bab 2
-
Upload
dianiswari -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of bab 2
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
DASAR TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Kemangi (Ocimum basilicum Linn.)
digilib.uns.ac.id
a.
Klasifikasi dan morfologi kemangi (Ocimum basilicum Linn.)
Sistematika tanaman kemangi (Ocimum basilicum Linn.) menurut
Van Steenis (1975) sebagai berikut:
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Lamiales
: Lamiaceae
: Ocimum
: Ocimum basilicum Linn.
Gambar 1.Habitus Ocimum basilicum Linn. atau tanaman kemangi (Pitojo, 1996)commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Tanaman kemangi merupakan tanaman herba tegak atau semak
(Gambar 1) dengan tajuk membulat, bercabang banyak, dan tingginya 0,3-
0,5 meter (Sudarsono dkk., 2002). Daunnya tunggal, letak berhadapan,
berbentuk bulat telur, pangkal dan ujung daun meruncing, kedua
permukaan berambut tipis dibagian ibu tulang daun (Pitojo, 1996).
Kelopak bunga berwarna hijau dan daun mahkota berwarna putih.
Tangkai kepala putik ungu, sedangkan tangkai kepala sari dan tepung sari
berwarna putih. Tangkai dan kelopak buah letaknya tegak, melekat pada
sumbu dari karangan bunga. Biji buah kemangi kecil, keras, berwarna
hijau keputihan. Bunga bertipe majemuk tandan dan buah tampak hijau
keputihan dan tidak mencolok (Hanidhar, 2007).
b. Habitat
Tanaman kemangi baik dibudidayakan di daerah panas beriklim
lembab, dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga 1100 m dari
permukaan laut, tanaman tersebut menyukai tempat terbuka dan mendapat
cukup sinar matahari (Pitojo, 1996; Joshi et al., 2012).
Tanaman kemangi cocok hidup di tanah subur, gembur, dan cukup
tersedia air. Namun demikian, tanaman tersebut mampu hidup di tanah
yang kurang subur. Tanaman kemangi juga ditemukan tumbuh liar di
tegalan, kebun, bahkan di bekas pembuangan sampah yang telah
mengalami pelapukan sempurna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
c. Nama Daerah
Nama lain kemangi (Ocimum basilicum Linn.) di daerah yaitu
Lampes (Sunda), Surawung (Jawa Barat), Kemangi (Jawa), Kemanghi
(Madura), Uku-uku (Bali), Lufe-lufe (Ternate) (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991).
d. Kandungan Kimia Daun Kemangi
Daun kemangi mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin,
dan triterpenoid (Kristiyana dkk., 2010). Berdasarkan penelitian Iffah dkk.
(2008), minyak atsiri juga terkandung dalam daun kemangi.
e. Manfaat Daun Kemangi
Daun kemangi mempunyai beragam khasiat yaitu analgesik,
antiamnesik dan nootropik, antihelmintik, antibakterial, antikatarak,
antifertilitas,
antihiperlipidemi,
antiinflamasi,
antilipidperoksidatif,
antioksidan, antistress, antithyroid, antitusif, antiulkus, kemoprotektif,
imunomodulator,
radioprotektif,
aktivitas
hipoglikemik,
aktivitas
hipotensif, dan antikanker (Yuhana dkk., 2010; Kalabharathi et al., 2011;
Ali dan Savita, 2012; Balamurugan, 2013).
Dalam pengobatan tradisional, tanaman kemangi dapat dibuat teh
yang baik untuk mengobati mual, perut kembung, dan disentri. Minyak
atsiri dari tanaman kemangi dapat bermanfaat untuk pengentasan
kelelahan mental, dingin, kejang, rhinitis, dan sebagai pengobatan
pertolongan pertama untuk sengatan lebah dan gigitan ular (Adiguzel et
al., 2005; Narwal et al., 2011; Bilal, 2012).commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
2. Antibakteri
Bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Senyawa-senyawa antimikroba akan
bekerja mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma sel. Membran sel
berfungsi mengatur keluar masuknya zat atau senyawa antara sel dengan
lingkungan luar, sedangkan sitoplasma berfungsi sebagai tempat terjadinya
reaksi-reaksi kimia sel. Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang
khusus digunakan untuk kelompok bakteri. Aktivitas antibakteri dibagi
menjadi dua macam yaitu aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakterisidal.
Aktivitas bakteriostatik adalah aktivitas yang menghambat pertumbuhan
bakteri tetapi tidak membunuh patogen. Sementara itu, aktivitas bakterisidal
adalah aktivitas yang dapat membunuh patogen dalam kisaran luas (Brooks et
al., 2005).
Kriteria ideal suatu antimikroba harus memiliki sifat-sifat antara lain
mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas, tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari
mikroorganisme patogen, tidak menimbulkan pengaruh efek samping yang
buruk pada inang (seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan
sebagainya), tidak mengganggu keseimbangan flora normal dari inang seperti
flora usus atau flora kulit (Ray, 2001).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Menurut
Katzung
(1998),
mekanisme
kerja
obat
antibakteri
ditunjukkan dalam empat cara yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
a. Penghambatan sintesis dinding sel
Antibakteri ini bekerja pada dinding sel dengan menghambat sintesis
enzim transpeptidase sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas, sel
mengalami lisis, dan mengganggu sintesis peptidoglikan.
b. Penghambatan terhadap fungsi membran sel
Selama pembentukan membran sel, agen chelating berkompetisi
dengan ion Mg yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas sel
sehingga sel lisis. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya
berbagai komponen penting dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat,
nukleotida, dan lain-lain. Menurut Harborne (1987), permeabilitas sel yang
terganggu menyebabkan sel tidak dapat melakukan aktivitas sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati.
c. Penghambatan sintesis protein (penghambatan translasi dan transkripsi
materi genetik)
Antibakteri ini bekerja dengan mengganggu sintesis protein oleh
mRNA dan tRNA yang berlangsung di ribosom.
d. Penghambatan sintesis asam nukleat
Antibakteri ini bekerja menghambat enzim DNA girase pada bakteri
yang fungsinya untuk menata kromosom, sehingga sintesis asam nukleat
terhambat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroba dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu karakteristik mikroba, jumlah
mikroba, konsentrasi zat antimikroba, fase pertumbuhan mikroba, dan kondisi
lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu zat
antimikroba adalah konsentrasi. Konsentrasi suatu zat yang digunakan
bergantung pada bahan aktif dari suatu zat tersebut dan mikroorganisme yang
diuji. Selain itu, faktor waktu, suhu, dan pH juga mempengaruhi efektifitas
suatu zat antimikroba (Volk dan Wheeler, 1990).
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan
metode pengenceran. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas
yaitu 105-108 CFU/mL (Hermawan dkk., 2007). Metode difusi dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode lubang/sumuran, dan
netode cakram kertas (Kusmayati dan Agustini, 2007). Difusi agar adalah
metode kualitatif berdasarkan perkiraan efek antibiotik terhadap pertumbuhan
bakteri pada medium padat (Johnson, 2007).
Prinsip metode pengenceran adalah senyawa antibakteri diencerkan
hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian masing-masing
konsentrasi ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media cair. Perlakuan
tersebut akan diinkubasi dan diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri,
yang ditandai dengan adanya kekeruhan. Nilai KHM (kadar hambat
minimum) atau MIC (minimum inhibitory concentration) ditetapkan jika
larutan uji senyawa antibakteri pada kadar terkecil terlihat jernih tanpa adanya
pertumbuhan bakteri uji (Pratiwi, 2009).commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
3. Staphylococcus epidermidis
a. Klasifikasi dan Morfologi
Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis menurut Febriyati
(2010) sebagai berikut :
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Bacteria
: Firmicutes
: Schizomycetes
: Eubacteriales
: Micrococcaceae
: Staphylococcus
: Staphylococcus epidermidis
Gambar 2. Sel bakteri Staphylococcus epidermidis (Gomes et al., 2011)
Karakteristik bakteri Staphylococcus epidermidis adalah gram
positif, berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur (Gambar 2),
dan tidak membentuk spora. Staphylococcus epidermidis berdiameter 0,5
1,5 m dan tidak bergerak. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerobik,
katalase positif, tidak menghasilkan pigmen, koagulasi negatif, dan tidak
memfermentasi manitol (Jawetz et al., 1986).commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
b. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran
mukosamanusia. Suhu optimum pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis yaitu 3537C. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir,
dan luka, serta dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya
berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz et al., 1986).
c. Patogenitas
Staphylococcus epidermidis merupakan bagian dari flora normal
pada kulit manusia, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan, dapat
ditemukan di udara dan lingkungan sekitar kita. Bakteri ini tidak patogen,
tidak bersifat invasif, nonhemolitik (Warsa, 1993). Staphylococcus
epidermidis dapat berkembang biak dengan subur jika kulit dalam keadaan
lembab dan menghasilkan asam isovalerik yang dapat menyebabkan bau
badan pada manusia. Asam isovalerik merupakan hasil penguraian
keringat oleh Staphylococcus epidermidis dan memiliki bau seperti keju
yang sangat kuat (Elsner, 2006; Yamazaki et al., 2010).
4. Pseudomonas aeruginosa
a. Klasifikasi dan Morfologi
Sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa menurut Boone dan
Castenholz (2001) sebagai berikut :
Kingdom
Filum
: Bacteria
: Proteobacteriacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Gammaproteobacteria
: Pseudomonadales
: Pseudomonadaceae
: Pseudomonas
: Pseudomonas aeruginosa
digilib.uns.ac.id
14
Gambar 3. Sel bakteri Pseudomonas aeruginosa (Todar, 2004)
Karakteristik bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah gram
negatif, berbentuk batang, terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan,
kadang membentuk rantai pendek (Gambar 3), bergerak aktif dengan
flagela pada ujung sel, dan flagela bersifat monotrik (Jawetz et al., 1996).
Pseudomonas aeruginosa berukuran 0,6 x 2 m dan dapat bergerak.
Bakteri ini bersifat aerobik obligat yang tumbuh dengan cepat pada
berbagai tipe media (Volk dan Wheeler, 1990; Brooks et al., 2005).
Pseudomonas aeruginosa dari bentuk koloni berbeda mungkin
juga mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda, dan
memberi kepekaan yang berbeda terhadap zat antimikroba. Apabila
mekanisme pertahanan inang mengalami kerusakan atau abnormal makacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Pseudomonas aeruginosa menjadi patogenik yang biasa disebut dengan
patogen oportunistik (Brooks et al., 2005).
b. Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Bakteri ini banyak ditemukan di air, tanah, flora normal kulit, dan
sebagian lingkungan manusia. Pertumbuhan bakteri Pseudomonas
aeruginosa pada suhu antara 37-42C. Semua spesies Pseudomonas dapat
tumbuh baik dalam nutrien agar dan dalam kebanyakan media selektif
seperti eosin methylen blue (EMB) dan Mc Conkey agar (Jawetz et al.,
1996).
c. Patogenitas
Bakteri Pseudomonas aeruginosa menempel dan menyerang
selaput lendir atau kulit kemudian menyebar dari tempat tersebut. Pada
saat kulit dalam keadaan lembab, Pseudomonas aeruginosa tumbuh
dengan pesat dan menghasilkan bau seperti anggur yang dihasilkan oleh
aminoasetofenon sehingga menyebabkan keringat menjadi bau (Volk dan
Wheeler, 1990).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
B. Kerangka Pemikiran
Berbagai macam aktivitas tubuh manusia baik ringan maupun berat akan
memicu sekresi keringat dalam badan yang dihasilkan oleh kelenjar ekrin dan
apokrin. Bau badan muncul ketika terjadi kontak antara beberapa jenis bakteri di
permukaan kulit dengan keringat yang keluar dari bagian tubuh. Bakteri penyebab
bau badan pada manusia adalah Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas
aeruginosa. Penggunaan deodoran sintetis memiliki efek samping yaitu merusak
pakaian, iritasi kulit atau peradangan, dan dermatitis kontak. Selain itu, senyawa
aktif yang terkandung dalam deodoran dapat berupa triklosan dan antiperspiran.
Penggunaan zat triklosan yang berlebihan dapat menyebabkan bakteri pada kulit
menjadi resisten dan mengganggu fungsi hormon tiroid, sedangkan antiperspiran
yang memiliki unsur senyawa alumunium merupakan salah satu pencetus kanker
payudara. Oleh karena itu, penggunaan bahan alami yang lebih aman diperlukan
dengan memanfaatkan ekstrak daun tanaman kemangi (Ocimum basilicum Linn.)
yang berpotensi sebagai antibakteri untuk mengatasi bau badan pada manusia
karena mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, triterpenoid, dan
minyak atsiri. Teknik untuk mendapatkan ekstrak daun kemangi dapat dilakukan
dengan metode maserasi kemudian dilakukan uji antibakteri ekstrak etanol daun
kemangi. Ekstrak etanol daun kemangi ini diduga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis FNCC 0048 dan Pseudomonas
aeruginosa FNCC 0063 (Gambar 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Aktivitas tubuh manusia
Sekresi keringat
Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa
Banyak penyakit akibat penggunaan deodoran sintetis
Daun kemangi sebagai alternatif bahan alami
Aktivitas antibakteri dengan kandungan senyawa alkaloid, saponin,flavonoid, tanin, triterpenoid, dan minyak atsiri
Proses ekstraksi etanol daun kemangi
Metode maserasi
Uji antibakteri
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis FNCC 0048 danPseudomonas aeruginosa FNCC 0063 terhambat
Gambar 4. Alur kerangka pemikiran secara skematis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol
daun kemangi (Ocimum basilicum Linn.) dengan konsentrasi yang tepat dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis FNCC 0048 dan
Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063 sebagai penyebab bau badan pada manusia.
commit to user