Bab 4 Karakteristik PLC

19
53 BAB IV KARAKTERISTIK DAN PERANGKAT PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) PENDAHULUAN Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang diamati. PLC banyak digunakan pada aplikasi-aplikasi industri, misalnya proses pengepakan, penanganan bahan, perakitan otomatis dan lain sebagainya. Semakin kompleks proses yang harus ditangani, semakin penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses- proses tersebut. Pada bagian ini akan dibahas tentang sejarah perkembangan PLC, komponen- komponen dan prinsip kerja PLC, dan perangkat input/output pada PLC. Setelah mengikuti pembahasan materi ini, mahasiswa diharapkan akan dapat menjelaskan komponen dasar dan prinsip kerja PLC, dan karakteristik dari berbagai perangkat input dan output yang biasa digunakan pada PLC. 4.1 PENGENALAN PLC Berdasarkan pada standar yang dikeluarkan oleh National Electrical Manufactures Association (NEMA) ICS3-1978 Part.304 PLC didefinisikan sebagai suatu peralatan elektronik yang bekerja secara digital, memiliki memori yang dapat diprogram, menyimpan perintah-perintah untuk melakukan fungsi-fungsi khusus seperti logika, sequencing, timing, counting, dan aritmetika untuk mengontrol berbagai jenis mesin atau proses. Menurut Bolton (2004), PLC merupakan suatu bentuk khusus pengontrol berbasis-mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi semisal logika, sequencing, pewaktuan (timing), pencacahan (counting), dan aritmetika guna mengontrol mesin-mesin dan proses-proses. Sedangkan menurut Setiawan (2006), PLC pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses atau mesin. Proses yang dikontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinyu seperti pada sistem-sistem servo, atau sistem yang melibatkan dua keadaan

Transcript of Bab 4 Karakteristik PLC

53

BAB IV KARAKTERISTIK DAN PERANGKAT PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER)

PENDAHULUAN Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) merupakan sebuah alat yang

digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang dijumpai pada sistem

kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui

sensor-sensor terkait), kemudian menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada

instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang diamati.

PLC banyak digunakan pada aplikasi-aplikasi industri, misalnya proses pengepakan,

penanganan bahan, perakitan otomatis dan lain sebagainya. Semakin kompleks proses

yang harus ditangani, semakin penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses-

proses tersebut.

Pada bagian ini akan dibahas tentang sejarah perkembangan PLC, komponen-

komponen dan prinsip kerja PLC, dan perangkat input/output pada PLC. Setelah

mengikuti pembahasan materi ini, mahasiswa diharapkan akan dapat menjelaskan

komponen dasar dan prinsip kerja PLC, dan karakteristik dari berbagai perangkat input

dan output yang biasa digunakan pada PLC.

4.1 PENGENALAN PLC Berdasarkan pada standar yang dikeluarkan oleh National Electrical

Manufactures Association (NEMA) ICS3-1978 Part.304 PLC didefinisikan sebagai

suatu peralatan elektronik yang bekerja secara digital, memiliki memori yang dapat

diprogram, menyimpan perintah-perintah untuk melakukan fungsi-fungsi khusus seperti

logika, sequencing, timing, counting, dan aritmetika untuk mengontrol berbagai jenis

mesin atau proses. Menurut Bolton (2004), PLC merupakan suatu bentuk khusus

pengontrol berbasis-mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram

untuk menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi

semisal logika, sequencing, pewaktuan (timing), pencacahan (counting), dan aritmetika

guna mengontrol mesin-mesin dan proses-proses. Sedangkan menurut Setiawan (2006),

PLC pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol

suatu proses atau mesin. Proses yang dikontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara

kontinyu seperti pada sistem-sistem servo, atau sistem yang melibatkan dua keadaan

54

(ON/OFF) tetapi dilakukan secara berulang-ulang, seperti pada mesin pengeboran,

sistem konveyor, dan lain-lain.

Walaupun istilah PLC secara bahasa berarti pengontrol logika yang dapat

dikontrol, tetapi pada kenyataanya PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada

fungsi-fungsi logika saja. Dewasa ini, sudah ada PLC yang dapat melakukan

perhitungan-perhitungan aritmetika yang relatif kompleks, fungsi-fungsi komunikasi,

dan lain-lain, sehingga beberapa buku manual hanya menggunakan istilah PC

(Programmable Controller).

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan PLC

Secara hitoris, PLC pertama kali dirancang perusahaan General Motor (GM)

sekitar tahun 1968 untuk menggantikan control relay pada proses sekuensial yang

dirasakan tidak fleksibel dan berbiaya tinggi. Pada saat itu, hasil rancangan telah benar-

benar berbasis komponen solid state dan memiliki fleksibilitas tinggi, hanya secara

fungsional masih terbatas pada fungsi-fungsi kontrol saja.

Seiring perkembangan teknologi solid state, saat ini PLC telah mengalami

perkembangan luar biasa, baik pada ukuran, kepadatan komponen serta dari segi

fungsionalnya. Beberapa peningkatan perangkat keras dan perangkat lunak ini di

antaranya adalah:

• Ukuran semakin kecil dan kompak.

• Jumlah input/output yang semakin banyak dan padat.

• Beberapa jenis dan tipe PLC dilengkapi dengan modul-modul untuk tujuan

kontrol kontinu, misalnya modul ADC/DAC, PID, modul Fuzzy, danlain-lain.

• Pemrograman relative semakin mudah. Hal ini terkait dengan perangkat lunak

pemrograman yang semakin user friendly.

• Memiliki kemampuan komunikasi dan sistem dokumentasi yang semakin baik.

• Jenis instruksi/fungsi semakin banyak dan lengkap.

• Waktu eksekusi program yang semakin cepat.

Dewasa ini, vendor-vendor PLC umumnya memproduksi PLC dengan berbagai

ukuran, jumlah input/output, instruksi dan kemampuan lainnya yang beragam. Hal ini

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sangat luas, yaitu untuk tujuan

kontrol yang relative sederhana dengan jumlah input/output (I/O) puluhan, sampai

kontrol yang kompleks dengan jumlah I/O mencapai ribuan. Berdasarkan jumlah I/O

55

yang dimilikinya, secara umum PLC dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar

(Setiawan, 2006:3):

PLC mikro. PLC dapat dikategorikan mikro jika jumlah I/O-nya kurang dari 32

terminal.

PLC mini. PLC dapat dikategorikan mini jika jumlah I/O-nya antara 32 sampai

128 terminal.

PLC large. PLC ukuran ini dikenal juga dengan PLC rack. PLC dapat

dikategorikan besar jika jumlah I/O-nya lebih dari 128 terminal.

Gambar 4.1 memperlihatkan pengelompokan PLC berdasarkan jumlah I/O-nya.

Gambar 4.1. Pengelompokan PLC berdasarkan jumlah I/O

Fasilitas, kemampuan, dan fungsi yang tersedia pada setiap kategori PLC pada

umumnya berbeda satu dengan lainnya. Semakin sedikit jumlah I/O pada PLC maka

jenis instruksi yang tersedia juga semakin terbatas. Untuk menambah fleksibilitas

penggunaannya, terutama untuk mengantisipasi perkembangan dan perluasan sistem

kontrol pada aplikasi tertentu, PLC dengan ukuran mini dan besar umumnya dirancang

bersifat modular. Artinya, unit input/output PLC berupa modul-modul yang terpisah

dari rack atau unit CPU seperti pada Gambar 4.2. Unit input/output diskret atau modul-

modul analog seperti unit kontrol PID, A/D, D/A, dan lain sebagainya yang dapat dibeli

secara terpisah dari unit CPU PLC tersebut.

Gambar 4.2. PLC tipe rack yang bersifat modular

56

4.1.2 Perbandingan PLC dengan Jenis Kontroler Lainnya PLC dengan Control Relay

Perancangan PLC pada awalnya dimaksudkan untuk menggantikan control relay

yang tidak fleksibel. Beberapa keuntungan penggunaan PLC relative terhadap control

relay untuk pengontrolan mesin atau proses, di antaranya:

Bersifat softwire, artinya fungsi kontrol dapat secara mudah diubah dengan

mengganti program dengan software.

Implementasi proyek cepat.

Pengabelan relatif sederhana dan rapi.

Monitoring proses terintegrasi.

PLC dengan Mikrokontroler

Mikrokontroler pada dasarnya adalah sebuah komputer yang dirancang untuk

melakukan tugas-tugas kontrol. Secara fungsional, PLC dan mikrokontroler ini hampir

sama, tetapi secara teknis pengontrolan mesin atau plant dengan mikrokontroler relatif

lebih sulit. Hal ini terkait dengan perangkat keras dan perangkat lunak dari

mikrokontroler tersebut. Pengontrolan dengan mikrokontroler memerlukan perancangan

pengondisi sinyal tambahan pada port input/output-nya, dan umumnya pemrograman

mikrokontroler ini dilakukan dengan menggunakan bahasa assembler yang relatif lebih

sulit.

PLC dengan Personal Computer (PC)

PLC serupa dengan komputer namun bedanya: komputer dioptimalkan untuk tugas-

tugas perhitungan dan penyajian data, sedangkan PLC dioptimalkan untuk tugas-tugas

pengontrolan dan pengoperasian di dalam lingkungan industri.

Dengan demikian PLC memiliki karakteristik:

1. Kokoh dan dirancang untuk tahan terhadap getaran, suhu, kelembaban, dan

kebisingan.

2. Antar-muka (interface) untuk input dan output telah tersedia secara built-in di

dalamnya.

3. Mudah diprogram dan menggunakan sebuah bahasa pemrograman yang mudah

dipahami, yang sebagian besar berkaitan dengan operasi-operasi logika dan

penyambungan.

Dalam sistem kontrol dewasa ini, sebuah PC (selain dapat digunakan sebagai perangkat

pemrograman PLC), juga umum digunakan untuk monitoring dan menjadi perangkat

57

komunikasi antara PLC dengan komputer utama, misalnya sistem kontrol skala besar

seperti diperlihatkan pada Gambar 4.3. Dengan kata lain, saat ini dapat dikatakan bahwa

komputer merupakan mitra tak terpisahkan dalam penggunaan PLC.

Gambar 4.3. Pemanfaatan komputer untuk menghubungkan PLC dengan mainframe

4.2 KOMPONEN-KOMPONEN DAN PRINSIP KERJA PLC

4.2.1 Komponen Dasar Umumnya sebuah sistem PLC memiliki lima komponen dasar.

a. Unit prosesor atau central processing unit (CPU) adalah unit yang berisi

mikroprosesor yang menginterpretasikan sinyal-sinyal input dan melaksankan

tindakan-tindakan pengontrolan, sesuai dengan program yang tersimpan di

dalam memori, lalu mengkomunikasikan keputusan-keputusan yang diambilnya

sesuai sinyal-sinyal kontrol ke antarmuka/interface output.

b. Unit catu daya diperlukan untuk mengkonversikan tegangan sumber ac menjadi

tegangan dc rendah yang dibutuhkan oleh prosesor dan rangkaian-rangkaian di

dalam modul-modul antarmuka input dan output.

c. Perangkat pemrograman dipergunakan untuk memasukkan program yang

dibutuhkan ke dalam memori. Perangkat pemrograman umumnya tidak

tersambung secara permanen ke PLC, dan dapat dipindahkan dari satu

pengontrol ke pengontrol lainnya tanpa mengganggu operasi-operasi yang

sedang berjalan.

d. Unit memori adalah tempat menyimpan program yang digunakan untuk

melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan oleh mikroprosesor.

58

PerangkatPemrograman

Memori

PROSESOR

Catu Daya(Power Supply)

Antar-mukaOutput

Antar-mukaInput

Inputdevice

Outputdevice

e. Bagian input dan output adalah antarmuka di mana prosesor menerima

informasi dari (dan mengkomunikasikan informasi kontrol ke) perangkat-

perangkat eksternal (peralatan input dan peralatan output).

Gambar 4.4 menampilkan konfigurasi dasar PLC.

Gambar 4.4. Konfigurasi dasar PLC

PLC bekerja berdasarkan data atau sinyal yang diterima dari peralatan input

(input device) seperti saklar, tombol atau sensor. Data yang masuk berupa sinyal-sinyal

analog dan kemudian diubah oleh modul input menjadi sinyal-sinyal digital.

Selanjutnya data yang telah diubah tersebut diproses di Central Processing Unit (CPU)

dalam PLC. Sinyal tersebut diproses sesuai dengan program yang telah diinput ke dalam

memorinya. Hasil kerjanya yang masih merupakan sinyal digital selanjutnya diteruskan

ke modul output untuk diubah kembali menjadi sinyal-sinyal analog yang nantinya akan

menggerakkan peralatan output (output device) seperti kontaktor atau relai.

4.2.2 Arsitektur Internal

Gambar IV-5 memperlihatkan arsitektur dasar sebuah PLC. Arsitektur ini

tersusun atas sebuah unit pengolahan pusat (CPU) yang berisi sistem mikroprosesor,

memori, dan rangkaian input/output(I/O). CPU mengontrol dan menjalankan semua

operasi di dalam PLC. Piranti ini disambungkan ke sebuah piranti clock (pewaktu)

dengan frekuensi antara 1 hingga 8 MHz. Frekuensi ini menentukan kecepatan operasi

PLC dan menyediakan mekanisme pewaktuan dan sinkronisasi untuk semua elemen di

dalam sistem. Informasi di dalam PLC disalurkan melalui sinyal-sinyal digital. Jalur-

jalur internal yang dilalui sinyal-sinyal digital tersebut dinamakan bus. Secara fisik,

59

RAMProgram

penggunaCPU ROM

sistemRAMdata

Unitinput/output

Bus alamat

Bus kontrol

Bus data

Bus sistem I/O

Buffer Saklar

Pengkop-ling optik

Antarmukaperangkatpenggerak

Perangkatpenggerak

PanelProgram

Kanal-kanalinput

Kanal-kanaloutput

sebuah bus hanyalah sejumlah konduktor yang dapat dilalui oleh sinyal-sinyal listrik.

Konduktor-konduktor ini dapat berupa jalur-jalur pada sebuah PCB (printed circuit

board) atau kawat-kawat di dalam sebuah kabel. CPU mempergunakan bus data untuk

mengirimkan data ke elemen-elemen PLC, bus alamat untuk mengirimkan alamat

lokasi penyimpanan data, dan bus kontrol untuk sinyal-sinyal yang terkait dengan

proses kontrol internal. Bus sistem dipergunakan untuk komunikasi antara port-port I/O

dengan unit I/O.

Gambar 4.5. Arsitektur internal PLC

4.2.2.1 CPU

Struktur internal CPU bergantung pada mikroprosesor yang bersangkutan. Pada

umumnya komponen-komponen struktur tersebut adalah:

• Sebuah unit aritmetika dan logika (arithmetic and logic unit/ALU) yang

menangani manipulasi data dan melaksanakan operasi aritmetika penjumlahan

dan pengurangan, dan operasi-operasi logika AND, OR, NOT, dan OR-

EKSKLUSIF.

60

• Memori, yang dinamakan register, yang terletak di dalam mikroprosesor dan

dipergunakan untuk menyimpan informasi yang terlibat dalam pengeksekusian

program.

• Sebuah unit kontrol yang dipergunakan untuk mengontrol pewaktuan operasi.

4.2.2.2 Bus

Bus adalah jalur-jalur yang digunakan untuk melaksanakan komunikasi di dalam

PLC. Informasi dikirimkan dalam bentuk biner, yaitu sebagai sekumpulan bit, di mana

sebuah bit adalah sebuah digit biner 1 atau 0, misalnya, status ‘hidup’ atau ‘mati’.Istilah

word digunakan untuk sekelompok bit yang merepresentasikan suatu informasi tertentu.

Maka, sebuah word 8-bit boleh jadi adalah bilangan biner 01010101. Tiap-tiap bit

dikomunikasikan secara bersamaan melalui sebuah jalur tersendiri yang paralel dengan

jalur-jalur bit lainnya. Sistem PLC memiliki empat jenis bus:

a. Bus data membawa data yang digunakan di dalam pemrosesan yang

dilaksanakan oleh CPU. Sebuah mikroprosesor disebut sebagai mikroprosesor 8-

bit jika memiliki bus data internal yang dapat menangani bilangan 8-bit. Dengan

demikian, mikroprosesor tersebut dapat melaksanakan operasi-operasi terhadap

bilangan-bilangan 8-bit dan memberikan hasil yang juga merupakan nilai-nilai

8-bit.

b. Bus alamat digunakan untuk membawa alamat lokasi-lokasi memori. Aar setiap

word dapat ditempatkan di dalam memori, setiap lokasi memori diberikan

sebuah alamat yang unik. Bus alamat membawa informasi yang

mengindikasikan alamat mana yang harus diakses. Apabila bus alamat terdiri

atas 8 jalur, banyaknya bilangan 8-bit, dan dengan sendirinya banyaknya alamat

yang berbeda adalah 28 = 256.

c. Bus kontrol membawa sinyal-sinyal yang digunakan oleh CPU untuk

melaksankan kontrol, misalnya untuk memeberitahukan pada piranti-piranti

memori apakah harus menerima data dari sebuah input, atau mengirimkan data

ke sebuah output, dan untuk membawa sinyal-sinyal pewaktuan yang digunakan

di dalam proses-proses sinkronisasi.

d. Bus sistem digunakan untuk komunikasi antara port-port input/output dengan

unit input/output.

61

4.2.2.3 Memori

Terdapat beberapa elemen memori di dalam sistem PLC, yaitu:

Read-only memory (ROM)sistem yang menyediakan fasilitas penyimpanan

permanen untuk sistem operasi dan data tetap yang digunakan oleh CPU.

Random-access memory (RAM) untuk program pengguna.

Random-access memory (RAM) untuk data. Memori ini merupakan tempat

disimpannya informasi mengenai status perangkat-perangkat input dan output,

nilai-nilai timer (piranti pewaktuan) dan counter (piranti pencacah), dan

perangkat-perangkat internal lainnya. RAM data kadangkala disebut sebagai

tabel data atau tabel register. Sebagian dari memori ini, yaitu blok alamat ,

diperuntukkan bagi alamat-alamat input dan output, dan status masing-masing

input dan output tersebut. Sebagian lainnya disishkan untuk menyimpan data

yang telah ditetapkan sebelumnya (preset), dan sisanya untuk menyimpan nilai-

nilai counter, nilai-nilai timer, dan sebagainya.

Sebagai pilihan, dapat pula disertakan sebuah modul ekstra erasable and

programmable read-only-memory (EPROM), yaitu ROM-ROM yang dapat

diprogram, dan setelah itu, program tersebut secara permanen tersimpan di

dalamnya.

Program-program dan data yang ada di dalam RAM dapat diubah oleh pengguna.

Setiap PLC memiliki RAM dengan ukuran tertentu untuk menyimpan progrm-program

yang dikembangkan oleh pengguna dan menyimpan data program. Akan tetapi, untuk

mencegah hilangnya program ketika catu daya dimatikan, digunakan sebuah baterai di

dalam PLC untuk mempertahankan isi RAM selama jangka waktu tertentu. Setelah

sebuah program selesai dikembangkan di dalam RAM, program tersebut dapat

dimuatkan ke dalam sebuah chip memori EPROM, seringkali merupakan sebuah modul

siap-pasang ke PLC, yang menjadikan program tersebut tersimpan secara permanen.

Sebagai tambahan, terdapat pula buffer-buffer penyimpanan sementara yang digunakan

untuk kanal-kanal input/output.

Kapasitas peyimpanan sebuah unit memori ditentukan oleh jumlah word biner

yang dapat disimpan di dalamnya. Sehingga, apabila ukuran sebuah memori adalah 256

word maka memori tersebut dapat menyimpan: 256 x 8 = 2048 bit (jika yang digunakan

adalah word 8 bit), dan 256 x 16 = 4096 bit (jika yang digunakan adalah word 16 bit).

Ukuran-ukuran memori seringkali dispesifikasikan dalam konteks jumlah lokasi

62

Foto-transistorLED

Radiasi inframerah

penyimpanan yang tersedia, dengan 1K merepresentasikan 210 = 1024 lokasi. Pihak

pabrikan memproduksi chip-chip memori dengan kapasitas penyimpanan yang

dikelompokkan ke dalam grup-grup 1 bit, 4 bit, dan 8 bit. Sebuah memori 4K x 1

memiliki 4 x 1024 lokasi bit. Sebuah memori 4K x 8 memiliki 4 x 8 x 1024 lokasi bit.

Istilah byte dipergunakan untuk sebuah word yang panjangnya 8 bit. Sehingga, memori

4K x 8 dapat menyimpan 4096 byte. Dengan sebuah bus alamat 16-bit, kita dapat

memiliki 216 alamat yang berbeda, dan oleh karenanya, dengan sebuah word 8-bit yang

disimpan pada tiap-tiap alamat, kita akan mendapatkan 216 x 8 lokasi penyimpanan,

sehingga kita harus menggunakan sebuah memori dengan ukuran: 216 x 8/210 = 64K x 8

yang dapat diperoleh dalam bentuk empat chip memori 16K x 8 bit.

4.2.2.4 Unit Input/Output (I/O)

Unit I/O menyediakan antarmuka (interface) yang menghubungkan sistem

dengan dunia luar, memungkinkan dibuatnya sambungan-sambungan (koneksi) antara

perangkat-perangkat input (misalnya sensor, push-button), dengan perangkat-perangkat

output (misalnya motor, solenoid), melalui kanal-kanal I/O. Demikian pula, melalui unit

I/O, program-program dimasukkan dari panel program. Setiap titik I/O memiliki sebuah

alamat yang unik yang dapat digunakan oleh CPU.

Secara fisik, rangkaian input/output dengan unit CPU terpisah secara kelistrikan.

Hal ini untuk menjaga agar kerusakan pada peralatan input/output tidak mengakibatkan

hubungsingkat pada unit CPU. Isolasi rangkaian dari CPU ini umumnya menggunakan

rangkaian optocoupler. Gambar 4.6 memperlihatkan isolator optik (pengkopling-optik

atau optocoupler).

Gambar 4.6. Isolator optik

Sinyal digital yang secara umum kompatibel dengan mikroprosesor PLC adalah sinayal

5 V DC. Akan tetapi, pengondisian sinyal di dalam kanal input, dibantu dengan isolasi,

63

Kanalinput

5 V

24 V

110 V

240 V

5 V

Input: Levelsinyal-sinyaldigital

Ke unit input/output

Level sinyaldigital

memungkinkan dipasoknya sinyal input dengan beragam level tegangan. Kisaran sinyal

input yang mungkin tersedia pada sebuah PLC berskala-besar adalah sinyal-sinyal

digital/diskrit 5 V, 24 V, 110 V, dan 240 V (seperti pada Gambar 4.7).

Gambar 4.7. Level input

Sebuah PLC berukuran kecil biasanya hanya memiliki satu bentuk input, misalnya 24

V. Tabel IV.1 memperlihatkan spesifikasi input PLC OMRON CPM1A-20CDR-A yang

mempunyai 20 I/O (12 input, dan 8 output).

Tabel 4.1. Spesifikasi unit input PLC OMRON CPM1A-20CDR-A

Bentuk Spesifikasi Tegangan input 24 VDC 10%/-15% Impedansi input IN00000 sampai IN00002:2kW :input lainnya: 4,7kW Arus input IN00000 sampai IN00002:12mA:input lainnya:5mA Tegangan ON 14,4 VDC min. Tegangan OFF 5,0 VDC max ON delay Max.2ms OFF delay Max.2ms Konfigurasi rangkaian

Dari konfigurasi rangkaian input, terlihat bahwa secara fisik rangkaian pada modul ini

terpisah dari rangkaian internal (CPU). Isolasi rangkaian ini menggunakan optocoupler

dengan dua buah dioda pemancar yang dipasang antiparalel. Hal ini dilakukan untuk

tujuan flesibilitas penyambungan terminal input dengan catu daya penggerak sensor

64

atau saklar yang terhubung. Dalam hal ini, terminal common pada modul dapat

dihubungkan baik dengan polaritas yang lebih positif atau lebih negatif dari catu

dayanya (garis putus-putus pada rangkaian catu daya menunjukkan alternative lain pada

penyambungannya). Tegangan input 24 V DC dapat diambil dari sumber tegangan yang

disediakan oleh PLC (built-in), atau menggunakan power supply sendiri yang terpisah

dari sistem PLC.

Kanal-kanal output seringkali digolongkan ke dalam tiga tipe/jenis, yaitu: tipe

relay, tipe transistor, dan tipe triac.

Dengan output tipe relay, sinyal dari output PLC digunakan untuk

mengoperasikan sebuah relay, dan oleh karenanya mampu menyambungkan arus

yang relatif lebih besar ke rangkaian-rangkaian eksternal. Output PLC tipe relay

adalah yang paling fleksibel penggunaanya karena dapat menggerakkan beban

AC maupun DC. Kelemahannya terletak pada tanggapan switching-nya yang

relatif lambat (sekitar 10 ms), dan akan mengalami kerusakan setelah beberapa

juta siklus switching. Gambar 4.8 memperlihatkan rangkaian internal modul

output PLC tipe/jenis relai.

Gambar 4.8. Rangkaian internal modul output PLC jenis relay

Sebagai pembatas pemakaian PLC dengan jenis output ini adalah rating arus

yang telah dispesifikasikan vendor PLC tersebut. Bila batas besar rating arus ini

dilampaui, akan menimbulkan kerusakan pada modul outputnya. Jika keluaran

yang akan dikontrol merupakan beban yang relatif besar maka akan lebih aman

jika output relay ini memngontrol beban tersebut lewat relai luar.

Bergantung pada tipe PLC-nya, jumlah terminal common (Com) pada keluaran

dapat bervariasi, antara satu sampai sebanyak jumlah terminal keluaran PLC

tersebut. Semakin banyak terminal common yang disediakan, semakin fleksibel

jenis beban yang dapat dikontrol. Untuk modul output dengan satu common

65

maka hanya satu jenis beban saja (beban AC atau DC) yang dapat dihubungkan

secara langsung dengan output PLC tersebut.

Sebagai contoh spesifikasi unit output PLC OMRON CPM1-20CDR-A, seperti

pada tabel IV.2. PLC ini memiliki 8 output dengan 4 terminal Com, sehingga

dapat mengontrol 4 jenis beban yang berbeda tegangan kerjanya.

Tabel 4.2. Spesifikasi unit output PLC OMRON CPM1A-20CDR-A

Jenis Spesifikasi Tipe output Semua output adalah output relay

Kapasitas switching max. 2A, 250 VAC, (cos φ= 1) Kapasitas switching min. 10 mA, 5 VDC

Relay G6R-1A ON-delay Max.15 ms. OFF-delay Max. 15 ms

Konfigurasi rangkaian

Output tipe transistor menggunakan transistor untuk menyambungkan arus ke

rangkaian-rangkaian eksternal. Ini memungkinkan proses pensaklaran yang jauh

lebih cepat (menurut Setiawan, 2006: 80, waktu respon kurang dari 1 ms). Akan

tetapi, piranti ini hanya mampu menangani pensaklaran DC dan akan rusak oleh

arus lebih maupun tegangan balik yang cukup tinggi. Sebagai pelindung,

biasanya digunakan sebuah sekring atau suatu mekanisme proteksi built-in.

Isolator optik digunakan untuk menyediakan fungsi isolasi. Dalam rangkaian

internal PLC, transistor dioperasikan sebagai saklar, yaitu dengan cara

mengoperasikan pada daerah jenuhnya. Gambar 4.9 memperlihatkan rangkaian

internal dari salah satu terminal output PLC jenis keluaran transistor NPN.

66

Gambar 4.9. Rangkaian internal modul output PLC jenis transistor NPN

Modul output PLC jenis transistor PNP memiliki prinsip kerja kebalikan dari

jenis NPN yang telah dibahas di atas.

Output tipe triac, menggunakan isolator-optik sebagai isolasinya, dapat

digunakan untuk mengontrol beban-beban eksternal yang disambungkan ke catu

daya AC. Output tipe ini hanya dapat digunakan untuk operasi-operasi arus

bolak-balik (AC) dan sangat mudah rusak akibat arus lebih. Kelebihan jenis ini

adalah waktu responnya yang cepat. Triac adalah sebuah komponen

semikonduktor yang berfungsi mengalirkan arus bolak-balik. Arus yang

dialirkan dikontrol oleh terminal gate pada triac tersebut. Gambar 4.10

memperlihatkan koneksi antara beban dengan terminal output PLC jenis triac.

Gambar 4.10. Rangkaian internal modul output PLC jenis/tipe triac

4.3 PERANGKAT INPUT/OUTPUT Perangkat-perangkat input mencakup perangkat-perangkat digital dan analog,

seperti saklar mekanis untuk mengetahui posisi, saklar jarak, saklar fotoelektris, saklar

suhu dan tekanan, potensiometer, transformator diferensial variabel linear (LVDT),

pengukur regangan (stain gauge), termistor, termotransistor, dan lain-lain. Penjelasan

tentang sensor telah dibahas pada Matakuliah Instrumentasi & Teknik Pengukuran.

Sensor-sensor yang menghasilkan output digital/diskrit, yaitu kondisi ‘hidup’/’mati’

(ON/OFF), dapat dihubungkan dengan mudah ke port-port input PLC. Sensor-sensor

67

yang menghasilkan sinyal-sinyal analog, harus terlebih dahulu dikonversikan menjadi

sinyal-sinyal digital sebelum dihubungkan ke port-port PLC. Penjelasan tentang

pengkondisian sinyal, telah dibahas pada Matakuliah Sistem Pengaturan I.

Port-port output sebuah PLC dapat berupa tipe relai, atau tipe isolator-optik

dengan transistor atau tipe triac, tergantung pada perangkat yang tersambung padanya

(yang akan dikontrol). Secara umum, sinyal digital dari salah satu kanal output sebuah

PLC digunakan untuk mengontrol sebuah aktuator yang selanjutnya akan mengontrol

suatu proses. Aktuator mengubah sinyal listrik menjadi gerakan-gerakan mekanis yang

kemudian digunakan untuk mengontrol proses. Perangkat-perangkat output antara lain

relai, kontaktor, katup solenoid, dan motor listrik.

Solenoid merupakan basis bagi sejumlah aktuator kontrol output. Ketika arus

mengalir melalui sebuah solenoid maka medan magnet dibangkitkan dan menarik

komponen-komponen yang terbuat dari bahan besi (ferrous) yang ada didekatnya.

Contoh aktuator semacam ini adalah relai, kontaktor, dan solenoid valve seperti

diperlihatkan pada Gambar 4.11.

Pada dasarnya, relai dan kontaktor mempunyai persamaan, hanya relai

digunakan untuk perangkat yang menyambung arus kecil (kurang dari 10 A), sedangkan

kontaktor untuk menyambung arus yang besar. Ketika output dari sebuah PLC

tersambung (artinya memberikan sinyal ‘hidup’/ON), medan magnetik solenoid

dibangkitkan dan menarik kontak-kontak sehingga menutup saklar atau saklar-saklar.

Akibatnya, suatu arus lain (arus rangkaian daya, misalnya arus untuk motor listrik) yang

jauh lebih besar dapat disambungkan.

Contoh lain penggunaan solenoid sebagai aktuator, adalah pada katup yang

dioperasikan oleh solenoid (solenoid valve), seperti pada Gambar 4.11c. Katup tersebut

dapat digunakan untuk mengontrol aliran udara bertekanan, sehingga katup ini dipakai

untuk mengoperasikan perangkat seperti piston yang bergerak di dalam sebuah silinder.

Sistem penomoran yang digunakan untuk menandai solenoid valve/katup kontol arah

sesuai dengan DIN ISO 5599, adalah seperti pada Tabel 4.3.

68

Gambar 4.11. Beberapa perangkat output yang sering digunakan Tabel 4.3. Sistem penomoran yang digunakan dalam pneumatik sesuai dengan

standar DIN ISO 5599 (Croser, 1994)

Lubang /sambungan Sistem angka Sistem Huruf

Lubang tekanan Lubang pembuangan Lubang pembuangan Keluaran Saluran pengaktifan: Membuka aliran dari 1 ke 2 Membuka aliran dari 1 ke 2 Membuka aliran dari 1 ke 4 Menutup aliran Pilot udara tambahan

1 3

5,3 2,4

12 12 14 10

81,91

P R (katub 3/2)

R,S (katub 5/2) B,A

Z (katub 3/2) Y (katub 5/2) Z (katub 5/2)

Z,Y Pz

Katup solenoid pada Gambar 4.11c adalah katup 5/2 double solonoid, sehingga pada

saat solenoid Z1 bertegangan maka udara bertekanan akan mengalir dari lubang 1 ke 4

yang jika dihubungkan dengan sebuah silinder dapat mengakibatkan piston bergerak ke

kanan. Hal sebaliknya yang akan terjadi jika solenoid Y1 yang bertegangan, udara

Relai MY3 (a)

Kontaktor (b)

Solenoid valve (c)

69

Push button (NC) Push button (NC) Contact (NO) Contact (NC)

Limit switch (NC) Limit switch (NO)

Proximity limitswitch

Time delay make Time delay break

Temperatureactuated

Pressureactuated

Liquid levelactuated

Relay

M

Motor Pilot lightRelay coil

Kontak input normal terbuka

Kontak input normal tertutup

Sebuah instruksi khusus

Perangkat output

bertekanan akan mengalir dari lubang 1 ke 2 yang jika dihubungkan dengan sebuah

silinder dapat mengakibatkan piston bergerak ke kiri.

Gambar 4.12 memperlihatkan simbol dari beberapa peralatan input/output yang

digunakan dalam rangkaian/diagram ladder elektromekanis, sedangkan simbol-simbol

dasar diagram ladder PLC diperlihatkan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.12. Simbol dari beberapa peralatan input/output

Gambar 4.13. Simbol-simbol dasar diagram ladder PLC

Berdasarkan simbol dasar diagram ladder PLC tersebut akan dikembangkan

suatu program-program pengaturan/kontrol, yang akan dibahas pada bagian

Pemrograman PLC.

70

4.4 SOAL-SOAL LATIHAN 1. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S).

Sebuah kanal output tipe transistor pada PLC:

(i) Digunakan hanya untuk pensaklaran DC.

(ii) Diisolasi dari beban output oleh sebuah pengkopling-optik.

Manakah di antara pilihan-pilihan berikut ini yang paling benar untuk kedua

pernyataan di atas?

A. (i) B, (ii) B

B. (i) B, (ii) S

C. (i) S, (ii) B

D. (i) S, (ii) S

2. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S).

Sebuah kanal output tipe relai pada PLC:

(i) Digunakan hanya untuk pensaklaran DC.

(ii) Tahan terhadap kelebihan beban transien.

Manakah di antara pilihan-pilihan berikut ini yang paling benar untuk kedua

pernyataan di atas?

A. (i) B, (ii) B

B. (i) B, (ii) S

C. (i) S, (ii) B

D. (i) S, (ii) S

3. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S).

Sebuah kanal output tipe triac pada PLC:

(i) Digunakan hanya untuk beban-beban output AC.

(ii) Diisolasi dari beban output oleh sebuah pengkopling-optik.

Manakah di antara pilihan-pilihan berikut ini yang paling benar untuk kedua

pernyataan di atas?

A. (i) B, (ii) B

B. (i) B, (ii) S

C. (i) S, (ii) B

D. (i) S, (ii) S

71

4. Gambarkan sebuah diagram kotak yang memperlihatkan komponen-komponen

dasar di dalam sebuah PLC!

5. Jelaskan beberapa perangkat input-output (I/O) yang biasa digunakan dalam

pengontrolan dengan PLC!

6. Jelaskan karakteristik dari kanal-kanal output PLC tipe relai, transistor, dan triac!

7. Berapa banyak bit yang dapat disimpan di dalam sebuah memori yang kapasitasnya

2K?