SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan...

49
viii LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN KOKOSAN (Lansium domesticum Corr cv kokossan), Oleh Dr. Tri Mayanti, (Ketua) Hikmat Kasmara, MS (Anggota) Rani Maharani, MSi (Anggota) Dr. Unang Supratman (Anggota) DIBIAYAI OLEH DANA DIPA UNIVERSITAS PADJADJARAN SESUAI DENGAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR: 1159/H6.1/Kep/HK/2009 TANGGAL 14 APRIL 2009 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN NOVEMBER, 2009

Transcript of SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan...

Page 1: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA

DARI TUMBUHAN KOKOSAN

(Lansium domesticum Corr cv kokossan),

Oleh

Dr. Tri Mayanti, (Ketua) Hikmat Kasmara, MS (Anggota) Rani Maharani, MSi (Anggota)

Dr. Unang Supratman (Anggota)

DIBIAYAI OLEH DANA DIPA UNIVERSITAS PADJADJARAN SESUAI DENGAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

NOMOR: 1159/H6.1/Kep/HK/2009 TANGGAL 14 APRIL 2009

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN

NOVEMBER, 2009

Page 2: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

ABSTRAK

Lansium domesticum Corr adalah tumbuhan tinggi yang termasuk famili Meliaceae dan terdistribusi luas di Asia Tenggara. Tumbuhan-tumbuhan yang tergolong kepada famili Meliaceae ini dikenal sebagai penghasil zat-zat yang bersifat antifeedant dan pengendali pertumbuhan serangga dengan toksisitas yang rendah terhadap mamalia. Dalam penelitian senyawa pengendali hama baru dari tumbuhan tropis Indonesia, ekstrak metanol biji buah, kulit buah, daun dan kulit batang kokosan (konsentrasi 5% b/v) menunjukkan aktivitas antifeedant yang cukup efektif terhadap larva instar ke-empat E. vigintioctopunctata dan dapat menghambat perkembangan larva menjadi pupa serta perkembangan pupa menjadi imago (konsentrasi 0,5% b/v). Ekstrak metanol daun dan kulit buah kokosan menunjukkan nilai LC50 berturut-turut 1204,7 ppm dan 808,4 ppm terhadap larva nyamuk Ae. aegypti. Uji daya tolak (repellent) ekstrak daun dan kulit buah kokosan terhadap nyamuk Ae.aegypti selama + 8 jam efektif pada konsentrasi 25% b/v. Ekstrak metanol dari bahan tumbuhan dipekatkan dan diekstraksi berturut-turut dengan n-heksan dan etil asetat. Terhadap ekstrak etil asetat dan n-heksan masing-masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa 1 ditetapkan berdasarkan data-data spektroskopi, dengan demikian senyawa 1 ditetapkan sebagai senyawa tetranortriterpenoid baru dan dinamakan kokosanolid A. Struktur kimia senyawa aktif 2 dan 3 ditetapkan berdasarkan data-data spektroskopi dan dengan perbandingan dengan data-data spektrum yang diperoleh sebelumnya. Senyawa 2 diidentifikasi sebagai senyawa triterpenoid 8,14-secogammacera-7,14-dien-3,21-dion sedangkan senyawa 3 diidentifikasi sebagai 8,14-secogammacera-7,14(27)-dien-3,21-dion yang diperoleh sebagai campuran dengan senyawa 2 (75%:25%). Senyawa 2 dan 3 merupakan senyawa yang baru pertama kali dilaporkan dari kulit batang L. domesticum cv kokossan.

OO

H

H

O

O

OOOH

H3CO

O

O

O

1 2

Page 3: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

O

O

3 Kata kunci: Lansium domesticum, Meliaceae, antifeedant, Epilachna

vigintioctopunctata, kokosanolid A, triterpenoid, 8,14-secogammacera-7,14-dien-3,21-dion dan 8,14-secogammacera-7,14(27)-dien-3,21-dion

Page 4: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

ABSTRACT

Lansium domesticum Corr is a higher plant to belonging to Meliaceae family and widely distributed in South East Asia. Plants of Meliaceae family were known as a substance producer with antifeedant properties and insect growth regulator and low toxicity against mammalian. In the course of novel antifeedant compound from Indonesia tropical plant, the methanol extract from the seed, peel, leaf and bark of L. domesticum Corr. cv kokossan Hasskl. (conc. 5% b/v) showed a effective antifeedant activity and distinct effect to development of Epilachna vigintioctopunctata Fabricius larvae (conc. 0,5% b/v). The methanolic extract from the leaf and peel of L. domesticum cv kokossan showed LC50 at 1204,7 ppm and 808,4 ppm respectively against Ae.aegypti larvae. The repellent test of methanolic extract from the kokosan’s leaf and peel were effective at 25% w/v for + 8 hours against Ae.aegypti larvae. The methanolic extract of plant material was concentrated and extracted succesively with n-hexane and ethyl acetate. The ethyl acetate and n-hexane extract were separated by combination of column chromatography yield active compounds 1, 2 and 3. The chemical structure of active compounds 1 was determined by spectroscopic data and, consequently, compound 1 was determined as novel tetranortriterpenoids and named kokosanolide A. The chemical structure of active compounds 2,3 and were determined by spectroscopic data and comparison with those spectrum datas previously reported, consequently, compound 2 and 3 were identified as triterpenoids, 8,14-secogammacera-7,14-dien-3,21-dion and compound 3 was obtained as a mixture of 8,14-secogammacera-7,14(27)-dien-3,21-dion and 2 (75%:25%). Compound 3 for the first time reported from the peel of L. domesticum cv kokossan.

OO

H

H

O

O

OOOH

H3CO

O

O

O

1 2

O

O

3

Page 5: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

Keywords: Lansium domesticum, Meliaceae, antifeedant, Epilachna vigintioctopunctata, kokosanolid A, triterpenoid, 8,14-secogammacera-7,14-diene-3,21-dione and 8,14-secogammacera-7,14(27)-diene-3,21-dione

Page 6: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan ini

dengan baik. Keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi

ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana

melalui Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2008-2009.

2. Prof. Dr. Khalijah Awang, Prof. Dr. Seik Weng Ng dan Dr. Mat Ropi

Mukhtar dari University of Malaya untuk kesempatan publikasi bersama.

3. Dr. M. Hanafi beserta staf Pusat Studi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia, Serpong Jakarta yang telah membantu pengukuran spektrum

NMR.

4. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian hingga penulisan

laporan ini selesai.

Semoga Allah SWT membalas seluruh bantuan dan dukungan yang telah

diberikan dengan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap tulisan

ini bermanfaat sebagai tambahan informasi dalam bidang Ilmu Kimia Organik

Bahan Alam.

Bandung, November 2009

Tri Mayanti

Page 7: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ……………….…………………… .. i

ABSTRAK …………………………………………………………. ii

ABSTRACT ………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR .........……………………………………… vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. vii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. ix

DAFTAR TABEL …………………………………………………. xi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………….. 1

1.2. Identifikasi Masalah ……………………………………. 2

1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 3

1.4. Kegunaan Penelitian …………………………………….. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN HIPOTESIS …………………………………………. 4

2.1. Kajian Pustaka …………………………………………… 4

2.1.1. Tinjauan Umum L. domesticum …….…………………. 4

2.1.2. Kegunaan L. domesticum ……………………………… 5

2.1.3. Kandungan Kimia Tumbuhan L. domesticum .……...… 6

2.1.4. Bioaktivitas Ekstrak Tumbuhan L. domesticum ……… 11

2.2. Kerangka Pemikiran …………………………………… 11

2.3. Hipotesis ……………………………………………….. 12

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN …………….. . 14

3.1. Bahan dan Alat Penelitian ……………………………… 14

3.1.1. Bahan Penelitian ……………………………………… 14

3.1.2. Serangga Uji …………………………………………. 14

3.1.3. Bahan Kimia ………………………………………… 14

3.1.4. Peralatan …………………………………………….. 15

3.1.5. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………. 15

Page 8: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

3.2. Metode Penelitian …………………………………….. 15

3.2.1. Isolasi dan Penentuan Struktur……............................ 15

3.2.2. Uji Aktivitas Pengendali Hama ...........................….. 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………….. 18

4.1. Ekstraksi dan Partisi Bahan Tumbuhan ….…………… 18

4.2. Senyawa dari Biji Buah Kokosan …............................. 19

4.3. Ekstraksi Kulit Batang Kokosan …………………….. 19

4.4. Penentuan Struktur Kimia Senyawa-senyawa Hasil Isolasi 20

4.4.1. Penentuan Struktur Kimia Senyawa 1 ……………… 20

4.4.2. Penentuan Struktur Kimia Senyawa 2 ........................ 31

4.4.3. Penentuan Struktur Kimia Senyawa 3 ……………… 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………. 39

5.1. Kesimpulan ……………………………………………. 39

5.2. Saran …………………………………………………... 40

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 41

RENCANA PENELITIAN TAHAP II ......................................... 43

Page 9: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 4.1. Spektrum inframerah senyawa 1 ………………………. 21 Gambar 4.2. Spektrum 1H-NMR senyawa 1 (CDCl3, 400 MHz)……. 22 Gambar 4.3. Spektrum APT senyawa 1 (CDCl3, 100 MHz) ............... 23 Gambar 4.4. Spektrum HMBC untuk korelasi pada bagian cincin furan senyawa 1 (CDCl3, 400 MHz) ……. 25 Gambar 4.5. Korelasi HMBC gugus α,β-keton takjenuh senyawa 1 … 26 Gambar 4.6. Spektrum dan korelasi COSY (CDCl3, 400 MHz) pada senyawa 1, (a) rangkaian H-22, H-8, H-9, H-11 dan H-12, (b) rangkaian H-6, H-5, H-10 dan H-19 ……. 27 Gambar 4.7. Spektrum COSY (CDCl3, 400 MHz) untuk penjodohan jarak jauh H-26 dengan H-17 dan H-15 dengan H-8 ….. 28 Gambar 4.8. Spektrum dan korelasi HMBC (CDCl3, 400 MHz) pada gugus-gugus metil senyawa 1 ................................. 29 Gambar 4.9. Spektrum dan korelasi HMBC (CDCl3, 400 MHz) pada karbon-karbon teroksigenasi dan gugus metoksi karbonil senyawa 1 ............................................ 29 Gambar 4.10. Gabungan fragmen-fragmen struktur senyawa 1 ............ 30 Gambar 4.11. Spektrum NOESY (CDCl3, 400 MHz) senyawa 1 …… 30 Gambar 4.12. Spektrum inframerah senyawa 2 ………………………. 32 Gambar 4.13. Spektrum 1H-NMR gugus-gugus metil senyawa 2 (CDCl3, 500 MHz) ………………..……….. 32 Gambar 4.14. Spektrum 13C-NMR dan DEPT 135o senyawa 2 (CDCl3, 125 MHz) ………………………… 33 Gambar 4.15. Spektrum dan korelasi HMBC gugus-gugus metil pada senyawa 2 (CDCl3, 500 MHz).………..…………. 34 Gambar 4.16. Spektrum dan korelasi HMBC gugus olefinik pada senyawa 2 (CDCl3, 500 MHz)……………………. 35

Page 10: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

Gambar 4.17. Spektrum dan korelasi COSY proton-proton visinal pada senyawa 2 (CDCl3, 500 MHz) .…………………… 35 Gambar 4.18. Spektrum inframerah senyawa 3 ……………………….. 37 Gambar 4.19. Perbandingan spektrum 1H-NMR isolat 3 dengan 2 (CDCl3, 400 MHz) ...…………………………................ 37 Gambar 4.29. Spektrum APT isolat 3 (CDCl3, 100 MHz) .……………. 38

Page 11: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Uji aktivitas pengendali hama terhadap ekstrak metanol kokosan .......................................................................... 18 Tabel 4.2. Berat ekstrak hasil partisi dari ekstrak metanol ............. 19

Tabel 4.3. Data NMR senyawa 1 dalam CDCl3 pada 400 MHz .... 24

Tabel 4.4. Data NMR senyawa 2 dalam CDCl3 pada 500 MHz .... 36

Page 12: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini pengembangan pestisida nabati diarahkan pada penemuan

senyawa-senyawa yang tidak hanya efektif dalam mengendalikan serangga tetapi

juga mempunyai aktivitas yang selektif terhadap satu atau jumlah terbatas

serangga fitofagoes. Latar belakang pemikiran ini adalah sasaran untuk

mengurangi dampak ekologis lingkungan yang merugikan seandainya tiga kriteria

yaitu: efektif, spesifik dan aman dapat serasi dengan prinsip pengelolaan serangga

hama yang modern maka produk alami ini dapat memenuhi kriteria agent

pengendali biorasional.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam

hayati yang sangat potensial untuk menghasilkan metabolit sekunder yang dapat

digunakan untuk penemuan senyawa pengendali hama tanaman maupun obat-

obatan baru yang lebih potensial. Suku Meliaceae dikenal sebagai penghasil zat-

zat pahit bermanfaat sebagai substansi antimakan serangga dan penghambat

pertumbuhan dengan toksisitas rendah terhadap mamalia (Omar et al., 2005). L.

domesticum sebagai salah satu jenis dari suku Meliaceae merupakan sumber

senyawa-senyawa terpenoid dengan berbagai aktivitas hayati yang menarik. Jenis

ini memiliki tiga kultivar yaitu: duku, kokosan dan pisitan. Dari kultivar duku

telah dilaporkan beberapa senyawa golongan triterpenoid dan nortetratriterpenoid

yang enam diantaranya memiliki aktivitas antifeedant terhadap Sitophilus oryzae.

Satu-satunya laporan dari kultivar kokosan adalah ditemukannya senyawa

golongan onocerandiendion dari bagian kulit buahnya (Kosela et al., 2001).

Penelitian pendahuluan yang telah kami lakukan terhadap beberapa bagian

tumbuhan kokosan menunjukkan berbagai aktivitas pengendali hama diantaranya

sebagai penolak (repellent), penghambat perkembangan larva, larvasida,

penghambat penetasan telur, dan antifeedant. Publikasi kandungan kimia dari

berbagai bagian tumbuhan kokosan belum banyak dilaporkan sehingga penelitian

terhadap kultivar kokosan terutama berkaitan dengan aktivitas pengendali hama

Page 13: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

3

dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam tumbuhan tersebut menarik untuk

dilakukan.

Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan penentuan struktur kimia senyawa-

senyawa pengendali hama dari bagian biji buah, kulit buah, daun dan kulit batang

kokosan. Isolasi senyawa-senyawa aktif dilakukan melalui pemisahan dan

pemurnian menggunakan metode kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis

preparatif dan kristalisasi. Isolat-isolat aktif ditentukan strukturnya melalui

metode spektroskopi yang meliputi ultraviolet, inframerah, resonansi magnet inti

dan massa. Uji hayati antifeedant (metode uji cakram pilihan, Schwinger et al.,

1983) dan penghambat perkembangan dilakukan terhadap larva E.

vigintioctopunctata instar ke-4, uji hayati terhadap aktivitas toksisitas dan

repellent dilakukan dengan nyamuk Ae. Aegypti.

1.2. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah aktivitas pengendali hama yang meliputi aktivitas daya tolak

(repellent), penghambat perkembangan larva, larvasida dan antifeedant dari

senyawa-senyawa yang berasal dari kulit buah, biji, daun dan kulit batang

kokosan.

2. Bagaimanakah cara memperoleh senyawa-senyawa dari bagian biji buah, kulit

buah, daun dan kulit batang kokosan yang memiliki aktivitas sebagai

pengendali hama?

3. Bagaimana karakter dan struktur kimia senyawa-senyawa hasil isolasi dari

bagian biji buah, kulit buah, daun dan kulit batang kokosan yang memiliki

aktivitas pengendali hama?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Memperoleh data aktivitas pengendali hama meliputi aktivitas daya tolak

(repellent), penghambat perkembangan larva, larvasida, penghambat

Page 14: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

3

penetasan telur, dan antifeedant dari senyawa-senyawa yang berasal dari kulit

buah, biji, daun dan kulit batang kokosan.

2. Memperoleh senyawa-senyawa yang menunjukkan keaktifan sebagai

zat penolak (repellent), penghambat perkembangan larva, larvasida,

penghambat penetasan telur, dan antifeedant terhadap beberapa bioindikator.

3. Memperoleh karakter dan struktur senyawa-senyawa aktif yang

terkandung dalam kulit buah, biji, daun dan kulit batang kokosan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan memberi tambahan ilmu dalam:

a. Metode isolasi dan penentuan struktur senyawa-senyawa pengendali hama

dari tumbuhan kokosan.

b. Kemotaksonomi senyawa-senyawa pengendali hama dalam famili Meliaceae.

c. Pemanfaatan tumbuhan kokosan dalam bidang pertanian sebagai bahan

insektisidal alami.

d. Mempelajari kemungkinan penggunaan senyawa aktif yang diperoleh

sebagai prototype sintesis senyawa pengendali hama yang dapat diaplikasikan

di bidang pertanian.

Page 15: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Tinjauan Umum L. domesticum (Morton, 1987)

Tumbuhan L. domesticum tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian

800 m di atas permukaan laut; pH tanah sedikit asam (5,5-6,6); curah hujan yang

cukup sekitar 2.000-3.000 mm; suhu 25-35 oC. Tumbuhan ini tidak dapat

menyesuaikan diri selama musim kering sehingga meranggas selama 3-4 minggu.

Di Indonesia, L. domesticum sering ditanam di kebun rumah dengan tanaman lain

seperti pohon mangga.

Determinasi tumbuhan L. domesticum telah dilakukan di Laboratorium

Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unpad. Taksonomi tumbuhan

L. domesticum menurut USDA Natural Resources Conservation Service (2004),

adalah sebagai berikut:

Kerajaan Plantae

Subkerajaan Tracheobionta

Superdivisi Spermatophyta

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Subkelas Rosidae

Bangsa Sapindales

Suku Meliaceae

Marga Lansium Correa

Jenis Lansium domesticum Correa

Beberapa nama daerah di Indonesia untuk tumbuhan L. domesticum ini

diantaranya yaitu dukuh, dukem, langsat, langsep, langsa, celoring, kokosan, dan

lain-lain.

Hasskarl mengusulkan tiga kultivar untuk L. domesticum yang tumbuh di

Jawa, yaitu: duku (L. domesticum Corr. cv duku Hasskl.), kokosan (L. domesticum

Page 16: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

Corr. cv kokossan Hasskl.) dan pisitan (L. domesticum Corr. cv piedjietan

Hasskl.). Berdasarkan morfologi daun, bunga dan buah Kostermans berpendapat

bahwa duku (L. domesticum dan kokosan (L. aqueum (Jack) Miq.) merupakan dua

jenis yang berbeda sedangkan pisitan diduga merupakan hibrid antara duku dan

kokosan. Backer dan Bakhuizen v.d Brink Jr menyatukan takson-takson seputar

L. domesticum tersebut dalam satu jenis. Oleh karena adanya perbedaan pendapat

tersebut Kostermans meneliti masalah ini lebih lanjut dan akhirnya menyimpulkan

bahwa Lansium sebagai satu seksi saja dalam marga Aglaia Lour. Jenis-jenis

tersebut diacunya dengan nama Aglaia dookkoo Griff. (duku), A. aquea (Jack)

Kosterm. (kokosan) dan A. domestica (Corr. emend. Jack) Pellegrin (pisitan)

(Mabberley et al., 1995; Sunarti, 1987).

Sunarti (1987) kemudian menemukan perbedaan anatomi daun dari ketiga

kultivar tersebut dan mendukung pendapat Kostermans yang menyatakan bahwa

duku, pisitan dan kokosan merupakan jenis yang berbeda. Namun demikian

penempatan jenis-jenis tersebut dalam marga Aglaia seperti yang diusulkan

Kostermans sulit diterima, oleh karena Pennington dan Styles sudah menunjukkan

bahwa Lansium dan Aglaia dapat dibedakan berdasarkan struktur bunganya.

2.1.2. Kegunaan L. domesticum

Air rebusan dari kulit batang bagian dalam L. domesticum Corr. yang dicampur

dengan kulit batang Pterocarpus indica Wild biasa digunakan sebagai obat

disentri. Kulit batang dan kulit buahnya mengandung asam lansium, jika 50 mg

dari zat ini disuntikkan pada katak dapat menyebabkan kelumpuhan jantung

setelah 3-4 jam. Bijinya yang hijau sangat pahit dan bila digerus dengan air dapat

digunakan sebagai obat cacing dan penolak demam (Heyne, 1987).

Batangnya dapat digunakan untuk mengobati penyakit malaria. Kulit yang

masih segar mengandung 0,2% minyak atsiri berwarna kekuningan, resin

berwarna coklat, dan asam pereduksi. Dari kulit buahnya yang kering diperoleh

oleoresin semi-cairan yang berwarna hitam dengan komposisi 0,17% minyak

atsiri dan 22% resin. Resin diduga tidak beracun dan bermanfaat untuk

menghentikan diare dan kejang usus kelinci secara in vitro sebagai hewan uji.

Page 17: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

Ekstrak daunnya dapat dimanfaatkan sebagai obat tetes mata untuk mencegah

inflamasi. Kulit buah dapat dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk dengan cara

dikeringkan dan dibakar; serta mengandung senyawa antibakteri. Daging buah

dan batang pohon dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional untuk racun panah

(Morton, 1987).

2.1.3. Kandungan Kimia L. domesticum

Beberapa penelitian melaporkan keberadaan senyawa-senyawa golongan

triterpenoid dalam tumbuhan L. domesticum cv duku. Senyawa-senyawa tersebut

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Triterpen Onoceranoid

Asam lansat (6), suatu triterpen bisiklik merupakan senyawa yang pertama kali

diisolasi dari tumbuhan duku. Senyawa ini diperoleh dari ekstrak petroleum eter

kulit buah duku (Kiang et al., 1967). Pada penelitian berikutnya terhadap bagian

kulit buah berhasil diisolasi triterpen onoceranoid lain yaitu α-onoceradiendion (7)

oleh (Habaguchi et al., 1968). Senyawa ini telah dilaporkan terdapat juga dalam

kulit buah kokosan (Kosela et al., 2001).

Tiga senyawa triterpen onoceranoid baru, yaitu: asam lansionat (8), 3β-

hidroksionocera-8(26),14-dien-21-on (9) dan 21α-hidroksionocera-8(26),14-dien-

3-on (10) telah diisolasi dari kulit buah duku oleh Tanaka et al. (2002). Ketiga

senyawa tersebut menunjukkan toksisitas ringan terhadap Artemia salina.

Enam senyawa triterpen onoceranoid yang bersifat antifeedant, beberapa

diantaranya senyawa baru, telah dilaporkan dari kulit batang L. domesticum cv

duku. Keenam senyawa tersebut diuji pada konsentrasi 0,5% b/b terhadap S.

orizae. Asam lansionat (8), onoceratrien (11), asam lansiolat (12), asam lansiolat

A (13), 21α-hidroksionocera-8(26),14-dien-3-on (10), dan α-onoceradiendion (7)

menurunkan aktivitas makan serangga uji berturut-turut hingga 68,9%; 64,7%;

63,2%; 56,1%; 53,8% dan 40,1% (Omar et al., 2005).

Page 18: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

CO2H

HO2C

O

O

6 7

O

CO2H

HO

O

8 9

O

OH

10 11

HO

CO2H

O

CO2H

OH

12 13

b. Triterpen Lanosta dan Glikosidanya.

Senyawa mayor pada daun duku adalah asam lansiolat (12). Beberapa turunan

glikosidanya yang diberi nama lansiosida A (14), B (15), dan C (16)

Page 19: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

memperlihatkan aktivitas penghambatan leukotrien D4 yang menginduksi

kontraksi usus babi pada konsentrasi efektif 2,4 ppm (Nishizawa et al., 1983).

lansiosida A (C38H61NO8.H2O) mengikat N-asetil--D-glukosamin pada C-3.

lansiosida B (C36H58O8) mengikat gula -D-glukosa pada C-3. Lansiosida C

(C35H56O7) berupa padatan amorf mengikat gula -D-xilosa pada C-3.

RO

CO2H

3

c. Triterpen Sikloartanoid

Pada tahun (1989) Nishizawa et al. kemudian mengisolasi senyawa golongan

triterpen sikloartanoid baru dari daun L. domesticum cv duku. Senyawa tersebut

adalah asam 3-okso-24-sikloarten-21-oat (17) yang memiliki aktivitas sebagai

penghambat timbulnya tumor kulit. Beberapa senyawa turunannya juga

memperlihatkan aktivitas yang sama. Kristal asam 3-okso-24-sikloarten-21-oat

tidak berwarna, memiliki rumus molekul C30H46O3 dan titik leleh 185-186 oC.

HO2C

O

17

d. Seskuiterpena

Vyehara et al. (1988) menemukan senyawa yang bersifat toksik yaitu isomer

cisoid dari 3-okso-α-bourbonen (18).

lansiosida A: 14 R = N-asetil -D-glukosamin B: 15 R = -D-glukosa C: 16 R = -D-xilosa

Page 20: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

18

e. Tetranortriterpenoid Dukunolid dan Mexicanolid

Nishizawa et al. (1985, 1988) berhasil mengisolasi enam senyawa

tetranortriterpenoid baru dari biji duku yang diberi nama: dukunolid A (19), B

(20), C (21), D (22), E (23), dan F (24). Dukunolid D (C26H28O8) merupakan 5,6-

deoksidukunolid A. Dukunolid E (C26H28O9) merupakan 5,6-deoksidukunolid B,

sedangkan dukunolid F merupakan stereoisomer dukunolid E pada konfigurasi R

C-13 dan C-17.

Selain dukunolid A, B, C, D, E, dan F, Nishizawa et al. (1988) juga

mengisolasi mexicanolid (25) yang merupakan senyawa minor pada ekstrak biji

buah duku.

O

O

O

O

OOH

OH

O

O

O

O

O

O

OOH

OH

O

O

O

O

O

O

O

OOH

OH

O

OO

O

19 20 21

O

O

O

O

OOH

OH O

O

O

O

O

OOH

OH O

O

O

O

O

O

OOH

OH O

22 23 24

Page 21: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

O

O

O

O

O

MeO

O

25

f. Kelompok Domesticulid (Saewan et al., 2006)

Kelompok senyawa domesticulid diperoleh dari bagian biji L. domesticum

yang tumbuh di hutan Thumbon Nopitum, Thailand. Tumbuhan yang dikenal

sebagai Langsat Khao di Thailand ini menunjukkan aktivitas yang signifikan

menghambat perkembangan Plasmodium falciparum dengan nilai IC50 pada

konsentrasi 9,9 µg/mL. Domesticulid A (26) merupakan limonoid dengan cincin

B terbuka yang memiliki gugus hidroksil, karbonil dan furan. Domesticulid B (27)

merupakan turunan asetat dari domesticulid A, sedangkan domesticulid C (28)

adalah senyawa yang menunjukkan kemiripan dengan metil 6-asetoksiangolensat

dan karakteristik 23-hidroksi-21,23-butenolid epimer (perbandingan campuran

1:1). Domesticulid D (29) memiliki karakterisasi spektroskopik yang mirip

dengan domesticulid B dan juga split sinyal yang mendukung kedua epimer 21-

hidroksi-21,23-butenolid (perbandingan campuran 4:1). Domesticulid E (30)

merupakan senyawa yang menunjukkan kemiripan dengan senyawa 6-hidroksi

mexicanolid.

O

O

O

OR

O OMe

O

O

O

O

O

OAc

O OMe

OH

OO

26 R = H; 27 R = A 28

Page 22: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

O

O

O

O

OAc

O OMe

O

OOH

O

O

O

OH

O

O

OH

OMeO

O

29 30

2.1.4. Bioaktivitas Ekstrak Tumbuhan L. domesticum

Berbagai ekstrak bagian tumbuhan L. domesticum cv duku menunjukkan

keragaman bioaktivitas yang sangat menarik untuk diteliti. Ekstrak kulit buah dan

biji memiliki efek racun terhadap ulat grayak (S. litura) dengan uji topikal dan

residual serta mengurangi jumlah larva yang menjadi pupa. Sifat repellent ekstrak

juga terlihat, sedangkan aktivitas antifeedant ekstrak biji lebih tinggi

dibandingkan ekstrak kulit buahnya (Pujiastuti et al., 1995). Ekstrak kulit buah

juga dimanfaatkan sebagai antiketombe dan penguat rambut (Nakagawa dan

Myamoto, 1996). Selain itu ekstrak kulit buah dan daun dilaporkan sebagai

sumber yang potensial untuk menemukan senyawa aktif yang dapat memutuskan

daur hidup parasit Plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria

(Yapp dan Yap, 2002). Fraksi diklorometan, etanol dan etil asetat dari ekstrak biji

duku menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli bahkan 1 mg

fraksi diklorometan menunjukkan nilai kesetaraan dengan antibiotika tetrasiklin

anhidrat 45,8 mg (Loekitowati dan Hermansjah, 2000). Ekstrak biji juga

memberikan efek hipoglikemik terhadap tikus Wistar jantan (Sasmito, 1998).

2.2. Kerangka Pemikiran

Limonoid merupakan suatu triterpenoid dengan atau turunan dari prekursor

kerangka 4,4,8-trimetil-17-furanilsteroid. Jenis metabolit sekunder ini dihasilkan

oleh tumbuhan golongan Rutales terutama pada suku Meliaceae. Sampai tahun

1992 telah diisolasi lebih dari 300 jenis limonoid. Limonoid merupakan ciri

Page 23: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

tumbuhan suku Meliaceae yang melimpah dan bervariasi. Penelitian terhadap

limonoid menarik perhatian karena limonoid menjadi penanda terhadap aktivitas

antifeedant dan pengendali pertumbuhan serangga. Champagne et al. (1992) telah

menginventaris sifat antifeedant dan pengendali pertumbuhan serangga dari 78

senyawa limonoid. Keragaman struktur kimia pada limonoid terutama disebabkan

oleh penambahan oksigen, pembukaan cincin-cincin serta siklisasi baru.

Suatu senyawa limonoid dari suku Meliaceae yang hingga saat ini dijadikan

penanda oleh karena aktivitas pengendali hamanya yang belum tertandingi adalah

azadirachtin dari Azadirachta indica (mimba) dan Melia azedarach (mindi)

(Schwinger et al., 1983). Azadirachtin merupakan senyawa pengendali hama yang

cukup efektif dalam pengendalian hama. Senyawa ini memiliki daya kerja

serta spektrum yang luas. Enam senyawa yang memiliki aktivitas antifeedant

golongan triterpenoid juga telah dilaporkan dari kulit batang salah satu tumbuhan

Meliaceae yaitu L. domesticum cv duku (Omar et al., 2005). Keenam senyawa

yang termasuk dalam kelompok triterpen onoceranoid tersebut memiliki variasi

struktur kimia pada gugus keton yang tereduksi, hidrasi ikatan rangkap

membentuk gugus hidroksi dan pembukaan cincin.

Berdasarkan hubungan kemotaksonomi antara jenis-jenis tumbuhan dalam

suatu famili dengan konstituen kimia yang dikandungnya maka peluang untuk

memperoleh senyawa pengenali hama dari L. domesticum cv kokossan sebagai

salah satu jenis tumbuhan dari suku Meliaceae adalah sangat besar.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1 dan 2.2 maka

hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam ekstrak biji buah, kulit buah, daun dan kulit batang kokosan dan

kulit terkandung senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas pengendali

hama yang meliputi aktivitas repellent dan toksik terhadap nyamuk Ae.

aegypti, aktivitas antifeedant dan penghambat perkembangan larva E.

vigintioctopunctata.

Page 24: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

13

2. Senyawa-senyawa aktif tersebut dapat diisolasi dengan menggunakan

metode ekstraksi dan berbagai metode kromatografi.

3. Terbentuknya keragaman struktur kimia limonoid dan triterpenoid akibat

modifikasi dalam penambahan atom oksigen, pembukaan cincin-cincin

dan siklisasi baru membuka peluang ditemukannya kerangka atau senyawa

baru golongan triterpenoid dalam ekstrak biji buah, kulit buah, daun dan

kulit batang kokosan. Karakter dan struktur kimia senyawa-senyawa hasil

isolasi dapat ditentukan dengan metode fisiko kimia dan berbagai metode

spektroskopi.

Page 25: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

17

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan, Alat dan Waktu Penelitian

3.1.1. Bahan Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian biji buah, kulit

buah, daun dan kulit batang L. domesticum cv kokossan yang diperoleh dari

daerah Cililin Kabupaten Bandung Jawa Barat pada bulan Maret dan September

2005. Tumbuhan dideterminasi di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan

Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran.

3.1.2. Serangga Uji

Serangga uji yang digunakan adalah:

a. E. vigintioctopunctata instar ke-4 awal yang diperoleh dari kawasan

Arboretum Jatinangor dan selanjutnya dipelihara (rearing) di

Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas

Padjadjaran.

b. Larva dan nyamuk Ae. aegypti, telur nyamuk diperoleh dari Balai

Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga yang

selanjutnya ditetaskan di Lab Taksonomi Hewan Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Padjadjaran.

3.1.3. Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan terdiri atas :

1. Berbagai jenis pelarut organik teknis (didistilasi ulang) dan pro-analis seperti

n-heksan, etil asetat, metanol, etanol, kloroform, diklorometan, aseton, dan

pelarut organik lainnya.

2. Silika gel GF254 untuk kromatografi lapis tipis dan silika gel G 60 (70-230

mesh dan 230-400 mesh) untuk kromatografi kolom terbuka dan KKCV.

3. Pereaksi penampak noda asam sulfat 10% dalam etanol.

Page 26: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

17

3.1.4. Peralatan

Alat gelas yang digunakan meliputi peralatan umum yang biasa digunakan di

Laboratorium Kimia Organik, seperti. Penentuan titik leleh dilakukan dengan alat

ukur titik leleh mikro Fisher-John Apparatus; Spektrum UV dan IR masing-

masing diukur dengan UV varian Conc. 100 dan FTIR Spectrum One Perkin

Elmer, dilakukan di Departemen Kimia, FMIPA ITB, Bandung. Spektrum NMR

direkam pada Spektrometer JEOL JNM A-400 (1H-NMR pada 400 MHz dan 13C-

NMR pada 100 MHz, dengan pelarut CDCl3 dengan TMS sebagai standar

internal);.

3.1.5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2008 hingga Oktober 2008 di

Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia FMIPA Unpad. Pengukuran spektroskopi

dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia ITB, Laboratorium

Kimia Organik Jurusan Kimia UPI Bandung, Laboratorium Kimia LIPI Puspitek

Serpong, Department of Chemistry Universiti Kebangsaan Malaysia, Laboratory

of Natural Products Chemistry, Division of Applied Biological Chemistry,

Graduate School of Agriculture and Life Sciences, Osaka Prefecture University.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Isolasi dan Penentuan Struktur

Tahapan kerja yang dilakukan adalah ekstraksi biji buah dan kulit batang

kokosan (L. domesticum cv kokossan) dengan metode maserasi menggunakan

pelarut metanol. Ekstrak metanol yang diperoleh dipartisi berturut-turut dengan

n-heksan dan etil asetat untuk selanjutnya dilakukan uji hayati. Fraksi aktif

dipisahkan dengan teknik kromatografi kolom vakum dan kromatografi kolom

terbuka. Tahap pemurnian dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis

preparatif dan rekristalisasi. Karakterisasi dan penentuan struktur isolat aktif

dilakukan dengan pengukuran titik leleh dan metode spektroskopi yang meliputi

spektroskopi ultraviolet, inframerah, resonansi magnetik inti, dan massa (Gambar

3.1.).

Page 27: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

17

Gambar 3.1. Bagan prosedur isolasi biji buah dan kulit batang kokosan

-Dimaserasi dengan metanol -Pelarut diuapkan

-Dipartisi dengan n-heksan -Diuji hayati

-Dipartisi dengan etil asetat

-Dipisahkan dengan kromatografi kolom

Dimurnikan, diuji hayati

-Dipisahkan dg kromatografi kolom

Dimurnikan, diuji hayati

Karakterisasi dan Penentuan struktur

Karakterisasi dan Penentuan struktur

Page 28: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

17

3.2.2. Uji Aktivitas Pengendali Hama

a. Uji Daya Tolak (Repellent)

Sepuluh ekor nyamuk Ae. aegypti dimasukkan ke dalam kandang

berukuran 30x22x22 cm3. Sebagai media uji disiapkan kepalan

tangan yang dibungkus dengan sarung tangan karet yang telah

diberi lubang berukuran 3x3 cm2. Larutan uji dioles pada bagian

yang terbuka. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu

tertentu hingga 4 jam.

b. Uji Larvasida

Ke dalam wadah plastik yang berisi larutan uji dengan konsentrasi

tertentu dimasukkan 10 ekor larva nyamuk Ae. aegypti.

Pengamatan dilakukan sesudah 24 jam dan 48 jam.

c. Uji Penghambatan Perkembangan Larva

Ke dalam wadah plastik yang berisi larutan uji dengan konsentrasi

tertentu dimasukkan 10 ekor larva nyamuk Ae. aegypti instar III.

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah larva yang berkembang

menjadi pupa dengan waktu pendedahan 7 hari.

a. Antifeedant dengan Metode Uji Pilihan (Schwinger, 1984)

Ekstrak uji dioleskan dibagian kiri daun leunca (Solanum nigrum)

sedangkan di bagian kanan dioles dengan metanol sebagai kontrol.

Selanjutnya daun diletakkan dalam cawan petri dan dimasukkan

dua ekor larva Epilachna vignitioctopunctata instar ke-4 awal

yang telah dipuasakan selama dua jam. Pengamatan dilakukan

setelah 24 jam dan keaktifan dihitung dengan cara mengukur luas

daun yang dikonsumsi larva dengan rumus:

Luas daun yang dikonsumsi (kontrol - perlakuan) % keaktifan = ------------------------------------------------------------- Luas daun yang dikonsumsi (kontrol + perlakuan)

Page 29: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ekstraksi dan Partisi Bahan Tumbuhan

Sebanyak 8,9 kg biji buah, 3 kg kulit buah, 5 kg daun dan 5 kg kulit batang

masing-masing dimaserasi dengan metanol 3x24 jam setelah dihaluskan terlebih

dahulu. Proses penghalusan bertujuan untuk merusak dinding sel hingga proses

ekstraksi berlangsung lebih baik dan cepat. Ekstrak yang terkumpul diuapkan

hingga diperoleh:

Ekstrak pekat metanol dari bagian biji seberat 336,5 g

Ekstrak pekat metanol dari bagian kulit buah seberat 110,8 g

Ekstrak pekat metanol dari bagian kulit batang seberat 211,6 g

Ekstrak pekat metanol dari bagian daun seberat 204,5 g

Terhadap masing-masing ekstrak pekat metanol dilakukan uji pendahuluan

untuk melihat aktivitas pengendali hamanya (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Uji aktivitas pengendali hama terhadap ekstrak metanol kokosan

Ekstrak metanol Uji Antifeedant, Uji perkemb. Uji Larvasida Uji Repellent bag. tumbuhan kons. 1% b/v larva, kons. 1% (LC50, ppm) + 8 jam (ppm) biji buah 56% 9,2 hr/k:7,6 hr - - kulit buah 43% 16,0 hr/k:8,6 hr 808,4 25% daun 71% 10,2 hr/k:7,5 hr 1204,7 25% kulit batang 52% 9,7 hr/k:8,6 hr - - Ekstrak pekat metanol dilarutkan dalam metanol-air lalu dipartisi berturut-turut

dengan etil asetat dan n-heksana menggunakan corong pisah. Partisi dilakukan

sebanyak 3-4 kali. Fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana masing-masing diuapkan

hingga diperoleh ekstrak n-heksan dan ekstrak etil asetat pekat (Tabel 4.2).

Page 30: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

Tabel 4.2. Berat ekstrak hasil partisi dari ekstrak metanol

Bagian Tumbuhan Ekstrak n-heksan (g) Ekstrak etil asetat (g)

Biji buah Kulit buah

Daun Kulit batang

12,2 28,3 32,4 70,7

57,8 33,6 26,4 41,9

4.2. Senyawa dari Biji Buah Kokosan

Terhadap fraksi etilasetat biji buah kokosan dilakukan pemisahan dengan

metode KKCV menggunakan fasa diam silika gel G-60 dengan campuran fasa

gerak n-heksan, etil asetat dan metanol yang ditingkatkan kepolarannya hingga

diperoleh tujuh fraksi (A-G). Fraksi yang terelusi dengan fasa gerak n-

heksan:etil asetat (7:3) (fraksi D) menghasilkan kristal yang selanjutnya

dipisahkan dari larutannya. Kristal dimurnikan dengan kromatografi kolom

terbuka menggunakan adsorben silika gel ukuran 70-230 mesh dan fasa gerak n-

heksan:etil asetat (8:2) hingga diperoleh lima fraksi (D-1 sampai D-5). Fraksi D-2

diperoleh dalam bentuk kristal. Kristal selanjutnya direkristalisasi dengan

diklorometan hingga diperoleh kristal berwarna putih yang selanjutnya disebut

sebagai senyawa 1 sebanyak 6,1 g. Jumlah yang sangat besar ini menunjukkan

bahwa senyawa 1 merupakan komponen utama dalam biji kokosan.

4.3. Senyawa dari Kulit Batang Kokosan

Terhadap fraksi etilasetat kulit batang kokosan dilakukan pemisahan dengan

KKCV menggunakan fasa diam silika gel G-60 dengan campuran fasa gerak

n-heksan, etil asetat dan metanol yang ditingkatkan kepolarannya hingga

diperoleh tujuh fraksi (KA sampai KG). Terhadap fraksi KB selanjutnya

dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom terbuka menggunakan adsorben

silika gel G-60 (70-230 mesh) dan fasa gerak n-heksan:etil asetat (95:5) hingga

diperoleh 8 fraksi (KB-1 sampai KB-8). Fraksi KB-3 yang mengandung

komponen utama dipisahkan kembali dengan kromatografi kolom terbuka

Page 31: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

menggunakan fasa diam silika gel G-60 (70-230 mesh) dan fasa gerak

n-heksan:aseton (99,95:0,05) hingga diperoleh 7 fraksi (KB-3.1 sampai KB-3.7).

Fraksi KB-3.2 diperoleh dalam bentuk kristal yang selanjutnya dibilas

dengan n-heksan untuk melarutkan pengotornya. Kristal dimurnikan dengan cara

rekristalisasi dalam kloroform hingga diperoleh kristal berbentuk jarum, berwarna

putih sebanyak 52,5 mg yang selanjutnya disebut senyawa 2.

Terhadap fraksi n-heksan kulit batang kokosan dilakukan pemisahan dengan

KKCV menggunakan fasa diam silika gel G-60 dengan campuran fasa gerak n-

heksan, etil asetat dan metanol yang ditingkatkan kepolarannya. hingga diperoleh

dua belas fraksi (HA sampai HL). Terhadap fraksi HC yang mengandung

komponen utama selanjutnya dilakukan pemisahan dengan KKCV menggunakan

adsorben silika gel dan fasa gerak berupa campuran n-heksan dan etil asetat

dengan kepolaran yang ditingkatkan, hingga diperoleh 6 fraksi (HC-1 sampai HC-

6). Fraksi HC-2 diperoleh dalam bentuk kristal yang selanjutnya dibilas dengan n-

heksan beberapa kali untuk menghilangkan pengotor. Kristal yang diperoleh

berbentuk jarum, berwarna putih sebanyak 24 mg yang selanjutnya disebut isolat

3.

4.4. Penentuan Struktur Kimia Senyawa-senyawa Hasil Isolasi

4.4.1. Penentuan Struktur Kimia Senyawa 1

OO

O

O

OOOH

H3CO

O

12

345

67

8910

11 12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

1

Senyawa 1 diperoleh berupa kristal jarum putih dengan titik leleh 178-180 oC

dan memiliki rumus molekul C27H32O9 berdasarkan data spektrum NMR dan LC-

MS-ESI (pengamatan m/z 501 [M+H]+) (Lampiran 7), transparan pada spektrum

ultraviolet yang menunjukkan bahwa senyawa 1 tidak memiliki ikatan rangkap

Page 32: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

terkonyugasi. Spektrum inframerah (Gambar 4.1) menunjukkan adanya pita-pita

serapan pada ν (cm-1): 3427 (OH), 1722 (C=O), 1631 (C=C), 1389 (gem

dimetil), 1234 (C-O).

Spektrum 1H-NMR (Gambar 4.2) menunjukkan adanya tiga sinyal singlet (δH

0,98; 1,07 dan 1,37 ppm) yang berasal dari gugus metil tersier dan sebuah sinyal

doublet (δH 1,13,d, J = 8 Hz) dari gugus metil sekunder yang berkorelasi dengan

H-10 (1H, δH 3,33; q, J = 8 Hz). Sebuah sinyal singlet pada daerah medan lebih

tinggi (δH 3,67 ppm) berasal dari gugus metoksi. Spektrum 1H-NMR juga

menunjukkan karakteristik limonoid melalui cincin furan tersubstitusi β pada δH

7,47 (s); 7,40 (s) dan 6,43 (s) ppm. Proton olefin yang berasal dari gugus keton

α,β-tak jenuh memberikan sinyal pada δH 6,28 ppm (1H, s).

Regang OHRegang C=O

Regang C-H

Regang C=C Gem dimetil

Regang OH

Regang C=O

Regang C=CGem dimetil

G

ambar 4.1. Spektrum inframerah senyawa 1

Page 33: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

C-sp3

C-OC=CO-C=C

CH3-O

Gambar 4.2. Spektrum 1H-NMR senyawa 1 (CDCl3, 400 MHz)

Spektrum 13C-NMR dan APT (Gambar 4.3) menunjukkan bahwa senyawa 1

memiliki 27 atom karbon yang terdiri atas empat karbon metil, tiga karbon

metilen, sebelas metin dan sembilan karbon kuartener. Adanya sebuah gugus

karbonil keton (C-3) dan dua buah gugus karbonil ester (C-7 dan C-16) berturut-

turut terdeteksi pada δC 208,59; 172,40 dan 165,36 ppm. Gugus-gugus olefin pada

cincin furan ditunjukkan oleh pergeseran kimia pada δC 143,51 dan 141,97 untuk

dua atom karbon sp2 metin teroksigenasi serta δC 120,52 ppm untuk sebuah atom

karbon sp2 kuartener dan δC 110,77 untuk atom karbon sp2 metin. Karbon ikatan

rangkap dari gugus keton α,β-tak jenuh memberikan sinyal pada δC 168,60 dan

116,67 ppm. Tiga buah sinyal yang berasal dari atom karbon metin yang

teroksigenasi terdeteksi pada δC 81,46; 77,37 dan 69,54 ppm. Sebuah atom karbon

alkohol tersier memberikan sinyal pada δC 76,01 ppm sedangkan sebuah atom

karbon teroksigenasi dua terdeteksi pada δC 108,37 ppm.

Perhitungan harga DBE senyawa 1 memberikan nilai 12. Apabila dikurangi

jumlah ikatan rangkap sebanyak 6 maka senyawa 1 memiliki 6 cincin. Kehadiran

Page 34: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

gugus metoksi pada δH 3,67 ppm (3H, s) merupakan indikasi bahwa senyawa 1

merupakan limonoid dengan cincin B yang terbuka (Saewan et al., 2006).

Identifikasi sinyal-sinyal karbon dan proton lebih lanjut ditetapkan berdasarkan

spektrum NMR 2D yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.

CH2/-C-

CH/CH3

Gambar 4.3. Spektrum APT senyawa 1 (CDCl3, 100 MHz)

Keberadaan cincin furan yang terikat pada atom C-17 sebagai ciri khas golongan

limonoid dibuktikan melalui korelasi HMBC proton-proton cincin furan; H-24

dengan C-23, C-25, C-26; H-25 dengan C-23, C-24 dan C-26; H-26 dengan C-23,

C-24 dan C-25. Posisi cincin furan yang terikat pada atom C-17 dibuktikan

melalui korelasi HMBC antara H-17 dengan atom-atom karbon cincin furan,

yaitu: C-23, C-24 dan C-26 (Gambar 4.4.) dan penjodohan jarak jauh antara H-17

dan H-26 pada spektrum COSY (Gambar 4.7)

Page 35: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

Tabel 4.3. Data NMR senyawa 1 dalam CDCl3 pada 400 MHz

Posisi δH (Σ H, C δC multiplisitas, HMBC COSY J dalam Hz 1 108,37 - 2 76,01 - 3 208,59 - 4 48,44 - 5 56,42 2,27 (1H, d, J = 4) C-1, C-3, C-4, C-10 H-6 6 77,37 4,81 (1H, d, J = 4) C-4, C-5, C-7 H-5 7 172,40 - 8 34,60 2,64 (1H, m) C-14 H-9, H-22 9 69,54 4,39 (1H, dq, J = 4) C-14 H-8 10 37,28 3,33 (1H, q, J = 8) C-2, C-4, C-5, C-19 H-19 11 25,28 1,79;1,91(2H, tt,q, J = 12) C-8, C-12, C-13 H-12 12 27,80 1,26;1,74 (2H, t, J = 12) C-9, C-13, C-11, C-17 H-11 13 39,59 - 14 168,60 - 15 116,67 6,28 (1H, s) C-8, C-13, C-16 16 165,36 - 17 81,49 5,17 (1H, s) C-14, C-23, C-24, C-26 18 18,21 1,07 (3H, s) C-12, C-13, C-14, C-17 19 12,24 1,13 (3H, d, J = 8) C-1, C-5, C-10 H-10 20 23,71 0,98 (3H, s) C-3, C-4, C-5, C-21, 21 30,04 1,37 (3H, s) C-3, C-4, C-5, C-20 22 25,37 2,46(bd); 2,77(dd) C-1, C-2, C-3, C-8, C-9 H-8 (2H, J = 0,4) C-14 23 120,52 - 24 110,77 6,43 (1H, s) C-23, C-25, C-26 25 143,51 7,40 (1H, s) C-23, C-24, C-26 26 141,97 7,47 (1H, s) C-23, C-24, C-25 OCH3 52,59 3,67 (3H, s)

Page 36: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

H-25H-26 H-24 H-17

C-24

C-23

C-25C-26

O

CHO

H

H

H

25

24

23

17

26

Gambar 4.4. Spektrum HMBC untuk korelasi pada bagian cincin furan senyawa 1 (CDCl3, 400 MHz)

Posisi gugus keton α, β tak jenuh dibuktikan melalui korelasi pada spektrum

HMBC. Proton H-15 berkorelasi tiga ikatan dengan C-13 dan C-8 serta

berkorelasi dua ikatan dengan C-16. Proton-proton H-11 berkorelasi tiga ikatan

dengan C-8 dan dua ikatan dengan C-12. Proton-proton H-12 berkorelasi tiga

ikatan dengan C-9 dan C-18 serta berkorelasi dua ikatan dengan C-13. Proton

H-22 berkorelasi tiga ikatan dengan C-9 dan C-14, berkorelasi dua ikatan dengan

C-8 (Gambar 4.5). Penjodohan jarak jauh antara H-8 (δH 2,64; 1H, m) dengan

H-15 (δH 6,28, 1H, s) diperlihatkan pada spektrum COSY (Gambar 4.7).

Posisi proton-proton visinal H-22 (δH 2,46; 2,77 ppm; 2H, dd, bd, J=0,4 Hz),

H-8 (δH 2,64 ppm, 1H, m), H-9 (δH 4,39, 1H, dq), H-11 (δH 1,79; 1,91 ppm, 2H,

oq, tt) dan H-12 (δH 1,26; 1,74 ppm, 2H, t) ditunjukkan melalui spektrum COSY

(Gambar 4.6).

Page 37: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

OO

12

11

16

1514

89

22

Gambar 4.5. Korelasi HMBC gugus α-β-keton tak jenuh senyawa 1

Posisi rangkaian proton-proton visinal lain yaitu: H-6 (δH 4,81 ppm, 1H, d, J=4

Hz), H-5 (δH 2,27 ppm, 1H, d, J=4 Hz), H-10 (δH 3,33 ppm, 1H, q, J=8 Hz) dan

H-19 (δH 1,13 ppm, 3H, d, J=8 Hz) juga ditetapkan berdasarkan spektrum COSY

(Gambar 4.6).

Posisi atom-atom karbon metil ditentukan melalui spektrum HMBC. Posisi

sebuah metil yang terikat pada atom C-13 tersier ditunjukkan oleh korelasi antara

H-18 yang berjarak tiga ikatan dengan C-12, C-14 dan C-17 serta berjarak dua

ikatan dengan C-13. Proton H-17 berkorelasi tiga ikatan dengan C-18, C-12 dan

C-14 serta berkorelasi dua ikatan dengan C-13 (Gambar 4.8).

Proton-proton sebuah metil sekunder (H-19) berkorelasi dua ikatan dengan

C-10 dan berkorelasi tiga ikatan dengan C-1 dan C-5. Proton-proton dari pasangan

gugus gem dimetil menunjukkan nilai pergeseran kimia yang berbeda akibat

lingkungan kimia. Proton H-20 (δH 23,71 ppm) menunjukkan pergeseran ke arah

yang lebih terperisai dibandingkan proton H-21 (δH 30,04 ppm). Kedua kelompok

proton menunjukkan korelasi dua ikatan dengan C-4 dan korelasi tiga ikatan

dengan C-3 dan C-5 (Gambar 4.8).

Karbon-karbon teroksigenasi selain C-7, C-9 dan metoksi merupakan karbon

kuartener sehingga posisinya ditetapkan berdasarkan spektrum HMBC. Korelasi

antara H-5, H-19 dan H-22 dengan karbon yang mengikat dua oksigen C-1 (δC

108,37 ppm) menunjukkan posisi C-1 seperti yang terdapat pada Gambar 4.8.

Page 38: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

H-12

H-22

H-8

H-8H-22

H-9

H-9

H-11

H-11

H-12

H-12

H-6H-5

H-5

H-10

H-10

H-19

H-19

H2C

H2C

CHCHO

CH2

1211

98

22

H

H

H

6 5 10 19

(a) (b)

Gambar 4.6. Spektrum dan korelasi COSY (CDCl3, 400 MHz) pada senyawa 1,

(a) rangkaian H-22, H-8, H-9, H-11 dan H-12 (b) rangkaian H-6, H-

5, H-10 dan H-19.

Page 39: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

H-8

H-15

H-15

H-8

H-17

H-17

H-26

H-26

Gambar 4.7. Spektrum COSY (CDCl3, 400 MHz) untuk penjodohan jarak jauh

antara H-26 dengan H-17 dan H-15 dengan H-8 pada senyawa 1.

Karbon yang mengikat OH (C-2) ditetapkan posisinya berdasarkan korelasi

HMBC dengan H-22. Posisi gugus metoksi karbonil yang terikat pada atom C-6

ditetapkan berdasarkan korelasi HMBC antara proton-proton metoksi (δH 3,67;

3H, s) dengan C-7 dan antara H-6 dengan karbon metoksi (Gambar 4.9).

Penggabungan fragmen-fragmen struktur senyawa 1 menghasilkan dugaan

struktur senyawa 1 seperti yang terlihat pada Gambar 4.10.

Stereokimia senyawa 1 ditetapkan melalui spektrum NOESY yang diperkuat

oleh data difraksi sinar X. Tidak adanya interaksi NOE antara H-17 dengan H-18

menunjukkan bahwa kedua proton tersebut tidak sebidang.

Page 40: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

H-18H-19

H-20H-21

H-5H-12

C-21

C-4

C-5

C-13

C-10

C-19

C-14

C-18

C-12

C-17

18

13

12 17

14

C-20

H

20

21

45

10

19

HH

H

Gambar 4.8. Korelasi HMBC (CDCl3, 400 MHz) gugus-gugus metil senyawa 1

H-19C-1

C-2

H-19H-5H-22

OH

Hb

Ha

222

O

110

H

19

H

H

5 OH

H

222

H3CO

O

H

76

H-6

C-7

CH3O

Gambar 4.9. Korelasi HMBC (CDCl3, 400 MHz) pada karbon teroksigenasi dan

metoksi karbonil senyawa 1.

Page 41: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

Cincin tetrahidro piran yang berorientasi β dibuktikan dengan adanya interaksi

NOE antara H-8 dan H-9. Adanya interaksi NOE antara H-5 dan H-6

menunjukkan bahwa cincin tetrahidro furan berada pada posisi α. Gugus metil C-

19 yang berorientasi α yang dibuktikan dengan tidak terdapatnya korelasi antara

H-10 dan H-19 pada spektrum NOESY. Terdapatnya korelasi antara H-20 dengan

H-5 pada spektrum NOESY (Gambar 4.11) menunjukkan bahwa keduanya

sebidang.

O

O

O

OOH

H3CO

O

O

1

2

345

67 8

9

10

11 12

1314

15

16

17

18

19

20

21

23

22

24

25

26

O

Gambar 4.10. Gabungan fragmen-fragmen struktur senyawa 1

H-8

H-8

H-9

H-9

H-6

H-6

H-5

H-5

H-20

H-20

Gambar 4.11. Spektrum NOESY senyawa 1 (CDCl3,400 MHz)

Page 42: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

4.4.2. Penentuan Struktur Kimia Senyawa 2

O

O

1

2

3 5

67

89

1112

10

13

19

1415

16

17

18

20

21

22

24 23

2526

2728

29

30

2

Senyawa 2 diperoleh berupa kristal jarum putih dengan titik leleh 143-144 oC,

dan memiliki rumus molekul C30H40O2 yang ditentukan berdasarkan data NMR.

Spektrum inframerah (Gambar 4.12) menunjukkan serapan pada bilangan

gelombang ν (cm-1): 3042 (C=C), 2962 (C-H), 1708 (C=O), 1662 (C=C), 1384

(gem dimetil).

Spektrum 1H-NMR (Gambar 4.13) menunjukkan adanya empat sinyal singlet

(δH 0,97; 1,04, 1,09 dan 1,72 ppm) yang berasal dari gugus metil tersier. Sebuah

metil (δH 1,72 ppm) diperkirakan terikat pada gugus olefin sehingga mengalami

pergeseran ke arah medan yang lebih rendah dibanding gugus metil lain. Dua

gugus metil (δH 1,04 dan 1,09 ppm) diperkirakan terikat pada satu atom karbon

(gem dimetil). Sebuah sinyal proton olefin trisubstitusi dijumpai pada pergeseran

kimia 5,48 ppm (1H, d).

Spektrum 13C-NMR dan DEPT 135o (Gambar 4.14) menunjukkan lima belas

sinyal yang terdiri atas: empat metil (δC 13,40; 22,19; 22,41 dan 25,07 ppm),

empat metilen (δC 24,21; 34,77; 34,85 dan 38,49 ppm), dua metin (δC 51,58 dan

55,57 ppm), dua atom C kuartener (δC 36,67 dan 47,61 ppm), sebuah karbonil (δC

216,95 ppm) sebuah metin olefin (δC 122,00 ppm) dan sebuah atom C kuartener

olefin (δC 135,27 ppm). Jumlah hidrogen yang ganjil menunjukkan bahwa sinyal-

sinyal yang muncul diduga berasal dari atom karbon monomer dari suatu senyawa

dimer yang simetris. Dengan demikian disimpulkan bahwa senyawa 2 merupakan

suatu senyawa simetris yang terdiri atas 30 atom karbon.

Page 43: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

Regang C-H

Regang C=C

Gem dimetil

Gambar 4.12. Spektrum inframerah senyawa 2

C-sp3gem dimetil

CH3- C t

CH3-C=C

Gambar 4.13. Spektrum 1H-NMR gugus-gugus metil senyawa 2 (CDCl3, 500 MHz)

Page 44: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

C-kuartener

C=O

CH3

-CH 2-

-HC=C-CH-

-C=C

Gambar 4.14. Spektrum 13C-NMR dan DEPT 135o senyawa 2 (CDCl3, 125 MHz)

Proton-proton gem dimetil (H-23 dan H-24) ditetapkan posisinya berdasarkan

spektrum HMBC yang menunjukkan korelasi dua ikatan dengan C-4 dan korelasi

tiga ikatan dengan C-3 dan C-5. Posisi gugus metil kuartener lain (C-25)

ditetapkan berdasarkan korelasi HMBC antara proton H-25 dengan C-5, C-9 dan

C-10 (Gambar 4.15).

Sebuah metil olefinik (C-26) ditetapkan berdasarkan korelasi HMBC H-26

dengan C-7, C-8 dan C-9. Proton olefinik H-7 menunjukkan korelasi dengan C-5,

C-9 dan C-26 (Gambar 4.16).

Page 45: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

H-23H-24 H-25

C-23

C-25

C-24

C-10

C-4

C-5

C-9

H H

H

23

24

45

H

H

1025

9

Gambar 4.15. Spektrum dan korelasi HMBC gugus-gugus metil (CDCl3, 500 MHz) Proton-proton visinal ditetapkan posisinya melalui spektrum COSY. Posisi

atom-atom C yang berdampingan yaitu C-1 dengan C-2, C-9 dengan C-11 serta

C-5 dengan C-6 terlihat seperti pada Gambar 4.17. Identifikasi sinyal-sinyal

karbon dan proton senyawa 2 yang dibandingkan dengan hasil penelitian Kosela

et al. (2001) lebih lanjut ditabulasikan berdasarkan pada Tabel 4.9.

Berdasarkan data-data spektroskopi UV, IR dan NMR ditetapkan senyawa 2

adalah 8,14-secogammacera-7,14-dien-3,21-dion (γ-onoceradiendion). Senyawa

tersebut merupakan suatu triterpen simetris yang pertama kali dilaporkan dari

kulit batang kokosan namun sebelumnya telah dilaporkan dari kulit buah duku

dan kokosan (Habaguchi et al., 1968 dan Kosela et al., 2001).

Page 46: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

H-26

C-9

C-7

C-8

C-5

H-7

H H

8

26 7

9

H

65

Gambar 4.16. Spektrum dan korelasi HMBC gugus olefinik senyawa 2

(CDCl3,500 MHz)

H-2

H-2

H-1

H-1

H-6

H-6

H-5

H-5

H-11

H-11

H-9

H-91

2

5

6

9

11

Gambar 4.17. Spektrum dan korelasi COSY proton-proton visinal pada senyawa 2 (CDCl3, 500 MHz)

Page 47: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

Tabel 4.9. Data NMR senyawa 2 dalam CDCl3 pada 500 Hz

δH (Σ H, Posisi C δC δC A*) multiplisitas, HMBC COSY J dalam Hz

1, 19 38,49 38,33 1,46;2,09 (2H, m) H-2 2, 20 34,85 34,58 2,24 (2H, dt, J = 15) H-1 3, 21 216,95 216,51 - 4, 22 47,61 47,41 - 5, 17 51,58 55,45 1,59 (1H, dd, J = 10) H-6 6, 16 30,08 29,92 1,33 (2H,m) H-5 7, 15 122,09 122,94 5,43 (1H,m) C-5, C-9, C-25 H-26 8, 14 135,27 135,08 - 9, 13 55,57 51,46 1,65 (1H, m) 10, 18 36,67 36,52 - 11, 12 24,21 24,05 1,93 (2H, m) 23, 29 25,14 25,01 1,04 (3H, s) C-3, C-4, C-5, C-24 24, 30 22,26 22,07 1,09 (3H, s) C-3, C-4, C-5, C-23 25, 28 13,49 13,33 0,97 (3H, s) C-5, C-9, C-10 26, 27 22,49 22,28 1,72 (3H, s) C-7, C-8, C-9 *) Kosela et al.,2001

4.4.3. Penetapan Struktur Isolat 3

O

O

O

O

14

2 3

Isolat 3 diperoleh dalam bentuk kristal jarum tak berwarna dengan titik leleh

152-153 oC. Spektrum inframerah (Gambar 4.18) menunjukkan adanya pita-pita

serapan pada ν (cm-1): 3085 (C=C), 1708 (C=O), 1647 (C=C); 1384 (gem

dimetil) dan 1260 (C-O). Spektrum 1H-NMR isolat 3 menunjukkan komponen

terdapat dalam bentuk campuran dua senyawa. Kedua senyawa tersebut

memberikan nilai pergeseran kimia yang berdekatan sehingga diduga keduanya

Page 48: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

merupakan isomer satu sama lain. Identifikasi nilai pergeseran kimia 1H- dan 13C-

NMR pada isolat 5 menunjukkan bahwa salah satu komponen penyusun isolat 5

adalah senyawa 2 (Gambar 4.19).

Gambar 4.18. Spektrum IR isolat 5

Senyawa 3Komponen tambahan

Komponen utama

Isolat 5Isolat 5

Komponen utama

Gambar 4.19. Perbandingan spektrum H-NMR senyawa 3 dengan isolat 5 (CDCl3, 400 MHz).

Page 49: SENYAWA-SENYAWA PENGENDALI HAMA DARI TUMBUHAN …€¦ · masing dilakukan pemisahan dengan kombinasi kromatografi kolom menghasilkan senyawa aktif 1, 2 dan 4. Struktur kimia senyawa

21

Kedekatan nilai pergeseran kimia 1H- dan 13C-NMR dari komponen minor

menunjukkan bahwa kedua komponen merupakan isomer satu sama lain. Pada

komponen minor dijumpai empat sinyal singlet (δH 0,82; 0,92; 1,02 dan 1,06 ppm)

yang berasal dari gugus metil tersier, hal tersebut menunjukkan bahwa komponen

tambahan bukanlah suatu triterpen yang simetris sebagaimana senyawa 2.

Pada spektrum APT terdapat sinyal karbon metilen sp2 (δC 108,90 ppm)

(Gambar 4.20) yang berkorelasi dengan H-27 (2H, δH 4,60 dan 4,91 ppm, s) pada

spektrum HMQC. Sinyal karbon tersebut tidak dijumpai pada senyawa 2.

Berdasarkan hal tersebut diduga komponen lain yang menjadi penyusun isolat 3

memiliki ikatan rangkap dua eksosiklik. Komponen utama dalam isolat 3

ditetapkan sebagai 8,14-secogammacera-7,14(27)-dien-3,21-dion (α,γ-

onoceradiendion) (3) dan 8,14-secogammacera-7,14-dien-3,21-dion (γ-

onoceradiendion) (2) sebagai komponen tambahan dengan perbandingan

75%:25% (Tjokronegoro et al., 2009).

-C- /CH2

CH/CH3

-C=C H2C=C

Gambar 4.19. Spektrum APT isolat 3 (CDCl3, 100 MHz)