BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Budaya...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Budaya...
11
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Pengertian Budaya Budaya atau kebudayaan (berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
“buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia sebagai "kultur". (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
• Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
o alat-alat teknologi
o sistem ekonomi
o keluarga
o kekuasaan politik
• Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
o sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
o organisasi ekonomi
o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
12
o organisasi kekuatan (politik)
2.2 Pengertian Organisasi
Organisasi adalah suatu system perserikatan formal dari dua orang atau
lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi adalah
pengaturan orang-orang secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
TABEL 2.1
STRUKTUR DAN BAGAN ORGANISASI
Struktur Organisasi Bagan Organisasi
1. Organisasi Lini
2. Organisasi Lini dan Staf
3. Organisasi Fungsional
4. Organisasi Lini,Staf dan
Fungsional
5. Organisasi komite
Berbentuk segitiga vertikal/horizontal
Berbentuk kerucut vertikal/horizontal
Berbentuk setengah lingkaran/lingkaran
Berbentuk oval/lonjong telur
Sumber : Hasibuan, 2003, p.5
Struktur dan bagan organisasi memberikan manfaat dan informasi penting
tentang hal-hal berikut (Hasibuan, 2003,pp 8-9):
1. Pembagian kerja artinya setiap kotak akan mewakili tanggung jawab seseorang
atau subunit untuk bagian tertentu dari beban kerja organisasi.
2. Informasi atasan dan bawahan artinya bagan organisasi akan menunjukkan garis
komando atau siapa atasan siapa bawahan.
3. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan artinya uraian korak-kotak menunjukkan
tugas-tugas kerja organisasi atau bidang-bidang tanggung jawab yang berbeda.
4. Pengelompokan bagian-bagian kerja artinya keseluruhan bagan menunjukkan
dasar pembagian aktivitas organisasi (atas dasar wilayah, produksi, enterprise
function).
13
5. Tingkat manajer artinya sebuah bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan
bawahan secara perseorangan, tetapi juga hierarki manajemen secara
keseluruhan. Semua orang yang melapor kepada orang yang sama berada pada
tingkat manajemen yang sama, tidak menjadi soal dimana kemunculan mereka
pada bagan.
6. Pemimpin organisasi artinya bagan organisasi menunjukkan sistem
kepemimpinan organisasi, apa pimpinan tunggal (segitiga) atau pimpinan kolektif
(kerucut).
2.2.1 Tujuan Organisasi
Organisasi perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba dan prinsip
kegiatannya ekonomis rasional.
Organisasi sosial bertujuan memberikan pelayanan, sedang prinsip kegiatannya
adalah pengabdian sosial.
2.3 Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Robbins dan Coulter (1999;P76) ”Budaya organisasi adalah suatu
sistem makna bersama didalam sebuah organisasi yang menentukan, dalam tingkat
yang tinggi, bagaimana para pegawai bertindak.”
Menurut Gea (2005,325) (Character Building II) ” Segala daya upaya serta
tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.”
2.3.1 Hakikat budaya sebuah organisasi
Dalam buku Character Building IV Relasi dengan Dunia, Gea (2005,p.318) ,
dikemukakan bahwa ada tujuh dimensi yang secara keseluruhan menangkap hakikat
budaya sebuah organisasi.
Dimensi hakikat budaya organisasi meliputi:
14
1.Inovasi dan mengambil resiko. Yaitu tingkat dimana karyawan didorong
untuk bersikap inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian kepada detail. Tingkat dimana para karyawan diharapkan untuk
menampilkan ketepatan, analisis, dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi hasil. Tingkat dimana para manajer memusatkan perhatian pada
hasil-hasil bukannya pada teknik-teknik dan proses-proses yang digunakan
untuk mencapai hasil-hasil itu.
4. Orientasi manusia. Tingkat dimana keputusan-keputusan manajemen
memperhitungkan pengaruh hasil-hasil terhadap manusia didalam organisasi
itu.
5. Orientasi tim. Tingkat dimana kegiatan-kegiatan kerja disusun sekitar tim-
tim bukan individu.
6. Agresifitas. Tingkat dimana orang bersifat agresif dan bersaing bukannya
ramah dan bekerja sama.
7. Stabilitas. Tingkat dimana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
usaha mempertahankan status quo bukan pertumbuhan.
2.3.2 Fungsi Budaya Organisasi
Robbins (2002,p.253) menulis bahwa budaya menjalankan empat fungsi di dalam
sebuah organisasi, yaitu:
1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan pribadi seseorang.
4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial.
15
Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi itu dengan memberikan standart-standart yang tepat untuk apa
yang Harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu
dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
2.3.3 Proses Pembentukan Budaya
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Budaya
Sumber: Robbins, 2002, p.262
Budaya suatu perusahaan biasanya berasal dari para pendiri perusahaan.
Pendiri memiliki peran yang sangat besar bagi awal terbentuknya budaya
organisasi, karena bagaimana visi dan misi organisasi yang bersangkutan tidak
terlepas pada bagaimana nilai-nilai pendiri tersebut. Pendiri organisasi tidak
dikendalai oleh kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang lazimnya
mencirikan organisasi baru mempermudah pemaksaan pendiri akan visinya pada
semua anggota perusahaan.
2.3.4 Pentingnya Budaya Organisasi
Manajemen Puncak
Filosofi Pendiri Perusahaan
Sosialisasi
Kriteria Seleksi Budaya Perusahaan
16
Lowney (2005, p.341) menyatakan: dari hasil riset yang diselenggarakan
oleh para konsultan manajemen Mckinsey & co. untuk melancarkan strategi
membantu perusahaan menarik dan mempertahankan para karyawan berbakat
yang langka, Mckinsey bertanya kepada para eksekutif puncak, apa yang telah
memotivasi para karyawan mereka yang berbakat. Berikut ini adalah ringkasan
diantara 200 eksekutif puncak mengenai peringkat faktor yang mutlak essensial
untuk memotivasi karyawan berbakat:
Tabel 2.2 Peringkat Faktor Untuk Memotivasi Karyawan
Nilai-nilai budaya 58%
Kebebasan otonomi 56%
Tugas mengandung
tantangan
51%
Pengelolaan yang baik 50%
Kompensasi yang tinggi 23%
Misi yang mengilhami 16%
Sumber: Lowney, 2005, p.341
Hasil riset diatas menunjukkan bahwa nilai-nilai dalam budaya organisasi
sangat mempengaruhi motivasi para anggota dalam bekerja.
Supaya seseorang dapat menjalankan fungsinya secara efektif dalam suatu
organisasi, seseorang perlu tahu bagaimana mengerjakan atau harus
mengerjakan sesuatu, termasuk bagaimana berperilaku sebagai anggota
organisasi, khususnya dalam lingkungan organisasinya. Dengan adanya budaya
organisasi yang jelas, maka seseorang dapat mengerti aturan main yang harus
dijalankan, baik dalam mengerjakan tugas-tugasnya, maupun dalam berinteraksi
dengan sesama anggota dalam organisasi. Ketidakraguan dalam menjalani hal
17
ini akan membawa peneguhan bagi seseorang, yang membuatnya mengerti apa
yang harus dan tidak boleh dilakukan. Budaya akan meningkatkan komitmen
oranisasi dan meningkatkan konsistensi dari perilaku karyawan. Dari sudut
pandang karyawan, budaya memberitahu mereka bagaimana segala sesuatu
dilakukan dan apa yang penting (Gea, 2005, p.326).
Menurut Lowney (2005, p.295), ada tiga ciri khas budaya organisasi yang
dapat memberikan hasil optimal:
1. kuatnya budaya bukan hanya diatas kertas, melainkan secara nyata
memandu perilaku sehari-hari karyawan.
2. Budaya itu secara strategis telah sesuai dengan kondisi perusahaan.
3. Budaya itu tidak menghalangi perubahan tetapi mendukung perubahan.
2.3.5 Cara Karyawan Mempelajari Budaya
Budaya diteruskan kepada karyawan dalam sejumlah ragam; yang
paling ampuh adalah cerita, ritual, lambang-lambang yang bersifat
kebendaan dan bahasa. Cerita yang khususnya berisi dongeng dari peristiwa
mengenai pendiri organisasi, pelanggaran aturan, sukses dari miskin ke
kaya, pengurangan angkatan kerja, lokasi karyawan, reaksi terhadap
kesalahan masa lalu, dan mengatasi masalah organisasi. Cerita-cerita ini
menautkan masa kini pada masa lampau dan memberikan penjelasan dan
pengesahan untuk praktek-praktek dewasa ini. (Robbins, 2002b, p.261).
Ritual merupakan deretan berulang dari kegiatan yang
mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi, tujuan apakah
yang paling penting, orang-orang yang manakah yang penting dan mana
yang dapat dikorbankan. (Robbins, 2002b, p.263).
18
Tata letak dari markas besar perusahaan, tipe mobil yang diberikan
kepada eksekutif puncak, dan ada-tidaknya pesawat terbang korporasi
merupakan beberapa contoh dari lambang materi. Contoh lain adalah ukuran
dan tata letak kantor, keanggunan perabot, penghasilan tambahan eksekutif,
dan pakaian. Lambang materi ini menyampaikan kepada para karyawan
siapa yang penting, sejauh mana egaliteranisme yang diinginkan oleh
eksekutif puncak, dan jenis perilaku (misalnya, pengambilan resiko,
konservatif, otoriter, partisipatif, individualistis, sosial) yang tepat. (Robbins,
2002b, p.263).
Bahasa organisasi dan unit didalam organisasi menggunakan bahasa
sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi anggota suatu budaya atau sub-
budaya. Dengan mempelajari bahasa ini, anggota membuktikan penerimaan
mereka akan budaya itu, dan dengan berbuat seperti itu akan membantu
melestarikannya. (Robbins, 2002b, p.264).
2.3.6 Cara Mempertahankan Budaya
Ada empat kekuatan yang memainkan bagian sangat penting dalam
mempertahankan suatu budaya, yaitu praktek seleksi, tindakan manajemen
puncak, sosialisasi dan internalisasi.
Proses seleksi memberikan informasi kepada para pelamar mengenai
perusahaan itu. Para calon belajar mengenai perusahaan itu, dan jika
mereka merasakan suatu konflik antara nilai mereka dan nilai perusahaan,
mereka dapat menyeleksi diri keluar dari kumpulan pelamar. Oleh karena itu,
seleksi menjadi jalan dua arah dengan memungkinkan pemberi kerja atau
pelamar untuk memutuskan perkawinan jika tampaknya ada ketidakcocokan.
19
Dengan cara ini, proses seleksi mendukung budaya suatu perusahaan
dengan menyeleksi keluar individu-individu yang mungkin menyerang atau
menghancurkan nilai-nilai intinya. (Robbins, 2002b, p.255).
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak besar pada
budaya organisasi. Melalui apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka
berperilaku, eksekutif senior menegakkan norma-norma yang merembes ke
bawah sepanjang organisasi, misalnya apakah pengambilan resiko
diinginkan, berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan, oleh para
manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas, dan
tindakan apa yang dihargai dalamkenaikan upah, promosi, dan ganjaran lain.
(Robbins, 2002b, p.257).
Sosialisasi adalah proses yang mengadaptasikan para karyawan
pada budaya organisasi itu. Sosialisasi dapat dikonsepkan sebagai suatu
proses yang terdiri atas tiga tahap: prakedatangan, perjumpaan, dan
metamorfosis. Tahap prakedatangan adalah kurun waktu pembelajaran
dalam proses sosialisasi yang terjadi sebelum seorang karyawan baru
bergabung dengan organisasi itu. Tahap perjumpaan merupakan tahap
dalam proses sosialisasi dalam mana seorang karyawan baru menyaksikan
seperti apa sebenarnya organisasi itu dan menghadapi kemungkinan bahwa
harapan dan kenyataan dapat berbeda. Tahap metamorfosis yaitu tahap
dalam proses sosialisasi yang melaluinya seorang karyawan baru
menyesuaikan diri pada nilai dan norma kelompok kerjanya. (Robbins,
2002b, p.258).
Menurut Taliziduhu Ndraha, internalisasi budaya adalah proses
menanamkan dan menumbuh kembangkan suatu nilai atau budaya menjadi
bagian diri orang yang bersangkutan.jika sosialisasi lebih kesamping dan
20
lebih kuantitatif, maka internalisasi lebih bersifat vertikal dan kualitatif.
Penanaman dan penumbuh-kembangan nilai tersebut dilakukan melalui
berbagai didaktik-metodik pendidikan dan pengajaran, seperti: pendidikan,
pengarahan, indoktrinasi, brain-wasing, dan lain sebagainya. (Gea, 2005,
p.332).
2.3.7 Budaya Bina Nusantara
Universitas Bina Nusantara pada awalnya adalah sebuah lembaga
pendidikan computer jangka pendek yang berdiri sejak 21 oktober 1974
dengan nama Modern Computer Course (MCC). Berkat landasan yang kuat,
visi yang jelas, dan dedikasi tinggi yang berkesinambungan, lembaga ini
terus berkembang.
2.3.7.1 Visi Dan Misi Bina Nusantara
Visi Bina Nusantara ialah menjadi Perguruan Tinggi swasta yang
diterima sebagai panutan dalam pengembangan dan penerapan ilmu dan
teknologi di Indonesia, terutama yang terkait dan ditunjang oleh berbagai
bentuk penerapan teknologi informasi.
Dalam rangka mencapai visi yang digariskan, Bina Nusantara
senantiasa akan berupaya untuk melaksanakan misinya sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan program-program studi yang menunjang
pengembangan dan penerapan teknologi informasi dalam berbagai
bidang ilmu.
b. Menyediakan sarana dan lingkungan yang kondusif bagi
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien,
21
sehingga terbentuk lulusan-lulusan yang bermoral, terampil, dan
kreatif.
c. Menjaga keterkaitan dan relevansi seluruh kegiatan akademis
dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi dan industri
Indonesia, serta mengantisipasi semakin maraknya globalisasi
kehidupan masyarakat.
d. Melangsungkan kerjasama dengan berbagai pihak baik dari
dalam maupun luar negeri, sehingga ilmu dan teknologi yang
diberikan selalu mutakhir serta dapat diterapkan secara tepat guna.
2.3.7.2 Mahasiswa Bina Nusantara
Binusian adalah insan Bina Nusantara yang terdiri dari seluruh civitas
akademika Bina Nusantara, yang pernah/sedang mengelola dan/atau
mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di lingkungan lembaga
pendidikan Bina Nusantara. Mereka memiliki visi mantap, selalu inovatif
dalam bidangnya dan selangkah lebih maju dalam IPTEK. Terutama yang
berbasiskan Teknologi Informasi.
2.3.7.3 Budaya Mutu, Tata Nilai Dan Ethos Kerja
Budaya Mutu, sebuah budaya yang memadukan seluruh keluarga
Bina Nusantara adalah :
• Percaya kepada Tuhan (Trust in God)
• Perbaikan terus-menerus (continuous improvement)
• Penggunaan tolok ukur (Benchmaking)
• Segalanya harus tuntas (Sense of closure)
• Suasana kekeluargaan & kebersamaan (Sense of belonging)
22
Dalam penerapannya sehari-hari, kelima aspek tersebut dijabarkan
ke dalam Tata Nilai yang mendorong sifat-sifat konsisten, egaliter, jujur,
terbuka, adil, peduli, berani, dan bertanggung jawab.
Sedangkan Ethos Kerja binusian terdiri dari :
• Memberi teladan dan komitmen
• Saling menghormati dan menghargai
• Berkomunikasi dengan baik
• Give credit to everyone
• Improve others
2.3.7.4 Strukur Organisasi Universitas Bina Nusantara
23
2.4 Pengertian Kompetensi
Menurut Klem (1980, p.21) Kompetensi secara umum didefinisikan
sebagai ”Karakteristik dasar seseorang yang menghasilkan perilaku efektif
atau sangat baik dalam pekerjaannya”.
Menurut Parry (1996, p.20) Kompetensi yang lebih spesifik adalah
”Sekumpulan knowledge, skill, dan attitude yang mempengaruhi sebagian
besar aktivitas suatu pekerjaan dan berkolerasi dengan performa pekerjaan
tersebut serta dapat diukur terhadap standar yang telah disepakati, dan
dapat ditingkatkan melalui pengembangan dan pelatihan”.
kompetensi dapat juga diartikan sebagai suatu tingkah laku yang
mendeskripsikan suatu kinerja yang baik dari suatu konteks pekerjaan.
The exceed competency dictionary membagi kompetensi menjadi
dua yaitu; ” kompetensi teknik dan kompetensi tingkah laku. Kompetensi
teknik mendukung proses SDM seperti manajemen karier, rencana
peningkatan individu, rencana pergantian, seleksi atau perekrutan, dan lain-
lain”. Sedangkan kompetensi tingkah laku menyediakan kerangka kerja
untuk mengatur budaya organisasi, manajemen inti kompetensi,
pembangunan kepemimpinan, dan mengarahkan performa dari organisasi.
Secara umum kerangka berpikir kompetensi dapat didefinisikan
mencakup pengetahuan, keahlian (skill), sikap (behaviour), dan sikap
(attitude) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang baik. Fokus
kompetensi adalah pada bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan, dengan
mengidentifikasikan elemen-elemen yang memberikan kontribusi dalam
pencapaian kinerja yang optimal. Level pencapaian kompetensi dapat dinilai
24
dengan standar yang disepakati. Level yang biasa digunakan adalah 1
sampai 5 ataupun basic, intermediate, advance.
Kompetensi didefinisikan berbeda-beda menurut beberapa
pandangan. Berikut ini adalah pandangan tentang kompetensi menurut Parry
(1996, pp.23-24).
1. Behaviorist
Pandangan behaviorist mendeskripsikan kompetensi sebagai suatu
standar kinerja yang diperlukan untuk mencapai standar kerja yang
ditetapkan. Pandangan Behaviorist ditemukan oleh Pavlov (Rusia) dan
Thorndike dan Skinner (USA). Pandangan ini hanya melihat segala sesuatu
yang dapat diamati melalui observasi.
Pandangan behaviorist memecah kompetensi menjadi kinerja elemen-
elemen pekerjaan yang teridentifikasi pada masing-masing fungsi pekerjaan.
Analisis ini akan dijadikan dasar standar kompetensi atas kompetensi
seseorang yang dinilai untuk mengetahui tingkat pencapaiannya.
Kekurangan behaviorist ini adalah tidak memperhatikan hubungan
antara pekerjaan, atribut-atribut yang mendasari kinerja yang menonjol.
2. Constructivist
Pandangan constructivist mendefinisikan kompetensi dalam
hubungannya dengan hasil pekerjaan yang didasari oleh karakteristik
seseorang tersebut, yaitu kualitas, sikap, dan nilai. Pandangan constructivist
merupakan cabang dari psikologi kognitif yang didasari oleh penelitian dari
Jean Peaget (Prancis) dan Vygotsky (Rusia) dan berfokus pada proses
mental. Inti dari pandangan ini adalah individu membangun pengetahuan
mereka dari hasil pengamatan dan pemahaman mereka terhadap kinerja
orang lain.
25
3. SMR view point
Definisi kompetensi adalah penerapan pengetahuan, keahlian,
attitude, motif, nilai, behavior ataupun karakteristik lain sampai pada standar
yang ditetapkan untuk menghasilkan produk/jasa.
2.4.1 Perbedaan Kompetensi, Pengetahuan, dan Keterampilan serta
Motivasi Kerja.
Kompetensi yang merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan serta kemampuan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Tetapi hanya tingkah laku
yang menghasilkan suatu kinerja yang baik yang termasuk dalam kompetensi.
Kompetensi berbeda dengan keterampilan dan pengetahuan serta motivasi
kerja.
Pengetahuan dan kemampuan yang termasuk didalam kompetensi
adalah pengetahuan dan keterampilan yang diaplikasikan sehingga dapat
menghasilkan sukses. Kompetensi bukan merupakan motivasi kerja, tetapi
termasuk didalamnya adalah tingkah laku yang dapat diamati yang berkaitan
dengan motivasi.
2.4.2 Level Kompetensi
Untuk mempermudah pendekatan dalam mengidentifikasikan dan
mengembangkan model kompetensi, Davidson (1997, pp.77-78) membedakan
lima level pembelajaran yang mewakili kompetensi yang dibutuhkan suatu fungsi
pekerjaan. Kelima level tersebut adalah :
1. Prinsip (Principles)
26
Mengidentifikasikan, mendefinisikan, dan menerapkan prinsipdan nilai
inti/dasar yang benar, bukan hanya melakukan beberapa hal secara
benar. Hal ini mempresentasikan bagaimana seseorang memandang
dirinya dan bagaimana dia ingin orang lain memandangnya.
Prinsip berfungsi sebagai referensi diri untuk membantu seseorang
apabila terjadi konflik motivasi didalam dirinya dan menentukan prioritas
saat menentukan keputusan dan tindakan pada situasi yang berbeda-
beda.
Contohnya : respect, learning, quality, integrity, compassion.
2. Keahlian (Skills)
Skill mempresentasikan kecerdasan dalam mengaplikasikan pengetahuan
yang dimiliki, pengalaman dan peralatan. Keahlian merupakan
pengetahuan dan pengertian tentang bagaimana mengerjakan sesuatu
dengan benar untuk menyelesaikan pekerjaan.
Contohnya : Keahlian mengoperasikan mesin-mesin; cleaning, repairing,
lubricating, operating.
3. Behaviours
Behaviours adalah level untuk melakukan sesuatu yang benar dengan
cara menterjemahkan pengetahuan menjadi kemampuan. Behaviour
merupakan level dimana kebanyakan orang belum atau sulit dalam
penerapan untuk mencapai kinerja yang maksimal, hal ini dapat dilihat
dari banyaknya contoh dari program pelatihan dan pengembangan yang
sukses dalam mentransfer ilmu dan prinsip (Principles) dan keahlian
(Skill) tetapi belum efektif dalam menterjemahkan kedua hal tersebut
menjadi behaviour yang diinginkan. Contoh yang sering terjadi dalam hal
ini adalah program pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Program
27
ini sukses dalam mentransfer ilmu dan prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja pada pekerja, namun demikian para pekerja belum
sepenuhnya mampu menerjemahkan ilmu dan prinsip-prinsip
keselamatan kerja tersebut menjadi sikap atau perilaku (Behaviour)
mereka dalam bekerja dan sering melalaikannya.
4. Proses (Process)
Ketiga level pertama kompetensi diatas menghasilkan kemampuan
seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan, mengambil keputusan,
tindakan yang efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses
adalah level atau tingkat yang menyediakan kerangka dalam mengatur
ketiga level diatas (prinsip, keahlian, behaviour). Sehingga level ini
terdiri dari empat tahap yaitu : Direction, Examination, Action dan
Reasessment (DEAR).
Proses merupakan komponen krisis dari kompetensi yang baik, karena
level ini merupakan landasan dan patokan untuk memastikan bahwa
tindakan dan pilihan yang dilakukan merupakan yang terbaik.
5. Teknik (Technique)
Teknik adalah suatu Advance, behaviour, tools dan kemampuan yang
dapat dipergunakan oleh seseorang yang berpengalaman untuk
meningkatkan kinerja dan hasil yang diperoleh. Pada level ini
kompetensi harus diuji. Pemula biasanya akan menunjukkan
kemampuan terbatas untuk mencapai hasil yang lebih kompleks,
sedangkan seorang yang mahir akan menunjukkan kemampuan untuk
mencapai hal yang kelihatannya sangat sulit untuk dicapai.
2.5 Kompetensi Fakultas Ekonomi
28
Bidang ekonomi merupakan salah satu bidang yang berkembang sangat
dinamis dari waktu ke waktu. Halini menyebabkan ilmu ekonomi tetap menjadi
bidang studi yang terus dipelajari, terlebih lagi di era global dimana tidak ada
lagi batas yang tegas antara satu negara dengan negara lain dalam proses
ekonomi dunia.
Fakultas Ekonomi Universitas Bina Nusantara berdiri pada tahun 1996.
pada saat ini memiliki 2 jurusan,yaitu jurusan akuntansi dan jurusan
manajemen. Jurusan akuntansi dan jurusan manajemen masing-masing
menawarkan jenjang studi strata – 1 (S1). Dalam usianya yang relatif muda,
Fakultas Ekonomi telah berhasil Mendapatkan akreditasi dengan dengan nilai A
dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi DEPDIKNAS RI dengan surat
keputusan nomor : 001/BAN-PT/Ak-VII/I/2004, pada tanggal 9 januari 2004.
2.5.1 Program Studi Manajemen
Kegiatan penyusunan kurikulum program studi manajemen adalah salah satu
bagian dari usaha jurusan manajemen Ubinus untuk terus melakukan
penyesuaian sekaligus antisipasi terhadap perubahan yang ada dan yang akan
datang. Penyusunan kurikulum ini juga disebabkan adanya perubahan
pemikiran/model dalam memberikan pengetahuan kepada mahasiswa melalui
sejumlah matakuliah yang diajarkan. Perubahan model yang ada adalah
perlunya penekanan pada pendalaman materi dan kemampuan mahasiswa untuk
mengetahui sesuatu yang lebih mendalam dibandingkan dengan model yang
memberikan banyak hal tetapi tidak mendalam. Oleh karena itu, kurikulum baru
jurusan Manajemen lebih menekankan pada kedalaman materi yang bertujuan
untuk mendidik mahasiswa dalam ilmu dan seni bisnis, sehingga lulusannya
memiliki potensi menjadi manajer dan pemimpin bisnis masa depan yang :
29
1. Mempunyai kemampuan analisis untuk merancang dan mengelola bisnis
2. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan aplikasi
informasi dalam bisnis
3. Mempunyai pengetahuan yang luas mengenai perspektif suatu organisasi
dalam hal pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, operasi, dan
pengelolaan sistem informasi
4. Mempunyai wawasan internasional dan siap untuk kerja dalam lingkungan
manapun
Dalam rangka membentuk long-life learner sehingga lulusan program
Manajemen lebih siap bekerja dan belajar lebih lanjut di masyarakat, maka
mahasiswa akan diberikan pola multi-channel e-learning. Dengan pola ini,
mahasiswa akan belajar melalui tatap muka dikelas, self-learning dengan media
buku teks dan CD-ROM, dan kolaborasi melalui online learning. Manfaat yang
diharapkan adalah terbentuknya pola belajar mahasiswa yang mandiri, materi
perkuliahan lebih menekankan pada pembahasan studi kasus, secara tidak
langsung mahasiswa lebih menguasai teknologi informasi sebagai sarana belajar
dan penguasaan bahasa inggris karena banyaknya materi yang menggunakan
bahasa inggris yang diakses.
Penyelenggaraan pendidikan komprehensif di bidang Manajemen dan
Bisnis untuk mempersiapkan manajer-manajer bisnis masa depan dengan
memberikan peluang untuk membangun kompetensi dalam program eBusiness,
International Marketing, dan Entretreneurship.
Program pendidikan yang dirancang berbasis pada perubahan-perubahan
kontekstual yang dihadapi dunia bisnis dan kecenderungannya kedepan serta
memberikan pengetahuan aplikatif teknologi informasi dalam bisnis. Untuk lebih
30
memberikan kebebasan bagi mahasiswa dalam mengembangkan
kemampuannya, maka diberikan pilihan peminatan (konsentrasi), yaitu
eBusiness, International Marketing, dan Entretreneurship, yang dalam
penyelenggaraannya memadukan aspek konseptual dan aplikasinya yang
didukung dengan sarana laboratorium bisnis dan teknologi informasi.
1. Kompetensi mental dan moral
Memiliki kompetensi mental dan moral yang baik, melalui pendalaman nilai-
nilai dasar kemanusiaan yang ditunjang oleh penguasaan ilmu dan aplikasi
manajemen bisnis yang terwujud dalam sikap perilaku sehingga membangun
relasi yang baik dengan dirinya, sesama, dunia, dan Tuhan.
2. Kompetensi intelegensia
• Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengeksploitasi
teknologi informasi untuk memecahkan masalah sehingga dapat
meningkatkan prestasi, produktivitas, dan profesionalisme dalam
bekerja.
• Memiliki pengetahuan dan wawasan elemen-elemen mikro dan
makro ekonomi serta isu-isu dalam perekonomian global, yang
mempengaruhi perusahaan atau bisnis baik secara langsung
maupun tidak langsung.
• Memiliki kemampuan dalam memahami kinerja keuangan
perusahaan dan bisnis serta memiliki keterampilan dalam
pengambilan keputusan keuangan jangka pendek dan jangka
panjang dengan didukung oleh pengetahuan akuntansi dan
keuangan.
• Memiliki pengetahuan dan keterampilan kuantitatif dalam
menyelesaikan masalah-masalah di bidang bisnis dan mampu
31
mengembangkan model kuantitatif, menjalankan model-model
menggunakan peralatan lunak komputer, menginterpretasikan
hasilnya dan membuat rekomendasi atau keputusan.
• Memiliki landasan teori yang kuat dalam bidang manajemen dan
bisnis internasional dan mempunyai kemampuan untuk
mengaplikasikannya dalam berbagai lingkungan organisasi.
• Memilih pengetahuan dan keterampilan sesuai peminatan yang
dipilih.
2.5.2 Manfaat Model Kompetensi
Kegunaan dan keuntungan penggunaan model kompetensi dalam
aktivitas departemen Sumber Daya Manusia dapat dilihat dari tabel 2.3
32
Tabel 2.3
Kelebihan Model Kompetensi
Aktivitas SDM Keuntungan
Seleksi • Menyediakan gambaran lengkap dan jelas tentang
kebutuhan pekerjaan.
• Meningkatkan kemungkinan untuk merekrut orang yang
akan sukses dalam pekerjaan tersebut.
• Meminimalkan kemungkinan kerugian akibat kesalahan
merekrut orang yang kurang kompeten.
• Membantu dalam proses perancangan wawancara yang
sistematis.
Pelatihan dan
Pengembangan
• Memungkinkan untuk berfokus pada keahlian, pengetahuan
dan karakteristik yang memiliki pengaruh besar pada
efektivitas.
• Memaksimalkan manfaat biaya pelatihan.
• Menyediakan kerangka untuk penyeliaan dan umpan balik.
Penilaian Pekerjaan • Lebih mudah untuk memahami aspek yang perlu dinilai.
Rencana sukses • Memperjelas tuntutan keahlian, pengetahuan dan
karakteristik dari jabatan tersebut.
• Menyediakan informasi untuk menguji calon tentang
kesiapan calon menduduki jabatan.
• Menyediakan informasi untuk berfokus pada pelatihan dan
pengembangan kompetensi yang belum dimiliki pemegang
jabatan baru.
Sumber : Antoinnette dan Richard, 1999, p.23
33
2.5.3 Kompetensi Dosen
Menurut Sabri (2005, p.78), “Kompetensi merupakan kemampuan dan
kewenangan dosen dalam melaksanakan profesi keguruannya”. Melihat tugas,
peran dan tanggung jawab dosen, maka kompetensi seorang dosen dapat dibagi
menjadi tiga bidang, yaitu :
1. Kompetensi Bidang Kognitif, artinya kemampuan intelektual
seseorang seperti; penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai
cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan
tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil
belajar mahasiswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta
pengetahuan umum lainnya.
2. Kompetensi Bidang Sikap, artinya kesiapan dan kesediaan dosen
terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.
Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki
perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap
toleransi terhadap teman sesama profesinya, memiliki kemauan yang
keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
3. Kompetensi Perilaku/Performance, artinya kemampuan dosen
dalam berbagai keterampilan/ berperilaku, seperti keterampilan
mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pelajaran,
bergaul atau berkomunikasi dengan mahasiswa, keterampilan
melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain. Perbedaannya dengan
kompetensi kognitif adalah antara aspek teori atau pengetahuannya,
34
pada kompetensi perilaku yang diutamakan adalah praktek/keterampilan
melaksanakannya.
Menurut Sabri (2005, P.79), untuk mampu melaksanakan tugas
mengajar dengan baik, dosen harus memiliki kemampuan profesional
yaitu terpenuhinya sepuluh kompetensi dosen yang meliputi :
1. Menguasai bahan, meliputi:
a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum Universitas.
b. Menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
2. Mengelola program belajar mengajar, meliputi:
a. Merumuskan tujuan instruksional.
b. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruktusional
yang tepat.
c. Melaksanakan program belajar mengajar.
d. Mengenal kemampuan anak didik.
3. Mengelola kelas, meliputi:
a. Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran.
b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
4. Penggunaan media atau sumber, meliputi:
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media.
b. Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana.
c. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
d. Menggunakan Micro Teaching untuk unit program
pengenalan lapangan.
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
6. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi mahasiswa untuk kepentingan pelajaran.
35
8. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan
penyuluhan.
a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan
penyuluhan.
b. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan.
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi kuliah.
10. Memahami prinsip-prisip dan menafsirkan hasil pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Kompetensi profesional diatas menupakan profil kemampuan dasar yang
harus dimiliki dosen. Kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan pada
analisis tugas-tugas yang harus dilakukan dosen. Oleh karena itu, sepuluh
kompetensi tersebut secara operasional akan mencerminkan fungsi dan
peranan dosen dalam membelajarkan anak didiknya melalui pengembangan
kompetensi profesi, diusahakan agar penguasaan akademis dapat terpadu
secara serasi dengan kemampuan belajar.
Untuk keperluan analisis tugas dosen sebagai pengajar, maka kemampuan
dosen atau kompetensi dosen yang banyak hubungannya dengan usaha
meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan dalam empat
kemampuan yaitu: (a) merencanakan program belajar mengajar,(b)
melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (c)
menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) menguasai bahan pelajaran
yang dibinanya.
2.5.4 Meningkatkan Kompetensi Antar Pribadi
Menurut Argyris, nilai-nilai birokratis/piramida akan mengarah pada
hubungan yang jelek, dangkal, dan ketidak percayaan. Karena hubungan-
hubungan tersebut tidak memungkinkan pengungkapan perasaan secara natural
36
dan bebas, hubungan-hubungan tersebut bersifat palsu atau tidak otentik dan
mengakibatkan penurunan kompetensi antarpribadi. Tanpa kompetensi antar
pribadi atau lingkungan yang aman secara psikologis, organisasi menciptakan
landasan bagi ketidakpercayaan, konflik antar kelompok, kekakuan, dan
sebagainya yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan keberhasilan
organisasi dalam memecahkan persoalan. (Hersey, 1995, pp.62-63)
Sebaliknya, menurut Argyris, apabila nilai-nilai kemanusiaan atau
demokratis ditumbuhkembangkan dalam organisasi, maka akan berkembang
kepercayaan dan hubungan yang tulus diantara orang-orang dan hal ini akan
menghasilkan peningkatan kompetensi antar pribadi, kerja sama antar
kelompok, keluwesan dan yang sejenis serta dapat menimbulkan peningkatan
efektivitas organisasi. Dalam lingkungan seperti ini, orang-orang diperlakukan
sebagai mahluk berakal, baik anggota organisasi maupun organisasi itu sendiri
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi secara penuh, dan ada
upaya untuk membuat pekerjaan lebih menyenangkan dan menantang. Implisit
dalam upaya menghidupkan nilai-nilai ini adalah ”memperlakukan setiap orang
sebagai manusia yang memiliki perangkat kebutuhan yang rumit, yang secara
keseluruhan adalah penting dalam pekerjaan dan hidupnya, dan menyediakan
kesempatan bagi orang-orang dalam organisasi untuk mempengaruhi cara
hubungan dengan pekerjaan, organisasi, dan lingkungan”.
2.6 Analisis Bersaing Porter
Menurut Michael E. Porter (Kotler, 2005, p266), Dalam model
analisis Porter terdapat 5 (lima) kekuatan utama yang dapat membahayakan
posisi perusahaan dalam lingkungan pasarnya. Berikut ini adalah lima
kekuatan persaingan dalam industri menurut Porter, yaitu :
37
Gambar 2.2
Lima Elemen Kekuatan Persaingan Dalam Industri Menurut Michael E.Porter
Sumber : Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, edisi kesembilan, jilid 1,
(Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Gramedia,(2005,p266)
Menurut Porter (David,2004,pp130-131), terdapat lima elemen kekuatan persaingan,
yaitu :
1. Ancaman pendatang baru (Threat of New Entrants)
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk
merebut bagian pasar,serta seringkali juga sumber daya yang besar. Akibatnya
harga dapat menjadi turun dan biaya membengkak, sehingga mengurangi
kemampulabaan.
Ancaman masuknya pendatang baru kedalam industri tergantung pada rintangan
masuk yang ada dan reaksi dari para pesaing yang sudah ada. Jika rintangan dan
hambatan ini besar dan pendatang memperkirakan aka nada perlawanan yang keras
PENDATANG BARU
PRODUK PENGGANTI
PEMASOK PEMBELI
Kekuatan penawaran Pemasok
Ancaman Pendatang Baru
Ancaman Produk atau jasa pengganti
Kekuatan penawaran pembeli
38
dari pesaing yang sudah ada, maka ancaman masuknya pendatang baru akan
rendah. Ada enam sumber utama rintangan masuk, yaitu :
a. Skala Ekonomis
Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost) suatu
produk, apabila volume absolut per-periode meningkat. Skala ekonomis
menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa mereka untuk masuk
pada skala besar atau harus memikul biaya yang tinggi.
b. Diferensiasi Produk
Diferensiasi produk artinya perusahaan tertentu mempunyai identifikasi merek
dan kesetiaan pelanggan, yang disebabkan oleh periklanan, perbedaan produk di
masa yang lampau, pelayanan pelanggan atau sekedar karena perusahaan
pertama yang memasuki industri. Diferensiasi merupakan hambatan masuk
dengan memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk
mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada. Usaha ini biasanya menyebabkan
kerugian disaat awal (start up looses ) dan seringkali bertahan untuk waktu
cukup panjang.
c. Kebutuhan Modal
Kebutuhan iuntuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar dapat
bersaing menciptakan hambatan masuk, khususnya jika modal tersebut
diperlukan untuk kegiatan periklanan yang secara langsung menampakkan hasil
atau untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang penuh resiko.
d. Biaya Beralih Pemasok
Yaitu biaya satu kali (one time cost) yang harus dikeluarkan pembeli bila mana
berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya.
e. Akses ke Saluran Distribusi
Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang
baru untuk mengamankan distribusi produknya. Bilamana saluran distribusi
untuk produk tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang sudah mapan,
perusahaan baru harus membujuk saluran tersebut agar menerima produknya
melalui cara-cara penurunan harga, kerjasama periklanan,dsb.
f. Biaya Tak Menguntungkan terlepas dari Skala
Perusahaan-perusahaan yang sudah ada mungkin memiliki keunggulan biaya
yang tidak dimiliki calon pendatang baru, terlepas dari ukuran dan skala
ekonomis yang mereka capai.
39
g. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah dapat membatasi atau bahkan menutup kemungkinan masuk ke
dalam industri dengan peraturan-peraturan seperti lisensi dan membatasi akses
ke bahan baku.
2. Ancaman Barang Pengganti (Threat of substitution)
Semua perusahaan dalam industri bersaing, dalam arti luas, dengan industri-industri
yang menghasilkan produk pengganti.
3. Daya Tawar Pembeli (Bargaining Power of Buyer)
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar
menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta
berperan sebagai pesaing satu sama lain, semuanya dengan mengorbankan
kemampulabaan industri.
4. Daya Tawar Pemasok (Bargaining Power of Supplier)
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap para peserta
industri dengan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang
dijual.
5. Rivalitas (rivalry)
Persaingan dikalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan
posisi, dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, perang iklan,
introduksi produk dan meningkatkan pelayanan, jaminan kepada pelanggan.
2.7 Kerangka Pemikiran
40
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Kompetensi Dosen • Menguasai bahan pelajaran
yang dipegangnya atau dibinanya.
• Mengelola program belajar mengajar.
• Mengelola kelas. • Menguasai penggunaan media
atau sumber lain. • Mengelola interaksi-interaksi
belajar-mengajar. • Menilai prestasi siswa untuk
kepentingan pelajaran. • Mengenal fungsi layanan,
program bimbingan, penyuluhan, menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan.
• Mengenal dan menyelenggarakan administrasi kuliah.
Budaya Organisasi • Percaya Kepada Tuhan. • Perbaikan secara terus
menerus. • Penggunaan tolak ukur. • Segalanya harus
tuntas. • Suasana kekuargaan &
kebersamaan.