Bab 1-6 Pene (Repaired)

76
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. 1 Pembangunan bidang kesehatan ini menjadi tujuan pemerintah untuk menuju tercapainya Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan penduduk. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah kependudukan. 1 Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang 1

description

free

Transcript of Bab 1-6 Pene (Repaired)

BAB I

BAB I

Pendahuluan1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.1

Pembangunan bidang kesehatan ini menjadi tujuan pemerintah untuk menuju tercapainya Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan penduduk. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah kependudukan.1

Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih. Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung berfluktuasi, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2.2 Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB).1

Berdasarkan laporan BPS tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebesar 16,58% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 37,17 juta jiwa. Hal ini mengakibatkan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut United Nations Development Program/UNDP (2008), IPM Indonesia masih sangat rendah yaitu 0,728 menduduki peringkat 107 dari 177 negara. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu untuk memanfaatkan jumlah populasinya yang besar menjadi kekuatan ekonomi dan harus segera mengatur laju pertumbuhan penduduknya.3

Sejak tahun 1997 program KB tidak lagi popular dan mengalami stagnasi, hal ini terlihat dari jumlah peserta KB aktif yang belum mencapai target yang ditetapkan oleh BKKBN yaitu 75%. Menurut SDKI 1997 angka kesertaan KB sebanyak 57,4% dan SDKI 2002-2003 sebanyak 60,3%. 4

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan program KB tersebut di antaranya adalah pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas KB lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah di tiap daerah tidak sama. Memasukdzxi era desentralisasi/otonomi daerah, setiap pemerintah daerah tingkat II (kabupaten/kota) memiliki otoritas penuh untuk memilih dan memilah program yang paling penting bagi daerahnya. Hampir 70% kantor BKKBN di daerah menjadi satu dengan dinas-dinas pemerintah lainnya, hanya sedikit lembaga BKKBN yang berdiri sendiri. Umumnya urusan KB digabungkan dengan bidang kesejahteraan sosial atau catatan sipil dan kependudukan. Selain itu, daerah menunjukkan komitmen yang rendah untuk menjamin kelembagaan KB dalam peraturan daerah. 4

Pada bulan September tahun 2012, Jumlah akseptor KB aktif di Puskesmas Kelurahan Palmerah 2 berjumlah 216 orang, dengan pemakaian kontrasepsi IUD 1 %, Pil 12 %, Suntik 80 %, dan Implant 7 %. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diduga beberapa aspek yang menjadi faktor penyebab masih rendahnya pemakaian alat kontrasepsi adalah kurangnya informasi tentang alat kontrasepsi, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, biaya untuk membeli dan memasang kontrasepsi yang tidak terjangkau, serta alat kontrasepsi yang kurang tersedia di sarana kesehatan.

Manuaba (1998) mengatakan bahwa faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. SDKI 1999 menyatakan bahwa sebesar 55,4 % prevalensi wanita bekerja menggunakan alat kontrasepsi KB. Hasil penelitian Meutia (1997) menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik (pekerjaan, pengambil keputusan dalam keluarga) dan pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi implant. Hasil penelitian Sakhnan (2001) melaporkan faktor usia, jumlah anak, nilai anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak lokasi ke pelayanan KB, perilaku petugas merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu-ibu dalam program KB. Syamsiah (2002) mengatakan bahwa faktor sosial budaya adalah semua faktor yang ada di masyarakat yang mempengaruhi penerimaan suatu jenis alat kontrasepsi antara lain: sosio-ekonomi, demografi, psiko-sosial, agama, dan pengetahuan. 5

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi (umur, jumlah anak, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu), faktor pendukung (efek alat kontrasepsi, dan riwayat penyakit) dan faktor pendorong (Budaya patrilineal, pola pikir tradisional, pelayanan kesehatan) terhadap penghentian alat kontrasepsi pada ibu-ibu akseptor KB di Puskesmas Kelurahan Palmerah 2.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pada tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2.

1.2.2. Sejak tahun 1997 program KB tidak lagi popular dan mengalami stagnasi, hal ini terlihat dari jumlah peserta KB aktif yang belum mencapai target yang ditetapkan oleh BKKBN yaitu 75%

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penghentian alat kontrasepsi pada ibu-ibu akseptor KB dan faktor-faktor yang mempengaruhi di Puskesmas kelurahan Palmerah 2, kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Diketahui prevalensi ibu-ibu akseptor KB yang menghentikan penggunaan alat kontrasepsi di kelurahan Palmerah 2, kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.1.3.2.2. Diketahui sebaran ibu-ibu akseptor KB menurut pengetahuan, usia ibu, jumlah anak , pendidikan ibu, pekerjaan ibu, efek samping kontrasepsi, riwayat penyakit, budaya patrilineal, pola pikir tradisional, dan pelayanan kesehatan.1.3.2.3. Diketahui hubungan antara pengetahuan, usia ibu, jumlah anak , pendidikan ibu, pekerjaan ibu, efek samping kontrasepsi, budaya patrilineal, pola pikir tradisional, dan pelayanan kesehatan dengan status penghentian KB.1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Peneliti

1.5.1.1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan saat kuliah.

1.5.1.2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.

1.5.1.3. Menimbulkan mindat dan pengetahuan peneliti.

1.5.2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1.5.2.1. Mewujudkan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, dan penelitian

1.5.2.2. Sebagai masukan untuk bahan dalam melaksanakan penyuluhan dalam bidang kesehatan

1.5.2.3. Mewujudkan Perguruan Tinggi sebagai masyarakat ilmiah dalam peran serta dan fungsinya di bidang kesehatan

1.5.2.4. Mengenalkan fakultas kedokteran UKRIDA kepada masyarakat

1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat

1.5.3.1. Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam melaksanakan penyuluhan dalam bidang kesehatan kepada masyrakat

1.5.3.2. Menambahan wawasan, sikap, dan perilaku dalam menggunakan alat kontrasepsi yang dianggap amandan dapat dipertanggungjaBab II

Tinjauan Pustaka2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Keluarga Berencana

Menurut World Health Organization (WHO) expert committee, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.62.1.1.1. Tujuan Keluarga Berencana

2.1.1.1.1. Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.1.1.1.2. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

2.1.1.1.3. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.72.1.1.2. Tujuan Penggunaan Kontrasepsi

2.1.1.2.1. Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilannya.

2.1.1.2.2. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.

2.1.1.2.3. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri di atas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.82.1.2. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi berarti menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.92.1.2.1. Tujuan Kontrasepsi

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu:

2.1.2.1.1 Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.102.1.2.1.2 Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan pelayanan KB ke dalam 3 fase, yaitu:

2.1.2.1.2.1 Fase menunda kehamilan / kesuburan

Pasangan usia subur dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak terlebih dahulu karena berbagai alasan. 9,102.1.2.1.2.2 Fase menjarangkan kehamilan

Pada fase usia istri antara 20 - 35 tahun, merupakan periode usia yang paling baik untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antar kehamian 2 4 tahun yang dikenal sebagai catur warga. 9,10

2.1.2.1.2.3 Fase menghentikan / mengakhiri kesuburan

Usia istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah karena alasan medis. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai risiko kemungkinan timbulnya efek samping dan komplikasi.9,102.1.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi

2.1.2.2.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode yaitu, reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun), dan reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini berdasarkan atas data epidemiologi yang menyatakan bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun, dan meningkat setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut.102.1.2.2.2. Jumlah Anak

Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal. 102.1.2.2.3. Pengetahuan

Seorang yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang sesuai dan cocok digunakannya. Karena dengan pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah menerima informasi terutama tentang alat kontrasepsi. 102.1.2.2.4. Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari solusi dalam hidupnya. Orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional, sehingga akan lebih mudah untuk menerima gagasan baru. Demikian juga halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. 10Dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. 10Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan seseorang yang didasarkan atas kemampuan dan kesempatan seseorang mengikuti satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Satuan pendidikan merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Jenjang pendidikan adalah tingkatan pendidikan persekolahan yang berkesinambungan antara satu jenjang dengan jenjang yang lainnya. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk itu secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

2.1.2.2.4.1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. 102.1.2.2.4.2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan memperluas pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. 102.1.2.2.4.3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga diharapkan makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Dapat diartikan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup. 102.1.2.2.5. Pekerjaan Ibu

Hatmadji dan Suradji (1989) dalam Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 menemukan bahwa perempuan yang hanya mengurus rumah tangga saja cenderung mempunyai anak yang lebih banyak, sedangkan perempuan yang bekerja mempunyai anak lebih sedikit.112.1.2.2.6. Efek Samping Kontrasepsi

Melalui SDKI 1997, diketahui bahwa 10% wanita berhenti menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping, misalnya pada wanita pengguna alat kontrasepsi hormonal dapat mengalami kenaikan berat badan sampai 10 kg. Kenaikan ini biasanya merupakan efek samping yang muncul temporer dan terjadi pada bulan pertama selama 46 minggu.122.1.2.2.7. Budaya Patrilineal

Budaya patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih banyak dianut sebagian besar pola keluarga di dunia menjadikan preferensi suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB tertentu. 102.1.2.2.8. Pola Pikir Tradisional

Masih banyak keluarga yang menganggap bahwa anak merupakan investasi yang sangat berharga. Semakin banyak anak, semakin banyak pula rezeki sehingga mereka cenderung memilih banyak anak. Dari segi ekonomi, anak berguna bagi keluarga sebagai tenaga yang dapat diperbantukan untuk menambah penghasilan orang tua. 102.1.2.2.9. Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh. Promosi metode kontrasepsi melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB seperti di puskesmas, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi. 102.1.2.3. Metode Kontrasepsi

Macam macam metode kontrasepsi:

2.1.2.3.1. Metode Sederhana

2.1.2.3.1.1. Tanpa alat:

KB alamiah, yaitu:

Metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simptotermal. 10 Coitus interuptus 102.1.2.3.1.2. Dengan alat:

Mekanik (barrier)

Kondom pria, barier intra vaginal (seperti diafragma, kap serviks, kondom wanita) 10 Kimiawi

Spermisid (seperti vaginal cream, vaginal busa, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal soluble film). 102.1.2.3.2. Metode modern

2.1.2.3.2.1. Kontrasepsi hormonal:

Pil Oral Kombinasi (POK), mini pil, morning-after pil Injeksi / suntikan

Subkutis (implan)

2.1.2.3.2.2. Intra Uterine Deviced/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD/ AKDR)

2.1.2.3.2.3. Kontrasepsi mantap (tubektomi, vasektomi). 102.1.2.4. Kontrasepsi Hormonal

2.1.2.4.1. Pil kombinasi ( kombinasi hormon estrogen dan progesterone )

2.1.2.4.1.1. Profil

Efektif dan reversibel, harus diminum setiap hari, pada bulan pertama. Efek samping berupa mual dan perdarahan. Bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang. Efek serius sangat jarang terjadi. Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduktif baik yang sudah mempunyai anak maupun belum, dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil, tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui, dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. 102.1.2.4.1.2. Jenis

Monofasik, bifasik, dan trifasik. Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progesterone dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 102.1.2.4.1.3. Cara Kerja

Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui sperma, pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. 102.1.2.4.1.4. Keuntungan

Efektifitas tinggi, 1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama bila digunakan setiap hari (hampir menyerupai efektifitas tubektomi)

Risiko terhadap kesehatan sangat kecil

Tidak mengganggu hubungan seksual

Siklus haid menjadi teratur, mencegah anemia karena banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi nyeri haid

Dapat digunakan dalam jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya

Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menoupause

Dapat dihentikan setiap hari

Kesuburan segera kembali segera setelah penggunaan pil dihentikan

Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

Dapat membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenorea atau acne. 102.1.2.4.1.5. Keterbatasan

Mual, terutama 3 bulan pertama

Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama

Pusing

Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan memiliki dampak positif

Nyeri pada payudara

Berhenti haid jarang terjadi pada pil kombinasi

Mengurangi produksi ASI

Pada sebagian kecil perempuan, dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk bersenggama berkurang

Dapat meningkatkan tekanan darah dan resistensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena meningkat sedikit. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pada perempuan usia >35 tahun dan merokok

Tidak mencegah infeksi menular seksual HBV, HIV/AIDS

Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari. 102.1.2.4.1.6. Yang Dapat Menggunakan Pil

Usia reproduksi

Tidak memiliki anak atau pun belum memiliki anak

Gemuk atau kurus

Menginginkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi

Setelah melahirkan dan tidak menyusui

Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut

Pasca keguguran

Anemia karena haid berlebih

Nyeri haid hebat

Siklus haid tidak teratur

Riwayat kehamilan ektopik

Kelainan payudara jinak

Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf

Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis

Menderita TBC (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin)

Varises vena.102.1.2.4.1.7. Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil

Hamil atau dicurigai hamil

Menyusui eksklusif

Perdarahan per vaginam yang belum diketahui penyebabnya

Penyakit hati akut (hepatitis)

Perokok dengan usia >25 tahun

Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg

Riwayat gangguan pembekuan darah

Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

Migrain atau gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)

Tidak dapat menggunakan pil secara teratur.102.1.2.4.1.8. Efek Samping dan Penanganannya

Amenorrhea (tidak ada perdarahan)

Penanganan: Periksa dalam atau tes kehamilan. Bila tidak hamil dan minum pil dengan benar, maka tidak perlu khawatir. Tidak haid kemungkinan besar akibat efek estrogen terhadap endometrium kurang adekuat, dan tidak perlu pengobatan khusus. Penanganan dengan memberikan pil dengan dosis estrogen 35 mcq atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestine dikurangi. Bila klien hamil intrauterine, penggunaan pil dihentikan dan yakinkan klien bahwa pil yang telah diminumnya tidak punya efek terhadap janin.

Mual, pusing, atau muntah (akibat reaksi anafilaktik). 102.1.2.5. Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogestron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan i.m sebulan sekali (cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan dengan i.m sebulan sekali. 10

2.1.2.5.1. Cara Kerja

mengentalkan lendir serviks sehingga menggangu penetrasi sperma

Menekan ovulasi

Endometrium menjadi atrofi sehingga implantasi terganggu. 102.1.2.5.2. Keuntungan Kontrasepsi

Sangat efektif (0,1; 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama

Risiko terhadap kesehatan kecil, efek samping sangat kecil

Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri

Tidak perlu dilakukan periksa dalam

Jangka panjang

Akseptor tidak perlu menyimpan obat suntik. 102.1.2.5.3. Keuntungan non kontrasepsi

Mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah perdarahan, mencegah anemia

Mempunyai khasiat untuk mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium

Mengurangi penyakit jinak payudara dan kista ovarium

Mencegah kehamilan ektopik

Melindungi akseptor dari penyakit radang panggul tertentu

Pada kondisi tertentu dapat diberikan kepada perempuan usia perimenopause 102.1.2.5.4. Kerugian/Keterbatasan

Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur, perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan selama sampai 10 hari

Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. Biasanya keluhan ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga

Akseptor harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan

Bila digunakan bersamaan dengan fenitoin dan barbiturat atau rifampisin (obat untuk tuberkulosis), efektivitasnya berkurang

Dapat menyebabkan efek samping serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.

Peningkatan berat badan

Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau HIV/AIDS

Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah pemakaian berhenti.102.1.2.5.5. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi Usia reproduksi, telah memiliki anak maupun belum

Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi

Memberikan ASI pasca persalinan >6 bulan

Pasca persalinan tetapi tidak menyusui

Anemia

Nyeri haid hebat, haid teratur

Riwayat kehamilan ektopik. 102.1.2.5.6. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi Hamil atau diduga hamil

Menyusui, kurang dari 6 minggu pasca persalinan

Perdarahan per vaginam yang belum jelas penyebabnya

Penyakit hati akut (virus hepatitis)

Usia >35 tahun dan merokok

Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg)

Riwayat kelainan tromboemboli, riwayat kencing manis >20 tahun

Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain

Keganasan pada payudara 102.1.2.5.7. Efek Samping Amenorrhea

Mual/pusing/muntah

Perdarahan/perdarahan bercak (spotting) 102.1.2.6. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

2.1.2.6.1. Profil

Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB

Sangat efektif pada masa laktasi dan tidak menurunkan produksi ASI

Tidak memberikan efek samping estrogen

Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur

Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. 102.1.2.6.2. Jenis minipil

Kemasan dengan isi 35 pil, 300 mg levanogestrel atau 350 mg noretindron

Kemasan dengan isi 28 pil, 75 mg desogestrel 102.1.2.6.3. Cara Kerja Minipil Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus

Perubahan pada motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

Perubahan dalam fungsi corpus luteum

Mengentalkan lendir serviks yang mengganggu penetrasi spermatozoa Endometrium berubah sehingga menghalangi implantasi ovum yang telah dibuahi. 102.1.2.6.4. Efektifitas Minipil Efektifitas mencapai 98,5%. Agar kehandalan pil tidak terganggu:

Jangan sampai ada tablet yang lupa

Jangan sampai terjadi gangguan pada sistem pencernaan

Minipil harus diminum setiap harinya, sebaiknya pada jam yang sama. 102.1.2.6.5. Keuntungan Kontrasepsi Sangat efektif bila digunakan dengan benar

Tidak mengganggu hubungan seksual

Tidak mempengaruhi ASI

Kesuburan cepat kembali

Nyaman dan mudah digunakan

Sedikit efek samping

Dapat dihentikan setiap saat

Tidak mengandung estrogen yang menyebabkan efek samping seperti rasa mual, hipertensi, nyeri tungkai bawah, sakit kepala, chloasma 102.1.2.6.6. Keuntungan Non Kontrasepsi Dapat diberikan pada perempuan yang mengalami tromboembolik

Menurunkan keadaan/tingkat anemia

Mencegah kanker endometrium

Melindungi dari penyakit radang panggul

Tidak meningkatkan pembekuan darah

Dapat diberikan pada penderita endometriosis

Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi 102.1.2.6.7. Yang Boleh Menggunakan Pil Usia reproduksi

Telah atau belum memiliki anak

Ingin menggunakan metode kontrasepsi yang efektif selama masa menyusui

Pasca persalinan atau tidak menyusui

Pasca keguguran

Perokok pada segala usia

Menderita tekanan darah tinggi, dengan syarat tekanan darah 35 23 21.7 %

Jumlah anak 2 84 79.2 %

>2 22 20.8 %

Pendidikan Tinggi 14 13.2 %

Sedang 53 50.0 %

Rendah 39 36.8 %

Pekerjaan Bekerja 19 17.9 %

Tidak Bekerja 87 82.1 %

Efek Samping Ada 9 8.5%

Tidak Ada 97 91.5%

Budaya Ada 96 90.6%

Patrilineal Tidak Ada 10 9.4%

Pola Pikir Ada 11 10.4%

Tradisional Tidak Ada 95 89.6%

Tabel 4.4. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Status Penghentian KB

Pengetahuan Ibu Status Penghentian KB Uji Statistik df p Ho

Masih Ber-KB Berhenti Ber-KB

Baik 61 11 K-S 2 p2 21 1 2,72 1 p0,025 gagal ditolak

*Rendah 12 2

Tabel 4.8. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Status Penghentian KBPekerjaan Status Penghentian KB Uji Statistik df p Ho

Masih Ber-KB Berhenti Ber-KB

Bekerja 17 2 K-S

Tidak Bekerja 78 9 1,289 1 p>0,025 gagal ditolak

Tabel 4.9. Hubungan Antara Efek Samping Dengan Status Penghentian KB

Efek Samping Status Penghentian KB Uji Statistik df p Ho

Masih Ber-KB Berhenti Ber-KB

Ada 8 1 K-S

Tidak Ada 87 10 0,936 1 p>0,025 Gagal ditolak

Tabel 4.10. hubungan antara budaya patrilineal dengan status penghentian KB

Budaya Patrilineal Status Penghentian KB Uji Statistik df p Ho

Masih Ber-KB Berhenti Ber-KB

Ada 86 9 K-S 1 p>0,025 Gagal ditolak

Tidak Ada 9 2 1,118

Tabel 4.11. Hubungan Antara Pola Pikir Tradisional Dengan Status Penghentian KBPola Pikir

Tradisional Status Penghentian KB Uji Statistik df p Ho

Masih Ber-KB Berhenti Ber-KB

Ada 12 14 KS 1 p>0,025 Gagal ditolak

Tidak Ada 69 11 0,561

BAB V

Pembahasan

Dari hasil penelitian yang kami lakukan di Puskesmas kelurahan Palmerah 2., dapat dilihat prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pil KB 13,2 %, alat kontrasepsi suntik 82,07 %, alat kontrasepsi implan 2,83 % dan IUD 1,8 %.Dari hasil penelitian yang kami lakukan diperoleh hasil status penghentian penggunaan alat kontrasepsi pada ibu akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah 2, Kecamatan Palmerah pada periode 23 September 2012 sampai 28 September 2012 adalah sebesar 13,2%. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan hasil SDKI 2002-2003 sebesar 39,7 %

Pada sebaran pengetahuan ibu akseptor KB menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik sebesar 67.9 % , sedangkan pada tingkat pengetahuan sedang dan rendah ialah 23.6% dan 8.5%. Hal ini sesuai dengan sakhnan (2001) yang melaporkan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu dalam program KB. Pada sebaran usia ibu akseptor KB menunjukkan sebagian responden berusia antara >35 tahun sebanyak 21.7%. hal ini sesuai dengan Simbolon (2010) yang menyatakan bahwa mereka yang berumur tua mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. Pada sebaran jumlah anak ibu akseptor KB menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki anak kurang atau sama dengan dua orang sebesar 79.2%. hal ini sesuai dengan SDKI 2002-2003 dimana wanita yang memiliki jumlah anak lebih dari dua orang cenderung menggunakan alat kontrasepsi. Pada sebaran pendidikan ibu akseptor KB, didapat kan hasil sebanyak 50.0% responden berpendidikan sedang, sedangkan responden yang berpendidikan tinggi dan rendah sebanyak 13.2% dan 36.8%, menurut penelitian Simbolon (2010) menyimpulkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Pada sebaran pekerjaan ibu didapatkan hasil sebagian besar 82.1% tidak bekerja dan selebihnya bekerja sebesar 17.9%, hasil ini berbeda dengan data SDKI (1999) yang meyatakan bahwa sebesar 55.4% prevalensi wanita bekerja menggunakan alat kontrasepsi. Pada sebaran efek samping ibu akseptor KB didapatkan hasil sebagian kecil 8.5% terdapat efek samping, hal ini sesuai dengan SDKI 1997, diketahui bahwa 10 % wanita berhenti menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping. Pada sebaran budaya patrilineal ibu akseptor KB didapatkan hasil sebanyak 90.6 % terdapat pengaruh budaya patrilineal, hal ini sesuai dengan Simbolon (2010) yang menyatakan bahwa preferensi suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB tertentu. Pada sebaran pola pikir tradisional ibu akseptor KB sebanyak 89.6% tidak ada pengaruh pola pikir tradisional, hal ini tidak sesuai Simbolon (2010) menyatakan bahwa semakin banyak anak, semakin banyak pula rezeki, sehingga mereka cenderung memilih banyak anak.

Hubungan antara variable pengetahuan ibu dengan status penghentian KB berdasarkan uji Kolmogorov smirnov didapatkan K= 3.41 dengan p 0.025. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara budaya patrilineal dengan status penghentian KB. Berdasarkan hasil ini dikatakan bahwa budaya patrilineal tidak terlalu berperan dalam penghentian KB

Hubungan antara variable pekerjaan ibu dengan status penghentian KB berdasarkan uji Kolmogorov smirnov didapatkan K= 1.289 dengan p >0.025. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan status penghentian KB. Berdasarkan hasil ini dikatakan bahwa pendidikan ibu tidak terlalu berperan dalam penghentian KB.

Hubungan antara variable pola piker tradisional dengan status penghentian KB berdasarkan uji Kolmogorov smirnov didapatkan K= 0.561 dengan p >0.025. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pola pikir tradisional dengan status penghentian KB. Berdasarkan hasil ini dikatakan bahwa pola pikir tradisional tidak terlau berperan dalam penghentian KB.

BAB VI

Kesimpulan dan Saran6.1. Kesimpulan

Dari seluruh data yang telah diperoleh dan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa : 6.1.1. Prevalensi ibu akseptor KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi di puskesmas kelurahan palmerah 2, kecamatan palmerah, Jakarta barat adalah sebesar 13,2 %6.1.2. Dari sebaran responden menurut variable tertentu dapat terlihat bahwa :6.1.2.1. Pengetahuan ibu

Sebanyak 67.9% responden memiliki pengetahuan yang baik6.1.2.2. Usia ibu

Sebesar 21.7% responden berusia lebih dari 35 tahun

6.1.2.3. Jumlah anak

Sebanyak 79.2% responden memiliki anak kurang dari sama dengan dua orang

6.1.2.4. Pendidikan ibu

Sebesar 50% responden memiliki pendidikan sedang

6.1.2.5. Pekerjaan ibu

Sebanyak 82.1% responden tidak memiliki pekerjaan

6.1.2.6. Efek samping

Hanya 8.5 % responden yang memiliki efek samping

6.1.2.7. Budaya patrilineal

Sebanyak 90.6 % responden terpengaruh budaya patrilineal

6.1.2.8. Pola pikir tradisional

Sebanyak 89.6 % responden terpengaruh pola pikir tradisional

6.2. Saran 6.2.1. Bagi puskesmas kelurahan Palmerah 2, kecamatan Palmerah, Jakarta Barat :6.2.2. Agar lebih banyak mengadakan kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terutama penyuluhan terhadap ibu-ibu mengenai penting nya keluarga berencana yang bertujuan meningkatkan pengetahuan ibu sehingga mendorong ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi 6.2.3. bagi kader posyandu di puskesmas kelurahan Palmerah 2, kecamatan palmerah, Jakarta Barat :6.2.3.1. agar para kader selalu mensosialisasikan kapan diadakan kegiatan posyandu sebagai contoh memberikan informasi melalui tempat ibadah, pada saat rapat warga atau pengeras suara seperti yang ada di Masjid6.2.3.2. agar kader lebih aktif mengajak peran serta masyarakat terutama ibu untuk terlibat kegiatan posyandu seperti mendatangi rumah ibu-ibu yang belum atau tidak rutin mengikuti kegiatan posyandu

Daftar Pustaka

1. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta 2009:Depkes. Available from http://www.depkes.go.id. Accessed on 27 September 2012

2. Kependudukan dan Keluarga. Available from www.bappenas.go.id3. Husamah. Orang Miskin di Negeri Kaya. Available from www.ejournal.umm.ac.id. Accessed on 27 September 2012

4. Kependudukan dan Keluarga Berencana. Available from www.bkkbn.go.id5. Irfani. Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010.

6. Shaw D. The ABC s of Family Planning. Canada: Spokesperson for the Partnership for Maternal Newborn Health. Available from http://www.who.int/pmnch/media/membernews/2010/20100322_d_shaw_oped/en/index.html. Accessed on 27 September 20127. Program KB di Indonesia. Available from http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/. Accessed on 27 September 2012

8. Metoda Kontrasepsi. Available from http://blogs.unpad.ac.id9. Cara-Cara Kontrasepsi yang Digunakan Saat Ini. Available from http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/cara.htm. Accessed on 27 September 2012

10. Simbolon D. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010. [skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2010.

11. Rujiman. Analisis Perubahan Demografi dan Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Kabupaten Deli Serdang. [disertasi]. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 2011.

12. Rika GA. Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Peningkatan Berat Badan Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RW. 07 Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok. [laporan penelitian]. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran; 2008.13. Greg HA, SpOG. Konsultasi dan Pelayanan Kontrasepsi. Available from: http://greg-spog.com/pelayanan/konsultasi-pelayanan-kontrasepsi/. Accessed on 27 September 2012

Usia Ibu

Semakin tua usia ibu semakin kecil peluang untuk menggunakan KB

Jumlah Anak

Makin banyak anak, kontrasepsi lanjut

Pengetahuan Ibu

Semakin banyak informasi, kesadaran berkontrasepsi semakin tinggi

Pola Pikir Tradisional

Pola pikir banyak anak banyak rezeki, kontrasepsi berhenti

Pendidikan Ibu

Semakin tinggi tingkat pendidikan, kesadaran berkontrasepsi semakin tinggi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penghentian KB

Efek Samping

Semakin

banyak efek samping, semakin tinggi penghentian KB

Budaya Patrilineal

Selama belum memiliki anak laki-laki, suami memutuskan untuk tidak berKB

Pekerjaan Ibu

perempuan yang hanya mengurus rumah tangga saja cenderung mempunyai anak yang lebih banyak, sedangkan perempuan yang bekerja mempunyai anak lebih sedikit.

Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi, pemakaian alat kontrasepsi meningkat

Usia Ibu

Jumlah Anak

Faktor Predisposisi

Pengetahuan Ibu

Pendidikan Ibu

Pekerjaan Ibu

Status Penghentian KB

Efek Samping Kontrasepsi

Faktor Pendukung

Budaya patrilineal

Faktor Pendorong

Pola Pikir Tradisional

Pelayanan Kesehatan

27