BAB 2

38
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stress 2.1.1 Pengertian Stress Stress menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan bahwa stress adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stress mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distress. Pada gejala stress, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis, tidak semua bentuk stress mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustress. Dadang Hawari, 2001 mengemukakan Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stress dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stress; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stress; semua sebagai suatu system (WHO, 2003).

description

landasan teori tingkat stress berhubungan dengan perilaku mahasiswa

Transcript of BAB 2

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Stress

    2.1.1 Pengertian Stress

    Stress menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan

    bahwa stress adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap

    setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stress

    mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang

    bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan

    baik, maka ia disebut mengalami distress. Pada gejala stress, gejala yang

    dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik),

    tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis, tidak semua bentuk stress

    mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal

    tersebut dikatakan eustress.

    Dadang Hawari, 2001 mengemukakan Stress adalah reaksi atau

    respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban

    kehidupan).

    Stress dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan

    berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa

    respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stress; konteks yang

    menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat

    stress; semua sebagai suatu system (WHO, 2003).

  • 7

    Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang

    menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Soeharto Heerdjan,

    1987).

    Menurut Maramis, 1999 Stress adalah segala masalah atau tuntutan

    penyesuaian diri dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan

    kita.

    Menurut Suwondo, 1996 Stress adalah suatu keadaan psikologik

    yang merupakan representasi dari transaksi khas dan problematik antara

    seseorang dengan lingkungannya. Dengan artian stress merupakan suatu

    keadaan yang timbul apabila seseorang berinteraksi dan bertransaksi

    dengan situasi-situasi yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu.

    Stress is a condition in which the human system responds to

    changes in its normal balanced state (Taylor, 1997:755 ).

    Mc Nerney dalam Grenberg (1984), menyebutkan stress sebagai

    reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang

    menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan

    merisaukan seseorang.

    Menurut Hardjana (1994) stress sebagai keadaan atau kondisi yang

    tercipta bila transaksi seseorag yang mengalai stress dan hal yang dianggap

    mendatangkan stress membuat orang yang bersangkutan melihat

    ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya

    biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya.

    Menurut Vincent Cornell, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht

    (2000) bahwa yang dimaksud Stress adalah gangguan pada tubuh dan

  • 8

    pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang

    dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam

    lingkungan tersebut.

    Secara umum yang dimaksud Stress adalah reaksi tubuh terhadap

    situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan

    lain-lain.

    Stressor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan

    menghasilkan reaksi stress, misalnya jumlah semua respons fisiologik

    nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis.

    Stressreaction acute (reaksi stress akut) adalah gangguan sementara yang

    muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang

    jelas, terjadi akibat stress fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya

    mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping

    (copingcapacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi

    stress akut dan keparahannya.

    2.1.2 Sumber Stress

    Kondisi stress dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau

    sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut stressor. Sresor adalah

    keadaan atau situasi individu yang dapat menimbulkan stress.Secara

    umum stressor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu stressor fisik, social, dan

    psikologis.

  • 9

    A. Stressor Fisik

    Bentuk dari stressor fisik adalah suhu (panas atau dingin),

    suara bising, polusi udara, keracunan, obat-obatan bahan kimiawi.

    B. Stressor Sosial

    1. Stressor social, ekonomi, dan politik, misalnya tingkat inflasi yang

    tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan

    tekhnologi yang cepat, kejahatan.

    2. Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota

    keluarga, masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan

    pasangan atau anggota keluarga yang lain.

    3. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan

    yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan

    kerja.

    4. Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan social

    yang terlalu tinggi, pelyanan yang buruk, hubungan social yang

    buruk.

    C. Stressor Psikologis

    Menurut Maramis (1999), ada empat stressor psikologis, yaitu:

    1. Frustasi

    Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena

    ada hambatan.

    2. Konflik

    Timbulnya karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih

    macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Bentuknya approach-

  • 10

    approah conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-

    avoidance conflict.

    3. Tekanan

    Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan

    dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau

    norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar

    individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di sekolah

    selalu ranking satu.

    4. Krisis

    Krisis yaitu suatu keadaan yang mendadak, yang

    menimbulkan stress pada individu, misalnya kematian orang yang

    disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus segera di operasi.

    Menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari

    penyababnya hanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

    1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam

    kehidupan seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan

    kebangkrutan.

    2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil seperti

    pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang

    akan dimakan, dan antri.

    2.1.3 Gejala Stress

    Gejala terjadinya stress secara umum terdiri dari dua gejala, yaitu:

  • 11

    a. Gejala Fisik

    Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stress

    adalah: nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual,

    jantung berdebar, lelah, sukar tidur.

    b. Gejala Psikis

    Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah:

    cepat marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak

    mampu menyelesaikan tugas, reaksi berlebih terhadap hal sepele, daya

    kemampuan berkurang, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain,

    dan emosi tidak terkendali.

    2.1.4 Tingkatan Respon terhadap Stress

    Sebenarnya stress tidak selalu bersifat negative Hans Selya (dalam

    Glrdano, 1990) membagi stress menjadi tiga, yaitu:

    a. Eustress

    Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa

    bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini,

    tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau

    kondisi ketika menghadapi perkawinan.

    b. Distress

    Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan

    sehingga tidak mampu lagi diatasi.

  • 12

    c. Optimal stress

    Optimal stress atau neustress adalah stress yang berada antara

    eustress dan distress, merupakan respon stress yang menekan namun

    masih seimbang sehingga seseorang merasa tertantang untuk

    menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah dan berani

    bersaing.

    Menurut prosesnya setiap orang dalam menghadapi stress memiliki

    respon yang berbeda-beda, tapi secara umum respon terhadap stress

    memiliki beberapa tingkat, yaitu:

    a. Tingkat Peringatan

    Setalah mengetahui ada stress, tubuh akan segera bereaksi.

    Kecepatan tubuh dalam bereaksi dikenal sebagai alarm stage.Apabila

    ada rasa takut atau cemas atau khawatir, maka badan mengeluarkan

    adrenalin, hormone yang mempercepat katabolisme untuk persiapan

    menghadapi bahaya yang mengancam. Ditandai dengan denyut jantung

    bertambah cepat dan otot berkontraksi.

    b. Tingkat Resistensi

    Pada tingkat ini individu berada pada mekanisme bertahan biasa

    disebut Coping mechanism. Coping berarti kegiatan unutuk mengatasi

    masalah, misalnya rasa kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak

    senang diatasi dengan sikap ramah.

    c. Tingkat Ketelitian (Exhausted)

    Jika stress berlangsung lama, akan memasuki tingkat ketiga, tubuh

    tidak lagi mempunyai senjata untuk melawan stress. Fisik dan pikiran

  • 13

    sudah lelah, sehingga tidak tahan membendung stress. Pada keadaan

    ini orang biasanya jatuh sakit. Gejalanya psikosomatis, antara lain

    gangguan pencernaan, mual, muntah, diare, gatal-gatal, dan berbagai

    bentuk gangguan lain.

    Menurut Stuart dan Sudden (1998) tingkat stress dibagi menjadi

    tiga yaitu:

    a. Stress Ringan

    Pada tingkat stress ini, sering terjadi pada kehidupan sehari-hari

    dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan

    bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang terjadi.

    b. Stress Sedang

    Pada stress tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat

    ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan

    persepsinya.

    c. Stress Berat

    Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan

    cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku

    ditujukan untuk mengurangi stress, individu tersebut mencoba

    memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak

    pengarahan.

    2.1.5 Tahapan Stress

    Tahapan stress menurut Van Amberg (dalam Hawari, 1996)

    memiliki enam tahapan, yaitu:

  • 14

    a. Stress Tingkat I (Satu)

    Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan dan

    biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

    1. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

    2. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya

    3. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

    namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

    b. Stress Tingkat II (Dua)

    Dalam tahapan ini dampak stress yang semula menyenangkan

    sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan

    timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang

    tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk

    beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang

    cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi

    yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan

    adalah sebagai berikut:

    1. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa

    segar.

    2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

    3. Lekas merasa lelah menjelang sore hari.

    4. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel

    discomfort).

    5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

    6. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

  • 15

    7. Tidak bisa santai.

    c. Stress Tingkat III (Tiga)

    Pada tahap ini keluhan keletihan semakin tampak disertai gejala

    sebagai berikut:

    1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

    maag(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)

    2. Ketegangan otot-otot semakin terasa

    3. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

    meningkat

    4. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai

    masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam

    dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu

    pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late

    insomnia).

    5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa

    mau pingsan).

    6. Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada

    dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stress

    hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk

    beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami

    deficit.

    d. Stress Tingkat IV (Empat)

    Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk,

    ditandai dengan gejala berikut:

  • 16

    1. Merasa sulit untuk bertahan sepanjang hari

    2. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

    diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit

    3. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

    kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)

    4. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-

    hari

    5. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

    menegangkan

    6. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun tajam

    7. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

    dijelaskan apa penyebabnya.

    e. Stress Tingkat V (Lima)

    Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap

    IV, dengan gejala sebagai berikut:

    1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical

    dan psychological exhaustion)

    2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari

    yang ringan dan sederhana

    3. Gangguan sistem pencernaan semakin berat

    (gastrointestinaldisorder)

    4. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin

    meningkat, mudah bingung dan panic

  • 17

    f. Stress Tingkat VI (Enam)

    Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

    serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang

    orang yang mengalami stress tahap VI ini berulang dibawa ke Unit

    Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan

    karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stress

    tahap VI ini adalah sebagai berikut:

    1. Debaran jantung amat keras

    2. Susah bernapas (sesak dan megap-megap)

    3. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

    4. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

    5. Pingsan atau kolaps (collapse)

    2.1.6 Pengukuran Tingkat Stress

    Tingkatan stress adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya

    stress yang dialami seseorang (Hardjana, 1994). Tingkatan stress ini

    diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS

    42) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of The

    Depression AnxietyStress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item.DASS

    adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status

    emosional negatif dari depresi, kecemasan, dan stress. DASS 42 dibentuk

    tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status

    emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman,

    pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status

  • 18

    emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stress. DASS

    dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan

    penelitian.

    Tingkatan stress pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang,

    berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety

    Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item yang dibentuk untuk mengukur

    status emosional negatif dari depresi, kecemasan, dan stress. Untuk

    mengukur tingkat stress terdapat 14 item pernyataan dalam DASS. Jumlah

    skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-14 (normal); 15-18

    (ringan); 19-25 (sedang); 26-33 (berat); >34 (Sangat berat) (Al Zahem,

    2010)

  • 19

    Tabel 2.1 Kuesioner Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale

    42 (DASS)

    No PERNYATAAN 0 1 2 3

    1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.

    2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

    3 Saya merasa sulit untuk bersantai.

    4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

    5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas.

    6 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami

    penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).

    7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

    8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.

    9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

    10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.

    11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang

    sedang saya lakukan.

    12 Saya sedang merasa gelisah.

    13 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk

    menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.

    14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

    (Al Zahem, 2010)

    2.1.7 Reaksi Tubuh terhadap Stress

    Menurut Dadang Hawari (2001) dapat mengenai hamper semua

    system tubuh, seperti berikut:

    a. Rambut

    Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami

    perubahan warna menjadi kecokelat-cokelatan serta kusam. Rambut

    memutih terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan

    rambut.

  • 20

    b. Mata

    Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya membaca tidak

    jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata

    mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus

    lensa mata.

    c. Telinga

    Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging

    (tinnitus).

    d. Daya pikir

    Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun.

    e. Ekspresi wajah

    Wajah seseorang yang stress nampak tegang, dahi berkerut, mimik

    nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau

    tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).

    f. Mulut

    Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.

    Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan

    sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar

    di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa

    tercekik.

    g. Kulit

    Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam;

    pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat

    berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi

  • 21

    lebih kering. Selain itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan

    penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal

    dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan, juga

    sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).

    h. Sistem Pernafasan

    Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat

    terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi

    penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan

    dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan

    otot-otot rongga dada (otot-otot antartulang iga) mengalami spasme

    dan tidak atau kurang elastic sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus

    mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stress juga dapat

    memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan

    karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga mengalami spasme.

    i. Sistem Kardiovaskuler

    Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat

    terganggu faalnya karena stress. Misalnya, jantung berdebar-debar,

    pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)

    sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.

    j. Sistem Pencernaan

    Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada

    sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual

    dan perih, hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan

    (hyperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam

  • 22

    istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan

    pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga

    yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar

    atau sebaliknya sering diare.

    k. Sistem Perkemihan

    Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni)

    dapat juga terganggu yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi

    untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan

    penderita kencing manis (diabetes mellitus).

    l. Sistem Otot dan tulang

    Stress dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada

    otot dan tulang (musculoskeletal). Penderita sering mengeluh otot

    terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu

    keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya

    rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya.

    Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan pegal-

    linu.

    m. Sistem Endokrin (hormone)

    Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang

    mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini

    berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita

    penyakit kencing manis (diabetes mellitus), gangguan hormonal lain

    misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur

    dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

  • 23

    2.1.8 Respon Fisiologi terhadap Stress

    Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon

    fisiologis tubuh terhadap stress: Local Adaptation Syndrome (LAS) dan

    General Adaptation Syndrome (GAS).

    1. Local Adaption Syndrome (LAS)

    Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress.

    Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,

    akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.

    Karakteristik dari LAS:

    a. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua

    system.

    b. Respon bersifat adaptif

    c. Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

    d. Respon bersifat restorative.

    Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan

    kita sehari hari seperti yang diuraikan dibawah ini:

    A. Respon Inflamasi

    Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini

    memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga

    penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat

    berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase:

    a) Fase pertama

    Adanya perubahan sel dan sistem sirkulasi, dimulai dengan

    penyempitan pembuluh darah di tempat cedera dan secara

  • 24

    bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel darah putih. Kinin

    berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga

    protein, leukosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang

    cedera tersebut.

    b) Fase kedua

    Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel

    yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan di tempat cedera.

    c) Fase ketiga

    Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.

    B. Respon Reflek Nyeri

    Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi

    tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika

    bersentuhan dengan benda tajam.

    1. Genereal Adaption Syndrome (GAS)

    Terbagi atas tiga fase, yaitu:

    a. Fase Alarm (Waspada)

    Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan

    pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis fight or flight

    dan reaksi fisiologis. Tanda fisik: curah jantung meningkat, peredaran

    darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala

    dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress

    memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh

    menurun.

  • 25

    Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari

    tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya

    volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi.

    Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang

    bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi,

    teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut

    jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan

    ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.

    Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk

    melakukan respons melawan atau menghindar. Respon ini bisa

    berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor masih menetap maka

    individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

    b. Fase Resistance (Melawan)

    Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan

    psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh

    berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada

    keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab

    stress.

    Bila teratasi gejala stress menurun tau normal, tubuh kembali

    stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out

    put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini

    berhasil tubuh akan memperbaiki sel sel yang rusak. Bila gagal maka

    individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu: Fase

    kehabisan tenaga.

  • 26

    c. Fase Exhaustion (Kelelahan)

    Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat

    tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras.

    Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit

    kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha

    melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat

    mengakibatkan kematian.

    Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya

    tubuh tidak mampu lagi menghadapi stress. Ketidakmampuan tubuh

    untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan

    berdampak pada kematian individu tersebut.

    Ada empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi

    mekanisme respons stress (Papero, 1997), yaitu:

    1. Kontrol yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol

    terhadap stressor yang mengurangi intensitas respons stress.

    2. Prediktabilitas yaitu stressor yang dapat diprediksi menimbulkan

    respons stress yang tidak begitu berat dibandingkan stressor yang

    tidak dapat diprediksi.

    3. Persepsi yaitu pandangan individu tentang dunia dan persepsi

    stressor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas

    respons stress.

    4. Respons koping yaitu ketersediaan dan efektivitas mekanisme

    mengikat ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stress

  • 27

    2.1.9 Manajemen stress

    Manajemen stress merupakan upaya mengelola stress dengan baik,

    bertujuan untuk mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ke tahap

    yang paling berat.

    Menurut Atwater (1963) cara yang dapat dilakukan untuk

    menghadapi stress adalah dengan mereduksi, yaitu mengurangi tingkat

    stress dan mengelolanya. Cara yang dilakukan umumnya adalah:

    1. Mekanisme Pertahanan Diri (Self Defence Mechanism)

    Proses psikologis yang termotivasi secara defensive. Mekanisme

    pertahanan diri terjadi secara otomatis dan dilakukan secara tidak

    disadari untuk menjadi cara mengurangi stress. Contoh mekanisme

    pertahanan diri adalah repressi (menekan ingatan ke alam tak sadar),

    rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, fantasi, dan sebagainya.

    2. Mekanisme Pengendalian Diri (Coping Machanism)

    Mekanisme ini merupakan cara yang digunakan untuk deradaptasi

    terhadap stress. Di dalamnya mencakup kemampuan individu untuk

    menghadapi stress, pengubahan tingkah laku sehingga menjadi lebih

    adaptif, mengubah cara berpikir dan bertindak.

    Sementara untuk mengelola stress beberapa langkah yang harus

    dilakukan menurut Soewondo (1993) dan Hawari (1996) adalah sebagai

    berikut:

    1. Menyadari tentang adanya stress

    2. Mengatur kebiasaan makan dan berolahraga

  • 28

    a. Makanan

    Makan secara teratur mengonsumsi makanan yang bergizi

    sesuai porsi. Menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul

    kebosanan.

    b. Olahraga

    Olahraga yang teratur adalah salah satu cara daya tahan dan

    kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak

    harus sulit. Olahraga yang sederhana sepeti jalan pagi atau lari

    pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus

    sampai berjam-jam.Seusai berolahraga, diamkan tubuh yang

    berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.

    3. Mengubah Respon terhadap Stress

    a. Menanggulangi dengan berbagai terapi tingkah laku seperti dengan

    relaksasi, terapi fisiologis dengan biofeedback dan yoga.

    b. Melakukan meditasi, pertemuan kelompok dan konseling.

    4. Istirahat dan Tidur

    Isirahat dan tidur merupakan obat yang terbaik dalam mengatasi

    stress karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan

    keletihan fisik dan kebugara tubuh. Tidur yang cukup juga dapat

    memperbaiki sel-sel yang rusak. Usahakan dapat tidur 7-8 jam

    semalam minimal empat malam dalam seminggu.

    5. Mempersiapkan dan mengorganisasi pekerjaan dengan lebih baik.

    a. Melakukan rekreasi

  • 29

    b. Berhenti merokok.

    Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi

    stress karena dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga

    ketahanan dan kekebalan tubuh.

    c. Menghindari minuman keras.

    Minuman keras merupakan factor pencetus yang dapat

    mengakibatkan terjadinya stress. Dengan menghindari minuman

    keras, individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang

    disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung

    akohol.

    6. Menjaga Berat Badan

    Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus)

    merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stress. Keadaan

    tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan

    kekebalan tubuh terhadap stress.

    7. Mengembangkan pergaulan yang sehat

    Sebagai pribadi individu memerlukan orang lain untuk dapat

    berbagai pikiran dan perasaan dengan seseorang yang dapat dipercaya,

    perbanyak bergaul, dan jangan menarik diri.

    8. Mengatur waktu dengan tepat

    Pengaturan waktu antara bekerja, keluarga, rekreasi, dan ibadah

    harus efisien, jangan menunda pekerjaan.

  • 30

    9. Rekreasi

    Luangkan waktu untuk rekreasi dengan keluarga atau teman, hal

    ini berguna untuk memulihkan ketahanan fisik maupun mental.

    10. Mendekatkan diri kepada Tuhan

    Usahakan sediakan waktu untuk mencari ketenangan melalui doa

    dan shalat sesuai dengan keyakinan yang dimiliki. Kasih sayang dari

    segi kejiwaan adalah hal yang fundamental bagi kesehatan jiwa

    seseorang. Berdasarkan penelitian, kehidupan keluarga merupakan hal

    yang paling dominan bagi menurunnya daya tahan seseorang terhadap

    stress (80%).

    2.1.10 Cara Mengatasi Stress

    Menurut Zulfan Saam dan Sri Wahyuni (2012), ada beberapa cara

    yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress. Cara tersebut dapat dipilih

    salah satu atau beberapa dari banyak cara yang ditawarkan. Cara-cara

    mengatsi stress tersebut adalah:

    1. Melakukan rileksasi

    2. Melakukan olahrag.

    3. Menjaga asupan gizi seimbang

    4. Melancong atau rekreasi

    5. Memancing

    6. Menanam atau memelihara bunga

    7. Membicarakan masalah yang dihadapi dengan orang lain atau

    ahli profesional

    8. Melakukan yoga

  • 31

    9. Membaca Al-Quran

    10. Melakukan dzikir

    11. Mendirikan shalat tahajut, dan

    12. Menciptakan variasi kerja

    2.2 Konsep Perilaku

    2.2.1 Pengertian Perilaku

    Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri

    (Soekidjo, N., 1993).

    Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respon organism

    atau seseorang terhadap ransangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N.,

    1993).

    Ensiklopedi Anerika, perilaku diartikan sebagai aksi-reaksi

    prganisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada

    sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut

    rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau

    perilaku tertentu (Notoatmodjo, S., 1997) Menurut Gerungan (1996),

    Robert Kwick (1974), sebagaimana dikutip oleh Notoadmodjo, S.,

    (1997), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat

    diamati dan bahkan dapat dipelajari.

    Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi

    individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia

    adalah makhluk hidup (Sri Kusmiyati dan Desminarti, 1990).

  • 32

    Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

    organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun

    tidak langsung.

    Menurut penulis, yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas

    yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara

    langsung maupun tidak langsung.

    2.2.2 Ciri-ciri Perilaku

    Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983) dalam bukunya

    Pengantar Umum Psikologi, ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan

    dari mahluk lain adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi

    pada tugas, usaha dan perjuangan, tiap individu adalah unik. Secara

    singkat dapat di uraikan sebagai berikut. (Sunaryo, 2004).

    a. Kepekaan sosial

    Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan

    perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah

    makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerja sama

    dengan orang lain. Perilaku manusia adalah situasional, artinya perilaku

    manusia akan berbeda pada situasi yang berbeda.

    b. Kelangsungan perilaku

    Artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku

    yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru lalu, dan

    seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia terjadi secara

    berkesinambungan bukan secara serta merta.

  • 33

    c. Orientasi pada tugas

    Artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi

    pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin belajar menuntut

    ilmu, orientasinya adalah untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan

    tertentu. Demikian juga individu yang bekerja, berorientasi untuk

    menghasilkan sesuatu.

    d. Usaha perjuangan

    Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan

    sendiri, serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak

    ingin di perjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia memilki cita-cita

    (aspiration) yang ingin diperjuangkannya, sedangkan hewan hanya

    berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia di alam.

    e. Tiap-tiap individu adalah unik

    Unik disini mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda

    dengan manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis di

    muka bumi ini, walaupun ia di lahirkan kembar. Manusia mempunyai ciri-

    ciri, sifat, watak, tabiat, kepribadian, motivasi tersendiri yang

    membedakannya dari manusia lainnya. Perbedaan pengalaman yang

    dialami individu pada masa silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari,

    menentukan perilaku individu di masa kini yang berbeda-beda pula.

  • 34

    2.2.3 Proses pembentukan perilaku

    Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut

    Abraham Harold Maslow yang dikutip oleh Sunaryo (2004), manusia

    memilki lima kebutuhan dasar, yaitu :

    a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok

    utama, yaitu O2, H2O, cairan eletrolit, makanan, dan seks. Apabila

    kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan

    fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak nafas

    dan kekurangan H2O dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi.

    b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :

    1) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan, dan

    kejahatan lain

    2) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan,

    dan lain-lain

    3) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit

    4) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum

    c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :

    1) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang

    tua, saudara, teman, kekasih, dan lain-lain

    2) Ingin dicintai/mencintai orang lain

    3) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada

    d. Kebutuhan harga diri, misalnya :

    1) Ingin dihargai dan menghargai orang lain

    2) Adanya respek atau perhatian dari orang lain

  • 35

    3) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan

    e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :

    1) Ingin di puja atau di sanjung oleh orang lain

    2) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita

    3) Ingin menonjol lebih dari orang lain

    2.2.4 Bentuk Perilaku

    Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu

    terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu

    tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu:

    a. Perilaku pasif (respon internal)

    Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu

    dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum

    ada tindakan nyata. Contoh:

    1) Berpikir

    2) Berfantasi

    3) Berangan-angan

    4) Mengetahui manfaat KB, namun tidak mau menjadi akseptor

    5) Menganjurkan orang lain untuk mengimunisasikan bayinya, akan

    tetapi anaknya sendiri tidak diimunisasi

    b. Perilaku aktif (respons eksternal)

    Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang

    dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata, contoh:

  • 36

    1) Seorang ibu tidak hanya menganjurkan orang lain untuk

    mengimunisasikan bayinya, akan tetapi ibu tersebut membawa

    bayinya ke puskesmas untuk diimunisasi

    2) Seseorang menganjurkan orang lain cepat berobat bila sakit, seperti

    yang ia lakukan selama ini

    3) Mengerjakan soal ulangan

    4) Membaca buku pelajaran (Sunaryo, 2004).

    2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

    a. Faktor genetik atau faktor endogen

    Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau

    modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor

    genetic berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:

    1) Jenis Ras

    Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda

    satu dengan lainnya.

    2) Jenis Kelamin

    Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara

    berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas

    dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar

    pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria disebut

    maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminin.

  • 37

    3) Sifat Fisik

    Kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat

    fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda

    dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.

    4) Sifat kepribadian

    Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh

    Maramis yang dikutip oleh Sunaryo (2004) adalah keseluruhan pola

    pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang

    dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya. Perilaku

    individu tidak ada yang sama karena karena adanya perbedaan kepribadian

    yang dimiliki individu, yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan, seperti

    pengalaman, usia, watak, tabiat, sistem norma, nilai, dan kepercayaan yang

    dianutnya.

    5) Bakat pembawaan

    Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta

    bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.

    6) Inteligensi

    Menurut Terman yang dikutip dari Sunaryo (2004), inteligensi

    adalah kemampuan untuk berpikir abstrak. Dari batasan tersebut dapat

    dikatakan bahwa inteligensi sangat berpengaruh terhadap perilaku

    individu.

  • 38

    b. Faktor Eksternal

    a. Faktor lingkungan

    Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada

    disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Ternyata

    lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena

    lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.

    b. Pendidikan

    Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan

    individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi

    individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun

    informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya

    melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.

    c. Agama

    Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk kedalam

    konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara

    berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu. Penganut

    agama tertentu, akan menunjukkan perilaku berbeda dengan

    penganut agama yang lain.

    d. Sosial Ekonomi

    Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang

    adalah lingkunga sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut

    sosial budaya dan sosial ekonomi. Khusus menyangkut lingkungan

    sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status sosial

    ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan segala

  • 39

    fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Sebaliknya, keluarga yang sosial ekonominya rendah, akan

    mengalami kesulitan didalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-

    hari.

    e. Kebudayaan

    Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai kesenian,

    adat-istiadat atau peradaban manusia. Ternyata kebudayaan

    manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

    2.2.6 Perilaku Kesehatan

    Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap

    stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system

    pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari

    batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

    a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

    Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara

    atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

    penyembuhan bilamana sakit.

    b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan

    kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

    seeking behavior)

    Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang

    saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku

  • 40

    ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

    pengobatan ke luar negeri.

    c. Perilaku kesehatan lingkungan

    Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik

    lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga

    lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

    (Notoatmodjo, 2003)

    2.2.7 Domain Perilaku

    Menurut Benyamin Bloom yang dipaparkan oleh Notoatmojo

    (2003), perilaku manusia dapat di bagi kedalam tiga domain:

    Gambar 2.1 Domain Perilaku Menurut Benyamin Bloom yang di

    paparkan oleh Notoatmodjo (2003)

    Menurut Ki Hadjar Dewantara, perilaku manusia terdiri dari cipta,

    rasa, dan karsa :

    Gambar 2.2 Domain perilaku menurut Ki Hadjar Dewantara

    1. Cognitive domain

    (ranah kognitif)

    2. Affective Domain

    (ranah afektif)

    3. Psychomotor Domain

    (ranah psikomotor) perilaku

    1.Cipta (Kognisi)

    2. rasa (emosi) 3. karsa (konasi) perilaku

  • 41

    Terbentuknya perilaku baru, khusunya pada orang dewasa dapat di

    jelaskan sebagai berikut :

    a. Diawali dari cognitive domain, yaitu individu tahu terlebih dahulu

    terhadap stimulus berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan

    baru pada individu.

    b. Affective domain, yaitu timbul respons batin dalam bentuk sikap dari

    individu terhadap objek yang di ketahuinya. Berakhir pada

    psychomotor domain, yaitu objek yang telah diketahui dan disadari

    sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respons berupa tindakan.

    Cognitive Domain affective domain psychomotor domain

  • 42

    2.3 Kerangka Konsep

    Keterangan:

    : Diukur

    : Tidak diukur

    Gambar 2.3 Kerangka Konsep Hubungan Stress dengan perilaku Mahasiswa

    Tingkat Tiga Program Studi DIII Keperawatan Universitas

    Bondowoso Tahun Akademik 2012-2013 dalam Mengerjakan

    Karya Tulis Ilmiah.

    Stressor adalah faktor yang menyebabkan seseorang stress. Faktor-faktor stress yaitu:

    1. Fisik: temperatur, suara, beban, sinar 2. Kimiawi: asam basa, obat-obatan, zat racun,

    hormon 3. Mikrobiologi: virus, bakteri, parasit

    4. Fisiologi: gangguan struktur jaringan dan organ

    5. Proses perkembangan: pubertas, memasuki

    usia 6. Psikis: hubungan sosial (masyarakat, budaya

    atau keagamaan)

    Stress pada

    mahasiswa

    tahun akademik

    2012-2013

    Ringan Sedang Berat

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku :

    1. Faktor internal : Jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan,

    inteligensi

    2. Faktor eksternal : Faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan

    Perilaku

    mahasiswa tahun akademik 2012-

    2013

    Ada

    hubungan

    Tidak ada

    hubungan

    Positif Negatif

    n

  • 43

    2.4 Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

    penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber hipotesis adalah suatu

    pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang

    diharapkan bias menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam,

    2003).

    a. Jika ada hubungan antara tingkat stress dengan perilaku mahasiswa maka

    dapat disimpulkan Ha atau H1

    b. Jika tidak ada hubungan antara tingkat stress dengan perilaku mahasiswa

    maka dapat disimpulkan H0