Bab 4
-
Upload
cikita-epril-puspita -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
description
Transcript of Bab 4
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari pengumpulan data yang
telah dilakukan melalui competitor maping dan survey, kemudian dilanjutkan
dengan pengolahan data berdasarkan sistematika metodologi yang telah dibuat
pada bab sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan metode Mean Rank,
penentuan besaran MARR, analisa Investasi dengan metode DCF, dan analisa
Sensitivitas untuk menjawab permasalahan penelitian.
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Identifikasi Perusahaan Pengembang
Penelitian ini dilakukan pada perumahan Malang Anggun Sejahtera yang
dikembangkan oleh PT. Tri Putra Manunggal (PT. TPM). PT. TPM merupakan
anggota DPD REI Jatim yang berdiri pada tahun 1977. Tahun 2008 PT. TPM
yang dimiliki oleh keluarga Nathanael Suharsono diakuisisi oleh Bersatu Sukses
Group (BSG), konsorsium pengembang berkantor pusat di Rich Palace R3-R5 Jl.
Mayjen Sungkono 151 Surabaya, Jawa Timur. Sejak saat itu, usaha bisnis PT.
TPM dan pengelolaannya dibawah pengelolaan BSG.
Identifikasi perusahaan pengembang secara detail dibahas sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT. Tri Putra Manunggal
Alamat Kantor : Rich Palace R3-R5
Jl. Mayjen Sungkono No. 151 Surabaya 60225
Akta Pendirian : Not. Hartanto Panji Surya, S.H.
No. 3 tanggal 5 Agustus 1977
Berita Acara RUPSLB : Not. Helem Liana, S.H.
No. 35 tanggal 7 Mei 2008
Kep. Menteri Kehakiman : No. AHU-54699. AH.01.02. Tahun 2008
Tanggal 25 Agustus 2008
SIUP : No. 510/157/404.3.7/2008
Tanggal 22 Oktober 2008
43
TDP : No. 13.17.1.70.02858
Tanggal 27 Oktober 2008
NPWP : 01.121.308.9-657.000
Nomor Pokok Anggota REI : 03.01059
4.1.2 Identifikasi Proyek Perumahan MAS
Perumahan MAS memiliki lahan 47,9 Ha yang merupakan pengembangan
tahap dua dari lahan induk PT. TPM seluas 102,275 Ha berdasarkan Sertifikat
Hak Guna Bangunan (HGB) No. 1204.
Lokasi perumahan MAS berada di desa Sumberporong, kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang, berjarak sekitar 80 km arah selatan kota Surabaya
atau 10 km arah utara kota Malang dan memiliki akses masuk sejauh 1 km dari
Jalan Propinsi Surabaya-Malang.
Identifikasi proyek perumahan MAS dapat diuraikan secara terperinci
sebagai berikut:
Nama Proyek : Proyek Perumahan MAS
Lokasi Proyek : Desa Sumberporong, Kec. Lawang, Kab. Malang
Perijinan Proyek
Ijin Lokasi : No. 401.5-197-I-1991
Tanggal 14 Oktober 1991, Luas 102, 275 Ha
Ijin Peil Banjir : No. 614.322/20/103.13/1998
Tanggal 13 Januari 1998
Ijin Pemanfaatan Lahan TOL: No. 584/BPJT/KE/JL.01.01/2008
Tanggal 25 Juli 2008
Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR) : No. 650/6304/201.3/2008
Tanggal 19 Agustus 2008
Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT): No. 653.1/24-IX.TR.B/421.112/2008
Tanggal 18 September 2008, Luas 479.062 M2
Dokumen UKL-UPL : No. 178/UPKL/RP
Tanggal 26 Juni 2009
Dokumen ANDALALIN : No. 551.11/251/421.105/2009
Tanggal 19 Februari 2009
44
Ijin Pengambilan Air Tanah : No. 546/136/SIPA.B/KEP/421.117/2010
Tanggal 26 Maret 2010 Persyaratan Garis
Sempadan Jalan (GSJ) dan Garis Sempada
Bangunan (GSB)
Tabel 4.1 Daftar GSJ dan GSB
GSJ PERUMAHANFASILITAS
UMUM/TERPADURUMAJA (Ruang Manfaat Jalan) Min. 2,75 m Min. 2,75 mRUMIJA (Ruang Milik Jalan) Min. 3,25 m Min. 3,25 mRUWASJA (Ruang Pengawasan
Jalan)Min. 5,00 m Min. 8,90 m
GSB (Garis Sempadan Bangunan) Min. 1,75 m Min. 5,65 mGSP (Garis Sempadan Pagar) Min. 3,25 m Min. 3,25 m
Persyaratan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan
(KLB), Jumlah Lantai, dan Ketinggian Bangunan
Tabel 4.2 Daftar KDB, KLB, Jumlah Lantai dan Tinggi Bangunan
KDB/KLB PERUMAHANFASILITAS
UMUM/TERPADUKDB 60-80% 60-70%KLB 0,6 -1,6 0,6 -0,7
Tinggi Maks. 12 m 8 mJumlah Lantai 1-2 lantai 1 lantai
4.2 Analisis Mean Rank
Tahapan analisis mean rank diawali dengan theoretical mapping melalui
penelitian terdahulu: Njo, A., dkk, (2001), Kwanda, T., Rahardjo, J., Wardani, M.K.,
(2001), Mohit, M.A., Ibrahim, M., and Rashid, Y.R., (2010), Khoiri, N., (2006), Opoku,
R.A., and Muhmin, A.G., (2010), Muka, I. W., dkk, (2006) (sub bab 3.4). Hasil
theoritical mapping melalui penelitian terdahulu (Sub bab 3.4, hal. 26)
menyebutkan 17 variabel yang mendasari Keputusan Pembelian dan Hunian
(Tabel 3.1). Berdasarkan ketujuh belas variabel tersebut kemudian ditentukan lima
45
variabel terkait peningkatan fasilitas kawasan yang paling dominan memakai
metode mean rank dari hasil survey.
Variabel Keputusan Pembelian
dan Keputusan Huniandari Theoritical Maping
Filter Kuesioner melalui
Mean Rank dan keterkaitan variabel
terhadap peningkatan fasilitas kawasan
Hasil Variabel Dominan terkait Peningkatan Fasilitas
Kawasan (Hasil survey)
- Prasarana Air Bersih Variabel 1- Prasarana Jalan - Prasarana Telepon - Prasarana Listrik - Sarana Pertamanan Variabel 2- Sarana Ibadah - Sarana Pendidikan - Sarana Kesehatan Variabel 3- Sarana Keamanan - Sarana Bermain Anak - Sarana Persampahan - Sarana Pertemuan Variabel 4- Sarana Perbelanjaan - Lokasi Perumahan - Kualitas Bangunan - Desain Rumah Variabel 5- Harga Jual
Gambar 4.1 Tahapan Penentuan Variabel Dominan terkait Peningkatan Fasilitas Kawasan
Survey dengan probabilistic sampling dari 1476 pembeli maupun
penghuni dengan metode stratified yang mana pemilihan responden dilakukan
bertingkat berdasarkan Type: T. 36/72, dan T. 36/84, serta proportional
berdasarkan jumlah unit dalam masing-masing blok: Blok D = 359 unit, Blok E =
188 unit, Blok I = 253 unit, Blok J = 381unit dan Blok K = 292 unit. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 315 responden, dari rumus Slovin dengan presisi
95%.
Penentuan variabel dominan terkait peningkatan fasilitas kawasan
dilakukan dengan mengolah data hasil survey bagian C, yang diperoleh (lihat
Lampiran 1. Kuisioner). Masing-masing jawaban responden mendapatkan point
sebagai berikut: 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 = cukup penting, 4
= penting, dan 5 = sangat penting. Jawaban responden untuk setiap pertanyaan
terkait peningkatan fasilitas sarana maupun prasarana (responden blok D hingga
blok K) dijumlah dan dikalikan dengan masing-masing point penilaian hingga
46
diperoleh total nilai. Selanjutnya untuk mencari point akhir masing-masing
variabel maka total nilai tersebut dibagi dengan total responden (315) sehingga
diperoleh nilai mean masing-masing. Lima poin tertinggi yang diperoleh dari
pengolahan data hasil survey dan mean rank, ditetapkan sebagai variabel dominan
terkait peningkatan fasilitas kawasan Cluster Grand Bromo (Tabel 4.3 dan Tabel
4.4). Adapun pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 hanya ditampilkan contoh perhitungan
pada blok K saja. Untuk hasil perhitungan yang lebih lengkap akan disajikan pada
lampiran 8.10 .
47
Tabel 4.3 Contoh Hasil survey terhadap Variabel Keputusan Pembelian dan Keputusan Hunian Pada Blok K
NO PERTANYAANBLOK K
SUB TOTAL
TOTAL36/72 36/84
1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Sarana kawasan yang diharapkan…
A. Sarana bermain ( Kolam renang, kolam pancing, panggung terbuka )
0 0 0 28 12 0 0 4 16 8 109 315
B. Sarana perbelanjaan ( pasar, pujasera ) 0 0 0 3 36 0 0 0 3 24 109 315
C. Sarana pertemuan ( gedung serbaguna ) 3 0 8 24 3 3 0 20 3 0 107 315
D.Sarana olahraga ( lapangan tenis, bulutangkis )
3 0 3 16 16 3 0 0 8 16 107 315
E. Sarana ibadah ( masjid, musholla ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F. Sarana pertamanan ( taman cluster, taman gate ) 0 0 0 20 20 4 0 0 16 8 109 315
G. Sarana persampahan ( TPST, Bak sampah ) 0 0 3 8 28 3 0 0 16 8 109 315
H. Sarana pendidikan ( TK, SD, SMP ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
I. Sarana keamanan ( One gate system, Pos Cluster, security ) 0 0 3 3 32 0 0 0 12 16 109 315
2 Prasarana kawasan yang diharapkan..
A. Prasarana jaringan listrik ( kabel tanam ) 0 0 12 16 16 0 0 3 16 4 108 315
B. Prasarana jaringan telepon ( kabel tanam ) 0 0 0 28 12 0 4 0 16 8 111 315
C. Prasarana jaringan jalan ( konstruksi paving ROW > 8m)
0 4 8 19 8 4 0 12 12 0 110 315
D. Prasarana jaringan air bersih (baku mutu air bersih ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Produk yang diharapkan… A. Luas tanah yang lebih besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 B. Penataan cluster yang lebih baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C. Desain Cluste yang lebih menarik ( gate, lansekap, rumah ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D. Mutu/kualitas bangunan yang lebih baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E. Lokasi Cluster yang lebih dekat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F. Harga jual yang lebih kompetitif ( tanh, bangunan )
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48
Tabel 4.4 Contoh Tabulasi Point Penilian Variabel terkait Peningkatan Fasilitas Kawasan Pada Blok K
NO PERTANYAANBLOK K
SUB TOTAL TOTAL POINT36/72 36/84
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1Sarana kawasan yang diharapkan…
A. Sarana bermain ( Kolam renang, kolam pancing, panggung terbuka ) 0 0 0 112 60 0 0 12 64 40 288 1256 3,99
B. Sarana perbelanjaan ( pasar, pujasera ) 0 0 0 12 180 0 0 0 12 120 324 1319 4,19
C. Sarana pertemuan ( gedung serbaguna ) 3 0 24 96 15 3 0 60 12 0 213 1069 3,39
D.Sarana olahraga ( lapangan tenis, bulutangkis ) 3 0 9 64 80 3 0 0 32 80 271 1245 3,95
E. Sarana ibadah ( masjid, musholla ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
F. Sarana pertamanan ( taman cluster, taman gate ) 0 0 0 80 100 4 0 0 64 40 288 1231 3,91
G. Sarana persampahan ( TPST, Bak sampah ) 0 0 9 32 140 3 0 0 64 40 288 1286 4,08
H. Sarana pendidikan ( TK, SD, SMP ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
I. Sarana keamanan ( One gate system, Pos Cluster, security ) 0 0 9 12 160 0 0 0 48 80 309 1321 4,19
2Prasarana kawasan yang diharapkan..
A. Prasarana jaringan listrik ( kabel tanam ) 0 0 36 64 80 0 0 9 64 20 273 1239 3,93
B. Prasarana jaringan telepon ( kabel tanam ) 0 0 0 112 60 0 8 0 64 40 284 1263 4,01
C. Prasarana jaringan jalan ( konstruksi paving ROW > 8m) 0 8 24 76 40 4 0 36 48 0 236 1237 3,93
D. Prasarana jaringan air bersih (baku mutu air bersih ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
3 Produk yang diharapkan…
A. Luas tanah yang lebih besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
B. Penataan cluster yang lebih baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
C. Desain Cluste yang lebih menarik ( gate, lansekap, rumah ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
D. Mutu/kualitas bangunan yang lebih baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
E. Lokasi Cluster yang lebih dekat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
F. Harga jual yang lebih kompetitif ( tanh, bangunan ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
49
Pengolahan data terhadap hasil survey untuk No.1 Sarana kawasan yang
diharapkan...., pertanyaan A. Sarana bermain (kolam renang, kolam pancing,
panngung terbuka) di tampilkan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tabel Pengolahan Contoh Hasil Survey
Hasil survey responden dan analisis mean rank menunjukkan data variabel
dominan yang terkait peningkatan fasilitas kawasan adalah:
1. Sarana Keamanan (One gate system, Pos Cluster, Security) : 4,19 poin
2. Sarana Perbelanjaan (Pasar, Pujasera) : 4,19 poin
3. Sarana Persampahan (TPST, Bak Sampah) : 4,08 poin
4. Sarana Jaringan Telepon (Kabel tanam) : 4,01 poin
5. Sarana Bermain (Kolam renang, Kolam pancing, Panggung terbuka) : 3,99
poin
50
Variabel Keputusan Pembelian
dan Keputusan Huniandari Theoritical Maping
Filter Kuesionermelalui
Mean Rank dan keterkaitan variabel
terhadap peningkatan fasilitas kawasan
Hasil Variabel Dominan terkait Peningkatan Fasilitas
Kawasan (Hasil survey)
- Prasarana Air Bersih Sarana Keamanan
(One Gate System, Pos Cluster, Security)
- Prasarana Jalan - Prasarana Telepon - Prasarana Listrik
- Sarana Pertamanan Sarana Perbelanjaan
(Pasar, Pujasera)- Sarana Ibadah - Sarana Pendidikan
- Sarana Kesehatan Sarana Persampahan(TPST, Bak Sampah)
- Sarana Keamanan - Sarana Bermain Anak - Sarana Persampahan
- Sarana Pertemuan Prasarana Jaringan Telepon
(Kabel Tanam)- Sarana Perbelanjaan - Lokasi Perumahan - Kualitas Bangunan
- Desain Rumah Sarana Bermain
(Kolam renang, Kolam Pancing, Panggung Terbuka)
- Harga Jual
Gambar 4.2 Variabel Dominan hasil Survey Kuesioner dan Mean Rank
Standar nilai yang digunakan untuk penilaian mean rank selanjutnya di
tetapkan mengacu Tabel 4.6. Hasil variabel dominan tersebut akan dibandingkan
nilainya terhadap perumahan-perumahan di daerah Lawang dan Singosari yang
menjadi objek penelitian seperti tersajikan dalam Tabel 4.7 berikut.
Penilaian peningkatan fasilitas kawasan menggunakan skala Likert.
Pencatatan/perekaman peningkatan fasilitas kawasan di masing-masing
perumahan-perumahan yang ditinjau dilakukan secara observasi dan
didokumentasikan melalui foto. Skala Likert 1 hingga 3 diberikan untuk
memudahkan pengukuran peningkatan fasilitas kawasan. Sehingga hasil observasi
kawasan dapat dikelompokkan menjadi: tidak tersedia (TS), tersedia/fasilitas
standard (T), dan sangat tersedia/fasilitas lengkap (ST) dengan skor masing-
masing 1, 2, dan 3.
51
Tabel 4.6 Standard nilai Mean Rank dengan skala Likert antara Hasil Variabel Dominan terkait Peningkatan Fasilitas Kawasan
No Variabel KeteranganKualitatif Kuantitatif
Point
1Sarana Keamanan
o Tidak ada cluster/ Tidak ada gate system
TS 1
o Cluster + one gate system T 2o Cluster + one gate system +
patroli kelilingST 3
2Sarana Perbelanjaan
o Tidak ada fasilitas perbelanjaan
TS 1
o Pasar/Pertokoan T 2o Pasar/Pertokoan + Pujasera ST 3
3Sarana Persampahan
o Tidak ada fasilitas persampahan
TS 1
o Bak sampah T 2o Bak sampah + TPST ST 3
4Sarana Jaringan Telpon
o Tidak ada Jaringan Telpon TS 1o Jaringan Telpon kabel udara T 2o Jaringan Telpon kabel tanam ST 3
5Sarana Bermain
o Tidak ada fasilitas bermain TS 1o Kolam pancing/ panggung
terbukaT 2
o Kolam pancing/ panggung terbuka + kolam renang
ST 3
Setelah membandingkan variabel dominan dengan perumahan yang
menjadi objek penelitian maka ditentukan space matriksnya terhadap harga tanah
kavling (Gambar 4.2). Jika penyebaran distribusinya lebih mengarah ke sebelah
kiri atas maka nilai fasilitas perumahan akan semakin lengkap dan harga jual
kavling per m² semakin rendah sehingga minat pembeli semakin tinggi. Adapun
Tabel 4.8 akan memaparkan harga kisaran yang ditetapkan oleh pengembang.
Sedangkan pada Tabel 4.7 adalah hasil observasi dan dokumentasi terhadap harga
yang telah ditetapkan tersebut.
52
Tabel 4.7 Mean Rank Antara Hasil Variabel Dominan Terhadap Objek Penelitian (Perumahan)
NoVariabel dominan
Jenis Perumahan
Perum A
Perum B
Perum C
Perum D
Perum E
Perum F
1 Sarana Keamanan 3 3 1 2 2 3
2Sarana Perbelanjaan
1 2 1 1 1 3
3Sarana Persampahan
2 2 2 2 3 3
4Sarana Jaringan Telpon
2 2 2 2 2 3
5 Sarana Bermain 2 2 2 2 2 3TOTAL 10 11 8 9 11 15
MEAN RANK 2 2,2 1,6 1,8 2,2 3Keterangan:Perum A: Kalianyar PlacePerum B : Lawang ViewPerum C : Puri Kencana LawangPerum D : Chandra Kirana RegencyPerum E : Singhasari ResidencePerum F : MAS (Malang Anggun Sejahtera)
Tabel 4.8 Harga Jual Kavling Tanah per m² Pada Masing-Masing Perumahan
53
NO
NAMA PERUMAHAN
LOKASITYPE
BANGUNANLUAS
TANAH
HARGA JUALTANAH +
BANGUNAN
HARGA JUAL
TANAH
1Kalianyar Place (Perumahan A)
Lawang
Type 30 72 m² Rp 162.000.000,-Rp
1.250.000,-Type 36 84 m² Rp 186.000.000,-Type 45 98 m² Rp 218.000.000,-Type 54 144 m² Rp 282.000.000,-
2Lawang View (Perumahan B)
Lawang
Type 47 105 m² Rp 349.250.000,-
Rp. 2.000.000,-
Type 54 105 m² Rp 368.500.000,-Type 70 120 m² Rp 450.000.000,-Type 75 146 m² Rp 463.750.000,-Type 90 135 m² Rp 530.000.000,-Type 110 160 m² Rp 650.000.000,-Type 130 216 m² Rp 822.000.000,-Type 145 240 m² Rp 915.000.000,-
3Puri Kencana Lawang (Perumahan C)
Lawang
Type 36 72 m² Rp 175.000.000,-
Rp. 1.250.000,-
Type 45 84 m² Rp 225.000.000,-Type 60 96 m² Rp 275.000.000,-Type 60 Khusus
96 m² Rp 325.000.000
RukoRp 500.000.000,-
s/d Rp 600.000.000,-
4Chandra Kirana Regency (Perumahan D)
Singosari
Type 30 60 m² Rp 93.000.000,-
Rp. 1.000.000,-
Type 36 72 m² Rp 125.000.000,-Type 45 105 m² Rp 175.000.000,-Type 54 120 m² Rp 205.000.000,-Type 70 135 m² Rp 240.000.000,-
Ruko Rp 300.000.000,-
5Singhasari Residence (Perumahan E)
Singosari Type 41/90 90 m² Rp 180.000.000,-Rp. 1000.000,-
6Perumahan MAS
Lawang
Didapatkan dari survey responden menunjukkan 30,79% memilih harga kavling tanah setelah dilakukan peningkatan kawasan adalah Rp 1.000.000-, (150% dari harga kavling tanah awal)
Rp. 1000.000-,
54
Berikut merupakan gambaran grafik penyebaran distribusinya.
Gambar 4.3 Distribusi Penyebaran Nilai Perumahan Terhadap Harga Jual Tanah Tanah per m²
Keterangan: Perum A: Kalianyar PlacePerum B: Lawang ViewPerum C: Puri Kencana LawangPerum D: Chandra Kirana RegencyPerum E: Singhasari ResidencePerum F: MAS (Malang Anggun Sejahtera)
Pada Gambar 4.3 terlihat Perumahan MAS berada pada posisi terkiri dan
teratas dibandingkan perumahan-perumahan lain sejenis. Hal ini berarti
perumahan MAS memiliki nilai fasilitas perumahan yang terlengkap dan harga
jual tanah kavling/m2 termurah sehingga potensi minat pembeli semakin tinggi.
Pembangunan fasilitas kawasan di Perumahan MAS diharapkan dapat
mempengaruhi peningkatan nilai jual tanah yang semula Rp 400.000,-/m2 menjadi
Rp 1.000.000,-/m2 atau 150% dari harga tanah kavling awal.
55
4.3 Analisis Investasi
Cluster Grand Bromo di Perumahan MAS didukung peningkatan fasilitas
kawasan berupa: food court, kios, fresh market, clubhouse, cafetaria, hall, kolam
renang, lapangan badminton, lapangan tenis, kolam pancing, cottage dan
panggung terbuka. Peningkatan harga jual tanah kavling melalui peningkatan
fasilitas kawasan merupakan langkah yang dipilih pihak manajemen PT.TPM
sebagai salah satu upaya meningkatkan profit.
Didalam cluster ini ditawarkan beberapa type hunian sebagai berikut:
Type 55/98 Rp. 184.300.000,-
Type 70/120 Rp. 254.900.000,-
Harga Jual Tanah Kavling existing Rp. 400.0000,- /m2
Harga Jual Tanah Kavling hasil survey responden Rp. 1000.000,-/m2
Penelitian ini difokuskan pada kenaikan harga jual tanah kavling yang
dihasilkan dari peningkatan fasilitas kawasan.
Harga-harga di atas cukup kompetitif jika dibandingkan perumahan sejenis seperti
yang dijabarkan dalam hasil survey dan analisis mean rank sebelumnya, dan
memiliki nilai tambah karena perumahan dilengkapi dengan fasilitas terpadu yang
tidak dimilki oleh perumahan-perumahan lain.
Gambar 4.4 Posisi kavling pada Site Blok B.6 – B.13 Perumahan MAS
Gambar 4.4 menunjukkan posisi blok B.6-B.13. Blok-blok tersebut
memiliki kavling type 55/98 dan 70/120, yang merupakan kavling yang sama
dengan kavling yang dibangun pada Cluster Grand Bromo. Sedangkan blok-blok
56
lain, diluar blok B.6-B.13, tidak memiliki kavling type yang dimaksud. Data
historis penjualan kavling pada blok B.6–B.13 periode Januari-Desember 2012
yang diperoleh dari data sekunder manager marketing Perumahan MAS
ditampilkan pada Tabel 4.9 berikut.
57
Tabel 4.9 Historis data penjualan kavling PT. TPM periode Januari-Desember 2012
58
Sehingga dari data historis penjualan tanah kavling pada blok-blok tersebut
diperoleh rata-rata penjualan per bulan yang selanjutnya dijadikan acuan proyeksi
penyerapan tanah kavling di Cluster Grand Bromo, perumahan MAS adalah
sebesar 6 unit/bulan tanah kavling Type 55 dan 1 unit/bulan untuk tanah kavling
type 70.
4.3.1 Perhitungan Perkiraan Biaya Pengembangan (Development Cost)
Tabel 4.10 Perkiraan Biaya Pengembangan (Development Cost)
NO I T E M JUMLAH SUB TOTAL
ASUMSI(RP) (RP)
A BIAYA TANAH* Perumahan (10,5 Ha) 13,440,000,000 Harga beli tanah Rp
128.000/m2 (asumsi NJOP)* Fasilitas Terpadu (1,25 Ha) 1,600,000,000
Sub total 15,040,000,000
B BIAYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR & SITE* Cut & Fill dan Pematangan Tanah (10,5 Ha) 7,065,300,000 Dari RAB* Fasilitas Terpadu (1,25 Ha) 2,137,967,500
Sub total 9,203,267,500
C BIAYA DESAIN* Cluster (10,5 Ha) 211,959,000 3% dari tot biaya B* Fasilitas Terpadu (1,25 Ha) 106,898,375 5% dari tot biaya B
Sub total 318,857,375Total Biaya A, B, C 24,562,124,875
D BIAYA TAK TERDUGA 736,863,7463% dari tot.biaya A,
B, C
E BIAYA PERIJINAN 1,504,000,00010% dari harga beli
tanah
F BIAYA PEMASARAN 1,214,400,000 2% dari tot.penjualan
G BIAYA INSPEKSI & PENGAWASAN 276,098,025 3% dari tot.biaya B
H OVERHEAD1,228,106,244
5% dari tot.biaya A, B, C
I PAJAK 3,036,000,000 7% dari tot.penjualan kavling
TOTAL DEVELOPMENT COST 32,557,592,890 PEMBULATAN 32,558,000,000
*prosentase setiap item di peroleh dari historis data PT. TPM
Total development cost adalah Rp 32.558.000.000,-
59
Tabel 4.11 Pendapatan Total dari Penjualan Tanah Kavling
TYPE HARGA TANAH KAVLINGJUMLAH
UNITPENDAPATAN
DARI PENJUALAN55/98 Rp 98.000.000,00 480 Rp 47.040.000.000,00
70/120 Rp 120.000.000,00 114 Rp 13.680.000.000,00
TOTAL Rp 60.720.000.000,00
4.3.2 Perhitungan Perkiraan Pendapatan (Income)
Berikut ini (Tabel 4.12) disajikan perkiraan pendapatan (income) dari
proyek pembangunan cluster Grand Bromo dan fasilitas terpadu di perumahan
MAS. Hasil perhitungan menghasilkan:
Total pendapatan dari penjualan tanah kavling adalah Rp 8.496.000.000,-
per tahun.
Total pendapatan dari fasilitas terpadu adalah Rp 542.100.000,- per tahun.
60
Tabel 4.12 Perkiraan Pendapatan
No I T E MQTY (unit)
LUAS TANAH
(m2)
HARGA TANAH KAVLING (Rp/m2)
HARGA TANAH
KAVLING
ASUMSI TERJUAL/ TERSEWA
PENJUALAN (Rp/BLN)
PENJUALAN (Rp/THN)
PENJUALAN PERUMAHAN
1 kavling TYPE 55* 480 98 1,000,000 98,000,000 6 kavling/bln 588,000,000 7,056,000,000
2 kavling TYPE 70* 114 120 1,000,000 120,000,000 1 kavling/bln 120,000,000 1,440,000,000
TOTAL PENDAPATAN DARI PENJUALAN KAVLING TANAH 8,496,000,000
FASILITAS TERPADU
FOOD COURT & FRESH MARKET
1 Food Court** 13 500,000 8 stand/bln 4,000,000 48,000,000
2 Kios** 14 400,000 9 stand/bln 3,600,000 43,200,000
3 Fresh Market** 28 400,000 17 stand/bln 6,800,000 81,600,000
CLUB HOUSE, FASILITAS REKREASI & OLAH RAGA
1 Cafetaria 1 4,000,000 4,000,000 48,000,000
2 Hall 1 3,000,000 2 kali/bln 6,000,000 72,000,000
3 Kolam renang 1 10,000 120 pengunjung/bln 1,200,000 14,400,000
4 Lapangan Badminton
-Tiket masuk 10,000 30 pengunjung/bln 300,000 3,600,000
-Sewa lapangan (per 3 jam) 3 100,000 10 kali sewa/bln 1,000,000 12,000,000
5 Lapangan Tennis
-Tiket masuk 15,000 25 pengunjung/bln 375,000 4,500,000
-Sewa lapangan (per 3 jam) 2 150,000 10 kali sewa/bln 1,500,000 18,000,000
6 Kolam pancing 1 10,000 40 pengunjung/bln 400,000 4,800,000
7 Cottage** 34 600,000 Tersewa 20 unit/bln 12,000,000 144,000,000
8 Sewa Panggung terbuka 1 2,000,000 Disewa 2 kali/bln 4,000,000 48,000,000
TOTAL PENDAPATAN DARI FASILITAS TERPADU 542,100,000*berdasarkan data historis PT. MAS periode Januari-Desember 2012; **diasumsikan okupansi sebesar 60%
61
4.3.3 Penyusunan Pro Forma Income Statement
Setelah diketahui perkiraan pendapatan dari cluster dan kawasan terpadu,
maka pro forma income statement dapat disusun dengan memasukkan nilai total
pendapatan dari penjualan tanah kavling sebagai basic income dan nilai total
pendapatan dari fasilitas terpadu sebagai other income. Beberapa asumsi
digunakan dalam pro forma yang selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Pro forma Income Statement Satu Tahun
Revenue Asumsi
Base Income Rp 8,496,000,000
pendapatan dari penjualan kavling
Other Income Rp 542,100,000
pendapatan dari fasilitas terpadu
Potential Gross Income Rp 9,038,100,000
Effective Gross Income Rp 9,038,100,000
Expenses
Real Estate Taxes Rp 0
PBB dibayar oleh end user
Other (Payroll) Rp 600,000,000
upah pegawai manajemen estate
Utilities Rp 276,098,025
3% dari biaya infrastruktur & site
Repair / Maintenance Rp 460,163,375
5% dari biaya infrastruktur & site
Insurance Rp 0
Other Rp 736,863,746
asumsi biaya tak terduga
Management Rp 361,524,000
4% dari effective gross income
Total Operating Expense Rp 2,434,649,146
Net Operating Income
Rp6,603,450,854
PEMBULATAN Rp 6,604,000,000
Pro forma income statement memberikan Net Operating Income (NOI)
sebesar Rp 6.604.000.000,-. Selanjutnya angka NOI ini akan digunakan dalam
analisis Cash Flow dengan metode Discounted Cash Flow.
62
4.3.4 Analisis Cash Flow dengan metode Discounted Cash Flow
4.3.4.1 Bentuk dan Sumber Pembiayaan
Perkiraan biaya pengembangan (development cost) yang dibutuhkan untuk
pengembangan cluster grand bromo dengan peningkatan fasilitas kawasan adalah
Rp 32.558.000.000,-.
Model pembiayaan yang dipilih adalah equity dan debt dengan komposisi
30% equity dan 70% debt. Sumber pembiayaan debt (pinjaman/loan) yang dipilih
adalah private debt yakni bank. Model ini dipilih karena cocok dengan kondisi
perusahaaan pengembang yang selalu terkait dengan dunia perbankan, karena
pada saat realisasi unit rumah ke user, umumnya 80% user menggunakan fasilitas
KPR (kredit kepemilikan rumah), dimana hutang perusahaan akan mulai terbayar
pada saat user merealisasikan unit rumah atau mulai melakukan angsuran kredit
rumahnya.
Setelah diketahui nilai development cost dan NOI, maka analisis cash flow
dengan metode discounting cash flow (DCF) dapat dilakukan. Metode DCF
merupakan metode yang mengasumsikan bahwa cash flow di masa depan tidak
sebanding dengan nilai cash flow pada saat ini. Metode ini tepat untuk
menganalisa aliran dana masuk yang diharapkan dari sebuah bisnis property,
seolah-olah cash flow tersebut diterima pada saat ini. Pembiayaan untuk
development cost adalah dari 30% equity (modal sendiri) dan 70% debt (hutang).
Penjelasan mengenai model dan sumber pembiayaan akan dibahas setelah analisis
cash flow.
4.3.4.2 MARR (Minumum Attractive Rate of Return)
MARR (Minimum Attractive Rate of Return) adalah tingkat bunga yang
dipakai patokan dasar dalam mengevaluasi dan membandingkan berbagai
alternatif. MARR merupakan nilai minimal dari tingkat pengembalian atau bunga
yang bisa diterima PT.TPM selaku investor. Dalam penelitian ini PT TPM selaku
investor menetapkan besaran MARR sebesar 18%.
63
4.3.4.3 Forecast Harga Tanah
Harga Resale diperoleh dengan memperhitungkan harga tanah fasilitas
terpadu seluas 1,25 Ha secara linier forecasting menggunakan data harga tanah
kavling/m2 dipasaran tahun 2010 hingga 2013. Hasil forecasting harga tanah
kavling seperti ditunjukkan Tabel 4.14
Tabel 4.14 Forecast harga tanah kavling 2010-2013
Tahun Harga Tanah (Rp/m2)20102011201220132018
Rp 300.000,-Rp 350.000,-Rp 400.000,-Rp 1.000.000,-Rp 1.910.000,-
Gambar 4.5 Grafik Harga Tanah Kavling Terhadap Tahun Penjulan
Grafik 4.5 menunjukkan harga tanah kavling pada tahun 2018
diperkirakan mencapai Rp.1.910.000,- /m2.
Harga Resale diakhir tahun ke-6 (2018) diharapkan sebesar Rp
14.325.000.000,- diperoleh dari perhitungan harga tanah efektif fasilitas terpadu
64
(60% dari 1,25 Ha total luasan fasilitas terpadu) sebesar Rp 1.910.000,-/m2.
Kemudian akan ditampilkan analisis cash flow.
4.3.4.4 Analisis Cash Flow
Beberapa asumsi yang digunakan untuk analisis cash flow adalah NOI
diasumsikan naik sebesar 10% setiap tahun berdasarkan dari NOI di tahun 1,
selama 6 tahun. Selain itu dalam hal ini tidak diikutsertakan depresiasi ((before
tax cash flow)
65
Tabel 4.15 Cash Flow Analysis (dalam jutaan rupiah)
Loan 70% Rate 12% Amort 10 Mortgage Constant 0,17698
Loan Balance Factor 3.03735 Cap. Rate 0,11 Equity 30% Discount Rate 18%Development Cost 32.558 Resale 14.325
DISCOUNTED CASH FLOW MARKET VALUATION YEAR 0 1 2 3 4 5 6N O I 6.604 7.264 7.925 8.585 9.246 9.906Sales Price 14.325Net Income 6.604 7.264 7.925 8.585 9.246 24.231Discount Factor 1,0000 1,1800 1,3924 1,6430 1,9388 2,2878 2,6996DCF 0 5.597 5.217 4.823 4.428 4.041 8.976NPV/MV 30.446
PROJECT FEASIBILITY STUDY WITH LOAN YEAR 0 1 2 3 4 5 6Development Cost -32.558Loan 22.791Equity -9.767Debt Service -4.033 -4.033 -4.033 -4.033 -4.033 -4.033N O I 6.604 7.264 7.925 8.585 9.246 9.906Sales Price 14.325Loan Balance -12.251Before Tax Cash Flow -9.767 2.571 3.231 3.891 4.552 5.212 7.946Cumulative Cash Flow -9.767 -7.197 -3.966 -75 4.477 9.689 17.636Discount Factor 1,0000 1,1800 1,3924 1,6430 1,9388 2,2878 2,6996DCF -9.767 2.178 2.320 2.368 2.348 2.278 2.944NPV 4.669IRR 32,12%
66
Analisis cash flow (Tabel 4.15) memberikan hasil:
Perkiraan biaya pengembangan atau Development Cost sebesar Rp
32.558.000.000,-
Net Present Value (NPV) sebesar Rp 4.669.000.000,-.
IRR adalah 32,12%.
Analisa investasi dengan metode discounted cash flow jangka waktu enam
tahun menghasilkan NPV sebesar Rp 4.669.000.000- dan IRR sebesar 32,12%,
lebih besar dari discount rate 18%
Dari segi finansial maka rencana pembangunan cluster Grand Bromo
layak dilanjutkan karena NPV>0 dan nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari
MARR yang diharapkan.
4.4 Analisis Sensitivitas
Hasil analisa investasi di atas dihasilkan nilai-nilai NPV>0 sehingga
disimpulkan investasi pembangunan cluster Grand Bromo di Perumahan MAS
dikatakan layak dan dapat dilanjutkan. Pada sub bab ini dilakukan analisis
terhadap parameter-parameter peubah yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan akan pembangunan cluster Grand Bromo di masa datang. Parameter-
parameter tersebut juga digunakan untuk mengetahui batas-batas kelayakan dari
nilai NPV yang dapat diterima oleh PT.TPM selaku investor Perumahan MAS.
Parameter-parameter peubah yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: penurunan harga jual tanah kavling, perubahan komposisi permodalan
dan jangka waktu investasi. Melalui penerapan variabel tersebut maka di plotkan
terhadap nilai NPV sehingga nilai sensitivitasnya dapat diketahui.
4.4.1 Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Tanah Kavling
Proyeksi Harga Jual Tanah Kavling di Cluster Grand Bromo, perumahan
MAS hasil analisis Mean Rank dan survey responden adalah sebesar Rp.
1.000.000,-/m2 . Penurunan harga jual tanah disetiap kavling di Cluster Grand
Bromo akan menyebabkan perubahan nilai NPV dan IRR. Pada Tabel 4.16
memperlihatkan bahwa penurunan harga jual tanah kavling menjadi Rp.
800.000,-/m2 mengakibatkan investasi menjadi tidak layak dijalankan karena
67
menghasilkan NPV bernilai negatif sebesar Rp. -2.195.000.000,- dan IRR
(10,82%) < MARR (18%).
Tabel 4.16 Sensitifitas Analysis Terhadap Penurunan Harga Jual Kavling
Harga Jual Kavling (Rp/M2)
Kriteria InvestasiNPV IRR
Rp 1.300.000,- 14,957 60,27%Rp 1.200.000,- 8,613 45,06%Rp 1.100.000,- 8,097 41,82%Rp 1.000.000,- 4,669 32,12%Rp 900.000,- 1,237 21,87%Rp 800.000,- -2,195 10,82%
Gambar 4.6 Grafik NPV terhadap Penurunan Harga Jual Tanah Kavling
Gambar 4.6 memiliki persamaan garis Y = 31,804X – 27497 (R2 = 0,9673);
dengan menggunakan persamaan tersebut saat Y = 0 akan di hasilkan nilai X =
864.576. Sehingga dapat disimpulkan, harga tanah kavling terendah yang
menghasilkan NPV = 0 terjadi saat harga jual minimum ditetapkan sebesar Rp.
864.576,- /m2.
68
Gambar 4.7 Grafik IRR Terhadap Penurunan Harga Jual Tanah Kavling
Gambar 4.7 menunjukkan Penurunan nilai IRR akibat Penurunan Harga
Jual Tanah Kavling. Persamaan garis diatas menunjukkan posisi pada saat harga
tanah kavling Rp. 864.576,- /m2, maka IRR sebesar 15,18% atau mendekati
MARR 18%
Dari Tabel dan gambar grafik penurunan harga jual tanah kavling terhadap
nilai NPV dan IRR, dapat diketahui bahwa pembangunan cluster Grand Bromo
mempunyai sensitifitas apabila Harga Jual Tanah Kavling ditetapkan Rp.
800.000,- /m2 maka pembangunan cluster Garnd Bromo menjadi tidak layak
karena menghasilkan nilai NPV negatif dan IRR<MARR. Batas minimum yang
bisa diterima investor adalah harga jual tanah kavling ditetapkan sebesar Rp.
864.576,- /m2 karena masih menghasilkan NPV = 0 dan IRR mendekati MARR
18%.
4.4.2 Sensitivitas pada Komposisi Permodalan
Pendekatan awal yang akan diterapkan PT. TPM adalah dengan komposisi
permodalan Equity:Loan adalah 30:70%. Pada Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa
semakin kecil komposisi Equty terhadap Loan maka nilai NPV dan IRR yang
diperoleh PT. TPM akan semakin menarik.
69
Tabel 4.17 Sensitifitas Analysis Terhadap Perubahan Komposisi Permodalan
KomposisiKriteria Investasi
NPV IRR
A 20-80% 5.262 40,82%
B 30-70% 4.669 32,12%
C 40-60% 4.077 27,48%
D 50-50% 3.485 24,58%
E 60-40% 2.893 22,60%
F 70-30% 2.301 21,16%
G 80-20% 1.709 20,07%
H 90-10% 1.117 19,21%
I 100-0% 524 18,51%
Gambar 4.8 Grafik NPV terhadap Perubahan Komposisi Permodalan
70
Gambar 4.9 Grafik IRR terhadap Perubahan Komposisi Permodalan
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa komposisi Equity : Loan hingga 100% :
0% masih dapat memberikan nilai NPV positif sebesar Rp. 524.000.000,- dan
IRR sebesar 18,51% diatas MARR seperti ditunjukkan Gambar 4.9.
Dari Tabel dan gambar grafik perubahan nilai NPV dan IRR akibat
perubahan komposisi permodalan dapat diketahui bahwa pembangunan cluster
Grand Bromo tidak sensitif terhadap komposisi Equity : Loan karena Equity
100% masih mampu menghasilkan NPV bernilai positif sebesar Rp.
524.000.000,- dan IRR sebesar 18,51% masih diatas MARR.
4.4.3 Sensitivitas pada Perubahan Jangka Waktu Investasi
Pendekatan jangka waktu investasi yang diharapkan oleh PT. TPM selaku
pelaksana adalah 6 tahun terhitung tahun 2013 hingga tahun 2018. Tabel 4.18
menunjukkan semakin semakin pendek jangka waktu investasi menghasilkan nilai
NPV yang semakin menarik untuk dilaksanakan.
71
Tabel 4.18 Sensitifitas Analysis Terhadap Penurunan Jangka Waktu Investasi
Tahun InvestasiKriteria Investasi
NPV IRR3 23,620 135,33%4 18,437 90,78%5 10,871 54,76%6 4,669 32.12%7 1,283 21.51%8 -3,235 9.67%
Gambar 4.10 Grafik NPV terhadap Tahun investasi Secara Keseluruhan
Gambar 4.10 menampilkan Grafik NPV untuk 6, 7, dan 8 tahun investasi
dengan persamaan garis Y = 357,88X2 – 9420,6X + 49218 (R2 = 0,9948). Dari
persamaan garis tersebut pada saat Y = 0 menghasilkan nilai X = 7,19 tahun. Nilai
NPV = 0 terjadi saat jangka waktu investasi 7,19 tahun (7 tahun lebih 2 bulan dan
9 hari). Pada saat jangka waktu investasi mencapai 8 tahun, maka investasi yang
dilaksanakan menghasilkan NPV bernilai negatif sebesar Rp. -3.235.000.000,-.
72
Gambar 4.11 Grafik IRR terhadap Tahun Investasi Secara Keseluruhan
Gambar 4.11 menunjukkan persamaan garis % IRR terhadap tahun
investasi, persamaan garis diatas menunjukkan posisi pada saat jangka waktu
investasi mencapai 7,19 tahun, maka IRR sebesar 15,91% atau mendekati MARR
18%. Investasi pada tahun ke 8, menghasilkan IRR (9,67%) < MARR (18%).
Dari Tabel dan gambar grafik perubahan nilai NPV dan IRR akibat
perubahan Jangka waktu investasi, dapat diketahui bahwa pembangunan cluster
Grand Bromo mempunyai sensitifitas batas kelayakan jangka waktu investasi
maksimum 7,19 tahun (7 tahun lebih 2 bulan dan 9 hari), pada batas ini NPV = 0
dan IRR mendekati MARR 18%.
4.5 Pembahasan
Berdasarkan analisa investasi dan analisa sensitivitas pada sub bab
sebelumnya, maka dilakukan pembahasan sebagai berikut:
73
Pada Analisa investasi dengan metode discounted cash flow jangka waktu
enam tahun menghasilkan NPV sebesar Rp 4.669.000.000- dan IRR sebesar
32,12%, lebih besar dari MARR 18%
Dari segi finansial maka rencana pembangunan cluster Grand Bromo
layak dilanjutkan karena NPV>0 dan nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari
MARR yang diharapkan.
Pada analisa sensitifitas, perubahan nilai NPV dan IRR sangat terpengaruh
akibat penurunan harga jual tanah kavling, perubahan komposisi permodalan dan
jangka waktu investasi. Di analisa ini diketahui bahwa pembangunan cluster
Grand Bromo sangat sensitif terhadap ketiga faktor diatas. Batas-batas minimum
yang bisa diterima investor adalah:
1. Harga jual tanah kavling ditetapkan sebesar Rp. 864.576,- /m2 karena masih
menghasilkan NPV = 0 dan IRR mendekati MARR 18%.
2. Pembangunan cluster Grand Bromo tidak sensitif terhadap komposisi Equity :
Loan karena Equity 100% masih mampu menghasilkan NPV bernilai positif
sebesar Rp. 524.000.000,- dan IRR sebesar 18,51% masih diatas MARR.
3. Batas kelayakan jangka waktu investasi maksimum 7,19 tahun (7 tahun lebih 2
bulan dan 9 hari), pada batas ini NPV = 0 dan IRR mendekati MARR 18%.
74