BAB 2 KONVERGENSI REGULASI TELEKOMUNIKASI … 26738-Konvergensi... · jaringan tersebut, dengan...
Transcript of BAB 2 KONVERGENSI REGULASI TELEKOMUNIKASI … 26738-Konvergensi... · jaringan tersebut, dengan...
BAB 2
KONVERGENSI REGULASI TELEKOMUNIKASI DAN PENYIARAN TERHADAP PENYELENGGARAAN IPTV SEBAGAI TV MASA DEPAN
2.1 KONSEP IPTV
Internet telah menjadi katalisator bagi konvergensi, misalnya, siaran radio
dan televisi tidak lagi menjadi ranah (domain) penyelenggara atau lembaga
penyiaran, tetapi juga menjadi ranah penyedia jasa telekomunikasi, demikian pula
sebaliknya.
Sejauh ini tidak ada definisi tunggal tentang konvergensi, namun, telah ada
pemahaman bersama tentang substansinya, yang antara lain adalah :
Convergence refers to the process by which communications networks and
services, which were previously considered separate, are being transformed
such that :
. Different network platforms carry a similar range of voice, audiovisual and
data transmission services
. Different consumer appliances receive a similar range of services; and.
New services are being created 5
IPTV adalah suatu layanan multimedia yang terdiri atas program siaran
televisi, video (gambar bergerak), audio (suara), tulisan (text), grafis (gambar diam)
dan data yang disalurkan ke pelanggan melalui suatu jaringan tertutup berbasis IP.6
Pada dasarnya IPTV dalam mekanisme pengiriman konten video pada Internet dapat
mempergunakan jaringan berbasis IP publik atau melalui jaringan berbasis IP privat
(dedicated), karena IPTV wajib menggunakan IP sebagai mekanisme pengiriman, IP
dapat dipergunakan untuk mengirimkan berbagai jenis konten melalui Internet dan
5 OECD, op. cit., p. 5. 6 IPTV GSI, ITU
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
jaringan berbasis IP privat. Contoh konten IPTV dapat menjangkau dari video musik
ke pertunjukkan TV, film yang penuh dengan fitur, konser rock dan kegiatan-
kegiatan khusus, seperti permainan kotak, sepakbola atau musik layar lebar. Ini
berarti definisi IPTV meliputi kegiatan saat ini, termasuk download film atau video
musik melalui Internet untuk melihat langsung atau berlangganan layanan TV yang
dikirimkan melalui jaringan pribadi yang disediakan dalam pengiriman konten
televisi dengan mempergunakan IP (Internet Protocol). Jadi IPTV tidak membatasi
konten yang disediakan oleh penyelenggara TV atau secara tidak langsung,
menghasilkan konten melalui internet. IPTV istilah secara luas mengacu pada
perubahan konten video yang menggunakan IP dalam mekanisme pengiriman
konten.
Diskusi utama secara detail adalah beberapa contoh dari pengiriman konten
video melalui jaringan berbasis IP, beberapa kata mengingatkan pada IPTV, agar
tidak keliru dengan IP/TV, dimana oleh Cisco sebagai perusahaan untuk produk
Router telah didaftarkan sebagai merk dagang Amerika. Cisco mempergunakan
IP/TV yang mengacu pada seri produk yang dikembangkan pada pengiriman konten
televisi melalui internet atau jaringan berbasis IP privat.7
Pemacu pasar IPTV adalah konvergensi suara, data dan video. Karena setiap
informasi direpresentasikan dalam format digital, keduanya sangat mungkin dan
mudah untuk mengirimkan suara, data dan gambar melalui jaringan yang
dipergunakan secara bersama-sama, dan disetiap stasiun tujuan, suara, data dan
gambar dapat disimpan pada perangkat yang sama, seperti pada perangkat video
iPod yang dikeluarkan oleh Apple atau dapat juga dikirimkan menggunakan IP
address, komputer pribadi di rumah, set-top box televisi atau perangkat lain yang
telah direkomendasikan.8 Hal ini akan menjelaskan bahwa setiap pengiriman data
pribadi dapat dikirimkan melalui IP dalam hal untuk pengiriman data yang sama.9
7 Gilbert Held, Understanding IPTV, (Auerbach Publications Taylor & Francis Group, 2007). p. 2 8 Ibid. p. 4 9 Ibid. p. 41
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.1.1. Perbedaan antara TV Analog dan TV Digital
Perbedaan TV Analog dan TV Digital hanyalah perbedaan pada
sistim tranmisi pancarannya, TV kebanyakan di Indonesia, masih
menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada
frequency carrier, sedangkan pada sistim digital, data gambar atau suara
dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan, selain itu
perbedaan juga terdapat pada resolusi, pemindai gambar (picture scanning),
warna dan kualitas suara.10 Sebagai ilustrasi, jika sebelumnya kita menonton
film lewat VCR (Video Cassete Recorder), video yang memakai pita
dinamakan analog, tapi sekarang ini video sudah dalam format digital MPEG
(Motion Picture Experts Group), atau kalau kita mendengarkan musik
dengan pita kaset berarti sistem itu adalah analog, tapi jika kita
mendengarkan MP3, sistem tersebut adalah digital.
Feature Analog DigitalResolution 525 lines with 480 active 720 and 1080 lines for
HDTV, 480 for digital standard TV
Picture Scanning Interlaced Interlaced or progressiveAspect Ratio 4 : 3 16 : 9Synchronization Horizontal and vertical
sync pulses, vertical blanking interval
frame sync signal
Color color added as a separate carrier
color include in data
Sound two channel FM sound on separate carrier
six channel dolby 5.1 surround sound
Tabel 1.2. PERBANDINGAN TV ANALOG DAN TV DIGITAL Sumber : Understanding IPTV, Auerbach Publications, p. 59
Apabila TV analog signalnya lemah (semisal ada masalah pada
antena), maka gambar yang diterima akan banyak 'bintik-bintik' tetapi pada 10 Ibid. p. 58
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
TV Digital yang terjadi adalah bukan 'bintik-bintik' melainkan gambar yang
lengket seperti kalau kita menonton VCD (Video Compact Disc) yang rusak,
jadi dalam hal ini kualitas sistem digital lebih baik dibandingkan dengan
sistem analog, karena dengan format digital banyak hal dipermudah, seperti
satu keping CD audio analog atau laser disk hanya mampu memutar lagu
selama 60 menit atau sekitar 6 lagu, maka dengan format digital sekarang
pada CD yang sama dapat menyimpan lagu dengan format digital MP3
hingga ratusan lagu, kalau pada sistem pemancaran siaran TV analog, satu
pemancar dengan pemancar lainnya harus mempergunakan frekuensi
berbeda, maka dengan sistem digital satu frekuensi dapat memancarkan
banyak siaran TV digital. Televisi Digital (DTV) adalah satu jenis teknologi
penyiaran melalui udara yang baru dan inovatif yang mengirimkan gambar
melalui gelombang udara dalam bentuk bit data, seperti halnya komputer.
DTV memungkinkan stasiun TV untuk dapat menyediakan gambar yang
lebih jelas, berkualitas suara lebih baik dan pilihan program yang lebih
banyak.
DTV juga memungkinkan pengiriman gambar beresolusi tinggi
dengan format high definition television (HDTV) bagi para pemirsa yang
memiliki pesawat HDTV dan menyediakan kemampuan interaktif dan
layanan data yang lebih baik.
Keunggulan sistem TV digital dibandingkan dengan analog terletak
pada kualitas penerimaan yang lebih baik, kebutuhan daya pancar yang lebih
kecil, ketahanan terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang
berubah-ubah terhadap waktu serta penggunaan yang lebih efisien, namun
selain itu juga informasi digital dikonversikan ke analog agar dapat
ditayangkan pada televisi analog. Adapun perbedaan antara pesawat televisi
analog dan digital terletak pada jumlah garis pindai (scan line), contoh pada
TV analog yang berstandar NTSC11 memiliki 525 garis pindai, pada
11 NTSC : National Television System Committee (jaringan televisi analog yang digunakan di Amerika
Serikat, Kanada, Jepang, Meksiko, Korea Selatan, Taiwan, dan beberapa negara lainnya).
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
umumnya terlihat hanya 480 garis pindai. Televisi analog memiliki resolusi
gambar efektif 210 ribu pixel, sedangkan pada televisi digital, resolusi
tertingginya mencapai 2 juta pixel. Ini artinya, gambar pada HDTV memiliki
10 kali lebih detail dibandingkan TV biasa (analog). Seiring dengan
perkembangan dunia elektronik pada tahun 2004, badan standar Eropa
(ETSI)12 merilis standar baru sebagai pengembangan DVB-T, yaitu DVB-H
yang diperuntukkan bagi pelanggan bergerak dengan pesawat penerima
seperti PDA13 atau handphone. Penggunaan tenaga baterai secara hemat
untuk penerimaan sinyal TV dalam waktu yang lama dimungkinkan oleh
pengiriman sinyal secara tak kontinu. Signal TV digital dibagi-bagi ke dalam
sejumlah blok paket yang masing-masing dikirimkan berurutan namun
dipisahkan oleh interval waktu sedemikian sehingga terminal penerima dapat
menjadi non-aktif selama waktu jeda ini.
2.1.2. Perbedaan antara Internet TV dan IPTV
Internet TV atau kadang-kadang disebut dengan Net TV atau Web TV
maupun IPTV pada dasarnya merupakan video over IP. Internet TV adalah
layanan video yang mempergunakan internet publik, sehingga memberikan
jalan masuk (accessibility) maupun hasil (affordability) yang tinggi kepada
masyarakat. Pada internet TV, semua orang dapat mengaksesnya melalui
internet (high accessibility) dan cenderung bisa dikatakan affordable karena
biayanya relatif murah, bahkan cenderung gratis (free of charge).14
Sedangkan IPTV didefinisikan oleh Focus Group IPTV sebagai
”television/video/audio/text/graphics/data delivered over IP base networks
managed to provide the required level of QoS/QoE, security, interactivity and
reliability”, maka pada dasarnya IPTV diharapkan mampu memberikan
jaminan pelayanan, keamanan, interaktivitas dan keandalan kepada
12 ETSI : European Telecommunications Standards Institute 13 PDA : Personal Digital Assistant 14 Gerard O’Driscoll, Next Generation IPTV Services and Technologies, (Wiley – Interscience a John
Wiley & Sons, Inc., Publication, 2007) p. 3
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
pelanggannya.15 Definisi IPTV ini cenderung tidak mungkin dipenuhi dengan
mengimplementasikannya pada internet publik yang bukan merupakan
pelanggan siaran TV. IPTV ini sangat mungkin diimplementasikan pada
jaringan dengan konektivitas yang terjamin, dan hal ini dapat dimungkinkan
dengan xDSL yang dalam perkembangannya dapat mempergunakan fibre
optic. Dukungan set-top box pada IPTV juga memberikan peranan penting
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan IPTV. Set-top box merupakan
antarmuka (interface) jaringan IP ke televisi, sehingga pada akhirnya IPTV
dapat dinikmati pada perangkat/terminal televisi yang ada, dan tidak hanya
pada perangkat/terminal komputer.
Adanya kualitas layanan pada IPTV inilah yang pada akhirnya
memungkinkan banyak fitur dapat dikembangkan diatasnya, antara lain video
multikanal dan EPG (electronic program guide), yaitu informasi panduan
mengenai video yang ada, hal ini cenderung tidak mungkin dilakukan pada
Internet TV.16 Pengembangan IPTV ini juga dapat memberikan HDTV (high
definition television), chatting, transaksi elektronik, voting pada suatu video,
VoD (video on demand), dan lain-lain. Dengan adanya tingkat layanan (QoS),
maka IPTV dapat dipergunakan untuk memberikan layanan video kepada
masyarakat dengan kualitas yang terjamin, sehingga kanal premium seperti
movies dari HBO dan Cinemax dapat juga disalurkan melalui IPTV yang
dapat dipaketkan menjadi suatu Pay TV.
15 Ibid. p. 2. 16 Budi Winoto, “Indonesia Segera Cicipi IPTV”, http://www.inilah.com, diakses pada tanggal 11 Juni
2009
ASPEK IPTV Internet TVClosed system, kualitas layanan terjamin(managed QoS)
Open system, kontrol kualitas layanan tidak dijamin (best effort QoS)
Video konten dikirim hanya kepadapelanggan (know n subscriber )
Video konten dikirim kepada siapapun
Pengiriman melalui IP packets sampaidengan pelanggan (end customer )
Pengiriman melalui IP packets hanya sampai internet cloud
Kepemilikan Jaringan
Infrastruktur
Dikirim melalui infrastruktur jaringan milikservice provider sendiri
Dikirim dan diterima melalui public internet yang melibatkan banyak pihak
Wilayah Jangkauan
Sesuai dengan jangkauan jaringan yangdimilikinya
Tidak ada batasan w ilayah, dimanapun ada akses internet
Mekanisme Akses
Umumnya mempergunakan IP-STB digital untuk mengakses danpengkodean layanan konten
Menggunakan PC, softw are yang digunakan tergantung format konten
Biaya Berbayar GratisKonten Video konten dibuat oleh Perusahaan
profesional dan jumlahnya terbatasVideo konten bisa dibuat siapapun , jumlah kontennya tidak terbatas
Platform
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
TABEL 2.2 PERBANDINGAN IPTV DAN INTERNET TV Sumber : IPTV and Internet Video, 200717
2.1.3. Implementasi IPTV
Sejak ”You Tube” diluncurkan pertama kali pada 15 Februari 2005
oleh tiga pemuda berbakat, yaitu Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed Karim,
dunia maya internet dibanjiri oleh berbagai tayangan video, terlebih lagi
dengan semakin murahnya harga perangkat perekam kamera video yang
disertai pula dengan kemudahan pengoperasiannya. Sesuai dengan slogan
yang dibuat oleh ketiga pemuda penemunya, yaitu ”Broadcast Yourself”,
yang berarti jutaan tayangan video gratis dalam format baik yang secara
kualitas dan seni sangat profesional maupun amatiran yang dapat diupload
(ditampilkan) atau didownload (diunduh) dari dunia maya internet.
IPTV (Internet Protocol Television) merupakan layanan penyediaan
pengucuran (streaming) TV secara langsung yang dimasukkan ke dalam
jaringan IP yang memiliki lebar pita (bandwidth) cukup lebar. Kondisi saat
ini lebar pita yang ditawarkan adalah sekitar 2-4 MB dan sesungguhnya hal
ini cukup besar bagi akses internet untuk menampilkan gambar video di
jaringan tersebut, dengan konsep multicast, yaitu pengiriman dari satu
sumber untuk banyak pengakses secara bersamaan (simultan). Sementara itu
VOD (video on demand) merupakan layanan video yang diinginkan secara
khusus oleh pengakses, secara umum ini merupakan layanan video streaming
unicast, yang dideliver hanya ke satu pelanggan. IPTV dan VoD, keduanya
merupakan kategori layanan berkualitas siaran TV, artinya pelanggan akan
menikmati layanan sekualitas TV Satelit dan kabel yang umum saat ini telah
kita nikmati.
17Wes Simpson and Howard Greenfield : IPTV and Internet Video , p. 26 chap. 2: NAB Executive
Briefings, Focal Press, 2007
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
GAMBAR 1.2. IPTV DIKIRIMKAN SECARA BROADCAST DAN VIDEO ON DEMAND SECARA UNICAST Sumber : Understanding IPTV, p. 106
GAMBAR 2.2. KONFIGURASI DASAR IPTV
Sumber : Divisi Multimedia PT. TELKOM
IPTV telah diimplementasikan diberbagai negara di dunia, operator
IPTV dengan pelanggan paling banyak adalah PCCW di Hongkong, yang
menawarkan now broadband TV (850 k subsc.), kemudian diikuti dengan
IP CORE
BRAS/ESR
DSLAM
TUT Content Processor
VOD/nPVR SystemVOD/nPVR Provisioning System
TV HeadendLive TV Provisioning System
Bitband Vision Server and Maestro CND management
IP Multicast
IP Unicast
CA/DRMContent
protection System
IPTV MiddlewareIPTV Service and
Subscriber Management System
TV PortalMediatorMediator
CASCADE
STBHG
STBHG
Telecom OSS/BSS
Home Network STB & HG
MSANBroadband Network
Solution
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
France Telecom di Perancis yang menawarkan MaLigne TV (745 k subsc.).
Operator IPTV yang sukses lainnya adalah Verizon di Amerika yang
menawarkan FiOS (500 k subsc.) dan Telefonica di Spanyol yang
menawarkan Telefonica TV (450 k subsc.)
GAMBAR 3.2. IMPLEMENTASI IPTV DI BERBAGAI NEGARA Sumber : IEEE Communications Magazine, August 2008
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.2 SISTEM IPTV
IPTV merupakan suatu layanan yang memberikan konten-konten audio
visual dan juga bisa ber-interaktif yang berbasis Internet Protocol. Internet Protocol
Television merupakan sistem transmisi televisi digital menggunakan protokol
internet (IP) yang melewati infrastruktur jaringan IP dengan pita lebar yang
dibutuhkan untuk mengirimkan format gambar bergerak dengan kualitas yang baik
dan real time. Sistem transmisi televisi yang saat ini masih menggunakan teknologi
transmisi wireless broadcast, dengan keterbatasan jarak serta penerimaan signal
sekarang telah dikembangkan menggunakan teknologi IP dengan jangkauan yang
jauh lebih luas dan layanan ini lebih sering ditawarkan bersamaan dengan layanan
internet & voice over IP (VoIP) yang disediakan oleh provider.
Sistem ini yang digunakan untuk mengirim layanan televisi digital kepada
konsumen yang terdaftar sebagai pelanggan dalam sistem tersebut. Pengiriman
(signal) digital televisi tersebut memungkinkan diselenggarakan dengan
menggunakan Internet Protocol melewati sebuah koneksi broadband, biasanya
digunakan dalam sebuah dedicated network18 (jaringan yang terorganisasi sendiri)
yang lebih baik daripada internet public dengan tujuan agar kualitas pelayanan
terjamin. Kebanyakan layanan ini disediakan bersama dengan permintaan fasilitas
video. Sebagai tambahan, terdapat ketentuan terhadap pemanfaatan layanan internet
seperti akses web dan Voice over Inrternet Protocol.
18 dedicated network merupakan jaringan point to point yang dapat dimanage secara end to end oleh
penyelenggara jaringan Telekomunikasi, termasuk penjaminan standar kualitas layanan
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
IPTV merupakan teknologi terbaru layanan berbasis Internet Protocol yang
dikembangkan beberapa operator telekomunikasi di dunia. Pada 1994, World News
Now terbitan American Broadcasting Company (ABC) menjadi program televisi
pertama di dunia yang disalurkan melalui internet kemudian berkembang pesat,
sehingga hampir semua pemain utama dalam industri internet menawarkan program
atau konten mereka masing-masing Prinsip penyalurannya hampir serupa
dibandingkan dengan penyaluran secara konvensional, dimana program yang sudah
dikonversikan menjadi digital disalurkan melalui internet protokol dan jenis layanan
ini ada yang gratis ataupun berbayar. Saluran IPTV gratis tersebut hanya
memerlukan saluran internet dan perangkat pendukung internet seperti PC atau Set
Top Box yang disambung ke televisi.
Gambar 4.2. : CARA KERJA IPTV SET TOP BOX
IPTV Set Top Box adalah sebuah terminal multimedia yang mudah digunakan
untuk jaringan IP broadband, alat ini menerima dan mengatur media video
streaming, menyediakan aplikasi interaktif, dan memperbaharui aplikasi dan fungsi
melalui jaringan IP. Sebuah perangkat yang efisien, tidak mahal, dan berkinerja
tinggi, sebuah perangkat yang baik bagi penyedia jasa internet untuk
mempromosikan servis tambahan dan melalui aksesoris seperti TV-set, speaker, dan
home theatre, alat ini menyediakan pengguna untuk mendapatkan layanan yang
interaktif dan dipersonalisasi seperti broadcast digital video dan audio, pemesanan
video dan audio, daftar program siaran berbasis web, dan browser.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
GAMBAR 5.2 : SET TOP BOX IPTV
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Gambar 5.2 menunjukkan bagaimana sistem IPTV dapat dipergunakan untuk
memberikan kemudahan pemirsa dalam mendapatkan akses ke berbagai media.
Diagram tersebut menunjukkan bagaimana sebuah perangkat televisi dihubungkan
ke Set Top Box (STB) yang merubah IP video menjadi signal televisi standar. STB
akan berfungsi menjadi penghubung ke sistem switching dari IP video, contoh diatas
menunjukkan Switched Video Service (SVS) memberikan koneksi pada pemirsa
untuk mengakses berbagai sumber , termasuk siaran broadcast, melayani pengguna,
bahkan pemesanan video. Ketika pengguna ingin mengakses sumber-sumber media
ini, semua perintah kontrol (biasa dilakukan melalui remote control)19 akan
dikirimkan ke SVS yang nantinya akan menentukan media mana yang akan
dikoneksi. Diagram diatas menunjukkan bahwa pengguna hanya membutuhkan satu
video channel agar SVS dapat mengakses berbagai sumber yang pada dasarnya tidak
terbatas.
Seiring dengan berbagai kemudahan serta kemajuan teknologi maka peminat
IPTV terus bertambah dengan diperkuat oleh sebuah lembaga penyelidik terkemuka
Gartner Group yang memperkirakan Akhir 2006 terdapat 13.3 Juta pelanggan IPTV
jumlah ini terus bertambah menjadi lebih dari 48 juta isi rumah diseluruh dunia
berlangganan IPTV. Pada bulan Juni 2006 lebih dari 1.300 saluran IPTV gratis
berada dipasaran yang kemudian berkembang pesat. IPTV dan VOD, saat ini
menjadi layanan baru, di banyak negara diluncurkan oleh Telco's (penyedia
telekomunikasi di bidang Telekomunikasi). Layanan ini mulai memasuki pasar dan
berkompetisi dengan layanan TV standar yang dipancarkan melalui satelit, terestrial,
dan kabel.
Besar lintasan data (bandwidth) jaringan broadband yang terus meningkat,
makin canggihnya teknologi kompresi, dan arsitektur distribusi baru membuat
penyediaan layanan IPTV/VoD secara teknik memungkinkan dan secara signifikan,
pasar juga terus membutuhkan pasokan konten-konten digital yang lebih banyak.
19 “IPTV Masih Terganjal Regulasi di Indonesia”, (Kompas, 12 Desember 2008)
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
GAMBAR 6.2 : SISTEM ARSITEKTUR JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Disinilah Telco's dapat mulai mencari kemungkinan pertumbuhan baru,
sebagai ganti dari sudah jenuhnya pertumbuhan pendapatan dari layanan telpon
tradisional. Secara bersamaan, Telco's mendapatkan ancaman dari penyedia jasa
berbasis kabel konvensional dengan mulai masuknya perusahaan-perusahaan energi
ke bisnis data melalui jaringan distribusi energinya (contoh: Icon+/PLN yang mulai
ikut menggeluti bisnis internet).
IPTV (Internet Protocol Television) adalah suatu sistem dimana layanan
digital televisi dikirimkan menggunakan Internet Protocol melalui jaringan
infrastruktur diantaranya termasuk koneksi yang berkecepatan tinggi. Teknologi
IPTV mendukung transmisi standar televisi program video melalui internet
mempergunakan Internet Protocol (IP). IPTV memungkinkan layanan televisi yang
terintegrasi dengan layanan internet berkecepatan tinggi dan membagi koneksi
dengan sesama pengguna. IPTV memiliki beberapa fitur diantaranya:
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
• IPTV dapat menyiarkan secara live atau pre-recorded digital video
program-program pendidikan, komersial,dsb, serta dapat melakukan
capturing dan transmisi program dari berbagai source.
• IPTV dapat melakukan schedule/penjadwalan program sesuai dengan
kebutuhan antara pemilik informasi dan audience, viewer dapat memilih
program dari suatu listing yang akan dilihatnya.
• IPTV dapat memberikan layanan yang ekonomis namun dengan tidak
mengorbankan kualitas layanan. Ini karena teknologi bandwidth transmisi
yang efisien, yaitu IP multicasting..
• IPTV mendukung format standard MPEG (Motion Picture Experts
Group) untuk memberikan high quality, full motion video. Fitur ini
merupakan tambahan terhadap standard CODEC
(COmpression/DECompression) untuk menjamin kualitas gambar yang
optimal sesuai dengan spesifikasi aplikasi dan bandwidth yang tersedia.
• Bila dibandingkan dengan metode tutorial yang konvensional, IPTV lebih
efisien karena tidak perlu membayar infrastruktur, biaya cetak materi
relatif lebih sedikit, tidak perlu menyewa ruang seminar khusus (karena
IPTV dapat diakses oleh setiap meja selama terkoneksi dalam satu
LAN/WAN.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Dengan berbasis platform IP address, memiliki keuntungan sehingga
membuat tampilan TV menjadi lebih interaktif. Sebagai contoh, program interaktif
memudahkan kepada pengguna untuk mencari tayangan acara melalui titel atau
nama pemeran film ataupun gambar di dalam gambar yang berfungsi sebagai
pencarian kanal tanpa harus khawatir ketinggalan acara yang sedang ditonton,
disamping itu pengguna dapat mengakses foto atau musik dari komputernya melalui
televisi, bahkan mereka juga dapat menyesuaikan tombol parental sehingga para
anak-anak hanya dapat menonton film dokumentari tentang sekolah ketika para
orang tua sedang tidak berada di rumah, karena IPTV membutuhkan transmisi data
real-time dan menggunakan Internet Protocol, sehingga sensitif terhadap paket yang
hilang dan terlambat jika koneksi IPTV tidak begitu cepat dan kualitas gambar
patah-patah atau hilang sama sekali jika aliran data tidak lancar.
Permasalahan saat ini telah terbukti khususnya pada uji coba streaming IPTV
melalui jaringan wireless. Peningkatan pada teknologi wireless saat ini baru pada
tahap menyediakan peralatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan perlu
diingat bahwa IPTV tidak seperti program televisi broadcast biasa yang
menggunakan internet, tetapi lebih dari itu dan layanan IPTV ini unik, yaitu bentuk
sistemnya diwakili oleh sistem tertutup, memiliki hak-paten seperti layanan TV
kabel. Adapun perbedaannya, pengiriman IPTV dibuat lewat channel-channel
berbasis IP yang aman, dapat mengakibatkan peningkatan tajam dalam kontrol
distribusi konten dan cara kerja IPTV adalah mengintegrasikan sejumlah cara untuk
meneliti dan mengikuti kebutuhan-kebutuhan pengguna, prosedur ini juga memberi
beberapa batasan dan pilihan melalui sebuah periode waktu yang khusus. Oleh sebab
itu kemunculannya disebabkan karena kesempurnaan platform, dimana para
pengguna dapat menambahkan fitur E-commerce maupun target iklan yang lebih
bervariasi.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
IPTV menggunakan sebuah Internet Protocol melalui koneksi broadband
dan yang paling sering, layanan ini telah tersedia secara paralel dengan koneksi
internet dari pelanggan (subscriber), disuplai oleh operator yang menggunakan
layanan broadband. Ini dilakukan dengan menggunakan infrastruktur yang sama,
tetapi nampaknya melalui sebuah alokasi bandwidth yang tetap (dedicated
bandwidth). Oleh sebab itu, kita bisa menjelaskan ini sebagai sebuah sistem di mana
layanan televisi digital disediakan untuk melayani konsumen melalui koneksi
broadband menggunakan Internet Protocol (IP).
GAMBAR 7.2 : SISTEM LAYANAN TELEVISI DIGITAL UNTUK MELAYANI KONSUMEN
IPTV terlihat jelas berbeda dengan video internet yang menyediakan layanan
dalam menonton video, seperti preview film dan webcam. Layanan ini sering disebut
“best effort” oleh penyedia jasa internet, yang tidak memiliki layanan manajemen
“back-to-back” bersama dengan pertimbangan-pertimbangan kualitas layanan.
Perbedaannya, teknologi IPTV lebih luas, mudah digunakan (user friendly), dan
disatukan dengan teknologi akses DSL (Digital Subscriber Line) berkecepatan
tinggi, seperti Asymetric Digital Subscriber Line (ADSL2), ADSL2+ dan Very High
Data Rate Digital Subscriber Line (VDSL).
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Tentu saja hal ini menawarkan nilai tambah, menciptakan kesempatan baik
bagi industri penyedia layanan telekomunikasi. Oleh sebab itu, IPTV memberi
peluang para provider dalam berpartisipasi dan menyediakan efisiensi pada pasar
“Triple Play” (suara, video, dan internet). Komponen Internet Protocol Television
(IPTV) adalah penyediaan layanan streaming TV secara langsung via jaringan IP
yang memiliki pita lebar (bandwitdh). Layanan ini bersifat multicast, dari satu
sumber untuk banyak pengakses secara bersamaan.
Sistem IPTV terdiri dari 6 komponen, yaitu :
1. Content Sources
2. Service Nodes
3. Customer Access Links
4. Customer Premises Equipment (CPE)
5. IPTV Client
6. Arsitektur IPTV
2.2.1. Content Sources
Content Sources berfungsi untuk mengirimkan video-video dari produser-
produser ataupun sumber-sumber lain, dan setelah itu video-video tersebut akan
dikodekan dan dikirimkan sesuai dengan database-nya untuk VoD
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.2.2. Service Nodes
Service Nodes ini berfungsi untuk menerima video stream dalam berbagai
format yang berbeda, dan setelah itu video tersebut akan di format ulang dan
mempaketkannya untuk segera ditransmisikan dengan indikasi QoS yang sesuai
menuju wide-area network. Pada bagian service nodes ini video siap untuk
dikirimkan ke konsumen Wide Area Distribution Networks. Wide Area Distribution
Networks dibangun untuk pendistribusian kemampuan, kapasitas dan kualitas dari
suatu layanan. Wide Area Distribution Networks terdiri dari core dan access network
yang melingkupi optical distribution backbone network dan berbagai variasi digital
subscriber line access multiplexers (DSLAMs).
Wide Area Distribution Networks juga memiliki kemampuan seperti
multicast yang sangat dibutuhkan untuk pendistribusain data stream IPTV dari suatu
service nodes ke customer premises.
2.2.3. Customer Access Links
Pada Customer Access Links dibutuhkan teknologi DSL kecepatan tinggi
seperti ADSL2+ dan VDSL; dengan kemampuan dari teknologi tersebut pengiriman
ke konsumen dapat dilakukan melalui jalur yang sudah ada dan dapat melewati jalur
telepon ke rumah-rumah. Teknologi lain yang bisa digunakan oleh service provider
adalah kombinasi dari fiber-to-the curb (FTTC) dan teknologi DSL untuk
pengiriman ke konsumen. Namun, tetap saja hasil terbaik tergantung dari kekayaan
layanan IPTV yang bisa ditawarkan.
2.2.4. Customer Premises Equipment (CPE)
Customer Premises Equipment (CPE) berlokasi di mana pelanggan berada
(customer premises). CPE merupakan perhentian dari suatu jaringan broadband .
Fungsi dari CPE diimplementasikan berupa set-top-box yang dipasang pada tiap
televisi pelanggan.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.2.5. IPTV Client
IPTV Client memiliki fungsi sebagai perhentian dari suatu proses pengiriman
layanan IPTV. IPTV client merupakan suatu alat seperti set-top-box, didalam set-
top-box akan dilakukan proses-proses fungsional seperti pengaturan koneksi dan
pengaturan QoS dengan service nodes, pengkodean video stream, dan pergantian
kanal, pengontrolan display dan koneksi ke monitor yang digunakan pelanggan.
2.2.6. Arsitektur IPTV
Sistem layanan IPTV terdiri dari 5 (lima) kelompok fungsi, yaitu
1. Content Operation
2. Service Operation & Management
3. Media Distribution & Delivery
4. Customer
5. System Management & Security
Content Operation, Service Operation & Management, Media Distribution &
Delivery bisa diimplementasikan oleh satu pihak dari rantai nilai secara terpisah,
Content Operation diimplementasikan oleh CP (Content Provider), Service
Operation & Management oleh SP (Service Provider) dan Media Distribution &
Delivery oleh operator jaringan, tetapi pada prakteknya, satu pihak pada rantai nilai
juga bisa mengimplementasikan lebih dari satu kumpulan fungsi, misalnya operator
jaringan bisa mengimplementasikan kumpulan fungsi Service Operation &
Management dan kumpulan fungsi Media Distribution & Delivery.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.2.6.1. Content Operation Function Set
Kumpulan fungsi operasi konten (Content Operation Function Set)
menyediakan program-program TV dan konten multimedia lainnya.
Kumpulan fungsi ini terdiri dari empat komponen fungsional, yaitu:
komponen Content Ingestion, komponen Digital Rights Management (DRM),
komponen Encoding/Trans-coding dan komponen Media Assets
Management.
2.2.6.2. System Management and Security Function Set
Kumpulan fungsi manajemen jaringan (Network Management
Function Set) bertanggungjawab untuk pengawasan dan perlindungan sistem,
menyediakan pengawasan kualitas layanan, pemeriksaan kegagalan, dan
perlindungan layanan. Kelompok fungsi ini terdiri dari komponen System
Management, komponen Terminal Management dan Security Management.
2.2.6.3. Service Operation and Management Function Set
Kumpulan fungsi manajemen dan operasi layanan (Service Operation
& Management Function Set) bertugas dalam pengendalian dan pengaturan
khusus layanan IPTV Kelompok ini terdiri dari 5 komponen fungsional,
yaitu: Products Creation, Content Engine, Subscriber Management, Billing
and Accounting, Customer Service, dan Authentication.
2.2.6.4. Media Distribution and Delivery Function Set
Streaming konten layanan IPTV dikirim ke pelanggan disertai dengan
fungsi-fungsi pengendalian, distribusi, penyimpanan dan Streaming. Sistem
pengiriman dan distribusi media seharusnya diterapkan berdasarkan pada
topologi yang handal untuk mengimbangi permintaan efisiensi dan
ketersediaan yang tinggi dengan harga yang tetap rendah.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.2.6.5. Customer Function Set
Kumpulan fungsi pelanggan (Customer Function Set) adalah
sekumpulan fungsi eksekusi layanan sistem IPTV pada sisi pelanggan.
Customer Function Set terdiri dari empat komponen fungsional, yaitu: DRM,
Media Processor, Displaying dan Interaction Control.
2.3. JENIS-JENIS LAYANAN IPTV
Beberapa layanan yang didapatkan dari fasilitas IPTV ini antara lain:20
• Electronic Program Guide
• Broadcast/Live TV
• Personal Video Recording
• Pause TV
• Video on Demand
• Music on Demand
• Gaming
• Interactive Advertisement
• T-Commerce
• News on Demand
• Data on Demand
• Pay per View
20Tony Seno Hartono, Implementasi IPTV di Indonesia,
http://www.blogger.com/irdy74.multiply.com/links/item/15
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.3.1. Electronic Program Guide
Layanan interaktif bagi pelanggan untuk memilih kanal yang ada dan melihat
program dari masing-masing kanal dalam jangka waktu 24 jam. Selama melakukan
pemilihan kanal, pelanggan masih tetap dapat melihat siaran TV yang sedang
berlangsung.
2.3.2. Broadcast/Live TV
Layanan untuk menyimpan suatu siaran TV di dalam server. Pelanggan dapat
memilih suatu periode waktu tertentu untuk melakukan penyimpanan dari siaran TV.
Server akan memberikan kuota penyimpanan dalam server berdasarkan lama waktu
penyimpanan, misalnya 100 menit atau 200 menit.
Setelah kuota tersebut terpenuhi, untuk dapat merekam program yang lain,
pelanggan harus menghapus rekaman yang ada sampai kuota penyimpanan tersedia.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.3.3. Personal Video Recording
Layanan siaran televisi yang dipancarkan oleh stasiun-stasiun televisi umum
seperti TransTV, RCTI, SCTV, MetroTV dan lain-lain. Layanan ini dapat dinikmati
oleh pelanggan seperti layaknya berlangganan pay TV.
2.3.4. Pause TV
Memungkinkan pelanggan untuk dapat menonton siaran TV yang telah lewat
walau tanpa melakukan perekaman. Jangka waktu menonton mundur siaran TV
berkisar antara 10 hingga 30 menit. Dalam jangka waktu tersebut, pelanggan dapat
melihat kembali suatu kejadian yang disiarkan di TV, yang karena sesuatu hal
terlewatkan atau ingin dilihat kembali.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.3.5. Video on Demand
Suatu siaran video berdasarkan permintaan pelanggan. Layanan ini adalah
layanan berbayar, dimana pelanggan akan memilih video yang ingin diputar,
selanjutnya akan mengurangi nilai simpanan pelanggan sebelum video tersebut
dimainkan. Setiap video yang dibayar, akan mempunyai periode waktu tertentu
untuk dapat diputar. Setelah periode waktu berakhir, pelanggan harus membayar
kembali agar dapat memutar video tersebut.
2.3.6. Music on Demand
Layanan pembelian lagu berdasarkan permintaan pelanggan. Layanan ini
merupakan layanan berbayar, dimana pelanggan akan memilih lagu yang ingin
diputar untuk selanjutnya akan mengurangi nilai simpanan pelanggan sebelum lagu
tersebut dimainkan
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.3.7. Gaming
Layanan yang dapat dimainkan oleh pelanggan melalui perangkat TV dengan
atau tanpa perangkat tambahan. Jenis game yang dapat dilayani adalah online
gaming dengan multiplayer ataupun single player.
2.3.8. Interactive Advertisement
Interactive Advertisement yakni layanan iklan yang memungkinkan
pelanggan yang tertarik untuk dapat melihat iklan tersebut dan selanjutnya
melakukan pembelian produk yang ditawarkan melalui fitur T-Commerce.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.3.9. T-Commerce
Layanan transaksi melalui TV. Pelanggan dapat melakukan pembelian suatu
barang yang ditawarkan lewat siaran IPTV melalui TV.
Transaksi ini berhubungan langsung dengan payment system untuk
melakukan pembayaran barang yang dibeli, selanjutnya barang akan dikirim ke
pelanggan.
2.3.10. News on Demand
Layanan siaran berita sesuai permintaan pelanggan. Pelanggan dapat memilih
siaran suatu berita tertentu yang ingin dilihat, selanjutnya sistem IPTV akan memutar
siaran yang dipilih tersebut.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
2.3.11. Data on Demand
Layanan berbasis data yang dapat memberikan informasi sesuai kebutuhan
pelanggan. Dalam layanan ini termasuk layanan weather on demand, internet access
dan stock exchange information. Layanan berbasis data ini akan terhubung langsung
ke internet, sehingga data yang didapat real time dan up to date.
2.3.12. Pay per View
Layanan siaran TV komersial yang hanya dapat dinikmati oleh pelanggan
yang membayar. Acara-acara seperti piala dunia sepakbola, tinju, golf dan siaran
olahraga ataupun siaran eksklusif tertentu dapat dinikmati oleh pelanggan yang
benar-benar tertarik dan mampu membayar siaran tersebut.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Berbagai konten video yang ditawarkan IPTV banyak menimbulkan salah
pengertian. Berbagai konten Video yang ditawarkan dan dapat di akses di internet
seperti: YouTube, Google Video, Channel Chooser dan sebagainya. Dengan men-
download video yang kita inginkan dan kemudian melihatnya dalam sebuah
layar/screen kecil itu sebenarnya bukan IPTV.
Ada pendapat bahwa IPTV yang disalurkan melalui Internet Protocol
kemudian di teruskan ke televisi tetapi tidak ke perangkat komputer. Lebih dari itu
IPTV bukan sekedar layanan yang menyediakan konten video atau siaran televisi
yang hanya menyiarkan tayangan-tayangan televisi, melainkan menyediakan pula
fasilitas layanan interaktif berbentuk personal video recording hingga mengakses
internet, layanan data dan sebagainya sesuai kebutuhan pelanggan.
Dalam perkembangannya, IPTV yang semakin marak diperbincangkan masih
saja ada kekurangan/kelemahannya. Karena bergantung dengan kualitas infrastruktur
jaringan yang berdampak kualitas siaran bisa menurun, seperti gambar siaran yang
terputus-putus, karena kualitas jaringan yang kurang baik.
Berbagai macam layanan IPTV serta semakin berkembangnya teknologi,
bukan tidak mungkin dimasa mendatang IPTV menggantikan Siaran Televisi yang
ada sekarang ini.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Marshall McLuhan pernah mengeluarkan teorinya yang terkenal: Dunia akan
terpaku oleh keberadaan televisi. Setelah hampir 30 tahun teori itu muncul dan
maraknya penggunaan komputer sebagai medium hiburan, TV ternyata memang
masih memiliki potensi tersembunyi, walau dalam format yang berbeda yang
dilewatkan melalui Internet Protocol Television (IPTV).
2.4. RUANG LINGKUP LAYANAN IPTV
Saat ini di Indonesia telah beroperasi penyedia layanan TV yang tersebar di
beberapa wilayah Republik Indonesia dengan mempergunakan teknologi cable
dan/atau satelit.
GAMBAR 8.2. PENYEDIA LAYANAN TV DI INDONESIA
Jakarta1. Elshinta TV 2. Da Ai TV 3. JakTV (www.jak-tv.com)4. O Channel 5. Spacetoon (www.spacetoon.co.id)
Banten1. Cahaya Televisi Banten (CTV) , (Tangerang)
Jawa Timur1. TVRI Surabaya 2. Agropolitan TV (ATV) , (Batu) 3. Batu Televisi , (Batu) 4. Dhamma TV , (Batu) 5. Jawa Pos Televisi (JTV) (www.jtvrek.com)6. TV Anak (http://tv-anak-surabaya.com)7. GNTV 8. Malang TV 9. Universitas Gajayana (GTV) , (Malang) 10. Mahameru TV
Jogyakarta1. TVRI Jogjakarta 2. Jogja TV (www.jogjatv.com)3. Reksa Birama TV (RBTV) (www.rbtvyogyakarta.com)4. Tugu TV
Jawa Barat1. TVRI Bandung 2. Bandung TV , (Bandung) 3. GaneshaTV , (Bandung) 4. MQTV , (Bandung) 5. Padjadjaran Tv , (Bandung) 6. STV , (Bandung) 7. CT Channel , (Bandung) 8. Bogor TV , (Bogor) 9. Megaswara TV , (Bogor) 10. CB Channel , (Depok) 11. SSTV , (Sukabumi)
Jawa Tengah1. TVRI Semarang 2. BMS TV , (Banyumas) 3. Karesidenan TV , (Magelang) 4. Terang Abadi TV (TATV) , (Solo} 5. TV Borobudur (www.tvborobudur.com)6. TVKU , (Semarang) http://tvku.dinus.ac.id/7. Pro TV , (Semarang) 8. Cakra TV , (Semarang) 9. Televisi Tegal (TVT) , (Tegal) 10. Ratih TV , (Kebumen)
1. Cakrawala Andalas Televisi (ANtv)2. Global TV (GTV) 3. Indosiar Visual Mandiri (Indosiar)4. Lativi5. MetroTV6. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) 7. Surya Citra Televisi (SCTV) 8. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) 9. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) 10. TV7 11. Televisi Republik Indonesia (TVRI)
Free To Air Nasional Free To Air Regional Jawa
1. Indovision (sat)
2. Home Cable (cabble)
3. Telkomvision (sat&cable)
4. IM2 PayTV (cable)
5. TOP TV (sat)
6. AORA TV (sat)
Pay TV
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Sumber : Direktorat Network & Solution PT. TELKOM, 2009 Berdasarkan data statistik layanan free to air TV di Indonesia, meliputi
Sumatera dengan jumlah penduduk 48 juta terdapat 22 stasiun TV, Jawa dengan
jumlah penduduk 129 juta terdapat 41 stasiun TV, Kalimantan dengan jumlah
penduduk 13 juta terdapat 8 stasiun TV, Bali dan Nusa Tenggara dengan jumlah
penduduk 13 juta terdapat 4 stasiun TV, Sulawesi dengan jumlah penduduk 17 juta
terdapat 11 stasiun TV serta Maluku dan Papua dengan jumlah penduduk 5 juta
terdapat 2 stasiun TV.
Layanan IPTV yang diimplementasikan di Indonesia dibatasi pada :
a. penyiaran yang terdiri atas push services, yaitu siaran dari penyelenggara
TV baik secara linier (sesuai jadual aslinya) maupun non-linier
(waktu/jadual penayangan diatur oleh pelanggan) dan pay per-view
program. Untuk dapat memberikan layanan ini penyelenggara IPTV harus
memiliki izin sebagai Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB).
b. Layanan Multimedia yang terdiri atas pulled services, yaitu layanan atau
tayangan diberikan apabila ada permintaan dari pelanggan, seperti video
on demand, music on demand, gaming, TV web browsing/Internet TV.
Untuk dapat memberikan layanan ini penyelenggara IPTV harus memiliki
izin sebagai penyelenggara Internet Service Provider (ISP).
c. Layanan Transaksi Elektronik (T-Commerce), yaitu layanan komersial
perdagangan yang melibatkan transaksi keuangan secara elektronik.
Untuk itu harus memiliki sertifikasi yang disertifikasi oleh Lembaga
Sertifikasi Keandalan.
d. Layanan akses Internet untuk kepentingan Publik. Untuk hal ini,
penyelenggara IPTV harus memiliki izin penyelenggaraan Internet
Service Provider (ISP).
e. Layanan IP Telephony atau Voice over Broadband (VoBB). Untuk hal ini
perizinan akan dibuka setelah regulasi ENUM, interkoneksi, dll
ditetapkan.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
f. Penyelenggara wajib menyelenggarakan layanan penyiaran dan layanan
akses internet pada 1 (satu) tahun pertama penyelenggaraan layanan IPTV
dan berkomitmen untuk menambah jenis layanan untuk layanan
multimedia dan layanan transaksi elektronik dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun berikutnya.
Infrastruktur dalam bentuk wireline, bahkan broadband fiber optic telah
digelar di kota-kota besar oleh banyak operator-operator berbasis telekomunikasi,
penyiaran, dan internet, seperti antara lain PT Telkom, PT Indosat, Cable Vision,
Biznet, XL Komindo, Esia, CBN dll. Jumlah sambungan ke pelanggan yang sudah
dicapai sampai dengan tahun 2008 diperkirakan sekitar 8-10 juta; sedangkan
operator yang lain sekitar 2 juta. Pada dasarnya infrastruktur yang ada di Indonesia
sudah siap mendukung layanan IPTV, namun tentunya skala ekonomisnya harus
dapat dicapai dengan menciptakan model bisnis yang tepat dan menguntungkan.
Kemampuan operator-operator tersebut di atas untuk melayani pelanggan secara
profesional dalam hal penyiaran, komunikasi interaktif, penyaluran data dan
informasi, bahkan transaksi elektronik telah teruji.
Dalam ketentuan Per Men KOMINFO Nomor 30 tahun 2009 telah
dipersyaratkan, bahwa dalam menyelenggarakan layanan IPTV, penyelenggara harus
memiliki infrastruktur jaringan tetap lokal kabel yang mampu menjamin kecepatan
downlink untuk pelanggan sekurang-kurangnya 2 Mbps (dua mega bit per detik)
serta berkomitmen melakukan pembangunan jaringan tetap lokal kabel dengan
kecepatan sekurang-kurangnya 2 Mbps. Sesuai yang tercantum pada Pasal 7 ayat (1)
huruf a dan b dan Pasal 8 ayat (1) UU Telekomunikasi, disebutkan bahwa
Pemerintah telah membuka seluas-luasnya peluang usaha bagi badan usaha-badan
usaha Indonesia untuk dapat menggeluti bisnis layanan IPTV, sehingga konsisten
memenuhi kriteria (comply) dengan Pasal 10, tetapi ketentuan pada Pasal 9 ayat (1)
justru rentan kepada terjadinya praktek-praktek monopoli, khususnya bagi
penyelenggara-penyelenggara besar/dominan, seperti PT. TELKOM, Excelcom,
Indosat, namun regulasi tentang Telekomunikasi ini telah memperhitungkan hal-hal
tersebut, seperti yang tercantum pada Pasal 9 ayat (2) yang memiliki esensi bahwa
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
penyelenggara besar/dominan diharapkan oleh Pemerintah untuk membantu
penyelenggara kecil yang tidak memiliki kemampuan membangun infrastruktur
jaringan yang dipertegas lagi dengan ketentuan pada Pasal 17 yang menyebutkan
bahwa penyelenggara jaringan dalam menyewakan jaringan infrastrukturnya kepada
penyelenggara jasa berdasarkan prinsip tidak diskriminatif, efisien dan menjaga
standar kualitas layanan jaringan infrastrukturnya serta Pasal 19 yang menyebutkan
bahwa setiap pengguna berhak memilih penyelenggara jaringan yang diinginkan.
Dalam memenuhi persyaratan sebagai penyelenggara layanan IPTV, maka
infrastruktur yang berupa jaringan kabel harus dilakukan restrukturisasi secara
menyeluruh hingga sampai ke pelosok daerah di wilayah Republik Indonesia,
mengingat sebagian besar penyelenggara dominan seperti PT. TELKOM yang secara
Group telah memiliki ketiga izin yang dibutuhkan untuk dapat menyelenggarakan
layanan IPTV masih didominasi oleh jaringan berbasis kabel tembaga sampai akses
ke pelanggan yang pada saat pembangunan masih berorientasi untuk
mentransmisikan informasi berbentuk suara, dan apabila infrastruktur ini
dipergunakan untuk melewatkan (mentransmisikan) informasi berupa data, gambar
diam atau bergerak dan multimedia sudah tidak memungkinkan lagi, dimana untuk
layanan data, gambar diam atau bergerak dan multimedia dibutuhkan kecepatan
downlink sekurang-kurangnya 2 Mbps. Untuk menangani informasi seperti ini
infrastruktur jaringan yang sesuai adalah dengan melakukan restrukturisasi
infrastruktur kabel tembaga menuju jaringan serat cahaya (fiber optic). Kendala
utama bagi penyelenggara layanan IPTV dalam membangun infrastruktur
jaringannya sesuai UU Telekomunikasi pada Pasal 12, yang menyebutkan bahwa
dalam membangun infrastruktur jaringannya setiap penyelenggara berhak
memanfaatkan/melintasi tanah negara, bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh
Pemerintah setelah mendapat izin persetujaun dari instansi Pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal ini akan berkorelasi dengan telah diberlakukannya UU otonomi
daerah yang pengelolaanya telah diserahkan kepada Departemen Dalam Negeri
selaku Pemerintah Pusat beserta jajarannya yaitu Pemerintah Daerah dengan
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
diberlakukannya otonomi daerah sebagai justifikasi dalam mengkontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimungkinkan setiap Pemerintah Daerah setempat,
dimana infrastruktur jaringan yang akan dibangun oleh penyelenggara infratsruktur
jaringan yang akan dipergunakan untuk menyalurkan layanan IPTV dapat dikenakan
retribusi sesuai ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Daerah setempat yang telah
ditetapkan, sehingga hal ini akan mempengaruhi akselerasi pembangunan
infrastruktur jaringan dan akan berdampak terhadap beban biaya pembangunan bagi
penyelenggara infrastruktur jaringan, yang semula bertujuan bersama-sama dengan
Pemerintah membantu menangani kesenjangan di sektor penyebarluasan informasi
(digital devide) hingga ke pelosok-pelosok daerah, terlebih apabila terjadi
ketidaksinergian antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, yang dapat
menimbulkan terbitnya Peraturan-Peraturan Daerah disetiap wilayah Indonesia
memiliki kepentingan dan esensi yang berbeda satu dengan lainnya dengan
justifikasi untuk memperoleh PAD sebesar-besarnya.
Setiap penyelenggara layanan IPTV disamping harus memiliki infrastruktur
jaringan sekurang-kurangnya harus memiliki :
a. Head-end
b. Sistem perangkat untuk penyimpanan konten, data pelanggan, dan
rekaman transaksi
c. Sistem perangkat untuk pengamanan dan perlindungan
d. Sistem perangkat untuk pengolahan dan penyaluran konten
e. Sistem perangkat untuk pengelolaan dan pengawasan jaringan
f. Sistem perangkat untuk pengaduan/pengawasan terhadap konten oleh
pelanggan secara interaktif
g. Sistem perangkat untuk pengelolaan pelanggan dan tagihan.
Dalam menyalurkan layanan IPTV, setiap penyelenggara diwajibkan
mempergunakan sistem perangkat dengan standar dan spesifikasi teknis sesuai
dengan standar internasional, apabila terjadi penyesuaian sistem perangkat,
pelanggan tetap dapat menerima layanan IPTV. Dalam ketentuan per Men No. 30
tahun 2009 Pasal 13 ayat (2) yang menyebutkan untuk sistem perangkat penerima
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
yang berupa Internet Protocol Set Top Box (IP-STB) mengutamakan tingkat
kandungan dalam negeri (TKDN) sekurang-kurangnya 20 % dan dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun ditingkatkan menjadi 50 %. Industri dalam negeri telah mampu
untuk mendesain, merekayasa, dan memproduksi perangkat yang dibutuhkan untuk
penggelaran TV Digital Terrestrial khususnya STB-DVB-T, sehingga kemampuan
dan pengalaman ini dapat ditingkatkan untuk memproduksi IP-STB. Pada awalnya
mungkin masih dibutuhkan kerjasama dengan vendor-vendor dari negara maju,
namun secara bertahap, dapat ditingkatkan untuk mencapai TKDN yang maksimal.
2.5 REGULASI IPTV DI BEBERAPA NEGARA DI DUNIA
2.5.1 Regulasi di Australia Di Australia, Primus telah mengumumkan IPTV mulai ditawarkan pada tahun 2006 menggunakan
jaringan DSLAM, seluruh penyelenggara telekomunikasi akan mempertimbangkan strategi IPTV, seperti halnya
teknologi baru yang ada pasti akan terjadi perbedaan pendapat mengenai cara terbaik untuk meregulasi.
Adapun kesulitan yang akan dihadapi Regulator (Australian Communications and Media Authority)
dalam meregulasi IPTV secara signifikan lebih rumit dibandingkan dengan meregulasi Voice over lnternet Protocol
(VoIP), jika konten yang disampaikan dengan cara yang terdapat pada layanan kereta api, maka penyelenggaraan
konten akan diatur oleh Undang-Undang Telekomunikasi 1997, karena sebuah layanan IPTV yang mempergunakan
Internet bukan merupakan domain layanan penyiaran, ini berarti bahwa penyelenggara IPTV tidak membutuhkan
lisensi,21
meskipun akan bersaing dengan penyelenggara Television Broadcasting, penyelenggara IPTV tidak akan
tunduk pada Peraturan Pemerintah, meskipun Peraturan Pemerintah saat ini merupakan acuan bagi para pemegang
lisensi, termasuk kepatuhan terhadap persyaratan lisensi, kode industri dan kepemilikan media lintas hukum.
2.5.2 Regulasi di Perancis Di Perancis dua regulator mengatur roadmap komunikasi: a. des I'Autorite de Electroniques et des Komunikasi Postes (ARCEP) bertanggung jawab dalam sektor
telekomunikasi. Tanggung jawab utamanya adalah: penyediaan dan pendanaan infrastruktur dan komponen-
komponen frekuensi yang membentuk sektor telekomunikasi untuk publik, memperkuat transparansi regulasi dalam
lingkungan yang kompetitif, dan konvergensi serta mengawasi masalah-masalah lain yang muncul.
b. Supérieur Conseil de I'audiovisuel (CSA) yang bertanggung jawab atas layanan linear (apapun
platformnya termasuk IPTV), tetapi tidak untuk layanan non linier. Dalam hal ini Perancis harus memutuskan,
ketika mentransposisi arahan dan otoritas yang bertanggung jawab di tingkat nasional untuk regulasi konten layanan
21Nick Abrahams, “Australia: Legal Issues Arising from IPTV”, 5 November 2006,
http://www.mondaq.com/australia/article.asp?articleid=43976, diakses pada 7 Januari 2009
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
non linier. Pada saat ini, baik ARCEP maupun CSA memiliki tanggung jawab untuk mengelola layanan non linier
seperti VoD. 22
Menurut UU Penyiaran tanggal 9 Juli 2004 yang dirubah EC
Directives, setiap kanal layanan televisi perlu menandatangani suatu
perjanjian atau membuat pernyataan sederhana pada CSA (Consell Superieur
del Audiovisual) tanpa menghiraukan infrastruktur transmisi yang mendasari
(cable networks, satellite, internet, ADSL, mobile telephony networks, dll).
Layanan televisi dalam UU Penyiaran didefinisikan sebagai layanan yang
dipersiapkan untuk dapat diterima secara simultan oleh publik dan program
utamanya tersusun dari program-program (dengan image dan suara) serial
terorganisir. Menurut CSA, bagaimanapun layanan video internet, apabila
menyalurkan layanan televisi satu arah dari website internet ke komputer
pribadi pelanggan melalui IP publik, dianggap sebagai layanan televisi
karena definisi sah dari layanan televisi tidak memiliki hubungan pada jenis
jaringan transmisi atau peralatan penerimaan sinyal TV. Layanan PVR
(Personal Video Recorder), fasilitas merekam program-program live TV ke
dalam harddisk (storage) dalam set-top box atau server jaringan, sehingga
pelanggan dapat melihat/memutar ulang/menghentikan program-program live
TV kapanpun pelanggan inginkan, termasuk layanan televisi selama
program-program live TV dikirimkan searah kepada masyarakat umum
walaupun pengguna mungkin tidak menyaksikan sejumlah program pada
waktu sinyal TV sampai pada pengguna melalui peralatan penerimaan sinyal
TV.
2.5.3. Regulasi di Jerman IPTV diperlakukan sebagai penyiaran dan berada di bawah kerangka regulasi penyiaran. Penyiaran
didefinisikan sebagai presentasi dan penyebaran penafsiran dari segala jenis, dimaksudkan untuk audio atau gambar
dapat diterima oleh masyarakat umum dengan menggunakan gelombang elektromagnetik baik nirkabel atau
menggunakan kawat.
22 Aleksandra Bosnjak,”The key IPTV regulatory question is wheter it will be regulated as a data or a
broadcasting services”, http://www.ovum.com
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
The National Regulatory Authority, BNetzA (Federal Network Agency
for Electricity, Gas, Telecommunications, Post and Railways) berencana
untuk memenuhi kebutuhan local loop unbundling pada serat optik pada
April 2005. Proposal ini diubah karena adanya intervensi dari Europian
Commision (EC), sedangkan BnetzA memperdebatkan bahwa VDSL (Very
High Digital Subscriber Line) sebagai jaringan baru, bukan sebagai
pengganti teknologi xDSL. EC memperdebatkan bahwa upgrading suatu
jaringan tidak menghasilkan pasar baru dan VDSL sebagai pengganti
teknologi xDSL. Lebih jauh lagi EC memperdebatkan bahwa biaya investasi
seharusnya tidak menjadi faktor penahan karena biaya investasi dapat
dimasukkan ke dalam perhitungan ketika menentukan harga akses ke
pelanggan.
2.5.4 Regulasi di Hongaria
Dalam keputusan yang dibuat tahun 2006, ORTT (National Radio
and Television Commission) selaku yang memberikan kewenangan untuk
regulasi media di Hongaria, menganggap bahwa IPTV termasuk dalam
broadcast distribution. Sebagai akibat dari pengkualifikasian ini, penggelaran
layanan IPTV di Hongaria diwajibkan untuk mendaftar pada ORTT, dan
tunduk kepada aturan ”must carry” seperti operator jaringan dan juga berhak
menerima pembiayaan dari dana penyiaran, dimana dana diberikan antara
lain untuk perkembangan sektor distribusi penyiaran Hongaria.
2.5.5 Regulasi di Jepang IPTV menganut konsep penyiaran melalui jaringan telekomunikasi yang langsung diterima oleh public.
Bagi penyelenggara yang tidak memiliki fasilitas telekomunikasi dan izin penyelenggaraan
tidak diperbolehkan memasuki industri penyiaran melalui kabel, karena siaran televisi kabel telah diatur dalam UU
Penyiaran Televisi Kabel, namun penegakan hokum memungkinkan penyedia konten untuk memasuki industri
penyiaran dengan menyewa fasilitas telekomunikasi dari sebuah penyelenggara
jaringan telekomunikasi, walaupun telah terjadi reformasi
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
regulasi seperti tersebut di atas, ada beberapa masalah untuk layanan IPTV di
Jepang, karena adanya perbedaan konsep pada siaran, maka hal ini menjadi alasan untuk mencegah pengembangan
dan perluasan layanan IPTV, meskipun penyelenggaraan IPTV adalah siaran dalam UU Penyiaran, tetapi layanan
IPTV, termasuk yang dilindungi oleh UU Hak Cipta. tentang Penyiaran, yang didefinisikan sebagai komunikasi
publik yang merupakan tanggapan atas permintaan dari masyarakat. Dalam layanan IPTV, karena tidak semua kanal siaran akan dikirim ke STB (Set Top Box) pengguna,
tetapi hanya kanal yang dipilih akan dikirim ke penerima, layanan ini dianggap sebagai layanan interaktif dalam UU
Hak Cipta. Beberapa penyelenggara layanan IPTV hanya menyewa jalur utama (backbone) dari perusahaan
telekomunikasi; bahkan penyelenggara IPTV lain tidak hanya menyewa jalur utama, tetapi juga infrastruktur yang menghubungkan antara penyedia dan pengguna.
2.5.6 Regulasi di Korea Isu utama yang terkait dengan layanan konvergen adalah mendesain ulang peraturan lembaga-lembaga
dan reformasi regulasi di Korea. Kerangka peraturan di Korea adalah lembaga regulasi penyiaran dan
telekomunikasi dipisahkan. Komisi Penyiaran Korea, mengelola peraturan yang terkait dengan industri penyiaran,
dan Departemen Informasi dan Komunikasi yang terlibat dalam industri telekomunikasi peraturan. Dalam rangka
untuk menjalankan usaha penyiaran terestrial atau satelit penyiaran bisnis, setiap penyelenggara perlu mendapatkan
izin dari Departemen Informasi dan Komunikasi untuk stasiun penyiaran, seperti yang ditentukan oleh UU
Gelombang Radio, setelah menerima rekomendasi dari Komisi Penyiaran Korea. Secara
singkat, penyiaran merupakan pengiriman informasi tertentu secara terjadual yang disiarkan
kepada masyarakat luas, sementara telekomunikasi merupakan informasi yang dikirim dan diterima dalam dua
arah secara elektronik dan dalam hal ini masih sulit untuk mengkategorikan IPTV, layanan konvergensi, dalam
hukum, hal ini dikarenakan layanan IPTV termasuk kasus pengirim mentransmisikan layanan secara
terjadual kepada publik maupun untuk pengguna tertentu.
Komisi Penyiaran Korea, dan Menteri Informasi dan Komunikasi berpendapat bahwa layanan
konvergensi yang harus diatur sebagai penyiaran atau telekomunikasi. Komisi Penyiaran Korea mengklaim untuk
memperkenalkan konsep layanan penyiaran kategori khusus dalam UU Penyiaran dan Komisi juga menegaskan
bahwa layanan konvergensi harus menjadi konsep penyiaran yang didasarkan pada pasar telekomunikasi dan persaingan antara penyelenggaraan IPTV dan televisi kabel.
Sejak Pemerintah Korea memperbolehkan orang asing untuk berinvestasi di sektor layanan
telekomunikasi kecuali penyiaran dan layanan telekomunikasi dasar melalui WTO, layanan IPTV termasuk dalam
kategori jasa nilai tambah pada jaringan telekomunikasi.
2.5.7 Regulasi di Belanda
KPN selaku incumbent operator fixed dan mobile di Belanda
menggugat OPTA (lembaga regulasi Belanda) agar mendesak operator kabel
untuk membuka jaringan mereka. Legislatif Belanda telah menyetujui usulan
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
untuk mendesak perusahaan kabel domestik agar membuka jaringan mereka
bagi kompetitor. Proposal ini efektif bagi jaringan kabel unbundling yang
menggantikan skenario local loop unbundling (LLU) dalam jaringan
telekomunikasi biasa.
2.5.8 Regulasi di Inggris Ofcom adalah regulator untuk industri komunikasi Inggris, terintegrasi dengan ruang lingkup
bertanggung jawab terhadap penyiaran, radio, telekomunikasi dan layanan komunikasi nirkabel (wireless). Pada
dasarnya, ada dua bagian di Regulatory Inggris: televisi terrestrial (DVB-T) cukup ketat diatur dan dikelola dengan
proses yang baik; terdapat pemisahan yang jelas antara konten dan infrastruktur. Ini mencakup apa pun yang mampu
menyampaikan sinyal/informasi termasuk Video on Demand (VoD) dan layanan non-linear.
Regulasi VoD di Ingrris dengan asosiasinya yaitu VODA mengatur tingkah laku anggotanya dalam
kaitannya dengan penyediaan layanan VoD di Inggris. Dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lainnya,
pasar Inggris cukup canggih dan beruntung dengan komunitas penyelenggara yang kuat dan adanya payung
hukum/peraturan dari Regulator dan penyelenggara jasa non linier.
Sifat inklusif dan ruang lingkup jangkauan penyiaran maupun telekomunikasi berhubungan erat terhadap
pasar Uni Eropa lainnya, regulasi di Inggris ramah terhadap pasar serta mendukung strategi peraturan eksternal,
terutama dalam kasus-kasus apa jajaran Direksi TVWF dalam mendefinisikan layanan non linier. Ofcom
menyebutkan bahwa keuntungan TVWF dalam menggeluti bisnis layanan non linier tidak jelas dan pada prinsipnya
harus ada harmonisasi peraturan di tingkat Uni Eropa, setiap prematur dan impulsif peraturan Uni Eropa pada
layanan non linier yang dapat berakibat mengganggu keseluruhan peluncuran industri baru secara komersial. Prinsip
sederhana dengan melakukan perpanjangan peraturan lama untuk mencakup semua layanan audio visual harus
dihindari. Ofcom menyebutkan sejumlah alasan mengapa hal ini harus dihindari, karena : a. undang-undang baru
yang masih dalam format usulan akan terlalu sulit untuk menegakkan peraturan dengan semua risiko bisnis yang
terkait dengan konvergensi. Hal ini dapat dihindari dengan adanya layanan non linier secara nasional; b.konten non
linier sudah tertutup dengan adanya layanan E-commerce yang interaktif; c. Inggris memberlakukan prinsip negara
asal, unsur inti dari tujuan TVWF yang memungkinkan untuk secara bebas menerima lisensi saluran TV di salah
satu negara anggota Uni Eropa; d. ketidakpastian saat ini terkait dengan usulan legislatif dan implementasi akhir
yang dapat mempengaruhi serta membahayakan inovasi dan investor
2.5.9 Regulasi di Amerika Serikat
Pada Maret 2004, Federal Communication Commision (FCC)
mengeluarkan pengumuman Proposed Rulemaking untuk menguji isu-isu
terkait dengan layanan-layanan dan aplikasi-aplikasi yang dibuat dengan
menggunakan Internet Protocol (IP), termasuk layanan VoIP (IP-enabled
services). Untuk menghormati pendatang baru (new entrance), dalam
Communication Act tahun 1934 disebutkan bahwa pendatang baru diberikan
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
4 (empat) opsi untuk masuk kedalam pasar Multichannel Video Programming
Distributor (MVPD). Mereka dapat mernyediakan video programming
kepada pelanggan melalui komunikasi radio, sistem kabel atau open video
system, atau mereka dapat menyediakan transmisi video programming untuk
berbasis jaringan telekomunikasi. Jika perusahaan telepon (common carrier)
ingin menyediakan video programming untuk pelanggan dengan
menggunakan radio communication, maka mereka harus tunduk pada aturan-
aturan yang terkait dengan radio, tapi tidak tunduk pada syarat-syarat
komunikasi kabel. Open Video System (OVS) mengkombinasikan fitur-fitur
”common carriers” dan sistem kabel dalam penyediaan video programming.
Jika permintaan melebihi kapasitas, operator OVS dibatasi untuk
menyediakan programming hanya sepertiga dari kapasitas sistemnya sendiri,
dan berkewajiban untuk mengaloksikan dua pertiga untuk provider program
video yang tidak berafiliasi. Undang-undang memerlukan FCC untuk
menetapkan regulasi guna mencegah operator OVS melakukan diskriminasi
dengan tidak adil kepada provider-provider video program. Pada
kenyataannya sangat sedikit provider yang memilih untuk menawarkan
layanan sebagai open video system, bahkan pemain barupun lebih condong
memilih untuk mengirimkan multichannel programming melalui penggunaan
teknologi lain, seperti DBS (Direct Broadcasting Satellite) atau SMATV
(Satellite Master Antenna Television).
Undang-undang menetapkan video programming disediakan oleh
stasiun penyiaran televisi, dan programming lain seperti informasi yang
disediakan oleh operator kabel untuk seluruh pelanggannya. Dalam hal ini,
video yang dialirkan melalui internet secara searah (one way) pada pelanggan
kemungkinan tidak sesuai dengan ketentuan dari video programming, jika
kualitasnya tidak sebanding dengan kualitas televisi.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Operator kabel di Amerika Serikat tunduk pada ketentuan-ketentuan
franchise kabel dari pemegang otoritas franchise.23 Perusahaan
Telekomunikasi telah mengkalim, bahwa penghalang terbesar untuk
kompetisi dalam pasar layanan video adalah persyaratan dalam mendapatkan
franchise lokal di tiap-tiap area yang diberikan layanan.
AT&T dan Verizon yang menyebarkan jaringan fibre optic untuk
menawarkan layanan IPTV telah secara aktif mempengaruhi Pemerintah
Pusat, agar pembuat undang-undang negara untuk membuat franchise video
nasional atau mempersingkat proses franchise lokal, sehingga dapat
memasuki pasar TV lebih cepat. Pada desember 2006, sedikitnya 11 negara
bagian (Alaska, California, Connecticut, Delaware, Hawaii, Indiana, Kansas,
New Jersey, North Carolina, South carolina dan Texas), perwakilan negara
bagiannya telah melarang pemegang otoritas franchise untuk menolak
penyerahan franchise tanpa alasan yang layak. Layanan IPTVyang
dikeluarkan terlibat dalam proses franchise, tetapi persyaratan aplikasi dan
partisipasi lokalnya sangat bervariasi antara negara-negara bagian tersebut.
Walaupun hukum spesifik di tiap-tiap negara bagian berbeda, tetapi negara-
negara bagian itu telah mempersingkat proses franchise dan menetapkan
batas waktu pengesahan franchise. Pada Desember 2006, FCC oleh AT&T
Inc. berupa U-verse TV adalah suatu layanan informasi dan bukan layanan
kabel, jadi tidak tunduk pada ketentuan franchise kabel lokal. Menurut
AT&T, U-verse TV adalah suatu hubungan point to point maupun two way
network yang akan memfasilitasi pelanggannya untuk berinteraksi secara
langsung dengan jaringan dan memilih program spesifik, dimana kemudian
jaringan akan mentransmisikan ke pelanggan tertentu. Hal ini sangat berbeda
dengan point to multipoint broadcast yang ditransmisikan oleh operator kabel
(incumbent), yang secara simultan mengirimkan seluruh kanalnya untuk
seluruh pelanggan sekaligus, dan tergantung pada peralatan set-top box untuk 23 O’Driscoll, op. cit., p. 384 - 385
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
dapat menampilkan kanal-kanal yang dipilih, dan dalam hal ini FCC tidak
memiliki aturan untuk setiap layanan IPTV.
Menghadapi informasi-informasi yang online, masyarakat disini
sangat waspada, terutama mengenai informasi yang masih meragukan, dari
perspektif kewajiban hukum, cara terbaik untuk menghindari tuntutan,
Pemerintah Pusat dan hukum internasional mengambil langkah-langkah yang
dibutuhkan untuk mematuhi semua yang relevan dengan hukum, terutama
orang tua dalam mempertahankan dengan cara yang terbaik untuk melindungi
anak-anaknya dari tindakan cabul (obscenity on Internet).24
2.6 IPTV DI INDONESIA
Sampai saat ini Pemerintah Republik Indonesia cq. Regulator belum berhasil
merumuskan UU Konvergensi, walaupun pada pembahasan awalnya telah
dicantumkan dalam roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi periode 2007 –
2011. Dikarenakan tuntutan masyarakat akan informasi berupa media dan
edutainment dengan biaya murah, maka Pemerintah melalui Menteri KOMINFO
telah menerbitkan Peraturan Menteri KOMINFO Nomor
30/PER/M.KOMINFO/8/2009, tanggal 19 Agustus 2009 tentang Penyelenggaraan
Layanan Televisi Protokol Internet (Internet Protocol Television/IPTV) di
Indonesia. Besarnya investasi memang merupakan masalah utama yang menjadi
kendala dalam perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia belum lagi
tidak adanya jaminan kualitas dari layanan itu sendiri.
Layanan IPTV memerlukan bandwidth yang besar sebab paket yang
dikirimkan berupa video dan voice yang rentan terhadap delay. Kualitas kabel
telepon yang digunakan untuk membangun jaringan IPTV haruslah berkualitas
tinggi, jika tidak kualitas yang diberikan tidak maksimal. Kendala lain, soal tumpang
tindih kewenangan antara KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan pemerintah dalam
24 Gerald R. Ferrera, Cyber Law : “Global Issues : Obscenity on the Internet”, p. 245.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
mengatur penyiaran.25 Permasalahan regulasi jelas teramat penting untuk segera
mendapat perhatian karena akan menjadi landasan penentu perkembangan IPTV di
Indonesia dan dikarenakan IPTV merupakan penggabungan (hybrid) dari konten
berbasis multimedia dan infrastruktur yang menerapkan konsep tekonologi neutrality
yaitu IP (Internet Protocol), maka diawali dengan apa yang dimaksud dengan
definisi atau pengertian multimedia.
Dalam industri elektronika, multimedia adalah kombinasi dari komputer dan
video (Rosch, 1996) atau multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga
elemen yaitu, suara, gambar dan teks (Mc Cormick, 1996) atau multimedia adalah
kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat
berupa audio (suara,musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dkk,
2002) atau multimedia merupakan alat yang menciptakan presentasi yang dinamis
dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video
(Robin dan Linda, 2001). Definisi lain dari multimedia adalah dengan
menempatkannya dalam konteks, seperti yang dilakukan oleh Hoftsteter (2001),
multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks,
grafik, audio, video dan animasi dengan menggabungkan link dan tool yang
memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan
berkomunikasi. Dalam definisi ini terkandung empat komponen penting multimedia.
Pertama, harus ada komputer yang mengkoordinasi apa yang dilihat dan didengar
yang berinteraksi dengan kita. Kedua, harus ada link yang menghubungkan kita
dengan informasi. Ketiga, harus ada alat navigasi yang memandu kita, menjelajah
jaringan informasi yang saling terhubung. Keempat, multimedia menyediakan
tempat kepada kita untuk mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan
informasi dan ide kita sendiri. Jika salah satu komponen tidak ada, maka hal ini
tidak dapat dikatakan multimedia, misalnya jika tidak ada komputer untuk
berinteraksi maka itu dinamakan media campuran, jika tidak ada link yang
25Komisi Penyiaran Indonesia, Kendala Implementasi IPTV di Indonesia,
http://www.kpi.go.id/index.php
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
menghadirkan sebuah struktur dan dimensi, maka dinamakan rak buku. Kalau tidak
ada navigasi yang memungkinkan kita memilih jalannya suatu tindakan maka
dinamakan film. Demikian juga apabila kita tidak mempunyai ruang untuk berkreasi
dan menyumbangkan ide sendiri, maka dinamakan televisi. Dari definisi diatas,
maka unsur- unsur pendukung dalam multimedia antara lain :
a. Teks - bentuk data multimedia yang paling mudah disimpan dan dikendalikan
adalah teks. Teks merupakan yang paling dekat dengan kita dan yang paling
banyak kita lihat. Teks dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam
multimedia yang menyajikan bahasa kita. Kebutuhan teks tergantung pada
kegunaan aplikasi multimedia. Secara umum ada empat macam teks yaitu
teks cetak, teks hasil scan, teks elektronis atau hyperteks.
b. Gambar atau grafis - alasan untuk menggunakan gambar dalam presentasi
atau publikasi multimedia adalah karena lebih menarik perhatian dan dapat
mengurangi kebosanan dibandingkan dengan teks. Gambar dapat meringkas
dan menyajikan data kompleks dengan cara yang baru dan lebih berguna.
Sering dikatakan bahwa sebuah gambar mampu menyajikan seribu kata. Tapi
ini berlaku hanya ketika kita biasa menampilkan gambar yang diinginkan saat
kita memerlukannya. Multimedia membatu kita melakukan hal ini, yakni
ketika gambar grafis menjadi objek suatu link. Grafis sering kali muncul
sebagai backdrop (latar belakang) suatu teks untuk menghadirkan kerangka
yang mempermanis teks. Secara umum ada lima macam gambar atau grafik
yaitu gambar vektor (vector image), gambar bitmap (bitmap image), clip art,
digitized picture dan hyperpicture.
c. Bunyi atau suara - bunyi atau suara dalam komputer multimedia, khususnya
pada aplikasi bidang bisnis dan game sangat bermanfaat. Komputer
multimedia tanpa bunyi hanya disebut unimedia. Bunyi atau suara dapat kita
tambahkan dalam produksi multimedia melalui suara, musik dan efek-efek
suara. Seperti halnya pada grafik, kita dapat membeli koleksi suara
disamping juga menciptakan sendiri. Beberapa jenis objek bunyi yang biasa
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
digunakan dalam produksi multimedia yakni format waveform audio,
compact disk audio, MIDI suara track dan MP3.
d. Video adalah rekaman gambar hidup atau gambar bergerak yang saling
berurutan. Terdapat dua macam video yaitu video analog dan video digital.
Video analog dibentuk dari deretan sinyal elektrik (gelombang analog) yang
direkam oleh kamera dan dipancarluaskan melalui gelombang udara.
Sedangkan video digital dibentuk dari sederetan sinyal digital yang berbentuk
yang menggambarkan titik sebagai rangkaian nilai minimum atau maksimum,
nilai minimum berarti 0 dan nilai maksimum berarti 1. Terdapat tiga
komponen utama yang membentuk video digital yaitu frame rate, frame size
dan data type. Frame rate menggambarkan berapa kali bingkai gambar
muncul setiap detiknya, sementara frame size merupakan ukuran fisik
sebenarnya dari setiap bingkai gambar dan data type menentukan seberapa
banyak perbedaan warna yang dapat muncul pada saat bersamaan.
e. Animasi - dalam multimedia, adalah sebuah proses merekam dan memainkan
kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi
pergerakan, dan secara harfiah adalah usaha untuk menggerakkan sesuatu
yang tidak dapat bergerak sendiri merupakan penggunaan komputer untuk
menciptakan gerak pada layar.26
Setelah sukses mengoperasikan salah satu IPTV komersial terbesar di dunia
dan pertama kali memperkenalkan teknologi quadraple-play di Hongkong, yang
memungkinkan konten media dan layanan interaktif disalurkan melalui platform
fixed-line, broadband internet serta TV dan mobile, PCCW mendapatkan
kepercayaan menjadi mitra TELKOM dan PT. Indonusa Telemedia Nusantara.
PCCW menggarap proyek IPTV di Indonesia yang meliputi aspek bisnis, teknologi
dan implementasinya. Melalui PCCW Mediacore, PCCW berhasil meraih
kesuksesan besar dalam pengoperasian Now TV dan memungkinkan operator
26 Ibiz Fernandez : Macromedia Flash Animation & Cartooning: A creative Guide, McGraw-
Hill/Osborn, California, 2002
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
mempergunakan teknologi terkini, fungsi, metodologi dan strategi yang secara luas
didukung oleh penyedia konten dan industri pada umumnya. Pengalaman yang
dimiliki oleh PCCW akan dimanfaatkan saat merencanakan pengembangan
kemampuan quadruple-play milik TELKOM, sehingga konten media yang menarik
dan layanan interaktif dapat tersedia melalui platform fixed-line, broadband internet,
TV dan mobile.
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) berhasil melakukan uji
laboratoriun pengembangan televisi berbasis internet protocol atau IPTV yang akan
dilakukan hingga bulan Oktober 2009 dan dilanjutkan uji pasar, dengan harapan
produk IPTV bisa dipasarkan awal tahun ini. Dalam uji laboratorium yang dilakukan
oleh Divisi Research & Development Center (RDC) TELKOM di Bandung,
ditampilkan bagaimana sebuah televisi berbasis Internet Protocol (IP) yang bisa
menyajikan aneka layanan selain siaran televisi free to air. Akses IPTV yang bisa
dilakukan dengan jaringan yang memiliki kecepatan minimal 2 Megabyte per detik
ini, bahkan bisa menampilkan tayangan yang diinginkan dan dipesan oleh pelanggan,
di Indonesia terdapat sekitar 33 juta rumah tangga yang memiliki TV, 95.000 di
antaranya sudah memanfaatkan layanan broadband Speedy, sementara itu, masih
terdapat sekitar 10 juta rumah tangga di kota-kota besar yang sudah memiliki TV
yang merupakan target pasar IPTV. TELKOM sebagai penyedia layanan infokom
terbesar di Indonesia mempertegas rencananya untuk menjalin kerjasama dengan
mitra kelas dunia (world-class partner) dalam pengembangan layanan generasi
berikutnya (next generation services) yang didukung oleh platform integrasi telpon
tetap (fixed-line), broadband Internet, TV dan mobile service-dellivery, apabila
sukses mengoperasikan salah satu IPTV, TELKOM akan menyajikan konten lokal
dan internasional bermutu tinggi ke berbagai pelanggannya di Indonesia, menyusul
kesuksesan layanan nasional DTH yang memiliki 140,000 pelanggan, dan setelah
sukses mengoperasikan salah satu IPTV komersial terbesar di dunia dan pertama kali
memperkenalkan teknologi quadruple-play di Hongkong yang memungkinkan media
konten dan layanan interaktif disalurkan melalui platform fixed line, broadband
internet, TV dan mobile, PCCW mendapatkan kepercayaan menjadi mitra PT.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan PT. Indonusa Telemedia Nusantara untuk
menggarap proyek IPTV di Indonesia yang meliputi aspek bisnis, teknologi, dan
implementasinya, dan melalui PCCW Mediacore, PCCW berhasil meraih
kesuksesan besar dalam pengoperasian NOW TV dan memungkinkan operator
menggunakan teknologi terkini, fungsi, metodologi dan strategi yang secara luas
didukung oleh penyedia konten dan industri pada umumnya.27
Jumlah penduduk yang melebihi 220 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar
yang besar dan menguntungkan bagi PCCW telah menyiapkan seluruh sumber daya
terbaik mereka untuk mengulang kesuksesan bisnis IPTV di Hongkong. Penerapan
teknologi quadraple-play secara cepat akan memperkuat posisi TELKOM sebagai
market leader yang siap memberi alternatif baru bagi peningkatan gaya hidup (life
style) masyarakat Indonesia melalui teknologi modern saat ini, dan hal ini juga akan
merubah cara bangsa Indonesia dalam memanfaatkan dan menikmati teknologi
komunikasi, serta membantu mereka beradaptasi secara cepat di era baru informasi
dan komunikasi.28
2.7 KONVERGENSI REGULASI TELEKOMUNIKASI DAN REGULASI
PENYIARAN TERHADAP PENYELENGGARAAN IPTV DI
INDONESIA
Penyelenggaraan jasa IPTV yang paling memungkinkan untuk saat ini adalah
melalui jaringan telekomunikasi. Hal ini membuat kita menjadi sulit untuk
mengkategorikan IPTV yang merupakan gabungan antara telekomunikasi dan
penyiaran dalam regulasi dan perundang-undangan. Berdasarkan UU
Telekomunikasi dan UU Penyiaran, yang dimaksud dengan Telekomunikasi dan
Penyiaran adalah :
27 Implementasi IPTV di Indonesia Menunjukkan Titik Terang, http://www.detiknet.com 28 Arief Hamdani G: “IPTV Implementasi dan Standar Teknis”,Broadcast Media Nomor 6 Tahun I,
November 2008.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
a. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman. dan atau
penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,
tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau
sistem elektromagnetik lainnya.29
b. Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana
pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa
dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel,
dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.30
Sebelum menetapkan regulasi yang sesuai untuk penyelenggaraan IPTV
perlu disadari bahwa ada beberapa kerangka pikir dalam memandang permasalahan
IPTV dengan berdasar pada Undang-undang terkait yang telah kita miliki,
diantaranya :
1) Bila penyelenggara IPTV dikategorikan sebagai penyelenggara
telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran, maka dalam hal ini
penyelenggara melakukan penyediaan konten (bisa milik sendiri ataupun
bekerjasama dengan penyedia konten) dan sekaligus melakukan
pendistribusian konten sebagai carrier.31 Dalam hal ini undang-undang
yang terkait adalah UU Telekomunikasi dan peraturan konten dari KPI
(standar program siaran dan pedoman perilaku penyiaran).
2) Bila penyelenggara IPTV dikategorikan sebagai Lembaga Penyiaran
Berlangganan yang mempergunakan fasilitas jaringan telkomunikasi,
maka penyelenggara IPTV dibagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu :
penyelenggara layanan konten, yaitu Lembaga Penyiaran Berlangganan,
yang terkait dengan UU Penyiaran dan penyelenggara layanan carrier,
yaitu Penyelenggara Jaringan dan Jasa Telekomunikasi, yang terkait
dengan UU Telekomunikasi.
29 Hadi Setia Tunggal, op.cit., hlm. 2 30 Hadi Setia Tunggal, Undang-undang Penyiaran beserta Peraturan pelaksanaannya, hlm. 4 31Yang dimaksud dengan carrier adalah penyelenggara jaringan yang dapat mentransmisikan konten
sesuai dengan keinginan penyelenggara konten.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
3) Bila penyelenggara IPTV dikategorikan sebagai Penyelenggara Jasa
Telekomunikasi, maka penyelenggara IPTV masuk sebagai kategori
penyelenggaraan jasa multimedia.
4) Bila penyelenggara IPTV dikategorikan Penyelenggara Telekomunikasi
Khusus untuk keperluan Penyiaran.
Dalam UU Telekomunikasi, penyelenggaraan siaran IPTV
memungkinkan untuk dimasukkan sebagai kategori penyelenggara
telekomunikasi khusus, dan sesuai dengan definisi disebutkan bahwa
penyelenggara telekomunikasi khusus adalah penyelenggaraan
telekomunikasi yang sifat, peruntukkan dan pengoperasiannya khusus.
Seperti disebutkan dalam pasal 9, ayat (3), yang berbunyi :
Penyelenggara telekomunikasi khusus sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 ayat (2), dapat menyelenggarakan telekomunikasi untuk
keperluan sendiri, keperluan pertahanan keamanan negara dan keperluan
penyiaran. Untuk mengakomodasi penyelenggaraan IPTV, perlu
dipertimbangkan beberapa pasal, yaitu :
a) Pasal 8 ayat (2)
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 ayat (1) huruf c, dapat dilakukan oleh perorangan,
instansi pemerintah, dan badan hukum selain penyelenggara
jaringan telekomunikasi dan/atau penyelenggara jasa
telekomunikasi. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah pada
kenyataanya justru penyelenggara jaringan dan jasa
telekomunikasi adalah badan hukum yang paling siap untuk
menyelenggarakan IPTV dengan cara membentuk anak
perusahaan (subsidary) yang bergerak dalam bisnis bidang
penyiaran berlangganan.
b) Pasal 11 ayat (1)
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Penyelenggaraan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7 dapat diselenggarakan setelah mendapat izin dari Menteri.
Hal yang perlu dipertimbangkan adalah dalam UU Penyiaran,
disebutkan bahwa izin penyelenggaraan penyiaran diperoleh dari
Menteri setelah mendapat rekomendasi dari Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI).
c) Pasal 16 ayat (1)
Setiap penyelenggara jaringan dan atau jasa telekomunikasi wajib
memberikan kontribusi dalam pelayanan universal.
Karena penyelenggara telekomunikasi khusus tidak termasuk
yang diatur dalam hal kewajiban untuk memberikan kontribusi
pada pelayanan universal, maka apabila penyelenggaraan IPTV
masuk kedalam kategori penyelenggara telekomunikasi khusus,
maka penyelenggara IPTV tidak diwajibkan untuk memberikan
kontribusi dalam pelayanan universal.
d) Pasal 18 ayat (1)
Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib mencatat/merekam
secara rinci pemakaian jasa telekomunikasi yang digunakan oleh
pengguna telekomunikasi.
Karena penyelenggara telekomunikasi khusus tidak termasuk
yang diatur dalam hal kewajiban mencatat/merekam secara rinci
pemakaian jasa telekomunikasi, apabila penyelenggaraan IPTV
masuk ke dalam kategori penyelenggara telekomunikasi khusus,
maka penyelenggara IPTV tidak diwajibkan untuk
mencatat/merekam secara rinci pemakaian siaran IPTV.
e) Pasal 23 ayat (1)
Dalam penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi
ditetapkan dan digunakan sistem penomoran.
Karena penyelenggara telkomunikasi khusus tidak termasuk yang
diatur dalam hal pengaturan nomor, apabila penyelenggaraan
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
IPTV masuk ke dalam kategori penyelenggara telekomunikasi
khusus, maka penyelenggara IPTV dalam mengimplementasikan
siarannya tidak mempergunakan sistem penomoran.
f) Pasal 26 ayat (1)
Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau
penyelenggara jasa telekomunikasi wajib membayar biaya hak
penyelenggaraan telekomunikasi yang diambil dari prosentase
pendapatan, karena yang diatur hanya penyelenggara jaringan dan
jasa telekomunikasi, apabila penyelenggaraan IPTV dimasukkan
ke dalam kategori penyelenggara telekomunikasi khusus, maka
penyelenggara IPTV tidak diwajibkan membayar biaya hak
penyelenggaraan.
g) Pasal 27
Susunan tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan atau
tarif penyelenggaraan jasa telekomunikasi diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Untuk tarif penyelenggaraan telekomunikasi khusus
belum diatur dalam Peraturan Pemerintah, sehingga apabila
penyelenggaraan IPTV dimasukkan ke dalam kategori
penyelenggara telekomuniaksi khusus, maka pengaturan tarifnya
harus ditetapkan oleh Pemerintah.
h) Pasal 28
Besaran tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan atau
jasa telekomunikasi ditetapkan oleh penyelenggara jaringan
telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi dengan berdasarkan
formula yang ditetapkan Pemerintah. Untuk tarif penyelenggaraan
telekomunikasi khusus belum diatur dalam Peraturan Pemerintah,
sehingga apabila penyelenggaraan IPTV dimasukkan ke dalam
kategori penyelenggara telekomuniaksi khusus, maka pengaturan
tarifnya harus ditetapkan oleh Pemerintah.
i) Pasal 41
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Dalam rangka pembuktian kebenaran pemakaian fasilitas
telekomunikasi atas permintaan pengguna jasa telekomunikasi,
penyelenggara jasa telekomunikasi wajib melakukan perekaman
pemakaian fasilitas telekomunikasi yang digunakan oleh
pengguna jasa telekomunikasi dan dapat melakukan perekaman
informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, karena yang diatur hanya penyelenggara jaringan dan jasa
telekomunikasi, apabila penyelenggaraan IPTV dimasukkan
kedalam kategori penyelenggara telekomunikasi khusus, maka
penyelenggara IPTV tidak diwajibkan melakukan perekaman.
j) Pasal 46 ayat (1)
Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi
yang dikirim dan atau diterima oleh pelanggan jasa
telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan atau jasa
telekomunikasi yang diselenggarakannya, karena yang diatur
hanya penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi, artinya
apabila penyelenggaraan IPTV dimasukkan kedalam kategori
penyelenggara telekomunikasi khusus, maka penyelenggara IPTV
tidak diwajibkan merahasiakan informasi.
5) Bila penyelenggara IPTV dikategorikan sebagai Lembaga Penyiaran
Berlangganan yang mempergunakan fasilitas jaringan telekomunikasi.
Peraturan perundang-undangan yang melandasi kategori ini adalah UU
Penyiaran untuk mengatur konten IPTV dan UU Telekomunikasi untuk
mengatur infrastruktur pendukung IPTV.
a. Terkait dengan Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagai
penyelenggara layanan konten IPTV, dalam UU Penyiaran ada
beberapa pasal yang perlu dipertimbangkan, meliputi :
1) Pasal 1 nomor 1
Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara,
gambar atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis,
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang dapat
diterima melalui perangkat penerima siaran. Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan adalah yang dimaksud dengan interaktif
dalam definsi tersebut di atas bukan interaktif secara terpadu
melalui pesawat penerima (televisi), tetapi interaktif terpadu
melalui jaringan (infrastruktur) telekomunikasi seperti SMS,
Telepon.
2) Pasal 1 nomor 2
Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana
pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di
antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui
udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara
serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat
penerima siaran. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
a) Penyelenggara penyiaran tidak hanya melakukan kegiatan
pemancarluasan, tetapi juga kegiatan penerimaan
informasi dari pengguna. Jadi hubungan penyelenggara
penyiaran dan pengguna tidak hanya searah, tetapi dua
arah dan interaktif.
b) Penyelenggara penyiaran tidak hanya memancarkan
informasi untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat, tetapi juga dapat
memancarkan untuk pengguna tertentu dan juga menerima
informasi dari individu tertentu sesuai waktu yang
diinginkan oleh pelanggan.
3) Pasal 1 nomor 4
Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar
pandang yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk
suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup
berupa program yang teratur dan berkesinambungan, disamping
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
itu penyelenggara penyiaran juga memiliki program siaran yang
disusun berdasarkan permintaan pengguna.
4) Pasal 13 ayat (1)
Jasa penyiaran terdiri dari jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran
televisi, apabila penyelenggara IPTV masuk dalam kategori
penyiaran berlangganan, maka IPTV tidak hanya dapat
memberikan layanan siaran televisi dan radio, tetapi juga internet,
telepon dan multimedia.
5) Pasal 25 ayat (1)
Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13 ayat (2) huruf d, merupakan lembaga penyiaran
berbentuk badan hukum Indonesia yang bidang usahanya hanya
menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih
dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran
berlangganan. Hal yang perlu dipertimbangkan di beberapa negara
di dunia adalah IPTV banyak dioperasikan oleh operator yang
menyediakan layanan lain seperti telepon, internet, radio dan
multimedia lainnya.
6) Pasal 26 ayat (2) huruf b yang menyebutkan bahwa ketersediaan
kanal saluran paling sedikit 10 % (sepuluh seperseratus) dari
kapasitas kanal saluran untuk menyalurkan program dari Lembaga
Penyiaran Publik dan lembaga Penyiaran Swasta dan ayat (2)
huruf c yang menyebutkan ketersediaan 1 (satu) kanal saluran
siaran produksi dalam negeri berbanding 10 (sepuluh) siaran
produksi luar negeri dan paling sedikit 1 (satu) kanal saluran
siaran produksi dalam negeri. Hal yang perlu dipertimbangkan
adalah dalam penyelenggaraan IPTV mampu menyediakan
program-program yang cukup banyak dan bervariasi, seperti video
on demand (VoD), dan lain-lain, sehingga batasan 10 % dan
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
perbandingan program siaran seperti tersebut di atas harus dikaji
ulang.
7) Pasal 26 ayat (3) huruf a
Pembiayaan Lembaga Penyiaran Berlangganan berasal dari :iuran
berlangganan dan usaha lain yang sah dan terkait dengan
penyelenggaraan penyiaran Hal yang perlu dipertimbangkan
adalah dengan sistem layanan pada IPTV dapat menyebabkan
besarnya tagihan yang sangat bervariasi bagi setiap pengguna
IPTV, tidak saja dalam iuran, namun juga cara-cara pembayaran
lain, seperti pay per-view, bit rate, dll.
8) Pasal 26 ayat (3) huruf b
Pembiayaan Lembaga Penyiaran Berlangganan berasal dari iuran
berlangganan dan usaha lain yang sah dan terkait dengan
penyelenggaraan penyiaran.
9) Pasal 29 ayat (1)
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2), pasal
17, pasal 18, pasal 33 ayat (1) dan ayat (7). Pasal 34 ayat (4) dan
ayat (5) berlaku pula bagi Lembaga Penyiaran Berlangganan.
Pada pasal 17 ayat (2) disebutkan bahwa kepemilikan modal asing
tidak lebih dari 20 %, dan hal ini diatur dalam PP 52 tahun 2005
Bab IV Permodalan, pada pasal 28, 29, 30 dan 31. Dan pasal 18
ayat (2) disebutkan bahwa kepemilikan silang antara Lembaga
Penyiaran Berlangganan yang menyelenggarakan jasa penyiaran
televisi, radio, media cetak dan jasa penyiaran lainnya, baik
langsung maupun tidak langsung dibatasi, dan hal ini telah diatur
dalam PP 52 tahun 2005 tentang penyelenggaraan penyiaran
Lembaga Penyiaran Berlangganan pada Bab V Pembatasan
Kepemilikan Silang pasal 35. Mengingat IPTV dapat
menyediakan layanan yang sangat beragam seperti siaran televisi,
telepon, internet, radio dan jasa multimedia lainnya.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
b. Dalam UU Telekomunikasi telah disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi adalah kegiatan
penyediaan dan/atau pelayanan jaringan telekomunikasi yang
memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi. Dalam
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi telah diberlakukan
peraturan mengenai pelayanan universal, sistem penomoran, biaya
hak penyelenggaraan serta susunan dan besaran tarif jasa
telekomunikasi.
6) Bila penyelenggara IPTV dikategorikan sebagai penyelenggara jasa
telekomunikasi untuk penyelenggaraan jasa multimedia. Mengacu pada
PP nomor 52 tahun 2000 tentang penyelenggaraan telekomunikasi, pada
pasal 14 ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggara jasa telekomunikasi
terdiri dari penyelenggaraan jasa teleponi dasar, penyelenggaraan jasa
nilai tambah teleponi dan penyelenggaraan jasa multimedia, sedangkan
dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 30 tahun 2004
tentang Perubahan atas KM. 21 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Jasa Telekomunikasi, pada pasal 16 huruf D ayat (1), disebutkan, bahwa
:
Penyelenggara jasa multimedia terdiri atas :
a) Jasa televisi berbayar;
b) Jasa akses internet (internet service provider);
c) Jasa interkoneksi internet (NAP)
d) Jasa internet teleponi untuk keperluan publik (ITKP);
e) Jasa sistem komunikasi data;
f) Jasa wireless access protocol (WAP)
g) Jasa portal;
h) Jasa small office home office (SOHO);
i) Jasa transaksi on-line;
j) Jasa aplikasi paket switched selain sebagimana dimaksud dalam
huruf a, b, c, d, e, f, g, h dan i.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010
Apabila dilihat pada ketentuan UU Telekomunikasi, PP Nomor 52 tahun
2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan KM. 30 tahun 2004
tentang Perubahan atas KM. 21 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Jasa Telekomunikasi, maka IPTV dapat dikategorikan sebagai layanan
jasa multimedia, karena penyelenggaraan pada butir a) sampai dengan e)
memerlukan izin Direktur Jenderal sedangkan pada butir f) sampai
dengan i) tidak memerlukan izin Direktur Jenderal.
Konvergensi hukum..., Teguh Heru Martono, FH UI, 2010