BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa...

14

Click here to load reader

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan

seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari

tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada

umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk

derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan

proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).

Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas dapat

diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi obesitas Klasifikasi IMT

Berat badan kurang Kisaran normal

Berat badan lebih Beresiko Obese I Obese II

<18,5 18,5-22,9

>23,0 23,0-24,9 25,0-29,9

>30,0

Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria ini

berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa kelompok etnik

yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama,

menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2

dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa Cina, Ethiopia,

Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan 2.9 kg/m2 lebih rendah

daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya nilai cut off IMT untuk obesitas

yang spesifik untuk populasi tertentu. (Sugondo, 2006)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

Indeks massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset

telah menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara

langsung, seperti pengukuran dalam air dan dual energy x-ray absorptiometry (DXA).

IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan

indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang dapat

mengakibatkan problema kesehatan (CDC, 2011).

2.2. Obesitas.

2.2.1 Definisi

Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang

digunakan adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah tahap

sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan terjadi

kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para pria dan 25% pada wanita

(Ganong,2002).

2.2.2. Etiologi

Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang

dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas.

Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan

massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak

adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh

karena itu pada orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan

pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan

(Guyton, 2007).

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku

makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena

lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di

negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis,

dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku

makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga

memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan

makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh

karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada

dewasanya nanti (Guyton, 2007).

Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian

ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obese,

serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa

peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik

seperti leptin dan α-MSH pada hewan obese yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .

Input dari vagal juga terhitung penting, membawa informasi dari viseral, seperti

peregangan dari usus (Flier et al, 2005).

Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih

jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta

defek monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor

leptin (Guyton, 2007).

Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin

adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja

melalui aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan

jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui

berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa.

Kortisol adalah glukokortikoid bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan

pada trigiserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). Peptida

usus seperti ghrelin, peptida YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan

memberi sinyal ke otak secara langsung ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui

nervus vagus (Flier et al, 2005).

Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk glukosa,

dapat mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan

menyebabkan rasa lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur utama nafsu makan

(Flier et al, 2005).

Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan diatas

bekerja melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti NPY, AgRP,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

alpha-MSH, an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik, kotekolaminergik,

endokannabinoid, dan jalur singnal opioid (Flier et al, 2005).

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit

lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism,

Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma, gangguan lain pada

hipotalamus (Flier et al, 2005).

Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik

oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka disedikit saja

kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005).

2.2.3. Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas

Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+) adalah

overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese.

WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan

mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.

Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk

dewasa di atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesa cukup tinggi seperti di

Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9%

dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita, Jawa Barat 17.0% dengan 14.4% pria dan 29.2%

wanita, Jawa tengah 17.0% dengan 11.6% pria dan 22.0% wanita, DI Yogyakarta 18.7%

dengan 14.6% pria dan 22.5% wanita, Jawa timur 20.4% dengan 15.2% pria dan 25.5%

wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%.

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan

makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan

status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada

peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia

(Sugondo, 2006). tingginya prevalensi ini, telah membuat obesitas mendapat perhatian

yang cukup singnifikan dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang

menyedihkan; prevalensi pada anak-anak juga mengingkat pada taraf yang

mengkhawatirkan.( Flier et al, 2005)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

2.2.4. Klasifikasi

Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan

lemak (Misnadiarly, 2007). Antara lain :

a. Mild obesity

dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal.

b. Moderate obesity

Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.

c. Morbid

Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan

ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung, dan kematian

mendadak meningkat dengan tajam.

2.2.5. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI,

Electrical inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan

Waist Circumference (Flier et al, 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut

mudah dan murah dilakukan. Oleh karena itu pengukuran IMT, waist-to-hip ratio, dan

Waist Circumference yang lebih lazim dilakukan.

1.IMT

IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah

menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung.

IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan

indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang bisa

mengakibatkan problema kesehatan.

2. Waist Circumference

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan

merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran

antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Pengukuran lingkar

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

pinggang ini boleh dikatakan berguna dalam penentuan obesitas sentral. Lingkar

pinggang menggambarkan lemak tubuh di antaranya tidak termasuk berat tulang (kecuali

tulang belakang) atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan

memperngaruhi hasil pengukuran (Sugondo,2006). Berikut kriteria ukuran lingkar

pinggang berdasarkan etnis (Alberti et al, 2009)

Tabel 2.2 Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral

3. Waist-to-hip ratio (Flier et al, 2005)

Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul merupakan

alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar

pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan.

Tabel 2.3 Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio

Jenis Kelamin Ukuran Waist-to-hip

wanita <0.9

Pria <1

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

2.2.6. Dampak obesitas

Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan. Obesitas berhubungan

dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50 sampai 100% resiko

kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya,

dan terutama oleh sebab kardiovaskular (Harrison, 2007). Berikut beberapa efek

patologis dari diabetes:

1. Insulin resisten dan diabetaes tipe 2

2. Gangguan pada sistem reproduksi

3. Penyakit kardiovaskular

4. Penyakit pulmoner

5. Gallstones (batu empedu)

6. Kanker

7. Penyakit tulang, sendi dan kulit.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

Gambar 2.2. Berbagai Faktor yang Menjadi Penyebab Obesitas (Harrison’s Principles of

Internal Medicine, 2005)

2.3. Tekanan Darah

2.3.1. Definisi

Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan vaskuler perifer.

Peningkatan curah jantung dan atau resistensi vaskuler perifer menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Jika jantung meningkat sementara resistensi vaskuler perifer menurun dan

sebaliknya, maka tekanan darah tidak akan meninggi (Ganong, 2002).

Intake energy > pengeluaran energi

obesitas

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

2.3.2. Fisiologi Tekanan darah

Curah jantung dapat berubah-ubah oleh perubahan pada kecepatan denyut jantung

atau isi sekuncup. Kecepatan jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung,

stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis menurunkannya.

Isi sekuncup sebagian juga ditentukan oleh input saraf, rangsang simpatis menyebabkan

serat otot miokardium berkontraksi lebih kuat untuk setiap panjang sedangkan rangsang

parasimpatis menimbulkan efek sebaliknya. Kekuatan kontraksi otot jantung bergantung

pada preload dan afterload-nya. Preload adalah derajat peregangan miokardium

sebelum miokardium berkontraksi dan afterload adalah resistensi yang dihadapi darah

sewaktu dikeluarkan (Ganong, 2002).

Tekanan di dalam aorta dan dalam arteri brankialis dan arteri besar lain pada orang

dewasa muda meningkatkan mencapai nilai puncak (tekanan sistolik) kira-kira

120mmHg selama tiap siklus jantung dan turun ke nilai minimal (tekanan diastolik)

sekitar 70 mmHg. Tekanan ini didapat pada posisi duduk istirahat atau berbaring. Cukup

kelihatan lebih rendah pada malam hari dan pada perempuan lebih rendah dibanding

dengan laki-laki. Secara umum, peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan

sistolik, sedangkan peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan diastolik

(Ganong, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

Gambar 2.3. Skema Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Arteri

2.3.4. Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Ganong (2002), metode pengukuran tekanan darah ada 3 :

5. Mengukur secara langsung

Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan

manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu osiloskop

diatur untuk menulis secara lansung pada potongan kertas yang bergerak.

--

kontraktilitas

preload

afterload

Pemendekan serat

miokardium Ukuran ventrikel

kiri

Isi sekuncup Kec. Denyut jantung

Curah jantung Resistensi perifer

Tekanan arteri

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

6. Metode auskultasi

Manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa (sfigmomanometer)

kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop diletakkan di atas arteri brankialis

pada siku. Manset secara cepat dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan

sistolik yang diharapkan dalam arteri brankialis. Arteri dioklusi oleh manset, dan tidak

ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara

perlahan-lahan. Pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset,

semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, dan secara sinkron dengan tiap

denyut, bunyi detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset pada waktu bunyi

pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan menurunnya tekanan, suara menjadi

lebih keras, kemudian tidak jeas dan menutupi; akhirnya pad kebanyakan individu,

menghilang. Ini adalah bunyi korotkoff. Tekanan diastolik dalam keadaan istirahat orang

dewasa berkorelasi paling baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang. Akan tetapi,

pada orang dewasa setelah berolahraga dan pada anak, tekanan diastolik berkorelasi

paling baik dengan bunyi menjadi hilang.

7. Metode palpasi

tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian

membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali

teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan denyut pertama kali

teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah

dibandingkan dengan yang diukur dengan metode auskultasi.

2.3.4. Klasifikasi tekanan darah

Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention,

Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7) , tekanan darah

dibagi menjadi normal, prehipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7

SBP/DBP Kategori <120/80 Normal 120-139/80-89 Prehipertensi >=140/90 Hipertensi 140-159/90-99 >=160/100

Hipertensi stage 1 Hipertensi stage 2

Hasil ini merupakan hasil perbaharuan dari The Sixth Report Of The Joint

National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High

Blood Pressure (JNC), Tahun 1997. Pada JNC 6, prehipertensi dibagi menjadi 2 kelas

lagi dan hipertensi dibagi menjadi 3 stage.

2.3.5. Mekanisme Hipertensi

Curah jantung dan tahanan perifer adalah dua faktor penentu tekanan arterial.

Dimana curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup dan denyut nadi; isi sekuncup

berhubungan dengan kontraktilitas miokardium dan ukuran dari kompartemen vaskular.

Tahahan perifer ditentukan oleh fungsional dan anatomi perubahan pada arteri kecil dan

arteriol. Berikut beberapa hal yang dapat mengakibatkan perubahan faktor di atas, yang

nantinya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah (Fisher, 2005; Williams, 2005) :

1. Volume intravaskular

Volume vaskular adalah penentu primer tekanan arteri untuk waktu yang lama. Sodium

secara predominan adalah ion ekstrasellular dan merupakan penentu primer volume

cairan ekstrasellular. Ketika masukan dari NaCl melebihi kapasitas dari ginjal untuk

membuang sodium, volume vaskular menjadi bertambah dan curah jantung meningkat.

Dengan meningkatnya curah jantung akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah;

tetapi, seiring dengan waktu, tahanan perifer akan meningkat dan curah jantung akan

kembali menjadi normal. Pengurangan kapasitas ekskresi sodium dari ginjal akan

menimbulkan hipertensi.

2. Sistem nervus autonom

Sistem nervus autonom menjaga hemostasis kardiovaskular melalui tekanan, volume,

dan sinyal kemoreseptor. Refleks adrenergik memodulasi tekanan darah jangka pendek,

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

dan fungsi adrenergik, berhubungan dengan hormonal dan faktor volume yang berkaitan,

berkontribusi dalam regulasi jangka panjang tekanan arteri. Aktivasi reseptor β1 akan

menstimulasi kecepatan dan kekuatan kontraktilitas jantung, yang akhirnya akan

meningkatkan curah jantung. Aktivasi reseptor ini juga akan menstimulasi pelepasan

renin dari ginjal, sehingga air akan diretensi dan tekanan darah akan meningkat. Selain

reseptor β1, reseptor α1 juga berperan meningkatkan tekanan darah dengan

menyebabkan vasokonstriksi.

3. Renin-Angiotensin-Aldosteron

Tubuh juga memiliki sistem renin angiotensin dalam memodulasi tekanan darah. Peran

renin, dihasilkan oleh sel jukstaglomerular di ginjal, dalam modulasi tekanan darah

dengan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin 1. Angiotensin 1 ini akan diubah

menjadi angiotensin 2, merupakan vasokonstriktor kuat, oleh angiotensin converting

enzym kinase II (ACE kinase II). Angiotensin 2 ini nantinya akan merangsang pelepasan

dari aldosteron, mineralkortikoid yang kuat, dari zona glomerulosa korteks adrenal.

Renin-Angiotensin-Aldosteron sistem berkontribusi dalam regulasi tekanan arteri

melalui properti angiotensin II dan retensi sodium melalui properti aldosteron.

4. Mekanisme vaskular

Diameter vaskular dan resistensi komplians arteri juga penting dalam menentukan

tekanan arteri. Pasien yang hipertensi mempunyai arteri yang kaku dan pasien

arterisklerosis secara khusus mempunyai sistol yang tinggi dan tekanan nadi yang lebar

sebagai akibat penurunan komplians vaskular yang disebabkan perubahan struktur

dinding vaskular.

2.4. Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah.

Penyebab hipertensi pada obesitas adalah kompleks. Peningkatan tonus vascular

dan garam serta air ginjal adalah penyebab utama hipertensi pada obesitas. Mekanisme

yang mendasarinya termasuk hiperleptinemia, meningkatnya asam lemak bebas (FFA),

hiperinsulinemia, dan insulin resisten, kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari

saraf simpatis, meningkatnya tonus vascular, disfungsi endothelial, dan retensi sodium

ginjal. Sebagai tambahan, meningkatnya aktivitas rennin-angiotensin-system (RAS),

sebagai efek dari aktivasi simpatis dan bertambahnya sintesis jaringan adiposa,

mengakibatkan meningkatnya retensi garam dan air ginjal (M. Wahba, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter II.pdf · Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui ... 2.2.4. Klasifikasi

Endothelial disfungsi

Tonus vaskular

Obesitas

leptin FFA

Insulin

Adipose

Sintesis RAS

Stimulasi simpatik

RAS

Hipertensi

Retensi garam dan air

Gambar 2.4. Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan darah

Universitas Sumatera Utara