BAB I
-
Upload
herman-syah -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of BAB I
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan makin
meningkat dan bersamaan dengan hal tersebut kompetisi dalam pelayanan kesehatan
di era pasar bebas semakin meningkat pula. Strategi yang dapat digunakan dalam
menghadapi persaingan tersebut adalah profesionalisme tenaga kesehatan yang
berorientasi pada kepuasan klien dalam semua aspek pelayanan kesehatan. Rumah
sakit sebagai salah satu tatanan pelayanan kesehatan dituntut memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan klien.
Keberhasilan suatu rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada klien
dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan yang merupakan subsistem dari pelayanan
kesehatan, yaitu ditentukan oleh pola pelayanan keperawatan yang ada, sikap dan
keterampilan perawat serta tergantung pula pada interaksi yang baik antara perawat
dengan klien dan keluarga. Jika klien dan keluarga mau bekerjasama dengan
perawat dalam proses keperawatannya, maka akan mempercepat proses
penyembuhan klien tersebut. Hal tersebut dapat terwujud jika perawat sebagai
pemberi asuhan dapat mengkomunikasikan apa yang akan diberikan dan membina
hubungan saling percaya dengan klien. Banyak hal yang dapat dikomunikasikan
kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat kooperatif dan mau bekerjasama
dengan perawat, antara lain perawat dapat memberikan informasi tentang prosedur
perawatan, perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien, serta pemberian
reinforcemen terhadap perilaku klien yang mendukung proses penyembuhannya.
1
Komunikasi adalah pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke
orang lain (La Monica, 1998). Pemindahan pengertian tersebut melibatkan lebih
dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi
wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya (Handoko, 2003). Komunikasi
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses keperawatan, karena
melalui komunikasi perawat dapat menyampaikan dan menerima pesan sehingga
tujuan pelayanan keperawatan dapat dicapai secara optimal.
Menurut Utami (1998) komunikasi merupakan metode utama dalam proses
keperawatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat professional
menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Pada proses keperawatan, komunikasi sangat diperlukan untuk mendapatkan
data, khususnya data yang didapatkan dari klien dan keluarga. Kemampuan
komunikasi juga dibutuhkan dalam memberikan intervensi dan mengevaluasi proses
keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu komunikasi juga dibutuhkan
dalam interaksi perawat dengan tim kesehatannya yang lain. Oleh sebab itu perawat
harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam melakukan hubungan
interpersonal dengan klien yang dikenal komunikasi terapeutik (Taylor et. al, 1997)
Menurut Stuart dan Sunden (1998) komunikasi terapeutik adalah suatu proses
yang melibatkan usaha-usaha untuk membina hubungan terapeutik anatara perawat-
klien dan saling membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk
keintiman yang terapeutik. Kualitas asuhan keperawatan sangat dipengaruhi kualitas
hubungan perawat klien yang memberikan dampak terapeutik.
Berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan hubungan interpersonal
perawat telah membuktikan bahwa aspek hubungan interpersonal pada praktek
2
keperawatan merupakan aspek mutu yang penting. Aspek hubungan interpersonal
ini meliputi perhatian (caring), belas kasihan (compassion), keramahan dan
komunikasi terapeutik antara perawat dan klien (taylor, 1991 dan Schmele, 1996).
Apabila aspek hubungan interpersonal tersebut dilakukan dengan kualitas yang
tidak baik maka akan menjadi salah satu faktor penyebab ketidakpuasan klien
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Direktorat pelayanan Keperawatan Depkes RI (2001) telah melakukan kajian
tentang pengelolaan Pelayanan Keperawatan di 27 rumah sakit kabupaten/kota.
Hasil kajian tersebut menginformasikan bahwa pelayanan keprawatan yang
diberikan kepada klien masih jauh dari yang diharapkan yaitu : perawat tidak selalu
memperkenalkan diri kepada klien maupun kelurganya, pada saat dibutuhkan oleh
klien perawat tidak segera datang, perawat kurang memberikan penjelasan pada
waktu sebelum, selama dan sesudah memberikan asuhan keperawatan keperawatan
kepada klien serta kurangnya perawat melakukan observasi kepada klien.
Hasil penelitian Susanti (2001, dalam Manurung, 2003) menunjukkan bahwa
dari 98 responden yang diteliti hanya terdapat 48% perawat yang mempunyai
komunikasi efektif. Bhakti (2002, dalam Manurung, 2003) dalam penelitiannya juga
menjelaskan bahwa dari 78 perawat hanya 15 orang (19,2%) melaksanakan fase-
fase hubungan terapeutik dengan baik dan selebihnya kemampuan komunikasinya
kurang baik. Sementara itu penelitan Manurung (2003) menunjukkan dari 147
responden hanya 68 orang perawat (46,3%) menerapkan komunikasi terapautik
dalam asuhan keperawatan dengan baik.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perawat masih kurang mampu
dan memperhatikan aspek hubungan interpersonal terutama yang berhubungan
3
dengan komunikasi antara perawat dan klien yang dirawatnya, sehingga mutu atau
kualitas asuhan keperawatan menjadi kurang baik yang juga tentunya akan
berdampak pada pelayanan keperawatan yang diberikan di pelayanan kesehatan
khususnya rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Yunus Bengkulu merupakan rumah sakit
pemerintah yang berada di Propinsi Bengkulu yang diharapkan dapat memberikan
pelayanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat, salah satunya melalui
hubungan interpersonal yang baik dengan komunikasi terapeutik antara perawat dan
klien. Ruangan Irna C merupakan salah satu Instalasi rawat inap yang ada di
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu yang ruangan-ruangannya memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan menggunakan metode tim, dimana diharapkan
perawat pelaksana pada tim keperawatan tersebut mempunyai kemampuan yang
lebih baik termasuk dalam bidang hubungan interpersonal yaitu komunikasi, baik
komunikasi teraupetik kepada kliennya maupun komunikasi tim antara sesama
anggota tim dalam tim keperawatan.
Hasil studi pendahuluan di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dengan melakukan
wawancara dan observasi terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruangan
Irna C diperoleh data bahwa secara umum perawat kurang memahami komunikasi
terapeutik kepada klien dan keluarga, perawat cenderung seperlunya saja
berkomunikasi kepada klien sebatas kepentingan menjalankan tugas dan kalau
ditanya oleh klien mereka menjawab dengan enggan dan segera berlalu dari
hadapan klien dan keluarga, disamping itu juga didapatkan bahwa Ruangan Irna C
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu belum pernah melaksanakan atau mengikutsertakan
perawatnya dalam pelatihan tentang komunikasi terapeutik.
4
Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukkan masih kurang baiknya
pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Ruangan di Irna C RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu. Keadaan ini perlu dicermati karena rendahanya pelaksanaan komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat akan menyebabkan rendahnya mutu asuhan
keperawatan dan menimbulkan ketidakpuasan klien kepada pelayanan yang
diberikan oleh perawat.
Namun hasil tersebut di atas belum memberikan gambaran secara mendalam
pada aspek mana perawat tidak mampu melakukan komunikasi dengan baik dan
kendala-kendala apa saja yang ditemui oleh perawat dalam melakukan komunikasi
terapeutik. Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik terdapat teknik-teknik yang
harus diperhatikan sehingga komunikasi yang dilakukan bukan hanya sebatas
komunikasi sosial semata dan juga terdapat ancaman-ancaman non terapeutik
terhadap komunikasi terapeutik yang menjadi kendala-kendala yang mempengaruhi
pelaksanaan komunikasi terapeutik. Pengalaman perawat tentang hal-hal tersebut
perlu digali lebih dalam melalui penelitian yaitu penelitian dengan pendekatan
fenomenology, yang membantu menemukan jawaban apa yang menghambat
perawat melaksanakan komunikasi terapeutik dan menemukan alternatif
pemecahannya. Fenomenology merupakan salah satu metode penelitian yang dapat
menggali nilai-nilai kebenaran yang penting dari pengalaman hidup secara
mendalam. (Byrne, 1999, Merleau dan Ponty, 1962 dalam Kleiman, 2004)
B. RUMUSAN MASALAH
Pemikiran yang termuat dalam bahasan latar belakang menunjukkan bahwa
permasalah pokok penelitian ini adalah pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh
5
perawat di ruangan Irna C RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, dimana pelaksanaannya
belum dilakukan sesuai dengan konsep sehingga timbul pertanyaan Bagaimanakah
pelaksanaan teknik komunikasi terapeutik di ruangan Irna C RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu dan apa kendala-kendala yang dihadapi perawat dalam melaksanakan
komunikasi terapeutik tersebut.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian maka tujuan penelitian ini
adalah Sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengalaman perawat dalam melaksanakan
komunikasi terapeutik di ruangan Irna C RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengalaman perawat tentang :
a. Pelaksanaan teknik komunikasi terapeutik di ruangan Irna C RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu
b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik di
ruangan Irna C RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Pelayanan
Bagi pimpinan rumah sakit sebagai masukan untuk dijadikan acuan secara
konseptual terkait kebijakan tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam
rangka meningkatkan mutu pelayana keperawatan
6
2. Pengembangan Keilmuan
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
terapan, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi terapeutik perawat-klien.
3. Pengembangan Penelitian
Sebagai bahan informasi bagi penelitian berikutnya tentang hubungan
interpersonal perawat klien khususnya tentang komunikasi terapuetik. Juga dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di
bidang pelayanan keperawatan khususnya penelitian kualitatif.
7