Presentasi Kasus Osteoarthritis

download Presentasi Kasus Osteoarthritis

of 25

description

osteoarthritis dipandang dari sisi rehabilitasi medik

Transcript of Presentasi Kasus Osteoarthritis

SEORANG LAKI-LAKI 52 TAHUN DENGAN PARAPARESE INFERIOR TIPE UMN, HIPESTESIA SETINGGI VERTEBRA THORACAL VIII,

SEORANG WANITA USIA 61 TAHUN DENGAN OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA

Oleh :Diwiasti Firdausi YasminG99131034

Pembimbing :dr. Hj. Tri Lastiti Widowati, Sp. KFR, M. Kes.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDISURAKARTA2014

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESISA. Identitas PasienNama: Ny. KUmur: 61 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamPekerjaan: Ibu rumah tanggaAlamat: Mojosongo, SurakartaStatus Perkawinan: Menikah Tanggal Masuk: 28 Januari 2014Tanggal Periksa: 4 Februari 2014No RM: 00 51 80 94B. Keluhan UtamaNyeri lutut kiri.C. Riwayat Penyakit SekarangPasien merupakan konsulan dari bagian penyakit dalam.Sejak tiga bulan yang lalu pasien mengeluhkan lutut sebelah kiri kaku dan sulit untuk digerakkan terutama setelah bangun tidur. Lutut kaku juga dirasakan bila pasien terlalu lama duduk di lantai. Kaku dirasakan selama kurang lebih 15 menit. Sejak satu bulan terakhir, lutut dirasakan nyeri jika digerakkan. Pasien mengeluhkan nyeri semakin memberat ketika berjalan jauh, naik tangga, dan jongkok. Walaupun pasien merasa ada sedikit gangguan dalam berjalan, namun pasien masih tidak memerlukan alat bantu apapun untuk berjalan. Pasien memeriksakan diri ke puskesmas, keluhan membaik setelah minum obat lalu kambuh lagi setelah obat habis. Pasien tidak mengeluh adanya keluhan serupa pada sendi lainnya.D. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Trauma: disangkalRiwayat hipertensi: disangkalRiwayat DM: (+) sejak 2 tahun yang lalu, tidak rutin kontrolRiwayat penyakit jantung: disangkalRiwayat alergi obat/makanan: disangkalRiwayat mondok: disangkalE. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat hipertensi: disangkalRiwayat DM: disangkalRiwayat penyakit jantung: disangkalRiwayat alergi: disangkalF. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok: disangkalRiwayat minum alkohol: disangkalRiwayat olahraga: jarangG. Riwayat GiziPasien mengaku makan teratur 3x/hari dengan nasi, sayur, lauk tempe, tahu, telur, kadang daging. Pasien jarang makan buah-buahan dan minum susu.H. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama anak dan kedua cucunya. Berobat di RSDM dengan fasilitas BPJS.

II. PEMERIKSAAN FISIKA. Status GeneralisKeadaan umum sakit sedang, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup.

B. Tanda VitalTekanan darah : 130/80 mmHgNadi : 88 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teraturRespirasi : 18 x/menit, irama teratur Suhu : 36,6 0C per aksilerSkor nyeri: 4C. KulitWarna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi (-), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).D. KepalaBentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam beruban, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).E. MataConjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).F. HidungNafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).G. TelingaDeformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).H. MulutBibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).I. LeherSimetris, trakea di tengah, step off (-), JVP tidak meningkat ,limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (+).

J. Thoraksa. Retraksi (-)b. JantungInspeksi : Ictus Cordis tidak tampakPalpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkatPerkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar Auskultasi: Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,bising (-).c. ParuInspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan paradoksal (-)Palpasi : fremitus raba kanan = kiriPerkusi : sonor seluruh lapang paruAuskultasi : suara dasar ( vesikuler /vesikuler ), suara tambahan (-/-).K. TrunkInspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis(-)Palpasi : massa (-), nyeri tekan (+), oedem (-)Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-).L. AbdomenInspeksi : dinding perut sejajar dinding dadaAuskultasi : peristaltik (+) normalPerkusi: tympaniPalpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), bruit (-) dan lien tidak teraba.M. Ekstremitas Oedem Krepitasi--

-+

--

--

N. Status LokalisGenuPemeriksaanGenu

DexterSinister

InspeksiDeformitasPeradanganVarices------

PalpasiNyeri tekan--

Nyeri gerak-+

Krepitasi- +

O. Status NeurologisKesadaran: compos mentis, GCS E4V5M6Fungsi Luhur: dalam batas normalFungsi Vegetatif: dalam batas normalFungsi Sensorik : dalam batas normalFungsi Motorik dan Reflek : Kekuatan :5545

Tonus : NNNN

Reflek fisiologis: +2 +2+2 +2

Reflek patologis:-- --

Nervus CranialisN. III: reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm)N. VII : dalam batas normalN XII : dalam batas normal

Range of Motion (ROM)neckROM

AktifPasif

Flexi0 7000 700

Extensi0 4000 400

Lateral bend0 6000 600

Rotasi0 9000 900

Ekstremitas SuperiorROM AKTIFROM pasif

DextraSinistraDextraSinistra

ShoulderFleksi0-450-200-450-20

Ekstensi0-45 0-20 0-45 0-20

Abduksi0-900-400-900-40

Adduksi0-300-300-300-30

External Rotasi0-300-300-300-30

Internal Rotasi0-300-300-450-45

ElbowFleksi0-1350-900-1350-135

Ekstensi135-18090-180135-180135-180

Pronasi0-900-900-900-90

Supinasi0-900-900-900-90

WristFleksi0-900-900-900-90

Ekstensi0-700-700-700-70

Ulnar deviasi0-300-300-300-30

Radius deviasi0-300-300-300-30

FingerMCP I fleksi 0-450-450-900-90

MCP II-IV fleksi0-450-450-900-90

DIP II-V fleksi0-450-450-900-90

PIP II-V fleksi0-450-450-1000-100

MCP I ekstensi0-100-100-300-30

EKSTREMITASINFERIORROM AKTIFROM PASIF

DextraSinistraDextraSinistra

Hip Fleksi0-600-600-600-60

Ekstensi0-300-300-300-30

Abduksi0-450-450-450-45

Adduksi0-300-300-300-30

Eksorotasi0-300-300-300-30

Endorotasi0-300-300-300-30

KneeFleksi0-1200-1000-1200-100

Ekstensi0000

AnkleDorsofleksi0-200-200-300-30

Plantarfleksi0-300-300-300-30

Manual Muscle Testing (MMT)

NECK1. Fleksor M. Strenocleidomastoideus : 51. Ekstensor: 5Ekstremitas SuperiorDextraSinistra

ShoulderFleksorM Deltoideus anterior55

M Biseps55

EkstensorM Deltoideus anterior55

M Teres mayor55

AbduktorM Deltoideus55

M Biceps55

AdduktorM Lattissimus dorsi55

M Pectoralis mayor55

Internal RotasiM Lattissimus dorsi 55

M Pectoralis mayor55

Eksternal RotasiM Teres mayor55

M Infra supinatus55

ElbowFleksorM Biceps55

M Brachialis55

EkstensorM Triceps55

SupinatorM Supinator55

PronatorM Pronator teres55

WristFleksorM Fleksor carpi radialis55

EkstensorM Ekstensor digitorum55

AbduktorM Ekstensor carpi radialis55

AdduktorM ekstensor carpi ulnaris55

FingerFleksorM Fleksor digitorum55

EkstensorM Ekstensor digitorum55

Ekstremitas inferiorDextraSinistra

HipFleksorM Psoas mayor55

EkstensorM Gluteus maksimus55

AbduktorM Gluteus medius55

AdduktorM Adduktor longus55

KneeFleksorHarmstring muscle54

EkstensorQuadriceps femoris54

AnkleFleksorM Tibialis55

EkstensorM Soleus55

ActivityScore

Feeding0 = unable5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau membutuhkan modifikasi diet10 = independen 10

Bathing0 = dependen5 = independen (atau menggunakan shower)

5

Grooming0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur5

Dressing0 = dependen5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan sebagian pekerjaan sendiri10 = independen (termasuk mengancingkan resleting, menalikan pita, dll.10

Bowel0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema)5 = occasional accident10 = kontinensia10

Bladder0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangani sendiri5 = occasional accident10 = kontinensia10

Toilet use0 = dependen5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri10 = independen (on and off, dressing)5

Transfer0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang, fisik), dapat duduk10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)15 = independen10

Mobility0 = immobile atau < 50 yard5 = wheelchair independen, > 50 yard10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard15 = independen (tapi dapat menggunakan alat bantu apapun, tongkat) > 50 yard10

Stairs 0 = unable5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)10 = independen5

Total (0-100)/ ambulasi80 (moderate dependent)

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Asam urat: 5,8 mg/dLIV. PEMERIKSAAN PENUNJANGFoto polos genu AP dan lateral sinistra (Tanggal 31 Januari 2014): Alignment baik Trabekulasi tulang normal Subchondral bone layer tampak baik Celah dan permukaan sendi dalam batas normal Tampak osteofit pada condylus medialis et lateralis os femur et tibia kanan, margo posterior superoinferior os patella kanan Tak tampak kalsifikasi abnormal Tak tampak erosi/destruksi tulang Tak tampak soft tissue mass/swellingKesan: Osteoarthritis femurotibia dan femuropatella joint kiri

Gambar 1. Foto polos genu AP dan lateral sinistraV. ASSESMENTOsteoarthritis Genu SinistraVI. DAFTAR MASALAH Problem Medis: Athralgia articulatio genu sinistra Problem Rehabilitasi Medik1. Fisioterapi: Pasien mengalami nyeri saat menggerakkan lutut bagian kiri2. Terapi wicara: Tidak ada3. Okupasi Terapi : Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan jauh, jongkok, dan naik tangga.4. Sosiomedik : terkadang memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari5. Ortesa-protesa: Keterbatasan mobilisasi6. Psikologi:Tidak ada

VII. PENATALAKSANAAN Terapi Medikamentosa :Meloxicam 1 x 15 mg

Rehabilitasi Medik:1. Fisioterapi: a. Latihan pemeliharaan ROM sendib. Strengthening exercise m. quadricep femoralis dan m. hamstringc. Short Wave Diathermy (SWD) genu sinistrad. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) genu sinistra2. Terapi wicara: tidak dilakukan3. Okupasi terapi:Proper Body Mekanik (PBM) genu4. Sosiomedik:a. Motivasi dan edukasi keluarga tentang penyakit penderitab. Motivasi dan edukasi keluarga untuk membantu dan merawat penderita di rumah dan memberikan beberapa penyesuaian di rumah.5. Ortesa-Protesa: knee decker6. Psikologi : tidak dilakukan

VIII. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAPImpairment: keterbatasan dalam ruang lingkup gerak sendi lutut kiriDisability:penurunan fungsi anggota gerak bawahHandicap :keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri pada lutut.IX. TUJUAN1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu perawatan2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan3. Meminimalkan impairment, disability dan handicap4. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari5. Edukasi perihal home exercise

X. PROGNOSISAd vitam : dubia ad bonamAd sanam: dubia ad malamAd fungsionam : dubia ad malam

BAB IITINJAUAN PUSTAKAOSTEOARTHRITISA. DEFINISIOsteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Penyakit ini dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan disertai adanya pembentukan tulang baru (oseofit) pada permukaan sendi (Carter, 2007).B. FAKTOR RISIKO1. Usia, sering terjadi pada usia lanjut2. Over used atau penggunaan beban sendi yang berlebihan dan berulang-ulang (aktifitas fisik)3. Trauma4. Obesitas5. Jenis kelaminUmur < 45 lebih banyak laki-laki, Umur > 45 lebih banyak perempuan (Carter, 2007).C. PATOGENESIS1. Tulang rawan sendiStage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kaolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.Stage II: Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.2. Perubahan Tulang.Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral, pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit (crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi pada beberapa sendi ronggarongga terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang denuded dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur. Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.3. Jaringan Periartikuler.Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi kontraksi. Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atrofi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan tungkai (Isbagio, 2000; Felson, 2006).D. KLASIFIKASIBerdasarkan patogenesisnya, OA dibedakan menjadi dua, yaitu:1. OA PrimerOA primer disebut juga OA idiopatik, yaitu OA yang etiologinya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Penyebab OA primer diduga karena faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Lebih sering dijumpai daripada OA sekunder.2. OA SekunderOA yang didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas makro dan mikro serta imobilisasi yang terlalu lama (Soeroto et al., 2009).E. MANIFESTASI KLINIKPada umumnya pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang perlahan-lahan.1. Nyeri sendi2. Hambatan gerakan sendi3. Kaku sendi pagi hari4. Atrofi otot-otot sekitar sendi5. Krepitasi6. Pembesaran sendi (deformitas)7. Perubahan gaya berjalan.Persendian yang paling sering terkena OA adalah pada vertebra, panggul (hip), lutut, dan pergelangan kaki. Diperkirakan 3040% lansia berusia 65 tahun terkena osteoarthritis pada lutut (Soeroso et al., 2009).

Gambar 2. Predileksi OAF. DIAGNOSISDiagnosis OA dapat ditegakkan berdasarkan kriteria klinis menurut American College of Rheumatology (ACR). Berdasarkan kriteria tersebut, OA dapat ditegakkan apabila:1. Nyeri sendi2. Memenuhi tiga kriteria dari enam hal berikut:a. Umur lebih dari 50 tahunb. Kaku sendi kurang dari 30 menitc. Krepitasid. Nyeri tulange. Pembengkakan tulang (bone enlargement)f. Tidak hangat/panas pada perabaan (Dieppe, 2008).Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence. 0: tidak ada gambaran osteoarthritis. 1: osteoarthritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit minimal.2 : osteoarthritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik. 3 : osteoarthritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan celah sendi sempit4 : osteoarthritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral.G. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yang terkena. Pengobatan harus direncanakan sesuai kebutuhan individual.Tujuan terapi adalah : menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi membatasi kerusakan fungsi mengurangi faktor penyebab mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Penatalaksanaan OA meliputi:1. Farmakologia. Lini PertamaPengobatan saat ini hanya bersifat simptomatik dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dikombinasi dengan program rehabilitasi dan proteksi sendi. Pada stadium lanjut dapat dipikirkan berbagai tindakan operatif. b. Lini KeduaPenggunaan nutrisi seperti glukosamin dan chondroitin sulfat masih kontroversial. Injeksi articular dengan kortikosteroid, dapat menurunkan rasa sakit pada jangka waktu yang pendek. Dengan asam hialuronat dapat menurunkan sedikit rasa sakit. Pemberian opioid dapat digunakan pada pasien dengan rasa sakit yang sangat berat dan pasien yang tidak kooperatif (Hansen & Elliot, 2005).

2. Non Farmakologis a. Edukasi PasienEdukasi pasien, teman, dan keluarga pasien untuk mendorong pasien berpartisipasi dalam program yang ada, misalnya program edukasi pasien; program self-management; kelompok pendukung arthritis, dan sebagainya. Dalam program ini pasien belajar memahami OA yang meliputi: proses penyakit, prognosis, pilihan terapi, perubahan paradigm bahwa OA dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat dihindari.Pasien juga belajar bagaimana mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan relaksasi, komunikasi dengan staf kesehatan, dan pemecahan masalah, dapat menghadapi secara fisik, emosi dan mental, mempunyai kendali lebih baik terhadap OA, meningkatkan percaya diri untuk hidup aktif dan mempunyai hidup yang tidak tergantung orang lain.b. Terapi Fisik & Occupational Therapy1) Istirahat : pada stadium akut untuk mengurangi nyeri, edem dan mencegah bertambahnya kerusakan rawam sendi2) Modalitas fisik: Terapi dinginDiberikan pada fase akut untuk mengurangi nyeri, edem serrta mengurangi degradasi rawan sendi oleh enzim kolagenase. Efek fisiologis terapi dingin adalah vasokonstriksi pembuluh darah dan perlambatan perdarahan, mengurangi edem dan mengurangi inflamasi akut. Terapi dingin dapat berupa kompres es pada bagian yang nyeri selama 15-20 menit atau massage ice tube selama 5 menit. Terapi panasPada stadium subakut dan kronis untuk mengurangi nyeri, menambah kelenturan sendi, melemaskan otot dan melenturkan jaringan ikat. Efek fisiologis terapi panas adalah vasodilatasi meningkatkan penyerapan nutrisi, leukosit dan antibodi, meningkatkan pembuangan sisa metabolik dan sisa jaringan, membantu resolusi kondisi inflamasi. Beberapa mekanisme analgetik yaitu vasodilatasi yang menghasilkan pengurangan nyeri iskemik dan pembuangan mediator nyeri, respon mediator endorfin. Terapi panas terdiri dari: Terapi panas superfisial : kompres hangat, hot pack, infra red. Terapi panas dalam: Short Wave Diathermy (SWD), Micro Wave Diathermy (MWD), Ultrasonic Diathermy (USD) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulators (TENS) merupakan salah satu jenis elektroterapi yang menggunakan daya listrik kecil untuk mengurangi nyeri.

c. Latihan Fisik1. Latihan luas gerak sendi (LGS) /fleksibilitas dan peregangan /stretching untuk penguatanPrinsip umum latihan LGS adalah bahwa sendi terutama sendi lutut digerakkan pada luas gerak sendi penuh untuk mencegah motion loss yang sering terjadi pada sendi OA. Latihan LGS aktif diberikan apabila pasien mempunyai LGS penuh dan kekuatan otot yang cukup untuk dapat menggerakkan ototnya sendiri. Latihan LGS aktif assistif diberikan jika kekuatan otot pasien tidak cukup kuat untuk dapat menggerakkan sendinya sendiriLatihan dimulai dengan pasien menggerakkan sendinya pada seluruh luas gerak sendi yang ada untuk mencegah berkurangnya luas gerak sendi. Selanjutnya ditambahkan latihan peregangan yang dilakukan dengan pelan, gentle, dan sustained stretching. Sustained stretching adalah menahan peregangan selama 20-40 detik, atau lebih, kemudian relaks, dan mengulangi peregangan lagi. Peregangan yang tiba-tiba, kasar, atau ballistic stretching harus dihindari karena bisa menimbulkan eksaserbasi OA. Untuk pasien OA hip dan lutut otot yang penting untuk diregangkan adalah otot quadrisep dan hamstring.Latihan penguatan bisa dibedakan menjadi isometrik, isotonik, dan isokinetik. Latihan penguatan isometrik adalah bentuk latihan statik dimana otot berkontraksi dan menghasilkan force tanpa perubahan panjang otot dan sedikit/tanpa gerakan sendi. Latihan isometrik digunakan jika pasien tidak dapat mentoleransi gerakan sendi berulang, misalnya pada sendi yang nyeri atau inflamasi. Latihan penguatan isotonik adalah latihan penguatan dinamik dengan beban konstan dimana otot berkontraksi memanjang (eksentrik) atau memendek (konsentrik) di sepanjang luas gerak sendinya. 2. Latihan AerobikLatihan aerobik penting untuk penderita OA lutut karena pada penderita OA lutut sering terjadi penurunan kapasitas aerobik sebagai akibat kurangnya aktivitas. Manfaat latihan aerobik antara lain meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan otot, daya tahan, serta pengurangan berat badan. Selain itu latihan aerobik juga dapat menyebabkan pelepasan opioid endogen, serta memperbaiki gejala depresi dan kecemasan.Bentuk latihan aerobik yang dianjurkan adalah berjalan, bersepeda, berenang, dan senam aerobik di kolam. karena menimbulkan stress sendi yang lebih ringan dibandingkan bentuk latihan aerobik yang lain. Setiap sesion latihan aerobik harus diawali oleh latihan pemanasan yang terdiri dari latihan ROM dan diikuti oleh pendinginan dan peregangan. 3. Latihan FungsionalPasien OA lutut sering mengalami gangguan aktivitas seperti naik turun tangga, duduk dan bangkit dari kursi atau toilet, atau mengambil benda dari lantai. Perlu dilakukan latihan yang bertujuan mengatasi gangguan fungsional khusus yang dialami pasien. Latihan ini berupa latihan penguatan dengan modifikasi aktivitas sehari-hari. Contohnya adalah sebagai berikut: Latihan step-up dan step down : latihan naik dan turun tangga. Latihan keseimbangan dan proprioseptif, dimulai bila pasien mempunyai kemampuan kontrol yang baik, misalnya dengan berjalan sepanjang garis sempit Latihan ambulasi : penggunaan alat bantu jalan dikurangi ketika kekutan otot quadrisep membaik ( MMT 4/5) atau nyeri berkurang. Latihan ambulasi dilakukan pada permukaan yang bervariasi, naik turun ramp, pertama dengan bantuan kemudian mandiri.

Gambar 3. Contoh latihan fisik pada OA

d. Istirahat dan merawat persendianRencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat. Pasien harus belajar mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus menghentikan atau memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa sakit karena aktivitas berlebihan. Beberapa pasien merasakan teknik relaksasi, pengurangan stres, dan biofeedback sangat membantu. Penggunaan bidai atau penahan (braces) memberikan dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga menjaga persendian pada posisi yang benar selama tidur maupun beraktivitas. Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas sebab otot membutuhkan latihan untuk mencegah kekakuan dan kelemahan.e. Pengendalian Berat BadanKelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik pada sendi penyangga berat. Pengurangan berat badan dikaitkan dengan pengurangan simtom dan kecacatan. Penurunan 2,5kg dapat menurunkan tekanan biomekanik pada sendi penyangga beban. Diet yang sehat dan olahraga akan sangat membantu (Barrack et al., 2006).f. PembedahanTerapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil, untuk mengurangi rasa sakit, dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari (Dieppe, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Barrack L, Booth E, et all. 2006. OKU : Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip and Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis Inflamatoric.Carter MA. Osteoarthritis. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, konsep klinis proses proses penyakit, Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC; 2007.Dieppe P. Osteoarthritis, a clinical features. In: Klippel JH, Stone JH, Crofford LJ, White PH, editors. Primer on the rheumatic diseases. 13th ed. New York: Springer Science & Business Media LLC; 2008.p.224-8.Felson DT. Osteoarthritis of the knee. NEJM 2006; 354: 841-848.Hansen K.E; Elliot M.E. 2005. Osteoarthritis, Pharmacotherapy, A Pathophysiological Approach, McGraw-Hill. USA.Isbagio, Harry. 2000. CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada Osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran.Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoarthritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simardibrata MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th edition. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. p. 2538 49; 2009.

8