BAB I-3 Revisi 2

download BAB I-3 Revisi 2

If you can't read please download the document

Transcript of BAB I-3 Revisi 2

BAB I

23

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangKeberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Apabila gizi kurang dan buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup (Depkes RI, 2007).

Hasil sensus WHO menunjukkan bahwa 49% dari 10,4 juta kematian anak balita dinegara berkembang berkaitan dengan gizi buruk, tercatat sekitar 50% anak balita Asia, 30% Afrika, 20% Amerika Latin menderita gizi buruk. Pada tahun 2009 terdapat 5 juta anak balita (27,5%) kurang gizi, 3,5 juta anak balita (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta balita gizi buruk (8,3%). Dengan Menggunakan prevelensi gizi kurang WHO Indonesia tahun 2010 tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi dari 17.982.244 anak balita di Indonesia (Depkes RI, 2010).Angka Kematian Balita (AKABA) tahun 2010 sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target yang harus di capai Millenium Developments Goals (MDGs) tahun 2015 adalah sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Secara nasional, prevalensi status gizi balita berdasarkan BB/U pada tahun 2010 di Indonesia adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13% gizi kurang, gizi baik 76,2% dan gizi lebih 5,8% (Depkes RI, 2011).Di Sumatera Barat pencapai Millenium Developments Goals (MDGs) menunjukan hasil cukup bervariasi seperti pemantauan status gizi kesehatan tahun 2012 yaitu gizi buruk 3,0%, gizi kurang 16,2%, gizi baik 83,6% dan gizi lebih 2,7%. Sedangkan target dari Millenium Developments Goals (MDGs) adalah kurang dari 15 % balita berstatus gizi buruk dan gizi kurang. Jadi diperkirakan target itu dapat dicapai Sumatera Barat (Profil Dinas Kesehatan Sumbar, 2011).Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2012, Puskesmas yang memiliki balita gizi buruk tertingi yaitu puskesmas Belimbing yaitu sebesar 4,67% dari jumlah sasaran balita sebanyak 1.329 orang. Data Puskesmas Belimbing tahun 2012 jumlah anak balita yang memiliki gizi kurang sebesar 293 orang (22,05%) dari jumlah anak balita yang ditimbang sebanyak 1.329 orang (DKK Padang, 2012).Pada saat ini Indonesia menghadapi 2 masalah gizi yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi) dan kurangnya pengetahuan masyarakat. Sebaliknya masalah gizi lebih disebakan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, disertai kurangnya pengetahuan tentang makanan seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2003 : 301).Gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2009).Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang makanan seimbang, makanan 4 sehat 5 sempurna, cara pemberian makanan, makanan tambahan yang diperlukan dan kombinasi makanan yang baik sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Jakarta, 2011.http//www.wahyumedia.com).Makanan yang dikonsumsi balita akan berpengaruh terhadap kesehatan, kecerdasan dan proses pertumbuhannya. Dengan demikian membentuk pola makan yang seimbang dan sehat harus selalu diperhatikan oleh orang tua kepada anaknya pada usia balita. Agar pertumbuhan fisiknya sempurna dan lebih optimal, makanan balita hanya berpedoman pada gizi yang lengkap, seimbang, dan memenuhi standar kecukupan gizi balita. Pada keadaan berat, kekurangan gizi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan badan. Bagi orang tua yang bijak, pemberian makanan pada balita tidaklah asal-asalan, tapi harus memperhatikan dan mengikuti pola yang telah ditentukan (Jakarta, 2011.http//www.wahyumedia.com). Menurut penelitian Intan Reginandu (2011), tentang pengetahuan dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang, didapatkan hasil 58,1% ibu berpengetahuan rendah dan 49,6% balita mengalami gizi kurang. Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan di Puskesmas Belimbing terhadap 10 orang ibu balita melalui wawancara, 6 orang mengatakan ibu masih belum mengetahui tentang makanan seimbang untuk balita sehingga mereka terkendali dalam meningkatkan gizi balita, mereka hanya memberikan makanan seadanya saja yang sesuai dengan pengetahuan mereka. Sedangkan 4 orang lagi mengatakan bahwa telah mengetahui tentang makanan seimbang untuk balita, hal ini mereka ketahui dari petugas kesehatan. Berdasarkan data diatas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan seimbang dengan status gizi anak balita di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2013.

Perumusan MasalahRumusah masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan seimbang dengan status gizi anak balita di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2013 ?

Tujuan PenelitianTujuan UmumMengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan seimbang dengan status gizi anak balita di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2013.

Tujuan KhususDiketahui distribusi frekuensi status gizi anak balita di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2013.Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang makanan seimbang pada anak balita di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2013. Diketahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan seimbang dengan status gizi anak balita di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2013.

Manfaat PenelitianBagi Puskesmas

Sebagai masukan atau informasi bagi pelayanan kebidanan dalam rangka meningkatkan status gizi anak balita di Puskesmas Belimbing.Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan mahasiswa dalam pembuatan proposal karya tulis ilmiah dan memperoleh pengalaman berharga dalam perkuliahan dan juga sebagai bahan dasar karya tulis ilmiah yang dapat berguna untuk penelitian selanjutnya.Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan rujukan pustaka bagi mahasiswa dan menambah literatur di perpustakaan Jurusan Kebidanan Universitas Baiturrahmah Padang.

Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang kesehatan khususnya tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan seimbang dengan status gizi anak balita yang akan dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2013 di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita yang berada di Kelurahan Kuranji Wilayah kerja Puskesmas Belimbing berjumlah 1.324 orang dengan teknik sampel adalah sistematis random sampling sehingga jumlah sampel sebanyak 93 orang. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional study.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Status GiziPengertian Status gizi adalah ekspresi dari keadaan kesimbangan dalam bentuk variabel tertentu, merupakan indek yang statis dan agregatif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek misalnya bulanan (Supariasa, dkk, 2001). Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat lebih esensial (Almatsier, 2002).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transpormasi, penyimpana, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2001).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak BalitaProgram pemberian makanan tambahan

Merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita yang mana pemberian makanan tambahan ini biasanya diperoleh saat mengikuti Posyandu. Adapun pemberian makanan tersebut berupa Makanan Pengganti ASI yang biasanya didapat dari Puskesmas setempat.Tingkat pendapatan keluarga

Di negara seperti Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti ketidakmampuan daya beli keluarga yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi pada balitanya juga akan terganggu (Budianto, 2001).Pemeliharaan kesehatan

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit.Pola asuh keluarga

Pola asuh keluarga adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua pada anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian dan kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental, dan emosionalnya. Kasih sayang dari kedua orang tuanya ini merupakan fondasi kehidupan bagi si anak dan menjadi modal utama rasa aman, terlebih ketika dia mengeksplor dunianya (http//www.ekaradiansyah.com)

Penilaian Keadaan GiziBeberapa metode yang digunakan untuk penilaian status gizi adalah :

Metode Fisik

Metode ini berdasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan tubuh seperti pada mata, rambut, kulit, dan jaringan lain yang terletak dengan jaringan tubuh seperti kelenjar tubuh. Penggunaan cara ini mempunyai kelemahan yang subjektif yang sulit untuk diukur secara kuantitatif. Metode Biokimia

Metode ini berdasarkan kepada perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh dengan pemeriksaan pada laboratorium. Yang sering dilakukan untuk menilai status gizi adalah pemeriksaan terhadap hemoglobin, serum, albumin, pemeriksaan faeces. Pemeriksaan ini kurang praktis, memerlukan tenaga ahli dan biaya yang cukup mahal.Metode Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara yang mudah dan sering digunakan untuk menilai keadaan gizi seseorang. Menurut hasil lokakarya antropometri tahun 1975 di Jakarta, parameter yang dianjurkan adalah umur (U), berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar lengan atas (LILA).Penggunaan beberapa indeks atau gabungan beberapa indeks dapat memberikan gambaran yang lebih rinci tentang status gizi sebagaimana yang dirumuskan WHO tentang kombinasi indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.Berat badan merupakan ukuran yang paling banyak digunakan yang memberikan gambaran masa jaringan termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak seperti infeksi, diare, dan konsumsi makanan yang menurun.Sebagai indikator status gizi, berat badan dalam bentuk indeks BB/U (berat badan menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) memberikan keadaan gizi seseorang. BB/U lebih banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, namun sangat tergantung kepada ketepatan umur.Tinggi badan merupakan indeks yang digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi berbagai program dan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka panjang. Berat badan anak ditimbang setelah sepatu, kaos kaki dan ikat pinggang dilepas dan kantong-kantong baju dikosongkan.

Klasifikasi Status GiziPenentuan status gizi dengan indeks antropometri yang dikemukakan diatas ditentukan dengan standar baku WHO-NCHS dengan klasifikasi :

Tabel 2.1IndeksStatus GiziKeteranganBB/UGizi lebihGizi baikGizi kurangGizi buruk 2 SD2 SD s/d + 2 SD< - 2 SD s/d - 3 SD< -3 SDTB/UNormalPendek/Stunded< - 2 SD 2 SDBB/TBGemukNormalKurus (Wasted)Sangat kurus 2 SD2 SD s/d + 2 SD< - 2 SD s/d - 3 SD< - 3 SD Standar Baku WHO-NCHS : Supariasa, 2001

Makanan Pada BalitaMenu SeimbangMakanan seimbang adalah makanan yang dikonsumsi setiap individu untuk kebutuhan selama satu hari, mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan dengan jumlah maupun jenis. Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau untuk satu hari. Kata lain menu bisa diartikan hidangan misalnya: menu/hidangan pagi berupa roti isi mentega, sari jeruk dan kopi susu. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran/tidak kehadiran suatu gizi esensial dapat mempengaruhi : ketersediaan, absorbsi, metabolisme atau zat gizi lain (Almatsier, 2003:287).

Pedoman menu seimbang dikembangkan sejak tahun 1995 dan telah mengakar dikalangan masyarakat luas dengan istilah Pedoman Menu 4 sehat 5 sempurna. Pedoman ini pada tahun 1995 telah dikembangkan menjadi pedoman gizi seimbang yang memuat 13% dasar gizi seimbang (Almatsier, 2003: 287).Untuk tercapainya pertumbuhan tubuh optimal dibutuhkan nutrisi atau gizi yang cukup, guna memenuhi kebutuhan sesuai usia dan luas permukaan tubuh. Pada anak balita kebutuhan gizi dan kalori sekitar 1.100 kalori, protein sekitar 20 gram dan jika anak memperoleh makanan 3x sehari berarti tiap porsi makanan anak harus mengandung kalori sekitar 350 kalori dan protein 7.5 gram. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan 100 gram berat untuk tiap porsi, cara yang paling baik untuk mengetahui apakah anak cukup atau tidak tidak gizinya adalah dengan mengikuti perkembangan berat badan anak secara teratur. Apabila berat badan anak tidak bertambah atau menurun hal ini disebabkan bahwa makanan yang diperoleh anak tidak sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan (Moehji, 2003: 42).Guna menjamin kebutuhan anak akan protein yang bermutu tinggi dan anak terhindar dari bahaya kwasiokor dan menganjurkan penggunaan 3 sumber protein secara maksimal yaitu :Anak diberi ASI selama mungkin sepanjang ASI masih keluar.Anak diberikan campuran protein nabati dari biji-bijian (serelia) dan kacang-kacangan.Berikan makanan sumber protein hewani setempat yang mudah didapat dan murah harganya

Akan tetapi patut diingatkan selalu bahwa protein hanya ada artinya dan berguna sebaik pembentuk protein tubuh apabila kebutuhan kalori sudah terpenuhi, dengan demikian langkah-langkah dalam pengaturan makanan dan pemeliharaan gizi adalah :Cukupi kebutuhan akan makanan pemberi kaloriGunakanlah gabungan bahan makanan sumber protein nabati terutama kacang-kacangan atau hati.Gunakanlah sumber protein hewani setempat yang mudah didapat dan murah.Awasi pertumbuh anak melalui penimbangan berat badan setiap bulan.Hindarkan anak dari penyakit infeksi seperti diare.

Menu Empat Sehat 5 SempurnaMenu 4 sehat 5 sempurna adalah menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkaan kepada masyarakat pada tahun 1950 oleh bapak ilmu gizi prof. Dr. Poorwo soedarmo melalui lembaga makanan pangan rakyat depkes dalam rangka melancarkan gerakan Sadar Gizi (Almatsier, 2003 : 286).

Menu 4 sehat 5 sempurna diali dari pola menu pada umumnya, sejak dahulu telah dikenal masyarakat diseluruh tanah air. Pada umumnya menu di indonesia terdiri atas makanan sebagai berikut :Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar, singkong, talas, sagu serta hasil olah seperti : mie, bihun, mecaroni dan sebagainya.Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang ada pada umumnya mempunyai rasa netral lebih terasa enak.

Lauk nabati : Kacang-kacangan, tempe, tahu dan lain-lain.Lauk hewani : Daging ayam, hati, daging sapi dan lain-lain.Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah. Misalnya : sayur daun-daunan, kacang-kacangan dan sebagainya.Buah untuk cuci mulut seperti : pisang, pepaya, apel dan sebagainya.

Susunan menu yang terdiri dari atas 4 macam golongan ini yaitu makanan pokok, lauk, sayur dan buah. Kalaupun tidak tiap hari dimakan secara lengkap paling kurang disajikan pada waktu selamatan atau pesta.Makanan pokok berperan sebagai sumber utama energi besar dari karbohidrat, lauk sebagai sumber protein, sayur dan buah sebagai sumber mineral dan vitamin. Buah merupakan sumber utama vitamin c karena pada umumnya dimakan dalam keadaan mentah. Sebagai akibat dari pemasakan, vitamin c pada sayuran sebagian rusak. Dan karena susu mengandung protein biologi tinggi dan zat-zat gizi esensial lain dalam bentuk yang mudah dicernakan dan diserap, maka susu terutama dianjurkan sebagai unsur kelima bagi golongan manusia yang membutuhkan relatif lebih banyak protein salah satunya adalah balita. Dengan demikian bila menu 4 sehat ditambah dengan susu menjadi 5 sempurna. Kata susu jangan diartikan bahwa tanpa susu hidangan tidak akan sempurna ditinjau dari kecukupan gizi, tetapi mutu protein yang tinggi dan tersedianya zat-zat gizi yang lain yang mudah diserap. Hingga saat ini penggunaan susu di indonesia masih sangat terbatas, karena penyediaannya yang masih sedikit sehingga tidak dapat oleh sebagian penduduk, dan masih banyak orang indonesia yang tidak begitu suka susu (Almatsier, 2003:288). Waktu makan sebaiknya sudah mulai disesuaikan dengan waktu keluarga dan anak diajak makan bersama dengan anggota kelurga yang lain. Dengan demikian anak dapat menghabiskan porsi makanan yang seharusnya dia habiskan. Waktu makan yang tidak teratur akan banyak sekali mempengaruhi nafsu makan anak (Moehji, 2003:53).Dalam usia 1 sampai 5 tahun hal yang sangat penting adalah mengajarkan anak memilih makanan yang bernilai, untuk itu terlebih dahulu pada waktu makan diciptakan suasana riang dan tenang, sehingga pada waktu menghadapi meja makan merupakan saat-saat gembira dan dinantikan (Moehji, 2003:12).Lazimnya anak-anak senang sekali meniru kebiasaan atau tingkah laku orangtuanya atau kakak-kakaknya. Makanan yang disenangi oleh orang tuanya akan disenangi juga, oleh karena itu orang tua harus memberi contoh lebih dahulu memakan bahan yang dianjurkan untuk anaknya. Pembicaraan-pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu makanan atau bahan makanan hendaklah dihindarkan (Moehji, 2003:54).Kadangkala anak tidak dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan untuk dirinya, hal ini disebabkan kerana nafsu makan anak-anak bisa berubah-ubah. Jadi jangan memaksakan anak untuk menghabiskan makanannya karena hal itu akan menyebabkan pengaruh buruk pada anak.

Kombinasi Makanan Yang BaikNafsu makan anak balita yang sering berubah-rubah membuat orang tua menjadi bosan memberikan anak makan dan karena sikap ibu tersebut anak juga menjadi malas untuk makan. Untuk itu diperlukan selingan makanan yang disukai oleh anak. Anjuran makanan sehari tetap diberikan tapi dalam porsiyang sedikit dan selingi dengan kue yang dibuat oleh ibu sendiri dengan menggunkan bahan yang mengandung protein dan sebagainya. Usahakan bentuk kue tersebut menarik dan unik agar anak senang dengan makanan tersebut. Usahakan juga agar makanan yang dihidangkan pada anak selalu bervariasi agar anak tidak bosan untuk makan.

Cara Pemberian Makanan Pada Anak BalitaMenu untuk sehari dapat disusun sendiri oleh orang tua dan susunan makanan yang dibuat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi balita dengan kebutuhan kalori 1250 kalori -1750 kalori/orang/harinya. Cara yang paling gampang menyusun makanan dengan pedoman pada pola 4 sehat 5 sempurna.

Tahapan mengatur makanan pada balitaTahapan selam Asi merupakan satu-satunya sumber gizi bagi anak yaitu pada waktu lahir sampai berusia 6 bulan.Tahapan akan perlu pendamping makanan karena gizi bagi anak tidak tercukupi lagi oleh ASI.Tahapan menerima makananTahapan perkenalkan makanan keluarga

Pada umumnya setelah bayi berumur lebih dari 6 bulan bayi tidak lagi menerima energi penuh dari Asi. Pada umumnya balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk menderita KEP dan defisiensi vitamin A dan anemia defesiensi gizi Fe. Untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita maka perlu asupan gizi yang cukup. Menurut anjuran makanan sehari yang dikeluarkan oleh depkes RI untuk anak usia 1-5 tahun sesuai dengan kebutuhan kalorinya yaitu :1.5 Mangkok nasi (200 gr) atau padanannya.1.5 Ikan (50 gr) atau padanannya.2 Tempe (25 gr) atau padanannya.Semangkok sayur (100 gr)Seiris buah pepaya (100 gr)Segelas susu (200 gr)

Asupan gizi tersebut akan menjamin tercukupinya kebutuhan kalori untuk balita antara 1360-1830 kalori/anak/hari dan kebutuhan protein untuk balita antara 16-20 gr/anak/hari dan anjuran diatas adalah untuk sekali makan.Faktor yang mempengaruhi cara pemberian makanan pada anak balita :Ketidaktahuan akan hubungan makanan pada balitaPrasangka buruk pada suatu makananPantangan akan suatu makanan yang sudah menjadi tradisi yang turun temurun dalam keluarga.

PengetahuanPengertianPengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan gizi orang tua dan pengasuh anak ternyata sangat berpengaruh terhadap pilihan makanan anak. Tingkat pengetahuan gizi yang dipraktikkan pada perencanaan makanan keluarga tampaknya berhubungan dengan sikap positif ibu terhadap diri sendiri, kemampuan ibu dalam memecahkan masalah dan mengorganisasi keluarga (Almatsier, dkk, 2011).

Tingkat PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuanMenurut Wawan & Dewi (2010), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah :

Faktor Internal

Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkemabngan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.Umur

Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Faktor eksternal

Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Faktor budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

Pengukuran PengetahuanUntuk mengukur pengetahuan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis (angket). Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatis, yaitu :Tinggi bila didapat hasil > 60%Rendah bila didapat hasil < 60%

Kerangka TeoriFaktor Presdiposisi :

Pengetahuan

PendidikanSikapKeyakinanKepercayaanPekerjaanStatus ekonomiMotivasi

Faktor Pendukung :KetersediaanSaranadan PrasaranaFaktor Pendorong :Peran Tokoh MasyarakatDukungan KeluargaPeran Petugas Kesehatan

Perilaku KesehatanNotoatmodjo (2010), menguraikan teori perilaku kesehatan menurut Lawrence Green (1980) yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor presdiposisi, faktor pendukung / pemungkin, dan faktor pendorong / penguat. Adapun faktor faktor tersebut dapat dilihat dalam kerangka teori dibawah ini :

Ket :Diteliti

Tidak diteliti

Kerangka KonsepKerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2009).

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independent yaitu tingkat pengetahuan sedangkan yang menjadi variabel dependent yaitu status gizi anak balita. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah :Variabel IndependenVariabel DependenStatus gizi Pengetahuan

Gambar 2.2Kerangka Konsep Penelitian

Defenisi OperasionalVariabelDefenisi OperasionalAlat UkurCara UkurHasil UkurSkala UkurTingkat Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang makanan gizi seimbangKuesionerAngket Tinggi bila

> 60%Rendah bila < 60%

OrdinalStatus giziSuatu keadaan gizi balita yang dapat dilihat dari hasil pengukuran antropometri dengan indeks BB/UPengukuran langsungTimbangan gantung/ dacin Gizi baik : -2 SDGizi kurang : < -2 SD

Ordinal

Hipotesa Ha: Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan seimbang dengan status gizi balita

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Jenis dan Desain PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen (tingkat pengetahuan) dan variabel dependen (status gizi), dimana variabel tersebut datanya dikumpulkan secara bersamaan.

Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang pada bulan Maret - Agustus 2013.

Populasi dan SampelPopulasiPopulasi adalah keseluruhan ibu hamil yang diteliti atau objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita berada di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang berjumlah 1.324 orang.

SampelSampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk menentukan sampel yang akan di teliti di gunakan rumus :

(Notoatmodjo, 2005)

Ket : N= Besar populasin = Besar sampeld2 = Presesi yang ditetapkan 0,12 = 0,01Jadi jumlah sampel didapatkan yaitu :

n = 93 orangJadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 93 orang, dengan teknik sampel adalah sistematik random sampling, dengan kriteria sampel :Ibu balita yang berada di Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Padang Bersedia menjadi respondenBisa membaca dan menulis

Teknik Pengumpulan DataData Primer Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada ibu balita.

Data SekunderData sekunder diperoleh dari DKK Padang dan Puskesmas Belimbing Padang.

Teknik Pengolahan dan Analisa DataTeknik Pengolahan DataData yang terkumpul pada peneitian ini diolah melalui proses komputerisasi. Menurut Notoatmodjo (2010), dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :

Pemeriksaan Data (Editing)Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner, apakah lengkap jawaban pertanyaan masing-masing kuesioner.Pengkodean data (Coding)Setelah semua kuesioner di edit atau di sunting selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.Memasukkan Data (Entry)Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer. Pembersihan Data (Cleaning)Setelah data diolah lalu dicek atau diperiksa kembali guna memastikan tidak ada lagi kesalahan yang terjadi pada data tersebut.Mentabulasi Data (tabulating)Memproses data agar dapat dianalisa. Pemprosesan ini dapat dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner kedalam master tabel yang disiapkan.

Analisa DataAnalisa UnivariatAnalisis univariat adalah analisis terhadap masing masing variabel. Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik berupa distribusi frekuensi dengan presentase meliputi variabel tingkat pengetahuan dan status gizi balita, dengan rumus sebagai berikut:

Rumus: Keterangan:P = Persentasef = Frekuensin = Jumlah Sampel(Budiarto, 2002)Analisa BivariatAnalisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2010). Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square. Analisa dilakukan secara komputerisasi. Kemungkinan hubungan dapat di lihat dari nilai p. Bila p (0,05) maka disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen (Ho ditolak). Sebaliknya p > (0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen (Ho diterima).