BAB 2

39
Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase B B A A B B 2 2 S S I I F F A A T T D D A A S S A A R R A A N N T T E E N N A A 2.1 Pendahuluan Apakah yang dimaksud antena? Antena berasal dari bahasa latin antennae yang berarti “sungut”, yaitu alat peraba pada bekicot, kecoa atau serangga lainnya. Kata antennae kemudian diadopsi kedalam bahasa Inggris, antenna atau dalam bahasa Indonesia disebut antena. Bab ini fokus pada pembahasan pada defenisi antena, parameter dasar, resistansi radiasi, pola radiasi, direktivitas, penguatan (gain), luas berkas (beam area), dan antena sebagai luasan (aperture). 2.2. Defenisi Antena Antena di defenisikan sebagai: Perangkat (device) yang terbuat dari logam konduktor yang dapat meradiasikan dan menerima gelombang radio (The IEEE Standard definitions of Terms for Antenna). Transformator antara gelombang terbimbing dengan gelombang bebas atau sebaliknya. Struktur transisi antara gelombang terbimbing dan gelombang bebas (John D. Kraus) Gambar 2.1 memperlihatkan struktur transisi sebuah antena. Gambar konstruksi ini adalah model yang digunakan untuk menjelaskan proses radiasi yang dilakukan oleh antena. Pada prinsipnya sebuah antena berfungsi sebagai Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 1

description

sifat dasar antena

Transcript of BAB 2

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    BBAABB 22 SSIIFFAATT DDAASSAARR AANNTTEENNAA

    22..11 PPeennddaahhuulluuaann Apakah yang dimaksud antena? Antena berasal dari bahasa latin antennae

    yang berarti sungut, yaitu alat peraba pada bekicot, kecoa atau serangga

    lainnya. Kata antennae kemudian diadopsi kedalam bahasa Inggris, antenna atau

    dalam bahasa Indonesia disebut antena. Bab ini fokus pada pembahasan pada

    defenisi antena, parameter dasar, resistansi radiasi, pola radiasi, direktivitas,

    penguatan (gain), luas berkas (beam area), dan antena sebagai luasan (aperture).

    22..22.. DDeeffeenniissii AAnntteennaa Antena di defenisikan sebagai:

    Perangkat (device) yang terbuat dari logam konduktor yang dapat meradiasikan dan menerima gelombang radio (The IEEE Standard

    definitions of Terms for Antenna).

    Transformator antara gelombang terbimbing dengan gelombang bebas atau sebaliknya.

    Struktur transisi antara gelombang terbimbing dan gelombang bebas (John D. Kraus)

    Gambar 2.1 memperlihatkan struktur transisi sebuah antena. Gambar

    konstruksi ini adalah model yang digunakan untuk menjelaskan proses radiasi

    yang dilakukan oleh antena. Pada prinsipnya sebuah antena berfungsi sebagai

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 1

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    peradiasi gelombang radio saat sebagai antena pemencar, dan penerima

    gelombang radio dari ruang bebas saat berfungsi sebagai antena penerima.

    Sebuah konduktor dapat meradiasi gelombang radio bila arus listrik

    mengalami:

    pembengkokan saluran transmisi diskontinu (saluran tiba-tiba terpotong di ujung) diterminasi saluran transmisi mengalami perubagan fisik di ujung saluran

    Gambar 2-1. Antena sebagai sebuah perangkat transisi

    (Antenna Theory, C.A. Balanis)

    Gambar 2-2 Mekanisme pembangkitan radiasi oleh konduktor.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 2

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    22..33 TTeeoorreemmaa DDaayyaa Sifat dasar sebuah antena, dapat di jelaskan dengan emnggunakan sebuah

    antena hipotetis berupa sebuah sumber titik yang disebut antena isotropis.

    Antena isotropis diasumsikan memiliki pola pancaran radiasi seperti bola, dengan

    sumber radiasi berada di pusat sumbu bola. Gain antena isotropis didefenisikan

    sama dengan 1 atau 0 dB (=10log10 1).

    Sumber isotropis sangat bermanfaat untuk menganalisa sifat dasar antena

    lain dan susunan beberapa antena (antenna arrays). Dalam praktek, sumber

    isotropis kemudian dijadikan sebagai antena acuan (reference) untuk menentukan

    sifat sebuah antena lainnya. Dalam praktek, sumber isotropis tidak dapat

    direlisasikan dan hanya sebatas antena hipotetis saja.

    Gambar 2-3 Pola radiasi sumber isotropis yang berbentuk bola

    Asumsi bahwa antena isotropis diletakkan dipusat bola dan jarak dari

    pusat bola ke permukaan bola adalah sama. Maka menurut hukum kekekalan

    energi, daya yang dipancarkan dipusat bola oleh antena isotropis sama dengan

    total daya pada permukaan bola. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 3

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    = 0

    2

    0

    dAPW r (watt)

    (2.1)

    dimana: Pr = rapat daya pada permukaan bola (watt/m2)

    dA = r2 sin d d 2), luas diferensial permukaan bola W = daya yang dip arkan di antrena (watt)

    Jika jarak sumber isotrop

    adalah konstan, maka rapat day

    (2.1) dapat dihitung total daya dik

    =

    0

    2

    0

    2 sin..r rPW

    (2.2)

    Rapat daya (Poynting vector) sum

    antara total daya di kulit bola deng

    24 rWPr = (W

    W

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Ne (m

    ancis di pusat bola ke titik pengamatan sejauh r

    a dikulit bola dapat dihitung. Dari persamaan

    ulit bola sebesar,

    = 24.. rPrdd

    ber isotropis difenisikan sebagai perbandingan

    an luas permukaan bola.

    /m2) (2.3)

    Pr P

    geri Ujung Pandang 4

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Gambar 2-4. Ilustrasi konsep rapat daya sebagai fungsi jarak r.

    2.4 Intensitas Radiasi (U) Intensitas radiasi adalah gambaran kekuatan pancaran radiasi yang di ukur

    pada jarak r2 dari sumber radiasi. Intensitas radiasi antena isotropis didefenisikan

    sebagai

    2rPU r = (W/rad2) (2.4)

    Karena 24 rWPr = , maka daya total pada permukaan bola untuk sumber isotropis dapat pula dihitung jika persamaan intensitas radiasi diketahui seperti

    berikut ini:

    == dUddUW ...sin (2.5) Prr2

    Daya yang dipancarkan sama dengan integrasi terhadap intensitas radiasi

    untuk seluruh ruang sudut 4. Untuk antena isotropis, daya total pada selubung bola sebagi fungsi dari intensitas radiasi dinyatakan dengan

    0.4 UW = ( watt) (2.6)

    Contoh-1: Diasumsikan bahwa sumber isotropis memancar dengan daya 1 watt. Berapakah rapat daya bila dikur pada jarak 10 km dari sumber isotropis?

    Dari persamaan (2.3) diperoleh

    Pr = W/(4r2) = 1/4(10000)2 = 7,95x10-10 Watt/m

    Intensitas radiasi pada jarak 10 km dari pusat sumber adalah:

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 5

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    U = Pr x r2 = (7,95 x10-10) x (100002) = 7,95 x 10-2 watt/rad2

    22..55 DDaaeerraahh AAnntteennaa Daerah disekeliling antena dibedakan atas: daerah reatif, daerah medan

    dekat dan daerah medan jauh. Daerah sekeliling antena dapat menjelaskan

    penyebab perubahan sifat dasar antena akibat perubahan lingkungan

    disekelilingnya.

    22..55..11 DDaaeerraahh MMeeddaann RReeaakkttiiff ((RReeaaccttiivvee nneeaarr ffiieelldd )) Daerah medan rektif antena adalah daerah yang secara fisik sangat dekat

    dengan fisik antena tersebut. Daerah medan rekatif didefenisi berada dalam daerah

    dengan diameter yang sama dengan panjang fisik maksimum antena (L). Untuk

    antena directional seperti Yagi (Dr. Yagi), maka yang menjadi ukuran adalah

    panjang batang penyanggah (boom) dari antenna tersebut. Pada antena parabola,

    yang menjadi ukuran dimensi fisik adalah diameter elemen pemantul (reflector)

    antena parabola tersebut. Visualisasi daerah medan antena diperlihatkan pada

    Gambar 2-5.

    Gambar 2-5. Daerah medan antena dipole

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 6

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Sifat antena sangat sensitif terhadap benda benda disekitar medan

    reaktif, khususnya logam. Sebuah logam yang berada dekat dengan antena dapat

    menyebabkan perubahan sifat dasar antena. Oleh karena itu, sangatlah penting

    untuk menjaga agar daerah sekitar antena bebas dari logam logam yang

    menyebabkan perubahan sifat dasar antenna, sehingga antara hasil perhitungan

    dan kenyataan dilapangan sedapat mungkin mendekati sama (dalam praktek tidak

    pernah sama).

    22..55..22 DDaaeerraahh MMeeddaann DDeekkaatt AAnntteennaa aattaauu DDaaeerraahh FFrreessnneell Daerah medan dekat atau sering disebut daerah Fresnel (Fresnel zone)

    yaitu daerah sekeliling antena yang berada pada radius

    2

    22LR = (2.7)

    Jari-jari daerah medan dekat (R2) akan besar khususnya pada antena yang

    bekerja pada frekuensi yang rendah, misalnya pada radio pemancar MW yang

    bekerja pada frekuensi 1 MHz. Panjang gelombang adalah 300 m. Bila panjang

    antena adalah /4 (75 m), maka radius daerah medan dekat antena adalah 37,5 meter. Artinya, benda benda logam dalam radius tersebut dapat mempengaruhi

    karakteristik antena. Dengan kata lain, karakteristik antena yang diukur saat itu

    sudah termasuk benda benda disekitar antena. Bila antena tersebut di pindahkan

    kesuatu daerah yang terbuka, maka karakteristik antena tersebut akan berubah

    lagi.

    22..55..33 DDaaeerraahh MMeeddaann JJaauuhh AAnntteennaa aattaauu DDaaeerraahh FFrraauunnhhooffeerr Daerah medan jauh sering juga disebut daerah Fraunhofer (Fraunhofer

    zone). Daerah medan jauh adalah daerah yang diharapkan dalam aplikasi.

    Diharapkan bahwa radiasi dari antena dapat menjangkau jarak yang sangat jauh,

    sebagaimana yang menjadi tujuan telekomunikasi radio. Daerah medan jauh di

    defenisikan dengan rumus (asumsi tidak ada pantulan)

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 7

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    23 RR > atau 2

    32LR > (2.8)

    22..66 PPaarraammeetteerr DDaassaarr AAnntteennaa Parameter antena digunakan untuk menggambarkan kinerja (performance)

    antena tersebut. Beberapa parameter dasar antena didefenisikan dalam bab ini

    sesuai standarisasi yang ditetapkan oleh IEEE Standard Definitions of Term for

    Antennas. (IEEE Std 145-1983).

    22..66..11 PPoollaa RRaaddiiaassii ((RRaaddiiaattiioonn PPaatttteerrnn))

    Pola radiasi antena didefenisikan sebagai sebuah fungsi matematikal

    atau penyajian secara grafis dari sifat sifat radiasi sebuah antena sebagai fungsi

    dari koordinat ruang. Pola radiasi ditentukan oleh daerah medan jauh (far-field

    region) dan disajikan sebagai fungsi dari koordinat sudut ruang ( dan ). Sifat-sifat radiasi termasuk didalamnya adalah rapat flux daya, intensitas radiasi, kuat

    medan (field strength), direktivitas, dan polarisasi.

    22..66..22 PPoollaa rraaddiiaassii IIssoottrrooppiiss,, DDiirreeccttiioonnaall ddaann OOmmnniiddiirreeccttiioonnaall

    Sebuah radiator isotropis didefenisikan sebagai antena hipotetis tanpa

    rugi-rugi yang mempunyai radiasi yang sama kesemua arah. Antena ini sangat

    ideal dan tidak dapat direalisasikan secara fisik namun berguna dalam analisa.

    Antena directional adalah sebuah antena yang mempunyai radiasi

    gelombang elektromagnetik (radio) dominan dalam satu arah tertentu dan

    minimum dalam arah lainnya. Sebagai contoh antena TV yang mempunyai pola

    radiasi seperti pada Gambar 2.6.

    Sebuah antena dengan pola radiasi omnidirectional didefenisikan sebagai

    antena yang mempunyai pola radiasi kesegala arah sudut sama besar.

    Sumber isotropis dapat dikategorikan sebagai antena yang mempunyai pola

    radiasi omnidirectional ideal. Pada kenyataannya, pola radiasi omnidirectional

    sulit untuk diwujudkan namun bisa didekati dengan antena vertikal seperti pada

    Gambar 2-7.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 8

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    ddrdA sin2=

    dr .sin.

    Gambar 2-6. Sistem koordinat bola dan pola radiasi directional.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 9

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Gambar 2-7. Pola radiasi antena vetikal

    Pola radiasi antena digambarkan dalam bentuk tiga dimensi dengan pola

    medan bidang E dan H yang saling tegak lurus satu sama lain. Bidang E (E-

    plane) didefenisikan sebagai sebuah bidang yang berisi vektor medan listrik

    dalam arah maksimum radiasi, dan bidang-H didefenisikan sebagai sebuah

    bidang yang berisi vektor medan magnet dalam arah maksimum radiasi.

    Gambar 2-8 memperlihatkan pola radiasi tiga dimensi antena Yagi 5-elemen

    dengan menggunakan software MMANA-GAL. Software ini dapat di download di

    internet dengan gratis

    Distribusi arus dalam elemen antena

    (a

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujun )

    g Pandang 10

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Pola radiasi antenna dalam 3 dimensi. Pola radiasi menggambarkan distribusi daya ditiap sudut ruang

    z

    Back-lobe

    Major lobe Side-lobe

    (b)

    Major-lobe

    Side-lobe

    Minor-lobe

    Back-lobe

    Gambar2-8(a). Distribusi arus pada tiap elemen antena dan (b) pola radiasi antena

    Yagi 5-elemen hasil simulasi dengan menggunakan software MMANA-GAL

    dalam tampilan tiga dimensi dan (c) dalam dua dimensi

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 11

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    komunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 12

    22..77 LLoobbee lloobbee PPaaddaa PPoollaa RRaaddiiaassii ((RRaaddiiaattiioonn PPaatttteerrnn LLoobbeess)) Pola radiasi antena menghasilkan pola yang unik pada setiap sudut ruang.

    Pola radiasi antena membentuk pola pancar berbentuk kuping (lobe) kearah

    depan, sisi samping dan belakang antena directional. Lobe pada pola radiasi

    antena dibedakan atas tiga bagian yaitu: berkas pancar utama (major lobe), dan

    berkas pancar kecil (minor-lobe). Minor lobe terdiri dari back-lobe dan side-lobe.

    Back lobe adalah berkas pancar antena kearah belakang antena dan side-lobe

    untuk berkas pancar ke arah sisi samping antena (dalam 3 dimensi).

    Pada Gambar 2-9, pola radiasi antena digambarkan dalam kordinat ruang

    (a) dan pada bagian (b) digambarkan dalam bentuk rectangular. Pola radiasi dapat

    dinyatakan dalam bentuk:

    a. diagram medan, (listrik dan magnet)

    b. diagram daya, (P, U) atau

    c. diagram fasa.

    Teknik Tele

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    (b)

    Gambar 2-9. Besaran yang dapat diperoleh dari pola radiasi antena.

    (a). Penggambaran tiga dimensi dan (b) persegi (rectangular)

    Emaks (V/m) Pmaks (dBM)

    = 00 = 00

    (a) (b) Gambar 2-10 (a) Penggambaran pola radiasi medan listrik antenna dan

    (b) pola radiasi daya antena dalam bentuk dua dimensi

    Wmaks (dBm) W (dB)

    = 00 = 000

    log10=

    =

    WW

    W

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 13

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    (a) (b)

    Gambar 2-11 (a) Pola radiasi dengan besaran daya absolute (dBm) dan

    (b) pola radiasi dengan besaran daya relative (dB)

    Menurut skala, diagram arah (pola radiasi) antena dapat ditampilkan dalam

    bentuk diagram:

    a. diagram absolute ( dalam besarannya, daya atau intensitas )

    b. diagram relative (diukur terhadap referensi tertentu) atau

    c. diagram normal (dibandingkan terhadap level maksimum)

    Pola radiasi dari intensitas medan listrik mengacu pada tiga komponen yaitu:

    1. Komponen dari medan listrik adalah sebuah fungsi dari sudut dan atau E(,) dengan satuan (V/m).

    2. Komponen dari medan listrik adalah sebuah fungsi dari sudut dan atau E(,) dengan satuan (V/m).

    3. Fasa dari medan adalah adalah sebuah fungsi dari sudut dan atau (,) dan (,) dalam satuan (radian atau derajat).

    Bila medan listrik dibandingkan terhadap nilai maksimumnya maka akan

    diperoleh sebuah pola radiasi medan dinormalisasi (normalized field pattern).

    Pola medan dinormalisasi sangat bermanfaat dalam menggambarkan pola radiasi

    sebuah antena diatas kertas diagram arah. Pola radiasi medan ternormalisasi untuk

    komponen dari medan listrik secara matematis dapat dinyatakan sebagai :

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 14

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    ( ) ( )( )max,,,

    EEE n = (tanpa dimensi) (2.9)

    Hal sama pada penggambaran pola radiasi antena berdasarkan penerimaan

    daya. Umumnya, pola radiasi dinyatakan dalam besaran dinormalisasi, nilai

    maksimum 1 atau 0 dB. Besarnya level daya yang diterima pada setiap sudut

    pengukuran dinormalkan terhadap level daya maksimum. Level daya yang

    dinormalisasi dapat dihitung dengan persamaan

    00

    log10log10=

    ==

    WW

    WWW

    maksdB (2.10)

    Pola radiasi sebuah antena dapat juga dinyatakan dalam besaran daya per

    unit luas (power per unit area) atau Poynting vector (P), diukur pada jarak tetap

    dari antena (r tetap). Secara matematis dinyatakan sebagai

    ( ) ( )( )max,,,

    PPWn = (tanpa dimensi) (2.11)

    dimana: ( ) = ,P Poynting vector = ( )[ ] 022 /, ZEE + , (W/m2) ( ) =max,P nilai maksimum dari ( ) ,P , dalam satuan (W/m2) Z0 = impedansi intrinsic ruang bebas = 120. ()

    Untuk memperlihatkan main-lobe dan minor-lobe secara detail, maka

    besaran pada pola radiasi sering dinyatakan dalam skala decibel yang dinyatakan

    dengan:

    ( )( ) ( )( ) ,log20, EE dB = (2.12)

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 15

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    atau ( )( ) ( )( ) ,log10, ndBn PP = (2.13)

    Walaupun karakteristik radiasi sebuah antena dalam bentuk pola radiasi

    tiga dimensi (Gambar 2-8b), tetapi untuk perhitungan praktis beberapa pola

    radiasi umumnya yang digunakan adalah bentuk dua dimensi.

    z

    x y

    Tampilan 3-dimensi

    y

    z

    Tampak depan dilihat dari sumbu-x

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Ne

    geri Ujung Pandang 16

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    z

    x

    Letak antena

    Dilihat dari sumbu -y

    Gambar 2-12 Gambar pola radiasi antenna dipole /2 dalam bentuk dua dan tiga dimensi.

    22..88 PPoollaarriissaassii AAnntteennaa

    Salah satu parameter dasar antena yang penting adalah polarisasi. Polarisasi antena mengikuti arah vektor medan listrik (E ) antena terhadap bidang

    tanah. Sejauh ini, dikenal beberapa polarisasi antena yaitu:

    1. Polarisasi linier (linier polarization)

    2. Polarisasi elips (elliptical polarization)

    3. Polarisasi melingkar (Circular Polarization)

    2.8.1 Polarisasi Linier

    Sebuah gelombang fungsi waktu dan posisi medan listrik disebut

    berpolarisasi linier (lihat Gambar 2-12a) jika dalam arah rambatannya disepanjang

    sumbu z positif (keluar dari kertas) memenuhi persamaan:

    ( ztEE y ) = sin2 (volt/m) (2.14)

    Jika bidang tanah adalah sumbu x-z, maka polarisasi gelombang seperti

    pada Gambar 2.12a adalah polarisasi vertical. Bila arah vektor medan listrik

    sejajar sumbu-x, maka polarisasi gelombang tersebut adalah polarisasi horizontal.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 17

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Karena polarisasi gelombang dihasilkan dari sebuah antena, maka jenis antena

    yang menghasilkannya disebut juga antena berpolarisasi vertikal atau horizontal.

    Antena dipole /2 dapat menghasilkan polarisasi medan listrik vertikal atau polarisasi horizontal, tergantung bagaimana antena tersebut diletakkan diatas

    bidang tanah. Gambar 2-13 memperlihatkan sebuah antenna dipole /2 dengan polarisasi gelombang yang dihasilkannya.

    Gambar 2-13 Polarisasi gelombang elektromagnetik

    x

    y

    z

    Arah rambatan

    Ex

    Bidang tanah (x-z)

    y

    x

    z(out)

    E1

    x

    y

    z

    y

    xz

    Bidang y-z

    Arah rambatan (x-z)

    Bidang x-z

    E2

    Polarisasi horisontal

    Polarisasi vertikal

    Gambar 2-14. Penentuan polarisasi gelombang dari sebuah antena dipole /2

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 18

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    2.8.2 Polarisasi Elips (Elliptical Polarization)

    Bila medan listrik adalah sebuah gelombang yang merambat dalam arah z

    positif, mempunyai komponen medan dalam arah x dan y seperti yang

    ditunjukkan pada Gambar 2.13b, maka polarisasi gelombang disebut

    berpolarisasi elips (elliptical polarization). Vektor E akan berputar sebagai fungsi

    dari waktu disepanjang arah rambatan (serah sumbu-z).

    Perbandingan antara major axis terhadap minor axis disebut axial ratio

    (AR). Dari Gambar 2-13b, gelombang tersebut mempunyai AR = E2/E1. Bila

    antena dengan polarisasi elips dimiringkan dengan sudut kemiringan , maka polarisasi gelombang akan mengalami perubahan seperti pada Gambar 2-15.

    Axial ratio (AR) untuk polarisasi elips yang dimiringkan sebagaimana

    yang diperlihatkan pada Gambar 2-14 adalah

    OBOAAR = ( 1 AR ) (2.15)

    Gambar 2-15 Polarisasi elips yang dimiringkan

    Komponen medan listrik dalam arah x (Ex) dan y (Ey) dinyatakan dengan

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 19

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    ( ztEEx ) = sin1 (2.16) ( ) += ztEE y sin2 (2.17)

    dimana: E1 = amplitudo gelombang polarisasi linier dalam arah x

    E2 = amplitudo gelombang polarisasi linier dalam arah y

    = sudut fasa-waktu (time-phase angle) antara Ey dan Ex Dengan menggabung persamaan (2.16) dan (2.17) diperoleh vektor medan

    E total sesaat:

    E ( ) ( ) ++= ztEyztEx sinsin 21 (2.18)

    Pada z = 0, tEEx sin1= dan ( ) += tEE y sin2 . Bila vektor satuan medan Ey diuraikan akan diperoleh:

    ( ) sincoscossin2 ttEE y += (2.19)

    Dari hubungan Ex dan E1 diperoleh bahwa:

    1sin EEt x= (2.20) dan ( )211cos EEt x= (2.21)

    Sedemikian sehingga persamaan (2.19) dapat ditulis ulang menjadi

    222

    2

    212

    1

    2

    sincos2 =+

    EE

    EEEE

    EE yyxx (2.22)

    atau 122 =+ yyxx cEEbEaE (2.23)

    dimana 221 sin1

    Ea =

    2

    21 sincos2

    EEb = dan 222 sin

    1E

    c = E

    Persamaan (2.23) menggambarkan polarisasi elips pada Gambar 2-15.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 20

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    2.8.3 Polarisasi Melingkar (Circular Polarization)

    Bila E1 = 0, polarisasi gelombang akan linier dalam arah y. Untuk E2 = 0,

    polarisasi gelombang akan linier dalam arah x. Jika 0= dan 21 EE = , polarisasi gelombang akan linier juga tetapi pada bidang sudut 450 terhadap

    sumbu x ( 045= ). Untuk 21 EE = dan 090= , polarisasi gelombang akan melingkar (circular polarization). Bila 090+= polarisasi gelombang melingkar putar kiri (left-circularly polarized) dan jika 090= polarisasi gelombang melingkar putar kanan. Untuk polarisasi melingkar, AR = 1. Gambar 12.c memperlihatkan

    polarisasi gelombang melingkar. Gelombang merambat meninggal bidang kertas

    menuju ke arah pembaca (z positif).

    22..99 SSuudduutt RRuuaanngg ((BBeeaamm aarreeaa oorr ssoolliidd aannggllee))

    Total sudut dalam satu lingkaran adalah 2 rad (atau 3600) dan keliling lingkaran adalah 2r. Luas A sebuah permukaan pada sebuah bola dilihat dari pusat bola disebut sudut ruang (solid angle) , . Luas diferensial, dA, dipermukaan bola dinyatakan sebagai

    ( )( ) === drddrrddrdA 22 sinsin (2.24)

    dimana d = sudut ruang dari bola terhadap luas dA

    Luas bola = [ ] == 0

    20

    22 4cos2.sin2 rrdr (2.25)

    Dimana 4 = sudut ruang sebuah bola. 1 steradian = 1 sr = (sudut ruang bola)/ (4)

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 21

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    = 1 rad2 = ( ) 8064,3282deg180 22 = deg2 Karena itu,

    4 stereadian = 3282,8064 x 4 = 41.252,96 41.253 deg2 (deg =degree = derajat)

    = sudut ruang dalam bola.

    Luas berkas atau sudut ruang berkas (beam solid angle) A untuk sebuah antena adalah merupakan integral dari pola daya ternormalisasi pada bola (4.sr) atau

    2, rALuas =

    3rArea =

    sr.1

    Gambar 2-16. Konsep radian dan steradian

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 22

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    ( ) = dPnA 20 0

    , (sr=steradian) (2.26)

    Dimana HP dan HP adalah sudut dari lebar berkas setengah daya (HPBW=half-power beam width). HPBW adalah sudut dimana daya turun

    setengah ( -3 dB) terhadap level daya maksimum.

    Sudut ruang ekivalen A Sudut ruang dapat juga dihitung dengan rumus pendekatan menggunakan titik sudut setengah saya (half-power) dari main lobe sebagai HPHPA (2.27)

    Half-power beam width HPPola aktual dari luas berkas A

    2.10 Intensitas Radiasi (Radiation Intensity) Daya yang di radiasi dari sebuah antena per satuan sudut ruang di sebut intensitas radiasi , U (watt per steradian atau per derajat kuadrat).

    2rPU r = (watt/rad2) (2.28)

    22..1111 DDiirreekkttiivviittaass ((DDiirreeccttiivviittyy)) Direktivitas didefenisikan sebagai perbandingan intensitas radasi

    maksimum terhadap intensitas radiasi rata-rata dari sebuah antena. Bila

    persamaan intensitas medan dari antenna diketahui, maka direktivitas dapat

    dilakukan dengan persamaan (2.29). Perhitungan dengan menggunakan

    persamaan (2.29) sering disebut perhitungan eksak.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 23

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    2

    max

    rataUUD = (tanpa satuan, biasanya dinyatakan dalam dB) (2.29)

    Bila persamaan intensitas medan tidak diketahui namun pola radiasi antena

    diketahui, maka direktivitas antena dapat dihitung dengan menggunakan rumus

    pendekatan Kraus seperti pada (2.30).

    00253.414

    HPHP

    D (2.30)

    dimana HP dan HP adalah sudut dimana daya turun setengah (half power beamwidth).

    Contoh-1:.

    Diketahui: } 20 20cos = mUU U = 0 untuk dan lainnya.

    Maka direktivitas antena tersebut berdasarkan perhitungan eksak adalah

    ( ) ==2

    0

    2

    0

    2

    0

    2

    0

    cos.cos...sin.cos

    ddUddUW mm

    ] 202

    0

    2cos21

    = mUW

    mUW = ,

    dimana W = 4.U0, sehingga direktivitas adalah

    44

    0

    ===

    UUD m

    atau 64log10 ==D dB

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 24

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Dari hasil perhitungan diketahui bahwa antenna dengan persamaan

    intensitas medan } 20 20cos = mUU memiliki tingkat keterarahan atau direktivitas 4 kali terhadap antena isotropis dalam arah sudut ruang yang dibatasi

    oleh sudut 20 dan 20 .

    Ant-1

    Ant-2

    Gambar 2.-16. Ilustrasi efek direktivitas dua antena yang berbeda

    Dari Gambar 2-16 dapat dijelaskan dalam ilustrasi berikut: Asumsi bahwa

    efisiensi antena adalah 100%. Kemudian dua buah antena mempunyai direktivitas

    masing masing 1 dan 10 dicatu dengan daya sebesar WT. Pada jarak r dari

    kedua antena tersebut dilakukan pengukuran level daya yang diterima.

    Mula-mula akan diukur besarnya level daya yang diterima oleh pancaran

    dari antena-1 pada titik pengukuran. Misalkan level daya yang diterima adalah

    sebesar Wr. Kemudian antena-1 diganti dengan antena-2 (D = 10) dan diukur level

    daya yang diterima. Hasil menunjukkan bahwa maka besarnya level daya yang

    diterima naik sebesar 10 kali daya yang diterima bila antena-1 yang digunakan

    (10WR). Artinya, direktivitas antena-2 adalah 10 kali antena-1.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 25

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Contoh-2:

    Asumsi, sebuah antena pada berkas pancar utama (main lobe) mempunyai

    half-power beamwidth (HPBW) = = 200. Dengan rumus pendekatan Kraus diperoleh direktivitas antena tersebut sebesar:

    ( )( )( ) ( ) 13,103

    2020253.41253.414

    00

    2

    00

    2

    ===derajatderajat

    srsrD

    HPHPA

    atau

    13,2013,103log10 ==D dB

    22..1122 PPeenngguuaattaann AAnntteennaa ((AAnntteennnnaa GGaaiinn)) Gain dari sebuah antena didefenisikan sebagai perbandingan antara rapat

    daya radiasi S(r,,) antenna tersebut dalam arah dan terhadap rapat daya radiasi dari sumber iotropis S(r) pada jarak r yang sama:

    ( ) ( )( )rSrSG

    o

    ,,, = (2.31)

    dimana: in

    radinrad P

    PPP == (2.32)

    = efisiensi antena ( 0 1 ).

    Gambar 2.17. Daya daya dalam antenna

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 26

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Daya yang diberikan ke ntenna (Pin) sebagian akan diradiasikan ke ruang

    bebas (Prad), sebagian dipantulkan kembali (Pref), dan sebagian hilang dalam

    bentuk rugi-rugi ohmis (PRL). Daya rugi-rugi dan daya radiasi didefenisikan

    sebagai

    lloss RIP2

    21= (2.33)

    arad RIP2

    21= (2.34)

    Dalam hubungannya dengan rugi-rugi pada antenna, maka Gain di

    defenisikan sebagai

    ( ) ( )

    radrad

    in

    rad

    PddP

    dPddPG == 44

    , (2.35)

    ( ) ( ) ,., DG = (2.36)

    Contoh-3:

    Sebuah ntenna mempunyai resistansi input 50 ohm mempunyai

    resistansi radiasi 40 ohm dan resitansi rugi-rugi ohmis 10 ohm. Bila arus rata-rata

    yang masuk kedalam ntenna adalah 0,1 A dan direktivitas ntenna adalah 2.

    Hitunglah Gain ntenna tersebut.

    Solusi:

    Diketahui: RT = 50 ohm, Rl = 10 ohm, dan Ra = 40 ohm.

    I = 0,1 Ampere

    D = 2

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 27

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Daya input, ( ) WRIP Tin 25,0501,021

    21 22 ===

    Disipasi daya yang diserap oleh ntenna (rugi-rugi)

    ( ) WRIP lloss 05,0101,021

    21 22 ===

    Daya yang di radiasikan oleh ntenna ke ruang bebas

    ( ) WRIP arad 2,0401,021

    21 22 ===

    Bila direktivitas D0 = 2, maka :

    ( ) 6,1225,02,0

    0 =

    =

    == D

    PPDG

    in

    rad

    Atau ( ) 04,26,1log10 ==G dB

    22..1133 LLuuaassaann AAnntteennaa ((AAnntteennnnaa AAppeerrttuurree))

    Aperture atau luasan sebuah antena adalah daerah tangkapan energi sebuah antena terhadap gelombang radio yang melintasinya. Aperture antena

    diukur dalam satuan panjang gelombang dan tidak sama dengan luas fisik antena.

    Luas fisik sebuah antena dapat saja berubah bila dimensi bahan antena berubah,

    namun eperture antena tersebut tetap.

    Antena dapat dianggap sebagai sebuah penampang konduktor yang

    mempunyai luas fisik dan luas listrik. Analisa antena sebagai sebuah luasan sangat

    membantu dalam memahami karakteristik antena. Konsep ini memberi pandangan

    bahwa sebuah antena dapat dianggap sebagai luasan pengumpul gelombang

    radio (collector aperture), atau sebagai luasan pemantul (scattering aperture)

    atau sebagai resonator yang beresonansi pada frekuensi kerja tertentu.

    Pemahaman bahwa antena dapat dilihat sebagai sebuah luasan, menjadi

    prinsip kerja antena pemantul parabola, antena Horn (Dr. A. Balanis) dan antena

    Yagi.

    Untuk memahami konsep ini, marilah kita amati sebuah antena Horn yang

    kita tempatkan sebagai antena penerima. Asumsi bahwa gelombang radio

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 28

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    melintasi permukaan antena Horn. Rapat daya pada mulut antena Horn adalah

    ( )P (W/m2). Jika luas fisik mulut corong (Horn ) adalah A, maka daya dari gelombang radio yang dapat ditangkapdari permukaan corong adalah:

    APW .= (watt) (2.37)

    Daya yang diserap oleh antenna Horn, sebagian hilang sebagai panas,

    sebagian dipancarkan kembali (reradiation) dan selebihnya dimanfaatkan untuk

    diteruskan ke receiver untuk diproses. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka

    aperture dibedakan menjadi: aperture efektif, aperture pengumpul, eperture

    hambur, aperture fisik dan rugi-rugi.

    E

    H

    x

    y

    z

    Rdio Penerima

    AP

    Antena Horn

    Gambar 2.16. Rapat daya pada mulut antena corong (Horn)

    Dengan menggunakan persamaan (2.38), maka dapat dihitung besarnya

    luas tangkapan (aperture) antena sebesar::

    PWA = (m2) (2.38)

    dimana: A = luas tangkapan antena (aperture) dalam satuan m2

    W = daya dari gelombang radio yang diterima dalam satuan Watt

    P = rapat daya gelombang radio yang melintasi antena dalam satuan

    W/m2.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 29

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    22..1133..11 AAppeerrttuurree EEffeekkttiiff Aperture efektif sebuah antena menyatakan luas tangkapan efektif dari

    antena tersebut. Untuk memahami pengertian ini, maka marilah kita menganalisa

    sebuah rangkaian ekivalen dari sebuah antena sebagaimana yang diperlihatkan

    pada Gambar 2.17.

    Misalkan diterminal keluaran antena dikoneksikan dengan sebuah beban

    dengan impedansi terminal sebesar ZT. Jika Impedansi antena adalah AZ , maka

    besarnya arus yang mengalir dalam rangkaian adalah

    TA ZZ

    VI += (A) (2.39)

    dimana TTT jXRZ += (2.40) AAA jXRZ += (2.41) LrA RRR += (2.42) dan

    RA = tahanan antena

    Rr = tahanan pancar antena

    RL = tahanan rugi-rugi antena atau tahanan ohmic antenna

    Gambar.2.17. Rangkaian ekivalen antena dengan beban ZT.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 30

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Dengan mensubtitusi persamaan (2.40), (2.41) dan (2.42) kedalam (2.39)

    maka diperoleh besarnya arus yang mengalir dalam rangkaian sebesar

    ( ) ( )22 TATLr XXRRRVI

    ++++= (A) (2.43)

    Daya total yang diterima oleh antena sebesar

    ( ) ( )TATLrr

    XXRRRRVW ++++= 2

    2

    (Watt) (2.44)

    Dengan mensubstitusi persamaan (2.44) ke dalam (2.28) diperoleh luas antena

    menjadi

    ( ) ( )TATLrr

    XXRRRRV

    PPWA ++++== 2

    2

    .1 (m2) (2.45)

    Luas aperture efektif dicapai bila XA = -XT dan RA = RT. Keadaan ini

    disebut impedansi terminal dan impedansi antena konjugat kompleks satu sama

    lain ( )*TA ZZ = . Sedemikian sehingga RA = RT dan XA = -XT.. Luas aperture efektif antena menjadi

    ( )LRe RRPVA += .4

    2

    (m2 atau 2) (2.46)

    Luas efektif maksimum akan dicapai bila RL = 0. Situasi dimana rugi-rugi

    ohmik bahan antena (RL = 0) dalam praktek sering sulit dicapai. Dari (2.46) untuk

    RL = 0, diperoleg luas efektif maksimum sebesar

    L

    em RPVA

    4

    2

    = (m2 atau 2) (2.47)

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 31

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Perbandingan luas aperture efektif terhadap luas aperture efektif maksimum

    disebut effective ratio dengan notasi

    em

    e

    AA= , 0 1 (tanpa satuan) (2.48)

    22..1133..22 LLuuaass RRuuggii--rruuggii ((LLoossss aappeerrttuurree)) Rugi-rugi daya yang hilang sebagai panas didalam antena disebut rugi-rugi

    luas tangkapan antena atau loss aperture. Besarnya rugi-rugi daya yang hilang

    menjadi panas dinyatakan dengan persamaan

    LL RIW2= (W) (2.49)

    Besarnya luas rugi-rugi daya pada antena dinyatakan dengan persamaan

    ( ) ([ ])2222

    TATLr

    LLL

    XXRRRPRV

    PRIA ++++== (m

    2) (2.50)

    22..1133..33 LLuuaass HHaammbbuurr ((ssccaatttteerriinngg aappeerrttuurree)) Energi gelombang radio yang tiba di antena, sebagian akan diradiasikan

    kembali (reradiation) ke ruang bebas. Hamburan (scattering) daya dari antena

    tersebut terjadi ketika antena beresonansi terhadap frekuensi gelombamng radio

    yang di tangkapnya atau ketika antenna memantulkan secara total energi yang

    tiba di antena. Hal tersebut akan menyebabkan radiasi gelombang radio dari

    antena. Besarnya daya yang dihamburkan kembali dari antena sebesar

    rs RIW2= (Watt) (2.51)

    Besarnya luas hambur antena (scattering aperture) sebesar

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 32

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    T

    s RPVA

    ..4

    2

    = , (m2) (2.52)

    Luas hambur dihitung dengan asumsi RL = 0 dan ZT conjugate kompleks

    dengan ZA. Bila ZT = 0, maka antena akan memantulkan secara total energi

    gelombang radio yang datang kepadanya (pemantulan sempurna). Prinsip ini

    kemudian dimanfaatkan untuk membuat elemen pemantul pada antena Yagi atau

    pemantul parabola. Perbandingan luas apetture hambur maksimum dibandingkan

    terhadap luas aperture efektif maksimum dinyatakan dengan persamaan

    Asm = 4 x Aem. (m2 atau 2) (2.53)

    Perbandingan aperture hambur (As) dengan aperture efektif (Ae) didefenisikan

    sebagai;

    =e

    s

    AA , 0 (tanpa satuan) (2.54)

    22..1133..44.. LLuuaass PPeenngguummppuull ((CCoolllleeccttoorr aappeerrttuurree)) Jumlah semua aperture Ae, As, AL disebut aperture pengumpul atau

    collector aperture. Aperture pengumpul didefenisikan dengan persamaan

    ( )( ) ([ ) ]222

    TATLr

    TLrc

    XXRRRPRRRVA ++++

    ++= (m2 atau 2) (2.55)

    Gambar-2.18 Rugi-rugi hamburan pada antenna

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 33

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    2.13.5. Luas Fisik (Phisical aperture) Luas fisik adalah luas maksimum tampak depan antena dari arah rapat

    daya. Untuk antena yang menggunakan pemantul atau berupa celah (slot), luas

    aperture fisis sangat menentukan, tetapi untuk beberapa jenis antena tidak ada

    artinya sama sekali.

    Luas aperture fisik:

    LPAP = (m2 atau 2)) (2.56)

    dimana: P = panjang antena

    L = lebar antena

    Perbandingan antara aperture efektif dengan aperture fisis disebut

    absorbtion ratio (perbadingan serapan) dan dinyatakan secara matematis sebagai

    p

    em

    AA= ; dimana 0 (2.57)

    22..1133..66 LLuuaass EEffeekkttiiff ddaann HHuubbuunnggaannnnyyaa DDeennggaann DDiirreekkttiivviittaass Hubungan antara luas efektif (Aem ) dengan direktivitas (D) dinyatakan

    dengan

    emAD .4

    2= (2.58)

    Sehingga direktivitas dapat dinyatakan dengan tiga persamaan yang berbeda yaitu:

    ( ) ( )avav S

    SU

    UD maxmax ,, == (2.59)

    A

    D =4 (2.60)

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 34

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    dan emAD 24= (2.61)

    Gain antena mempunyai keterkaitan dengan luas efektif antena yang

    dinyatakan dengan

    DkG .= (2.62) dimana:

    em

    e

    AAk = (2.63)

    emem

    e AAAG 2

    4=

    eAG 24= (2.64)

    22..1144 EEffiissiieennssii ddaann GGaaiinn AAnntteennaa Dari persamaan (2.46), (2.47) bila di substitusi ke persamaan (2.63)

    diperoleh efisiensi antena sebagai fungsi resistansi rugi-rugi ohmik (RL):

    LR

    R

    RRRk += (2.65)

    Dengan demikian diperoleh hubungan antara gain antena pada (2.62) dengan

    efisiensi k pada persamaan (2.65)

    DRR

    RGLR

    R

    += (2.66)

    Arti fisis dari persamaan (2.66) menjelaskan bahwa gain antena akan sama

    dengan direktivitas antena bila rugi-rugi ohmik dalam konduktor antena (RL) sama

    dengan nol. Rangkuman dari keseluruhan perhitungan diatas diperlihatkan dalam

    Tabel-1.

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 35

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    22..1144 PPeerrssaammaaaann FFrriiiiss Perhatikan Gambar 2.20. Bila daya sebesar WT ditransmisi oleh sebuah

    transmitter (pemancar), dan Gain antena pemancar sebesar GT. Pada jarak sebesar

    R jauhnya dari pemancar ditempatkan sebuah receiver (penerima) dengan gain

    antena penerima sebesar GR. Asumsi bahwa redaman pada saluran transmisi di

    pemacar dan penerima sebesar AtT dan AtR .

    Tabel-1: Luas Efektif, Direktivitas, dan Parameter untuk Dipole.

    Antena Aem/ 2 D D (dB) Isotropis

    79,041 =

    1 0

    Dipole Pendek 119,0

    83 =

    1,5 1,76

    Dipole /2 13,0

    7330 =

    1,64 2,14

    Besarnya rapat daya di penerima sebesar

    24 RWP T= (W) (2.67)

    Dengan memperhitungkan gain antena di pemancar dan penerima, maka

    24 RGGWP RTT= (2.68)

    Sekarang, besarnya daya yang di penerima oleh antenna dengan luas efektif

    sebesar Aer

    R

    AGPAPW erTTerR 4. == (W) (2.69)

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 36

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Dari persamaan (2.64), diperoleh gain antena pemancar sebesar:

    24 et

    tA

    G = (2.70)

    Dengan mensubstitusi persamaan (2.53) ke dalam (2.52) diperoleh

    22. RAAWW eretTR = (W) (2.71)

    dimana: Aet = luas efektif antena transmitter

    Aer = luas efektif antena receiver

    R = jarak anatar transmitter dan receiver

    = panjang gelombang sinyal yang ditransmisi.

    Dengan membandingkan antara daya yang diterima (WR) di penerima dan

    daya yang dipancarkan (WT) akan diperoleh besarnya redaman ruang bebas

    (free space loss=FSL) antara stassiun pemancar dan stasiun penerima.

    FSL = 22RAA

    WW eret

    T

    R = (2.72)

    Bila antena yang digunakan adalah antena isotropis dengan luas efektif (1/4), maka persamaan (2.72) menjadi

    FSL = ( ) ( )2222 41

    41

    RR = (2.73)

    Bila dinyatakan dalam satuan decibel, maka FSL menjadi

    ( ) ( ) ( ) log20log204log200 = RFSL

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 37

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    atau ( ) ( )MHzKm fRFSL log20log205,32 = (2.74)

    Karena redaman bersifat negative, maka tanda (-) pada persamaan (2.74) tidak

    ditulis lagi, dan persamaan (2.74) menjadi

    ( ) ( )MHzKm fRFSL log20log205,32 ++= (2.75) Persamaan (2.75) dikenal sebagai rumus transmisi Friis.

    Gambar 2.19 Ilustrasi redaman pada ruang bebas

    Gambar 2.20. Blok diagram pengukuran Free space loss (FSL)

    Rumus transmisi Friis sangat berguna dalam perencanaan jaringan radio

    (radio-link) dalam hubungan titik ke titik (point-to-point) seperti jaringan

    terrestrial. Ketika jaringan telepon sellular berkembangan, persamaan redaman

    ruang bebas Friis mendapat koreksi dari beberapa peneliti seperti oleh Okumura

    dan Hatta yang kemudian popular disebut persamaan redaman ruang bebas

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 38

  • Antena dan Propagasi Gelombang Radio Sulwan Dase

    Okumura-Hatta. Persamaan ini digunakan untuk menganalisis redaman ruang

    bebas antara BTS (base transceiver station) dan stasiun bergerak (mobile station)

    dalam hal ini pengguna ponsel yang sedang bergerak.

    Contoh-4:

    Hitunglah redaman ruang bebas antara stasiun pemancar dan penerima

    yang berjarak 10 Km. Jika frekuensi kerja 430 MHz, redaman kabel di pemancar

    dan penerima sebesar 0,03 dB/m, dan Gain antena pancar dan penerima sebesar

    GT = 10 dB, GR = 10 dB. Tinggi antena masing masin 20 meter dari permukaan

    tanah. Misalkan bahwa panjang kabel masing-masing adalah 30 meter, maka

    hitunglah:

    1. Radaman ruang bebas (FSL)

    2. Daya yang diterima diterminal input penerima bila daya pancar 1 watt.

    Solusi:

    1. FSL = 32,5 + 20log (f)MHz + 20log(R)Km

    FSL = 32,5 + 20 log (430) + 20 log (10)

    FSL = 105,169 dB

    2. WR = (WT)dBm + (GT)dB + (GR)dB FSLdB (ALT)dB (ALR)dB (dBm)

    WR = (30)dBm + (10)dB + (10)dB (105,169)dB (30x0,03)dB (30x0,03)dBWR = -56,969 dBm atau WR = 2 nW

    Catatan: Pada beberapa literatur, jarak dinyatakan dengan notasi R atau D

    (distance).

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang 39