BAB 1 REVISI 2
-
Upload
meirisa-rahma-pratiwi -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of BAB 1 REVISI 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tas sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari siswa sekolah. Tas
sekolah merupakan salah satu alat bantu dalam aktivitas carrying bagi para
siswa. Menurut penelitian Legg and Cruz (2004) para siswa menggunakan tas
sekolah untuk membawa buku dan peralatan sekolah penting lainnya. Dalam
era globalisasi saat ini banyak sekolah menawarkan cara belajar terpadu, full
day school atau boarding school. Banyaknya materi pelajaran yang ditawarkan
oleh pihak sekolah sangat berpengaruh terhadap beban bawaan para siswa.
Semakin banyak materi pelajaran disekolah maka semakin beratlah beban tas
yang dipikul oleh para siswa.
Setiap siswa mempunya cara yang berbeda-beda dalam
membawa tas sekolahnya. Menurut penelitian Legiran (2010)
di salah satu sekolah dasar di Yogyakarta, sebanyak 77,9%
siswa membawa tas punggung, 20,8% membawa tas bahu
dan sisanya tas model lain sebanyak 1,3% (n=317). Di
Amerika Serikat sekitar 40 juta anak menggunakan tas
punggung untuk membawa barang-barang kebutuhan mereka
(Rataeau et al, 2004). Lebih dari 90% pelajar di Negara
berkembang dilaporkan menggunakan tas punggung
(Bauer,2007). Ini membuktikan bahwa dari berbagai jenis tas
yang ada, tas punggung merupakan tas yang paling banyak
diminati karena kepraktisan dan memiliki daya tampung yang
besar (Beuer & Freivalds, 2009).
Penggunaan tas sekolah sering kali menjadi pusat perhatian terhadap
anak-anak terkait dengan gangguan musculoskeletal. Di Indonesia pada
penelitian yang dilakukan oleh Rahyussalim (2009) ditemukan adanya
kecenderungan munculnya gangguan muskuloskeletal pada anak usia sekolah
dikarenakan pertumbuhan tulang yang belum matang, sehingga kebiasaan-
2
kebiasaan yang tidak benar akan mempengaruhi pertumbuhan tubuh, misalnya
ketika membawa beban yang terlalu berat dapat menyebabkan gangguan pada
tulang belakang dan persendian, sehingga dapat menimbulkan rasa pegal pada
beberapa bagian tubuh. Rasa pegal yang dirasakan siswa akan semakin parah
dan berubah menjadi keluhan kelelahan dan bahkan dapat menimbulkan
kelelahan (Santoso dan Wiyarno, 2012). Pembebanan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan dalam posisi statis akan menyebabkan aliran darah yang
mengangkut oksigen menjadi terganggu, sehingga otot kekurangan oksigen
menyebabkan tubuh mengkompensasi dengan mengaktifkan metabolisme
anaerob , sehingga akan terjadi penimbunan asam laktat, yang akhirnya dapat
menimbulkan kelelahan otot skeletal yang dirasakan dalam bentuk nyeri pada
muskuloskeletal (Tarwaka, 2004).
Penggunaan tas sekolah yang tidak sesuai memiliki dampak negatif yang
cukup besar bagi pengguna tas sekolah (Moore dkk, 2007). Dampak negatif
tersebut antara lain dapat menimbulkan keluhan-keluhan muskuloskeletal,
perubahan postur tubuh dan gaya berjalan, serta cidera muskuloskeletal (Bauer
dkk, 2007).
Berdasarkan penelitian Consumer Product Safety Commision (CPSP,
1996), diperkirakan sekitar 33% anak mengalami cidera yang berhubungan
dengan penggunaan tas sekolah yang salah (Illinois State Board of Education,
2006). Salah satu penelitian di India dalam MSD mengatakan sebanyak 40%
anak yang menggunakan tas sekolah merasakan nyeri dibagian punggung,
27% di leher, 20% di bahu , 7% di pergelangan tangan dan 6% di punggung
bagian bawah (Sharan Deepak, 2015)
Dampak negatif lainnya, dapat terlihat pada aktivitas fisik anak yang
mengalami gangguan. Sebanyak 10-40% anak melaporkan aktivitas fisik
sehari-hari mereka terganggu akibat nyeri muskuloskeletal (F Pellisé - 2009).
Lockhard, Jacob, dan Orsmond (2004) menyebutkan bahwa sekitar 31%
(n=127) siswa di New England yang mengeluh nyeri punggung mengalami
penurunan aktivitas bermain dan olah raga di sekolah. Sedangkan menurut
penelitian Selbst, Lavelle, Soyupak dan Markowitz (1999) juga menunjukkan
3
bahwa 47% anak yang mengalami nyeri punggung mengeluh susah untuk
tidur atau sering terbangun pada malam hari.
Chiropractor Internasional Pediatric Association (ICPA) dan Amerika
Occupational Therapy Association (AOTA) mengatakan bahwa tas sekolah
terutama tas punggung seringkali lebih besar dari beban yang direkomendasikan
untuk anak-anak, remaja, dan mahasiswa sekitar 10% dari berat badan (Chia &
Wong 2002 AOTA, 2011 dalam Jayaratne, Karen & Dulitha, 2012). American
Occupational Therapy Assosiation merekomendasikan beban barang bawaan
tidak boleh melebihi 10% dari total berat tubuh (Hovarth, 2011).
American Chiropractic Association (ACA) menyebutkan penggunaan
tas sekolah yang aman harus memenuhi beberapa kriteria agar tidak terjadi
perubahan postur, misalnya untuk tas ransel posisi bawah tas tidak boleh lebih
dari 4 inch dari garis pinggang atau kira-kira melebihi pelvis, beban yang
dibawa beratnya tidak boleh bertumpu pada salah satu sisi, tali tas ransel
memiliki lapisan atau bantalan, dilengkapi oleh waist belt, dan ukuran tas
punggung sesuai dengan ukuran tubuh (ACA, 2004). Batas berat beban tas
sekolah yang masih diperbolehkan untuk dibawa yaitu tidak lebih dari 10%-
15% berat badan. Berat tas ransel yang terlalu berat dapat mengkibatkan anak
membungkuk ke depan untuk menopang berat dipunggung dan
mempertahankan keseimbangan sehingga timbul ketegangan di area
punggung. (Grimmer et al, 2002). Apabila posisi ini dipertahankan dalam
jangka waktu tertentu, maka anak dapat mengalami pegal atau
ketidaknyamanan diarea punggung yang bisa dikatakan sebagai nyeri
punggung. Selain itu, posisi tersebut dapat meningkatkan risiko perubahan
postur tubuh. Selain berat beban tas, posisi bawah tas juga berpengaruh , tas
ransel yang bergantung terlalu rendah dapat meningkatkan beban yang
ditopang bahu sehingga menyebabkan anak akan condong kearah depan ketika
berjalan sehingga menimbulkan ketegangan otot (ACA, 2004).
Keluhan muskuloskeletal pada anak sekolah sering dihubungkan oleh
beberapa karakteristik pada anak seperti usia, jenis kelamin dan status gizi.
Menurut hasil penelitian Burton et al (1996) dalam Rodriguez dan Poussaint
4
(2010) menunjukkan bahwa prevalensi nyeri punggung meningkat dari usia,
12 % pada anak usia 11 tahun sampai 50% pada usia 15 tahun. Kejadian nyeri
punggung juga sering dikaitkan dengan jenis kelamin , perempuan dikatakan
lebih sering mengalami dibandingkan laki-laki berdasarkan hasil penelitian
Korovessis, Koureas, Zacharatos dan Papazisis (2005) terhadap 3141 siswa di
Yunani berusia 9-15 tahun yaitu sekitar 72%. Keluhan nyeri muskulosketal
juga dapat dipengaruhi oleh body mass index (BMI), anak yang berat
badannya berlebih memiliki resiko nyeri muskuloskeletal lebih besar 1.78 kali
lipat dikarenakan peningkatan beban pada tulang belakang.
Ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan gangguan
muskulosketelal pada anak sekolah antara lain faktor aktivitas fisik, nutrisi,
psikologis dan gangguan patologis. Seperti anak dengan aktivitas fisik yang
berat, faktor psikologis seperti kecemasan, stress dan depresi, serta kondisi
patologis seperti perubahan postur tubuh, juga dapat meningkatkan kerentanan
anak mengalami gangguan muskuloskeletal (Dumondor, Angliady, Sengkey,
2015).
Dari beberapa penelitan, masih banyak kontroversial terkait dengan
hubungan pemakaian tas sekolah dengan gangguan muskuloskeletal. Banyak
faktor lain yang mempengaruhi seperti berat tas, ukuran, bentuk, cara
membawa, jenis tas, serta kondisi fisik individu. Berdasarkan uraian diatas,
maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
antara pemakaian tas punggung dengan kejadian nyeri punggung pada siswa
sekolah dasar.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara pemakaian tas sekolah
dengan gangguan muskuloskeletal pada siswa sekolah dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
5
1. Untuk mengetahui hubungan antara pemakaian tas
sekolah dengan gangguan muskuloskeletal pada
siswa sekolah dasar
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi jumlah siswa sekolah dasar yang
membawa beban tas lebih dari batas fisiologis
2. Mengetahui prevalensi gangguan muskuloskeletal
pada siswa Sekolah Dasar
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara penggunaan tas sekolah
dengan gangguan muskuloskeletal pada siswa sekolah dasar
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
sumber pengetahuan baru bagi mahasiswa dan
masyarakat mengenai hubungan pemakaian tas sekolah
dan gangguan muskuloskeletal pada siswa sekolah
dasar. Selain itu, menjadi referensi untuk
pengembangan konsep, teori atau strategi efektif untuk
mencegah peningkatan gangguan muskuloskeletal pada
anak akibat pemakaian tas sekolah.
1.5.2Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan
menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan untuk
melakukan penelitian selanjutnya, serta menjadi referensi untuk
meningkatkan promosi kesehatan mengenai pemakaian tas sekolah
yang aman untuk menurunkan angka gangguan muskuloskeletal pada
anak sekolah dasar.
1.5.3Manfaat Metodologi
6
Manfaat metodologi bagi penelitian kedokteran yaitu,
menjadi referensi bagi penelitian berikutnya mengenai
hubungan tas sekolah dan gangguan muskuloskeletal
pada anak.