BAB -2

22
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 JALAN LIGKUNGAN 2.1.1 PENGERTIAN JALAN LINGKUNGAN Jalan Lingkungan Perumahan adalah jalan yang ada di dalam satuan permukiman/lingkungan perumahan,terdiri atas : A.Jalan Lingkungan Perumahan I B.Jalan Lingkungan Perumahan II (setapak kolektor) C.Jalan lingkungan Perumahan III (jalan setapak) (Dep.PU, 1985) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah ( UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004, PASAL 8). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jalan lingkungan adalah Jalan yang ada di lingkungan perumahan yang berfungsi untuk jalur kendaraan dengan kecepatan rendah. 2.1.2 KRITERIA FISIK JALAN LINGKUNGAN 2.1.2.1. Kualitas Fisik Menurut Jacobs ( 1995) beberapa kualitas fisik yang wajib terpenuhi pada suatu jalan adalah keter capaian suasanan yang umum, kondisi yang menghidupkan suasana, keamanan, kenyamanan, keikut sertaan, dan pertangggung jawaban. Untuk memenuhi kualitas ini, diperlukan dukungan dari unsure- unsur fisik, seperti jalan tempat manusia berjalan, daerah hijau, perabot jalan (street furniture), dan utilitas.

description

Tinjauan Pustaka Jalan Lingkungan

Transcript of BAB -2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 JALAN LIGKUNGAN

2.1.1 PENGERTIAN JALAN LINGKUNGAN

Jalan Lingkungan Perumahan adalah jalan yang ada di dalam satuan permukiman/lingkungan

perumahan,terdiri atas :

A.Jalan Lingkungan Perumahan I

B.Jalan Lingkungan Perumahan II (setapak kolektor)

C.Jalan lingkungan Perumahan III (jalan setapak) (Dep.PU, 1985)

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri

perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah ( UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004, PASAL 8).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jalan lingkungan adalah

Jalan yang ada di lingkungan perumahan yang berfungsi untuk jalur kendaraan dengan kecepatan

rendah.

2.1.2 KRITERIA FISIK JALAN LINGKUNGAN

2.1.2.1. Kualitas Fisik

Menurut Jacobs ( 1995) beberapa kualitas fisik yang wajib terpenuhi pada suatu jalan adalah keter

capaian suasanan yang umum, kondisi yang menghidupkan suasana, keamanan, kenyamanan, keikut

sertaan, dan pertangggung jawaban. Untuk memenuhi kualitas ini, diperlukan dukungan dari unsure-

unsur fisik, seperti jalan tempat manusia berjalan, daerah hijau, perabot jalan (street furniture), dan

utilitas.

1.Keamanan yang tercakup didalamnya :

a.Suatu jalur khusus untuk pejalan kaki yang terpisah dari jalur kendaraan.

b.Trotoar, sebagai pembatas yang paling umum, daerah hijau

(pepohonan, semua dimaksudkan untuk menciptakan zona aman bagi pejalan kaki dan

memberikan kenyamanan serta keindahan.

c.Lampu penerangan yang menerangi jalur pada malam hari dapat

mengurangi perasaan takut serta menerangi objek khusus supaya tampil lebih menarik.

2.Pencapaian yang mudah

a.Arus pejalan kaki biasanya berawal dari bermacam moda transportasi,

maka setidaknyadisediakan tempat penerimaan atau penyelesaian khusus untuk memudahkan

pencapaian jalur.

b.Sepanjang jalur disesuaikan dengan mempersingkat jarak tempuh.

3.Kenyamanan, seperti :

a. Lingkungan berskala manusia, diperlukan perbandingan antara tinggi dan jarak horizontal

setidaknya 1: 4 dengan pengamat melihat kekiri dan ke kanan sebesar 30 derajat.

b. Pemilihan yang sesuai dengan fungsi penggunaan jalur pedestrian berhubunan dengan jenis

alas kaki. Penggunaan material mulus,bertkstur dan tahan terhadap cuaca untuk jalur dengan

kecepatan berjalan cepat - menengah, sedangkan untuk kecepatan berjalan menengah – santai

sebaiknya materil dan penataan yang alamiah dengan jarak antara batu dibuat renggang tanpa diisi

adukan semen , sehingga tetap nyaman untuk dilalui , dan baik untuk peresapan air hujan.

c. Penggunaan jenis material yang berbeda, selain untuk estetika jugabermanfaat bagi penyangdang

cacat tuna netra, dalam penuntun arah jalan melalui teksturnya. Sedangkan penyelesaian dengan

ram sangat memudahkan lajunya kursi roda atau sepeda.

d.Fasilitas peneduh bagi pejalan kaki untuk menghindari terik matahari dan hujan , disepanjang

jalur.

e.Bangku untuk membuat orang betah di jalan, karena mereka dapat

beristirahat, berbincang-bincang, menunggu teman atau hanya membuang waktu sambil duduk.

f. Fasilitas kotak telepon, kotak surat dan tempat sampah adalah elemen perabot jalan yang dapat

berdiri sendiri ataupun disatukan dengan yang lain dan sebaiknya disediakan di beberapa tempat

di sepanjang jalur pedestrian.

g. System utilitas sebaiknya diperhatukan penempatanya sehingga tidak mengganggu pengguna

jalan dan pandangan.

4.Kondisi yang menghidupkan suasana

a. Pedagang informal seperti pedagang kaki lima agar tidak mengganggu jalur, disediakan tempat

yang letaknya cukup strategis dan tetap dapat berhubungan langsung dengan pejalan kaki.

2.1.2.2. PERSYARATAN TEKNIS JALAN LINGKUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN, PASAL 16

1)Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 kilometer per

jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter.

2)Persyaratan teknis jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan

bagi kendaraan bermotor roda tiga atau lebih.

3)Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih

harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.

Baik jalan dalam lingkungan perdesaan di daerah terpencil hingga jalan tol (jalan bebas hambatan)

di ibukota Negara

2.1.2.3. Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk

melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah :

- Batu pecah

- Batu belah

- Batu kali

- Hasil samping peleburan baja.

Bahan ikat yang dipakai :

- Aspal

- Semen

- Tanah liat

Berdasarkan bahan ikat, lapisan perkerasan jalan dibagi atas dua kategori :

A. Lapisan perkerasan lentur ( flexibel pavement ) adalah lapisan yang menggunakan aspal

sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisanya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu

lintas ke tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut adalah:

Gambar 2.1 Susunan perkerasan jalan

1. Lapisan permukaan ( surface coarse )

Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang paling atas. Lapisan tersebut berfungsi

sebagai berikut

a. Lapis perkerasan penahan beban roda, yang mempunyai stabilitas tinggi

untuk menahan roda selama pelayanan.

b. Lapisan kedap air. Air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan –lapisan tersebut. c. Lapis aus Lapisan ulang yang langsung menderita gesekan akibat roda kendaraan. d. Lapis – lapis yang menyebabkan beban ke lapis di bawahnya sehingga dapat di pikul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih jelek.

Lapis permukaan berdasarkan fungsinya :

1. Lapis non struktural, sebagai lapis aus dan kedap air. 2. Lapis struktural, sebagai lapis yang menahan dan menyebarkan beban roda. Bahan – bahannya terdiri dari batu pecah, kerikil, dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air dan memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. 2. Lapisan pondasi atas ( base coarse )

Lapis pondasi atas adalah bagian lapisan perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah ( atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah ). Fungsi lapis pondasi adalah :

1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya. 2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. 3. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan untuk lapis pondasi atas cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik- baiknya sehubungan dengan persyaratan teknis. Bermacam- macam bahan alam atau bahan setempat ( CBR > 50 %, PI < 4 % ) dapat digunakan sebagai lapisan pondasi atasantara lain , batu merah, kerikil, stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

3. Lapisan pondasi bawah (sub- base coarse )

Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dengan tanah dasar.

Fungsi lapis pondasi bawah adalah :

1. Menyebarkan bban roda ke tanah dasar.

2. Efisiensi penggunaan material.

3. Lapis peresapan agar air tanah tidak terkumpul di pondasi.

4. Lapisan partikel-partikel halus dari tanh dasar naik ke lapisan pondasi atas.

Bahannya dari bermacam-macam bahan setempat ( CBR . 20 %, PI < 10 % ) yang relatif jauh

lebih baik dengan tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran

tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan agar dapat

bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

4. Lapisan tanah dasar ( subgrade)

Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan tanah galian atau permukaan

tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakkan bagian-bagian

perkerasan lainya.

Gambar 2.2 Tanah dasar berupa galian

Gambar 2.3 Tanah dasar berupa timbunan

Gambar 2.4 Tanah dasar berupa tanah asli

Persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah :

a. Perubahan bentuk tetap ( deformasi permanen ) dari macam tanah tertentu

akibat beban lalu lintas

b. Sifat kembang susut tanah tertentu akibat perubahan kadar air.

c. Daya dukung tanah yang tidak merata, sukar ditentukan secara pasti ragam

tanah yang sangat berbeda sifat dan kelembabanya.

d. Lendutan atau lendutan balik.

Konstruksi Pondasi

1. Konstruksi Macadam

Gambar 2.5 Pondasi macadam

2. Konstruksi Telford

Konstruksi ini terdiri dari

batu pecah berukuran 15/20 sampai 25/30 yang disusun tegak. Batu-batu kecil diatasnya untuk

menutup pori-pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Telford digunakan sebagai

lapisan pondasi.

Gambar 2.6 Pondasi telford

Macam- macam lapisan perkerasan lentur :

1.Japat

Jalan padat agregat tahan cuaca, semua jenis jalan tanah ( dapat menggunakan kerikil ) yang

dipadatkan.

2.Soil Cem

Campuran antara tanah setempat dengan semen, dengan perbandingan 6 % yang dipadatkan

di tempat dengan tebal padat 15-20 cm.

3. Burtu ( taburan aspal satu lapis ).

Lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dangan satu lapis agregat bergradasi

seragam dengan tebal maksimum 2 cm. Lapisan ini biasa dipakai sebagai lapisan non-struktural.

4. Burda (taburan aspal dua lapis ) Lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi

dengan agregat yang dikerjakan dua lapis secara berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm.

Lapisan ini digunakan sebagi lapisan non-struktural.

5. Latasir ( Lapis tipis aspal pasir )

Lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir bergradasi menerus dicampur,

dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm. Lpaisan ini digunakan

sebagai lapisan non-struktural. 6. Buras (taburan aspal )

Lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan taburan pasir dengan ukuran butir maksimum

3/8 “. Lapisan ini digunakan sebagai lapisan non-struktural.

7. Lapen (lapis penetrasi macadam)

Lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan

seragam diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan lapisan diatasnya dan dipadatkan lapis demi

lapis. Diatas lapen ini diberi taburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan 1 lapis 4-10 cm.

Lapisan ini digunakan sebagai lapisan permukaan struktural

8. Lasbutag ( lapis asbuton agregat )

Lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat asbuton dengan bahan pelunak

yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin.

Tebal padat tiap lapisan 3-5 cm. Lapisan ini dipakai sebagai lapisan permukaan yang bersifat

struktural.

9. Latasbun ( lapisan tipis asbuton murni )

Lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat asbuton dengan bahan pelunak dengan

perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin. Tebal padat maksimum 1 cm. Lapisan ini

dipakai sebagai lapisan non struktural.

10. Lataston ( lapis tipis aspal beton ” Hot Rolled Sheets “ HRS )

Lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi menerus. Material pengisi

( filler ) dan aspal panas dengan perbandingan tertentu yang dicampurkan dan dipadatkan dalam

keadaan panas. Tebal padat 2,5-3 cm. Lapis ini digunakan sebagai lapis struktural.

11.Laston ( lapis aspal beton )

Lapis yang terdiri dari campuran aspal keras ( AC ) dan agregat yang mempunyai gradasi menerus

dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu. Lapis ini digunakan sebagai lapis

permukaan struktural dan lapis pondasi, ( asphalt concrete base/asphalt trated base ).

12. Concrete blok ( conblok )

Blok-blok beton misalnya berbentuk segienam disusun diatas lapisan pasir yang diratakan

dengan maksud supaya air tidak tergenang diatas blok beton.

B. Lapisan perkerasan kaku ( rigid pavement )

Perkerasan yang menggunakan bahan ikat semen portland, pelat beton dengan atau tanpa

tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian

besar dipikul oleh pelat beton.

Gambar 2. 7 Struktur perkerasan kaku

Lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah memberikan sumbangan yang besar terhadap

gaya dukungan perkerasan terutama didapat dari pelat beton. Hal tersebut disebabkan oleh sifat pelat

beton yang cukup kaku sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan

tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan dibawahnya.

Jenis-jenis perkerasan kaku antara lain :

1. Perkerasan beton semen

Yaitu perkerasan kaku dengan beton semen sebagai lapis aus. Terdapat empat jenis perkerasan beton

semen :

a. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulang.

b. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulang.

c. Perkerasan beton semen bersambung menerus dengan tulang.

d. Perkerasan beton semen pra tekan.

2. Perkerasan komposit

Yaitu perkerasan kaku dengan pelat beton semen sebagai lapis pondasi dan aspal beton sebagai lapis

permukaan. Perkerasan kaku ini sering digunakan runway pesawat terbang.

2.1.2.4. FUNGSI JALAN LINGKUNGAN.

Jalan adalah sarana infrastruktur vital yang menunjang aktivitas dan mobilitas kegiatan perekonomian

masyarakat umum. Baik jalan dalam lingkungan perdesaan di daerah terpencil hingga jalan tol (jalan bebas

hambatan) di ibukota Negara.

Dalam PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah sarana transportasi darat

yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,

dan jalan kabel.

Dan jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.Yang membentuk

suatu sistem jaringan jalan yang membentuk satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan

dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanan

dalam sati hubungan hierarki.

Dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No 34 Pasal 8, tantang jalan

lingkungan, dijelaskan bahwa jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan, dengan cirri perjalanan jarak dekat dan, kecepatan rendah. Jalan kabupaten

yang pengelolaanya dibawah tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga. Pemerintah

Kabupaten terdiri atas:

a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi,

b. jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota

kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antar

desa,

c. Jalan sekunder yang yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder dalam kota, dan

d. Jalan strategis kabupaten.

Jalan kota yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum Bina

Marga atau Tata Kota Pemerintah Kota adalah jalan umum pada jaringan sekunder di dalam. Dan

untuk jalan desa, adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan

kabupaten di dalam kawasan perdesaan dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antar pemukiman dalam desa.

Pasal 34 PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan memuat Ruang Manfaat Jalan yang meliputi :

badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Dimana ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan ( dalam

hal ini Pemerintah ) yang berpedoman dengan peraturan yang berlaku.

Ruang Manfaat Jalan tersebut biasanya digunakan untuk median, perkerasan jalan, jalur

pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,

gorong-gorong ( box culvert ), perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. Sehingga setiap

orang yang merupakan warga Negara Indonesia dilarang memanfaatkan Ruang manfaat jalan yang

dapat mengganggu jalan sebagai sarana fasilitas umum.Ruang milik jalan sesuai dengan Pasal 40 No

34 Tahun 2004 dijelaskan bahwa jalan paling sedikit memiliki:

a. Jalan bebas hambatan 30 meter,

b. Jalan raya 25 meter,

c. Jalan sedang 15 meter, dan

d.Jalan kecil 11 meter.

Ruang Milik Jalan tersebut diberi tanda yang sudah ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang

diatur dalam Peraturan Menteri yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Apabila terjadi

gangguan dan hambatan terhadap ruang milik jalan, maka penyelenggara jalan ( pemerintah ) wajib

segera mengambil tindakan untuk kepentingan pengguna jalan yang diatur dengan suatu hak tertentu

sesuai dengan perundang-undangan.

Di dalam Pasal 44 PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan, mengenai Ruang Pengawasan Jalan

dijelaskan sebagai ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah penga-

wasan penyelenggara jalan. Ruang Pengawasan Jalan tersebut diperuntukkan bagi pandangan bebas

pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.

Dalam hal Ruang Milik Jalan tidak cukup luas, lebar Ruang Pengawasan Jalan ditentukan

dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut :

a. Jalan arteri primer 15 meter,

b. Jalan kolektor primer 10 meter,

c. Jalan lokal primer 7 meter,

d. Jalan lingkungan primer 5 meter,

e. Jalan arteri sekunder 15 meter,

f. Jalan kolektor sekunder 5 meter,

g. Jalan lokal sekunder 3 meter,

h. Jalan lingkungan sekunder 2 meter, dan

i. Jembatan 100 meter ke arah hilir dan hulu

2.2 KONDISI FISIK JALAN LINGKUNGAN

2.2.1 Kondisi Setting Fisik Jalan Lingkungan

2.2.1.1. Bangunan

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukanya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang

berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatanya, baikuntuk hunian atau tempat tinggal,

kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social dan budaya, maupun kegiatan khusus.

2.2.1.2. Pedagang Kaki Lima ( PKL )

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyabut penjaja dagangan

yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima.

Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga “ kaki” gerobak ( yang sebenarnya

adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang

dijalanan pada umumnya.

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan colonial Belanda. Peraturan

pemerintah waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya dibangun hendaknya menyediakan

sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk pejalan kaki adalah lima kai atau sekitar satu setengah

meter.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, istilah kaki

lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti yang kedua adalah

lantai (tangga) d muka pintu atau di tepi jalan.

Arti yang kedua ini lebih cenderung diperuntukan bagi bagian depan bangunan rumah took, dimana

di jaman silam telah terjadi kesepakatan anatra perencana kota bahwa bagian depan (serambi) dari

took lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan dijadikan suatau jakur dimanan pejalan kaki

dapat melintas.

Namun ruang selebar kira – kira lima kaki itu tidak lagi berfunsi sabagai jalur lalu lintas bagi

pejalan kaki, melainkan telah berubah fungsi menjadi area tempat jualan barang – barang pedagang

kecil, maka dari istilah pedagang kaki lima dimasyarakatkan.

Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka ruas jalan untuk pejalan kaki

banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjalan. Kalau dahulu sebutannya adalah pedagang

emperan jalan, lama-lama berubah menjadi pedagang kaki lima. Padahal kalu mau merunut sejarah,

mestinya sebutannya adalah pejalan kaki lima.

2.2.1.3 Pedestrian

Pedestrian berasal dari bahasa Yunani Pedos yang berarti kaki ( Oxford Advace Learner’s

Dictionary of Current Engglish, A.s Horny. Dalam seminar TA 8548, FTA Undip 1996). Dalam

bahasa Inggris, sebagai kata benda pedestrian berarti “ orang yang berjalan kaki “ atau sebagai kata

sifat berarti “ untuk pejalan kaki ( kamus Inggris-Indonesia, Markus, 1996).

Carr (1992) menyebutkan bahwa jalur pedestrian adalah bagian-bagian dari kota dimana

orang bergerak dengan kaki, biasanya di sepanjang sisi jalan baik yang direncanakan ataupun ter

bentuk dengan sendirinya yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainya.

“ Bergerak” berasal dari kata gerak yang berarti peralihan dari tempat atau kedudukan ( tidak diam

saja) sedangkan “ Pergerakan” berarti hal atau keadaan bergerak ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1989 ).

Standar fisik jalur pedestrian

1. Permukaan

Permukaan harus stabil, kuat, tahan cuca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau

gundukan pada permukaan.. Kaluapun terpakasa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1, 25 cm. Apa

bila menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi permanen.

2. Kemiringan

Kemiringan maksimum 7 derajat dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan terdapat bagian datar

yang minimal 120 cm.

3. Area istirahat

Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat dengan menyediakan

tempat duduk santai di bagian tepi.

Gambar 2.8 Fasilitas area istirahat

4. Pencahayaan

Pencahayaan berkisar antara 50 150 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan

kebutuhan keamanan.

5. Perawatan

Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.

6. Drainase

Drainase dibuat tegak lurus dengan arah kedalaman maksimal 150 cm, mudah dibersihkan dan

perletakkan lubang dijauhkan dari tepi ram.

7. Ukuran

Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur

pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu, lubang drainase dan benda-benda lainnya

yang menghalangi.

1. Tepi pengaman / kanstin

Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra kea rah area yang berbahaya.

Tepi pengaman dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jlur pedestrian.

Ukuran dan Detail Penerapan Standart.

Gambar 2.9

Gambar 2.10 Penempatan pohon, rambu dan street furniture

Gambar 2.11 Prinsip perencanaan jalur pemandu

Gambar 2.12 Susunan ubin pemandu pada belokan

Dalam sistem jaringan jalur kendaraan (vehicular system0, trotoar (sidewalks)

difungsikan sebagai jalur khusus untuk pejalan kaki.Jalur Khusus yang terpisah dari badan jalan

akan memberikan keamanan pejalan kaki dalam melakukan aktifitas dan melindunginya dari

gangguan kendaraan. Menurut (Untermann, 1984) jalur pedestrian dapat berfungsi sebagai area

rekreasi apaila dibuat dalam bentuk mall atau plaza, sehingga pejalan kaki bebas beraktifitas, aman

dan lebih nyaman. Menurut (Shurvani, 1985) jalur pedestrian merupakan fasilitas ruang terbuka

public. Apabila jalur pedestrian beradad di antara dua titik pusat kegiatan, akan berfungsi sebagai

ruang penghubung yang mendukung kegiatan kawasan.

Sirkulasi jalur pedestrian merupakan bentuk hubungan aktifiras kolektif kawasan, yang bertujuan

untuk kesejahteraan, keamanan, kemudahan, kenyamanan, dan keindahan. Pengembangan jalur

pedestrian prioritas diarahkan terhadap kualitas visual, dengan demikian jalur pedestrian sebagai

fasilitas public perlu memperhatiakn keindahan linhkungan ( Rubenstein. 1980).

Jalur pedestrian termasuk dalam tipe street karena jalur pedestrian adalah bagian dari kota

dimanan orang bergerak dengan kaki, biasanya disepanjang sisi jalan ( jalur pedestrian ) baik yang

direncanakan ataupun terbentuk dengan sendirinya yang menghubungkan satu tempat dengan tempat

lainnya ataupun tempat orang berjalan kaki yang bebas dan memiliki batas terhadap jalur kendaraan

( Carr, 1992). Sedangkan bentuk fisik dan dimensi jalur pedestrian berbeda berdasarkan

jenis jalan yang dilengkapi dan fungsinya seperti jalan untuk ditinggali (for living), untuk belanja

(for shopping), untuk berjalan (for walking), untuk bersantai (for leisure), atau untuk beraktifitas dan

kombinasi aktifitas lainnya.

2.2.1.4. Street furniture

Perabot jalan adalah objek yang dipasang di jalan untuk tujuan tertentu, termasuk kursi,

trotoar, kotak pos, kotak telepon, lampu jalan, lampu lalu lintas, rambu lalu lintas, tanda jalan, halte

bis, grift bin, halte trem, wc umum, air mancur, dan memorial.

2.2.2 Kondisi Setting Aktifitas di Jalan Lingkungan

2.2.2.1 Aktifitas formal

1. Jalur Kendaraan Bermotor

Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat

asal dan tempat tujuan. Untuk itu dikembangkan sistem transportasi dan komunikasi, dalam wujud

sarana (kendaraan) dan prasarana (jalan). Dari sini timbul jasa angkutan untuk memenuhi kebutuhan

perangkutan (transportasi) dari satu tempat ke tempat lain. Di sini terlihat, bahwa transportasi dan

tata guna lahan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan transportasi yang

diwujudkan dalam bentuk lalu lintas kendaraan, pada dasarnya merupakan kegiatan yang meng

hubungkan dua lokasi dari tata guna lahan yang mungkin sama atau berbeda.

Perkembangan teknologi di bidang transportasi menuntut adanya perkembangan teknologi

prasarana transportasi berupa jaringan jalan. Sistem transportasi yang berkembang semakin cepat

menuntut perubahan tata jaringan jalan yang dapat menampung kebutuhan lalu lintas yang

berkembang tersebut.

Menurut (Moestikahadi, 2000),Jenis-jenis angkutan yaitu :

a. Angkutan pribadi (individual transit), seperti mobil pribadi, sepeda

motor, sepeda ,atau berjalan kaki

b. Angkutan masal (mass transit), seperti kereta api,bis, opelet, dan sebagainya.

c. Angkutan sewaan (para transit), seperti mobil sewaan, taksi yang menjalani rute tetap atau

yang disewa untuk sekali jalan, dan sebagainya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 16 Tahun 2005 Pasal 1 menetapkan bahwa, kendaraan

Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di

semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan tehnik berupa motor atau peralatan lainnya

yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan

bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak.

Dalam Peraturan Daerah Tentang Izin Penggunaan Jalan Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 No 5

menetapkan bahwa, kendaraan adalah semua jenis alat angkutan baik yang bermotor maupun tidak

bermotor.

Dalam Peraturan Daerah Tentang Izin Penggunaan Jalan Bab 1 Ketentuan Umm Pasal 1 No 6

menetapkan bahwa, Jalan adalah jalan yang diperuntukan bagi Lalu Lintas umum.

Dalam Peraturan Daerah Tentang Izin Penggunaan Jalan Bab 1 Ketentuan Umm Pasal 1 No

7 menatapkan bahwa, kelas Jalan adalah pembagian jalan yang didasarkan pada kebutuhan

Transportasi pemilihan Moda secara tepat dengan mempertimbangkan keuntungan Karakteristik

masing – masing Moda, perkembangan Teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat, serta

Konstruksi jalan.

Pengertian kendaraan umum berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35

Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan kendaraan umum yaitu

Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum

dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung.

2. Pejalan Kaki

Menurut ( Moh T.R dkk, 1999 ) pejalan kaki berdasarkan sarana perjalanannya dapat dikategorikan

sebagai berikut :

1. Pejalan kaki penuh adalah mereka yang mengunakan moda jalan kaki sebagai moda utama,

jalan kaki digunakan sepenuhnya dari tempat asal sampai ke tempat tujuan.

2. Pejalan kaki pemakai kendaraan umum adalah pejalan kaki yang menggunakan

moda jalan kaki sebagai moda antara. Biasanya dilakukan dari tempat asal ke

tempat kendaraan umum, atau dari tempat pemberhentian kendaraan umum ke

tempat tujuan akhir.

3. Pejalan kaki pemakai kendaraan umum dan kendaraan pribadi adalah mereka yang meng

gunakan moda jalan kaki sebagai moda antara, dari tempat parker kendaraan pribadi ke

tempat kendaraan umum dan dari tempat parkir kendaraan umum ke tempat tujuan akhir

perjalanan.

4. Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi penuh, adalah mereka yang menggunakan

moda jalan kaki sebagai moda antara dari tempat parkir kendaraan ke tempat tujuan

bepergian yang hanya di tempuh dengan berjalan kaki.

Menurut Fruin, ( 1979 ) berjalan kaki merupakan alat pergerakan internal kota, satu –

satunya alat untuk pergerakkan internal kota, satu – satunya alat untuk memenuhi kebutuhan

interaksi tatap muka yang ada di dalam aktifitas komersial dan kultural di lingkungan kehidupan

kota. Berjalan kaki merupakan alat penghubung antara moda – moda angkutan yang tidak mungkin

dikerjakan oleh moda angkutan yang lain.

Hartini ( 1979 ) dalam tesisnya menyebutkan pejalan kaki adalah orang yang bergerak atau

berpindah dari satu tempat titik tolak ke tempat tujuannya tanpa menggunakan alat bantu yang

ersifat mekanis. Pada hakeketnya manusia adalah pejlan kaki, meskipun manusia semakin tergantung

pada alat transportasi tetapi tetap melakukan kegiatan berjalan kaki sehari – hari.

3. Kebutuhan pejalan kaki

Jalur pejalan kaki (jalur pedestrian) diupayakan mengkaji kemungkinan yang diperlukan

manusia, yang artinya menyadiakan ruang yang memberikan kepuasan bagi pemakainya. Ada

beberapa pendapat mengenai kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh maslow ( dalam

Rutledge 1985 ) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dikelompokan menjadi :

Kebutuhan psikologis seperti, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosialisasi, kebutuhan relaksasi, ke

butuhan orientasi, kebutuhan penghargaan, kebutuhan rasa cinta kasih sayang.

Kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan rasa nyaman ( kenyamanan fisik) seperti perlindungan dari

panas matahari dan hujan, danketersediaan fasilitas – fasilitas fisik yang mendukung aktifitas estetika

dan kenyamanan visual, kebuthan keamanan, kemudahan aksebilitas, kebutuhan melakukan aktifitas

seperti olah raga.

2.2.2.2 Aktifitas Informal

1.Pedagang Kaki lima Pedagang kaki lima merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari aktifitas sector informal. Di daerah perkotaan PKL memegang peranan yang cukup penting. Pertumbuhan PKL mengalami peningkatan yang sangat berarti seiring dengan krisis perekonomian yang melanda Indonesia. Begitupun penampilan PKL yang mewarnai wajah sekitar tempat keramaian, terutama dipersimpangan jalan dan pusat perbelanjaan atau pasar. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan sector informal PKL ini merupakan konsekuensi logis dari adanya dualisme soial ekonomi yang terjadi. Mereka menggunakan tenaga kerja secara maksimum tanpa memerlukan modal yang besar. Dinamika yang berkembang dalam sector informal menghasilkan surplus, yang kemudian diinvestasikan kembali dalam sector ini. Pertumbuhan dan perkembangan sector informal terjadi berdasarkan kekuatan sendiri. Pola penertiban dan pemindahan lokasi usaha selama ini tampak mewarnai kebijakan pemerintah kota. Menimbulkan kehancuran total karena kalangan informal menyesuaikan diri dengan cepat terhadap situasi baru. Besarnya potensi yang terdapat di balik pertumbuhan pesat sector informal PKL belum tersosilaisasikan dengan baik sementara permasalahan sector formal PKL itu sendiri berkembang seiring dengan kompleksitasmigrasi yang kini meningkat. Kompleksitas per

masalahan informal ini seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah untuk mulai

melakukan pendekatan secara sistematik. Salah satu pendekatan sistematik yang dilakukan

adalah melakukan kajian karakteristik factor – factor sosial ekonomi mempengaruhi

pertumbuhan sector imformal PKL.