BAB I, 2003

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Bab ini akan memberikan gambaran menganai asuhan bagi ibu selama waktu tersebut. Seiring berkembangnya jaman, semakin perkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi terutama pada ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan dengan demikian pelayanan yang hanya mengandalkan pegalaman maupun kepercayaan tidak dianjurkan karena tidak dapat dipertanggungjawabkan apa lagi AKI dan AKB terus meningkat dari tahum ke tahun. Oleh karena itu salah satu faktor penting dalam penurunan angka kematian tersebut yaitu dengan pelayanan kebidanan berdasarkan kenyataan 1

description

XCC

Transcript of BAB I, 2003

Page 1: BAB I, 2003

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya

bayi dan plasenta dari rahim ibu. Bab ini akan memberikan gambaran

menganai asuhan bagi ibu selama waktu tersebut.

Seiring berkembangnya jaman, semakin perkembang pula ilmu

pengetahuan dan teknologi terutama pada ilmu pengetahuan dan teknologi

kebidanan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

membuat bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan dengan

demikian pelayanan yang hanya mengandalkan pegalaman maupun

kepercayaan tidak dianjurkan karena tidak dapat dipertanggungjawabkan apa

lagi AKI dan AKB terus meningkat dari tahum ke tahun. Oleh karena itu salah

satu faktor penting dalam penurunan angka kematian tersebut yaitu dengan

pelayanan kebidanan berdasarkan kenyataan

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengambil asuhan pada ibu

bersalin yang dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis dalam tindakan

asuhan kebidanan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal Ny. Y umur

24 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu.

1

Page 2: BAB I, 2003

2. Tujuan khusus

a. Untuk memperoleh data subjektif Ny.Y

b. Untuk memeroleh data objektif Ny.Y

c. Untuk menegakan diagnosa pada Ny.Y

d. Untuk melakukan perencanaan asuhan pada Ny. Y umur 24 tahun

G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu.

C. Sistematika

Sistematika penulisan karya ilmiah ini yaitu :

1. Halaman Judul

2. Lembar Pengesahan

3. Kata Pengantar

4. Daftar Isi

5. Bab I : Pendahuluan

a. Latar Belakang

b. Tujuan

c. Sistematika

6. Bab II : Tinjauan Teori

a. Teori Medis

b. Teori Manajemen Kebidanan

2. Bab III : Tinjauan Kasus

3. Bab IV : Pembahasan

a. Pengkajian Data Subyektif

b. Pengkajian Data Obyektif

c. Pengkajian Analisa

d. Pengkajian Penatalaksanaan

4. Bab V : Penutup

a. Kesimpulan

b. Saran

5. Daftar Pustaka

2

Page 3: BAB I, 2003

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir (Asri, 2010). Persalinan adalah suatu

proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus

melalui vagina ke dunia luar (Prawiroharjho, 2007). Persalinan normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup

bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada

janin (Wiknjosastro dalam Prawirahardjo, 2005).

Menurut Yeyeh, 2012 persalinan berdasarkan teknik yaitu :

1) Persalinan Spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri dan melalui jalan lahir.

2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan

ekstrasi forceps, ekstrasi vakum dan sectio sesaria.

3) Persalinan anjuran yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya

tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin

aprostaglandin.

b. Proses Terjadinya Persalian

Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih

merupakan kumpulan teoritis yang komplek teori yang turut memberikan

andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain: teori hormonal,

prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan

nutrisi.

1) Penurunan kadar progerteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan,

terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di

3

Page 4: BAB I, 2003

dalam darah tetapu pada kehamilan kadar progesteron menurun

sehingga timbul his.

2) Teori Oxcytosin

Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah, oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim.

3) Peregangan Otot-Otot

Dengan majunya kehamilan,maka makin tereganglah otot-otot rahim

sehingga timbulnya kontraksi untuk mengeluarkan janin

4) Pengaruh Janin

Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan

penting oleh karena itu pada anchephalus kelahiran sering lebih lama.

5) Teori Prostaglandin

Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga

aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi

miometrium.

c. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Kala I persalianan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalian kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a) Fase laten

(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

(2) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm

(3)Biasanya berlangsung hingga 8 jam

b) Fase Aktif

2) Kala II

Kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai

dengan lahirnya bayi. Gejala kala II atau kala pengeluaran adalah:

a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dan durasi 50-100

detik.

4

Page 5: BAB I, 2003

b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang di tandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.

d) Kekuatan his dan mengejan leboh mnedorong kepala bayi sehingga

sehingga kepala membuka vagina dan tampak suboksiput sebagai

hipoinoclion

e) Lamanya kala II pada primigravida 50 menit dan multigravida 30

menit

3) Kala III

Setelah kala II kontraksi uterus sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya

bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena

sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda di bawah ini:

a) Uterus menjadi bundar

b) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke bawah segmen

bawah rahim

c) Tali pusat bertambah panjang

4) Kala IV

Kala IV dimasukan untuk melakuakan observasi karena perdarahan

post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang

dilakukan meliputi:

a) Tingkat kesadaran pasien

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarhan

5) Lama persalinan

Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan

multigravida kala I: 12,5 jam, kala II: 80 menit, kala III: 10 menit,

kala IV: 14 jam sedangkan multigravida kala I: 7 jam 20 menit, kala

II: 30 menit, kala III: 10 menit, kala IV: 8 jam.

5

Page 6: BAB I, 2003

Pembukaan serviks terbagi 2 fase: fase latent: pada fase ini

pembukaan sangat lambat dari 0-3 cm, fase aktif: pada fase aktif

pembukaan lebih cepat, fase ini di bagi lagi dalam: fase akselerasi:

dari pembukaan 3-4 cm yang di capai dalam 2 jam, fase dilatasi

maximal: dari pembukaaan 4-9 cm yang di capai dalam 2 jam, fase

decelerasi: dari pembukaan 9-10 cm dalam waktu 2 jam.

d. Tanda – tanda persalinan

1) Lightening

Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri

karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan

oleh:

a) Kontraksi braxton hicks

b) Ketegangan otot perut

c) Ketegangan ligamentum rotundum

d) Gaya berat janin kepala arah bawah

2) Terjadinya his permulaan

Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan

progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu, sifat his

palsu:

a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah

b) Datangnya tidak teratur

c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

d) Durasi pendek

e) Tidak bertambah jika beraktifitas

3) Terjadinya His Persalinan

His persalinan mempunyai sifat:

a) Pinggang terasa sakit

b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin

besar

c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus

d) Makin beraktifitas(jalan), kekuatan makin bertambah

6

Page 7: BAB I, 2003

4) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan: lendir yang di terdapat di

kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang

menjadikan perdarahan sedikit.

5) Pengeluaran cairan

Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya

ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagaian besar ketuban baru

pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang-kadang ketuban

pecah pada pembukaan kecil. Dengan pecahnya ketuban diharapkan

persalinan berlangsung dalam 24 jam.

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Faktor power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut,kontraksi

diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan

sempurna.

2) Faktor passager

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,

yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah dan

posisi janin.

3) Faktor passage (jalan lahir)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi bagian keras: tulang-

tulang panggul, bagian lunak: otot-otot, jaringan-jaringan dan

ligamen-ligamen.

4) Faktor psikologis ibu

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin

yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya

cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar di

bandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau

orang-orang yang dicintainya. Ini menunjukan bahwa dukungan

7

Page 8: BAB I, 2003

mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh

pada kelancaran proses persalinan.

5) Faktor penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaaat untuk

memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal

neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan

kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Proses Manajemen

a. Proses manajemen kebidanan SOAP

Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A

adalah Analysis/Assessment dan P adalah Planning. Merupakan catatan

yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode

SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen

kebidanan. Proses manajemen kebidanan SOAP terdiri dari :

1) Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada pasien yang bisu,

dibagian data belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “x”.

Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna

wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang

akan disusun.

2) Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang

jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data

objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti

gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3) Analysis/Assassment, merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena

8

Page 9: BAB I, 2003

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini

juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang

dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien dan

analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien

akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat

terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data

adalah melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan,

mencakup : diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah

potensial serta perlunya antisipasi diagnosis/masalah potensial dan

tindakan segera.

4) Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hsil analisis

dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan unttuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahannkan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa

mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu

tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu

pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi

tenaga kesehatan yang lain, antara lain dokter.

Mesipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja, namun P

dalam metode SOAP ini juga mengandung implementasi dan

evaluasi. Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus

disetujuui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien

harusdilibatkan dalam proses impelemtasi ini. Bila kondisi pasien

berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun

9

Page 10: BAB I, 2003

implementasinyapun kemungkinan besar akan ikut berubah atau

harus disesuaikan.

Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation/evaluasi,

yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi

analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai

tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi

ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif

sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

b. Proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney (1997)

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan

dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai

dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh

langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat

diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa

berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Langkah 1 : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua

data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap, yaitu:

a) Riwayat kesehatan.

b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.

c) Mninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

d) Meninjau data laboratorium dan membandingkannyadengan hasil

studi.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasiyang akirat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan

data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang

perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi

10

Page 11: BAB I, 2003

bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi

langkah pertama akan overlap dengan langkah kelima dan keenam

(atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang

diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostic yang lain. Kadang-kadang bidan perlu

memulai manajemen dari langkah keempat untuk mendapatkan data

dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

2) Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan, yaitu diagnosis yang

ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup paktik kebidanan dan

emmenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah :

a) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.

b) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan.

c) Memiliki ciri khas kebidanan.

d) Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan.

e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Kata masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa

masalah tidak dapat diselsesaikan sepserti diagnosis tetapi sungguh

membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan

terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita

yang diidentifikasi bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini serig

menyertai diagnosis. Sebagai contoh, diperoleh diagnosis

“kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan

diagnosis ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak

menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester

ketiga merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah

tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori

11

Page 12: BAB I, 2003

“nomenklatur standar diagnosis”, tetapi tentu akan menciptakan

suatau masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan

memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Berikut ini daftar diagnosis kebidanan yang telah memenuhi standar

nomenklatur, antara lain : kehamilan normal, partus normal, syok,

Denyut Jantung Janin (DJJ) tidak normal, abortus, solusio plasenta,

amnionitis, anemia berat, atonia uteri, postpartum normal, infeksi

mammae, pembengkakan mammae, presentasi bokong, presentasi

dagu, Disproporsi Kepala Panggul (DKP), presentasi muka, persalinan

semu, kematian janin, Haemorrhagic Antepartum (HAP),

Haemorrhagic Postpartum (HPP), inersia uteri, inversion uteri, bayi

besar, mekonium, kehamilan mola, kwhamilan ganda, partus macet,

posisi oksipito posterior, posisi oksipito melintang, plasenta previa,

Preeklampsia Berat (PEB), Preeklampsia ringan (PER), hipertensi

karena kehamilan, Ketuban Pecah Dini (KPD), partus prematurus,

prolapsus tali pusat, partus fase laten lama, partus kala II lama,

retensio plasenta, sisa plasenta, rupture uteri, bekas luka uteri,

presentasi bahu, robekan serviks dan vagina, letak lintang, dan lain-

lain (WHO; UNFPA; World Bank,2000, IMPAC (Integrated

Management of Pregnancy and Childbirth), Managing Complications

in Pregnancy and Childbirth : A Guide for Midwives and Doctors,

Departement Reproduktive Health and Research, cit.PPKC, 2004).

3) Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah

potensial. Diagnosis atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan

diagnosis atau masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini

penting dalam melakukan asuhan yang aman.

4) Langkah 4 : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Langkah ini sebagai

cerminan keseimbangan dari proses manajemen kebidanan.

12

Page 13: BAB I, 2003

5) Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini ditentukan oleh hasil pengkajian data pada langkah

sebelumnya. Jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa

dilengkapi. Juga bisa mencerminkan rasional yang benar/valid.

Pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau suatu data dasar

yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan menghasilkan asuhan

pasien yang tidak cukup dan berbahaya.

6) Langkah 6 : Pelaksanaan perencanaan

Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana

asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian

dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas

kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan

sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar

terlaksana).

Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya

komplikasi. Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu,

biaya serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua

rencana telah dilaksanakan.

7) Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,

apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi

dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan

tersebut dianggap efektif apabila anak menunjukkan pertumbuhan dan

perkembangan yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas

perkembangan sesuai dengan keompok usia dan ukuran fisik sesuai

dengan batasan ideal anak.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan

efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proes manajemen

asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka

perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Dalam

hal ini mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif,

13

Page 14: BAB I, 2003

melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses

tesebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian dan modifikasi

apabila memang diperlukan. Langkah-langkah proses manajemen

umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir

yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,

karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik.

Manajemen kebidanan yang terdiri atas ujuh lagkah ini merupakan proses

berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan

kebidanan yang dapat diaplikasikan/diterapkan dalam setiap situasi.

2. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

a. Pengkajian Pada Ibu Bersalin

Pengkajian pada ibu bersalin dilakukan melalui anamnesa dan

pemeriksaan fisik

1) Anamnesa

Anamnesis kehamilan adalah tanya jawab yang dilakukan oleh bidan

dengan ibu hamil, untuk menggali data subyektif yang berkaitan

dengan keadaan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Tujuan

pelaksanaan anamnesis kehamilan adalah mendeteksi komplikasi dan

menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilannya dan

kelahiran terdahulu, kesehatan umum, kondisi social ekonomi ibu

sebagai persiapan menghadapi persalinan. Informasi/ data lengkap

yang diperoleh dianalisis, sehingga dapat diperkirakan apakah

kehamilan ini normal atau dengan penyulit, sehingga bisa

direncanakan kebutuhan asuhan yang tepat bagi ibu. Anamnesa dapat

dilakukan melalui dua cara yaitu :

a) Auto anamnesa

Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi

data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung pada

sumbernya.

b) Allo anamnesa

Adalah anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk

memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan

14

Page 15: BAB I, 2003

darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan

data yang akurat.

Pelaksana anamnesis kehamilan:

a) Pada kunjungan/ pemeriksaan ibu hamil yang pertama. Pada saat

ini anamnesis dilakukan untuk menggali data dengan lengkap, yang

meliputi identitas / biodata ibu dan suami, keluhan, penerimaan

terhadap kehamilannya, serta ketidaknyamanan ibu akibat adanya

kehamilan.

b) Pada kunjungan / pemeriksaan ulang. Pada anamnesis kunjungan

ulang tidak lagi menanyakan identitas / biodata ibu maupun suami.

Pertanyaan ditujukan kepada perubahan pada ibu setelah diberi

asuhan pada kunjungan pertama dan adanya keluhan lain yang

tidak ditemukan pada kunjungan pertama.

Berikut ini adalah informasi yang perlu dikaji untuk mendapatkan data

subjektif.

a) Identitas pasien

Dengan maksud untuk mengidentifikasi atau mengenal klien dan

menentukan status sosial ekonominya. Dari umur ibu, bidan dapat

menentukan prognosis kehamilan dimana bila umur ibu terlalu

muda atau terlalu lanjut dapat menimbulkan resiko pada kehamilan

dan persalinannya.

Identitas pasien Penanggung Jawab

No. Register : Hubungan dengan pasien :

Nama : Nama :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Suku bangsa : Suku bangsa :

Alamat : Alamat :

15

Page 16: BAB I, 2003

b) Alasan Datang

Ditanyakan untuk mengetahui tujuan ibu datang ke tempat

pelayanan kesehatan, apakah untuk memeriksakan kehamilan atau

untuk memeriksakan keluhan lain.

c) Keluhan Utama

Ditanyakan untuk mengetahui keluhan utaman atau apa yang

dirasakan klien saat pengkajian, meliputi kontraksi, PPV

(pengeluaran pervaginam), dan gerakan janin

d) Riwayat Kesehatan

Ditanyakan untuk mengetahui karakteristik personal termasuk

hubungan klien dengan orang lain riwayat pengobatan termasuk

apakah klien mempunyai riwayat penyakit menular/ keturunan.

Menanyakan riwayat kesehatan yang meliputi :

(1)Riwayat kesehatan sekarang :

Ditanyakan untuk mengetahui keadaan ibu saat ini.

(2)Riwayat kesehatan dahulu :

Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita

penyakit yang menurun atau menular.

(3)Riwayat kesehatan keluarga :

Ditanyakan untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular

atau diturunkan, kelainan-kelainan dalam genetic.

e) Riwayat Obstetri

Data ini penting diketahui oleh tenaga kesehatan sebagai data

acuan jika pasien mengalami penyulit.

(1) Riwayat haid

Riwayat haid ditanyakan untuk mengetahui tentang faal alat

reproduksi dan kemungkinan lain yang mungkin terjadi dari

pola haid. Hal yang perlu dikaji diantaranya :

(a) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi

16

Page 17: BAB I, 2003

(b) Siklus

Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang

dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.

Biasanya sekitar 23 hari sampai 32 hari

(c)Lamanya

Yaitu berapa lama haid tersebut berlangsung

(d)Banyaknya

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi

yang dikeluarkan. Kadang terdapat kesulitan untuk

mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya

menggunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit serta

berapa kali ganti pembalut perharinya.

(e)Nyeri haid

Adakah nyeri yang menyertai pada saat haid

(2) Riwayat Kehamilan Sekarang

Ditanyakan untuk mengetahui riwayat kehamilan sebelumnya

misalnya adanya komplikasi pada kehamilan dan kelahiran,

faktor resiko, untuk mengetahui usia kehamilan, serta untuk

menghitung tanggal persalinan.

(a)Paritas klien

Dituliskan dengan G…P…A… dimana G adalah Gravida

(jumlah kehamilan sampai dengan kehamilan saat ini), P

adalah paritas (jumlahkelahiran) dan A adalah abortus yaitu

berapa kali ibu mengalami abortus pada kehamilan

sebelumnya.

(b)HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) ditanyakan untuk

memperkirakan usia kehamilan pada saat dilakukannya

pemeriksaan serta untuk memperkirakan tanggal persalinan.

Cara menghitung usia kehamilan :

Menentukan HPHT terlebih dahulu

Menentukan tanggal pemeriksaan hari ini

17

Page 18: BAB I, 2003

Membuat daftar jumlah minggu dan kelebihan hari setiap

bulan

Contoh : bulan desember berjumlah 31 hari, maka menjadi

4 minggu + 3 hari

Daftar jumlah minggu dan hari dibuat mulai dari sisa

hari dalam bulan HPHT sampai dengan jumlah minggu

dan hari di bulan saat pasienmelakukan pemeriksaan

Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan

harinya, hasil akhir dikonversikan dalam jumlah

minggu.

Contoh kasus :

Pada tanggal 19 januari 2015 Ny. B datang ke bidan

untuk melakukan kunjungan awal. Hari pertama haid

terakhir adalah tanggal 19 desember 2014. Maka

langkah perhitungan usia kehamilannya adalah sebagai

berikut :

Diketahui : HPHT: 19 desember 2014

Tanggal periksa : 19 januari 2015

Ditanya : berapa usia kehamiannya ?

Jawab :

Daftar jumlah minggu dan hari :

Desember: sisa hari (31-19 = 12 hari) = 1 minggu 5 hari

1 minggu 5 hari

Januari : 19 hari = 2 minggu 5 hari +

3 minggu 10 hari

3 minggu 10 hari disederhanakan yaitu menjadi 4

minggu 3 hari dan kemudian dikonversikan kedalam

minggu menjadi 4+3 minggu. Jadi usia kehamilan Ny. B

pada tanggal 19 januari 2015 adalah 4+3 minggu.

(Sulistyawati, Ari : 2009)

18

Page 19: BAB I, 2003

(c)HPL

Menghitung hari perkiraan persalinan (HPL) dari data

HPHT yang telah diperoleh.

Untuk bulan januari – maret rumusnya :

Untuk bulan april – desember rumusnya :

Contoh soal :

Diketahui : HPHT : 16 April 2014

Ditanya : berapakah HPL nya ?

Jawab : HPL = 16 4 2014

+7 -3 +1

23 1 2015

Jadi HPL nya adalah 23 januari 2015

Diketahui : HPHT : 29 januari 2014

Ditanya : berapakah HPL nya ?

Jawab : HPL = 29 1 2014

+7 +9 +0

36 10 2014

Berhubung pada bulan 10 yaitu bulan oktober hanya

sampai tanggal 31 maka 5 hari sisanya masuk bulan

November, sehingga HPL nya menjadi tanggal 5

November 2014.

(d)Gerak Janin

Ditanyakan untuk mengetahui gerakan janin dalam 12 jam

terakhir. Gerakan janin normalnya 10x dalam 12 jam

(e)Imunisasi TT

Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah di

imunisasi TT atau belum, jika iya maka kita dapat menentukan

19

HPL = HPHT = Tanggal Bulan Tahun +7 +9 +0

HPL = HPHT = Tanggal Bulan Tahun +7 -3 +1

Page 20: BAB I, 2003

kapan jadwal imunisasi TT berikutnya. Adapun jadwal imunisasi

yang sudah ditetapkan beserta lama perlindungannya, sebagai

berikut :

TT ke Interval (Waktu

Selang Minimal)

Lama

Perlindungan

%

Perlindungan

TT1 Pada kunjungan

antenatal

pertama

- -

TT2 4 minggu setelah

TT1

3 tahun 80

TT3 6 bulan setelah

TT2

5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah

TT3

10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah

TT4

25 tahun 99

(f) Pengobatan atau obat-obatan yang digunakan sejak

kehamilan, paparan terhadap penyakit khususnya rubella

dan penyakit imun, sakit yang dialami selama/sejak

kehamilan, paparan terhadap toksin di tempat kerja (bila

bekerja/ di tempat tinggal) diperlukan untuk mengetahui

efek yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut pada

kehamilan.

(g)Riwayat ANC

Ditanyakan untuk mengetahui sudah berapa kali ibu

melakukan pemeriksaan atau kunjungan.

20

Page 21: BAB I, 2003

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4

kali selama kehamilan.

Satu kali pada trimester I

Satu kali pada trimester II

Dua kali pada trimester III

(h)Riwayat Pemberian Tablet Fe

Ditanyakan untuk mengetahui sudah berapa banyak ibu

mengkonsumsi tablet Fe. Pemberian tablet Fe minimal 90

tablet selama kehamilan.

(i) Tanda Bahaya

Ditanyakan untuk mengetahui apakah terdapat tanda bahaya

selama kehamilan atau tidak, sehingga dapat dilakukan

penanganan segera. Tanda bahaya tersebut diantaranya :

Trimester I: mual, muntah berlebihan, perdarahan dan

lain lain.

Trimester II: perdarahan dan lain lain

Trimester III: sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu

hati, perdarahan dan lain lain

(j) Kekhawatiran Khusus

Ditanyakan untuk mengetahui psikologis ibu.

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu perlu

dikaji untuk mengetahui apakah pada kehamilan,

persalinan, dan nifas yang lalu terdapat penyulit atau

tidak yang beresiko terjadi pada kehamilan, persalinan,

dan nifas berikutnya.

21

Page 22: BAB I, 2003

Berikut ini yang perlu dikaji pada riwayat kehamilan,

persalinan, dan nifas yang lalu :

Tahun

Kehamilan Persalinan NifasKeadaan

anak

sekarangFrek

ANC

Keluhan/

penyulit

U

KJenis Penolong

JK/

BBPenyulit IMD Penyulit

ASI

Eksklusif

(3) Riwayat Anak yang lalu

Ditanyakan untuk mengetahui berapa jumlah anak yang hidup,

jarak dengan anak sekarang, serta riwayat berat badan bayi dan

panjang bayi yang pernah dilahirkan oleh ibu.

(4) Riwayat Perkawinan

Riwayat perkawinan penting untuk dikaji karena dari data

tersebut kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana

rumah tangga pasangan.

Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai

berikut :

(a)Status perkawinan (sah/tidak) ?

(b)Perkawinan yang ke berapa ?

(c)Lama pernikahan ?

(d)Adakah masalah atau tidak ?

(5) Riwayat KB

Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah

menggunakan alat kontrasepsi atau belum, jika iya alat

kontrasepsi apa yang pernah di gunakan sebelumnya, lama

pemakaiannya, adakah keluhan selama pemakaian alat

kontrasepsi tersebut, alasan mengganti/ melepas metode

kontrasepsi dan rencana pemakaian alat kontrasepsi setelah

menjalani persalinan.

22

Page 23: BAB I, 2003

(6) Pola Pemenuhan kebutuhan sehari – hari

(a)Pola Nutrisi

Pola Makan Terakhir

Menanyakan kapan makan terakhir ibu. Pola makan

penting untuk diketahui agar kita mendapatkan gambaran

apakah ibu sudah memiliki energi yang cukup untuk

melakukan persalinan.Beberapa yang perlu ditanyakan

kepada pasien adalah :

Pukul

Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang

pukul berapa ibu terakhir kali makan.

Porsi

Data ini akan memberikan informasi seberapa banyak

makanan yang sudah dikonsumsi ibu terakhir kali.

Jenis

Data ini menunjukan jenis makanan apa saja yang

terakhir kali ibu makan. Misalnya : nasi, lauk, dan

sayur.

Pola Minum Terakhir

Menanyakan pola minum ibu terakhir kali. Data ini

penting untuk diketahui agar kita mendapatkan gambaran

apakah ibu sudah memiliki cairan yang cukup untuk

melakukan persalinan. Hal-hal yang perlu ditanyakan

kepada pasien adalah sebagai berikut :

Pukul

Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang

pukul berapa ibu terakhir kali minum.

Porsi

Data ini akan memberikan informasi seberapa banyak

minuman yang sudah dikonsumsi ibu terakhir kali.

23

Page 24: BAB I, 2003

Jenis minuman

Data ini menunjukan jenis minuman apa yang terakhir

kali ibu minum. Misalnya : air putih.

(b)Pola Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK) Terakhir

Menanyakan kepada ibu pola BAK terakhir kali, hal

yang perlu ditanyakan adalah :

Pukul

Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang

pukul berapa ibu terakhir kali BAK.

Konsistensi

Data ini menunjukkan konsistensi dari air kencing ibu

Warna

Data ini menunjukkan warna dari air kencing ibu,

apakah berwarna kuning jernih atau berwarna lain.

Keluhan

Data ini menunjukkan apakah terdapat keluhan pada

pola buang air kecil atau tidak.

Buang Air Besar ( BAB)

Menanyakan kepada ibu pola BAB terakhir kali, hal

yang perli ditanyakan adalah :

Pukul

Data ini akan memberikan petunjuk bagi kita tentang

pukul berapa ibu terakhir kali BAB.

Konsistensi

Data ini menunjukkan konsistensi dari feses ibu

Warna

Data ini menunjukkan warna dari feses apakah

berwarna kuning kecoklatan atau berwarna lain.

Keluhan

Data ini menunjukkan apakah terdapat keluhan pada

pola buang air kecil atau tidak.

24

Page 25: BAB I, 2003

(c)Pola Aktivitas

Kita perlu mengkaji pola aktivitas ibu yang terakhir kali

karena data ini akan memberikan gambaran tentang

seberapa berat aktivitas yang terakhir kali dilakukan ibu.

Jika kegiatan yang terakhir kali ibu terlalu berat, maka kita

dapat menganjurkan kepada ibu untuk beristirahat terlebih

dahulu.

(d)Pola Istirahat dan Tidur

Mengkaji pola istirahat terakhir. Kita perlu mengkaji

apakah ibu sudah beristirahat dengan cukup sebelum

bersalin atau tidak, karena pada saat persalinan akan

membutuhkan energi yang sangat banyak. Kita dapat

menanyakan tentang terakhir kali ibu tidur berapa jam serta

terdapat keluhan atau tidak. Biasanya untuk ibu yang akan

bersalin mengeluh susah tidur karena rasa nyeri di bagian

perut yang sangat mengganggu.

(e)Pola Seksual

Mengkaji pola seksual terakhir. Walaupun ini adalah hal

yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan harus

menggali data dari kebiasaan seksual ini, karena terjadi

beberapa kasus keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup

mengganggu pasien. Dengan teknik komunikasi yang

senyaman mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal

yang berkaitan dengan aktivitas seksual, melalui pertanyaan

berikut ini:

Waktu

Menanyakan kapan terakhir kali ibu melakukan

hubungan seksual.

Keluhan

Menanyakan kepada ibu apakah terdapat keluhan ketika

melakukan hubungan seksual, misalnya nyeri saat

berhubungan, adanya ketidakpuasan dengan suami,

25

Page 26: BAB I, 2003

kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan

seksual, dan lain-lain.

(f) Pola Hygiene

Mengkaji pola hygiene ibu terakhir kali. Beberapa hal yang

perlu ditanyakan adalah

Mandi

Tanyakan kapan ibu mandi terakhir kali.

Gosok gigi

Tanyakan kapan ibugosok gigiterakhir kali.

Ganti pakaian dan ganti celana dalam

Tanyakan kapan ibu mengganti pakaian dan celan dalam

terakhir kali.

(g)Pola Hidup Sehat

Mengkaji pola hidup sehat sebelum dan sesudah hamil

untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan yang

merugikan kesehatan seperti merokok, minum-minuman

beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan terlarang,

mengkonsumsi jamu, ataupun memelihara hewan.

(h)Pola Psiko, Sosial, dan Spiritual

Hal-hal yang perlu ditanyakan untuk memperoleh informasi

pola psiko, sosial, dan spiritual antara lain :

Kecemasan

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu merasa

cemas dalam menghadapi persalinan atau tidak.

Kehamilan ini diharapkan atau tidak

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah kehamilan

diharapkan atau tidak karena hal ini dapat memengaruhi

ibu dalam menerima perubahan-perubahan selama

kehamilan.

Respons suami dan keluarga terhadap kehamilan ini

Bagaimanapun juga hal ini sangat penting untuk

kenyamanan psikologis ibu. Adanya respons yang positif

26

Page 27: BAB I, 2003

dari suami dan keluarga terhadap kehamilan akan

mempercepat proses adaptasi ibu dalam menerima

perannya. Dalam mengkaji data ini kita dapat

menanyakan langsung kepada pasien, suami dan

keluarga. Ekspresi wajah yang mereka tampilkan juga

dapat memberikan petunjuk kepada kita tentang

bagaimana respons mereka terhadap kehamilan ini. Pada

beberapa kasus sering kita jumpai tidak adanya respons

yang positif dari suami dan keluarga serta lingkungan

ibu karena adanya permasalahan. Jika hal itu terjadi,

bidan sebisa mungkin dapat berperan dalam mencari

beberapa alternatif solusi.

Tinggal serumah

Menanyakan siapa saja yang tinggal serumah dengan

ibu.

Pengambil keputusan utama dalam keluarga

Menanyakan siapa pengambil keputusan utama dalam

keluarga, dan apakah dalam keadaan emergensi ibu dapat

mengambil keputusan sendiri jika pengambil keputusan

utama tidak ada.

Orang terdekat

Menanyakan kepada ibu siapa orang yang paling dekat

dengan ibu, diharapkan dengan kita mengetahui orang

terdekat ibu kita bisa meminta bantuan kepadanya untuk

mendampingi dan memberikan motivasi kepada ibu.

Adat istiadat

Data ini menunjukkan adakah adat istiadat yang

berkaitan dengan persalinan ini. Untuk mendapatkan data

ini bidan sangatperlu melakukan pendekatan terhadap

keluarga ibu, terutama orang tua.

27

Page 28: BAB I, 2003

Biaya persalinan

Data ini menunjukkan darimana biaya persalinan berasal,

apakah ditanggung oleh individu atau ditanggung oleh

jaminan kesehatan seperti BPJS.

Tingkat pengetahuan pasien

Menanyakan apa saja yang sudah ibu ketahui mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan persalinan

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan setelah anamnese, sebelum melakukan

pengkajian, bidan perlu menjelaskan pada klien dan keluarga tentang

tindakan yang akan dilakukan dan berikan kesempatan kepada klien

dan keluarga untuk bertanya sehingga ereka dapat memahami

pentingnya pemeriksaan tersebut. Ada beberapa bagian pemeriksaan

yang mengharuskan klien untuk membuka bajunya, oleh karena itu

bidan perlu menjaga privasi klien. Pemeriksaan fisik berguna untuk

mengetahui kesehatan ibu dan janin, serta perubahan yang terkadi

pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pada pemeriksaan

pertama, pastikan apakah klien dalam keadaan hamil, bila hamil

tentukan umur kehamilannya. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil

dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba

(palpasi), periksa dengar (auskultasi), dan periksa ketuk (perkusi).

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik kepada ibu bersalin,

menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih terlebih

dahulu. Hal-hal yang perlu diperiksa yaitu :

a) Pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda – tanda vital

(TTV)

(1) Pemeriksaan Keadaan Umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita

laporkan dengan kriteria sebagai berikut :

28

Page 29: BAB I, 2003

(a)Baik

Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak

mengalami ketergantungan dalam berjalan.

(b)Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau

tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan

dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk

berjalan sendiri.

(2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita

dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari

keadaan :

(a)Compos mentis

Yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab

semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

(b)Apatis

Yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

(c)Delirium

Yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang

berkhayal.

(d)Somnolen (Obtundasi / Letargi)

Yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,

mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila

dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,

mampu memberi jawaban verbal.

(e)Stupor (soporo koma)

Yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri.

29

Page 30: BAB I, 2003

(f) Coma (comatose)

Yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun, (tidak ada respon kornea maupun reflek

muntah).

(3) Tanda – tanda vital

Data ini dikaji untuk mengetahui apakah TTV ibu masih

tergolong normal atau tidak.

(a)Tekanan darah

Tekanan darah biasanya normal kecuali bila ada

kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg

atau lebih, mintalah ibu miring berbaring ke kiri dan

santai sampai terkantuk selama 20 menit kemudian

ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap

tinggi menunjukkan ibu menderita pre eklamsia yang

harus dirujuk ke dokter

(b)Nadi

(c)Pernapasan

(d)Suhu

b) Pemeriksaan Kepala

Dengan melakukan inspeksi dan palpasi, kita melihat dan meraba

bentuk kepala, kebersihan rambut, dan kekuatan rambut mudah

rontok atau tidak

c) Pemeriksaan Muka

Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah

pembengkakan pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah

periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu

menderita anemia.Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah

adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata

kaki dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada

tangan dan atau wajah tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu

apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan

cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan

30

Page 31: BAB I, 2003

menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, maka

ibu harus dirujuk ke dokter

d) Pemeriksaan Mata

Dengan inspeksi dilihat konjungtivanya pucat atau tidak, jika iya

maka hal tersebut merupakan tanda gejala anemia. Kemudian

dilihat juga sklera ikterik atau tidak, dan reflek pupil dengan cara

mengarahkan penlight mendekat dan menjauhi mata, pupil akan

mengembang jika cahaya penlight menjauh dan akan menyempit

jika cahaya penlight mendekat, maka hal tersebut dikatakan isokor.

e) Pemeriksaan Hidung

Dengan inspeksi, dilihat terdapat polip atau tidak, dan terdapat

secret berlebih atau tidak

f) Pemeriksaan Mulut

Dengan inspeksi, dilihat mukosanya basah atau tidak, kemudian

pucat pada bibir, pecah-pecah, stomatitis, ginggivitis, gigi tanggal,

gigi berlubang, karies gigi, bau mulut dan kebersihan lidah.

g) Pemeriksaan Telinga

Dengan inspeksi, dilihat kebersihannya dan apakah terdapat tanda-

tanda infeksi atau tidak.

h) Pemeriksaan Leher

Dengan palpasi, dikaji apakah terdapat pembengkakan pada

kelenjar thyroid, kelenjar getah bening, dan vena jugularis atau

tidak.

i) Pemeriksaan dada dan payudara

Periksa adanya kemungkinan benjolan yang tidak normal,

perhatikan ukuran payudara simetris atau tidak, puting payudara

(menonjol, datar atau masuk). Keluarnya kolostrum atau cairan

lain, hiperpigmentasi areola mamae dan kebersihannya, perhatikan

retraksi dada, dan kemungkinan massa atau nodul pada aksila.

31

Page 32: BAB I, 2003

j) Pemeriksaan abdomen

Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menetapkan letak dan

presentasi janin, turunnya janin bagian yang terbawah, tinggi

fundus uteri, dan denyut jantung janin.

Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang,

asimetris) adakah linea alba nigra, adakah striae gravidarum,

adakah bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan

juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Mengukur

TFU.

(1) Pemeriksaan leopold I, untuk menentukan bagian janin yang

berada dalam fundus uteri.

Petunjuk cara pemeriksaan :

Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kearah

kepala pasien. Kedua tangan diletakkan pada bagian atas

uterus dengan mengikuti bentuk uterus. Lakukan palpasi secara

lembut untuk menentukan bentuk, ukuran konsistensi dan

gerakan janin. Tentukan bagian janin mana yang terletak di

fundus.

Hasil:

jika kepala janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan

teraba bagian bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen).

Jika bokong yang terletak di fundus,maka pemeriksa akan

meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar dan lebih

lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa

penuh. Pada letak lintang palpasi didaerah fundus akan terasa

kosong.

(2) Pemeriksaan Leopold II, untuk menentukan bagian janin yang

berada pada kedua sisi uterus.

Petunjuk pemeriksaan :

Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kepala

pasien. Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut,

dan lakukan tekanan yang lembut tetapi cukup dalam untuk

32

Page 33: BAB I, 2003

meraba dari kedua sisi. Secara perlahan geser jari-jari dari satu

sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi mana terletak pada

sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki.

Hasil :

bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang

keras pada beberapa bagian lunak dengan bentuk

teratur,sedangkan bila teraba adanya bagian – bagian kecil

yang tidak teratur mempunyai banyak tonjolan serta dapat

bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki,

lengan atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di kedua

sisi mungkin punggung janin berada pada sisi yang sama

dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula

berada pada posisi dengan punggung teraba disalah satu sisi.

(3) Pemeriksaan Leopold III, untuk menentukan bagian janin apa

yang berada pada bagian bawah.

Petunjuk cara memeriksa:

dengan lutut ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati

bagian bawah abdomen pasien tepat diatas simfisis pubis.

Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada disana.

Bandingkan dengan hasil pemeriksaan Leopold.

Hasil :

bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka

bagian terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul.

Bila kepala yang berada diabagian terbawah, coba untuk

menggerakkan kepala. Bila kepala tidak dapat digerakkan lagi,

maka kepala sudah “engaged” bila tidak dapat diraba adanya

kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.

(4) Pemeriksaan Leopold IV, untuk menentukan presentasi dan

“engangement”.

Petunjuk dan cara memeriksa :

Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih

pada posisi fleksi. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian

33

Page 34: BAB I, 2003

bawah abdomen dan coba untuk menekan kearah pintu atas

panggul

Hasil:

pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai

bagian janin terbawah yang berada didalam panggul dan

menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui pintu atas

panggul.

(5) Pemeriksaan denyut jantung janin.

Pengukuran denyut jantung janin ini dilakukan saat tidak ada

kontraksi. Jantung janin biasanya berdenyut 120-160 kali

permenit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering bergerak.

Bila denyut jantung janin lebih dari 160 atau kurang dari 120

kali permenit atau janinnya berkurang gerakannya atau tidak

bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk.

k) Pemeriksaan Dalam

Dilakukannya pemeriksaan dalam atas indikasi:

(1) Untuk memastikan ibu sudah inpartu atau belum

(2) Untuk mengetahui kemajuan persalinan

(3) Untuk mengetahui keadaan kulit ketuban

Hal-hal yang perlu dikaji pada pemeriksaan dalam :

(1) Vulva/ vagina diperiksa keadaannya apakah tenang atau tidak,

kemudian terdapat edema serta varises atau tidak.

(2) Serviks diperiksa keadaannya keras atau lunak, pembukaan

sudah berapa cm, serta penipisan (efficement) sudah berapa %.

(3) Kulit ketuban diperiksa apakah masih utuh (+) atau sudah

pecah (-).

(4) Presentasi, untuk presentasi diketahu apabila pembukaan sudah

3 cm atau lebih.

(5) POD (Point of direction) diperiksa bagian ubun ubun apa yang

teraba.

34

Page 35: BAB I, 2003

l) Pemeriksaan Ekstremitas

Memeriksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan didaerah

pretibia dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik.

Apabila terjadi cekung yang tidak lekas pulih kembali berarti

oedem positif. Oedem positif pada tungkai kaki dapat menendakan

adanya pre eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah

kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah oedem biasanya

keadaan pre eklamsi sudah lebih berat.

35

Page 36: BAB I, 2003

BAB III

TINJAUAN KASUS

36

Page 37: BAB I, 2003

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian data Subjektif

1. Teori

Dalam pengkajian data subjektif diawali dengan pengumpulan data

melalui anamnesa yang meliputi identitas pasien, alasan datang, tanda-

tanda persalinan, riwayat kesehatan, riwayat obstetri, pola pemenuhan

kebutuhan sehari-hari dan tingkat pengetahuan pasien.

a. Tanda dan gejala inpartu meliputi:

1) Penipisan dan pembukaan serviks.

2) Kontraksi uterus yang melibatkan pembukaan serviks.

3) Cairan lendir darah melalui vagina.

b. Tanda dan gejala kala II persalinan.

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

2. Praktek

Untuk memperoleh data subjektif penulis melakukan pendekatan melalui

wawancara kepada lien dan keluarga, sehingga dapat diperoleh data

sebagai berikut:

a. Kala I

Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu merasakan

mules dan kenceng-keceng sejak tanggal 8 Januari 2015 pukul 07.00

WIB, frekuensi 2 kali dalam 10 menit lamanya 15 detik. Keluar lendir

darah dan nyeri di daerah punggung menjalar ke perut.

b. Kala II

Dari hasil pengkajian Ny.Y mengatakan mulesnya semakin bertambah

dan semakin sering serta ada dorongan meneran seperti ingin BAB.

37

Page 38: BAB I, 2003

c. Kala III

Dari hasil pengkajian pada kala III Ny. Y mengatakan perutnya masih

mules.

d. Kala IV

Dari hasil pengkajian pada kala IV Ny. Y mengatakan senang dengan

kelahiran bayinya dan masih merasa mules.

3. Pembahasan

Dalam pengkajian ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan data

yang ditemukan.

B. Pengkajian Data Objektif

1. Teori

Pada langkah ini pengkajian dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

yang meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, status present, status

obstetrikus, pemeriksaan leopold, DJJ, pemeriksaan dalam dan

pemeriksaan penunjang. Tidak menutup kemungkinan untuk

dikembangkan dengan data-data lain yang ditemukan pada klien

a. Tanda dan gejala inpartu

1) Penipisan dan pembukaan serviks apabila dilakukan pemeriksaan

dalam

2) Kontraksi uterus yang teratur dan sering

3) Keluarnya lendir bercampur darah melalui jalan lahir

4) Pecahnya ketuban

b. Tanda dan gejala kala II persalinan

1) Adanya tekanan pada rectum dan vagina

2) Perineum menonjol vulva-vagina dan sfingter ani membuka

3) Saat dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap 10

cm

c. Tanda-tanda lepasnya plasenta

1) Uterus berbentuk globuler

2) Tali pusat memanjang

3) Semburan darah mendadak dan singkat.

38

Page 39: BAB I, 2003

d. Pemantauan kala IV

1) Tekanan darah, nadi , kontraksi, TFU, keadaan kandung kemih,

pengeluaran darah dilakukan setiap 15 menit pada satu jam

pertama dan 30 menit pada satu jam berikutnya.

2) Pemantauan suhu dilakukan setiap 1 jam.

2. Praktek

Untuk memperoleh data objektif penulis melakukan pendekatan-

pendekataan melalui pengamatan langsung, pemeriksaan fisik baik

inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi serta pemeriksaan laboratorium

sehingga didapatkan hasil:

Kala I

Ny. T dengan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TTV

TD:120/80 mmHg N: 82x/mnt S: 36,60C RR: 24x/mnt TFU: 29 cm TBJ:

2790 gram DJJ: 140x/mnt. Pemeriksaan leopold didapatkan hasil leopold

I teraba agak bulat, lunak, tidak melenting. Leopold II kanan: teraba

keras, lurus, panjang seperti papan, kiri teraba bagian- bagian kecil, ,

leopold III: teraba keras, bulat, melenting dan tidak bisa digoyangkan,

leopold IV: sudah masuk PAP (divergen). Saat dilakukan pemeriksaan

dalam diperoleh hasil sebagai berikut yaitu pembukaan 6 cm, serviks:

melunak, efficement 60%, presentasi belakang kepala, point of direction :

ubun-ubun kecil.

Kala II

Dari pemeriksaan di dapatkan Ny.Y DJJ: 140x/mnt, kontraksi frekuensi 5

kali dalam 10 menit lamanya 55 detik , lendir darah bertambah, ketuban

pecah spontan, pembukaan lengkap 10 cm, portio tidak teraba, penurunan

H IV, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka,

kandung kemih 100 cc.

Kala III

Dari data pemeriksaan didapatkan hasil uterus berbentuk seperti buah pir

atau globuler, ada semburan darah, tali pusat bertambah panjang, tidak

39

Page 40: BAB I, 2003

ada luka perineum, kandung kemih kosong, TFU setinggi pusat,

kontraksi keras.

Kala IV

Dari hasil pemantauan diperoleh hasil sebagai berikut

Jam

ke

Waktu TD suhu Nadi TFU kontraksi Kandung

kemih

Darah yg

keluar

1 17.45 110/80 36,50C 82x/mnt 2jr

pst

Baik,Keras Kosong + 40cc

18.00 100/80 82x/mnt 2jr

pst

Baik,Keras Kosong +10 cc

18.15 110/80 82x/mnt 2jr

pst

Baik,Keras Kosong -

18.30 110/80 83x/mnt 2jr

pst

Baik,Keras Kosong -

2 19.00 120/80 36,60C 83x/mnt 1jr

pst

Baik,Keras Kosong -

19.30 120/80 83x/mnt 1jr

pst

Baik,Keras kosong -

3. Pembahasan

Dalam hal ini antara teori dan praktek tidak ada kesenjangan. Praktek di

lapangan sudah sesuai dengan teori.

C. Assesment

Teori

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data-

data yang sudah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa dan masalah spesifik

Praktik

Berdasarkan data diatas dirumuskan diagnosa sebagai berikut:

40

Page 41: BAB I, 2003

Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu janin tunggal hidup intra

uterin, presentasi belakang kepala,puka, hodge II, inpartu kala I fase aktif.

Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu inpartu kala II.

Ny. Y umur 24 tahun P2A0 inpartu kala III.

Ny. Y umur 24 tahun P2A0 inpartu kala IV.

Pembahasan

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan data yang

ditemukan.

D. Penatalaksanaan

Teori

Pada langkah ini dilakukan asuhan persalinan normal yaitu 58 langkah

APN.

Praktek

Asuhan yang diberikan pada klien sudah sesuai APN 58 langkah hanya saja

terdapat perbedaan pada penggunaan alas yang diletakkan di bawah bokong

ibu saat akan menolong persalinan, prakteknya dalam lahan menggunakan

underbed sekali pakai, sedangkan dalam APN menggunakan kain yang

dilipat 1/3. Kemudian terjadi kesenjangan lain yaitu pada penggunaan

pengikat tali pusat pada bayi baru lahir, menurut APN digunakan benang

untuk mengikat, sedangkan dalam prakteknya menggunakan klem berbahan

plastik.

Pembahasan

Ada kesenjangan antara teori dan praktik tersebut terjadi karena dengan

menggunakannya dirasa lebih praktis dan memudahkan pekerjaan bidan.

41

Page 42: BAB I, 2003

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu bersalin Ny. Y umur 24 tahun

G2P1A0 hamil 38 minggu di Puskesmas Nusawungu 1, maka dapat diambil

kesimpulan :

1. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada data subyektif Ny. Y

umur 24 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu .

2. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada data obyektif Ny. Y

umur 24 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu.

3. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada analisa Ny. Y umur

24 tahun G2P1A0 kehamilan 38 minggu.

4. Ada kesenjangan antara teori dan praktik pada penatalaksanaan asuhan

kebidanan ibu bersalin Ny. Y umur 24 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu.

B. Saran

1. Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan

persalinan normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam

penanganannya, lebih memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan

mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat

memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.

2. Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada persalinan hendaknya

melengkapi partograf sebagai salah satu metode pendokumentasian dan

pencegahan untuk terjadi komplikasi serta penanganan tepat dan cepat

untuk langkah bila terjadi komplikasi.

42