bab 1 laporan kasus atresia bilier

2
BAB I PENDAHULUAN Penyebab kolestasis ekstrahepatik neonatal yang terbanyak adalah atresia bilier. Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik. Hal ini menyebabkan hambatan aliran empedu yang mengakibatkan terjadinya penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk di dalam hati dan darah. 1 Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran. Rasio kejadian atresia bilier pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1. Insiden atresia bilier dilaporkan sebanyak 5/100.000 kelahiran hidup di Belanda, 5,1/100.000 kelahiran hidup di Prancis, 6/100.000 kelahiran hidup di Inggris, 6,5/100.000 kelahiran hidup di Texas, 7/100.000 kelahiran hidup di Australia, 7,4/100.000 kelahiran hidup di USA dan 10.6/100.000 kelahiran hidup di Jepang. 1,2 Di Indonesia, tahun 2002-2003, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mencatat jumlah kasus atresia bilier mencapai 37-38 bayi atau 23 persen dari 162 bayi berpenyakit kuning akibat kelainan fungsi hati. Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 1994-2004 melaporkan 9 dari 96 penderita dengan penyakit kuning 1

description

bab 1 laporan kasus atresia bilier

Transcript of bab 1 laporan kasus atresia bilier

Page 1: bab 1 laporan kasus atresia bilier

BAB I

PENDAHULUAN

Penyebab kolestasis ekstrahepatik neonatal yang terbanyak adalah atresia

bilier. Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang

menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik. Hal ini

menyebabkan hambatan aliran empedu yang mengakibatkan terjadinya penumpukan

garam empedu dan peningkatan bilirubin direk di dalam hati dan darah.1

Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran. Rasio kejadian atresia

bilier pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1. Insiden atresia bilier dilaporkan

sebanyak 5/100.000 kelahiran hidup di Belanda, 5,1/100.000 kelahiran hidup di

Prancis, 6/100.000 kelahiran hidup di Inggris, 6,5/100.000 kelahiran hidup di Texas,

7/100.000 kelahiran hidup di Australia, 7,4/100.000 kelahiran hidup di USA dan

10.6/100.000 kelahiran hidup di Jepang.1,2

Di Indonesia, tahun 2002-2003, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mencatat

jumlah kasus atresia bilier mencapai 37-38 bayi atau 23 persen dari 162 bayi

berpenyakit kuning akibat kelainan fungsi hati. Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Sutomo

Surabaya pada tahun 1994-2004 melaporkan 9 dari 96 penderita dengan penyakit

kuning yang disebabkan gangguan fungsi hari di dapatkan atresia bilier (9.4%).1,2

Gejala dan tanda atresia billier adalah ikterus, urine yang berwarna gelap,

feses pucat dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisk dijumpai adanya

hepatospleenomegali. Ada beberapa komplikasi yang terjadi pada penyakit ini, antara

lain hipertensi portal, hepatopulmonary syndrome, hipertensi pulmonal dan

keganasan1,2

Penatalaksanaan atresia bilier hanya dengan cara pembedahan. Tindakan

bedah memiliki angka keberhasilan 86% jika dilakukan pada usia 8 minggu. Jika

dilakukan pada usia >8 minggu, maka angka keberhasilannya hanya 36%. Oleh

karena itu, diagnosis atresia bilier harus ditegakkan sedini mungkin.1

1