BAB I

38
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan “iktiologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia. Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek kehidupannya (Sharifuddin, 2011). Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan

Transcript of BAB I

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya

merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti

suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan “iktiologi” berasal

dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia. Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos

berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi (iktiologi) adalah suatu

ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek

kehidupannya (Sharifuddin, 2011).

Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm),

hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama

menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan

memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada

beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi,

dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (ekternal

anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang

dimiliki oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan eksternal ikan memberi

gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola

makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit. Ichtyologi mampu

memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik secara

external maupun internal, tidak hanya sekedar anatomi ikan saja. Oleh karena itu

banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan

bersumber dari ichtyologi (Rahardjo, 1985).

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum Ikhtiologi antara lain sebagai berikut :

1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi (bentuk luar), tubuh ikan

dari berbagai jenis habitat (tawar, payau, dan laut), baik dari ikan Osteichtys

(Teleostei) maupun Chondrichthes (Elasmobranchia)

2. Mempelajari dan mengetahui beberapa sistem organ tubuh pada beberapa

jenis secara section anatomis, antara lain :

a. Sistem Disgestoria

b. Sistem Muscularia

c. Sistem Skeleton

d. Sistem Circulatoria

e. Sistem Urogenitalia

f. Sistem Respiratoria

g. Sistem Optik

h. Sistem Nervorum Centrale

3. Membuat dan mengetahui deskripsi tentang ciri-ciri luar yang nampak serta

pengukuraranya antara bagian tubuh ikan dan membandingkannya sebagai

kunci identifikasi, antara lain :

a. Rumus sirip

b. Bentuk dan tipe sisik

c. Bentuk dan tipe ekor

d. Bentuk dan tipe mulut

e. Bentuk dan jumlah filamen pada insang

f. Perbandingan antara bagian tubuh ikan, seperti fork lenght, standar

lenght, total lenght, diameter mata, panjang dan lebar kepala, panjang

predorsal, tinggi badan, tinggi batang ekor, serta ukuran panjang sirip-

siripnya.

4. Mengidentifikasi jenis ikan

5. Membuat klasifikasi ikan

1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi dilaksanakan pada hari Sabtu 1 juni 2013 di

Laboraturium Biologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Diponegoro.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Ikan

2.1.1. Sisik

Sisik yang sangat fleksibel ditemukan pada ikan-ikan moderen. Ikan-ikan

yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari

famili Ictaluridae, Lampetra tridentata (Richardson, 1836) dari famili

Petromyzontidae, dan ikan belut Monopterus albus (Zuiew, 1793) dari famili

Synbranchidae. Beberapa ikan hanya mempunyai sisik hanya pada bagian-bagian

tubuh tertentu saja, misalnya Polyodon spathula (Walbaum, 1792) dan ikan

cakalang Katsuwonus pelamis (Sharifuddin, 2011).

Sisik placoid tersiri atas lempengan dasar berbentuk lingkaran atau persegi

empat yang tertanam pada lapisan dermis kulit dan bagian yang menonjol pada

luar epidermis. Sisik placoid sering disebut juga sebagai dentikel dermal. Jenis

sisik ini terdapat pada chondrichthyes. Sisik kosmoid terdiri dari beberapa lapisan.

Lapisan terluar dinamakan vitrodentin yang terbuat dari semacam enamel (yang

secara kristalografi berbeda dengan enamel ikan hiu). Lapisan dibawahnya

dinamakan kosmin yang merupakan lapisan nonseluler dan kuat. Lapisan paling

bawah disebut isopedin yang bahannya terdiri atas substitusi tulang. Sisik ganoid

terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan terluar dinamakan ganoin yang merupakan

suatu senyawa anorganik. Dibawah ganoin terdapat lapisan seperti kosmin, dan

lapisan paling dalam dinamakan isopedin. Sisik sikloid dan stenoid dimiliki oleh

sebagian besar golongan Osteichthyes, yang masing-masing terdapat pada ikan

berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii). Bagian –bagian pada sisik sikloid pada

dasarnya sama dengan sisik stenoid. Cara membedakannya yaitu dengan cara

meraba bagian tubuh ikan dari arah posterior ke anterior (dari ekor ke arah

kepala). Bila tubuh ikan bersisik stenoid diraba akan terasa kasar, sedangkan pada

ikan bersisik sikloid akan terasa halus (Rahardjo, 2011).

2.1.2. Sirip

Ikan menggunakan sirip-siripnya untuk melakukan gerakan dan menjaga

keseimbangan. Namun selain sebagai alat gerak dan keseimbangn tubuh, pada

beberapa jenis ikan, sirip mempunyai fungsi tambahan atau berubah fungsi.

Fungsi tambahan tersebut misalnya sebagai alat peraba, penyalur sperma dan lain-

lain. Sirip ikan terdiri dari lima macam, yaitu sirip dorsal (sirip punggung), sirip

kaudal (sirip ekor), sirip anal (sirip dubur), sirip pektoral (sirip dada), sirip

ventral (sirip perut). Sirip dorsal pada beberapa ikan terdiri dari dua lembar,

namun tidak dapat dikatakan sebagai sirip ganda. Tidak semua ikan memiliki sirip

yang lengkap, dan beberapa jenis ikan yang lain memiliki jenis sirip yang

mengalami perubahan bentuk. Beberapa ikan memiliki sirip bersambung yang

merupakan kesatuandari sirip dorsal, sirip kaudal, dan sirip anal. Sirip ventral

berperan sebagai alat penyeimbang agar posisi ikan stabil. Sirip ini sering

digunakan dalam penyaluran sperma. Posisis sirip ventral dan sirip pektoral

dibagi menjadi tiga, yaitu tipe abdominal, tipe toracic, tipe yogular. Pada

beberapa ikan penghuni dasar perairan sirip ventralnya berubah bentuk menjadi

semacam alat yang digunakan untuk mencengkeram substrat (Rahardjo, 2011).

Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena

adanya sirip-sirip tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan

ada juga yang tunggal. Sirip yang berpasangan adalah:

- Sirip dada (pinnae pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins)

- Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis)

- Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin)

- Sirip dubur (pinna analis = anal fin)

- Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin)

Sirip dorsal pada beberapa ikan terdiri dari dua lembar, namun tidak dapat

dikatakan sebagai sirip ganda. Tidak semua ikan memiliki sirip yang lengkap, dan

beberapa jenis ikan yang lain memiliki jenis sirip yang mengalami perubahan

bentuk. Beberapa ikan memiliki sirip bersambung yang merupakan kesatuan dari

sirip dorsal, sirip kaudal, dan sirip anal. Sirip ventral berperan sebagai alat

penyeimbang agar posisi ikan stabil. Sirip ini sering digunakan dalam penyaluran

sperma. Posisis sirip ventral dan sirip pektoral dibagi menjadi tiga, yaitu tipe

abdominal, tipe toracic, tipe yogular. Pada beberapa ikan penghuni dasar perairan

sirip ventralnya berubah bentuk menjadi semacam alat yang digunakan untuk

mencengkeram substrat.Sirip pektoral mempunyai bentuk yang beragam. Pada

ikan perenang cepat seperti ikan tuna sirip pektoral cenderung panjang dan

meruncing. Sebaliknya pada ikan perenang lambat sirip ini cenderung

membundar. Sirip yang melebar terdapat pada ikan pari. Pada ikan lele sirip

pektoral mempunyai jari-jari mengeras dan bergerigi dibagian pinggirannya serta

beracun yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri (Rahardjo, 2011).

2.1.3. Bentuk tubuh

Bentuk tubuh ikan mempunyai jenis yang berbeda-beda. Bentuk tubuh ikan

berpengaruh pada tingkah laku ikan dan bentuk adaptasi ikan. Umumnya ikan

mempunyai bentuk tubuh yang simetri bilateral. Bentuk tubuh yang seperti itu

adalah suatu bentuk tubuh yang bila dipotong secara sagital maka bagian yang

kanan dan kiri akan merupakan bagian yang mirip bayangan cermin. Namun juga

ada ikan yang bentuknya tidak simetri bilateral. Secara umum bentuk tubuh ikan

berkaitan dengan gerakan ikan maupun tempat ikan itu hidup sebagai upaya

penyesuaian diri dengan lingkungan, terutama lingkungan fisik perairan.

Berdasarkan hubungan tadi, seringkali dapat diduga suatu jenis ikan hidup dimana

atau bagaimana cara geraknya dengan melihat bentuk tubuhnya (Rahardjo, 2011).

Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka

hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral,

yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya

(potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan

dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-

simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang

(cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh,

misalnya pada ikan langkau dan ikan lidah (Sarifuddin, 2011).

Bentuk tubuh yang lain adalah bentuk tubuh yang seperti ular atau

anguliform. Jenis ini mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dengan potongan

melintang yang bundar dan ujung ekor yang meruncing, misalnya ikan belut.

Bentuk seperti anak panah juga terdapat pada ikan yaitu suatu bentuk ikan yang

memanjang dengan sirip-sirip tunggalnya terletak jauh kearah belakang dekat

dengan arah sirip ekor. Selain itu juga ada bentuk bola, yaitu bentuk tubuh ikan

yang membulat seperti bola (Rahardjo, 2011).

2.1.4. Warna tubuh

Warna tubuh ikan bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk adaptasi ikan

dengan lingkungannya. Warna tubuh ikan bervariasi dari yang sederhana atau

hanya satu warna sampai banyak warna dengan corak yang beragam. Pada ikan

yang hidup didasar perairan bagian dasar perutnya berwarna pucat dan bagian

punggungnya berwarna gelap. Warna tubuh yang cmerlang dan cantik, terdapat

pada ikan yang hidup di seitar karang. Umumnya ikan laut yang hidup di lapisan

atas berwarna keperak-parakan. Sumber warna ikan terbagi menjadi dua macam,

yaitu skemakrom dan pigmen pembawa warna (biokrom). Skemakrom sering

disebut warna struktural karena berasal dari konfigurai fisik. Warna tersebut

merupakan pantulan cahaya. Dari bidang permukaan yang mirip cermin.

Skemakrom putih terdapat pada rangka, gelembung renang, sisik, dan tetes; biru

dan ungu pada iris mata dan membran usus. Biokrom merupakan senyawa

berwarna yang terdapat pada kromatofora (Rahardjo, 2011).

Piola pewarnaan merupakan ciri spesifik, sebab dapat berubah sesuai

dengan umur, waktu, atau lingkungan dimana ikan tersebut didapatkan. Hal ini

merupakan bagian penting dalam mendeskripsi setiap spesies, misal pola

pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ reproduksi, jenis kelamin.

Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan sebagai alat taksonomi adalah

subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi ikan (Wahyuningsih, 2006).

Menurut Cott (1940) dalam Rahardjo (2011), apabila diperhatikan

lebih jauh, warna tubuh ikan mempunyai banyak fungsi. Fungsi-fungsi tersebut

dipisahkan dalam tiga kelompok, yaitu persembunyian (concealment),

penyamaran (disguise), dan pemberitahuan (advertisement). Jenis warna

persembunyian meliputi pemiripan warna umum, pemiripan warna yang

berubah,pemudaran warna, pewarnaan terpecah, dan pewarnaan terpecah

bersamaan.

2.1.5. Tipe mulut

Mulut adalah organ pertama yang berhubngan lanhsung dengan makanan.

Letk mulut satu spesies ikan dapat berbeda dengan spesies lainnya, meskipun

pada umumnya mulut ikan teletak dibagian ujung depan kepala. Tipe mulut ini

dinamakan tipe mulut terminal. Pada ikan lain, mulut terletak dibagian atas (tipe

superior). Ikan bermulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau

menunggu pada dasar perairan untuk mendapatkan mangsa yang lewat diatas.

Namun ikan yang hidup di dasar perairan umumnya mempunyai mulut tipe

inferior (mulut terletak dibawah) seperti ikan pari. Atau bisa jug mempunyai

mulut yang bertipe subterminal (mulut berada di dekat ujung kepala) misalnya

ikan kekemah (Rahardjo, 2011).

Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas :

- Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan

pare kembang dan ikan cucut

- Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah,

misalnya pada ikan kuro/senangin dan ikan setuhuk putih

- Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan

tambangan dan ikan mas

- Superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung, misalnya pada ikan julung-

julung dan ikan kasih madu (Sarifuddin,2011).

Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk tentang makanan yang

dimakan, terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Mulut

ikan dibatasi oleh bibir yang merupakan tulang rawan yang tipis dan lentur. Ikan

yang mendapatkan makanan dengan cara menghisap mempunyai mulut tipe

inferior dan bibir yang berdaging tebal. Bibir penghisap yang dipunyai oleh

beberapa ikan yang hidup disungai. Yang berarus deras dapat berfungsi sebagai

organ penempel atau pencengkeram pada benda-benda lain untuk

mempertahankan posisinya agar tidak terbawa arus (Rahardjo, 2011).

2.1.6. Tipe ekor

Sirip ekor atau sirip caudal berperan dalam gerak berenang sebagai

pendorong dan sekaligus berfungsi sebagai kemudi untuk berbelok kekiri atau

kekanan. Sirip ekor mempunyai berbagai bentuk yakni membundar, berpinggiran

tegak, berlekuk tunggal, bulan sabit, seperti garpu, baji, dan berlekuk.

Menurut Kent (1954) dalam Sharifuddin (2011), ditinjau dari bentuk luar

sirip ekor, maka secara morfologis dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor,

yaitu:

- Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis

(Valenciennes, 1828)).

- Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni

(Bloch, 1792)).

- Pointed (meruncing), misalnya pada ikan sembilang (Plotosus canius Hamilton,

1822).

- Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah

(Lethrinus obsoletus ,Forsskål 1775) (Sharifuddin 2011).

2.2. Anatomi Ikan

2.2.1. Sistem Disgestoria

Menurut Rahardjo (2011), sistem digestoria atau pencernaan bila diurut

secara berurutan dari awal makanan masuk ke mulut sampai ke proses pencernaan

dan selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna dibuang dalam bentuk feses

melalui anus, maka organ yang termasuk saluran pencernaan terdiri atas mulut,

rongga mulut, tekak, kerongkongan, lambung, pilorua, usus dan anus. Rongga

mulut terdapat gigi dan lidah serta tempat bermuaranya kelenjar ludah.

Pencernaan atau disgestivus adalah suatu proses penyederhanaan makanan

melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga menjadi bahan yang mudah

diserap dan disebarkan ke seluruh tubuh dan diedarkan melalui sistem peredaran

darah. Dalam sistem pencernaan dipisahkan menjadi dua, yaitu saluran

pencernaan dan kelenjar pencernaan. Organ yang termasuk saluran pencernaan

terdiri atas mulut, rongga mulut, kerongkongan, lambung, pilorus, usus, dan anus.

Ikan-ikan herbivora yang tidak mempunyai lambung, pencernaan yang intensif

terjadi di dalam usus. Umumnya ikan-ikan herbivora memiliki usus yang

panjangnya beberapa kali panjang tubuhnya, sedangkan ikan-ikan carnivora

memiliki usus yang pendek atau sangat pendek bila dibandingkan dengan panjang

tubuhnya.

Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) :

- Hati (hepar), bentuknya besar, berwarna merah kecoklat-coklatan,

- Kantong empedu (vesica fellea), bentuknya bulat bila berisi penuh, berwarna

kehijau-hijauan (Sharifuddin, 2011).

2.2.2. Sistem Muscularia

Ikan mempunyai susunan otot yang relatif jauh lebih sederhana.

Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan dapat dibedakan atas tiga macam,

yaitu:

- otot licin (smooth muscle)

- otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle)

- otot jantung (cardiac muscle)

Berdasarkan cara kerjanya, otot-otot yang terdapat pada tubuh ikan

dibedakan atas dua golongan yaitu:

- voluntary muscle, yaitu otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh rangsang,

misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka

- involuntary muscle, yaitu otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh rangsang,

misalnya otot licin dan otot jantung.Urat daging pada ikan tersebar hampir di

seluruh tubuh sehingga setiap urat daging tersebut mempunyai peranan atau

fungsi tersendiri sesuai dengan tempat dimana dia terdapat. Namun demikian,

secara umum urat daging mempunyai fungsi untuk menggerakkan bagian-

bagian tertentu dari tubuh ikan sehingga secara keseluruhan menyebabkan ikan

mampu bergerak (berenang). otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua daerah

yaitu :

- musculi dorsalis atau musculi epaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang terdapat

di sebelah dorsal septum horizontal

- musculi ventralis atau musculi hypaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang

terletak di sebelah ventral septum horizontal (Sharifuddin, 2011).

2.2.3. Sistem Circulatoria

Sistem peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal, yang berarti

bahwa darah mengalir dari jantung ke insang kemudian ke seluruh tubuh dan

akhirnya kembali ke jantung. Darah yang kaya oksigen memasok bagian kepala

melalui arteri carotid dan memasok bagian badan melalui percabangan aorta

dorsalis (Rahardjo, 2011).

Sistim peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat

satu jalur sirkulasi peredaran darah. Pada sistem tersebut darah mengalir dari

jantung, menuju ke insang, kemudian ke seluruh tubuh, dan akhirnya kembali lagi

ke jantung. Pada ikan, jantung umumnya terletak di belakang insang. Ikan

bertulang sejati (Osteichthyes) memiliki letak jantung relatif lebih ke depan

dibandingkan dengan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Jantung disusun

oleh otot jantung yang bekerja tidak di bawah pengaruh rangsang (involuntary).

Jantung terdapat di dalam rongga pericardium. Jantung ini dibungkus oleh suatu

selaput yang disebut pericardium dan terdiri atas:

- Sinus venosus, berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada bagian

caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain. Menerima darah dari vena

hepatica dan ductus Cuvier.

- Atrium (serambi), berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal dan

menerima darah dari sinus venosus.

- Ventikel (bilik), berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat tunggal,

menerima darah dari atrium.

-Bulbus arteriosus (conus arteriosus), merupakan lanjutan dari ventrikel,

berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta

ventralis (Sharifuddin, 2011).

2.2.4. Sistem skeleton

Sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan,

jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponen-komponen gigi, jari-

jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka merupakan struktur yang

berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat dibedakan atas:

- rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama)

- rangka dalam (endoskeleton), berupa tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh

ikan. Tulang banyak mengandung garam kalsium, fosfor, magnesium, dan

sebagainya. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes), tulang yang keras

sebenarnya berasal dari tulang rawan. Proses pembentukan tulang dari tulang

rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi.

Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas:

- Rangka axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang rusuk

- Rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya

-Rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip dan

tulang-tulang penyokongnya. (Sharifuddin, 2011).

2.2.5. Sistem respiratoria

Alat pernafasan ikan dapat digolongkan ke dalam organ pernafasan akuatik

dan pernafasan udara. Organ pernafasan akuatik terdiri atas insang yang terletak

di dalam rongga insang dan insang luar yakni yang berada di luar ronggan insang

yang biasanya ditemukan pada stadia embrio atau larva pada beberapa jenis ikan.

Organ pernafasan udara adalah organ yang dapat mengambil langsung oksigen

dari udara bebas (Rahardjo, 2011).

Pernapasan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan insang

(branchia). Insang ikan juga mengalami perkembangan sebagaimana organ-organ

lainnya. Pada stadia larva, insang belum sempurna dan belum dapat berfungsi.

Untuk dapat bernapas, larva ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac)

atau pada beberapa ikan tertentu menggunakan insang luar. Setiap insang ikan

terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

- Filamen insang (hemibranchia = gill filament), berwarna merah, terdiri dari

jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak

mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan

merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air.

- Tulang lengkung insang (arcus branchialis = gill arch), merupakan tempat

melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran

darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat

keluar dan masuk ke dalam insang.

- Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang

pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang,

berfungsi untuk menyaring air pernapasan. Pada ikan-ikan herbivor pemakan

plankton, tapis insangnya rapat dan ukurannya panjang. Hal ini sesuai dengan

fungsinya sebagai alat penyaring makanan. Sedangkan pada ikan-ikan carnivora,

tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek (Sharifuddin, 2011).

2.2.6. Sistem Urogenitalia

Sistem Urogenitalia adalah gabungan dari sistem uropoetica dan sistem

genitalia. Organ utama dari sistem pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme

adalah ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui

usus dan kulit. Pada ikan, pembuangan sisa-sisa metabolisme terutama melalui

insang dan ginjal. Bahan yang dibuang tersebut sebagian besar berbentuk

ammoniak (NH3) dan yang lainnya dalam bentuk urine. Ammoniak merupakan

hasil sisa dari penguraian asam amino dan bersifat sangat toksik. Toksisitas NH3

ini dapat dikurangi dengan cara merubahnya menjadi persenyawaan lain seperti

urea, asam urat, atau trimetil oksida (TMO), atau dengan pengenceran dalam air

yang cukup (Sharifuddin, 2011).

Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem

reproduksi. Sistem reproduksi terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad,

dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta

salurannya (Wahyuningsih, 2006).

Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem uropoetica adalah:

- Ginjal (ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak di luar

ruang peritoneum, menempel di bawah tulang punggung memanjang dari dekat

anus ke arah depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal

berfungsi untuk mengeluarkan ammonia dan persenyawaan-persenyawaannya

yang non-toksik.

- Ureter (ductus mesonephridicus = saluran Wolffian), merupakan tempat

mengalirnya urine (air seni) yang berasal dari ginjal, terdapat di pinggiran

dorsal rongga badan dan menuju ke belakang. Pada ikan jantan, kedua saluran

ini terlihat merupakan tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung

belakang ginjal sampai kantung urine, sedangkan pada ikan betina ia menuju

ke sinus urogenitalia.

- Kantong urine (vesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan,

dan merupakan tempat penampungan urine sebelum dikeluarkan. Pada

beberapa jenis ikan, kantong urine dapat dilihat dengan jelas terletak dekat

anus dan bentuknya menyerupai kantung kecil.

- Urethra, merupakan saluran yang pendek, berasal dari kantong urine dan menuju

ke porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh.

Sistem kelamin pada ikan dapat dibedakan atas sistem kelamin betina dan

sistem kelamin jantan. Pada ikan bertulang sejati, sistem kelamin betina

disusunoleh :

- Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang

jernih, terdapat bintik-bintik karena berisi sel telur (ova). Alat penggantung

ovarium disebut mesovarium.

- Saluran telur (oviduct), merupakan saluran tempat lewatnya ova, sangat pendek

dan bersatu pada bagian belakangnya untuk selanjutnya bermuara pada porus

genitalia.

Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh :

- Testes, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testes

agak kompak dan berwarna putih. Di dalam testes dihasilkan spermatozoa.

Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis. Bentuk

spermatozoa bermacam-macam tergantung kepada spesies ikan. Alat

penggantung testes disebut mesorchium.

- Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada

bagian belakangnya membentuk suatu ruang genital yang terbuka ke arah luar,

terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus.

- Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar

dan tempat pelepasan sperma (Sharifuddin, 2011).

2.2.7. Sistem optik

Sebagian besar ikan memiliki mata terletak lateral satu buah pada masing-

masing sisi tubuh, namun pada beberapa jenis ikan sepasang mata tersebut terletak

pada satu sisi. Umumya pada ikan tidak memiliki pelupuk mata, kecuali pada

elasmobranchii yang berupa membran dan dapat mengejapkan mata.beberapa ikan

teleostei yang termasuk perenang cepat mempunyai selaput mata lemak yang

berfungsi sebagai pelindung dan merampingkan kegembungan mata di bawah

permukaan kepala.Cahaya yang membawa gambaran suatu objek pertama harus

melewati kornea mata. Pada umumnya kornea mata transparan dan tidak

berpigmen. Selain kornea mata juga terdapat iris. Iris membentuk pupil dan

mengatur jumlah cahaya yang tiba di retina. Kemudian lensa mata. Umumnyan

lensa mata pada ikan membulat, transparan dan kuat, terbuat dari protein non

kolagen (Rahardjo, 2011).

2.2.8. Sistem Nervorum Central

Menurut Sharifuddin (2011), otak ikan hanya dapat dilihat jika tulang-

tulang pembungkusnya telah dibuka. Untuk itu maka perlu terlebih dahulu

dilakukan pembedahan secara hati-hati terhadap bagian kepala ikan agar otak

yang akan diamati dapat terlihat dengan jelas. Bagian-bagian otak dari muka ke

belakang adalah sebagai berikut:

a. Telencephalon, adalah bagian otak yang paling depan, terdiri atas:

- Lobus olfactorius, merupakan bagian telencephalon yang paling anterior

- Tractus olfactorius, merupakan lanjutan dari lobus olfactorius dan berfungsi

sebagai nervus cerebralis I.

- Bulbus olfactorius, merupakan lanjutan dari tractus olfactorius dan berakhir

sebagai sepasang ‘bola’, mempunyai lanjutan sebagai benang-benang halus

yang menuju ke dinding lekuk hidung.

- Hemisphaerium cerebri, terdapat di bagian posterior lobus olfactorius.

Bagian dasarnya disebut corpus striatum, sedangkan bagian atap dan

dinding samping disebut pallium.

b. Diencephalon, terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral.

Bersama-sama dengan telencephalon termasuk bagian dari otak muka

(prosencephalon). Pada diencephalon terdapat thalamus, hypothalamus, lobus

inferior, dan saccus vasculosus.

c. Mesencephalon, merupakan otak bagian tengah dengan organ utama yang

tampak menonjol adalah lobus opticus. Lobus opticus berbentuk bulat dan

besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian

sebelah ventral terletak lobi inferior (bagian dari diencephalon) yang

merupakan tempat melekat hypophyse (hypothalamus). Pada bagian anterior

hypophyse terdapat persilangan dari nervus opticus (nervus cerebralis II)

yang disebut chiasma nervi optici. Selain lobus opticus, pada mesencephalon

juga terdapat torus semicircularis.

d. Metencephalon,disebut juga cerebellum, relatif besar dan terletak di belakang

mesencephalon.

e. Myelencephalon, disebut juga medulla oblongata, melanjutkan diri ke caudal

sebagai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalam

canalis vertebralis. Bersama-sama dengan cerebellum, medulla oblongata

termasuk bagian dari otak belakang (rhombexcephalon)

2.3. Taksonomi Ikan

2.3.1. Idenrifikasi

Taksonomi atau sistematika ialah suatu ilmu mengenai jasad klasifikasi

jasad. Pengelompokan jasad yang begitu beraneka ragam dalam alam ke dalam

berbagai kelompok yang mudah dikenal, untuk menetapkan ciri-ciri penting dari

kelompok ini dan untuk senantiasa mencari perbedaan yang tetap antara kelompok

itu. Disamping itu ahli ini harus memberikan nama ilmiah kepada kelompok itu

untuk memungkinkan pemberian pengakuan kepadanya oleh ahli lain di seluruh

dunia. Kronologis geologis dari jasad tergantung dari ketetapan identifikasi dari

fosil. Tiap survey ekologis yang bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan

mengidentifikasi emua spesies yang ekologis penting. Juga para ahli biologi telah

menyadari pentingnya identifikasi yang tepat. Banyak sekali genera yang

mempunyai spesies yang secara morfologi tidak berbeda. Perbedaannya terletak

dalam sifat fisiologisnya (Saanin, 2011).

2.3.2. Klasifikasi

Klasifikasi dunia hewan yang dikemukakan oleh Raven et al. (2011) dalam

Sarifuddin (2011), membagi dunia hewan ke dalam 22 fila. Fila tersebut adalah:

Porifera, Cnidaria, Ctenophora, Acoela, Micrognathozoa, Rotifera, Cycliophora,

Platyhelminthes, Brachiopoda, Bryozoa (Ectoprocta), Annelida, Moluska,

Nemertea, Loricifera, Kinorhyncha, Nematoda, Tardigrada, Arthropoda,

Onychophora, Chaetognatha, Echinodermata, dan Chordata, Di dalam klasifikasi

ini, filum Chordata dibedakan atas tiga subfila, yaitu Urochordata,

Cephalochordata, dan Vertebrata. Selanjutnya, subfilum Vertebrata terdiri atas:

Myxini (hagfishes, 30 spesies), Cephalaspidomorphy (lamprey, 35 spesies),

Chondrichthyes (cartilaginous fishes, 750 spesies), Actinopterygii (ray-finned

fishes, 30 000 spesies), Sarcopterygii (lobe-finned fishes, 8 spesies), Amphibia,

Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.

Pembagian klasifikasi terdiri atas :

a. Kingdom

b. Famili

c. Class

d. Ordo

e. Filum

f. Genus

g. Spesies

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

Tabe.l. alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi

No

.

Alat Jumlah Fungsi

1. Nampan 1 Sebagai tempat untuk membantu dalam

pengambilan ikan

2. Gunting 3 Sebagai alat untuk membantu dalam proses

sectio

3. Pinset 2 Sebagai alat untuk membantu dalam proses

pengambilan organ dalam ikan

4. Pisau 1 Sebagai alat untuk membantu dalam proses

sectio

5 Jarum

pentul

1 pak Sebagai alat untuk membantu proses

morfologi, penghitungan sirip (rumus

sirip)

6. Lup 1 Sebagai alat untuk membantu memperjelas

objek pengamatan

7. Alat tulis 1 Sebagai alat untuk mencatat hasil

pengamatan

8. Penggaris 2 Sebagai alat untuk membantu pengukuran

tubuh ikan

9. Tissue 1 Sebagai alat untuk membantu

membersihkan

10. Lembar

data

75 Sebagai alat untuk mencatat hasil

pengamatan

11. Tang

potong

1 Sebagai alat untuk membantu proses sectio

otak ikan lele

12. Buku 1 membantu proses identifikasi

3.1.2. Bahan

Tabel.2. bahan yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi

No. Nama Bahan Jumlah Fungsi

1. Ikan Pari (Dasyatis

sephen)

1 Sebagai bahan identifikasi dalam

praktikum Ikhtiologi

2. Ikan Bawal

(Chinensis)

1 Sebagai bahan identifikasi dalam

praktikum Ikhtiologi

3. Ikan Lele (Clarias

leiachanthus)

1 Sebagai bahan identifikasi dalam

praktikum Ikhtiologi

3.2. Metode

3.2.1. Pengamatan morfologi ikan

Metode yang digunakan pada pengamatan morfologi ikan dalam praktikum

ikhtiologi adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan objek pengamatan (ikan pari, ikan bawal, ikan lele)

2. Mengamati bagian-bagian tubuh dari masing-masing ikan

3. Mengamati bentuk ekor, bentuk mulut, bentuk tubuh, bentuk sisik

4. Melakukan pengukuran ukuran tubuh yang meliputi panjang total, panjang

standar, panjang kepala dan lain-lain

5. Melakukan perhitungan jumlah sirip untuk menentukan rumus sirip pada ikan

tersebut.

6. Melakukan perhitungan tulang tambahan pada operculum

7. Mencatat hasil pada lembar data

3.2.2. Pengamatan anatomi ikan

Metode yang dilakukan pada pengamatan anatomi ikan dalam

praktikum ikhtiologi adalah sebagi berikut :

1. Melakukan sectio pada ketiga ikan yang menjadi objek pengamatan

2. Melakukan pengamatan yang meliputi sistem pencernaan, sistem pernafasan,

sistem otot, sistem peredaran darah, sistem saraf, sistem rangka, sistem optik,

dan sistem urogenitalia.

3. Mencatat hasil pada lembar data

3.2.3.Pengamatan system nervorum central

Metode yang dilakukan pada pengamatan system nervorum central dalam

praktikum ikhtiologi adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan objek pengamatan (ikan lele)

2. Melakukan sectio pada kepala ikan lele dengan bantuan alat tang potong dan

alat penunjang lainnya

3. Mengamati otak pada ikan lele tersebut dan menggambar

4. Mencatat hasil pada lembar data

3.2.4. Pengamatan taksonomi ikan

Metode yang dilakukan dalam pengamatan taksonomi ikan dalam praktikum

ikhtiologi adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data hasil pengamatan morfologi dan pengamatan anatomi

2. Mengidentifikasi dengan mencocokan dari hasil pengamatan dengan buku

identifikasi

3. Mencatat hasil identifikasi, yang meliputi klasifikasi yaitu :

a. Kingdom

b. Filum

c. Class

d. Ordo

e. Family

f. Genus

g. Spesies