Bab 6 limbah padat dan b3

45
Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong BAB 6 PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3 Berdasarkan UU RI No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah yaitu kegiatan sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya alam, melindungi fasilitas sosial dan ekonomi serta menunjang pembangunan sektor strategis. Merujuk pada beberapa hal tersebut, pengelolaan sampah di Kelurahan Sungai Bangkong direncanakan dalam beberapa bagian, yaitu sistem pewadahan, sistem pengumpulan, tempat penampungan sementara terpadu (TPST), sistem pengangkutan, dan tempat pemrosesan akhir (TPA). 6.1 Rencana Sistem Pewadahan Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan 32

Transcript of Bab 6 limbah padat dan b3

Page 1: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

BAB 6

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3

Berdasarkan UU RI No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah yaitu

kegiatan sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya

alam, melindungi fasilitas sosial dan ekonomi serta menunjang pembangunan

sektor strategis. Merujuk pada beberapa hal tersebut, pengelolaan sampah di

Kelurahan Sungai Bangkong direncanakan dalam beberapa bagian, yaitu sistem

pewadahan, sistem pengumpulan, tempat penampungan sementara terpadu

(TPST), sistem pengangkutan, dan tempat pemrosesan akhir (TPA).

6.1 Rencana Sistem Pewadahan

Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di

sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual

umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah

sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah

diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah

disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam

penanganan berikutnya, khususnya dalam upaya daur ulang.

Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,

bentuk yang dipakai pewadahan tergantung selera dan kemampuan pengadaannya

dari pemiliknya, dengan kriteria yang terlihat pada Tabel 6.1. Dalam penentuan

jenis wadah yang digunakan perlu diketahui kriteria pemakaian dan kapasitas

wadah. Jenis wadah dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yang terdapat pada

Tabel 6.2. Sedangkan untuk kapasitas dan umur wadah dapat terlihat pada Tabel

6.3.

32

Page 2: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.1 Kriteria Wadah Individu dan Komunal

Kriteria Individual Komunal

Peruntukan

toko, kantor, hotel, pemukiman high income, industri perumahan

pedagang kaki lima, rumah susun, pemukiman low income

Bentuk kotak, silinder, kantung, kontainer kotak, silinder, kontainer

Sifat dapat diangkat, tertutuptidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup

Bahanlogam, plastik (alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air, panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan)

Ukuran

10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil

100-500 liter untuk kantor, toko besar, hotel, rumah makan

100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota

1-10 m3 untuk pemukiman dan pasar

Pengadaanpribadi, swadaya masyarakat, instansi pengelola

pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha promosi hasil produksi), instansi pengelola

Peletakan

di halaman muka (tidak di luar pagar)

mudah di ambil sumber sampah besar (hotel,

restoran) boleh di belakang dengan alasan estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan pengambilan

tidak mengambil lahan trotoar (harus ada lokasi khusus)

tidak di pinggir jalan protokol

sedekat mungkin dengan sumber sampah

tidak pengganggu pemakai jalan

Sumber: BSN, 2002

33

Page 3: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.2 Jenis Pewadahan Berdasarkan Sumber Sampah

Sumber Sampah Jenis Pewadahan

Daerah Perumahan Kantong plastik/kertas dengan volume sesuai yang

tersedia di pasaran Bin plastik/tong, volume 40-60 liter dengan tutup

Pasar

Bin/tong sampah, volume 50–60 liter yang dipasang secara permanen

Bin/plastik, volume 120-140 liter dengan tutup dan memakai roda

Gerobak sampah, volume 1,0 m3. Kontainer dari armroll kapasitas 6–10 m3

Pertokoan Kantong plastik, volume bervariasi. Bin plastik/tong, volume 50-60 liter. Bin plastik, volume 120-140 liter dengan roda.

Perkantoran/Hotel Kontainer volume 1 m3 beroda. Kontainer besar volume 6-10 m3.

Tempat umum, jalan, dan taman

Bin plastik/tong volume 50-60 liter, yang dipasang secara permanen

Bin plastik, volume 120 - 140 L dengan rodaSumber: Damanhuri, 2010

Tabel 6.3 Jenis dan Umur Wadah

NoJenis

WadahKapasita

sPelayanan

Umur Wadah

Keterangan

1 Kantong 10 – 40 L 1 kk 2 – 3 hari Individual

2 Bin 60 L 1 kk2 – 3 tahun

Maksimal pengambilan 3 hari sekali

3 Bin 120 L 2 – 3 kk2 – 3 tahun

Toko

4 Bin 240 L 4 – 6 kk2 – 3 tahun

5 Kontainer 1000 L 80 kk2 – 3 tahun

Komunal

6 Kontainer 500 L 40 kk2 – 3 tahun

Komunal

7 Bin 30 – 40 LPejalan Kaki

Taman2 – 3 tahun

Sumber: Damanhuri, 2010

34

Page 4: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Sarana pewadahan diarahkan untuk memperhatikan hal - hal berikut :

1. Alat pewadahan yang disarankan untuk digunakan adalah tipe tidak tertanam

(dapat diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan.

2. Wadah mampu mengisolasi sampah dari lingkungan (memiliki tutup)

3. Jenis wadah yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan pengadaannya

dapat berupa: tong sampah (plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu) atau

kantong plastik.

4. Ukuran wadah minimal dapat mewadahi timbulnya sampah selama 2 hari pada

tiap tempat timbulan sampah (untuk pemukiman 40 liter, sedangkan untuk

komunal 100 liter - 1 m3)

5. Mudah untuk pengoperasiannya, yaitu mudah dan cepat untuk dikosongkan.

6. Jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 m

7. Mudah dijangkau oleh petugas sehingga waktu pengambilan dapat lebih cepat

dan singkat.

8. Aman dari gangguan binatang ataupun dari pemungut barang bekas, sehingga

sampah tidak dalam keadaan berserakan.

9. Tidak mudah rusak dan kedap air.

Perencanaan sistem pewadahan di Kelurahan Sungai Bangkong membagi jenis

sampah menjadi dua, yaitu individual dan komunal, untuk kemudahan sistem

pengangkutan. Wadah pada masing-masing jenis memiliki 3 variasi bin, yaitu

organik, anorganik, dan B3, untuk memudahkan proses reduksi sampah dan

pengelolaan sampah yang sesuai jenisnya. Bahan wadah yang digunakan berbahan

fiberglass yang anti karat, tidak mudah berlubang atau sobek serta ringan,

sehingga diperkirakan lebih kuat dan tahan lama dalam penggunaannya.

Wadah yang digunakan ada 4 jenis, yaitu bin (Gambar 6.1), bin plastik/tong

(Gambar 6.2 dan Gambar 6.3), bin plastik beroda (Gambar 6.4), dan kontainer

(Gambar 6.5). Pemakaian tiap jenis disesuaikan dengan sumbernya dan perkiraan

lapangan. Perhitungan jumlah wadah diperoleh dari perbandingan volume

timbulan dengan kapasitas wadah. Hasil perhitungan terlihat pada Tabel 6.4,

Tabel 6.5, Tabel 6.6, dan Tabel 6.7. Rekapitulasi jumlah wadah terdapat pada

Tabel 6.8.

35

Page 5: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

36

Page 6: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.1 Contoh Wadah Jenis Bin (30 L) untuk Fasilitas Umum

Gambar 6.2 Contoh Wadah Jenis Bin / Tong (60 L) untuk Pemukiman

Gambar 6.3 Contoh Wadah Jenis Bin / Tong 60 L untuk Fasilitas Umum

37

Page 7: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.4 Contoh Wadah Jenis Bin Beroda (120 L) untuk Fasilitas Umum

Gambar 6.5 Contoh Wadah Jenis Kontainer (500 L) untuk Fasilitas Umum

38

Page 8: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.4 Jumlah Bin yang Diperlukan

Wadah No SumberTimbulan Sampah (l/hari) Kapasitas

Wadah (liter)

Jumlah Wadah (unit) Total Wadah (unit)

Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3

Bin

1 Play Group 11,25 24,38 1,88 30 0 1 0 12 Lapangan Sepak Bola 3,38 18,00 1,13 30 0 1 0 13 Lapangan Bulu Tangkis 9,00 48,00 3,00 30 0 2 0 24 Lapangan Tenis 6,75 36,00 2,25 30 0 1 0 25 Lapangan Voli 18,00 96,00 6,00 30 1 3 0 46 Warung 1.752,66 625,95 125,19 30 58 21 4 83

Jumlah 60 28 5 93

39

Page 9: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.5 Jumlah Bin Plastik/Tong yang Diperlukan

Wadah No SumberTimbulan Sampah (l/hari) Kapasitas

Wadah (liter)

Jumlah Wadah (unit) TotalWadah (unit)Organik Anorganik B3 Organi

k Anorganik B3

Bin Plastik /

Tong

1 Pemukiman 2.884.811,48 2.168.273,85 521.241,98 60 48.080 36.138 8.687 92.9052 TK 40,50 87,75 6,75 60 1 1 0 23 SD 370,88 803,58 61,81 60 6 13 1 214 SMP 154,75 335,29 25,79 60 3 6 0 95 SMA 94,12 203,93 15,69 60 2 3 0 56 PTS 560,57 1.214,56 93,43 60 9 20 2 317 Perpustakaan 112,18 243,06 18,70 60 2 4 0 68 Persewaan Kamar 116.688,00 53.856,00 8.976,00 60 1.945 898 150 2.9929 Kos 15.050,10 6.946,20 1.157,70 60 251 116 19 386

Jumlah 50.298 37.199 8.860 96.357

40

Page 10: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.6 Jumlah Bin Plastik Beroda yang Dibutuhkan

Wadah No SumberTimbulan Sampah (l/hari) Kapasitas

Wadah (liter)

Jumlah Wadah (unit) TotalWadah (unit)Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3

Bin Plastik Beroda

1 Apotik 2.520,00 4.200,00 1.680,00 120 21 35 14 702 Toko Obat 720,00 1.200,00 480,00 120 6 10 4 203 Toko/Kios 54.600,00 19.500,00 3.900,00 120 455 163 33 6504 Masjid 26.136,18 56.628,39 4.356,03 120 218 472 36 7265 Surau 14.001,53 30.336,64 2.333,59 120 117 253 19 389

6 Gereja Kristen Protestan 351,38 761,32 58,56 120 3 6 0 10

7 Gereja Katholik 129,88 281,41 21,65 120 1 2 0 48 Wihara 165,93 359,51 27,65 120 1 3 0 59 Hotel Melati 243,75 112,50 18,75 120 2 1 0 3

Jumlah 824 945 107 1.876

41

Page 11: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.7 Jumlah Kontainer yang Dibutuhkan

Wadah yang

DigunakanNo Sumber

Timbulan Sampah (l/hari) Kapasitas Wadah (liter)

Jumlah Wadah (unit) Total Wadah (unit)Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3

Kontainer Beroda

1 Rumah Sakit Umum 294,75 176,85 707,40 500 1 0 1 2

2 Puskesmas 589,50 353,70 1.414,80 500 1 1 3 53 Poliklinik 393,00 235,80 943,20 500 1 0 2 34 Posyandu 1.375,50 825,30 3.301,20 500 3 2 7 115 Rumah Bersalin 1.179,00 707,40 2.829,60 500 2 1 6 96 Pasar 17.292,58 6.175,92 1.235,18 500 35 12 2 497 Swalayan 9.240,00 3.300,00 660,00 500 18 7 1 26

Jumlah 61 24 22 106

Tabel 6.8 Rekapitulasi Kebutuhan Wadah di Kelurahan Sungai Bangkong

No Wadah Volume (liter) Jumlah (unit)1 Bin 30 932 Bin Plastik/Tong 60 96.3573 Bin Plastik Beroda 120 1.8764 Kontainer 500 106

42

Page 12: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

6.2 Rencana Sistem Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara

pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat

pembuangan sementara atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3)

langsung ke tempat pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses

pemindahan. Salah satu permasalahan di dalam aspek teknis operasional yang

umumnya masih dijumpai adalah terbatasnya jumlah peralatan persampahan

(termasuk di dalamnya peralatan pengumpulan), pemeliharaan yang belum

terencana dengan baik serta belum adanya metode operasi yang sesuai. Secara

lebih mendetail permasalahan-permasalahan yang umumnya dijumpai pada sistem

pengumpulan ini antara lain:

a. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien karena keterlambatan mulai

bekerja, lamanya waktu memuat dan membongkar, hilangnya waktu dan

lain-lain.

b. Penggunaan kapasitas muat yang tidak tepat, misalnya terlalu penuh pada rit

1 dan kosong pada rit berikutnya. Muatan yang terlalu penuh membuat

kendaraan cepat rusak.

c. Jenis pewadahan yang tidak tepat, tidak seragam dan standar sehingga

memperlambat proses pengumpulan sampah oleh petugas pengumpul.

d. Rute pelayanan yang belum optimum, sehingga tidak diperoleh

penghematan waktu untuk operasi pengumpulan.

e. Tingkah laku petugas dan kerja sama masyarakat yang kurang baik, seperti

misalnya kerjasama antara petugas dan masyarakat serta efisiensi kerja

petugas kurang baik.

f. Aksebilitas yang kurang baik, seperti misalnya jalan-jalan yang terlalu

sempit, kondisi jalan yang rusak, kemacetan dan lain-lain.

Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber

sampah hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir,

dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

43

Page 13: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

a. Pola Individual Langsung

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap

bangunan/sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di

tempat pembuangan akhir. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truk

sampah biasa, dump truck atau compactor truck. Persyaratan pola individual

langsung antara lain:

Kondisi topografi bergelombang (15 – 40% ) hanya alat pengumpul mesin

yang dapat beroperasi

Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya

Kondisi dan jumlah alat memadai

Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari

Biasanya daerah layanan adalah pertokoan, pemukiman rapi, daerah elit dan

jalan protokol.

Gambar 6.6 Skema Pola Individual Langsung

b. Pola Individual Tidak Langsung

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan dengan mendatangi tiap-tiap

bangunan/sumber sampah (door to door) dan dikumpulkan ke lokasi pemindahan

atau transfer depo sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir dengan truk

sampah. Persyaratan pola individual tidak langsung antara lain:

Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif

Lahan untuk lokasi pemindahan ada, sebagai tempat pemrosesan skala

kawasan

Kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%)

Dapat menggunakan alat non mesin (gerobak, becak)

Alat pengumpul dapat menjangkau langsung

Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dilalui alat pengumpul

44

Sumber Sampah Pengangkutan Pembuangan Akhir

Page 14: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Terdapat organisasi pengelola pengumpul sampah dengan sistem

pengendaliannya.

Gambar 6.7 Skema Pola Individual Tidak Langsung

c. Pola Komunal Langsung

Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah

(rumah tangga, dll) ke tempat-tempat pewadahan sampah komunal. Kemudian

truk

sampah mendatangi tempat pewadahan komunal tersebut dan diangkut ke tempat

pembuangan akhir. Persyaratan pola komunal langsung antara lain:

Alat angkut terbatas

Kemampuan kendali personil dan alat relatif rendah

Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual

(berbukit, jalan sempit)

Peran serta masyarakat tinggi

Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang

mudah dijangkau truk

Pemukiman tidak teratur

Gambar 6.8 Skema Pola Komunal Langsung

Perencanaan untuk sistem pengumpulan harus disesuaikan dengan kondisi

eksisting di mana perencanaan tersebut akan diberlakukan. Sistem pengumpulan

yang direncanakan untuk sumber pemukiman di Kelurahan Sungai Bangkong

adalah dengan cara individual tidak langsung yang dikelola oleh perangkat

masyarakat sekitar atau instansi terkait. Hal ini dilakukan karena lebih teratur dan

sebagian besar daerah penelitian merupakan kompleks perumahan yang sudah ada

45

Sumber Sampah Pengumpulan Pengangkutan Pembuangan

Akhir

Sumber Sampah

Wadah Komunal Pengangkutan Pembuangan

Akhir

Page 15: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

sistem pengumpulan individual tidak langsung, namun kurang diberdayakan dan

kurang disiplin sehingga dibutuhkan partisipasi masyarakat yang lebih baik. Pada

sistem individual tidak langsung, sampah dari sumber rumah tangga (pemukiman)

dikumpulkan dahulu dalam motor sampah (Gambar 6.9), kemudian diangkut ke

tempat pengolahan. Motor sampah merupakan inovasi dalam pengumpulan

sampah yang dapat menampung 3 m3 sampah per unitnya, bisa masuk ke jalan

perumahan, dan lebih efisien dibandingkan gerobak tangan.

Gambar 6.9 Contoh Motor Sampah

Dengan faktor iritasi 5 dan faktor pemadatan 1,2, diperoleh jumlah motor sampah

yang diperlukan yang terdapat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9 Estimasi Kebutuhan Motor Sampah untuk Pemukiman

No TahunJumlah Sampah yang Diangkut Kebutuhan Alat

(m3/hari) (unit)1 2017 3.004,56 1672 2018 3.338,65 1853 2019 3.682,90 2054 2020 4.037,30 2245 2021 4.401,86 2456 2022 4.727,84 2637 2023 5.108,79 2848 2024 5.499,79 3069 2025 5.900,84 32810 2026 6.311,95 351

46

Page 16: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Pengumpulan secara terpisah diatur dengan menggunakan perbedaan warna

gerobak dan penyusunan jadwal pengumpulan. Pengumpulan sampah organik

dilaksanakan 1-2 hari sekali, sedangkan sampah non organik dilaksanakan 4-8

hari sekali. Setelah mengumpulkan sampah rumah tangga yang telah dipisah

berdasarkan jenisnya, motor pengumpul langsung membawa sampah ke TPST.

Sedangkan sampah selain dari sumber pemukiman yang berwadahkan bin, tong,

bin beroda, dan kontainer dikumpulkan dengan sistem individual langsung.

Dalam sistem pengumpulan diatur pula waktu pengumpulan, yaitu setiap

harinya di saat tidak mengganggu masyarakat terpadat. Berdasarkan Perda Kota

Pontianak, waktu pengumpulan di TPS adalah pukul 18.00 – 06.00 WIB. Hal ini

diwajibkan agar lingkungan dapat terjaga kebersihan dan kelestariannya, sehingga

pada siang hari tidak terjadi penumpukan sampah yang dapat memberi dampak

buruk bagi kesehatan maupun keindahan Kelurahan Sungai Bangkong.

6.3 Rencana Tempat Pengolahan Sementara Terpadu (TPST)

Tempat pengolahan sementara terpadu atau material recovery facility (MRF)

adalah tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan pengolahan sampah secara

terpusat. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya

kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,

pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah (Pemerintah RI, 2008). Fungsi TPST

adalah sebagai tempat berlangsungnya pemisahan, pembersihan, pengemasan, dan

pengiriman produk daur ulang sampah. Skema TPST terlihat pada Gambar 6.10.

47

Page 17: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.10 Diagram Alir TPSTSumber: Permana, 2010

TPST merupakan bagian dari perubahan paradigma pengelolaan limbah

padat dengan tujuan meningkatkan pola pengelolaan sampah terpadu dengan

mengedepankan konsep 3R, meningkatkan proses pemberdayaan masyarakat

dalam pengelolaan sampah sejak dari sumbernya, dan meningkatkan kualitas

kebersihan lingkungan perumahan melalui pengelolaan sampah terpadu berbasis

masyarakat. Menurut penelitian Permana (2010), besar recovery (daur ulang)

sampah anorganik adalah 40% dan pengomposan sampah organik 60%,

sedangkan sisanya adalah residu yang diangkut ke TPA. Adapun fasilitas di TPST

antara lain fasilitas pre processing, pemilahan, dan pengolahan.

a. Fasilitas Pre Processing

Fasilitas pre processing, merupakan tahap awal pemisahan sampah,

mengetahui jenis sampah yang masuk, meliputi proses sebagai berikut:

Penimbangan, mengetahui jumlah sampah yang masuk

Penerimaan dan penyimpanan, menentukan area untuk mengantisipasi jika

sampah yang terolah tidak secepat sampah yang datang ke lokasi.

48

Page 18: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

b. Fasilitas Pemilahan

Fasilitas pemilahan, bisa secara manual maupun mekanis. Secara manual

akan membutuhkan area dan tenaga kerja untuk melakukan pemilahan dengan

cepat. Secara mekanis akan mempermudah proses pemilahan dan menghemat

waktu. Peralatan mekanis yang digunakan antara lain: alat untuk memisahkan

berdasarkan ukuran (misalnya reciprocating screen, trommel screen, disc

screen), dan alat untuk memisahkan berdasarkan berat jenis (misalnya air

classifier, pemisahan inersi, dan flotation). Contoh peralatan yang dibutuhkan

dalam pemilahan berdasarkan bahan sampah terdapat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.10 Contoh Kebutuhan Peralatan dalam TPST

Bahan Operasi Kebutuhan Peralatan

Kertas dan

Karton

- Pemisah secara manual

kertas yang berkualitas

tinggi dan karton

- Baling

Front end loader, conveyor,

baler, forklift

Plastik

campuran

- Pemisahan manual PETE

dan HDPE

- Baling

- Penyimpanan

Area penerimaan, conveyor,

kontainer untuk penyimpanan,

baler, forklift

Gelas

campuran

- Pemisahan manual gelas

warna hijau, bening, dan

warna lain

- Penyimpanan

Area penerimaan, conveyor,

penghancur gelas, kontainer

untuk penyimpanan, baler,

forklift

Sumber: Irman, 2013

c. Fasilitas Pengolahan

Fasilitas pengolahan dibagi atas dua yaitu pengolahan secara fisik dan

pengolahan tambahan. Penanganan secara fisik dilakukan berdasarkan jenis

dan ukuran material. Peralatan yang digunakan antara lain hammer mill dan

shear shredder. Sedangkan pengolahan tambahan dapat berupa proses

komposting.

49

Page 19: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

6.3.1 Rancangan TPST Sungai Bangkong

Kelurahan Sungai Bangkong merupakan kelurahan besar dan padat

penduduk yang diproyeksikan menghasilkan sampah sebesar 3.400,11 m3/hari

pada tahun 2026. Lahan yang dapat digunakan untuk TPST terletak di Jalan Karya

Sosial karena lokasi tersebut merupakan kawasan yang belum dibangun, cukup

jauh dari badan air, dan memiliki luas wilayah yang cukup besar. Diharapkan

dengan adanya TPST dapat menghemat luas lahan landfill TPA, mengurangi

biaya operasional pengangkutan, dan dapat memberikan masukan keuangan yang

kontinyu dengan adanya daur ulang. Perencanaan TPST perlu menghitung besar

reduksi sampah dari pengomposan dan pendaur ulangan yang ditampilkan pada

Tabel 6.11. Dari hasil tersebut pula dapat diketahui luas operasional TPST yang

dibutuhkan yang ditampilkan pada Tabel 6.12.

Tabel 6.11 Besar Hasil Reduksi TPST

No Tahun

Sampah yang Diangkut(m3/hari) MRF (m3/hari)

Organik Anorganik B3 Organi

k Anorganik B3

1 2017 764,37 764,19 213,56 458,62 305,68 85,432 2018 837,67 837,47 234,04 502,60 334,99 93,623 2019 913,19 912,97 255,14 547,91 365,19 102,064 2020 990,94 990,71 276,86 594,57 396,28 110,755 2021 1.070,92 1.070,66 299,21 642,55 428,27 119,686 2022 1.143,69 1.143,42 319,54 686,21 457,37 127,827 2023 1.227,27 1.226,97 342,89 736,36 490,79 137,168 2024 1.313,04 1.312,73 366,86 787,83 525,09 146,749 2025 1.401,03 1.400,69 391,44 840,62 560,28 156,5810 2026 1.491,83 1.491,47 416,81 895,10 596,59 166,72

50

Page 20: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.12 Luas TPST yang Dibutuhkan

No Tahun Total MRF (m3/hari) MRF (m3/tahun) Luas (m2) Luas (ha)

1 2017 849,73 310.150,21 49.934,18 4,992 2018 931,20 339.888,93 54.722,12 5,473 2019 1.015,16 370.531,82 59.655,62 5,974 2020 1.101,59 402.081,75 64.735,16 6,475 2021 1.190,50 434.533,00 69.959,81 7,006 2022 1.271,40 464.059,22 74.713,53 7,477 2023 1.364,31 497.972,09 80.173,51 8,028 2024 1.459,66 532.777,06 85.777,11 8,589 2025 1.557,47 568.476,97 91.524,79 9,1510 2026 1.658,41 605.319,14 97.456,38 9,75

6.4 Rencana Sistem Pengangkutan

Pengangkutan sampah menurut UU no 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, merupakan bagian dari penanganan sampah.

Pengangkutan di definisikan sebagai dalam bentuk membawa sampah dari

sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari TPS

3R menuju ke tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat pemrosesan

akhir. Pengangkutan sampah residu dari TPS/TPS Terpadu ke TPA dilakukan bila

container telah penuh dan sesuai dengan jadwal pengangkutan yang telah

dikonfirmasikan dengan pengelola sampah kota. Khusus untuk pengangkutan

dicantumkan bahwa jenis alat angkut mempengaruhi pelayanan, sebagai berikut:

1. Dump truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk

mengangkat bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap

secara manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi

yaitu 6m3, 8m3, 10m3, 14m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi

penggunaan Dump truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria

yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew maksimum 3

orang. Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, Dump

truck sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal.

51

Page 21: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.11 Contoh Dump Truck

2. Arm roll truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk

mengangkat bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap

secara manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi

yaitu 6m3, 8m3, dan 10m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi

penggunaan arm roll truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria

yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew maksimum 1

orang. Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA,

kontainer sebaiknya memiliki tutup dan tidak rembes sehingga leachate tidak

mudah tercecer. Kontainer yang tidak memiliki tutup sebaiknya dilengkapi

dengan tutup terpal selama pengangkutan.

Gambar 6. 12 Contoh Arm Roll Truck

52

Page 22: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

3. Compactor Truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk

memadatkan dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara

manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi

yaitu 6m3, 8m3, dan 10m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi

penggunaan compactor truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria

yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew maksimum 2

orang.

Gambar 6. 13 Contoh Compactor Truck

4. Trailer Truck

Merupakan kendaraan angkut berdaya besar sehingga mampu mengangkut

sampah dalam jumlah besar hingga 30 ton. Trailer truck terdiri atas primer over

dan kontainer beroda. Kontainer dilengkapi sistem hidrolis untuk membongkar

muatannya. Pengisian muatan dilakukan secara hidrolis dengan kepadatan

tinggi di transfer station. Trailer memiliki kapasitas antar 20-30 ton. Dalam

pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan trailer truck dapat dicapai apabila

memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5

dan jumlah crew maksimum 2 orang.

53

Page 23: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6. 14 Contoh Trailer Truck

6.4.1 Pola Pengangkutan

Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem

pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah

menggunakan sistem pemindahan (transfer depo) atau sistem tidak langsung,

proses pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled

Kontainer Sistem = HCS) ataupun sistem kontainer tetap (Stationary Kontainer

Sistem = SCS). Sistem kontainer tetap dapat dilakukan secara mekanis maupun

manual. Sistem mekanis menggunakan truk kompaktor dan kontainer yang

kompatibel dengan jenis truknya, sedangkan sistem manual menggunakan

tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampungan

lainnya. Pola pengangkutan antara lain:

a. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Individual Langsung

Kendaraan yang digunakan untuk pengumpulan juga langsung digunakan

untuk pengangkutan ke TPA. Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik - titik

pengumpulan (sumber sampah ) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir

(dalam suatu rit atau trip). Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian

kembali ke titik pengumpulan pertama untuk rit atau trip berikutnya, setelah

penuh dari titik pengumpulan terakhir pada rit tersebut langsung menuju ke TPA

demikian seterusnya dan akhirnya dari TPA langsung kembali ke pool.

54

Page 24: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.15 Skema Pola Pengumpulan Sampah Individual Langsung

b. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Individual Tidak Langsung

Untuk pengumpulan sampah dengan pola individual tidak langsung

(menggunakan gerobak/becak sampah dan transfer depo tipe I atau II), angkutan

sampahnya sebagai berikut:

1) Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi Transfer Depo

dan sampah - sampah tersebut diangkut ketempat pembuangan akhir

2) Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke Transfer Depo untuk pengambilan /

pengangkutan pada rit atau trip berikutnya. Path rit terakhir sesuai dengan

yang ditentukan ,( jumlah sampah yang harus diangkut habis ) kendaraan

tersebut langsung kembali ke polo

3) Dapat terjadi setelah sampah di salah satu Transfer Depo habis mengambil

sampah dari Transfer Depo lain atau dari TPS/TPSS

4) Selain itu dapat diatur pula pengangkutannya bergantian dengan TD lain

sehingga tidak ada waktu kosong dari Dump Truck untuk tidak beroperasi.

Hal ini dimungkinkan bila jarak TPA dekat ke TD sehingga waktu tempuh

truck cukup singkat, sehingga bila langsung dari TPA menuju TD yang sama,

kemungkinan akan menganggur menunggu gerobak yang sedang melakukan

pengumpulan sampah dari rumah ke rumah (door to door). Dengan

memperhitungkan waktu secara cukup cermat (waktu tempuh gerobak 1

perjalanan dan waktu tempuh truk 1 perjalanan) maka dapat disusun jadwal

pengangkutan pada tiap TD.

55

Page 25: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.16 Skema Pola Pengangkutan Sampah Individu Tidak Langsung

c. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Komunal Langsung

Pada sistem ini terdapat beberapa pilihan, yaitu:

1) Kontainer Diganti

Dari Pool, Armroll truck membawa container kosong (C0) menuju landasan

container pertama (C1), menurunkan container kosong dan mengambil container

penuh (C1) secara hidrolis, selanjutnya menuju TPA untuk menurunkan sampah.

Dari TPA membawa container kosong (C1) menuju landasan landasan container

ke - dua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container penuh (C2)

untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju kelandasan container berikutnya

demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir ( 4 s/d 6 rit/hari ), dari TPA

bersama container terakhir (Cn) yang telah kosong kembali ke Pool. Pada cara ini

Transfer Depo/landasan container setiap saat selalu tersedia container ; sehingga

gerobak tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu container

kembali dari TPA.

56

Page 26: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.17 Pola Pengangkutan Kontainer Diganti

2) Kontainer Dipindah

Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju lokasi

container pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut container pertama (C1) ke

TPA. Dari TPA, kendaraan tersebut dengan container kosong (C1) kembali

menuju lokasi container berikutnya (C2), menurunkan container yang kosong

(C1) dan mengambil container yang berisi sampah (C2) untuk diangkut ke TPA

demikian seterusnya. Pada rit terakhir setelah container kosong (Cn) diletakkan

pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool.

Pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara

ini terdapat kekosongan container pada landasan container pertama sampai

Armroll truck membawa container kosong yang terakhir (Cn) dari TPA ke

landasan pertama. Pada landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi

kekosongan container. Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama

karena kemungkinan ada gerobak yang menurunkan sampah atau individu yang

membuang sampah di landasan yang tidak ada containernya.

57

Page 27: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Gambar 6.18 Pola Pengangkutan Kontainer Dipindah

3) Kontaner Diangkat

Pada cara ke-3 relatif sama dengan cara ke-2, hanya setelah container pertama

(C1) dibawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya dari TPA tidak menuju ke

lokasi landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari TPA kembali

ke landasan kedua demikian selanjutnya. Secara merata setiap landasan (TD-III)

akan terjadi kekosongan container selama kegiatan pengangkutan dari landasan ke

TPA dan kembali ke landasan yang sama.

Gambar 6.19 Pola Pengangkutan Kontainer Diangkat

4) Kontainer Tetap

Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut berupa truck

compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama

(C1) dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck compactor dari

58

Page 28: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

meletakkan kembali container yang kosong itu ditempatnya semula, kemudian

kendaraan langsung menuju lokasi container kedua (C2) mengambil sampahnya

dan meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya.

Gambar 6.20 Pola Pengangkutan Kontainer Tetap

6.4.2 Rancangan Sistem Pengangkutan

Dalam perencanaan sistem pengangkutan sampah Kelurahan Sungai

Bangkong digunakan sistem kontainer tetap (SCS) secara mekanis untuk

memudahkan dari proses pengumpulan. Kendaraan yang digunakan adalah

compactor truck berkapasitas 8 m3 yang mampu mengangkut untuk 2500 KK.

Untuk menghitung kebutuhan truk digunakan Persamaan 6.1 dan Persamaan

6.2. Untuk kapasitas wadah adalah 8 m3 dan ritasi sebanyak 5 kali. Hasil

perhitungan terdapat pada Tabel 6.13.

JumlahTruk= Jumlah TPSRitasi ..............................................................................(6.1)

Jumlah Kebutuhan TPS= TSKk × Fp× Rk ............................................................(6.2)

Di mana:

Ts : Timbulan sampah

Kk : Kapasitas wadah

fp : Faktor pemandatan = 1,2

Rk : Ritasi alat pengumpul

59

Page 29: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.13 Estimasi Kebutuhan Truk

No TahunJumlah Sampah yang

Diangkut(m3/hari)

Kebutuhan TPS(unit)

Jumlah Truk(unit)

1 2017 1742,13 36 72 2018 1909,17 40 83 2019 2081,30 43 94 2020 2258,51 47 95 2021 2440,79 51 106 2022 2606,64 54 117 2023 2797,13 58 128 2024 2992,64 62 129 2025 3193,16 67 1310 2026 3400,11 71 14

6.5 Rencana Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Rancangan TPA dari Kelurahan Sungai Bangkong mengikuti TPA yang sudah

ada di Kota Pontianak, yaitu TPA Batulayang. Volume sampah dimaksimalkan

berkurang karena sudah melalui proses reduksi dari sumber dan TPST. Kebutuhan

lahan untuk TPA dihitung dengan memperhitungkan faktor kompaksi TPA,

tutupan lahan, dan faktor pengurugan. Hasil kalkulasi terdapat pada Tabel 6.14.

Sarana dan prasarana yang ada dalam sebuah TPA antara lain:

- Jalan, di mana semakin baik kondisi jalan maka pengangkutan lebih efisien.

Jalan tersebut terbagi atas jalan masuk, jalan penghubung, jalan operasi, dan

jalan ke IPLT.

- Drainase, berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan

tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah sehingga

diharapkan air lindi dapat dikendalikan.

- Fasilitas penerimaan, dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang

datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada

umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA.

Pada TPA besar di mana kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari

maka dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan

pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat memanfaatkan pos tersebut

60

Page 30: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

sekaligus sebagai kantor TPA sederhana di mana kegiatan administrasi ringan

dapat dijalankan.

- Lapisan kedap air, berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang

terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu

lapisan ini harus dibentuk di seluruh permukaan dalam TPA baik dasar

maupun dinding.

- Fasilitas pengamanan gas, perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas

dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu.

- Fasilitas pengamanan lindi, dapat berupa perpipaan berlubang-lubang,

saluran pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA

- Alat Berat, seperti buldoser, excavator, dan loader

- Penghijauan, dengan tujuan peningkatan estetika lingkungan dan sebagai

buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan

- Fasilitas penunjang, seperti pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist

blower), kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain lain.

61

Page 31: Bab 6 limbah padat dan b3

Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong

Tabel 6.14 Luas TPA

No Tahun

Residu TPST Sampah

yang Diurug

Total yang

Diurug

Sampah Setelah Kompaksi Tanah

Penutup

Total Timbulan Sampah

Akumulasi Timbunan Sampah

Luas TPA Luas

(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/tahun) (m2) (ha)

1 2017 892,40 85% 758,54 758,54 152 910 332.241,53 53.490,89 5,352 2018 977,97 85% 831,28 831,28 166 998 364.098,47 58.619,85 5,863 2019 1.066,14 85% 906,22 906,22 181 1087 396.923,99 63.904,76 6,394 2020 1.156,92 85% 983,38 983,38 197 1180 430.721,15 69.346,10 6,935 2021 1.250,29 85% 1.062,75 1.062,75 213 1275 465.483,83 74.942,90 7,496 2022 1.335,25 85% 1.134,96 1.134,96 227 1362 497.113,14 80.035,22 8,007 2023 1.432,83 85% 1.217,90 1.217,90 244 1461 533.441,55 85.884,09 8,598 2024 1.532,97 85% 1.303,03 1.303,03 261 1564 570.725,59 91.886,82 9,199 2025 1.635,69 85% 1.390,34 1.390,34 278 1668 608.968,34 98.043,90 9,8010 2026 1.741,70 85% 1.480,44 1.480,44 296 1777 648.434,68 104.397,98 10,44

62