BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrokarbonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28437/4/Chapter...

18
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrokarbon Dalam bidang kimia , hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom- atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik . Sebagai contoh, metana (gas rawa ) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH 4 . Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C 2 H 6 . Propana memiliki tiga atom C (C 3 H 8 ) dan seterusnya (C n H 2·n+2 ) (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008). 2.1.1 Penggolongan Hidrokarbon Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrokarbonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28437/4/Chapter...

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidrokarbon

Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur

karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-

atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga

sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.

Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom

karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci,

sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan

tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga

atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2) (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).

2.1.1 Penggolongan Hidrokarbon

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Penggolongan Hidrokarbon

2.1.2 Alkana

Alkana (CH4) mempunyai rumus umum CnH2n+2 dengan n = 1, 2,…. Ciri

terpenting dari molekul hidrokarbon alkana adalah hanya tedapat ikatan kovalen

tunggal. Alkana dikenal sebagai hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbon) karena

mengandung jumlah maksimum atom hidrogen yang dapat berikatan dengan sejumlah

atom karbon yang ada.

Alkana yang paling sederhana (yaitu dengan n = 1) adalah metana CH4

Gambar 2.1 menunjukkan struktur dari empat alkana pertama (n = 1 sampai n

= 4). Gas alam merupakan campuran dari metana, etana dan sejumlah kecil propane.

Tentunya atom karbon yang terdapat di semua alkana dapat dianggap terhibridisasi

sp

, yang

merupakan hasil alami penguraian bakteri anaerob dari tanaman – tanaman dalam air.

Karena senyawa ini pertama kali dikumpulkan dari rawa, metana juga dikenal sebagai

gas rawa. Sumber metana yang agak mustahil tetapi terbukti adalah rayap. Ketika

serangga rakus itu memakan kayu, mikroorganisme yang terdapat dalam sistem

pencernaannya memecah selulosa (komponen utama dari kayu) menjadi metana,

karbon dioksida dan senyawa – senyawa lainnya. Diperkirakan 170 juta ton metana

diproduksi setiap tahun oleh rayap. Metana juga diproduksi dalam beberapa proses

pengolahan limbah. Secara komersial, metana diperoleh dari gas alam.

3. Struktur etana dan propana amatlah jelas karena hanya ada satu cara untuk

menggabungkan atom karbon dalam molekul – molekul ini. Tetapi, butana

mempunyai dua kemungkinan skema ikatan yang menghasilkan isomer struktur

Universitas Sumatera Utara

(structural isomer) n – butane (n artinya normal) dan isobutana, yaitu molekul –

molekul yang mempunyai rumus molekul sama tetapi strukturnya berbeda. Alkana

yang mempunyai isomer struktur seperti butane digambarkan mempunyai struktur

rantai lurus atau rantai bercabang. n – Butana adalah alkana rantai lurus sebab atom

karbon dihubungkan sepanjang satu garis. Pada alkana rantai bercabang seperti

isobutana, satu atau lebih atom karbon terikat pada sedikitnya tiga atom karbon yang

lain (Chang, R., 2005).

Gambar 2.2 Struktur Alkana

Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa

yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. Suku

Universitas Sumatera Utara

pertama sampai dengan 10 senyawa alkana dapat anda peroleh dengan

mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana

Suku ke n rumus molekul nama titik didih

(°C/1 atm) massa 1 mol

dalam g 1 1 CH metana 4 -161 16

2 2 C2H etana 6 -89 30

3 3 C3H propana 8 -44 44

4 4 C4H butana 10 -0.5 58

5 5 C5H pentana 12 36 72

6 6 C6H heksana 14 68 86

7 7 C7H heptana 16 98 100

8 8 C8H oktana 18 125 114

9 9 C9H nonana 20 151 128

10 10 C10H dekana 22 174 142

Alkana - alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah untuk

mensintesis senyawa - senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat dalam

minyak bumi dan dapat dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan distilasi

bertingkat. Suku pertama sampai dengan keempat senyawa alkana berwujud gas pada

temperatur kamar. Metana biasa disebut juga gas alam yang banyak digunakan

sebagai bahan bakar rumah tangga/industri. Gas propana, dapat dicairkan pada

tekanan tinggi dan digunakan pula sebagai bahan bakar yang disebut LPG (liquified

Universitas Sumatera Utara

petroleum gas). LPG dijual dalam tangki - tangki baja dan diedarkan ke rumah-rumah.

Gas butana lebih mudah mencair daripada propana dan digunakan sebagai geretan

rokok. Oktana mempunyai titik didih yang tempatnya berada dalam lingkungan bahan

bakar motor. Alkana-alkana yang bersuhu tinggi terdapat dalam kerosin (minyak

tanah), bahan bakar diesel, bahan pelumas, dan parafin yang banyak digunakan untuk

membuat lilin (http://free.vlsm, 2008).

2.2 Gas Alam

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan

molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung

molekul - molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8)

dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam

juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global

ketika terlepas ke atmosfer dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang

sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan

ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana

yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal

dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian

(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-

turut)

Tabel 2.2 Komponen Utama Dalam Gas Alam

Komponen %

Universitas Sumatera Utara

Metana (CH4 80-95 )

Etana (C2H6 5-15 )

Propana (C3H8) and Butane (C4H10 < 5 ) Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air

dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam

jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor)

utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang

signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai acid gas (gas asam).

Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.

Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas

tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi

kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya,

akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena

ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat

membahayakan.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan

menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah

tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam

rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang

jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan.

Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15% yang dapat

menimbulkan ledakan.

Universitas Sumatera Utara

Misalnya, dalam kilang olefin, etilena dan propilena murni sudah tersedia

sedangkan dalam kilang pemrosesan gas alam, sudah ada etana dan propana. Propana

2.2.1 Pemanfaatan Gas Alam

Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :

1. Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit

Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan

bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah

tangga hotel, restoran dan sebagainya.

2. Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk,

petrokimia, metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE =

linear low density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PVC = poly vinyl

chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet

makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api

ringan.

3. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural

Gas (LNG). Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air

conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok,

Thailand sebagai penyimpanan dan transportasi (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).

2.2.2 Sifat dan Prinsip Pencairan Gas Alam

Sistem pendinginan sering dijumpai dalam industri penyulingan minyak,

petrokimia dan industri kimia. Pemilihan refrigeran pada umumnya didasarkan pada

tersedianya refrigeran itu sendiri, batas temperatur dan juga pengalaman

menggunakan refrigeran tersebut.

Universitas Sumatera Utara

atau propilena mungkin tidak cocok untuk kilang ammonia karena risiko kontaminasi,

sedangkan ammonia dapat berfungsi dengan baik untuk tujuan tersebut. Fluorokarbon

sudah banyak digunakan karena sifatnya yang tidak mudah terbakar.

Karena sifatnya yang menguntungkan beberapa refrigerant yang dicantumkan

dalam Tabel 3 dapat digunakan secara ekonomis dalam daerah temperatur yang

luas.Untuk pencairan gas alam sudah tentu tidak semua refrigeran yang ada dalam

daftar tersebut dapat digunakan, karena temperatur pencairan gas alam yang rendah.

Tabel 2.3 Beberapa Refrigeran Yang Digunakan Dalam Pendinginan

Refrigeran Batas Temperatur, oF

Metana - 200 sampai – 300

Etana dan Etilena - 75 sampai – 175

Propana dan Propilena 40 sampai – 50

Butana 60 sampai 10

Amonia 80 sampai - 25

Refrigeran - 12 81 sampai - 20

Dalam pencairan gas alam pada prinsipnya adalah mendinginkan gas sampai

memasuki daerah dua fase. Pencairan suatu gas pada prinsipnya dapat dilakukan

menggunakan cara – cara berikut :

(a) Pendinginan dengan tekanan tetap dalam suatu pemindah panas (heat

exchanger),

(b) Pendinginan dengan mesin pengembang (expander), atau

Universitas Sumatera Utara

(c) Pendinginan dengan klep pengembang (cerat, throttle) atau dinamakan proses

throttle.

2.2.3 Pemilihan Refrigeran

Kilang pencairan gas alam adalah kilang kombinasi Propan – MCR, di mana

digunakan dua siklus pendinginan : siklus propan dan siklus refrigeran campur

(MCR). Pemilihan MCR (multicomponent refrigerant) didasarkan pada kenyataan

bahwa gas alam yang dicairkan merupakan campuran dari berbagai komponen,

dengan komponen dasar metan, yang sudah tentu titik didh dan titik embun metan. Di

samping itu agar pemakaian refrigeran hemat (ekonomis), refrigeran harus memiliki

panas penguapan (Hfg) yang besar dengan titik didih rendah dan juga harus mudah

didapat, apabila diperlukan untuk pengganti kehilangan refrigeran.

Pemakaian refrigeran komponen tunggal, misalnya N2 dan CH4

Istilah kromatografi mula – mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908),

seorang ahli botani rusia. Ia telah memisahkan klorofil dan pigmen – pigmen lain dari

ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani

(chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi itu sendiri berarti penulisan

dengan warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi, tetapi sebenarnya

yang memiliki

titik didih rendah, akan memerlukan jumlah mol refrigeran yang sangat tinggi, yang

akan mengakibatkan diperlukannya kompresor yang berukuran dan berdaya besar.

Karena alasan – alasan tersebut akhirnya dipilih refrigeran multikomponen (MCR)

sebagai refrigeran dalam kilang pencairan gas alam (Sutanto, 1994).

2.3 Dasar – Dasar Kromatografi

Universitas Sumatera Utara

istilah kromatografi sebenarnya sudah tidak tepat lagi karena dengan kromatografi

juga dapat dipisahkan senyawa – senyawa yang tidak berwarna termasuk gas (Yazid,

E., 2005).

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan

tertentu. Prinsip dasar kromatografi adalah cara pemisahan senyawa – senyawa atas

dasar perbedaan migrasi senyawa tersebut pada fase diam atau pengaruh fase gerak.

Oleh karena itu kromatografi dapat digunakan untuk tujuan isolasi (pemisahan),

analisa jumlah komponen dan pengujian kemurnian (Sastrohamidjojo, H.,1985).

2.3.1 Klasifikasi Kromatografi

Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase – fase yang

digunakan dan berdasarkan atas prinsipnya.

Tabel 2.4 Jenis – Jenis Kromatografi (Yazid, E., 2005).

Fase

Bergerak

Fase

Diam

Prinsip

Teknik Kerja

Gas Padat Adsorpsi Kromatografi Gas - Padat

Cair

Padat

Adsorpsi, Partisi

Kromatografi Kolom, KLT

dan Kromatografi Kertas

Cair

Cair

Partisi

Kromatografi Kolom, KLT

dan Kromatografi Kertas

Gas Cair Partisi Kromatografi Gas - Cair

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Prinsip Kromatografi

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen – komponen campuran tersebut diantara dua fase,

yaitu stationery (fase diam) dan mobile (fase bergerak). Fase diam dapat berupa zat

padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.

Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai

macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam system yang terdiri dari

fase diam dan fase bergerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada

gerakan relatif dari masing – masing komponen diantara ke dua fase tersebut.

Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan

bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan

(mobilitas) antara komponen yang satu dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan

dalam adsorpsi, partisi, kelarutan atau penguapan diantara ke dua fase. Jika perbedaan

– perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh

karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam

perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan

kecepatan yang berbeda – beda agar dapat terjadi proses pemisahan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi

deferensial dinamis dalam system dalam mana komponen – komponen cuplikan

ditahan secara selektif oleh fase diam (Yazid, E., 2005).

Universitas Sumatera Utara

Dalam kromatografi gas, fase gerak berupa gas lembab seperti helium,

nitrogen, argon, atau bahkan hidrogen yang digerakkan dengan tekanan melalui pipa

yang berisi fase diam. Pada kromatografi gas ini fase bergerak berupa gas dan fase

diam dapat berupa cairan dan padatan.

Dari persyaratan diatas, maka ada dua gabungan yaitu :

a) Jika fase bergerak adalah gas dan fase diam adalah padatan maka disebut

kromatografi gas – padat (GSC).

b) Jika fase bergerak adalah gas dan fase diam adalah cairan maka disebut

kromatografi gas – cair (GLC) (Hendayana, S.,1994).

2.3.3 Komponen – Komponen Instrumentasi Kromatografi Gas

a) Gas Pembawa

Gas yang dapat digunakan sebagai fasa gerak dalam kromatografi gas harus

bersifat inert (tidak bereaksi) dengan cuplikan maupun fasa diam. Gas – gas yang

biasa digunakan adalah gas He, Ar, N2, H2

Cuplikan yang dapat dianalisis dengan teknik kromatografi gas dapat berupa

zat cair atau gas. Dengan syarat cuplikan tersebut mudah menguap dan stabil (tidak

rusak pada kondisi operasional). Di tempat pemasukan cuplikan terdapat pemanas

. Karena gas disimpan dalam silinder baja

bertekanan tinggi maka gas tersebut akan mengalir dengan sendirinya secara cepat

sambil membawa komponen – komponen campuran yang akan atau yang sudah

dipisahkan. Dengan demikian gas tersebut disebut juga carrier gas (gas pembawa).

b) Pemasukan Cuplikan

Universitas Sumatera Utara

yang suhunya dapat diatur untuk menguapkan cuplikan. Suhu tempat penyuntikan

cuplikan biasanya sekitar 50 derajat di atas titik didih cuplikan. Bila cuplikan rusak

pada suhu tersebut maka cuplikan tersebut tidak dapat dianalisis dengan teknik

kromatografi gas. Jumlah cuplikan yang disuntikkan kedalam aliran fasa gerak.

Tempat pemasukan cuplikan cair ke dalam pak kolom biasanya terbuat dari

tabung gelas di dalam blok logam panas. Cuplikan disuntikkan dengna bantuan alat

suntik melalui karet septum kemudian diuapkan di dalam tabung gelas. Gas pembawa

meniup uap cuplikan melalui kolom kromatografi. Cuplikan berbentuk gas dapat

dimasukkan dengan bantuan alat suntik gas (gas tight syringe) atau kran gas (gas

sampling valve).

c) Kolom

Dalam kromatografi gas, kolom merupakan tempat terjadinnya proses

pemisahan. Untuk kromatogafi gas dikenal dua jenis kolom yaitu jenis pak (packed

column) dan jenis terbuka (open tubular column). Jenis pak terbuat dari stainless steel

sedangkan jenis kolom terbuka terbuat dari pipa kapiler. Ke dalam kolom jenis pak

diisi zat pendukung dan fasa diam yang menempel pada zat pendukung (Hendayana

S., 2006).

Waktu retensi

Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom menuju

ke detektor disebut sebagi waktu retensi. Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari

Universitas Sumatera Utara

saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan menunujukkan tinggi puncak

maksimum untuk senyawa itu.

Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk senyawa tertentu, waktu

retensi sangat bervariasi dan bergantung pada :

a) Titik didih senyawa. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang lebih

tinggi daripada temperatur kolom, akan menghabiskan hampir seluruh

waktunya untuk berkondensasi sebagai cairan pada awal kolom. Dengan

demikian, titik didih yang tinggi akan memiliki waktu retensi yang lama.

b) Kelarutan dalam fase cair. Senyawa yang lebih mudah larut dalam fase cair,

akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas pembawa..

Kelarutan yang tinggi dalam fase cair berarti memiiki waktu retensi yang lama.

c) Temperatur kolom. Temperatur tinggi menyebakan pergerakan molekul-

molekul dalam fase gas; baik karena molekul-molekul lebih mudah menguap,

atau karena energi atraksi yang tinggi cairan dan oleh karena itu tidak lama

tertambatkan. Temperatur kolom yang tinggi mempersingkat waktu retensi

untuk segala sesuatunya di dalam kolom.

Untuk memberikan sampel dan kolom, tidak ada banyak yang bisa dikerjakan

enggunakan titik didih senyawa atau kelarutannya dalam fase cair, tetapi anda dapat

mempunyai pengatur temperatur. Semakin rendah temperatur kolom semakin baik

pemisahan yang akan anda dapatkan, tetapi akan memakan waktu yang lama untuk

mendapatkan senyawa karena kondensasi yang lama pada bagian awal kolom!

Dengan kata lain, menggunakan temperatur tinggi, segala sesuatunya akan melalui

kolom lebih cepat, tetapi pemisihannya kurang baik. Jika segala sesuatunya melalui

kolom dalam waktu yang sangat singkat, tidak akan terdapat jarak antara puncak-

Universitas Sumatera Utara

puncak dalam kromatogram. Jawabannya dimulai dengan kolom dengan suhu yang

rendah kemudian perlahan-lahan secara teratur temperaturnya dinaikkan. Pada

awalnya, senyawa yang menghabiskan lebih banyak waktunya dalam fase gas akan

melalui kolom secara cepat dan dapat dideteksi. Dengan adanya sedikit pertambahan

temperatur akan memperjelas lagi perlekatan oleh senyawa. Peningkatan temperatur

masih dapat lebih melekatan molekul-molekul fase diam melalui kolom (www.chem-

is-try, 2008).

d) Detektor

Berbagai jenis detektor dapat digunakan untuk mendeteksi komponen –

komponen yang telah terpisahkan di dalam kolom kromatografi gas. Jenis detektor

meliputi detektor daya hantar panas (thermal conductivity detector), detektor ionisasi

nyala (flame ionization detector), detektor penangkap elektron (electron capture

detector), detektor fotometri nyala (flame photometric detector) dan detektor nyala

alkali (alkali flame detector). Setiap detektor mempunyai karakteristik tersendiri.

Detektor daya hantar panas (Thermal Conductivity Detector, TCD)

Detektor jenis ini mengukur kemampuan zat dalam memindahkan panas dari

daerah panas ke daerah dingin. Semakin besar daya hantar panas maka semakin besar

pula panas dipindahkan. Gambar dibawah memperlihatkan diagram detektor daya

hantar panas (Hendayana S., 2006).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 Diagram Detektor Daya Hantar Panas

Detektor TCD telah digunakan sejak awalnya sejarah dari kromatografi gas

dikeluarkan oleh Hewlett Packard Company dan bahkan sampai sekarang ini

penggunaan detector jenis ini sangat luas. Banyak keuntungan penggunaan detector

TCD, keearena dapat mendeteksi hamper semua komposisi dari gas alam (kecuali

untuk analisis gas dimana gas itu digunakan sebagai carrier gas). Kegunaan dari

detektor ini adalah untuk menganalisis gas – gas anorganik dengan kosentrasinya yang

kecil (trace) dan memmpunyai sensitivitas yang tinggi bila digunakan suhu operasi

yang tinggi. Sensitivitas detektor jenis TCD juga sangat tergantung bila bridge current

dan juga tahanan dan ukuran dari filament. Bila bridge current mencapai ratusan mA,

juga tidak selalu mempunyai sensitivitas tinggi, filament yang mempunyai tahanan

kecil menyebabkan bridge current yang mengalir membesar, sehingga sensitivitas dari

TCD rendah (Arun, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Penerjemahan hasil dari detektor. Hasil akan direkam sebagai urutan puncak –

puncak, setiap puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor.

Sepanjang anda mengontrol secara hati - hati kondisi dalam kolom, anda dapat

menggunakan waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak

- tentu saja anda atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai

senyawa pada kondisi yang sama.

Gambar 2.4 Terjemahan Hasil Detektor

Area dibawah puncak sebanding dengan jumlah setiap senyawa yang telah

melewati detektor dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui komputer yang

dihubungkan dengan monitor. Area yang akan diukur tampak sebagai bagian yang

berwarna hijau dalam gambar yang disederhanakan. Perlu dicatat bahwa tinggi puncak

tidak merupakan masalah, tetapi total area dibawah puncak. Dalam beberapa contoh

tertentu, bagian kiri gambar adalah puncak tertinggi dan memiliki area yang paling

luas. Hal ini tidak selalu merupakan hal seharusnya. Mungkin saja sejumlah besar satu

senyawa dapat tampak, tetapi dapat terbukti dari kolom dalam jumlah relatif sedikit

melalui jumlah yang lama. Pengukuran area selain tinggi puncak dapat dipergunakan

dalam hal ini (www.chem-is-try, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.3.4 Kromatogram

Kromatogram merupakan grafik berupa kerucut – kerucut atau dalam istilah

kromatografi modern disebut peak, hasil rekaman yang menggambarkan urutan

keluarnya komponen campuran dari kolom. Dari kiri ke kanan dalam kromatogram

menyatakan waktu, biasanya dalam menit. Sementara sumbu vertikal menyatakan

intensitas komponen. Jumlah peak yang muncul menyatakan jumlah komponen yang

terdapat dalam campuran. Kemudian kuantitas tiap komponen dapat dihitung melalui

luas peak. Semakin besar luas peak semakin besar pula kuantitas komponen tersebut

(Hendayana, S., 2006).

Gambar 2.5 Kromatogram

Universitas Sumatera Utara