Bab 2 Asfiksia

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembunuhan 2.1.1 Definisi Tindak Pidana Pembunuhan Menurut KUHP Tindak pidana pembunuhan dalam kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk dalam kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap nyawa (misdrin tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan sendiri berasal dari kata bunuh yang berarti mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat agar mati. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan yaitu apabila terdapat perbuatan oleh siapa saja yang dengan sengaja merampas nyawa orang lain. Untuk memahami arti pembunuhan dapat dilihat pada pasal 338 KUHP yang berbunyi: ‘Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang, karena pembunuhan biasa, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.’ Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa: Pembunuhan merupakan perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain; Pembunuhan itu sengaja, artinya diniatkan untuk membunuh; Pembunuhan itu dilakukan dengan segera sesudah timbul maksud untuk membunuh. 2.1.2 Klasifikasi Tindak Pidana Pembunuhan Menurut KUHP Pada dasarnya pembunuhan itu terbagi dalam dua bagian, yaitu dilihat dari kesalahan pelaku (subjective element)

description

Referat Asfiksia

Transcript of Bab 2 Asfiksia

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembunuhan2.1.1 Definisi Tindak Pidana Pembunuhan Menurut KUHPTindak pidana pembunuhan dalam kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk dalam kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap nyawa (misdrin tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan sendiri berasal dari kata bunuh yang berarti mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat agar mati. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan yaitu apabila terdapat perbuatan oleh siapa saja yang dengan sengaja merampas nyawa orang lain.Untuk memahami arti pembunuhan dapat dilihat pada pasal 338 KUHP yang berbunyi: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang, karena pembunuhan biasa, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa: Pembunuhan merupakan perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain; Pembunuhan itu sengaja, artinya diniatkan untuk membunuh; Pembunuhan itu dilakukan dengan segera sesudah timbul maksud untuk membunuh.2.1.2 Klasifikasi Tindak Pidana Pembunuhan Menurut KUHPPada dasarnya pembunuhan itu terbagi dalam dua bagian, yaitu dilihat dari kesalahan pelaku (subjective element) dan sasaran (objective element). Jika didasarkan pada kesalahan pelakunya, maka diperinci atas dua golongan, yakni: Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia yang dilakukan dengan sengaja. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia yang terjadi karena kealpaan.Sedangkan jika didasarkan kepada sasarannya, dibedakan kepada tiga macam: Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia pada umumnya. Kejahaan yang ditujukan terhadap jiwa seorang anak yang sedang atau belum lama dilahirkan. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa seorang anak yang masih dalam kandungan.Pembunuhan sengaja adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain, kematian itu dikehendaki oleh pelaku. Dalam KUHP pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja, dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu: Pembunuhan biasa Pembunuhan terkualifikasi Pembunuhan yang direncanakan Pembunuhan anak Pembunuhan atas pemintaan si korban Membunuh diri Menggugurkan kandungan (abortus)Pembunuhan karena kealpaan adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian yang tidak disertai niat penganiayaan. Pembunuhan karena kealpaan diakibatkan oleh tiga kemungkinan yaitu: Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan dengan tidak bermaksud melakukan suatu kejahatan tetapi mengakibatkan kematian seseorang. Kesalahan seperti ini disebut kesalahan dalam perbuatan. Bila pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat membunuh seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh, namun ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh. Kesalahan seperti ini disebut kesalahan maksud. Bila si pelaku bermaksud melakukan kejahatan tetapi akibat kelalaiannya dapat menimbulkan kematian.

2.2 AsfiksiaSalah satu penyebab kematian yang sering adalah akibat asfksia. Kematian akibat asfiksia sering terjadi, baik secara wajar maupun tidak wajar, sehingga tidak jarang dokter diminta bantuannya oleh pihak polisi/penyidik untuk membantu memecahkan kasus-kasus kematian karena asfiksia terutama bila ada kecurigaan kematian tidak wajar.2.2.1 Definisi AsfiksiaAsfiksia dalam Bahasa Indonesia disebut dengan mati lemas. Sesungguhnya pemakaian kata asfiksia tidaklah tepat, sebab kata asfiksia ini berasal dari dua kata Bahasa Greek yang berarti tidak berdenyut, sedangkan pada kematian karena asfiksia, nadi sebenarnya masih dapat berdenyut untuk beberapa menit setelah pernapasan berhenti. Istilah yang tepat secara terminology kedokteran ialah anoksia atau hipoksia.Asfiksia adalah suatu keadaan terjadinya kkurangan oksigen yang disebabkan karena terganggunya saluran pernapasan. Secara fisiologis anoksia ialah kegagalan oksigen mencapai sel-sel tubuh. Kematian oleh karena anoksia terjadi bila persediaan oksigen pada jaringan tubuh berkurang sampai di bawah minimum keperluan untuk hidup.2.2.2 KlasifikasiSecara fisiologis dapat dibedakan menjadi empat bentuk asfiksia (sering disebut anoksia): Anoxic AnoxiaIalah keadaan tak dapat masuknya oksigen ke dalam aliran darah atau tidak cukup bisa mencapai aliran darah, misalnya pada orang-orang yang menghisap gas inert, berada dalam tambang atau pada tempat yang tinggi dimana kadar oksigen berkurang. Stagnan Circulatory AnoxiaTerjadi karena gangguan dari sirkulasi darah. Contoh embolism Anemic AnoxiaDarah tidak mampu mengangkut oksigen yang cukup. Bisa karena volume darah yang kurang ataupun karena kadar hemoglobin yang rendah. Contoh intoksikasi CO. Histotoxic Tissue AnoxiaKeadaan sel-sel tidak dapat mempergunakan oksigen dengan baik yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:a. Extracellular: sistim enzim oksigen terganggu. Misalnya pada keracunan HCN, barbiturate, dan obat-obat hypnotic.b. Intracellular: terjadi karena penurunan permeabilitas sel membrane, seperti yang terjadi pada pemberian obat-obat anesthesia yang larut dalam lemak, misalnya chloroform dan ether.c. Metabolit: disini sisa-sisa metabolisme tidak bisa dibuang, misalnya pada uremia dan keracunan CO2.d. Substrat: bahan-bahan yan diperlukan untuk metabolisme kurang. Misalnya pada hypoglycemia.Pada umumnya, anoxia merupakan campuran dari hal-hal tersebut di atas.2.2.3 Perubahan PatologiSecara patologi, apa yang ditemukan pada post mortem dari kematian karena anoxia dari segala tipe di atas dapat dibagi atas perubahan primer dan perubahan sekunder.2.2.3.1 Perubahan PrimerPerubahan ini terdapar di seluruh tubuh tana membedakan tipe anoxia. Karena otak adalah organ tubuh yang paling peka terhadap anoxia, maka perubahan primernya paling penting. Ini ada hubungannya dengan keadaan biokimianya. Apa yang terjadi pada sel yang anoxia belum dapat diketahui, tapi yang diketahui adanya perubahan elektrolit dimana kalium meninggalkan sel dan diganti natrium yang mengakibatkan terjadinya retensi air dan gangguan metabolisme, sehingga sel-sel otak mati dan menjadi glial tissue.Bila orang yang mengalami anoxia ini dapat hidup beberapa hari sebelum meninggal, maka perubahan di atas sangat khas pada otak besar, otak kecil, dan basal ganglia. Bila orangnya meninggal cepat (acute hypoxia), maka perubahannya tidak spesifik dan dapat dikaburkan dengan postmortem autolysis dan post mortem damage.Dari sudut pandang ilmu kedokteran forensic, anoxia dapat dibuktikan hanya apabila ada reaksi sel-sel otak seperti di atas. Organ tubuh yang lain metabolisme rasionya lebih rendah daripada otak, sehingga perubahan primernya tidak jelas.2.2.3.2 Perubahan SekunderPerubahan tergantung dari proses kejadiannya. Pada anoxic anoxia, jantung mengkompensasi dengan memperbesar outputnya, pada saat yang sama arterial dan venous pressure meningkat. Akhirnya lama-lama jantung mengalami kegagalan. Post mortem darah akan berwarna gelap dan terjadilah venous dan pulmonary congestion. Kadang-kadang tidak ada secondary change karena kegagalan jantung terjadi begitu cepat.Pada asfiksia karena strangulasi, venous return dari kepala terganggu, sehingga terjadi pembendungan pada kepala dan leher sehingga timbul perdarahan petechial di conjunctiva palpebral, kulit wajah, kepala,pada otak, pleura, dan juga pericard. Perdarahan petechiae ini disebut tardieu spot, yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intra kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler akibat anoxia.Pada anemic anoxia yang ada perubahan sekunder hanyalah yang disebakan keracunan CO, dimana oxyhemoglobin digantikan carboxyhemoglobin. Karenanya kenaikan CO menjelang kematian terlihat yaitu terjadinya venous dan pulmonary congestion. Hanya disini darah tidak bertambah gelap tetapi khas berwarna cherry red.Sedangkan pada histotoxic anoxia biasanya tidak terjadi perubahan sekunder, karena kematian terjadi dengan cepat, misalnya pada keracunan cyanida. Sedangkan pada keracunan barbiuturat, depresi napas agak lama dan menyebabkan incipient cardiac failure.2.2.4 Mekanisme asfiksia Stadium dyspneuDefisiensi oksigen pada sel-sel darah merah dan akumulasi karbon dioksida dalam plasma akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata. Hal ini akan mengakibatkan gerak pernafasan yang cepat dan kuat,peningkatan denyut nadi, dan sianosis terutama dapat diamati pada wajah dan tangan. Stadium konvulsiPertama adalah kejang klonik, setelah itu kejang tonik, terakhir terjadi spasme epistotonik. Pupil menjadi lebar dan denyut jantung menjadi pelan. Hal ini terjadi dimungkinkan karena meningkatnya kerusakan dari nukleus-nukleus pada otak karena defisiensi oksigen. Stadium apneuDepresi pada pusat pernafasan semakin dalam sehingga pernafasan menjadi semakin lemah dan dapat berhenti. Timbullah keadaan tidak sadar dan keluarnya cairan sperma secara tidak disadari (involunter). Dapat juga terjadi keluarnya urine dan feses secara tidak disadari meskipun jarang. Stadium finalPada stadium ini terjadi kelumpuhan pernafasan secara lengkap. Setelah beberapa kontraksi otomatis dari otot-otot aksesoris pernafasan di leher, kemudian pernafasan berhenti. Jantung mungkin masih berdenyut setelah beberapa waktu setelah respirasi berhenti.

2.2.5 Kelainan otopsi2.2.5.1 Pemeriksaan luar SianosisDapat dengan mudah terlihat pada daerah-daerah ujung jari dan bibir dimana terdapat pembuluh darah kapiler. Sianosis ini mempunyai arti bila keadaan mayat masih baru. Perdarahan berbintik (ptechiae haemorrhages, Tardius spot)Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringan yang longgar, seperti pada selaput biji mata dan kelopak mata, serta pada kulit kepala. Pada kasus yang hebat, perdarahan tersebut dapat dilihat pada kulit khususnya di daerah wajah. Terjadinya keadaan ini akibat perubahan permeabilitas kapiler sebagai akibat langsung dari hipoksia dan peningkatan tekanan intra kapiler sehingga kapiler pecah dan terjadilah perdarahan berbintik-bintik (ptechiae). Pembuluh darah kecil pada konjungtiva melebar (injected)2.2.5.2 Pemeriksaan dalam Kongesti organKongesti atau pembendungan yang sistemik dan kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan, merupakan ciri klasik kematian karena asfiksia. Jantung sebelah kanan membesar dan banyak terisi darah. Sebaliknya jantung sebelah kiri sering menjadi contracted dan kosong. Darah menjadi lebih encerPada setiap kematian yang cepat, darah akan tetap cair, salah satu keadaan tersebut terdapat pada asfiksia. Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan aktivitas fibrinolisin dan faktor-faktor pembekuan yang ada di ekstravaskuler dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh darah oleh karena cepatnya proses kematian. Edema pulmonumEdema pulmonum atau pembengkakan paru tidak banyak berarti dalam kaitannya dengan kematian karena obstruksi saluran nafas, oleh karena keadaan ini dapat terjadi pada berbagai macam keadaan, sehingga tidak khas. Perdarahan berbintikPerdarahan berbintik mungkin dapat ditemukan pada timus, pericard, laring, paru, pleura, epiglotis, permukaan serosa organ dalam, galea dari scalp pada kepala. Hiperemia dari lambung, hati, dan ginjal Ginjal contractedGinjal kadang-kadang contracted, sehingga timbul wrinkle capsule akibat adanya pengerutan. Hal ini terjadi jika proses asfiksia sangat berat.2.2.6 Penyebab asfiksia2.2.6.1 Wajar Laryngeal oedema Ludwig angina Laryngitis difteria Reaksi anafilaktik Pneumothorax Complete blocking arteri pulmonalis karena emboli Tamponade jantung Tumor laring / leher Asthma bronchiale

2.2.6.2 Tidak wajar Trauma pada tungkai trombus vena femoralis emboli Patah tulang panjang emboli lemak pada paru Luka tusuk / iris yang mengenai vena jugularis interna emboli udara Udara terhalang secara paksa, dibagi atas : Strangulation- Hanging (strangulation by suspension)- Strangulation by ligature (jeratan)- Throttling (manual strangulation) Suffocation- Smothering- Chocking- Gagging Traumatic asphyxia : external pressure on the chest Drowning (tenggelam) Inhalation of suffocating gasses

2.3 Pembekapan (Smothering)2.3.1 Definisi Suatu keadaan tertutupnya luang-lubang external dari jalan nafas (mulut dan hidung) secara mekanis oleh benda padat atau ahan yang terdiri dari partikel-partikel kecil (finely divided materials), misalnya pasir, lumpur, abu, dan salju.2.3.2 Cara kematian Kecelakaan (tersering) Pembunuhan (jarang), misalnya dengan bantal, plester, dan lain-lain Bunuh diri (jarang), misalnya dengan bantal, kantong plastik, dan lain-lain2.3.3 Pemeriksaan otopsiMencari bahan-bahan yang diduga menjadi penyebab dalam rongga mulut atau dalam lubang hidung, misalnya sepotong kain atau handuk yang dimasukkan ke dalam kerongkongan mulut, serbuk halus, pasir, bulu, dan sebagainya. Juga kelainan dalam bentuk luka lecet atau luka memar terdapat di mulut, hidung, dan daerah sekitarnya. Sering didapatkan memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi.Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapan tersebut tidak terlalu besar, kelainan biasanya minimal, yaitu luka lecet tekan dan atau memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang.Tanda-tanda asfiksia disertai adanya luka lecet tekan dan memar di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya merupakan petunjuk pasti bahwa pada korban telah telah terjadi pembekapan yang mematikan.Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan, maka dapat ditemukan lecet atau memar pada otot leher bagian belakang. Untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot-otot leher.Bila alat yang dipakai adalah tangan atau bantal, terdapat sedikit bekas-bekas scarffing di sekitar mulut dan hidung. Pada pembekapan dengan mempergunakan bantal, bila tekanan yang dipergunakan cukup besar dan korba memakai lipstik, maka pada sarung bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir dan dapat tembus sampai bagian bantalnya sendiri.Bila smothering terjadinya cepat, maka akan terjadi tanda-tanda asfiksia berupa darah gelap dan encer, wajah sianotik, ekimosis kecil-kecil pada galea scalp, perdarahan konjungtiva. Bila smothering berlangsung lebih lama, akan terjadi hyperaeration dan edema pada paru.