BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter...

32
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksi Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya. 9 Sistem produksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Input – Output Sistem Produksi 9 Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. PROSES TRANSFORMASI INPUT OUTPUT Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial Produk Limbah Informasi Feedback Teknologi Ekonomi Sosial Budaya Politik Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Produksi

Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi

yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan

kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi

input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku,

mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan

produk yang dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi, dan

sebagainya.9

Sistem produksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Input – Output Sistem Produksi

9 Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

PROSES TRANSFORMASI

INPUT OUTPUT

Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial

Produk Limbah Informasi

Feedback

Teknologi Ekonomi

Sosial Budaya Politik

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Sub sistem–sub sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah

Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pengendalian Kualitas, Penentuan Standar-

standar Operasi, Penentuan Fasilitas Produksi, Perawatan Fasilitas Produksi, dan

Penentuan Harga Pokok Produksi.

Sub sistem–sub sistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk

konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan

tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses

produksinya).

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, operasi dan pemeliharaan,

perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi pada suatu

perusahaan manufakturing harus memiliki bagian-bagian atau organ10

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa sistem produksi berawal dari pemahaman

terhadap keinginan dan harapan para pelanggan berdasarkan temuan-temuan dari

kegiatan pemasaran termasuk permintaan langsung dari para pelanggan terhadap

produk-produk tertentu. Data dan informasi tentang keinginan pelanggan kemudian

diterjemahkan ke dalam bentuk rancangan produk atau jasa untuk mengetahui part,

komponen dan sub-assembly apa yang dibutuhkan termasuk ukuran, spesifikasi, jenis

bahan, jumlah masing-masing item yang dibutuhkan untuk setiap unit produk yang

diinginkan.

.

10 Sukaria Sinulingga. Perencanaan & Pengendalian Produksi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Gambar 2.2. Sistem Produksi Perusahaan

Berdasarkan hasil rancangan ini kemudian ditentukan proses pembuatan

(manufacturing) di lantai pabrik yang meliputi tahapan proses.

Data dan informasi yang telah tersedia kemudian disampaikan kepada bagian

cost accounting untuk menilai kelayakan pembiayaan dan penerimaan. Bila dinilai

layak maka diteruskan kepada pimpinan untuk disahkan. Kemudian disusun rencana

dan program pengolahan di lantai pabrik yang meliputi jadwal tentative proses

operasi, jadwal dan jumlah kebutuhan bahan baku (raw material) dan bahan tambahan

dari luar (bought-out items) dan jadwal operasi dan kapasitas fasilitas produksi yang

akan digunakan dan lain-lain. Berdasarkan jadwal-jadwal tersebut, rencana

Konsumen Marketing Perancangan

Proses

Vendor Bahan

Penyimpanan Bahan

Penerimaan Bahan

Perencanaan/ Pengendalian

Produksi

Penjualan & Pengiriman

Penyimpanan Barang Jadi

Akuntansi Biaya /

Keuangan

Pengendalian Mutu

Perancangan Produk

Proses Manufakturing (Lantai Pabrik)

Pembelian/ Pengadaan

Bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

pengadaan bahan, kapasitas stasiun kerja, tenaga operator disusun dan kemudian

diimplementasikan.

Monitoring dan pengendalian operasi di lantai pabrik dilakukan secara rutin

untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan termasuk penyimpangan mutu

(spesifikasi) dari setiap item yang dikerjakan. Apabila penyimpangan tidak dapat

dihindarkan maka tindakan perbaikan yang meliputi penjadwalan ulang sisa operasi di

lantai pabrik segera dilakukan, pengadaan tambahan bahan bila diperlukan dan

sebagainya. Beberapa sumber penyimpangan yang umum terjadi ialah kesalahan

dalam pembuatan rancangan part dan komponen, kekeliruan dalam penentuan waktu

setup dan operasi, ketidaksesuaian mutu bahan, kerusakan pada fasilitas produksi dan

lain-lain. Produk yang telah selesai diangkut ke gudang penyimpanan untuk

dikirimkan kepada para pelanggan sesuai dengan jadwal pengiriman yang disepakati.

2.2. Persediaan

2.2.1. Pengertian Persediaan

Persediaan (inventory) dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai sumber

daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan

karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut dapat

berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem

distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga.11

11 Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan

memerlukan persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka

diharapkan sebuah perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai

kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanya persediaan bahan

baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan

produksi perusahaan dan dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku.

Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen dapat merugikan

perusahaan dalam hal ini image yang kurang baik. Perusahaan juga harus menghindari

pembelian bahan yang melebihi kebutuhan, pengadaan bahan yang berlebihan akan

mengakibatkan tertanamnya modal perusahaan.

Beberapa pendapat mengenai pengertian dari persediaan adalah:

a. Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya

organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan

permintaan baik internal maupun eksternal.12

b. Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang

pada setiap saat mengalami perubahan.

13

c. Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja

merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara

terus-menerus mengalami perubahan.

14

12 T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2008.

13 Indrio Gitosudarmo. Manajemen Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE, 2002. 14 Bambang Riyanto. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE, 2001.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

2.2.2. Fungsi Persediaan

Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses

produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu

sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan

dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya sebagai berikut:15

a. Persediaan dalam Lot Size

Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan

(replenishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan

kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor

penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan

produksi atau pembelian dan biaya transport.

b. Persediaan Cadangan

Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian.

Permintaan konsumen biasanya diprediksi dengan peramalan. Jumlah

produksi yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses.

Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan

konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.

c. Persediaan Antisipasi

Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan

(supply) dan kenaikan permintaan (demand) atau kenaikan harga. Untuk

15 Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahaan

dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau

antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.

d. Persediaan Pipeline

Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock

point) dengan aliran di antara tempat persediaan tersebut. Pengendalian

persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan jumlah

persediaan akan terakumulasi di tempat persediaan. Jika aliran melibatkan

perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau perakitan beberapa

komponen, persediaan dalam aliran disebut persediaan setengah jadi

(work in process). Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi

dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain,

persediaan disebut persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan

setengah jadi dan persediaan transportasi disebut persediaan pipeline.

Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan harus

dikendalikan.

e. Persediaan Lebih

Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau

kerusakan fisik yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

2.2.3. Sistem Persediaan

Secara umum, suatu sistem persediaan terbagi atas16

1. Sistem sederhana, yaitu sistem persediaan yang berdasarkan atas input dan

output.

:

Gambar 2.3. menunjukkan sistem persediaan yang dipengaruhi oleh proses

input dan proses output. P(t) adalah rata-rata material atau bahan yang

masuk ke dalam sistem persediaan pada saat t. Sedangkan W(t) adalah

rata-rata suatu material atau bahan keluar dari sistem persediaan. Output

dipengaruhi oleh permintaan atau kebutuhan terhadap material atau bahan,

dengan rata-rata permintaan yang berasal dari luar perusahaan dan berada

di luar kendali perusahaan.

Gambar 2.3. Sistem Persediaan Input - Output

Proses input merupakan bagian dari sistem persediaan yang dapat

dikontrol perusahaan melalui kebijaksanaan kapan dan berapa banyak

pemesanan perlu dilakukan. Walaupun demikian, keterlambatan-

16 Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

PERSEDIAAN Output W(t)

Input P(t)

Demand D(t)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

keterlambatan pemenuhan pemesanan dari pemasok bisa saja terjadi,

sehingga rata-rata input aktual akan berdeviasi atau berbeda dari harapan

perusahaan.

2. Sistem berjenjang (Multi Echelon Inventory Sistem)

Gambar 2.4. menunjukkan persediaan yang berada di gudang pusat ke

gudang wilayah ke gudang UPT.

Gambar 2.4. Sistem Persediaan Berjenjang

2.2.4. Jenis-Jenis Persediaan

Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut,

yaitu:17

a. Persediaan bahan baku (raw material), yaitu persediaan barang-barang

berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang ini diperoleh

dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier atau perusahaan yang

17 T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2008.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

membuat atau menghasilkan bahan baku untuk perusahaan lain yang

menggunakannya.

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts), yaitu

persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

diperoleh dari perusahaan lain yang dapat secara langsung dirakit atau

diasembling dengan komponen lain tanpa melalui proses produksi

sebelumnya.

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak

merupakan bagian atau komponen barang jadi.

d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in

process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari

tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah.

2.3. Pengendalian Persediaan

2.3.1. Pengertian Pengendalian Persediaan

Pengendalian adalah suatu proses yang dibuat untuk menjaga supaya realisasi

dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan.18

Pengendalian bahan baku yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan,

tentunya diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada dalam

18 Arman Hakim Nasution & Yudha Prasetyawan. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

perusahaan yang bersangkutan. Keterpaduan dari seluruh pelaksanaan kegiatan yang

ada dalam perusahaan akan menunjang terciptanya pengendalian bahan baku yang

baik dalam suatu perusahaan.

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting

bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi

yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan

dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta

produk dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.

2.3.2. Tujuan Pengendalian Pesediaan

Pengendalian persediaan pada divisi yang berbeda memiliki tujuan yang

berbeda pula. Adapun tujuan pengendalian persediaan adalah:19

1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga

menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.

2. Produksi ingin beroperasi secara efisien, hal ini mengimplikasikan order

produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk

mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk menginginkan

persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga

proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.

3. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga menginginkan

pesanan produksi yang besar dalam jumlah sedikit daripada pesanan yang

19 Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian juga ingin ada persediaan

sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.

4. Keuangan (finance) menginginkan minimisasi semua bentuk investasi

persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada

perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan.

5. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya

persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja.

6. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal untuk

mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering.

Sasaran pokok keberhasilan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:

1. Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order

terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu.

2. Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum melalui

minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk

pengerjaan ulang (rework).

3. Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang

berlebihan.

2.3.3. Model Pengendalian Persediaan

2.3.3.1. Model Persediaan Deterministik

Model ini digunakan untuk menentukan jumlah lot ekonomis untuk item

independent baik item yang dibeli maupun yang diproduksi suatu perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Untuk menentukan kebijaksanaan persediaan yang optimum, dibutuhkan informasi

mengenai parameter-parameter berikut:

a. Perkiraan kebutuhan

b. Biaya-biaya persediaan

c. Lead time

Dalam model persediaan deterministik parameter-parameter yang berpengaruh

terhadap sistem persediaan dapat diketahui dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dari

biaya-biaya persediaan diasumsi diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga

diasumsikan selalu tetap. Karena semua parameter bersifat deterministik maka tidak

dimungkinkan adanya kekurangan persediaan. Dalam dunia nyata, akan sangat jarang

ditemukan situasi dimana seluruh parameter dapat diketahui dengan pasti. Karena itu,

akan lebih masuk akal jika digunakan model-model probabilistik yang

mempertimbangkan ketidakpastian pada parameter-parameternya. Namun, model

deterministik terkadang merupakan pendekatan yang sangat baik, atau paling tidak

merupakan langkah awal yang baik untuk menggambarkan fenomena persediaan.

Salah satu model yang sangat popular di dalam sistem deterministik statis

adalah model Wilson. Model ini merupakan model pertama dari penggunaan

matematika dan statistika dalam bidang bisnis.

Gambar 2.5. awal periode terdapat barang sebesar q0 yang akan dipakai untuk

memenuhi permintaan. Barang di gudang akan menyusut dan akhirnya habis pada

akhir periode, pada saat itulah dilakukan pemesanan barang sebesar q0 unit. Barang

yang dipesan akan datang pada saat itu juga, karena waktu ancang-ancang nol (L=0),

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

sehingga pada siklus kedua terdapat barang sebesar q0

unit. Begitu seterusnya posisi

inventori akan berulang dari satu siklus ke siklus lain selama horison perencanaannya.

Gambar 2.5. Posisi Inventori Menurut Model Wilson

2.3.3.2. Model Persediaan Probabilistik

Permasalahan dalam persediaan probabilistik adalah adanya permintaan

barang tiap harinya tidak diketahui sebelumnya, informasi yang diketahui hanya

berupa pola permintaannya yang diperoleh berdasarkan data masa lalu. Pada model-

model persediaan deterministik, diasumsikan bahwasannya semua parameter

persediaan selalu konstan dan diketahui secara pasti. Pada kenyataannya, sering

terjadi parameter-parameter yang ada merupakan nilai-nilai yang tidak pasti, dan

sifatnya hanya estimasi atau perkiraan saja.

Parameter-parameter seperti permintaan, lead time, biaya penyimpanan, biaya

pemesanan, biaya kekurangan persediaan dan harga, kenyataannya sering bervariasi.

Model-model deterministik tidak peka terhadap perubahan-perubahan parameter

q0

t

m=1/2q0

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

tersebut. Untuk menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan lead

time, model probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman

(safety stock).

Sistem pengendalian persediaan bersifat probabilistik sederhana diasumsikan

bahwa pada prinsipnya hampir sama dengan model inventori deterministik kecuali

permintaan yang bersifat probabilistik dan adanya ongkos kekurangan inventori.

Gambar 2.6. menunjukkan adanya fenomena probabilistik ini menyebabkan

tambahan elemen biaya ongkos kekurangan inventori dan ongkos simpan cadangan

pengaman yang perlu diperhitungkan dalam total ongkos inventori selain ongkos

pembelian, ongkos pengadaan dan ongkos simpan stok operasi.

Gambar 2.6. Posisi Inventori Probabilistik Sederhana

Asumsi yang digunakan pada model inventori probabilistik adalah adanya

ongkos kekurangan persediaan. Asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

q0

t

m=1/2q0+ss

ss

ROP

L L L Pesan Tiba Pesan Tiba

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

1. Permintaan selama horison perencanaan bersifat probabilistik dengan

permintaan rata-rata (D) dan deviasi standar (S) serta berpola distribusi

normal.

2. Ukuran lot pemesanan (qo

3. Harga barang (p) konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan

maupun waktu.

) konstan untuk setiap kali pemesanan, barang

akan datang secara serentak dengan waktu ancang-ancang (L), pesanan

dilakukan pada saat inventori mencapai titik pemesanan ulang (r).

4. Ongkos pesan (A) konstan untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan

(h) sebanding dengan harga barang dan waktu penyimpanan.

5. Ongkos kekurangan inventori (cu

6. Tingkat pelayanan (η) atau kemungkinan terjadinya kekurangan inventori

(α) diketahui atau ditentukan oleh pihak manajemen.

) sebanding dengan jumlah barang yang

tidak dapat dipenuhi.

Untuk menentukan kebijakan inventori probabilistik dikenal adanya dua

metode dasar yaitu metode Q dan metode P, yaitu:

1. Model Q

Pada metode ini persediaan dengan jumlah pemesanan tetap dan jarak

waktu pemesanan selalu berubah-ubah. Pada metode ini pemesanan

kembali dilakukan pada saat dimana persediaan mencapai suatu titik

pemesanan kembali (reorder point) dengan memperhitungkan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

yang berfluktuasi selama waktu ancang-ancang (lead time), persediaan

untuk meredam fluktuasi selama lead time disebut persediaan keamanan

(safety stock). Beberapa yang perlu diperhatikan pada model Q adalah:

a. Lot Order Economic adalah jumlah pembelian yang ekonomis untuk

dilaksanakan pada setiap kali pesan.

b. Persediaan keamanan (safety stock) adalah sejumlah bahan sebagai

persediaan cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi rencana

yang telah ditetapkan.

c. Waktu ancang-ancang (lead time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk

memesan bahan sampai bahan tersebut tiba.

d. Pemakaian atau kebutuhan setiap hari.

Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan metode Q adalah:

a. Jumlah barang yang dipesan untuk setiap pemesanan adalah sama.

b. Pemesanan kembali dilakukan apabila persediaan telah mencapai titik

pemesanan kembali.

c. Besarnya reorder point sama dengan jumlah pemakaian selama waktu

ancang-ancang ditambah dengan persediaan keamanan.

d. Interval waktu antara pemesanan tidak sama, tergantung pada jumlah

barang persediaan.

Gambar 2.7. menunjukkan situasi inventori yang ada dalam gudang dengan

menggunakan metode Q.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Gambar 2.7. Situasi Inventori dengan Model Q

2. Metode P

Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan metode P adalah:

a. Jumlah barang yang dipesan tidak tetap tergantung pada jumlah

persediaan di gudang.

b. Interval waktu pemesanan tetap.

c. Jumlah yang dipesan sama dengan persediaan maksimum dikurangi

dengan persediaan yang ada di gudang, kemudian ditambah dengan

permintaan yang diharapkan selama waktu ancang-ancang.

d. Persediaan keamanan dilakukan untuk menghadapi fluktuasi kebutuhan

dalam masa pemesanan.

Gambar 2.8. menunjukkan bahwa mekanisme pengendalian dilakukan

dengan memesan menurut interval waktu T dan jumlah yang dipesan

adalah sebesar (R – r) yang merupakan ukuran lot bersifat variabel.

q0

t

ROP

L L L L

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Variabilitas ini dikarenakan permintaan bersifat probabilistik sedangkan

waktu pemesanan (T) selalu tetap sehingga ukuran lot pemesanan antara

satu pemesanan dengan pemesanan lain berubah-ubah (variabel).

Disamping itu tampak juga adanya suatu periode waktu tertentu dimana

kemungkinan barang tidak ada di gudang atau terjadi kekurangan inventori

(out of stock).

Gambar 2.8. Situasi Inventori dengan Model P

2.4. Analisis ABC

Dalam menghadapi permasalahan pengelolaan sistem inventori yang memiliki

jenis barang yang banyak, perlu dilakukan pemilahan, sebab sebagaimana diketahui

tidak semua barang mempunyai tingkat kepentingan dan penggunaan yang sama. Oleh

sebab itu, untuk mencapai tingkat pengendalian inventori yang efisien tidak semua

q0

- R

L L L

T T T

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

jenis barang akan dikendalikan dengan cara yang sama pula.

Cara pemilahan yang lazim adalah berdasarkan tingkat kepentingannya.

Barang yang termasuk kategori penting akan mendapat perhatian yang lebih sehingga

akan dikendalikan secara lebih intensif bila dibandingkan dengan barang yang tidak

penting. Kriteria tingkat kepentingan bersifat subjektif, misalnya bagi bagian teknik

operasional tingkat kepentingan akan diukur berdasarkan tingkat kekiritisan barang.

Suatu barang dikatakan kritis bila ketiadaan barang tersebut menyebabkan fungsi

utama dari sistem yang dikelola tidak berfungsi.

Pada prinsipnya analisis ABC ini adalah mengklasifikasikan jenis barang yang

didasarkan atas tingkat investasi tahunan yang terserap di dalam penyediaan inventori

untuk setiap jenis barang. Berdasarkan prinsip Pareto, barang dapat diklasifikasikan

menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Kategori A (80 – 20)

Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 80% dari seluruh

modal yang disediakan untuk inventori dan jumlah jenis barangnya sekitar

20% dari semua jenis barang yang dikelola.

b. Kategori B (15 – 30)

Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 15% dari seluruh

modal yang disediakan untuk inventori (sesudah kategori A) dan jumlah

jenis barangnya sekitar 30% dari semua jenis barang yang dikelola.

c. Kategori C (5 – 50)

Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana hanya sekitar 5% dari

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

seluruh modal yang disediakan untuk inventori (yang tidak termasuk

kategori A dan B) dan jumlah jenis barangnya sekitar 50% dari semua jenis

barang yang dikelola.

2.5. Tingkat layanan (Service Level)

Tujuan dari manajemen persediaan tidak hanya mempertimbangkan biaya

penyimpanan dan biaya pemesanan, tetapi pertimbangan lain yang harus dilakukan

adalah tingkat layanan. Ada dua hal utama yang menjadi konsekuensi didalam

pendekatan layanan, konsekuensi pertama adalah hubungan antara tingkat layanan

dengan biaya untuk menyediakannya, dan konsekuensi kedua adalah hubungan antara

respon pelanggan terhadap perubahan tingkat layanan.

Service Level dapat diformulasikan sebagai berikut:

...................................................... 2.1

Dimana:

η : Tingkat Pelayanan

N : Kekurangan inventori

DL

: Permintaan per tahun

LDN

−=1η

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

2.6. Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang

dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa20

Secara garis besar metode peramalan dibagi dua yaitu metode kualitatif dan

metode kuantitatif.

. Peramalan

akan semakin baik jika mengandung sedikit mungkin kesalahan, oleh karena itu perlu

dipilih metode peramalan yang terbaik yang sesuai dengan pola data yang ada dari

suatu perusahaan tertentu yang bergerak dalam bidangnya.

2.6.1. Metode Peramalan Kualitatif

Metode ini menggunakan keputusan manajerial, pengalaman data yang relevan

dan model matematis yang implisit. Metode ini digunakan untuk peramalan jangka

menengah dan panjang yang melibatkan disain proses atau kapasitas suatu fasilitas.

Ada empat metode kualitatif yang paling baik dan paling sering digunakan, yaitu:

Metode Delphi, Survei Pasar, Analogi Daur Hidup, dan Keputusan yang

diinformasikan.

20 Arman Hakim Nasution & Yudha Prasetyawan. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

2.6.2. Metode Peramalan Kuantitatif

Metode peramalan yang dipilih pada penelitian ini adalah dari kelompok

metode peramalan yang berdasarkan deret waktu (time series forecasting methods).

Metode Time Series adalah metode statistik yang menggunakan data permintaan

historis dihimpun pada suatu periode waktu. Dengan asumsi bahwa apa yang terjadi di

masa lalu akan terjadi di masa yang akan datang.

Metode peramalan deret waktu yang umumnya digunakan adalah:

1. Moving average, digunakan jika tidak ada pola trend maupun musiman.

2. Simple eksponensial smoothing, digunakan jika tidak ada pola trend

maupun musiman.

3. Double Exponential Smoothing, digunakan jika ada pola trend tetapi tidak

ada pola musiman.

4. Metode Winter, digunakan jika ada pola trend dan musiman.

2.6.2.1. Metode Moving Average (MA)

Moving average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan

beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan metode ini

adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam

hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-rata beberapa nilai

data secara bersama-sama, dan menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan

permintaan untuk periode yang akan datang. Secara matematis, maka MA akan

dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

..................................... 2.2

Dimana:

Xt

N = Banyaknya data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan MA

= Permintaan aktual pada periode t

Ft

NXXXXF ntttt

t121 .... +−−− ++++

=

= Peramalan permintaan pada periode t

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

2.6.2.2. Metode Single Exponential Smoothing (SES)

Kelemahan teknik MA dalam kebutuhan akan data-data masa lalu yang cukup

banyak dapat diatasi dengan teknik SES. Model ini mengasumsikan bahwa data

berfluktuasi di sekitar nilai mean yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan

konsisten.

Rumus SES dinyatakan sebagai berikut:

............................................... 2.3

Dimana:

St

X

= Peramalan untuk periode t

t

F

+(1-α) = Nilai aktual time series

t-1

α = Konstanta perataan antara 0 dan 1

= Peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)

2.6.2.3. Metode Double Exponential Smoothing (DES)

Metode ini digunakan ketika data menunjukkan adanya trend. Exponential

Smoothing dengan adanya trend seperti pemulusan sederhana kecuali bahwa

komponen harus diupdate setiap periode, level dan trendnya. Level adalah estimasi

yang dimuluskan dari nilai data pada akhir masing-masing periode. Trend adalah

estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan rata-rata pada akhir masing-masing

periode.

1)1(. −−+= ttt FXS αα

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Rumus DES dinyatakan sebagai berikut:

........................................ 2.4

Dimana:

α = Koefisien pemulusan

S’t

S”

= Nilai-nilai penghalusan eksponensial tunggal

t

a

= Nilai-nilai penghalusan eksponensial ganda

t

b

= Penyesuaian nilai penghalusan tunggal untuk periode t

t

F

= Komponen kecenderungan

t+m

= Nilai ramalan untuk m periode ke depan dari t

2.6.2.4. Metode Winters

Metode Winters menggunakan model trend dari Holt, dimana model ini

dimulai dengan perkiraan trend sebagai berikut:

.......................................... 2.5

Dimana:

Tt

A

= Peramalan untuk periode t

t

f

+(1-α) = Nilai aktual time series

t-1

= Peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)

))(1(. 11 −− +−+= tttt TfAT αα

)()1/()"'(

"'2").1('."').1(.'

1

1

mbtatFSSbt

SSaSSSSXS

mt

tt

ttt

ttt

ttt

+=−−=

−=−+=−+=

+

αα

αααα

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

α = Konstanta perataan antara 0 dan 1

Tt-1

= Peramalan untuk periode t (waktu sebelumnya)

2.6.3. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran kesalahan peramalan yaitu

tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.

Ada 3 ukuran yang biasa digunakan yaitu:

a. Mean Absolute Deviation (MAD)

............................................... 2.6

Dimana:

Xt

F

= Permintaan aktual pada periode t

t

n = Jumlah periode peramalan yang terlibat

= Peramalan permintaan pada periode t

b. Mean Square Error (MSE)

............................................... 2.7

c. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)

.......................................... 2.8

n

FXMAD

n

ttt∑

=

−= 1

n

FXMSE

n

ttt∑

=

−= 1

2)(

∑=

=

n

t t

tt X

FXn

MAPE1

100

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

Akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD, MSE, dan

MAPE semakin kecil.

Masalah yang dihadapi perusahaan adalah sering terjadinya kekurangan

persediaan karena peramalan masih kurang tepat, perencanaan kebutuhan bahan yang

meliputi titik pemesanan kembali, jumlah, dan tingkat safety stock masih belum tepat

sehingga menyebabkan terhambatnya produksi. Metode yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah ini adalah metode peramalan yang disesuaikan dengan pola

data historis penjualan perusahaan yaitu metode peramalan pemulusan eksponensial,

kemudian membuat perencanaan kebutuhan bahan baku dengan continuous review

sistem21

.

2.7. Review Hasil-Hasil Penelitian

Beberapa jurnal penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Wahid Ahmad Jauhari (2006) dengan judul Tingkat Persediaan Spare Part

Forklift Merek Komatsu dengan Pendekatan Model Persediaan Single

Item. Penelitian ini membahas penetapan tingkat persediaan spare part

forklift merek Komatsu yang mampu meminimalkan biaya total persediaan

dan meningkatkan service level.

21 Widiawaty Winata dan Bachtiar Saleh Abbas, Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku dengan Continuous Review Sistem. Jurnal Piranti Warta, Volume 11 No. 2, 2008.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

2. Wirawan Aditya, S.P. dkk (2009) dengan judul Pengendalian Persediaan

Spare Part dengan Pendekatan Periodic Review (R,s,S) Sistem. Penelitian

ini membahas bagaimana menentukan strategi persediaan spare part

dengan mempertimbangkan servis level yang tinggi tetapi dengan biaya

yang rendah.

3. Muhammad Adha Ilhami (2011) dengan judul Evaluasi dan Perbandingan

Kebijakan Persediaan di PT. XYZ pada Sistem Probabilistik dengan

Menggunakan Model P. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

kebijakan perusahaan dimana menurut perusahaan belum didasarkan atas

biaya total persediaan namun berdasarkan pengalaman masa lalu yang

dinilai lebih “aman” yang didasari atas kekhawatiran kekurangan

persediaan bahan baku.

4. Burhan (2010) dengan judul Model P Back Order dan Algoritma

Permasalahan Inventori dengan Mempertimbangkan Ongkos Transportasi

(Fixed and Variable Cost) – Permintaan Probabilistik. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan kebijakan inventori (dengan model P)

diterapkan untuk meminimumkan biaya total dengan mempertimbangkan

biaya transportasi.

5. Wahid Ahmad Jauhari (2008) dengan judul Penentuan Model Persediaan

Spare Part dengan Mempertimbangkan Terjadinya Back order. Penelitian

ini bertujuan untuk mengintegrasikan model peramalan spare part dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

permintaan intermittent ke dalam model persediaan yang membolehkan

terjadinya back order.

6. Yutik Ernawati dan Sunarsih (2008) dengan judul Sistem Pengendalian

Persediaan Model Probabilistik dengan Back order Policy. Penelitian ini

membahas tentang model persediaan probabilistik untuk kasus back order

tanpa kendala dan dengan kendala. Model ini dapat membantu untuk

menentukan jumlah bahan baku dan safety stock yang harus disiapkan

setiap dilakukan pemesanan kepada supplier secara lebih optimal dengan

meminimalkan total biaya pembelian.

7. Hala A. Fergany (2005) dengan judul Periodic Review Probabilistic

Multi-Item Inventory Sistem with Zero Lead Time under Constrains and

Varying Order Cost. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa

persediaan pengaman multi item secara probabilistik, model inventori

single source dengan zero lead-time dan bermacam biaya pemesanan

dibawah dua kendala, salah satunya biaya simpan yang diharapkan dan

yang lain adalah biaya yang diharapkan dari safety stock.

8. Naglaa Hassa El-Sodany (2011) dengan judul Periodic Review

Probabilistic Multi-Item Inventory Sistem With Zero Lead-time Under

Constraint and Varying Holding Cost. Penelitian ini bertujuan untuk

memeriksa safety stock multi item secara probabilistik, model inventori

single source dengan zero lead-time dan bermacam biaya simpan.

9. Tiena Gustina Amran dan Dinar Suryo Lesmono (2009) dengan judul

Back order Raw Material Inventory Control Sistem With Lead-time and

Ordering Cost Reduction. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

beberapa saran alternatif sistem pengendalian persediaan optimal untuk

klasifikasi bahan baku.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

2.8. Resume Hasil-Hasil Penelitian Tabel 2.1. Resume Hasil-Hasil Penelitian

NO JUDUL PROBLEM VARIABEL MOTODE PEMECAHAN

MASALAH

HASIL

1. Tingkat Persediaan Spare Part Forklift Merek Komatsu dengan Pendekatan Model Persediaan Single Item (Wahid Ahmad Jauhari)

Bagaimana penetapan tingkat persediaan yang mampu meminimalkan biaya total persediaan dan meningkatkan service level.

1. Annual demand 2. Permintaan selama

lead time 3. Biaya penyimpanan 4. Biaya Pemesanan 5. Biaya Pemesanan

Kembali

1. Algoritma (Q,r) Policy untuk menghitung reorder point dan order quantity.

2. Simulasi Monte Carlo untuk menghitung biaya total persediaan.

Dari hasil simulasi Monte Carlo kebijakan usulan mampu memberikan penghematan terhadap biaya total persediaan sebesar 21,1% dan mampu menaikkan service level rata-rata sebesar 1,47%.

2. Pengendalian Persediaan Spare Part dengan Pendekatan Periodic Review (R,s,S) System (Wirawan Aditya dkk)

Bagaimana menentukan strategi persediaan dengan mempertimbangkan service level yang tinggi tetapi dengan biaya yang rendah.

1. Jumlah permintaan 2. Lead time 3. Safety stock 4. Service level

1. Periodic Review (R, s, S) System

2. Simulasi Monte Carlo

Simulasi Monte Carlo memberikan gambaran konsisi persediaan secara lebih nyata agar dapat ditentukan parameter yang terbaik untuk part tertentu. Penentuan parameter S (stok maksimum) dan s (reorder point) sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian persediaan. Adjustmet/modifikasi rumus dasar diperlukan untuk mengantisipasi variabilitas yang tinggi pada demand dan lead time ketika rumus EOQ tidak mampu mengakomodasi target service level.

3. Evaluasi dan Perban-dingan Kebijakan Perse-diaan di PT. XYZ pada Sistem Probabilistik dengan Menggunakan Model P (M. Adha Ilhami)

Kebijakan persediaan perusahaan belum didasarkan atas biaya total persediaan tetapi berdasarkan pengalaman masa lalu.

1. Permintaan 2. Leadtime 3. Biaya pesan 4. Biaya kekurangan

persediaan

Periodic Review (R, s, S) System

Kebijakan persediaan usulan yang dihitung dengan model P merupakan ketentuan persediaan yang lebih baik, karena total biaya persediaan yang dihasilkan lebih kecil daripada total persediaan awal.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

NO JUDUL PROBLEM VARIABEL MOTODE PEMECAHAN

MASALAH

HASIL

4. Model P Back order dan Algoritma Permasalahan Inventori dengan Mempertimbangkan Ongkos Transportasi (Fixed and Variable Cost) Permintaan Probabilistik (Burhan)

Bagaimana kebijakan inventori dengan Model P diterapkan untuk meminimumkan biaya total dengan memper-timbangkan biaya transportasi?

1. Periode waktu pemesanan

2. Inventory 3. Safety Stock

Periodic Review (R, s, S) System

Dengan menggunakan model P ada penghematan biaya total inventori, bila dibandingkan hasilnya dengan model yang sudah ada.

5. Penentuan Model Perse-diaan Spare Part dengan Mempertimbangkan Terjadinya Back order (Wahid Ahmad Jauhari)

Bagaimana menginte-grasikan model peramalan spare part dengan permintaan intermittent ke dalam model persediaan yang membolehkan terjadinya back order.

1. Biaya persediaan 2. Service Level

1. Peramalan Metode Croston

2. Model Persediaan (Q,r) Policy

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai factor k (safety factor) relatif tinggi dan nilai ROP yang lebih tinggi dari nilai lot pemesanan. Hal ini menunjukkan bahwa model persediaan berusaha untuk meminimisasi jumlah back order yang terjadi.

6. Sistem Pengendalian Persediaan Model Probabilistik dengan Back order Policy (Yutik Ernawati & Sunarsih)

Penentuan jumlah persediaan dan safety stock untuk mengantisipasi timbulnya lonjakan jumlah permintaan dan jumlah cacat produksi hanya ditentukan dengan perkiraan.

1. Ketersediaan modal

2. Permintaan konsumen

3. Kebijakan perusahaan

1. Model Persediaan Probabilistik tanpa kendala atau Model (Q,r).

2. Model Persediaan Probabilistik dengan kendala atau Model (Q,r,λ).

1. Model persediaan probabilistik berkendala menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding dengan perencanaan yang digunakan perusahaan selama ini.

2. Penghematan yang diperoleh dengan menggunakan metode ini sebesar 2,42% per tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Produksirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32824/4/Chapter II.pdf · perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi

NO JUDUL PROBLEM VARIABEL MOTODE PEMECAHAN

MASALAH

HASIL

7. Periodic Review Probabilistic Multi-Item Inventory System with Zero Lead Time under Constraints and Varying Order Cost (Hala A. Fergany)

Bagaimana persediaan probabilistik multi item, model single source inventory dengan zero lead time dan bermacam biaya pesanan dibawah dua kendala, salah satunya adalah biaya simpan harapan dan yang lainnya adalah biaya safety stock harapan.

1. Average purchase cost

2. Expected order cost

3. Expected holding cost.

Periodic Review (R, s, S) System

Variabel kebijakan untuk model ini adalah jumlah periode N dan tingkat inventory maksimum Q* dan meminimumkan biaya total. Untuk mendapatkan nilai optimal dari variabel kebijakan ini dengan menggunakan pendekatan geometric programming.

8. Periodic Review Probabilistic Multi-Item Inventory Sistem with Zero Lead Time under Constraints and Varying Holding Cost (Naglaa Hassan El-Sodany)

Bagaimana persediaan probabilistik multi item, model single source inventory dengan zero lead time dan bermacam biaya penyimpanan.

1. Average purchase cost

2. Expected order cost

3. Expected holding cost.

Model Persediaan (Q,r) Policy

Variabel kebijakan untuk model ini adalah jumlah periode N dan tingkat inventori maksimum Q* dan meminimumkan biaya total.

9. Back order Raw Material Inventory Control System With Lead Time and Ordering Cost Reduction (Case Study: PT ICI Paints Indonesia) (Tiena Gustina Amran & Dinar Suryo Lesmono)

Bagaimana menyediakan pengendalian persediaan alternatif usulan yang optimal untuk klasifikasi bahan baku.

1. Periode waktu pemesanan

2. Inventory 3. Safety Stock

Model Persediaan (Q,r) Policy

Dengan menggunakan Model Inventori (Q,R) Back order ada penghematan sebanyak 5,81%.

Universitas Sumatera Utara