BAB 2 KORELASI DUKUNGAN SOSIAL DAN MEKANISME KOPING DENGAN DERAJAT NYERI PADA PENDERITA...

16
COPING Proses yang dilakukan oleh individu secara sadar atau tidak sadar dalam menghadapi stres dan mengurangi stres disebut coping. Strategi coping dapat berupa mengubah lingkungan atau situasi serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dirasakan. Coping yang efektif akan menghasilkan adaptasi yang menetap dan menghasilkan kebiasaan baru dan perbaikan situai dari situasi yang lama, sedangkan coping yang tidak efektif akan menyebabkan maladaptif berupa menyimpangnya keinginan normatif yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Rasmun, 2004). Coping adalah suatu konstruksi penting bagi remaja untuk memahami reaksi terhadap stresor dan penyesuaian yang mereka alami dalam kehidupan mereka.Coping merupakan struktur yang kompleks namun layak dinilai karena merupakan titik kritis dari intervensi (Garcia, 2010). DEFINISI Coping menurut Folkmann didefinisikan sebagai perubahan pemikiran dan perilaku yang digunakan oeh seseorang yang dalam menghadapi tekanan dari luar maupun dalam yang disebabkan oleh transaksi antara seseorang dengan lingkungannnya yang dinilai sebagai streor. Coping ini terdiri dari upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi keberadaan stresor. Coping sebagai strategi dan pengelaman ekspresi kemarahan seseorang yang dimanfaatkan sebagai pedoman mengatur tuntunan yang dihadapi (Burker, 2006). BENTUK KOPING

description

KORELASI DUKUNGAN SOSIAL DAN MEKANISME KOPING DENGAN DERAJAT NYERI PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS

Transcript of BAB 2 KORELASI DUKUNGAN SOSIAL DAN MEKANISME KOPING DENGAN DERAJAT NYERI PADA PENDERITA...

COPINGProses yang dilakukan oleh individu secara sadar atau tidak sadar dalam menghadapi stres dan mengurangi stres disebut coping. Strategi coping dapat berupa mengubah lingkungan atau situasi serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dirasakan. Coping yang efektif akan menghasilkan adaptasi yang menetap dan menghasilkan kebiasaan baru dan perbaikan situai dari situasi yang lama, sedangkan coping yang tidak efektif akan menyebabkan maladaptif berupa menyimpangnya keinginan normatif yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Rasmun, 2004).Coping adalah suatu konstruksi penting bagi remaja untuk memahami reaksi terhadap stresor dan penyesuaian yang mereka alami dalam kehidupan mereka.Coping merupakan struktur yang kompleks namun layak dinilai karena merupakan titik kritis dari intervensi (Garcia, 2010).DEFINISICoping menurut Folkmann didefinisikan sebagai perubahan pemikiran dan perilaku yang digunakan oeh seseorang yang dalam menghadapi tekanan dari luar maupun dalam yang disebabkan oleh transaksi antara seseorang dengan lingkungannnya yang dinilai sebagai streor. Coping ini terdiri dari upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi keberadaan stresor. Coping sebagai strategi dan pengelaman ekspresi kemarahan seseorang yang dimanfaatkan sebagai pedoman mengatur tuntunan yang dihadapi (Burker, 2006).BENTUK KOPINGMenurut Lazarus & Folkmann (1986), penanganan coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :a. Problem Focused Coping (PFC) adalah strategi kognitif untk penanganan koping dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stresb. Emotion Focused Coping (EFC) adalah strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilainan defensif.CARA PENGUKURAN COPINGPengukuran coping yang paling sering dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yang berisi serangkaian aktivitas coping dan meminta responden menunjukan seberapa sering aktivitas tersebut untuk mengatasi stresor yang dialaminya belakangan ini. Coping sebaiknya dilakukan dengan studi jangka panjang (longitudinal) (Davidson et al, 2006).Coping terhadap xxxx dapat dibedakan menjadi PFC dan EFC. Problrm focused coping terdiri dari 3 aspek yaitu : konfrontasi, mencari dukungan sosial dan merencanakan pemecahan masalah, sedangkan EFC terdiri dari 5 aspek, yaitu kontrol diri, membuat jarak, penilaian kembali secara positif, menerima tanggunga jawab dan lari atau menghindar (Smet, 1994).FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COPINGLazarus dan Folkmann (1986) mengemukakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap strategi coping, yaitu :a. Usia, dimana orang dewasa lebih sering menggunakan PFC dalam mengurangi stresor karena individu yakin akan dapat mengubah situasi yang stresful.b. Jenis kelamin, menurut Hamilton dan Fagot (1988) pria cenderung menggunakan PFC karena biasanya pria menggunakan rasiao atau logika dan terkadang kurang emosional, sedangkan wanita lebih cenderung menggunakan EFC.c. Status sosial dan ekonomi, orang yang memiliki pekerjaan banyak dan sering melakukan lembur untuk alasan keuangan atau alasan lain dapat meningkatkan masalah kesehatan yang akan berpengaruh dalam pengambilan tindakan coping.d. Kesehatan fisik, sumber stres ada di dalam setiap diri individu salah satunya adalah kesehatan fisik, kesehatan fisik yang kurang baik akan memunculkan tingkat stres yang berbeda dan akan berpengaruh dalam coping (Smet, 1994).e. Karakteristik kepribadian, dimana karakteristik kepribadian dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam coping. Conthnya : individu ekstrovert sering mengeluhkan rasa nyeri.

Selain yang telah dikemukakan oleh Lazarus & Folkman, coping juga dapat dipengaruhi oleh (Sutrisno & Hany, 2008) :a. Kesehatan fisik, dimana seorang individu membutuhkan tenaga yang cukup besar ketika menghadapi stres.b. Keyakinan atau pandangan positif, seperti keyakinan akan nasib atau external of control yang mengarahkan seorang individu pada penilaian ketidakberdayaan yang menurunkan kemampuan strategi coping.c. Ketrampilan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan mencari inti masalah, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah.d. Ketrampilan sosial, yaitu kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakate. Dukungan sosial, meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga, saudara, teman, serta lingkungan masyarakat.f. Materi, yaitu sumber daya berupa uang, barang atau layanan yang bisa dibeli.

Secara alami, disadari maupun tidak disadari seseorang yang menghadapi keadaan stres dan ketegangan psikologi akan melakukan coping. Coping merupakan suatu respon untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dan dirasakan, respon yang efektif akan menghasilkan adaptasi menetap dan kebiasaan baru. Keberhasilan coping bergantung pada keluarga , komunitas dan pelayanan kesehatan (Rasmun, 2004).

OSTEOARTHRITISDi Indonesia penyakit ini merupakan penyakit dengan kunjungan tertinggi dari tahun ke tahun. Prevalensi osteoarthritis di Indonesia yaitu 5% pada usia 61 tahun (Handayani, 2006).Prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang cukup besar. Sekitar satu sampai dua juta orang di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis (Hamsiadi, 2009).Osteoarthritis paling sering mengenai lutut, panggul, tulang belakang dan pergelangan kaki. Pada osteoarthritis lutut terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah faktor sistemik yaitu usia, jenis kelamin, hormon, genetik, dan penyakit sistemik. Faktor kerentanan sendi yaitu riwayat kerusakan sendi atau trauma. Faktor lingkungan yaitu pekerjaan, aktivitas dan status nutrisi (Reijman et al, 2009)Status nutrisi seseorang berhubungan dengan indeks massa tubuh (IMT). Obesitas atau overweight merupakan faktor risisko yang penting dalam menentukan onset terjadinya osteoarthritis lutut. Ada 350 juta orang yang mengalami obesitas (IMT 30 kg/m2) dan ada 1 juta orang dengan overweight (IMT 25 kg/m2) di dunia. Diketahui IMT > 27 kg/m2 berhubungan dengan insiden terjadinya osteoarthritis lutut (WHO, 2008).Osteoarthritis dianggap sebagai penyakit degeneratif, karena usia merupakan salah satu faktor risikonya, maka dapat disimpulkan bahwa makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan untuk terkena osteoarthritis (Handayani, 2006).Osteoarthritis pada usia diatas 60 tahun =80% adalah osteoarthritis lutut . Insidensinya pada usia kurang dari 20 tahun hanya sekitar 10% dan meningkat menjadi lebih dari 80% pada usia diatas 55 tahun. Berdasarkan studi yang dilakukan di Jawa Tengah diketahui bahwa prevalensi osteoarthritis lutut mencapai 15,5 % pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun (Hamsiadi, 2009). Umumnya pada wanita dan pria terdapat sama banyaknya. Hanya pada umur di bawah 45 tahun lebih banyak pada pria dan di atas 45 tahun lebih banyk pada wanita. Prevalensi pada wanita 14,9% dan pada pria 8,7% (Handayani, 2006).

Klasifikasi osteoarthritis berdasarkan grade nya ada 4 yaitu (Klubmann et al, 2008) : 1. Grade 1 : perlunakan dan pembengkakan kartilago, namun tidak terdapat kerusakan pada permukaan kartilago.2. Grade II : terdapat fragmentasi dan retakan pada permukaan kartilago dengan diameter kurang dari 0,5 inchi. Kerusakan kartilago dangkal.3. Grade III : fragmentasi dan retakan pada permukaan kartilago dengan diameter lebih dari 0,5 inchi. Kerusakan kartilagonya dalam.4. Grade 4 : erosi kartilagonya mencapai tulang, kerusakan kartilago menyeluruh serta meliputi kerusakan sendi dan jaringan disekitarnya.

DIAGNOSISDiagnosis osteoarthritis tidak dapat didasarkan hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms, legs, spine) dengan memperhatikan gejala dan tanda. Gejala-gejalanya yaitu nyeri sendi, kaku sendi, krepitasi, bentuk sendi berubah dan gangguan fungsi. Sedangkan tanda-tandanya sebagai berikut krepitasi, keterbatasan gerak, nyeri tekan pada sendi dan periartikular, tonjolan tulang, pembengkakan jaringan lunak, pincang, deformitas, kelemahan otot atau atrofi, efusi sendi dan instabilitas.Pada osteoarthritis terdapat 3 macam kriteria penegakan diagnosis. BACA IRA

Proses peningkatan aktvitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik menyebabkan penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Hal ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yangs selanjutnya menyebabkan bone angina lewat subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu juga dapat berupa akibat dari dilepaskannya mediator kimia seperti kinin, prostaglandin yang menyebabkan radang sendi. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular karena proses remodelling pada trabekula dan subkondrial (Birell et al, 2008).

DUKUNGAN SOSIAL

Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan. Dukungan sosial ini mengarah pada variabel tingkat individual, dan merupakan sesuatu yang dimiliki tiap orang dan dapat diukur dengan pertanyaan tertentu. Dukungan sosial bisa saja datang dari berbagai pihak, tetapi dukungan sosial yang sangat bermakna dalam kaitannya dengan masalah kesepian adalah dukungan sosial yang bersumber dari mereka yang memiliki kedekatan emosiaonal seperti keluarga dan kerabat dekat.Dukungan sosial merupakan dukungan emosional yang berasal dari teman, anggota keluarga, bahkan pemberi perawatan kesehatan yang membantu individu ketika terdapat suatu masalah. Dukungan sosial merupakan faktor penting dalam promosi dan pemeliharaan kesehatan umum dalam jangka panjang, berkontribusi terhadap fisik dan kognitif, serta berfungsi dan mendukung keterlibatan dengan kehidupan. Dukungan sosial sangat berpengaruh tidak hanya dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan, baik pencegahan dan pengobatan, tetapi juga pada bagaimana individu dengan masalah medis serius bereaksi dan pulih dari berbagai penyakit. Penentu lingkungan sosial termasuk dukungan sosial, kekerasan dan pelecehan, dan pendidikan. Faktor ini mempengaruhi kualitas hidup orang tua untuk mempengaruhi lingkungan mereka positif atau negatif. Dukungan sosial dapat mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan, mempercepat pemulihan dan memfasilitasi sesuai dengan resimen medis yang ditentukan.

Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli dimana dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orangtua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.(LUBIS).

BENTUK DUKUNGAN SOSIALSheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial ke dalam lima bentuk yaitu :1. Dukungan instrumental (tangible assistance)Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubunagn dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat kontrol.2. Dukungan informasionalBentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah ydengan lebih mudah.3. Dukungan emosionalBentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.4. Dukungan Harga DiriBentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.5. Dukungan dari kelompok sosialBentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

UNS Dukungan sosial berarti informasi ( tindakan nyata/berupa potensi ) yang membuat individu berkeyakinan bahwa mereka disayangi, diperhatikan, akan mendapat bantuan dari orang lain bila mereka membutuhkannya. Dukungan sosial diartikan sebagai sumber coping yang mempengaruhi situasi yang dinilai stressful (Major, dkk., 1997) dan membuat orang yang stres mampu mengubah situasi, mengubah arti situasi atau mengubah reaksi emosinya terhadap situasi yang ada (Thoits, dalam Major, dkk, 1997). Ada dua aspek utama dalam dukungan sosial yaitu : received support (dukungan yang diterima) dan perceived support (dukungan yang dirasakan ). Received support artinya perilaku membantu yang muncul secara alamiah yang diberikan, sedangkan perceived support diartikan sebagai keyakinan bahwa perilaku membantu akan tersedia ketika diperlukan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa received support adalah perilaku membantu yang benar-benar terjadi dan perceived support adalah perilaku membantu yang mungkin akan terjadi (Barrera, dalam Norris dan Kaniasty, 1996).

SUMBER DUKUNGAN SOSIALSumber dukungan sosial yang terpenting adalah Keluarga dan Sahabat atau Teman.1. Keluarga. Anggota keluarga adalah orang-orang yang berada di lingkungan paling dekat dengan diri individu yang sangat besar kemungkinannya untuk saling memberikan dukungan (Levit dkk., 1993). Menurut Argyle (dalam Veiel & Baumann, 1992) bila individu dihadapkan pada suatu stressor, maka hubungan intim yang muncul karena adanya sistem keluarga dapat menghambat, mengurangi, bahkan mencegah timbulnya efek negatif stressor karena ikatan dalam keluarga dapat menimbulkan efek buffering terhadap dampak stressor. Munculnya efek ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan bersedia untuk membantu individu ketika dibutuhkan serta hubungan antara anggota keluarga memunculkan perasaan dicintai dan mencintai. Intinya adalah bahwa anggota keluarga merupakan orang-orang yang penting dalam memberikan dukungan instrumental, emosional, dan kebersamaan dalam berbagai aktivitas maupun minat.2. Sahabat atau teman. Derajat kepentingan sahabat bagi individu memang berada setelah anggota keluarga, namun hal ini tidak berarti bahwa dukungan sosial dari sahabat atau teman kurang bermanfaat. Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (dalam Veiel & Baumann, 1991) menemukan tiga proses utama dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu material atau instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah dukungan emosional. Tekanan emosional dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Dengan demikian harga diri meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan sahabat karib. Proses yang terakhir adalah integrasi sosial, menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial. Meyerowitz (dalam Smet, 1994) dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada tiga sumber dukungan sosial yang potensial bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan serius, yaitu pasangan dan keluarga, teman dan pasien lain yang memiliki kondisi sama serta dokter dan perawat.

Dengan demikian, dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan (suami/ istri), anak-anak atau anggota keluarga yang lain, dari teman, professional, komunitas atau masyarakat atau dari kelompok dukungan sosialBurker, E.J. 2006. Religious and Non Religious Coping in Lung Transplant Candidates: Does Adding God to the Picture Tell Us More. I J B M:6,513

Lazarus RS, Folkman S. 1986. Appraisal, Coping, Health Status and Psychological Symptoms. Journal of Personality and Social Psychology, 50:3

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Gramedia

Davidson, Gerald C,. Neale, John M., Kring, Ann M. 2006. Psikologi Abnormal. Edisi 9. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 8 : 271-337

Garcia, Carolyn. 2010. Conceptualization and Measurement of Coping during Adolescence: A review of the Literature. J Nurs Schoolarsh. 42(2): 166-185

Rasmun, 2004. Stress. Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : Sagung seto. Hal 29-39

Hamilton, S., Fagot, B.I. 1988. Chronic stress and coping style: A comparison of male and female undergratuates. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 55. 819-822.

Handayani, R. D. 2008. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoarthritis pada Lansia di instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji Surabaya. Available at : http:[email protected]

Ikatan Reumatologi Indonesia (IRA). 2004. Panduan Diagnosis dan pengelolaan Osteoarthritis. 5-10. Available at : http://reumatologiindonesia.org

Klubmann, A., Hansjuergen Gebhardt, Falk Liebers, Lars Victor von Engelhardt, Andreas Daviid, Bertil Buillon dan Monika A Rieger. 2008. Individual and occupational risk factors for knee osteoarthritis Study protocol of a case control study. BMC Musculosceletal Disorders. 1-8

Birell, F. Dan N. K. Arden. 2008. A View on the Pathogenesis of Osteoarthritis. British Journal of Reumatology. 47:1452-2460

Reijman, M., H AP Pols, A P Bergink, J M W Hazes, J N Belo, A M Lievense dan S M, A Bierma-Zienstra. 2006. Body Mass Index Associated With Onset and Progression of Osteoarthritis of the Knee But not of The Hip: The Rotterdam Study. British Medical Journal. 66: 158-162

WHO. 2008. BMI / Overweight / Obesity / Introduction. Available at : http://apps.who.int