hidup sebagai upaya
penyesuaian diri dengan lingkungan, terutama lingkungan fisik perairan.
Berdasarkan hubungan tadi, seringkali dapat diduga suatu jenis ikan hidup dimana
atau bagaimana cara geraknya dengan melihat bentuk tubuhnya (Rahardjo, 2011).
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka
hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral,
yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya
(potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan
dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-
simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang
(cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh,
misalnya pada ikan langkau dan ikan lidah (Sarifuddin, 2011).
Bentuk tubuh yang lain adalah bentuk tubuh yang seperti ular atau
anguliform. Jenis ini mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dengan potongan
melintang yang bundar dan ujung ekor yang meruncing, misalnya ikan belut.
Bentuk seperti anak panah juga terdapat pada ikan yaitu suatu bentuk ikan yang
memanjang dengan sirip-sirip tunggalnya terletak jauh kearah belakang dekat
dengan arah sirip ekor. Selain itu juga ada bentuk bola, yaitu bentuk tubuh ikan
yang membulat seperti bola (Rahardjo, 2011).
2.1.4. Warna tubuh
Warna tubuh ikan bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk adaptasi ikan
dengan lingkungannya. Warna tubuh ikan bervariasi dari yang sederhana atau
hanya satu warna sampai banyak warna dengan corak yang beragam. Pada ikan
yang hidup didasar perairan bagian dasar perutnya berwarna pucat dan bagian
punggungnya berwarna gelap. Warna tubuh yang cmerlang dan cantik, terdapat
pada ikan yang hidup di seitar karang. Umumnya ikan laut yang hidup di lapisan
atas berwarna keperak-parakan. Sumber warna ikan terbagi menjadi dua macam,
yaitu skemakrom dan pigmen pembawa warna (biokrom). Skemakrom sering
disebut warna struktural karena berasal dari konfigurai fisik. Warna tersebut
merupakan pantulan cahaya. Dari bidang permukaan yang mirip cermin.
Skemakrom putih terdapat pada rangka, gelembung renang, sisik, dan tetes; biru
dan ungu pada iris mata dan membran usus. Biokrom merupakan senyawa
berwarna yang terdapat pada kromatofora (Rahardjo, 2011).
Piola pewarnaan merupakan ciri spesifik, sebab dapat berubah sesuai
dengan umur, waktu, atau lingkungan dimana ikan tersebut didapatkan. Hal ini
merupakan bagian penting dalam mendeskripsi setiap spesies, misal pola
pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ reproduksi, jenis kelamin.
Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan sebagai alat taksonomi adalah
subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi ikan (Wahyuningsih, 2006).
Menurut Cott (1940) dalam Rahardjo (2011), apabila diperhatikan
lebih jauh, warna tubuh ikan mempunyai banyak fungsi. Fungsi-fungsi tersebut
dipisahkan dalam tiga kelompok, yaitu persembunyian (concealment),
penyamaran (disguise), dan pemberitahuan (advertisement). Jenis warna
persembunyian meliputi pemiripan warna umum, pemiripan warna yang
berubah,pemudaran warna, pewarnaan terpecah, dan pewarnaan terpecah
bersamaan.
2.1.5. Tipe mulut
Mulut adalah organ pertama yang berhubngan lanhsung dengan makanan.
Letk mulut satu spesies ikan dapat berbeda dengan spesies lainnya, meskipun
pada umumnya mulut ikan teletak dibagian ujung depan kepala. Tipe mulut ini
dinamakan tipe mulut terminal. Pada ikan lain, mulut terletak dibagian atas (tipe
superior). Ikan bermulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau
menunggu pada dasar perairan untuk mendapatkan mangsa yang lewat diatas.
Namun ikan yang hidup di dasar perairan umumnya mempunyai mulut tipe
inferior (mulut terletak dibawah) seperti ikan pari. Atau bisa jug mempunyai
mulut yang bertipe subterminal (mulut berada di dekat ujung kepala) misalnya
ikan kekemah (Rahardjo, 2011).
Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas :
- Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan
pare kembang dan ikan cucut
- Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah,
misalnya pada ikan kuro/senangin dan ikan setuhuk putih
- Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan
tambangan dan ikan mas
- Superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung, misalnya pada ikan julung-
julung dan ikan kasih madu (Sarifuddin,2011).
Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk tentang makanan yang
dimakan, terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Mulut
ikan dibatasi oleh bibir yang merupakan tulang rawan yang tipis dan lentur. Ikan
yang mendapatkan makanan dengan cara menghisap mempunyai mulut tipe
inferior dan bibir yang berdaging tebal. Bibir penghisap yang dipunyai oleh
beberapa ikan yang hidup disungai. Yang berarus deras dapat berfungsi sebagai
organ penempel atau pencengkeram pada benda-benda lain untuk
mempertahankan posisinya agar tidak terbawa arus (Rahardjo, 2011).
2.1.6. Tipe ekor
Sirip ekor atau sirip caudal berperan dalam gerak berenang sebagai
pendorong dan sekaligus berfungsi sebagai kemudi untuk berbelok kekiri atau
kekanan. Sirip ekor mempunyai berbagai bentuk yakni membundar, berpinggiran
tegak, berlekuk tunggal, bulan sabit, seperti garpu, baji, dan berlekuk.
Menurut Kent (1954) dalam Sharifuddin (2011), ditinjau dari bentuk luar
sirip ekor, maka secara morfologis dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor,
yaitu:
- Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis
(Valenciennes, 1828)).
- Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni
(Bloch, 1792)).
- Pointed (meruncing), misalnya pada ikan sembilang (Plotosus canius Hamilton,
1822).
- Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah
(Lethrinus obsoletus ,Forsskål 1775) (Sharifuddin 2011).
2.2. Anatomi Ikan
2.2.1. Sistem Disgestoria
Menurut Rahardjo (2011), sistem digestoria atau pencernaan bila diurut
secara berurutan dari awal makanan masuk ke mulut sampai ke proses pencernaan
dan selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna dibuang dalam bentuk feses
melalui anus, maka organ yang termasuk saluran pencernaan terdiri atas mulut,
rongga mulut, tekak, kerongkongan, lambung, pilorua, usus dan anus. Rongga
mulut terdapat gigi dan lidah serta tempat bermuaranya kelenjar ludah.
Pencernaan atau disgestivus adalah suatu proses penyederhanaan makanan
melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga menjadi bahan yang mudah
diserap dan disebarkan ke seluruh tubuh dan diedarkan melalui sistem peredaran
darah. Dalam sistem pencernaan dipisahkan menjadi dua, yaitu saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Organ yang termasuk saluran pencernaan
terdiri atas mulut, rongga mulut, kerongkongan, lambung, pilorus, usus, dan anus.
Ikan-ikan herbivora yang tidak mempunyai lambung, pencernaan yang intensif
terjadi di dalam usus. Umumnya ikan-ikan herbivora memiliki usus yang
panjangnya beberapa kali panjang tubuhnya, sedangkan ikan-ikan carnivora
memiliki usus yang pendek atau sangat pendek bila dibandingkan dengan panjang
tubuhnya.
Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) :
- Hati (hepar), bentuknya besar, berwarna merah kecoklat-coklatan,
- Kantong empedu (vesica fellea), bentuknya bulat bila berisi penuh, berwarna
kehijau-hijauan (Sharifuddin, 2011).
2.2.2. Sistem Muscularia
Ikan mempunyai susunan otot yang relatif jauh lebih sederhana.
Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu:
- otot licin (smooth muscle)
- otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle)
- otot jantung (cardiac muscle)
Berdasarkan cara kerjanya, otot-otot yang terdapat pada tubuh ikan
dibedakan atas dua golongan yaitu:
- voluntary muscle, yaitu otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh rangsang,
misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka
- involuntary muscle, yaitu otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh rangsang,
misalnya otot licin dan otot jantung.Urat daging pada ikan tersebar hampir di
seluruh tubuh sehingga setiap urat daging tersebut mempunyai peranan atau
fungsi tersendiri sesuai dengan tempat dimana dia terdapat. Namun demikian,
secara umum urat daging mempunyai fungsi untuk menggerakkan bagian-
bagian tertentu dari tubuh ikan sehingga secara keseluruhan menyebabkan ikan
mampu bergerak (berenang). otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua daerah
yaitu :
- musculi dorsalis atau musculi epaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang terdapat
di sebelah dorsal septum horizontal
- musculi ventralis atau musculi hypaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang
terletak di sebelah ventral septum horizontal (Sharifuddin, 2011).
2.2.3. Sistem Circulatoria
Sistem peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal, yang berarti
bahwa darah mengalir dari jantung ke insang kemudian ke seluruh tubuh dan
akhirnya kembali ke jantung. Darah yang kaya oksigen memasok bagian kepala
melalui arteri carotid dan memasok bagian badan melalui percabangan aorta
dorsalis (Rahardjo, 2011).
Sistim peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat
satu jalur sirkulasi peredaran darah. Pada sistem tersebut darah mengalir dari
jantung, menuju ke insang, kemudian ke seluruh tubuh, dan akhirnya kembali lagi
ke jantung. Pada ikan, jantung umumnya terletak di belakang insang. Ikan
bertulang sejati (Osteichthyes) memiliki letak jantung relatif lebih ke depan
dibandingkan dengan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Jantung disusun
oleh otot jantung yang bekerja tidak di bawah pengaruh rangsang (involuntary).
Jantung terdapat di dalam rongga pericardium. Jantung ini dibungkus oleh suatu
selaput yang disebut pericardium dan terdiri atas:
- Sinus venosus, berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada bagian
caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain. Menerima darah dari vena
hepatica dan ductus Cuvier.
- Atrium (serambi), berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal dan
menerima darah dari sinus venosus.
- Ventikel (bilik), berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat tunggal,
menerima darah dari atrium.
-Bulbus arteriosus (conus arteriosus), merupakan lanjutan dari ventrikel,
berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta
ventralis (Sharifuddin, 2011).
2.2.4. Sistem skeleton
Sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan,
jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponen-komponen gigi, jari-
jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka merupakan struktur yang
berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat dibedakan atas:
- rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama)
- rangka dalam (endoskeleton), berupa tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh
ikan. Tulang banyak mengandung garam kalsium, fosfor, magnesium, dan
sebagainya. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes), tulang yang keras
sebenarnya berasal dari tulang rawan. Proses pembentukan tulang dari tulang
rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi.
Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas:
- Rangka axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang rusuk
- Rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya
-Rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip dan
tulang-tulang penyokongnya. (Sharifuddin, 2011).
2.2.5. Sistem respiratoria
Alat pernafasan ikan dapat digolongkan ke dalam organ pernafasan akuatik
dan pernafasan udara. Organ pernafasan akuatik terdiri atas insang yang terletak
di dalam rongga insang dan insang luar yakni yang berada di luar ronggan insang
yang biasanya ditemukan pada stadia embrio atau larva pada beberapa jenis ikan.
Organ pernafasan udara adalah organ yang dapat mengambil langsung oksigen
dari udara bebas (Rahardjo, 2011).
Pernapasan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan insang
(branchia). Insang ikan juga mengalami perkembangan sebagaimana organ-organ
lainnya. Pada stadia larva, insang belum sempurna dan belum dapat berfungsi.
Untuk dapat bernapas, larva ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac)
atau pada beberapa ikan tertentu menggunakan insang luar. Setiap insang ikan
terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
- Filamen insang (hemibranchia = gill filament), berwarna merah, terdiri dari
jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak
mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan
merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air.
- Tulang lengkung insang (arcus branchialis = gill arch), merupakan tempat
melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran
darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat
keluar dan masuk ke dalam insang.
- Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang
pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang,
berfungsi untuk menyaring air pernapasan. Pada ikan-ikan herbivor pemakan
plankton, tapis insangnya rapat dan ukurannya panjang. Hal ini sesuai dengan
fungsinya sebagai alat penyaring makanan. Sedangkan pada ikan-ikan carnivora,
tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek (Sharifuddin, 2011).
2.2.6. Sistem Urogenitalia
Sistem Urogenitalia adalah gabungan dari sistem uropoetica dan sistem
genitalia. Organ utama dari sistem pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme
adalah ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui
usus dan kulit. Pada ikan, pembuangan sisa-sisa metabolisme terutama melalui
insang dan ginjal. Bahan yang dibuang tersebut sebagian besar berbentuk
ammoniak (NH3) dan yang lainnya dalam bentuk urine. Ammoniak merupakan
hasil sisa dari penguraian asam amino dan bersifat sangat toksik. Toksisitas NH3
ini dapat dikurangi dengan cara merubahnya menjadi persenyawaan lain seperti
urea, asam urat, atau trimetil oksida (TMO), atau dengan pengenceran dalam air
yang cukup (Sharifuddin, 2011).
Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem
reproduksi. Sistem reproduksi terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad,
dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta
salurannya (Wahyuningsih, 2006).
Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem uropoetica adalah:
- Ginjal (ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak di luar
ruang peritoneum, menempel di bawah tulang punggung memanjang dari dekat
anus ke arah depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal
berfungsi untuk mengeluarkan ammonia dan persenyawaan-persenyawaannya
yang non-toksik.
- Ureter (ductus mesonephridicus = saluran Wolffian), merupakan tempat
mengalirnya urine (air seni) yang berasal dari ginjal, terdapat di pinggiran
dorsal rongga badan dan menuju ke belakang. Pada ikan jantan, kedua saluran
ini terlihat merupakan tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung
belakang ginjal sampai kantung urine, sedangkan pada ikan betina ia menuju
ke sinus urogenitalia.
- Kantong urine (vesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan,
dan merupakan tempat penampungan urine sebelum dikeluarkan. Pada
beberapa jenis ikan, kantong urine dapat dilihat dengan jelas terletak dekat
anus dan bentuknya menyerupai kantung kecil.
- Urethra, merupakan saluran yang pendek, berasal dari kantong urine dan menuju
ke porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh.
Sistem kelamin pada ikan dapat dibedakan atas sistem kelamin betina dan
sistem kelamin jantan. Pada ikan bertulang sejati, sistem kelamin betina
disusunoleh :
- Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang
jernih, terdapat bintik-bintik karena berisi sel telur (ova). Alat penggantung
ovarium disebut mesovarium.
- Saluran telur (oviduct), merupakan saluran tempat lewatnya ova, sangat pendek
dan bersatu pada bagian belakangnya untuk selanjutnya bermuara pada porus
genitalia.
Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh :
- Testes, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testes
agak kompak dan berwarna putih. Di dalam testes dihasilkan spermatozoa.
Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis. Bentuk
spermatozoa bermacam-macam tergantung kepada spesies ikan. Alat
penggantung testes disebut mesorchium.
- Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada
bagian belakangnya membentuk suatu ruang genital yang terbuka ke arah luar,
terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus.
- Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar
dan tempat pelepasan sperma (Sharifuddin, 2011).
2.2.7. Sistem optik
Sebagian besar ikan memiliki mata terletak lateral satu buah pada masing-
masing sisi tubuh, namun pada beberapa jenis ikan sepasang mata tersebut terletak
pada satu sisi. Umumya pada ikan tidak memiliki pelupuk mata, kecuali pada
elasmobranchii yang berupa membran dan dapat mengejapkan mata.beberapa ikan
teleostei yang termasuk perenang cepat mempunyai selaput mata lemak yang
berfungsi sebagai pelindung dan merampingkan kegembungan mata di bawah
permukaan kepala.Cahaya yang membawa gambaran suatu objek pertama harus
melewati kornea mata. Pada umumnya kornea mata transparan dan tidak
berpigmen. Selain kornea mata juga terdapat iris. Iris membentuk pupil dan
mengatur jumlah cahaya yang tiba di retina. Kemudian lensa mata. Umumnyan
lensa mata pada ikan membulat, transparan dan kuat, terbuat dari protein non
kolagen (Rahardjo, 2011).
2.2.8. Sistem Nervorum Central
Menurut Sharifuddin (2011), otak ikan hanya dapat dilihat jika tulang-
tulang pembungkusnya telah dibuka. Untuk itu maka perlu terlebih dahulu
dilakukan pembedahan secara hati-hati terhadap bagian kepala ikan agar otak
yang akan diamati dapat terlihat dengan jelas. Bagian-bagian otak dari muka ke
belakang adalah sebagai berikut:
a. Telencephalon, adalah bagian otak yang paling depan, terdiri atas:
- Lobus olfactorius, merupakan bagian telencephalon yang paling anterior
- Tractus olfactorius, merupakan lanjutan dari lobus olfactorius dan berfungsi
sebagai nervus cerebralis I.
- Bulbus olfactorius, merupakan lanjutan dari tractus olfactorius dan berakhir
sebagai sepasang ‘bola’, mempunyai lanjutan sebagai benang-benang halus
yang menuju ke dinding lekuk hidung.
- Hemisphaerium cerebri, terdapat di bagian posterior lobus olfactorius.
Bagian dasarnya disebut corpus striatum, sedangkan bagian atap dan
dinding samping disebut pallium.
b. Diencephalon, terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral.
Bersama-sama dengan telencephalon termasuk bagian dari otak muka
(prosencephalon). Pada diencephalon terdapat thalamus, hypothalamus, lobus
inferior, dan saccus vasculosus.
c. Mesencephalon, merupakan otak bagian tengah dengan organ utama yang
tampak menonjol adalah lobus opticus. Lobus opticus berbentuk bulat dan
besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian
sebelah ventral terletak lobi inferior (bagian dari diencephalon) yang
merupakan tempat melekat hypophyse (hypothalamus). Pada bagian anterior
hypophyse terdapat persilangan dari nervus opticus (nervus cerebralis II)
yang disebut chiasma nervi optici. Selain lobus opticus, pada mesencephalon
juga terdapat torus semicircularis.
d. Metencephalon,disebut juga cerebellum, relatif besar dan terletak di belakang
mesencephalon.
e. Myelencephalon, disebut juga medulla oblongata, melanjutkan diri ke caudal
sebagai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalam
canalis vertebralis. Bersama-sama dengan cerebellum, medulla oblongata
termasuk bagian dari otak belakang (rhombexcephalon)
2.3. Taksonomi Ikan
2.3.1. Idenrifikasi
Taksonomi atau sistematika ialah suatu ilmu mengenai jasad klasifikasi
jasad. Pengelompokan jasad yang begitu beraneka ragam dalam alam ke dalam
berbagai kelompok yang mudah dikenal, untuk menetapkan ciri-ciri penting dari
kelompok ini dan untuk senantiasa mencari perbedaan yang tetap antara kelompok
itu. Disamping itu ahli ini harus memberikan nama ilmiah kepada kelompok itu
untuk memungkinkan pemberian pengakuan kepadanya oleh ahli lain di seluruh
dunia. Kronologis geologis dari jasad tergantung dari ketetapan identifikasi dari
fosil. Tiap survey ekologis yang bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan
mengidentifikasi emua spesies yang ekologis penting. Juga para ahli biologi telah
menyadari pentingnya identifikasi yang tepat. Banyak sekali genera yang
mempunyai spesies yang secara morfologi tidak berbeda. Perbedaannya terletak
dalam sifat fisiologisnya (Saanin, 2011).
2.3.2. Klasifikasi
Klasifikasi dunia hewan yang dikemukakan oleh Raven et al. (2011) dalam
Sarifuddin (2011), membagi dunia hewan ke dalam 22 fila. Fila tersebut adalah:
Porifera, Cnidaria, Ctenophora, Acoela, Micrognathozoa, Rotifera, Cycliophora,
Platyhelminthes, Brachiopoda, Bryozoa (Ectoprocta), Annelida, Moluska,
Nemertea, Loricifera, Kinorhyncha, Nematoda, Tardigrada, Arthropoda,
Onychophora, Chaetognatha, Echinodermata, dan Chordata, Di dalam klasifikasi
ini, filum Chordata dibedakan atas tiga subfila, yaitu Urochordata,
Cephalochordata, dan Vertebrata. Selanjutnya, subfilum Vertebrata terdiri atas:
Myxini (hagfishes, 30 spesies), Cephalaspidomorphy (lamprey, 35 spesies),
Chondrichthyes (cartilaginous fishes, 750 spesies), Actinopterygii (ray-finned
fishes, 30 000 spesies), Sarcopterygii (lobe-finned fishes, 8 spesies), Amphibia,
Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.
Pembagian klasifikasi terdiri atas :
a. Kingdom
b. Famili
c. Class
d. Ordo
e. Filum
f. Genus
g. Spesies
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Tabe.l. alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi
No
.
Alat Jumlah Fungsi
1. Nampan 1 Sebagai tempat untuk membantu dalam
pengambilan ikan
2. Gunting 3 Sebagai alat untuk membantu dalam proses
sectio
3. Pinset 2 Sebagai alat untuk membantu dalam proses
pengambilan organ dalam ikan
4. Pisau 1 Sebagai alat untuk membantu dalam proses
sectio
5 Jarum
pentul
1 pak Sebagai alat untuk membantu proses
morfologi, penghitungan sirip (rumus
sirip)
6. Lup 1 Sebagai alat untuk membantu memperjelas
objek pengamatan
7. Alat tulis 1 Sebagai alat untuk mencatat hasil
pengamatan
8. Penggaris 2 Sebagai alat untuk membantu pengukuran
tubuh ikan
9. Tissue 1 Sebagai alat untuk membantu
membersihkan
10. Lembar
data
75 Sebagai alat untuk mencatat hasil
pengamatan
11. Tang
potong
1 Sebagai alat untuk membantu proses sectio
otak ikan lele
12. Buku 1 membantu proses identifikasi
3.1.2. Bahan
Tabel.2. bahan yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi
No. Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. Ikan Pari (Dasyatis
sephen)
1 Sebagai bahan identifikasi dalam
praktikum Ikhtiologi
2. Ikan Bawal
(Chinensis)
1 Sebagai bahan identifikasi dalam
praktikum Ikhtiologi
3. Ikan Lele (Clarias
leiachanthus)
1 Sebagai bahan identifikasi dalam
praktikum Ikhtiologi
3.2. Metode
3.2.1. Pengamatan morfologi ikan
Metode yang digunakan pada pengamatan morfologi ikan dalam praktikum
ikhtiologi adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan objek pengamatan (ikan pari, ikan bawal, ikan lele)
2. Mengamati bagian-bagian tubuh dari masing-masing ikan
3. Mengamati bentuk ekor, bentuk mulut, bentuk tubuh, bentuk sisik
4. Melakukan pengukuran ukuran tubuh yang meliputi panjang total, panjang
standar, panjang kepala dan lain-lain
5. Melakukan perhitungan jumlah sirip untuk menentukan rumus sirip pada ikan
tersebut.
6. Melakukan perhitungan tulang tambahan pada operculum
7. Mencatat hasil pada lembar data
3.2.2. Pengamatan anatomi ikan
Metode yang dilakukan pada pengamatan anatomi ikan dalam
praktikum ikhtiologi adalah sebagi berikut :
1. Melakukan sectio pada ketiga ikan yang menjadi objek pengamatan
2. Melakukan pengamatan yang meliputi sistem pencernaan, sistem pernafasan,
sistem otot, sistem peredaran darah, sistem saraf, sistem rangka, sistem optik,
dan sistem urogenitalia.
3. Mencatat hasil pada lembar data
3.2.3.Pengamatan system nervorum central
Metode yang dilakukan pada pengamatan system nervorum central dalam
praktikum ikhtiologi adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan objek pengamatan (ikan lele)
2. Melakukan sectio pada kepala ikan lele dengan bantuan alat tang potong dan
alat penunjang lainnya
3. Mengamati otak pada ikan lele tersebut dan menggambar
4. Mencatat hasil pada lembar data
3.2.4. Pengamatan taksonomi ikan
Metode yang dilakukan dalam pengamatan taksonomi ikan dalam praktikum
ikhtiologi adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data hasil pengamatan morfologi dan pengamatan anatomi
2. Mengidentifikasi dengan mencocokan dari hasil pengamatan dengan buku
identifikasi
3. Mencatat hasil identifikasi, yang meliputi klasifikasi yaitu :