BAB I

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematology / hemoglobin (transport oksigen). Bila terjadi gangguan pada salah satu sistem transports oksigen, bisa mengakibatkan gangguan oksigen jaringan. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah. Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi 1 | kelompok 3D

description

bab 1

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangOksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O).Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematology / hemoglobin (transport oksigen). Bila terjadi gangguan pada salah satu sistem transports oksigen, bisa mengakibatkan gangguan oksigen jaringan.Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.1.2 Rumusan MasalahMakalah ini memiliki rumusan masalah:1. Apa pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi dari terapi oksigen?2. Bagaimana aliran oksigen yang terjadi, dan prosedur pemasangan terapi oksigen?1.3 TujuanMakalah ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas kuliah dan untuk mengetahui materi terkait terapi oksigen.BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Terapi OksigenTerapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ). Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %, ( Brunner & Suddarth,2001 ). Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara :1. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 ( Orthobarik )2. Meningkatkan tekanan oksigen ( Hiperbarik )2.2 Tujuan terapi oksigenTujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Adapun tujuan terapi oksigen yang lain yaitu:1. Untuk melakukan koreksi terhadap gangguan hipoksemia atau hipoksia dan mencegah terjadinya hipoksia dan hipoksemia.2. Mengobati keracunan3. Sebagai fasilitas eleminasi pada jaringan tubuh.4. Tujuan terapi oksigen adalah untuk meningkatkan tekanan partial oksigen dalam alveoli, mengurangi beban kerja sistem pernafasan dan mengurangi beban kerja jantung.5. Memperbaiki tingkat oksigenasi pada penderita yang oxygen carrying capacitynya rendah, seperti pada penderita anemia.6. Mendorong reabsorbsi udara dalam rongga-rongga tubuh ( pada penderita dengan pneumocephalus atau pneumotoraks).2.3 Indikasi pemberian terapi oksigen1) Adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :1. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah,2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.2) Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 diberikan kepada klien dengan keadaan / penyakit :1. Hypoxemia / hypoxia2. Henti nafas dan henti jantung.3. Gagal nafas4. Keracunan CO5. Asidosis6. Shock dengan berbagai sebab7. Selama dan setelah operasi8. Anemia berat9. Klien dengan gangguan kesadaran.10. Sebelum , selama , sesudah suction11. Nyeri dada, infark miokard akut12. Payah jantung13. Meningkatnya kebutuhan oksigen, seperti : luka bakar, trauma ganda, infeksi berat, demam tinggi, dll3) Menurut Standar Keperawatan ICU Depkes RI tahun 2005, indikasi terapi oksigen adalah1. Pasien hipoksia2. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal3. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal4. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal5. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi6. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.2.4 Kontraindikasi pemberian terapi oksigenTidak ada kontra indikasi absolut :1. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.2. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.2.5 Metode terapi oksigenPemberian oksigen dibagi menjadi 2 tehnik yaitu :A. Sistem aliran rendah.Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit.Contoh system aliran rendah yaitu :a. Keteter NasalMerupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% 44%.a) KentunganPemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.b) KerugianTidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.b. Kanul nasalMerupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.a) Keuntungan.Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.b) Kerugian.Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir. c. Sungkup muka sederhana.Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%.a) Keuntungan.Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.b) Kerugian.Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.d. Sungkup muka dengan kantong Rebreathing.Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80% dengan aliran 8 12 liter/mnt .a) Keuntungan.Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir .b) Kerugian.Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing.Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.a) Keuntungan.Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.b) Kerugian.Kantong oksigen bisa terlipat. B. System aliran tinggi.Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 55%.a) Keuntungan.Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2.b) Kerugian.Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.

2.6 Prosedur pemasangan terapi oksigenAdapun pelaksanaan tindakan dalam pemasangan terapi oksigen:1. Bersihkan hidung dengan memasukan speculum hidung lalu speculum dibuka secara berlahan2. Bahasi cotton bud dengan air hangat masukan kedalam lubang melalui speculum lalu putar searah jarum jam sampai bersih secara bergantian pada lubang hidung3. Lepaskan speculum secara berlahan, masukan kedalam bengkok yang berisi larutan desinfektan 0,5 persen4. pasang nasal kalul ke selang O2 dan hubungkan ke sumber O2 , observasi air humidifier bergelembung5. buka flowmater, cek aliran O2 pada kanul dengan mendekatkan ujung kanul kearah pipi atau punggung tangan 6. letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung, atur lubang kanul sampai benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi pasien7. atur pengikat untuk kenyamanan pasien (dikepala atau dibawah dagu)8. atur aliran sesuai dengan kebutuhan order9. letakkan selang diatas telinga yang dialasi kasa kering10. periksa kanul setiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi setiap waktu11. observasi hidung dan permukaan superior, kedua telinga pasien untuk melihat kerusakan kulit12. cuci tangan 13. inspeksi pasien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah hilang14. catat metoda pemberian O2 , kecepatan aliran, kepatenan kanul, respon pasien

2.7 Gambar alat terapi oksigenA. Gambar Nasal Kanul

B. Gambar face mask, non rebreating mask C. Gambar tabung oksigen

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanTerapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%.

3.2 SaranSebaiknya bagi perawat maupun pembaca agar lebih memperhatikan apa yang menjadi indikasi utama klien membutuhkan terapi oksigen agar terapi yang diberikan bisa menjadi suatu pengobatan yang bermanfaat dan klien dapat pulih kembali proses pernapasannya.2 | kelompok 3D