Bab 4

7
BAB 4 PEMBAHASAN Preeklampsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah > 160/110mmHg disertai proteinuria >5mg/24jam. Pada kasus ini ibu dikatakan mengalami preeklampsia berat karena mengalami hipertensi, yaitu tekanan darahnya sebesar 220/110 mmHg dan disertai proteinuria 4+. Tetapi pada anamnesis, ibu menyatakan bahwa pada pemeriksaan ANC ke bidan saat usia kehamilan 4 bulan (+ 16minggu) TD 140/100, ibu lupa diberi obat apa saat itu. Menurut literatur, diagnosis tersebut dapat menjadi hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia yaitu Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi kronik disertai dengan tanda-tanda preeclampsia atau hipertensi kronik dengan proteinuria. Proteinuria > 300mg/24jam pada perempuan dengan hipertensi tetapi proteinuria sebelum 20 minggu kehamilan atau peningkatan mendadak proteinuria atau TD atau trombosit < 100.000 /uL pada perempuan dengan hipertensi dan proteinuria sebelum 20 minggu kehamilan. Sehingga pada SOAP diagnosisnya menjadi HT kronis superimposed PEB. Dari anamnesis didapatkan faktor resiko preeklampsia pada pasien ini yaitu riwayat eklampsia pada kehamilan sebelumnya serta kegemukan, sedangkan faktor resiko yang lain seperti primigravida, kehamilan 34

description

bab4

Transcript of Bab 4

Page 1: Bab 4

BAB 4

PEMBAHASAN

Preeklampsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah

>160/110mmHg disertai proteinuria >5mg/24jam. Pada kasus ini ibu dikatakan

mengalami preeklampsia berat karena mengalami hipertensi, yaitu tekanan

darahnya sebesar 220/110 mmHg dan disertai proteinuria 4+. Tetapi pada

anamnesis, ibu menyatakan bahwa pada pemeriksaan ANC ke bidan saat usia

kehamilan 4 bulan (+16minggu) TD 140/100, ibu lupa diberi obat apa saat itu.

Menurut literatur, diagnosis tersebut dapat menjadi hipertensi kronik dengan

superimposed preeklampsia yaitu Hipertensi kronik dengan superimposed

preeklamsia adalah hipertensi kronik disertai dengan tanda-tanda preeclampsia

atau hipertensi kronik dengan proteinuria. Proteinuria >300mg/24jam pada

perempuan dengan hipertensi tetapi proteinuria sebelum 20 minggu kehamilan

atau peningkatan mendadak proteinuria atau TD atau trombosit < 100.000 /uL

pada perempuan dengan hipertensi dan proteinuria sebelum 20 minggu kehamilan.

Sehingga pada SOAP diagnosisnya menjadi HT kronis superimposed PEB.

Dari anamnesis didapatkan faktor resiko preeklampsia pada pasien ini yaitu

riwayat eklampsia pada kehamilan sebelumnya serta kegemukan, sedangkan

faktor resiko yang lain seperti primigravida, kehamilan ganda, riwayat penyakit

tertentu seperti hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal, atau penyakit

degeneratif tidak ditemukan pada pasien ini.

Dari pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan, termasuk tidak

mengalami edema. Edema memang bukan lagi menjadi kriteria untuk

mendiagnosis preeklampsia berat.

Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdapat proteinuria 4+ yang

mendukung ke arah diagnosis preeklampsia berat. Tetapi tidak ditemukan adanya

peningkatan fungsi liver, ginjal maupun gangguan elektrolit yang merupakan

tanda perubahan pada organ pada pasien preeklampsia. Hal ini disebabkan adanya

mekanisme tubuh pada tiap orang berbeda sehingga tanda dan gejala yang muncul

juga berbeda.

34

Page 2: Bab 4

Pasien ini didiagnosis juga dengan IUFD karena pada anamnesis didapatkan

gerakan janin (-) sejak 2hr SMKB, lalu 1 hr SMKB diperiksa USG ke dokter

SpOG dinyatakan janin meninggal. Selain itu pasien ini mempunyai riwayat pijat

ke dukun bayi yang merupakan faktor resiko terjadinya IUFD.

Pada pasien ini didiagnosis PEB disertai dengan IUFD. hal ini sesuai

dengan teori akibat adanya Preeklampsia berat dapat menyebabkan komplikasi

pertumbuhan janin terhambat yang akan menyebabkan kematian janin / IUFD.

Hal ini disebabkan oleh beberapa teori yang salah satunya akibat kelainan

vaskularisasi plasenta. Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel

trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks di sekitarnya.

Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras, sehingga lumen arteri

spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya

arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi dan terjadi kegagalan “remodeling

arteri spiralis” sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah

hipoksia dan iskemia plasenta.akibat iskemia plasenta menyebabkan asupan

nutrisi pada janin berkurang, mengakibatkan adanya gangguan pertumbuhan janin

sehingga dapat menyebabkan IUFD.

Pada perhitungan usia kehamilan dari HPHT 20-08-2012 dicari TP : 27-05-

2013 sehingga UK 31-32minggu, tetapi dari USG yang dilakukan pada saat pasien

datang ditemukan janin setara dengan usia kehamilan 27-28minggu. Adanya

perbedaan ini kemungkinan disebabkan adanya kesalahan HPHT, ataupun adanya

pertumbuhan janin terhambat (IUGR) terlebih dahulu sebelum terjadinya

IUFD.atau kemungkinan kesalahan pengukuran pada USG.

Taksiran berat janin pada pasien ini sekitar 1500gr, hal ini kurang sesuai

dengan rumus johnson yang menyatakan TBJ (gr) = (TFU-n)x155 = (23-

11)x155=1860gram. Hal ini dapat disebabkan adanya kemungkinan kesalahan

perhitungan HPHT, TFU, leopold dari pemeriksa. Dari pemeriksaan USG tidak

tercantumkan TBJ. Bila dihitung mengikuti USG dengan UK 27-28minggu,

diperoleh TBJ sekitar 1000gram.

Penatalaksanaan awal yang dilakukan oleh RS Pura Raharja yaitu

pemberian MgSO4 dan pemberian obat antihipertensi nifedipin sebagai pilihan

utama, susuai dengan landasan teori. selain itu pilihan untuk dilakukan terminasi

35

Page 3: Bab 4

kehamilan sesuai dengan landasan teori yaitu indikasi dilakukan perawatan aktif

berupa terminasi kehamilan yaitu pada janin terjadi IUFD, pada ibu terjadi

impending eklampsia.

Pada saat pasien di rawat di RS, dilakukan perencanaan kelahiran spontan

pervaginam karena tidak adanya tanda-tanda impending eklampsia. Karena tidak

adanya kemajuan persalinan, dilakukan induksi persalinan dengan misoprostol,

injeksi dexamethasone dan dilakukan stripping of the membrane untuk memicu

pembukaan serviks.

36

Page 4: Bab 4

DAFTAR PUSTAKA

Abadi dkk, 2008, Preeklampsia Berat dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi

bagian Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan, RS dr Soetomo, Surabaya

Angsar MD, 2008, Hipertensi dalam kehamilan : dalam Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawiroharjo, Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Cunningham, F.G. et all, 2010 ,Pregnancy, Preeclampsia, in Williams Obstetrics,

23st ed, McGraw-Hill Companies.

Manuaba, 2005, Hipertensi dalam kehamilan, dalam Buku kuliah Obstetri,

Jakarta: EGC

Mochtar, R., 1998, Toksemia Gravidarum, dalam: Sinopsis Obstetri, Jilid I edisi

II, EGC, Jakarta.

Musalli,G. & Linden, A. (2007), Preeclampsia, Available from:

http://www.babycenter.com/refcap/pregnancy/pregcomplications/257.html#5.

Rachimhadhi, T., 2005, pereklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu

Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Saifuddin, B. A., 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal, JNNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan

bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.

Soewarto S, 2008. Kematian Janin dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo,

Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Sudinaya I.P., 2003, Insiden Preeklamsia-Eklamsia di Rumah Sakit Umum

Tarakan Kalimantan Timur-Tahun 2000, Cermin Dunia Kedokteran, 139, 13-

15.

Surjadi, M.L. dkk, 2003, Perbandingan Rasio Ekskresi Kalsium/Kreatinin Dalam

Urin Antara Penderita Preeklamsia Dan Kehamilan Normal, Majalah

Obstetri Dan Ginekologi Indonesia, 23, 23-26.

Suyono, Y.J., 2002, Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi, edisi 6, Hipokrates,

Jakarta

Tomasulo, P.J. & Lubetkin, D., (2006, March 15 – Review date),

Preeclamsia, Availablefrom:

http://www.obgyn.health.ivillage.com/pregnancybacics/preeclamsia.cmf

37

Page 5: Bab 4

Wagner, L., 2004, Diagnosis And Management Of Preeclampsia, Available:

http://www.aafp.org/afp/20041215/2317.html

Wahdi. Dkk, 2000. Kematian Maternal Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun

1996-1998, Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia, 24, 165-170.

38