BAB I

download BAB I

of 21

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Blitar merupakan salah satu kabupaten yang ada di propinsi Jawa Timur. Blitar memiliki potensi sumberdaya alam yang tanah regosol di utara Sungai Brantas yang subur, kenampakan alam yang berpotensi bagi sektor kepariwisataan. Dilihat dari kedudukan dan letak geografisnya, Kota Blitar tidak memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan. Selain potensi sumber daya alam, Blitar memiliki potensi wisata yang berbagai panorama alam dan peninggalan sejarah di sekitarnya.

Daerah ini, juga memiliki potensi bencana karena berada tepat di bawah Kaki Gunung Kelud yang aktif dan dapat meletus sewaktu waktu. Blitar terdapat juga Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas yang akan meluap dan menyebabkan banjir apabila adanya hujan secara terus menerus. Selain itu, memiliki potensi bencana tsunami karena blitar terdapat pantai pantai yang terdapat di selatan dan menyambung ke Samudera Indonesia yang luas.1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam perumusan masalah ini, penulis akan merumuskan tentang :

1. Bagaimana letak geografis Blitar ?

2. Bagaimana letak geologis Blitar ?

3. Bagaimana potensi sumberdaya alam Blitar ?

4. Bagaimana potensi bencana alam Blitar ?

5. Bagaimana potensi wisata alam Blitar ?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Dalam rangka memperkenalkan letak geografis dan letak geologis daerah Blitar dan sekitarnya kepada masyarakat. Agar masyarakat mengetahui bahwa Blitar memilki potensi potensi yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan. BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LETAK GEOGRAFIS BLITARBlitar merupakan salah satu daerah di wilayah Propinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak diujung selatan Jawa Timur dengan ketinggian 167 m dari permukaan air laut, pada koordinat 111 40 11210 BT dan 758 8951 LS. Wilayah yang berjarak 160 Km arah tenggara dari Ibukota Propinsi Jawa Timur ini memiliki suhu udara sejuk, rata-rata 24 C- 34 C.

Blitar dibagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota dan Kabupaten.

KOTA BLITARBatas WilayahWilayah Kota Blitar dikelilingi oleh Kabupaten Blitar dengan batas:

Sebelah Utara : Kecamatan Garum dan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar

Sebelah Timur: Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Garum Kabupaten Blitar

Sebelah Selatan : Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar

Sebelah Barat : Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.|Pembagian AdministratifDibagi menjadi tiga daerah Kecamatan yaitu :

Kecamatan Sukorejo

Kecamatan Kepanjenkidul dan

Kecamatan Sananwetan.

2.1.1 Kondisi Alam yang SuburBlitar, baik kota maupun kabupaten, terletak di kaki Gunung Kelud, Jawa Timur. Daerah Blitar selalu terkena lahar Gunung Kelud yang sudah meletus puluhan kali terhitung sejak tahun 1331. Lapisan-lapisan tanah vulkanik yang banyak ditemukan di Blitar pada hakikatnya merupakan hasil pembekuan lahar Gunung Kelud yang telah meletus secara berkala sejak bertahun-tahun yang lalu.

Keadaan tanah di daerah Blitar yang kebanyakan berupa tanah vulkanik, mengandung abu letusan gunung berapi, pasir, dan napal (batu kapur yang tercampur tanah liat). Tanah tersebut pada umumnya berwarna abu-abu kekuningan, bersifat masam, gembur, dan peka terhadap erosi. Tanah semacam itu disebut regosol yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi, tebu, tembakau, dan sayur mayur. Selain hijaunya persawahan yang kini mendominasi pemandangan alam di daerah Kabupaten Blitar, ditanam pula tanaman tembakau di daerah ini. Tembakau ini mulai ditanam sejak Belanda berhasil menguasai daerah ini sekitar abad ke-17. Bahkan, kemajuan ekonomi Blitar pernah ditentukan dengan keberhasilan atau kegagalan produksi tembakau.

Sungai Brantas yang mengalir dari timur ke barat membagi Kabupaten Blitar menjadi dua, yaitu bagian utara dan selatan. Bagian selatan Kabupaten Blitar (sering disebut Blitar Selatan) kebanyakan tanahnya berjenis grumusol. Tanah semacam ini hanya produktif bila dimanfaatkan untuk menanam ketela pohon, jagung, dan jati.

Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang kedua di Jawa Timur setelah Bengawan Solo (sebagian mengalir di wilayah Jawa Tengah). Sungai ini memegang peranan penting dalam sejarah politik maupun sosial Provinsi Jawa Timur. Sungai yang berhulu di Gunung Arjuno ini turut membawa unsur-unsur utama dari dataran tinggi aluvial di Malang yang bersifat masam sehingga menghasilkan unsur garam yang berguna bagi kesuburan tanah.

Gambar. Peta Kab. Blitar2.1.2 Jalur StrategisTiga daerah subur, yaitu Malang, Kediri, dan Mojokerto, seakan-akan "diciptakan" oleh Sungai Brantas sebagai pusat kedudukan suatu pemerintahan, sesuai dengan teori natural seats of power yang dicetuskan oleh pakar geopolitik, Sir Halford Mackinder, pada tahun 1919. Teori tersebut memang benar adanya karena kerajaan-kerajaan besar yang didirikan di Jawa Timur, seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, dan Kerajaan Majapahit, semuanya beribukota di dekat daerah aliran Sungai Brantas.

Jika saat ini Kediri dan Malang dapat dicapai melalui tiga jalan utama, yaitu melalui Mojosari, Ngantang, atau Blitar, maka tidak demikian dengan masa lalu. Dulu orang hanya mau memakai jalur melalui Mojosari atau Blitar jika ingin bepergian ke Kediri atau Malang. Hal ini disebabkan karena saat itu, jalur yang melewati Ngantang masih terlalu berbahaya untuk ditempuh, seperti yang pernah dikemukakan oleh J.K.J de Jonge dan M.L. van de Venter pada tahun 1909.

Jalur utara yang melintasi Mojosari sebenarnya saat itu juga masih sulit dilintasi mengingat banyaknya daerah rawa di sekitar muara Sungai Porong. Di lokasi itu pula, Laskar Jayakatwang yang telah susah payah mengejar Raden Wijaya pada tahun 1292 gagal menangkapnya karena medan yang terlalu sulit. Oleh karena itulah, jalur yang melintasi Blitar lebih disukai orang karena lebih mudah dan aman untuk ditempuh, didukung oleh keadaan alamnya yang cukup landai.

Pada zaman dulu (namun masih bertahan hingga sekarang), daerah Blitar merupakan daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) yang paling cepat dan mudah. Di sinilah peranan penting yang dimiliki Blitar, yaitu daerah yang menguasai jalur transportasi antara dua daerah yang saling bersaing (Panjalu dan Jenggala serta Dhoho dan Singosari).

Meski di Blitar sendiri sebenarnya tidak pernah berdiri sebuah pemerintahan kerajaan. Akan tetapi, keberadaan belasan prasasti dan candi menunjukkan Blitar memiliki posisi geopolitik yang penting. Kendati kerajaan di sekitar Blitar lahir dan runtuh silih berganti, Blitar selalu menjadi kawasan penting. Tidak mengherankan jika di Blitar terdapat setidaknya 12 buah candi.

Keberadaan Gunung Kelud yang sejak zaman purba rutin memuntahkan abu vulkanik dan aliran Sungai Brantas yang melintasi Blitar dari timur ke Barat seperti menjadi berkah alam yang membuat Blitar sudah amat lama memiliki masyarakat dengan kebudayaan dan peradaban yang cukup tinggi.

Salah satu bukti menunjukkan Blitar sudah muncul sejak abad 10. Bukti itu berbentuk prasasti yang terpahat di belakang arca Ganesha. Prasasti itu menyebutkan bahwa Kepala Desa Kinwu telah diberi anugerah oleh Raja Balitung, yang bergelar Sri Iswara Kesawasamarot tungga, beserta mahamantrinya yang bernama Daksa, sebidang tanah sawah. Prasasti itu kira-kira dibuat pada tahun 829 Saka atau 907 Masehi.2.2 LETAK GEOLOGISBlitar terletak dikaki lereng gunung Kelud di Jawa Timur. Daerah Blitar selalu dilanda lahar gunung Kelud yang meledak secara berkala sejak zaman kuno sampai sekarang. Lahar mengalir kebawah melalui lembah-lembah sungai dan membeku menutup permukaan bumi.

Abu yang memancardari bawah gunung berapi akhirnya jatuh juga di permukaan bumi dan bercampur dengan tanah. Lapisan-lapisan tanah vulkanik daerah Blitar pada hakekatnya merupakan suatu kronologi tentang ledakan-ledakan gunung Kelud yang kontinu dari zaman dahulu kala.

Geologis tanah daerah Blitar berupa tanah vulkanik yang mengandung abu ledakan gunung berapi, pasir dan napal (batu kapur bercampuran tanah liat). Warnanya kelabu kekuning-kuningan. Sifatnya masam, gembur dan peka terhadap erosi. Tanah semacam itu disebut tanah regosol yang dapat digunakan tuntuk penanaman padi, tebu tembakau dan sayur- sayuran. Disamping sawah yang sekarang mendominasi pemandangan alam daerah sekitar Kota Blitar ditanam pula tembakau di daerah ini. Tembakau ini ditanam sejak zaman Belanda berhasil menaruh daerah ini dibawah jurisdiksinya dalam Abad XVII. Bahkan pernahmaju-mundur Blitar ditentukan oleh berhasil tidaknya produksi tembakau di daerah ini. Sungai Brantas mengalir memotong daerah Blitar dari Timur ke Barat. Disebelah Selatan sungai Brantas (daerah Blitar Selatan) kita menjumpai tanah yang lain lagi jenisnya. Tanah ini tergolong dalam apa yang disebut grumusol. Tanah grumusol merupakan batu-batuan endapan yang berkapur di daerah bukit maupun gunung. sifatnya basah.

Tanah semacam ini hanya baik untuk penanaman ketela pohon (cassave) dan jagung di samping kegunaannya sebagai daerah hutan jati yang kering dan tandus. Seperti yang telah kita ketahui, sungai Brantas menerobos daerah Blitar dari Timur ke Barat.

Sungai yang terbesar di Jawa Timur sesudah Bengawan Sala ini mempunyai arti yang penting sekali bagi sejarah politik maupun sosial Jawa Timur. Bersumber digunung Arjuna sungai ini membawa unsur-unsur basis yang dimuntahkan di dataran tinggi aluvial Malang yang bersifat masam hingga larutan basa-asam menimbulkan unsur garam yang tidak bisa di pisahkan dari kesuburan tanah karena garam merupakan bahan makan tumbuh-tumbuhan seperti padi, polowijo dan sebagainya.

Peranan semacam ini diulangi lagi oleh sungai Brantas kalau sungai ini menalir menerobos Daerah Bltiar. Di daerah ini sungai Brantas menerima unsur basis dalam airnya yang kemudian dimuntahkan di dataran rendah aluvial Tulungangung (Ngrawa) dan Kediri yang bersifat masam sehingga daerah itu menjadi subur.

Sekali lagi sungai ini setelah melewati kediri menerobos pegungungan kapur Kendeng Tengah di sekitar Jombang dan memuntahkan unsur basisna di rawa-rawa yang masam di daerahmuara dan deretannya sekitar Mojokerto hingga endapan aluvial di daerah itu menjadi subur.

Tiga darah pusat kesuburan ini, yaitu Malang, Kediri, Mojokerto seakan-akan secara alamiah diciptakan oleh sungai Brantas untuk menentukan apa yang di dalam geopolitik disebut " natural seats of power" atau tempat-tempat yang telah ditentukan oleh alam untuk menjadi tempat kedudukan sesuatu kekuasaan (Sir Halford Mackinder, 1919). Dan memanglah kemudian disitu timbul kerajaan-kerajaan yang besar di Jawa Timur: Kediri, Singosari, Majapahit.

Jika Kediri dan Majapahit secara alamiah boleh dikata berbatasan langsung , maka tidaklah demikian halnya dengan kediri dan Singosari. Kedua kerajaan ini dipisahkan oleh alam dengan adanya rawa-rawa (muara sungai Porong), deretan gunung-gunung (Penanggungan, Welirang, Anjasmara, Arjuna, Kelud, Kawi) yang membentang dari Utara ke Selatan, dareah Blitar, dan pegunungan Kendeng Selatan yang kering lagi tandus. Kalau sekarang hubungan antara kediri dan Malang itu dapat dilaksanakan melalui tiga jalur jalan, ialah melalui Mojosari atau Ngantang atau Blitar, maka kira-kiranya di zaman dulu orang menggunakan dalam prakteknya hanya dua diantara tiga itu, ialah jalan Utara (Mojosari) dan jalan Selatan (Blitar). Jalan tengah (Ngantan) terlalu sukar dan berbahaya untuk ditempuh sehingga praktis orang tidak menggunakannya jika tidak terpaksa. Bahkan dalam abad XVII jalan ini menurut berita Belanda masih merupakan jalan yang sukar sekali dapat di tempuh (J.K.J de Jonge & M.L. Van De Venter, 1909). Van Sevenhoven dalam tahun 1812 menyebut jalan ini masih tetap sukar juga (B. Schrieke, 1957). Jalan Utara melalui

Mojosari kiranya agak sukar ditempuh juga pada waktu itu meningat adanya rawa-rawa di sekitar muara sungai porong. Kita masih ingat bagaimana sukarnya laskar Jayakatwang untuk menangkap Wijaya pada tahun 1292 didaerah itu. Wijaya pandai menggunakan keadaan medan yang berawa itu untuk meloloskan diri.

Jika semua yang dikemukakan diatas itu benar, maka jalan Selatan melalui Blitar itulah yang paling mudah ditempuh kalau dibandingkan dengan yang lainnya. keadaan alamnya memang memungkinkan hal itu.

Permukaan tanahnya bolh dikata tidak menunjukkan relief yang tajam. Sungai besar Brantas memotong daerah ini seakan-akan membuat jalan bagi manusia yang ingin melintasi daerah ini. Bukan rahasia lagi bahwa di zaman kuno ( dan di zaman sekarang di daerah penduduknya yang masih primitif) jalan gerak manusia itu pada umumnya ditentukanoleh sungai. Maka atas dasar semua itu krianya bolehlah kita kesimpulkan bahwa di zamandulu ( dan samapi sekarang ) daerah Blitar itu merupakan daerah lintasan antara Daha (Kediri) dan Tumapel (Malang) terdekat dan termudah hingga banyak ditempuh. Disinilah letak arti penting daerah Bltiar : daerah perbatasan yang menguasai lalu lintas antara dua daerah atau wilayah karena yang di zamanya saling bersaing ( Panjalu dan Jenggala, Daha dan Singosari ). Tidak mustahil bahwa banyaknya prasasti yang ditemukan di daerah Blitar ini ( 21 buah) menunjuk ke arah hal itu.2.3 POTENSI SUMBER DAYA ALAMSumber daya alam yang ada Blitar mempunyai banyak potensi. Blitar Bagian Utara mulai dari Sungai Brantas ke arah utara sampai ke Gunung Kelud merupakan daerah subur. Keadaan tanah di daerah tersebut kebanyakan berupa tanah vulkanik yang mengandung abu letusan G. Kelud ditambah dengan pasokan air dari sungai yang berasal dari gunung yang kaya mineral sehingga cocok untuk bercocok tanam padi, sayur-mayur, buah-buahan, tebu, tembakau dll. Sehingga bidang perikanan, pertanian dan perkebunan lebih mendominasi. Sedangkan Blitar bagian selatan mulai dari sungai Brantas ke arah selatan sampai ke laut selatan (sering disebut Blitar Selatan) kebanyakan tanahnya berjenis grumusol. Tanah semacam ini hanya produktif bila dimanfaatkan untuk menanam ketela pohon, jagung, dan jati ditambah lagi daerah ini termasuk sulit untuk mendapatkan air bersih sehingga peternakan dan pertambangan lebih dikembangkan

1. Industri kecil seperti sabut kelapa Blitar, gula jawa Blitar, dan kerajinan kayu Blitar

2. Pertanian seperti semangka tanpa biji, gula kelapa Blitar dan nanas

3. Perkebunan seperti tembakau, tebu, dll

4. Perikanan seperti budidaya ikan konsumsi, budidaya lobster ikan tawar, budidaya ikan koi, dan hasil laut.

5. Peternakan seperti kelinci Blitar, peternakan sapi perah, peternakan ayam pedaging, sentra industri telur ayam

6. Pertambangan seperti pasir kuarsa dan kaolin

7. Jasa seperti pelukis Blitar

Gambar. Peta Potensi Kab. Blitar2.3.1 BAHAN GALIAN INDUSTRI

1. KalsitSifat Fisik : Warna putih kekuningan, kilap kaca,cerat putih, kekerasan 3 skala mosh

Komposisi Kimiawi: CaO, MgO, SiO2, Al2O3, Na2O, K2O

Kegunaan : Bahan pemutih dan pengisi cat, gelas, karet, penetral keasaman tanah, bahan pelapis kertas.

Keterangan : Dalam perdagangan ada istilah light calcite yang sebenarnya merupakan pengendapan kembali dari batugamping. Hal ini sesuai dengan keterjadian kalsit yang merupakan rekristalisasi atau penghabluran kembali batugamping2. TrasSifat fisik : Warna abu-abu, semen mineral gelas, pasiran

Komposisi Kimiawi : Al2O3, SiO2, TiO2, K2O, MnO2, MgO, CaOKegunaan : Bahan pembuatan Portland Puzzoland Cement (PPC), pembuatan semen trass kapur untuk batu cetak (batako), campuran pembutan beton, campuran plester dan tanah urug.

Keterangan : Batu trass sering juga ada tyang menyebut debgan nama puzolan.

3. Ball Clay

HYPERLINK "http://www.pertambangan-jatim.or.id/batu/ballclay.gif" Sifat fisik : Warna abu-abu kehijauan, plastis, mempunyai daya ikat dan daya alir yang baik.

Komposisi kimiawi : SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, CaO

Kegunaan : Bahan industri keramik dan refraktori, pellet, makanan ternak dan pengisi

Keterangan : Istilah lempung diartikan sebagai endapan atau sediment yang berfraksi halus atau dapat pula diartikan bahwa endapan tersebut tersusun oleh mineral lempung (kaolinit, montmorilonit, illit, diaspor. dll.).

4. FeldsparSifat Fisik: Warna putih keabu-abuan / hijau muda/putih kotor,mineral, gelas, getas, berat jenis 2,4-2,8; titik lebur 1100-1500 C

Komposisi kimia: SiO2, Al2O3, H2O2, MgO, Fe2O3, K2O, CaO, Na2O

Kegunaan: Sebagai fluk dalam industri keramik, gelas dan kaca

Keterangan: Pada umumnya feldspar yang berkembang di Jawa Timur dari jenis diagenetik, berasal dari batuan piroklastik halus berkomposisi riolit yang telah mengalami diagenesis. Feldspar jenis ini biasanya berbentuk bersama-sama dengan endapan zeolit bentonit. 5. ZeolitSifat fisik: Warna hijau kebiruan, getas, berbutir sedang, struktur berlapis

Komposisi kimiawi: SiO2, Al203, Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O, TiO2

Kegunaan: Untuk bahan kimia dan arnomen, bahan agregat ringan, bahan pengembang dan pengisi pasta gigi, bahan penjernih air limbah dan kolam ikan, makanan ternak, pemurnian gasmetan / gas alam / gas murni, penyerap zat / logam beracun

Keterangan: Keadaan di lapangan sebaran kualitas zeolit tidak merata, bahkan dalam satu lapisan yang samapun sebaran mutu zeolit tidak homogen.

6. PirophilitSifat fisik : Warna putih kehijauan, mineral gelas, getas, hasil proses hidrotermal

Komposisi Kimiawi : SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2

Kegunaan : Sebagai bahan industri keramik, refraktori, kosmetik, kertas, bahan campuran cat dan plastik

Keterangan : Jenis batuan ini tersusun dari mineral utama pirophilit yang pada umumnya digunakan dalam industri keramik halus

7. KaolinSifat fisik : Warna putih, berbutir sangat halus, menkilat, gelas, ringan

Komposisi Kimiawi : SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, NaO2, K2O

Kegunaan : Untuk industri keramik, kertas, cat, kosmetik dan farmasi, bahan pembuatan karet / pestisida dll

Keterangan : Dari aspek kuantitas dan kualitas, kaolin di Jawa Timur sangat terbatas tersebar di beberapa tempat secara spordis.8. TosekiSifat fisik : Warna putioh kotor, mineralk gelas, kompak, berbutir sedang

Komposisi Kimiawi : SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, TiO2

Kegunaan : Sebagai bahan baku dan campuran keramik, refraktori, isolator dll

Keterangan : Toseki utamanya disusn oleh mineral kuarsa dan serisit sehingga disebut juga batuan kuarsa-serisit.

9. Pasir KuarsaSifat fisik : Warna putih kekuningan, berbutir halus sedang, bentuk kristal hexagonal

Komposisi Kimiawi : SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, K2O

Kegunaan : Untuk industri gelas, optic, keramik, abrasive dan semen

Keterangan : Pasir kuarsa di Jawa Timur pada umumnya bersifat lepas, merupakan hasil rombakan batuan asam.

10. FosfatSifat fisik : Warna abu-abu kehitaman / kecoklatan, struktur berlapis, keras, berasosiasi dengan batugamping

Komposisi Kimiawi : P2O5, CaO, BaO2, H2O, MgO

Kegunaan : Sebagai pupuk alam dan buatan

Keterangan : Phosphat di Jawa Timur termasuk endapan bawah permukaan yang umumnya terdapat pada batugamping terumbudan terdapat secara sporadis.2.3.2 BAHAN GALIAN LOGAM1. Emas Perak

Sifat fisik : Terdapat berasosiasi dalam mineralisasi logam dasar (base metal) seperti seng dan timah hitam

Kegunaan : Untuk perhiasan

Keterangan: Pencarian sumber mineral logam di Jawa Timur baru pada tahap eksplorasi.2. Pasir BesiSifat fisik : Warna hitam, berbutir halus sedang

Komposisi kimiawi : AI2O3, Fe2O3, SiO2

Kegunaan : Untuk industri gelas, optik, keramik, abrasif dan seme

Keterangan: Keterdapatan jenis bahan galian ini di Jawa Timur sangat terbatas.

3. ManganSifat fisik : Warna coklat kehitaman, hitam,unak hingga keras,luntur bila di pegang

Komposisi Kimiawi : MnO2, MnSiO2, MnCO3, atau BaMn4O16(OH)4

Kegunaan : Endapan mangan terdapat dibawah permukaan dengan sebaran sangat terbatas dan sporadis. Di Jawa Timur eksploitasi mangan masih dilakukan secara tradisional.4. Chert(Rijang),Opal Kuarsit Dan JasperSifat fisik : Warna hijau, ungu (violet), putih, coklat

Komposisi kimiawi : SiO2

Kegunaan : Untuk perhiasan Keterangan: Keterdapatan jenis bahan galian ini di Jawa Timur sangat terbatas karena terbentuk dari proses ubahan dan pada umumnya berupa bangkahan kecil.

5. Kalsedon Dan AmethystSifat fisik : Warna ungu (violet), kompak, bentuk kristal hexagonal

Komposisi kimiawi : SiO2, 2H2O

Kegunaan : Untuk perhiasan

Keterangan: Keterdapatan jenis bahan galian ini di Jawa Timur sangat terbatas karena merupakan batuan asosiasi (pada batuan beku) sebagai pengisi rekahan dan rongga. Kadang juga sebagai endapan aluvial berupa bongkahan kecil.

6. Kayu KersikSifat fisik : Warna coklat kekuningan, kompak, keras, struktur kayu, sebagai fosil kayu

Komposisi kimiawi : SiO2

Kegunaan : Untuk ornamen, batu hias

Keterangan: Kayu kersik merupakan fosil kayu dan dijumpai sebagai rombakan di sungai-sungai.2.4 POTENSI BENCANA

2.4.1 Potensi Bencana Gunung Kelud

Gambar. Daerah Potensi Bencana Gunung KeludKelud masih ditunggu-tunggu, seberapa besar letusan nantinya masih menjadi tanda tanya sekaligus mengundang deg-degan. Apakah akan sebesar 1990 ataukah lebih besar mengingat tekanan yang telah terkumpul bisa jadi lebih besar dari pra letusan 1990.

Penggambaran lima letusan Gunung Kelud yang terakhir sebelum ini semoga dapat memberikan gambaran kira-kira seperti apa letusannya nanti.

Sumber Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menjelaskan : dari data yang diplot sebagai grafik di atas dapat dilihat adanya hubungan antara volume air danau kawah dengan jumlah korban jiwa (berbanding lurus). Namun apakah ada hubungan antara volume air danau kawah dengan sulit/ mudahnya meletus, barangkali tidak ada. Ketebalan sumbat lava dan besar/ kecilnya energi magma, merupakan 2 faktor yang sangat berpengaruh terhadap letusan

Pada letusan tahun 1919, kecepatan aliran lahar panas mencapai 65 km/ jam dengan jarak aliran mencapai 37,5 km (dihitung dari puncak G. Kelut) dan mencapai kota Blitar. Pada letusan saat itu, jumlah korban jiwa cukup besar (5160). Dengan demikian bahaya primer dari letusan G. Kelut yang dapat menjadi pembunuh utama adalah lahar panas. Salah satu usaha untuk mengurangi besarnya letusan adalah dengan membuat terowongan.

Menurut koran Kompas Pemerintah kolonial Belanda baru membangun dam di sepanjang Sungai Badak tahun 1905 untuk mengalihkan aliran lahar dari permukiman di sekitar Blitar. Saat letusan tahun 1919, dam itu ternyata tak cukup efektif karena ikut tersapu lahar. Dalam tempo kurang dari satu jam, aliran lahar sudah menjangkau 38 km, merusak lebih dari 15.000 hektar lahan pertanian dan ratusan desa, serta menewaskan 5.160 penduduk.Sejak letusan yang sangat dramatis itu, tahun 1919 mulai dibangun terowongan untuk mengendalikan air danau kawah. Saat penggalian terowongan sepanjang 955 meter itu, permukaan danau kawah masih kering. Namun, karena suhu kawah sangat tinggi (berkisar 46 derajat Celsius), terowongan belum juga rampung hingga tahun 1923, dan danau kawah sudah kembali terisi air hingga 22 juta kubik.Akhirnya diputuskan membuat tujuh terowongan paralel di bawahnya untuk menurunkan permukaan air danau. Terowongan itu selesai tahun 1926 dan berhasil menurunkan volume air danau kawah hingga kurang dari 2 juta kubik.Apakah dengan rekayasa ini manusia mampu menaklukkan Gunung Kelud ? Wah jawabnya ya jelas bukan itu. Tetapi sebagai manusia tentunya harus berusaha berkenalan dan bersahabat dengan alam. Manusia harus mengerti perilaku alam sehingga mampu hidup berdampingan.

Banyak yang bertanya-tanya kemungkinan besarnya letusan nanti dibandingkan letusan-letusan sebelumnya. Ini bukan hal yang mudah tentunya. Naiknya suhu yang sangat cepat dengan diikuti tremor dan deformasi memang menunjukkan kemungkinan besarnya tenaga yang terkumpul. Namun semua itu masih perkiraan saja. Hanya yang lebih dikhawatirkan adalah aliran lahar panas yang mungkin menyertai akibat banyaknya air di danau. JAdi bukan sekedar besarnya skala letusan VEI, tetapi tentunya kita lebih takut akan jumlah korban karena dampak proses letusannya. Kalau aliran lahar itu terjadi maka daerah-daerah bahanya yang selama ini sudah dipetakan.2.4.2 Potensi Bencana Daerah Pantai

Gambar. Daerah pantai

Blitar - Pemerintah Kabupaten Blitar memberikan pelatihan khusus penanggulangan bencana bagi masyarakat sekitar pantai. Pelatihan dilakukan berkaitan dengan informasi tentang potensi gempa dan tsunami di kawasan Jawa Timur bagian selatan. Kepala Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Blitar Mujiyanto mengatakan, pelatihan meliputi tindakan teknis ketika terjadi bencana alam. Secara periodik Kesbanglinmas mendatangkan instruktur profesional, di antaranya SAR, PMI, untuk melatih sedikitnya 100 tenaga linmas di masing-masing desa dan kelurahan. Di antaranya diselenggarakan secara indoor di Hotel Penataran Kediri. Selain teori tentang penanganan bencana, termasuk evakuasi, juga pengenalan tentang tsunami.

Mereka akan menjadi relawan yang memandu warga jika terjadi tsunami, kata Mujiyanto kepada Tempo, Rabu (22/12). Setiap relawan diharapkan bisa mempergunakan peralatan seadanya untuk mengingatkan warga. Salah satunya kentongan, alat komunikasi tradisional yang biasa dipergunakan masyarakat. Selain itu seluruh warga juga mendapat pelatihan evakuasi agar tidak panik saat meninggalkan rumah. Pelatihan ini menurut Mujiyanto telah berjalan efektif. Ini terbukti dengan tidak adanya kepanikan warga di daerah pantai paska terjadinya gempa di Yogyakarta, Selasa (21/12). Daerah yang masuk kategori rawan gempa dan tsunami, menurut Mujiyanto, adalah Pantai Tambakrejo di Kecamatan Wonotirto, Pantai Serang di Kecamatan Panggungrejo, dan Pantai Pasur di Kecamatan Bakung. Ketiga pantai ini berbatasan langsung dengan laut selatan yang memiliki potensi bencana sangat besar.

Penanganan bencana alam di Kabupaten Blitar diharapkan bisa lebih fokus pada tahun 2011 mendatang. Saat ini Pemerintah Kabupaten Blitar tengah membahas Peraturan Daerah (Perda) tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang mulai beroperasi tahun depan. Dukungan anggaran bencana juga sudah siap, ujar Mujiyanto. Kesiapan yang sama dilakukan Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Di daerah ini kawasan yang diwaspadai adalah Pantai Popoh dan Sidem di Kecamatan Besuki, dan Pantai Sine di Kecamatan Tanggunggunung. Kami terjunkan personil untuk mengawasi kondisi perairan di sana, tutur Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Tulungagung Mariani. Sebelumnya peneliti dari Pusat Studi Kebumian dan Bencana Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Amien Widodo, mengatakan hampir seluruh wilayah Jawa Timur, khususnya daerah pantai selatan, mulai dari Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang Raya, Lumajang, Jember, hingga Banyuwangi merupakan daerah rawan gempa dengan potensi tsunami yang besar. Menurut Amien, wilayah-wilayah tersebut dilalui oleh dua lempeng besar yaitu Indo-Australia dan Eurosia.2.5 POTENSI WISATA

Blitar tidak hanya terkenal dengan makam Bung Karnoakan tetapi banyak tempat- tempat wisatalain yang patut untuk dikunjungi.

1. Tempat Wisata seperti, Air Terjun Coban Wilis Blitar, Candi Kotes, Candi Plumbangan, Petilasan Rambut Monte, Pantai Tambakrejo, Perpustakaan Bung Karno, Goa Embultuk, Water Park Sumber Udel, Agro Wisata Rambutan, Agro Wisata Belimbing, Pantai Jolosutro, Pantai Serang, Istana Gebang, dan Makam Bung Karno.

2. Event Wisata seperti, Tradisi Gerbeg Pancasila, Blitar Koi Show 2009, dan Haul Bung Karno.

3. Wisata Kuliner seperti, Nasi Goreng Mawoet Gondobumi, Sate Pring Kuning Blitar, Nasi Liwet Blitar, Soto Blitar, Warung Pojok Kademangan, Pecel Pincuk Blitar, Ice Drop Blitar, Peyek Uceng, Rumah Makan Ramayana, Sego Pecel Mbok Bari, Warung Melati, Rumah Makan Es Mini, Wajik Klethik (Oleh - Oleh), Sambel Pecel Karangsari (Oleh - Oleh), Martumi, dan Warung Mak TiBAB III

PENUTUP3.1 KESIMPULAN

Keadaan tanah di daerah Blitar yang kebanyakan berupa tanah vulkanik, mengandung abu letusan gunung berapi, pasir, dan napal (batu kapur yang tercampur tanah liat). Tanah tersebut pada umumnya berwarna abu-abu kekuningan, bersifat masam, gembur, dan peka terhadap erosi. Tanah semacam itu disebut regosol yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi, tebu, tembakau, dan sayur mayur.

Sumber daya alam yang ada Blitar mempunyai banyak potensi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Industri kecil seperti sabut kelapa Blitar, gula jawa Blitar, dan kerajinan kayu Blitar

2. Pertanian seperti semangka tanpa biji, gula kelapa Blitar dan nanas

3. Perkebunan seperti tembakau, tebu, dll

4. Perikanan seperti budidaya ikan konsumsi, budidaya lobster ikan tawar, budidaya ikan koi, dan hasil laut.

5. Peternakan seperti kelinci Blitar, peternakan sapi perah, peternakan ayam pedaging, sentra industri telur ayam

6. Pertambangan seperti pasir kuarsa dan kaolin

7. Jasa seperti pelukis Blitar3.2 SARAN

Agar masyarakat Blitar dan sekitarnya bangga dengan potensi potensi yang telah dimiliki. Selain itu, masyarakat yang bukan dari daerah Blitar mengetahui bahwa Blitar bukanlah tempat yang terkenal karena makam dari Bung Karno melainkan panorama yang ada di daerah Blitar, yang memiliki potensi sumber daya alam dan potensi wisata. DAFTAR PUSTAKAweb. Kabblitar.go.idAchmadin Blogwww.Tempointeraktif.comwww.wikipedia.co.idwww.Jurnalnasional.com5