Pene Eva Gustina

80
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Persalinan lama pada setiap tahunnya menyebabkan 40.000 kematian maternal, juga merupakan morbiditas maternal saat persalinan yang paling sering muncul di pusat kesehatan seperti yang dikutip oleh Lila Amalia. Kematian maternal yang disebabkan oleh persalinan lama menjadi suatu hal yang perlu di tangani dengan baik agar tingkat kesejahteraan ibu dan bayi di Indonesia dapat tercapai serta menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Kejadian komplikasi obstetrik terdapat pada sekitar 20 % dari seluruh ibu hamil. 1 Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga lama persalinan lebih lama dari normal atau terjadi partus lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan meliputi faktor ibu, faktor janin, dan faktor jalan lahir. Faktor ibu meliputi paritas, usia, dan his yang dipengaruhi oleh penyakit penyerta, kecemasan, dan kelelahan . Faktor janin meliputi malposisi dan malpresentasi, dan janin besar. 4 Sedangkan faktor jalan lahir meliputi Disproporsi Cephalopelvik (CPD). Adapun faktor lain yang berperan terhadap lamanya persalinan, yakni riwayat ANC ibu selama hamil. 5 1

description

IKM

Transcript of Pene Eva Gustina

Page 1: Pene Eva Gustina

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Persalinan lama pada setiap tahunnya menyebabkan 40.000 kematian maternal, juga

merupakan morbiditas maternal saat persalinan yang paling sering muncul di pusat kesehatan

seperti yang dikutip oleh Lila Amalia. Kematian maternal yang disebabkan oleh persalinan lama

menjadi suatu hal yang perlu di tangani dengan baik agar tingkat kesejahteraan ibu dan bayi di

Indonesia dapat tercapai serta menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia.

Kejadian komplikasi obstetrik terdapat pada sekitar 20 % dari seluruh ibu hamil.1

Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan proses persalinan tidak berjalan

lancar sehingga lama persalinan lebih lama dari normal atau terjadi partus lama. Faktor-faktor

yang mempengaruhi lamanya persalinan meliputi faktor ibu, faktor janin, dan faktor jalan lahir.

Faktor ibu meliputi paritas, usia, dan his yang dipengaruhi oleh penyakit penyerta, kecemasan,

dan kelelahan . Faktor janin meliputi malposisi dan malpresentasi, dan janin besar.4 Sedangkan

faktor jalan lahir meliputi Disproporsi Cephalopelvik (CPD). Adapun faktor lain yang berperan

terhadap lamanya persalinan, yakni riwayat ANC ibu selama hamil.5

Kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah, Makassar tahun 2006 adalah 74 kasus dari

2552 persalinan yaitu sekitar 2,89 % dari seluruh persalinan. Penelitian yang dilakukan

Soekiman di RS Mangkuyudan di Yogyakarta didapatkan bahwa dari 3005 kasus partus lama,

terjadi kematian pada bayi sebanyak 16,4 % (50 bayi), sedangkan pada ibu didapatkan 4

kematian.6

Di RSUD Ulin, Banjarmasin pada periode 1 Januari 1998 sampai dengan 31 Desember

2000 terdapat 5.165 persalinan. Sebagian besar persalinan terjadi pada paritas ke-1 (47%),

dengan kejadian partus normal sebesar 58 %. Primiparitas akan meningkatkan risiko partus lama

sebesar 2,06 kali bila dibandingkan multiparitas. Kejadian partus lama insidensi tertinggi pada

usia 19-35 tahun, dan pada paritas pertama dari seluruh kejadian partus lama.7 Dari angka ini,

angka kematian ibu yang disebabkan oleh persalinan lama adalah sebesar 6,3%. Penelitian oleh

1

Page 2: Pene Eva Gustina

Maria Olva pada tahun 2001 yang dilakukan di RSU Unit Swadana Kabupaten Subang, Jawa

Barat menyebutkan persalinan lama cenderung meningkat pada setiap tahunnya yaitu 50,9%

pada tahun 1999, 52,19% pada tahun 2000 sampai 56,71% pada tahun 2001.

Adapun faktor yang mempengaruhi persalinan lama berdasarkan dari penelitian Maria

Olva pada tahun 2001, faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan lama adalah usia, wanita

yang menjalani persalinan dalam usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 34 tahun beresiko

mengalami persalinan lama sebesar 1,33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang

melahirkan dalam rentang usia 20 sampai dengan 34 tahun. Paritas juga menjadi faktor yang

menyebabkan persalinan lama. Wanita yang belum pernah melahirkan dan yang telah melahirkan

lebih dari 3 kali beresiko engalami persalinan lama sebesar 1,32 kali. Wanita dengan disproposi

sefalo-pelvik cenderung mengalami persalinan lama sebesar 2,04 kali dibandingkan wanita yang

tidak disproposi sefalo-pelvik. Wanita dengan penyakit penyerta seperti Diabetes Mellitus (DM)

beresiko mengalami persalinan lama sebesar 5,65 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang

tidak memiliki penyakit penyerta. Adanya kelainan letak janin cenderung mengalami persalinan

lama 2,11 kali. Ibu yang melahirkan bayi kembar beresiko mengalami persalinan lama sebesar

4,94 kali.

Data yang dikeluarkan oleh Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan 2012

menunjukkan prevalensi persalinan lama sebesar 64,30% sedangkan target yang ditetapkan oleh

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan adalah untuk mendapatkan penurunan ibu hamil

dengan persalinan lama sebesar 50,60%. Karena tingginya angka persalinan lama pada ibu, maka

peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi

persalinan lama karena belum ada data dan penelitian yang dilakukan berhubungan dengan

lamanya persalinan dan faktor – faktor lain berhubungan di Kelurahan Tanjung Duren Selatan

tahun 2013.

1.2 Rumusan Permasalahan

1. Tingginya kejadian partus lama di Indonesia. Di RSIA Siti Fatimah, Makassar tahun

2006 adalah 74 kasus dari 2552 persalinan yaitu sekitar 2,89 % dari seluruh persalinan.

2

Page 3: Pene Eva Gustina

2. Persalinan yang lama menyebabkan kematian bayi dan ibu, hal ini meningkatkan angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia.

3. Primiparitas akan meningkatkan risiko partus lama sebesar 2,06 kali bila dibandingkan

multiparitas. Kejadian partus lama insidensi tertinggi pada usia 19-34 tahun, dan pada

paritas pertama dari seluruh kejadian partus lama.

4. Masih tingginya angka persalinan yang dialami oleh wanita usia dibawah 20 tahun.

5. Wanita dengan disproposi sefalo-pelvik karena tinggi badan yang kuran dari 145cm

cenderung mengalami persalinan lama sebesar 2,04 kali dibandingkan wanita dengan

tinggi badannya lebih dari 145 cm

6. Wanita dengan penyakit penyerta seperti Diabetes Mellitus (DM) beresiko mengalami

persalinan lama sebesar 5,65 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki

penyakit penyerta.

7. Adanya kelainan letak janin cenderung mengalami persalinan lama 2,11 kali.

8. Ibu yang melahirkan bayi kembar beresiko mengalami persalinan lama sebesar 4,94 kali

9. Target penurunaan prevalensi persalinan lama di kelurahan Tanjung Duren Selatan belum

tercapai.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Diperoleh gambaran lama persalinan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi di wilayah

kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan pada periode 22 Januari 2013 sampai dengan

periode 15 Febuari 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

a) Diketahuinya distribusi lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung

duren Selatan, Jakarta Barat pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari

2013.

3

Page 4: Pene Eva Gustina

b) Diketahuinya distribusi tindakan akhir persalinan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan

Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari 2013.

c) Diketahuinya distribusi rata- rata waktu persalinan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan

Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari 2013.

d) Diketahuinya distribusi paritas, usia, tinggi badan, berat badan lahir, penolong persalinan dan

riwayat ANC ibu di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan periode

Januari 2013 sampai dengan periode Februari 2013.

e) Diketahuinya hubungan antara usia ibu pada saat melahirkan dengan lama persalinan di

wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai

dengan periode Februari 2013.

f) Diketahuinya hubungan antara paritas dengan lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas

kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari

2013.

g) Diketahuinya hubungan antara tinggi badan ibu dengan lama persalinan di wilayah kerja

Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan

periode Februari 2013.

h) Diketahuinya hubungan antara berat badan lahir dengan lama persalinan di wilayah kerja

Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan

periode Februari 2013.

i) Diketahuinya hubungan antara penolong persalinan dengan lama persalinan di wilayah kerja

Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan

periode Februari 2013.

j) Diketahuinya hubungan antara riwayat ANC ibu dengan lama persalinan di wilayah kerja

Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan

periode Februari 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

a) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat saat kuliah

b) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat

4

Page 5: Pene Eva Gustina

c) Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis

d) Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengenai penelitian

e) Melatih kerjasama tim

1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

a) Merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat.

b) Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah

dalam peran sertanya di bidang kesehatan

c) Data awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

lamanya persalinan.

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat

a) Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam upaya peningkatan derajat

kesehatan dan penelitian selanjutnya.

b) Menambah pengetahuan masyarakat mengenai faktor – faktor risiko yang

mempengaruhi lamanya persalinan.

5

Page 6: Pene Eva Gustina

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persalinan Normal

Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara

spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan.

Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37

hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.1

2.2. Tahapan Persalinan

Tahapan dalam persalinan di bagi menjadi 3 kala yaitu : 2,3,4,5

2.2.1. Kala I (kala pembukaan)

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat

sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung

12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan

pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan

tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.3-5

Tanda-tanda persalinan atau inpartu:

Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada

servik.

Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)

2.2.2 Kala II Persalinan (Kala Pengeluaran Janin)

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan

keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara.

Pada wanita dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah melebar, dua atau tiga

6

Page 7: Pene Eva Gustina

kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.

Sebaliknya pada seorang wanita dengan panggul sempit atau janin besar atau dengan kelainan

gaya ekspulsif akibat anesthesia regional maka kala II dapat sangat memanjang.2-5

Gejala utama kala II adalah :

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b. Ibu meraskan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vagina.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya :

a. Pembukaan serviks telah lengkap dengan dipimpin mengedan.

b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

2.2.3 Kala III (kala uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak

lebih dari 30 menit.

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

- Uterus terdorong ke atas

- Tali pusat bertambah panjang

- Terjadinya perdarahan tiba-tiba

- Uterus menjadi bundar

2.2.4 Kala IV (kala pengawasan)

Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.

2.3 Persalinan Lama

Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan

lebih dari 18 jam pada multipara. 2-5

7

Page 8: Pene Eva Gustina

Lama Persalinan berdasarkan kala:

a. Kala I fase laten pada primipara 8 - 9 jam tetapi tidak lebih dari 20 jam. Pada

multipara dan grandemultipara adalah 5 - 14 jam.

b. Kala II pada primipara 1 - 2 jam. Pada multipara dan grandemultipara 2 jam.

c. Kala III pada primipara atau multipara dan grandemultipara 5 menit – 2jam.

Persalinan lama menurut kamus kedokteran didefinisikan secara menyeluruh yaitu

persalinan yang memerlukan waktu lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam

pada multigravida dan grandemultipara, terhitung dari mulai keluarnya lendir darah yang

merupakan indikasi terjadinya pembukaan serviks pertama kali hingga bayi keluar. Sedangkan

menurut friedman, persalinan lama terjadi bila terjadi perpanjangan waktu pada kala 1 dengan

atau perpanjangan waktu pada kala 2. Berdasarkan kurva Friedman, kala 1 pada persalinan

pertama berlangsung lebih dari 20 jam, dan pada persalinan kedua dan seterusnya berlangsung

lebih dari 14 jam.

Pemanjangan kala 2 pada proses persalinan primipara terjadi jika prosesnya berlangsung lebih

2jam, pada multigravida dan grandemultigravida lebih dari 1 jam.

Diagnosa persalinan lama ditentukan dari:

Total waktu yang diperlukan untuk melakukan proses persalinan pada kala 1 dan 2 yang

lebih dari pada seharusnya

Kala 1 yang memanjang lebih daripada seharusnya

Kala 2 yang memanjang lebih dari seharusnya

2.4 Bahaya Partus Lama

2.4.3 Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.

Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik

dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi,

perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi

semakin memperburuk bahaya bagi ibu. 2,3,4,6

8

Page 9: Pene Eva Gustina

2.4.4 Bahaya bagi janin

Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan

semakin sering terjadi keadaan berikut ini :2-4

Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin

Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit

Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan

terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-

paru serta infeksi sistemik pada janin.

Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama

memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat

yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan

pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan

resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan bayi

selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui

proses persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga

berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.7

2.5 Etiologi

Durasi persalinan dipengaruhi oleh power (tenaga mengedan), passage (jalan

lahir), dan passenger (faktor janin), juga faktor psikologis ibu, yang dapat mempengaruhi

lamanya kala I, II maupun kala III. Sering ada satu atau lebih faktor untuk terjadinya persalinan

lama, yaitu: 2-8

1. Adalah faktor psikis seperti: Perasaan takut, cemas, khawatir, dan tegang

sehingga dapat mempengaruhi kontraksi uterus yang pada akhirnya dapat

menyebabkan persalinan lama.

2. Kegagalan power (kekuatan ibu)

Kontraksi uterus yang tidak efisien (hypotonik atau hypertonik), faktor yang

mempengaruhi adalah anemia dapat menghambat efektifitas kontraksi uterus

9

Page 10: Pene Eva Gustina

dan dapat mengarah pada atonia uteri seperti, persalinan dengan induksi khusus

pada serviks belum matang, pemberiaan sedativa berlebihan atau terlalu dini,

ketidakmampuan mengedan, dan penyakit yang diderita ibu.

3. Kegagalan passage (jalan lahir)

Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu

dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua

kemungkinan yang terjadi iaitu saama ada panggul ibu sebagai jalan lahir

ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar atau panggul ibu ukuran

normal tetapi anaknya besar / kepala besar.

4. Kelainan passenger (janin)

2.6 Faktor resiko

2.6.1 Paritas

Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas adalah jumlah

janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup

maupun mati.2-10

Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada multipara

dominasi fundus uteri lebih besar dengan kontraksi uterus lebih besar dengan kontraksi lebih

kuat dan dasar panggul yang lebih rileks sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir dan

mengurangi lama persalinan. Namun pada grand multipara, semakin semkin banyak jumlah

janin, persalinan secara progresif lebih lama. Hal ini diduga akibat keletihan pada otot-otot

uterus .9

Tingkatan paritas antara lain :

1. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk

pertama kali. Pada primi kala I mengalami fase serviks mendatar (effacement)

dulu baru dilatasi, berlangsung 13-14 jam. Pada kala II (kala pengeluaran janin)

berlangsung 1 jam.

2. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali

(sampai 5 kali). Pada kala I mengalami fase mendatar dan membuka bisa

bersamaan lamanya 6-7 jam. Pada kala II berlangsung 1/2 jam.

3. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih

10

Page 11: Pene Eva Gustina

hidup atau mati.

Pada seorang wanita yang mempunyai paritas lebih tinggi dengan vagina dan perineum

yang lemas, untuk menyelesaikan kelahiran bayi cukup membutuhkan dua atau tiga daya dorong

setelah pembukaan servik lengkap sehingga jika terjadi persalian lama, merupakan akibat

pemanjangan waktu pada kala 1.2,9,11

Hasil analisis risiko paritas terhadap kejadian partus lama pada penelitian yang dilakukan

di RSIA Siti Fatimah Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan

masyarakat Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 3,441 (95% CI:

1,992<OR<6,159). Ini berarti bahwa ibu dengan paritas 1 memiliki risiko mengalami partus lama

3,441 kali lebih besar dibandingkan dengan paritas >1dan bermakna secara statistik. Ibu paritas 1

cendrung lebih lama mengalami pembukaan lengkap dibanding ibu dengan paritas >1.

Penelitian Siti Mulidah di Kabupaten Purworejo tahun 2002 bahwa ibu dengan paritas I

cenderung lebih besar risikonya mengalami partus lama sebesar 3,45 kali dan bermakna secara

statistik.

2.6.2 Cephalopelvic Dispoportion2-9

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian

antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.

Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi

keduanya. Oleh karena itu, CPD merupakan salah satu faktor resiko yang mempengaruhi lama

persalinan pada kala II.

a. Panggul Sempit2-5,7

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya

kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus,

janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Panggul dengan

ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada janin

dengan berat badan yang normal.. Panggul sempit yang penting pada obstetric

bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya

11

Page 12: Pene Eva Gustina

perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran

yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas

panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi

pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul

yang menyempit seluruhnya.

Ibu bertubuh pendek < 145 cm yang biasanya berkaitan dengan kemungkinan

panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas

panggul dan besar kepala janin.1,10 Sebagian besar kasus partus lama disebabkan

oleh tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi

waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun

dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul

sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu

yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki

tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi

badan 160 cm sebesar 1%.

b. Janin yang besar4,6,9

Normal berat neonatus pada umumnya <4000gram dan jarang ada yang

melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi

besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%, dan berat

badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Faktor keturunan memegang

peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat

dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus. Selain itu, yang dapat

menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, namun hal

tersebut masih diragukan. Untuk menentukan besarnya janin secara klinis

bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat

kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama

sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang

12

Page 13: Pene Eva Gustina

tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti

untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan

alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan

tubuh besar dan kepala besar. Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan

terjadinya kesulitan dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari

4000gram.

Hasil analisis risiko berat janin terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti

Fatimah Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan

masyarakat Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 1,890 (95% CI:

0,847<OR<4,214). Ini berarti bahwa ibu yang memiliki janin yang berat >3500

gram memiliki risiko mengalami partus lama 1,890 kali lebih besar dibandingkan

dengan ibu yang berat janinnya ≤3500 gram tapi tidak bermakna secara statistik.

Ini terjadi diduga karena ukuran tinggi badan ibu cendrung lebih tinggi sehingga

ukuran panggulnya juga besar. Besarnya janin hanya setengah dari suatu

persamaan, tetapi lainnya adalah ukuran dari tulang-tulang panggul.  Penelitian

Djalaluddin di RSUD Ulin Banjarmasin dan di RSU Ratu Zalecha Martapura

tahun 2003 didapatkan berat janin >3500 gram memiliki risiko 1,10 kali lebih

besar untuk mengalami partus lama dibandingkan berat janin <3500 gram tapi

tidak bermakna secara statistik. Penelitian Pardjito tahun 1998 di Yogyakarta,

bayi >3500 gram meningkatkan risiko 4,19 kali (p<0,05) untuk terjadinya partus

lama.

2.6.3 Kondisi ibu sebelum persalinan2-9-11

Beberapa kondisi ibu yang tidak normal sebelum hamil, harus dilaksanakan

intervensi yang lama sebelum waktu persalinan tiba seperti: Anemia, masalah jantung, status

gizi, DM, memiliki kecenderungan meningkatkan durasi persalinan.

2.6.3.1 Diabetes Mellitus (DM)3,9

Diabetes mellitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa

darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM

13

Page 14: Pene Eva Gustina

merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:

diabetes melitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang telah

terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes melitus merupakan ganguan

sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.Diabetes mellitus ditandai dengan

hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak

adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.

Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes mellitus (GDM)) didefinisikan sebagai

intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali

dikenali selama masa hamil saat ini. Walaupun GDM umumnya hilang pada akhir kehamilan,

ada kemungkinan besar GDM terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. GDM dialami oleh sekitar

2% sampai 6% seluruh wanita hamil dan bertanggung jawab terhadap 90% kasus diabetes

selama masa hamil. Faktor-faktor risiko klasik diabetes gestasional mencakup obesitas, riwayat

diabetes dan dan makrosomia keluarga, dan riwayat obstetri yang buruk sebelumnya.

Pengaruh penyakit Diabetes mellitus terhadap lamanya persalianan

1. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Spiegel Gabor 2009 dalam

Clinical experimental and fisiology menyimpulkan bahwa kadar gula yang

tinggi dalam darah dapat menurunkan sensitifitas reseptor oksitosin dalam

tubuh, sehingga mengakibatkan kurangnya kontraksi uterus saat

persalinan.

Gangguan kontraksi otot rahim terjadi sejak his pertama kali, sehingga

memperpanjang waktu persalinan pada kala 1.

2. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.

Pada ibu hamil dengan diabetes terutama yang mengalami peningkatan

berat badan yang berlebih timbunan lemak dalam tubuh dapat diubah

menjadi glukosa oleh hormon kehamilan (Beta HCG / Human Chorion

Gonadotropine). Sementara akibatnya pada bayi adalah lahir dengan berat

badan besar >4 kg, hal ini dapat membahayakan ibu dengan risiko

terjadinya distocia dan mengakibatkan terjadi persalinan lama khususnya

pada kala II.

14

Page 15: Pene Eva Gustina

2.6.3.2 Anemia5,10,11,21

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah

dari batas normal. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Stephansson O, dkk

menemukan bahwa perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan bertambahnya usia

kehamilan. Pada trimester pertama Hb tampak turun kecuali pada perempuan yang

memiliki kadar Hb rendah (<11,5 g/dl). Konsentrasi paling rendah didapatkan pada

trimester kedua, yaitu usia kehamilan sekitar 30 minggu. Pada trimester ketiga, terjadi

sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah memiliki kadar Hb tinggi

(>14,6 g/dl).

Nilai batas untuk anemia pada perempuan*

Status kehamilan Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%)

Tidak hamil 12,0 36

Hamil trimester 1 11,0 33

Hamil trimester 2 10,5 32

Hamil trimester 3 11,0 33

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan perempuan mengalami bahwa 35-75% ibu

hamil di negara berkembang mengalami anemia*.

Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat nutrisi seperti defisiensi besi.

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his primer,

sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dibantu karena ibu cepat lelah dan jika

terjadi gangguan persalinan perlu tindakan operatif. Bahaya anemia pada ibu hamil saat

persalinan adalah gangguan his yang dominan terjadi pada kala I sehingga menyebabkan

terjadinya kala I memanjang. Anemia juga menyebabkan kurangnya energi ibu yang

kemudian mempengaruhi kekuatan mengejan. Hal ini memberi pengaruh pada kala II di

mana kekuatan mengejan berperan besar. Hal ini menyebabkan terjadinya kala II

memanjang.

Hasil analisis risiko kejadian anemia terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti

Fatimah, Makassar pada tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 1,681 (95% CI :

15

Page 16: Pene Eva Gustina

0,958<OR<2,950). Ini berarti bahwa ibu yang mengalami kejadian anemia memiliki

resiko partus lama (kala I dan II memanjang) 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan

ibu yang tidak anemia namun hal ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini diakibatkan

oleh pengambilan kadar Hb yang tidak baku dan pada kontrol, Hb hanya diambil pada

trimester I dan kemungkinan ibu sedang mengalami anemia. Ibu hamil yang anemia bisa

mengalami gangguan his / gangguan mengejan yang mengakibatkan kala I memanjang.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Djalaluddin di RSUD Ulin, Banjarmasin dan RSU

Ratu Zalecha Martapura pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa ibu yang mengalami

anemia memiliki risiko 4,73 kali lebih besar untuk mengalami kejadian partus lama (Kala

I dan II memanjang) dibanding ibu yang tidak anemia dan secara statistik bermakna.

Penelitian Pardjito di Yogyakarta Tahun 1998 dengan penelitian eksperimen

menunjukkan anemia meningkatkan risiko partus lama namun hasilnya tidak bermakna.

Dari teori dan penelitian, dapat disimpulkan bahwa kejadian anemia dapat menyebabkan

pemanjangan kala I melalui gangguan pada his dan pada kala II mengakibatkan

kurangnya tenaga untuk mengejan. Hal ini dapat menyebabkan durasi waktu persalinan

yang panjang.

2.6.2.3 Gagal jantung2-3,5-7

Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa sejumlah

darah guna mencukupi kebutuhan tubuh. Pada setiap kontraksi rahim, jantung

memompa darah 20% lebih banyak dan sejalannya bertambahnya usia kehamilan,

seorang wanita penderita gagal jantung akan semakin merasa cepat lelah. Proses

persalinan dan bertambahnya jumlah darah dari rahim yang kembali ke jantung

menyebabkan meningkatnya kerja jantung. Kelelahan oleh karena kerja jantung

yang tidak adekuat mengakibatkan proses persalinan menjadi lebih lama dari ibu

yang tidak memiliki penyakit jantung. Kelelahan akibat adanya kelainan jantung

terjadi pada saat proses pengeluaran bayi, sehingga memperpanjang waktu pada

kala 2 persalinan.

16

Page 17: Pene Eva Gustina

2.6.3.4 Status Gizi dan Kenaikan Berat Badan Ibu3,8

Status gizi diartikan sebagai keadaan tubuh berupa hasil akhir dari

keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan juga perwujudan

manfaatnya. Perbaikan gizi merupakan syarat utama dalam perbaikan kesehatan

ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita. Ibu hamil merupakan

kelompok yang cukup rawan gizi. Bila ibu hamil mengalami kurang gizi maka

akibat yang akan ditimbulkan adalah persalinan yang lama (kala I dan II

memanjang). Hal ini karena tenaga untuk mengejan didapatkan dari karbohidrat.

Tenaga untuk mengejan ini penting dalam kala II. Selain itu, defisiensi besi akan

mengakibatkan anemia yang kemudian menganggu sirkulasi darah dan

menganggu kerja dari otot rahim. Kriteria status gizi menggunakan Indeks Massa

Tubuh yang diterapkan oleh Depkes pada tahun 2001. Berikut adalah kriterianya :

Kategori IMT Pengertian Keterangan

< 18,5 Berat badan kurang Kurus

18,5 – 25 Berat badan normal Normal / sehat

> 25 Berat badan lebih Kegemukan

Ibu hamil yang mengalami kegemukan atau istilahnya obesitas juga dapat

berisiko buruk pada kehamilan dan janin yang dikandungnya. Pada ibu,

kegemukan akan membuat beban jantung jadi terlalu berat, selain itu tekanan

pada pembuluh darah akan meninggi akibat tebalnya lemak. Risiko lain yang

harus di waspadai adalah diabetes saat hamil (gestational diabetes). Untuk

peningkatan IMT yang ideal selama kehamilan rata-rata peningkatan, berdasarkan

anjuran Centre for Disease control and prevention (CDC) adalah :

Berat IMT pra-kehamilan Jumlah

17

Page 18: Pene Eva Gustina

peningkatan berat

(lb)

Underweight <18,5 28-40

Normal weight 18,5-24,9 25-35

Over weight 25-29,9 15-25

Obese >30 11-20

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan lama karena kekurangan asupan zat seperti kalsium menyebabkan

gangguan his yang memerlukan Ca2+ untuk kontraksi terutama dalam kala I.

Penelitian di Meksiko pada tahun 2003 oleh Kramer menyimpulkan bahwa

asupan kalsium yang rendah mempunyai kaitan dengan durasi persalinan. Namun

secara statistik tidak bermakna. Penelitian lain yang dilakukan di Inggris pada

tahun 1996 seperti yang diterbitkan di British Journal of midwife mengatakan

bahwa asupan gizi yang seimbang selama persalinan khususnya sebelum kala I

dapat mempercepat durasi persalinan. Ini ada hubungan dengan tenaga yang

diperlukan untuk mengejan dalam kala II.

Kenaikan berat badan ibu hamil sebaiknya disesuaikan dengan indeks masa

tubuh ibu hamil yang dihitung dari berat bdan ibu dibagi tinggi badan ibu kuadrat

(kg/m2), yakni:

Jika ibu kurus (IMT<18,5), maka total kenaikan berat badan yang

disarankan adalah 12,7-18,1 kg. atau sekitar 0,5 kg per minggu

selama trimester 2 dan 3.

Jika ibu normal (IMT 18,5-23,3), maka total kenaikan berat badan

yang disarankan adalah 11,3-15,9 kg. atau sekitar 0,4 kg per minggu

selama trimester 2 dan 3.

Jika ibu gemuk (IMT 23,3-29), maka total kenaikan berat badan

yang disarankan adalah 6,8-11,3 kg. atau sekitar 0,3 kg per minggu

selama trimester 2 dan 3.

18

Page 19: Pene Eva Gustina

Jika ibu mengalami obesitas (IMT>29), maka kenaikan berat badan

yang disarakan adalah sekitar 0,2 kg per minggu selama trimester 2

dan 3.

Sedangkan jika ibu mengandung bayi kembar, maka total kenaikan

berat badan yang disarankan adalah 15,9-20,4 kg. atau sekitar 0,7 kg

per minggu selama trimester 2 dan 3.

2.6.4 Usia Ibu5-6

Usia adalah lama waktu hidup seseorang atau ada sejak dilahirkan. Usia adalah

lamanya seseorang hidup mulai sejak lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir. Usia

sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, umur dianggap optimal untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang dianggap berbahaya adalah umur 35

tahun ke atas dan dibawah 20 tahun.

Usia adalah indeks yang menempatkan individu-individu dalam urutan

perkembangan. Usia yang baik untuk usia kehamilan dan persalinan antara umur 20-35

tahun, ini disebut juga dengan usia reproduksi sehat. Wanita yang melahirkan di bawah

usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun akan mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu

maupun bayi.

2.6.1.1 Usia kurang dari 20 tahun

Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah karena kondisi

fisik ibu belum 100 % siap. Kehamilan dan persalinan pada usia tersebut meningkatkan

angka kematian ibu dan janin 4-6 kali lipat dibandingkan wanita yang hamil dan bersalin

di usia 20-30 tahun. Secara fisik alat reproduksi pada wanita usia kurang dari 20 tahun

belum terbentuk sempurna, pada umumnya rahim masih terlalu kecil karena pembentukan

yang belum sempurna dan pertumbuhan tulang panggul yang belum cukup lebar. Sehingga

akan mengalami kesulitan saat melahirkan terutama persalinan lama pada kala 2.

2.6.1.2 Usia diatas 35 tahun

Wanita yang hamil pada usia ini sudah dianggap sebagai kehamilan yang bersiko

tinggi. Pada usia ini, wanita biasanya sudah dihinggapi penyakit seperti kanker mulut

19

Page 20: Pene Eva Gustina

rahim, kencing manis, dan jantung. Keadaan jalan lahir sudah kurang elastis dibanding

sebelumnya, sehingga persalinan menjadi sulit dan lama. Hal ini ditambah dengan

penurunan kekuatan ibu untuk mengeluarkan bayi pada kala 2.

Ibu primi tua yaitu primigravida yang berumur diatas usia 35 tahun sering ditemui

perineum kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan

dapat meningkatkan resiko terhadap janin.

Hasil penelitian Suswadi (2000), usia tua mendapatkan resiko 1,6 kali lebih besar

terjadi persalinan kala II memanjang (lebih dari 2 jam ) dibandingkan dengan kelompok

usia 20- 35 tahun. Pada persalinan kala I yaitu partus tidak maju didapatkan 5,6 % terjadi

pada usia tua dan 2,8 % pada usia 20-35 tahun.

Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007

diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun

dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi

23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%.

Faktor umur dianggap sebagai penyebab dan predisposisi terjadinya berbagai

komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan persalinan antara lain penyebab kelainan his.

Hasil analisis risiko umur ibu terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah

Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan masyarakat Universitas

Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 1,766 (95% CI: 0,853<OR<3,652). Ini berarti bahwa

ibu dengan umur <20 tahun atau >35 tahun memiliki risiko mengalami partus lama 1,766

kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan umur 20-35 tahun tapi tidak bermakna

secara statistik. Umur ibu yang terlalu muda atau tua dianggap penting karena ikut

menentukan prognosa persalinan karena dapat membawa risiko. Penelitian Siti Mulidah di

Kabupaten Purworejo tahun 2002 menunjukkan umur ibu <20 atau >35 tahun memiliki

risiko 0,58 kali lebih besar mengalami partus lama dibanding umur 20-35 tahun dan tidak

bermakna secara statistik.

2.6.5 Kecemasan

20

Page 21: Pene Eva Gustina

Pengertian kecemasan masih belum dapat diperoleh suatu kesepakatan sehingga

masih banyak pendapat dan teori. Salah satu di antaranya menyebutkan bahwa kecemasan

adalah suatu perasaan seperti kawatir atau was-was yang sifatnya tidak jelas dapat

meningkat menjadi panik dan serius disertai gejala-gejala jasmaniah seperti nyeri kepala,

sesak nafas, jantung berdebar, keringat berlebihan, mual, rasa ingin buang air kecil dan

buang air besar.

Primus, tahun 2001 meneliti hubungan antara kecemasan dengan lama persalinan.

Kosim pada tahun 2003 mengemukakan beberpaa hal yang dicemaskan ibu hamil dalam

menghadapi persalinan antara lain rasa nyeri waktu persalinan, kekawatiran tentang

kesulitan mendapatkan pertolongan dan perawatan persalinan yang tepat.

Kecemasan dan ketakutan mempunyai reaksi neurofisologik yang sama, yaitu

memacu pengeluaran andrenalin. Pengaruh adrenalin pada uterus saat persalinan adalah

menyebabkan konstriksi pembuluh darah uterus sehingga vaskularisasi berkurang dan

timbulnya perasaan nyeri, hal ini yang menyebabkan berkurangnya kekuatan kontraksi

uterus, akibatnya lama persalinan bertambah panjang. Dengan adanya vasokonstriksi

pada uterus, kadar oksigen berkurang dan bayi yang dilahirkan mengalami hipoksia.

Dinamika nyeri dalam hubungannya dengan persalinan:

1. Hamil + ketakutan = ketegangan

Ketegangan + anemia, kelelahan, keputus-asaan, panik = nyeri hebat

Lama persalinan meningkat

2. Kehamilan normal + “confidence” + “relaxation” = nyeri ringan

Persalinan normal

Pada penelitian-penelitian terdahulu, Rosenfeld tahun 2007 melaporkan bahwa

adrenalin mengurangi sirkulasi darah di uterus sehingga menyebabkan gangguan

kontraksi uterus pada kala 1 dan kala 2 yang berujung pada persalinan lama.

Mekanisme lain yang menerangkan gangguan proses persalinan disampaikan

sebagai sindrom takut – tegang – nyeri (“Tense mind – tense cervix – tense labor”).

21

Page 22: Pene Eva Gustina

Kecemasan menghadapi persalinan menginduksi timbulnya ketegangan vegetative pada

otot-otot polos dan pembuluh darah, manifestasinya berupa kekakuan servik dan hipoksia

pada uterus yang menyebabkan impuls nyeri bertambah banyak. Impuls rasa nyeri

melalui system talamo-limbik ke korteks cerebri dengan akibat menambah perasaan

takut, sehingga kecemasaan pada ibu yang akan menjalani persalinan dapat

memperpanjang kala 1 dalam persalinan akibat gangguan kontraksi uterus dan

menyebabkan persalinan lama.

2.6.6 Kelainan letak (malpresentasi dan malposisi)2-5

Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks (presentasi dahi,

presentasi muka, presentasi ganda, presentasi bokong dan letak lintang). Adapun

malposisis ialah keadaan dimana oksiput berada di arah posterior dari diameter transversal

pelvis. Janin dalam keadaan dimana oksiput berada di arah posterior dari diameter

transversal pelvis. Janin dalam keadaan malposisi dan malpresentasi kemungkinan

menyebabkan persalinan lama atau persalinan macet. Masalah yang paling sering

ditemukan pada multipara 40,7%, dengan posisi oksiput posterior (OP), 25,4% posisi

oksiput tranverse (OT), sedangkan pada nullipara 60% dengan posisi oksiput transverse

(OT), 26,3% dengan posisi OP. Persalinan lama terjadi karena malposisi pada nullipara

maupun multipara sekitar 15% dengan distosia bahu.

Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi

maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah

yang menghadap ke bawah. Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah

keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang

menghalangi terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan

pada panggul sempit atau pada janin besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi

muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin

menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi

muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi

tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.

22

Page 23: Pene Eva Gustina

Hasil analisis besar risiko kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah Makasar

tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanudin

berdasarkan presentasi janin dapat diketahui tidak terdapat nilai OR karena tidak ada pada

kontrol (partus normal) yang mengalami kelainan presentasi. Pada analisis besar risiko

untuk presentasi janin dengan Uji Fisher Exact terdapat Nilai p = 0,001, yang berarti

kelainan presentasi janin berhubungan dengan kejadian partus lama. Janin dalam keadaan

malposisi dan malpresentasi sering menyebabkan partus lama atau partus macet.

Penelitian Djalaluddin di RSUD Ulin Banjarmasin dan RSU Ratu Zalecha Martapura tahun

2003 didapatkan kelainan presentasi janin memiliki risiko 14,0 kali lebih besar untuk

mengalami partus lama dibandingkan yang tidak mengalami kelainan presentasi dan secara

statistik bermakna p=0,004.

   2.6.6 Tali Pusat4,7,9

Ukuran Normal

Umumnya, panjang tali pusat berkisar antara 55 hingga 60 cm. Kelainan ukuran

biasanya ditandai jika panjangnya kurang dari 50 cm dan lebih dari 70 cm. Tali pusat

terpendek yang pernah dilaporkan adalah sepanjang 2,5 cm. Sedangkan yang terpanjang

pernah ditemui sekitar 300 cm.

Tali pusat terlalu pendek atau  terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap

pemberian makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek

atau terlalu panjang dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. Pada saat

persalinan, janin yang sudah turun ke jalan lahir naik kembali karena tertahan tali pusat

ini. Tiap kali janin akan turun, tali pusat semakin kuat menahan. Ini biasanya terlihat

selama proses persalinan,sehingga tidak terjadi kemajuan pada penurunan janin. Jika

tidak terjadi penurunan janin dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap, akan

mengakibatkan keadaan stress janin yang dapat menyebabkan kematian bayi akibat

terhambatnya proses pengeluaran bayi yaitu pada kala 2.

23

Page 24: Pene Eva Gustina

Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan pada umumnya tidak

menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi

rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat

menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-

pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat

makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau

hipoksia.

2.6.7 Ante Natal Care10,12

Menurut Depkes tahun 2004, Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan

standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Antenatal care mendeteksi faktor-faktor

yang mempengaruhi lama persalinan, dan mencegah terjadinya persalinan lama. Pada

antenatal care memiliki pelayanan yang berguna untuk mengurangi atau mencegah

terjadinya persalinan lama, yakni mendeteksi terjadi persalinan lama oleh karena kontraksi

his adekuat dan kelelahan yang disebabkan anemia, mencegah terjadinya persalinan lama

oleh karena kelainan letak janin. Karena ANC dilakukan dengan frekuensi kunungan, maka

ANC bisa mendeteksi faktor risiko dan mencegah terjadinya partus lama pada kala I, kala

II dan kala III.

Frekuensi pelayanan Antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam

pelayanan Antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Satu kali kunjungan pertama (K1) selama trimester pertama

2. Satu kali kunjungan kedua (K2) selama trimester kedua

3. Dua kali kunjungan ketiga dan keempat (K3 dan K4) selama trimester ketiga

Hasil analisis risiko antenatal care terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti

Fatimah Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan masyarakat

Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 2,992 (95% CI: 1,658<OR<5,399). Ini

berarti bahwa ibu yang ANC nya tidak teratur memiliki risiko mengalami partus lama

24

Page 25: Pene Eva Gustina

2,992 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang ANC nya teratur dan bermakna

secara statistik. Penelitian Djalaluddin di RSUD Ulin Banjarmasin dan RSU Ratu

Zalecha Martapura tahun 2003 didapatkan ibu yang antenatal care tidak teratur berisiko

1,76 kali lebih besar mengalami partus lama dibandingkan ibu yang ANCnya teratur tapi

tidak bermakna secara statistik.

2.6.7 Penolong Persalinan13,17

Persalinan yang aman adalah persalinan dengan penolong persalinan yang

mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan

bersih. Pelayanan pertolongan persalinan adalah suatu bentuk pelayanan terhadap

persalinan ibu melahirkan yang dilakukan oleh penolong persalinan. Tenaga

kesehatan yang diperbolehkan menolong persalinan adalah dokter umum, bidan serta

dokter kebidanan dan kandungan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-

medis seringkali dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun beranak,

dukun bersalin atau peraji. Tenaga kesehatan non medis tidak dapat mengetahui

adanya komplikasi dalam kehamilan yang dapat membahayakan proses persalinan.

Dukun juga tidak memiliki standar yang tepat dalam menentukan waktu yang tepat

dimulainya suatu proses persalinan, sehingga pada banyak kejadian ibu hamil sudah

dipimpin meneran sebelum pembukaan lengkap, hal ini dapat menyebabkan

pembengkakkan portio yang akan memperlambat proses pembukaan serviks pada

kala 1. Dukun tidak memahami tanda bahaya seperti bayi besar, lilitan tali pusat yang

mengakibatkan terhambatnya pengeluaran bayi pada kala 2, meskipun bagian

terbawah bayi sudah terlihat turun. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

non medis dapat menyebabkan kejadian partus lama akibat pemanjangan waktu baik

pada kala 1 maupun kala 2

2.7 Diagnosis2-10

Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis

Pembukaan serviks tidak membuka Belum in partu, false labor

25

Page 26: Pene Eva Gustina

Usia Paritas Riwayat ANCPenolong persalinan

(kurang dari 3 cm) tidak didapatkan

kontraksi uterus

Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm

sesudah 8 jam in partu

Prolonged latent phase

Pembukaan Serviks melewati garis

waspada pantograph:

- Frekuensi dan lamanya kontraksi

kurang dari 3 kontraksi per 10

menit dan kurang dari 40 detik

- Secondary arrest of dilatation atau

arrest of descent

- Secondary arrest of dilatation dan

bagian terrendah dengan kaput,

terdapat moulase hebat, edema

serviks, tanda rupture uteri

imminens, fetal dan maternall

distress.

- Kelainan presentasi (selain vertex)

- Inersia uteri

- Disproporsi sefalopelvik

- Obstruksi

- Malpresentasi

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin

mengedan, tetapi tak ada kemajuan

penurunan

Kala II lama (prolonged second stage)

2.8 KERANGKA TEORI

26

Page 27: Pene Eva Gustina

2.9 KERANGKA KONSEP

27

Page 28: Pene Eva Gustina

BAB III

Metodologi Penelitian

28

Lama Persalinan

Usia

Paritas

Riwayat ANC

BBL

Tinggi badan

Penolong persalinan

Page 29: Pene Eva Gustina

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross

sectional mengenai gambaran lamanya persalinan dan faktor-faktor yang berhubungan di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan pada periode januari 2013 sampai

dengan febuari 2013.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Tanjung Duren Selatan pada periode 22

januari 2013 sampai 15 febuari 2013.

3.3 Populasi

Seluruh ibu yang mempunyai riwayat persalinan kurang dari 3 bulan dari saat penelitian

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan dari 22 Januari 2013

sampai dengan 15 Februari 2013.

3.4 Sampel Penelitian

3.4.1. Sampel

Seluruh ibu yang mempunyai riwayat persalinan kurang dari 3 bulan dari saat penelitian

dilakukan yang datang ke Puskesmas dan prakter bidan di wilayah kerja kelurahan Tanjung

Duren Selatan dari Januari 2013 sampai dengan Februari 2013.

3.4.2. Besar Sampel

29

Page 30: Pene Eva Gustina

Melalui rumus di bawah ini didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut :

n1 = (Zᾳ) 2 .p.q

L2

n2 = n1 + (10%. n1)

Keterangan :

Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus:

n1=(Zα )

2 pq

L2 n2=n1+(10% . n1)

Keterangan:

n1 = Jumlah sampel minimal.

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 % (substitusi adalah persen

responden yang dieksklusikan).

Z = Tingkat batas kemaknaan, dengan = 5 %.

Didapatkan Z pada kurva normal = 1,96.

p = Prevalensi ibu hamil yang mempunyai =56,71 %1

q = 100 % - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10%.

Berdasarkan rumus didapatkan angka:

n1 = (1,96) 2 x 0, 5671 x 0, 4329

(0,1)2

=94,3 (dibulatkan menjadi 94 responden)

Untuk menjaga kemungkinan adanya responden yang drop out maka dihitung :

n2= n1 + ( 10% . n1 )

= 94,3 + (10%. 94,3)

= 94,3 + 9,43

30

Page 31: Pene Eva Gustina

=103,73 (dibulatkan menjadi 104 responden)

i. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

Consecutive Sampling. Melalui cara ini, setiap ibu yang datang ke Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan dan praktek bidan di wilayah Kelurahan Tanjung

Duren Selatan , Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang memenuhi

kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian, sehingga besar sampel yang

diperlukan sebanyak 109 orang terpenuhi.

ii. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependent) dan variabel

bebas (independent). Variabel terikat berupa lama persalinan. Variabel bebas

berupa usia ibu, berat badan lahir bayi, riwayat ANC, penolong persalinan, paritas,

dan tinggi badan ibu .

iii. Cara Kerja

1. Menghubungi Kepala Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan untuk mendapatkan

informasi mengenai seluruh ibu dengan riwayat persalinan kurang dari 3 bulan yang

lalu dari saat penelitiaan dilakukan, di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung

Duren Selatan.

2. Menghubungi para petugas Puskesmas dan para bidan agar bersedia memberi kerjasama

dalam membantu kegiatan penelitian.

3. Melakukan uji coba kuesioner skala kecil pada ibu-ibu yang tidak menjadi responden di

tempat lain.

4. Melakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa

kuesioner yang dibagikan ke seluruh ibu dengan riwayat persalinan kurang dari 3 bulan

dari saat penelitiaan dilakukan, di wilayah kerja Puskesmas.

5. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.

31

Page 32: Pene Eva Gustina

6. Penulisan laporan penelitian.

7. Pelaporan penelitian.

iv. Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan memakai kuesioner yang telah diuji

coba melalui kunjungan responden ke Puskesmas dan Praktek Bidan.

v. Pengolahan data

Terhadap data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan dengan proses

editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan

program komputer, yaitu program Statistical Package for Social Sciences (SPSS).

vi. Penyajian data

Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tabular.

vii. Analisis data

Data yang telah diolah akan dianalisa sesuai dengan cara uji statistik

menggunakan uji Chi-square.

viii. Interpretasi data

Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif antar variabel-variabel yang telah

ditentukan.

ix. Pelaporan data

Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan

dipresentasikan dihadapan staf pengajar Program Pendidikan Ilmu Kesehatan

32

Page 33: Pene Eva Gustina

Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) dalam

forum pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UKRIDA.

b. Kriteria Sampel Penelitian

3.5.1. Kriteria Inklusi

1) Seluruh ibu dengan riwayat melahirkan bayi hidup melalui persalinan

dalam kurung waktu 3 bulan dari saat penelitian dilakukan yang berada di

Puskesmas atau praktek bidan di wilayah kerja puskesmas Tanjung duren

Selatan dengan data lengkap.

2) Kehamilan cukup bulan 37-40 minggu

3) Bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi kuesioner.

4) Berada di tempat pada pengisian kuesioner

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1) Semua wanita yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak mengisi

kuisioner dengan lengkap.

3.6. Definisi Operasional

Persalinan lama adalah total waktu yang diperlukan ibu hamil untuk melakukan proses

persalinan pada gabungan kala 1 dan 2 yang lebih dari pada 24 jam pada primipara dan lebih

dari 18 jam pada multipara dan grandemultipara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan

3.6.1. Usia Subjek Penelitian

Usia ditentukan dari masa hidup ibu sejak lahir sampai dengan waktu pada saat

melahirkan anak terakhir. Alat ukur yang dipakai adalah Kartu Tanda Penduduk

(KTP) responden. Penghitungan umur dilakukan dengan cara tahun sekarang (2013)

dikurangi tahun kelahiran yang tercatat di KTP responden dan dikurangi waktu pada

saat responden melahirkan. Bila terdapat kelebihan usia kurang dari 6 bulan maka

dibulatkan ke bawah. Skala yang digunakan ialah skala ordinal. Berdasarkan

golongan usia, maka responden dikelompokkan menjadi:

< 20 tahun

33

Page 34: Pene Eva Gustina

20-35 tahun

>35 yahun

Kode 1: < 20 tahun atau

Kode 2: 20-35 tahun

Kode 3 : >35 tahun

3.6.2. Paritas

Jumlah kelahiran dari ibu yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim.

Penghitungan paritas dilakukan dengan cara meminta responden menjawab

kuesioner. Skala yang digunakan adalah skala ordinal dan dibagi menjadi tiga

kelompok.

1 kali

>1 kali

Kode 1: 1 kali

Kode 2: >1 kali

3.6.3. Tinggi badan

Tinggi badan adalal panjang tubuh seseorang dan diukur dengan alat baku ukur

tertentu. Tinggi badan <145cm kemungkinan mempunyai panggul sempit, sehingga

terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin. Teknik

pengukuran tinggi badan subyek diukur dalam posisi tegak pada permukaan

tanah/lantai yang rata (flat surface) tanpa memakai alas kaki. Ujung tumit kedua

telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di

bagian depan jari-jari kaki, pandangan mata lurus ke depan, kedua lengan dikepal

erat, tulang belakang dan pantat menempel di dinding dan bahu dalam posisi relaks.

Tinggi badan diukur dengan mikrotoa yang pembacaannya dilakukan dengan skala

0,1 cm. Skala yang digunakan skala ordinal.

<145 cm

≥145 cm

Kode 0: <145 cm

Kode 1: ≥145cm

3.6.4. Berat badan lahir bayi

34

Page 35: Pene Eva Gustina

Berat bayi yang diukur sesaat setelah bayi dilahirkan. Pada panggul normal,

biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses melahirkan janin

yang beratnya kurang dari 4500gram. Pengukuran dilakukan dengan memberikan

pertanyaan kepada responden dengan kuesioner. Skala yang dipakai adalah ordinal.

≥4000 gram

<4000 gram

Kode 1: ≥4000 gram

Kode 2: <4000 gram

3.6.5. Riwayat ANC

Pemeriksaan antenatal adalah jumlah kunjungan responden pada saat hamil ke

fasilitas kesehatan seperti puskesmas,praktek dokter,rumah sakit atau

bidan.Pemeriksaan antenatal dibagi kepada adekuat dan tidak adekuat.ANC

dikatakan adekuat apabila jumlah kunjungan pada sepanjang kehamilan lebih dari 4

kali (≥4 kali). Hal ini diukur melalui responden mengisi kuesioner. Pemeriksaan

ANC dibagi menjadi adekuat dan tidak adekuat.Skala pengukuran yang dipakai

adalah skala nominal.

ANC baik : Trimester I : ≥1x ANC

Trimester II :≥1x ANC

Trimester III: ≥2x ANC

ANC buruk

Kode 1 : Bila ANC buruk

Kode 2 : Bila ANC baik

3.6.6. Penolong persalinan

Penolong persalinan adalah seseorang yang pertama kali menolong ibu yang diteliti

saat melakukan proses persalinan. Tenaga kesehatan medis yang diperbolehkan

menolong persalinan adalah dokter umum, bidan serta dokter kebidanan dan

kandungan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis dilakukan oleh

dukun beranak, dukun bersalin atau peraji dan selain tenaga kesehatan medis yang

disebutkan sebelumnya. Tenaga kesehatan non medis menjadi faktor risiko

35

Page 36: Pene Eva Gustina

terjadinya persalinan lama. Data diambil dengan kuesioner yang telah diisi oleh

responden.

Tenaga kesehatan non medis

Tenaga kesehatan medis

Kode 1 : tenaga kesehatan non medis

Kode 2 : tenaga kesehatan medis

BAB IV

Hasil Penelitian

36

Page 37: Pene Eva Gustina

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Selatan, Kecamatan Grogol-Petamburan,Jakarta Barat tentang gambaran lamanya persalinan dan

faktor-faktor lain yang berhubungan pada periode Januari 2013 sampai dengan Februari 2013,

maka diperoleh hasil dari pengumpulan data pada 109 sampel penelitian, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren

Selatan, Jakarta Barat pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari 2013.

Lamanya persalinan Frekuensi Persentase

Lama 56 51,4%

Normal 53 48,6%

Tabel 4.2 Distribusi tindakan akhir yang dapatkan oleh sampel yang mengalami persalinan di

wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai

dengan periode Februari 2013.

Frequency Percent

Valid SC 8 14.28

Forcep 4 7,14

Vakum 15 26,78

induksi-normal 29 51,78

Total 56 100

Dari 55 sample yang baru pertama kali melahirkan, sebanyak 35 sampel mengalami persalinan

lama, atau sebesar 63,6 % dan yang tidak mengalami persalinan lama sebesar 36,6% atau

sebanyak 20 sampel.

37

Page 38: Pene Eva Gustina

Sedangkan dari 54 sampel yang telah menjalani persalinan lebih dari 1 kali, sebanyak 21 sampel

mengalami persalinan lama atau sebesar 38,2 % dan sebanyak 33 sample yang tidak mengalami

persalinan lama atau sebesar 61,1%.

Table 4.3 distribusi rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh sampel saat persalinan pada kala I

dank ala II di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan periode Januari 2013

sampai dengan periode Februari 2013.

Paritas

Durasi

Kala I

(jam)

Kala II

(menit)

1 19,4 92,7

>1 12,7 53,8

Dari total sampel 109, didapatkan hasil rata-rata waktu persalinan kala I selama 19,4 jam pada

primipara dan, selama 12,7 jam pada multi para.

Dan rata-rata waktu persalinan kala II pada primipara adalah selama 92,7 menit dan pada

multipara selama 53,8 menit.

38

Page 39: Pene Eva Gustina

Tabel 4.4 Distribusi paritas, usia ibu, berat badan lahir, penolong persalinan dan riwayat ANC

ibu di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013

sampai dengan periode Februari 2013.

Variabel Frekuensi Persentase

Jumlah paritas

1

>1

55

54

50,5%

49,5%

Usia ibu

<20 tahun & >35 tahun

20-35 tahun

39

70

35,8%

64,2%

Riwayat ANC

Tidak lengkap

Lengkap

49

60

45,0%

55,0%

Tinggi badan ibu

<145 cm

>145 cm

35

73

32,1%

67,0%

Berat badan lahir

>4000 g

<4000 g

16

93

14,7%

85,3%

Penolong pertama sewaktu

melahirkan

Tenaga non-medis

Tenaga medis

36

73

33%

67%

39

Page 40: Pene Eva Gustina

Tabel 4.5 Hubungan antara usia ibu dengan lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas

kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari

2013.

USIA * PERSALINAN

Count

PERSALINAN Total

LAMA NORMAL

USIA <20 TAHUN DAN

>35 TAHUN

26

(66,6%)

13

(33,3%)

39

20-35 TAHUN 30

(42,8%)

40

(57,1%)

70

Total 56 53 109

Dari 39 sample yang melahirkan dalam rentang usia yang berisiko (<20 tahun dan >35 tahun),

sebanyak 26 sampel mengalami persalinan lama, atau sebesar 66,6 % dan yang tidak mengalami

persalinan lama sebesar 33,3% atau sebanyak 13 sampel.

Sedangkan dari 70 sampel yang melahirkan pada rentang usia yang tidak berisiko (20 tahun-

35tahun), sebanyak 30 sampel mengalami persalinan lama atau sebesar 42,8 % dan sebanyak 40

sample yang tidak mengalami persalinan lama atau sebesar 57,1%.

Tabel 4.6 Hubungan antara paritas ibu dengan lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas

kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari

2013.

40

Page 41: Pene Eva Gustina

PARITAS * PERSALINAN

Count

PERSALINAN Total

LAMA NORMA

L

PARIT

AS

1

ANAK

35

(63,6%)

20

(36,6%)

55

> 1

ANAK

21

(38,8%)

33

(61,1%)

54

Total 56 53 109

Dari 55 sample yang baru pertama kali melahirkan, sebanyak 35 sampel mengalami persalinan

lama, atau sebesar 63,6 % dan yang tidak mengalami persalinan lama sebesar 36,6% atau

sebanyak 20 sampel.

Sedangkan dari 54 sampel yang telah menjalani persalinan lebih dari 1 kali, sebanyak 21 sampel

mengalami persalinan lama atau sebesar 38,2 % dan sebanyak 33 sample yang tidak mengalami

persalinan lama atau sebesar 61,1%.

Tabel 4.7 Hubungan antara tinggi badan ibu dengan lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas

kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari

2013.

41

Page 42: Pene Eva Gustina

TINGGI * PERSALINAN

Count

PERSALINAN Total

LAMA NORMAL

TING

GI

<145 27

(72,7%)

9

(27,2%)

36

>145 29

(36,9%)

44

(63,0%)

73

Total 56 53 109

Dari 44 sample dengan tinggi badan <145 cm , sebanyak 32 sampel mengalami persalinan lama,

atau sebesar 72,7 % dan yang tidak mengalami persalinan lama sebesar 27,2% atau sebanyak 12

sampel.

Sedangkan dari 65 sampel dengan tinggi badan >= 145 cm, sebanyak 24 sampel mengalami

persalinan lama atau sebesar 36,9 % dan sebanyak 41 sample yang tidak mengalami persalinan

lama atau sebesar 63,1%.

Tabel 4.8 Hubungan antara berat badan lahir bayi dengan lama persalinan di wilayah kerja

Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode

Februari 2013.

42

Page 43: Pene Eva Gustina

BBL * PERSALINAN

Count

PERSALINAN Total

LAMA NORMAL

BBL >4000 gr 13

(81,2%)

3

(18,7%)

16

<4000 gr 43

(46,2%)

50

(53,7%)

93

Total 56 53 109

Dari 16 sample yang melahirkan bayi dengan berat lahir >=4000 gr, sebanyak 13 sampel

mengalami persalinan lama, atau sebesar 81,2 % dan yang tidak mengalami persalinan lama

sebesar 18,7% atau sebanyak 3 sampel.

Sedangkan dari 93 sampel yang melahirkan bayi dengan berat lahir < 4000 gr, sebanyak 43

sampel mengalami persalinan lama atau sebesar 46,2 % dan sebanyak 50 sample yang tidak

mengalami persalinan lama atau sebesar 53,7%.

Tabel 4.9 Hubungan antara penolong persalinan dengan lama persalinan di wilayah kerja

Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode

Februari 2013.

43

Page 44: Pene Eva Gustina

PENOLONG * PERSALINAN

Count

PERSALINAN Total

LAMA NORMAL

PENOLONG Tenaga Non

Medis

22

(61,6%)

14

(38,8%)

36

Tenaga Medis 34

(46,5%)

39

(53,4%)

73

Total 56 53 109

Dari 36 sample yang saat persalinan ditolong pertama kali oleh tenaga non medis , sebanyak 22

sampel mengalami persalinan lama, atau sebesar 61,1 % dan yang tidak mengalami persalinan

lama sebesar 38,8% atau sebanyak 14 sampel.

Sedangkan dari 73 sampel yang saat persalinan ditolong oleh tenaga medis dari awal proses

persalinan, sebanyak 34 sampel mengalami persalinan lama atau sebesar 46,5 % dan sebanyak

39 sample yang tidak mengalami persalinan lama atau sebesar 53,4%.

Tabel 4.10 Hubungan antara riwayat ANC dengan lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas

kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari

2013.

44

Page 45: Pene Eva Gustina

ANC * PERSALINAN

Count

PERSALINAN Total

LAMA NORMAL

ANC BURUK 27

(55,1%)

22

(44,9%)

49

BAIK 29

(48,3%)

31

(51,6%)

60

Total 56 53 109

Dari 49 sample yang tidak melakukan pemeriksaan ANC ataupun yang tidak lengkap melakukan

pemeriksaan ANC, sebanyak 27 sampel mengalami persalinan lama, atau sebesar 55,1 % dan

yang tidak mengalami persalinan lama sebesar 44,9% atau sebanyak 22 sampel.

Sedangkan dari 60 sampel yang melakukan pemeriksaan ANC dengan lengkap, sebanyak 29

sampel mengalami persalinan lama atau sebesar 48,3 % dan sebanyak 31 sample yang tidak

mengalami persalinan lama atau sebesar 51,6%.

Bab V

Pembahasan

45

Page 46: Pene Eva Gustina

Pada penelitian ini didapatkan hasil persentase persalinan lama adalah 51,4%. Ini

dibuktikan dengan persentase yang lebih tinggi berbanding persalinan normal sebesar 48,6%.

Dari persalinan lama ini, faktor resiko yang diperoleh mengikut persentase tertinggi adalah

jumlah persalinan (paritas) dengan persentase 50,5% di mana hasil analisis terhadap risiko

paritas terhadap kejadian partus lama pada penelitian yang dilakukan di RSIA Siti Fatimah

Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan masyarakat Universitas

Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 3,441 (95% CI: 1,992<OR<6,159). Hal ini membuktikan

bahwa jumlah paritas berperan terhadap lamanya persalinan. Faktor resiko kedua penyumbang

terbesar adalah riwayat ANC 45,0%.

Dari Hasil analisis risiko antenatal care terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti

Fatimah Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan masyarakat

Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 2,992 (95% CI: 1,658<OR<5,399). Ini berarti

bahwa ibu yang ANC nya tidak teratur memiliki risiko mengalami partus lama 2,992 kali lebih

besar dibandingkan dengan ibu yang ANC nya teratur dan bermakna secara statistik. Faktor

resiko ketiga terbesar adalah usia ibu 35,8%, Usia sangat berpengaruh terhadap proses

reproduksi, umur dianggap optimal untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun,

sedangkan yang dianggap berbahaya adalah umur 35 tahun ke atas dan dibawah 20 tahun. Secara

fisik, pada usia kurang dari 20 tahun, alat reproduksi pada wanita belum terbentuk sempurna,

pada umumnya rahim masih terlalu kecil karena pembentukan yang belum sempurna dan

pertumbuhan tulang panggul yang belum cukup lebar. Sehingga akan mengalami kesulitan saat

melahirkan terutama persalinan lama pada kala 2. ada usia ini, wanita biasanya sudah dihinggapi

penyakit seperti kanker mulut rahim, kencing manis, dan jantung.

Keadaan jalan lahir sudah kurang elastis dibanding sebelumnya, sehingga persalinan

menjadi sulit dan lama. Hal ini ditambah dengan penurunan kekuatan ibu untuk mengeluarkan

bayi pada kala 2. Ibu primi tua yaitu primigravida yang berumur diatas usia 35 tahun sering

ditemui perineum kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan

dapat meningkatkan resiko terhadap janin. Hasil penelitian Suswadi (2000), usia tua

mendapatkan resiko 1,6 kali lebih besar terjadi persalinan kala II memanjang (lebih dari 2 jam)

dibandingkan dengan kelompok usia 20- 35 tahun. Pada persalinan kala I yaitu partus tidak maju

didapatkan 5,6 % terjadi pada usia tua dan 2,8 % pada usia 20-35 tahun. Penelitian Simbolon di

46

Page 47: Pene Eva Gustina

Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201

kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita

usia > 35 tahun dengan proporsi 23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan

proporsi 3,3%. Faktor umur dianggap sebagai penyebab dan predisposisi terjadinya berbagai

komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan persalinan antara lain penyebab kelainan his. Hasil

analisis risiko umur ibu terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah Makasar tahun 2006

oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanudin memperlihatkan

nilai OR= 1,766 (95% CI: 0,853<OR<3,652). Ini berarti bahwa ibu dengan umur <20 tahun atau

>35 tahun memiliki risiko mengalami partus lama 1,766 kali lebih besar dibandingkan dengan

ibu dengan umur 20-35 tahun tapi tidak bermakna secara statistik. Umur ibu yang terlalu muda

atau tua dianggap penting karena ikut menentukan prognosa persalinan karena dapat membawa

risiko. Penelitian Siti Mulidah di Kabupaten Purworejo tahun 2002 menunjukkan umur ibu <20

atau >35 tahun memiliki risiko 0,58 kali lebih besar mengalami partus lama dibanding umur 20-

35 tahun dan tidak bermakna secara statistik.

Faktor resiko penolong pertama sewaktu melahirkan menyumbang sebesar 33,0%,

Tenaga kesehatan non medis tidak dapat mengetahui adanya komplikasi dalam kehamilan yang

dapat membahayakan proses persalinan. Dukun juga tidak memiliki standar yang tepat dalam

menentukan waktu yang tepat dimulainya suatu proses persalinan, sehingga pada banyak

kejadian ibu hamil sudah dipimpin meneran sebelum pembukaan lengkap, hal ini dapat

menyebabkan pembengkakkan portio yang akan memperlambat proses pembukaan serviks pada

kala 1. Dukun tidak memahami tanda bahaya seperti bayi besar, lilitan tali pusat yang

mengakibatkan terhambatnya pengeluaran bayi pada kala 2, meskipun bagian terbawah bayi

sudah terlihat turun. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan non medis dapat

menyebabkan kejadian partus lama akibat pemanjangan waktu baik pada kala 1 maupun kala 2.

Faktor resiko lain adalah tinggi badan ibu 32,1%. Ibu bertubuh pendek < 145 cm yang biasanya

berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi

ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin.

Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi

wanita dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150

cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%. Faktor resiko yang paling kurang

47

Page 48: Pene Eva Gustina

berpengaruh adalah berat badan dengan menyumbang 14,7%. Pengaruh gizi kurang terhadap

proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan lama karena kekurangan asupan zat seperti

kalsium menyebabkan gangguan his yang memerlukan Ca2+ untuk kontraksi terutama dalam kala

I. Penelitian di Meksiko pada tahun 2003 oleh Kramer menyimpulkan bahwa asupan kalsium

yang rendah mempunyai kaitan dengan durasi persalinan. Namun secara statistik tidak

bermakna. Penelitian lain yang dilakukan di Inggris pada tahun 1996 seperti yang diterbitkan di

British Journal of midwife mengatakan bahwa asupan gizi yang seimbang selama persalinan

khususnya sebelum kala I dapat mempercepat durasi persalinan. Ini ada hubungan dengan tenaga

yang diperlukan untuk mengejan dalam kala II.

Dari hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan, Januari 2013

sampai dengan Februari 2013 didapatkan data sebanyak 124 ibu yang melahirkan. Dari

keseluruhan angka tersebut didapatkan sebanyak 109 ibu yang memenuhi criteria untuk

dijadikan sampel dalam penelitian. Dari jumlah sampel yang diteliti, sebanyak 56 orang

mengalami persalinan lama dan 53 orang tidak mengalami persalinan lama.

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa jumlah sampel untuk paritas pertama kali

(primipara) adalah 55 orang dengan jumlah sample yang mengalami persalinan lama sebanyak

35 orang sedangkan yang tidak mengalami persalinan lama sebanyak 20 orang. Jumlah sample

dengan paritas lebih dari 1 kali (multipara) adalah 54 orang, dengan jumlah sample yang

mengalami persalinan lama sebanyak 21 orang dan yang tidak mengalami persalinan lama

sebanyak 33 orang. Berdasarkan hasil statistic perhitungan dengan metode chi-square

menunjukkan X2=6,680 nilai P < 0,05 yang berarti menolak Ho yaitu adanya hubungan antara

paritas dengan persalinan lama. Berdasarkan perhitungan didapatkan OR sebesar 2,75 yang

berarti, ibu yang baru pertama kali melahirkan memiliki resiko 2,75 kali lebih besar mengalami

persalinan lama dibandingkan dengan ibu yang pernah melahirkan lebih dari satu kali.

Jumlah ibu yang menjadi sample dengan tinggi badan < 145 cm sebanyak 43 orang,

dengan jumlah ibu yang mengalami persalinan lama sebanyak 32 orang sedangkan yang tidak

mengalami persalinan lama sebanyak 11 orang. Jumlah ibu yang menjadi sample dengan tinggi

badan ≥ 145 cm adalah sebanyak 66 orang, dengan jumlah ibu yang mengalami persalinan lama

sebanyak 24 orang dan yang tidak mengalami persalianan lama sebanya 42 orang. Berdasarkan

48

Page 49: Pene Eva Gustina

perhitungan statistic dengan metode chi-square didapatkan hasil X2 = 15,095 df = 1 p<0,05 yang

berarti Ho ditolak, sehingga antara tinggi badan ibu dan lamanya persalinan memiliki hubungan

yang bermakna. Berdasarkan perhitungan OR= 5,09 yang artinya, ibu hamil dengan tinggi badan

<145 cm memiliki resiko sebesar 5 kali lebih besar mengalami persalinan lama dibandingkan

dengan ibu yang memiliki tinggi badan 145 cm lebih dari 145 cm.

Jumlah ibu yang melahirkan dengan berat badan lahir bayi ≥ 4000 gram adalah sebanyak

16 orang, dengan jumlah ibu yang mengalami persalinan lama sebanyak 13 orang dan yang tidak

mengalami persalinan lama sebanyak 3 orang. Jumlah ibu yang melahirkan bayi dengan berat

lahir <4000 sebanyak 93 orang dengan jumlah 43 orang mengalami persalinan lama sedangkan

yang tidak mengalami persalinan lama sebanyak 50 orang. Dengan menggunakan perhitungan

statistic menggunakan metode chi-square didapatkan hasil X2 = 6,699 , df = 1 , p<0,05 yang

berarti Ho ditolak, sehingga berat badan lahir bayi berhubungan dengan persalinan lama.

Berdasarkan perhitungan OR = 5,04, yang artinya ibu yang melahirkan anak dengan berat badan

lahir bayi ≥ 4000 gram memiliki resiko 5 kali lebih besar mengalami persalinan lama

dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anak dengan berat badan lahir bayi < 4000 gram

Jumlah ibu yang menjadi sample dengan usia saat melahirkan <20 tahun sebanyak 23

orang dengan jumlah 15 orang mengalami persalinan lama dan 8 orang tidak mengalami

persalinan lama. Ibu dengan usia >35 tahun sebanyak 17 orang dengan jumlah yang mengalami

persalinan lama sebanyak 11 orang dan 7 orang tidak mengalami persalinan lama. Jumlah ibu

dengan usia 20 – 35 tahun adalah sebanyak 69 orang, dengan jumlah yang mengalami persalinan

lama sebanyak 30 orang dan 39 orang tidak mengalami persalinan lama. Berdasarkan uji statistic

menggunakan metode chi-square diperoleh hasil X2 = 4,696 , df = 2 , p>0,05 maka Ho diterima,

yang berrati tidak ada hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan kejadian persalinan

lama. Hal ini mungkin disebabkan karena pada wilayah kerja yang kami teliti, sample dengan

usia saat melahirkan yang beresiko mengalami persalinan lama terlalu sedikit.

Jumlah ibu yang menjadi sample dengan riwayat ANC tidak lengkap adalah sebanyak 49

orang, dengan jumlah ibu yang mengalami persalinan lama sebanyak 27 orang dan sebanyak 22

orang tidak mengalami persalinan lama. Sedangkan jumlah sample yang melakukan ANC

dengan lengkap adalah sebanyak 60 orang, dengan jumlah ibu yang mengalami persalinan lama

49

Page 50: Pene Eva Gustina

sebanyak 29 orang dan sebanyak 31 orang tidak mengalami persalianan lama. Berdasarkan

perhitungan dengan uji statistic mengginakan metode chi-square didapatkan hasil X2 = 0,495 , df

= 1, p>0,05 maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antar riwayat ANC dengan

lamanya persalinan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengambilan data riwayat ANC

menggunakan kuesioner yang memungkinkan terjadinya recall bias.

Jumlah ibu yang melahirkan dengan penolong pertama kali berupa tenaga non medis

adalah sebanyak 36 orang, dengan jumlah ibu yang mengalami persalinan lama sebanyak 22

orang dan 14 orang tidak mengalami persalinan lama. Sedangkan jumlah sample yang dari awal

proses persalinan ditangani oleh tenaga medis, sebanyak 73 orang, dengan jumlah ibu yang

mengalami persalinan lama sebanyak 34 orang dan sebanyak 39 orang yang tidak mengalami

persalinan lama. Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan metode chi-square diperoleh hasil

X2 = 2,039 , df = 1 , p>0,05 ,maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara

penolong persalinan dengan lamanya persalinan. Hasil statistic ini dapat terjadi karena pada

sample yang diteliti, jumlah ibu yang mendapatkan pertolongan pertama kali saat persalinan oleh

dukun tidak terlalu banyak.

Pada penelitian ini kejadian persalinan lama di wilayah kerja tercatat sebanyak 56 kali

dari total persalinan yang diteliti. Sebesar 14,28 % berakhir dengan tindakan section cesarean,

atau sebanyak 8 orang, yang berakhir dengan tindakan foreceps sebesar 7,14 % atau sebanyak 4

orang, yang berakhir dengan tindakan vakum sebesar 26,78% atau sebanyak 15 orang, yang

berakhir dengan induksi dan dilanjutkan dengan persalinan normal, sebesar 51,78% atau

sebanyak 29 orang.

Dari total jumlah persalinan lama, di dapatkan hasil rata-rata waktu proses persalinan

kala I pada primipara selama 25,54 jam dan kala II pada primipara selama 1,485 jam.

Sedangkan rata-rata waktu proses persalinan kala I pada multipara adalah selama 15 jam, dan

kala II selama 1,24 jam.

Total rata-rata waktu pada kala I dan II primipara adalah selama 27,025 jam dan rata-rata

waktu proses persalinan kala I dan II pada multipara adalah selama 16,24 jam.

50

Page 51: Pene Eva Gustina

BAB VI

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

51

Page 52: Pene Eva Gustina

Dari hasil penelitian mengenai gambaran lamanya persalinan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan

Grogol-Petamburan, Jakarta Barat, pada periode Januari 2013 sampai dengan Februari 2013

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Primipara lebih sering terjadi persalinan yang lama yaitu 62,5% dari total persalinan

lama.

b) Usia <20 tahun dan >35 tahun lebih sering terjadi persalinan yang lama.

c) Riwayat ANC yang tidak lengkap yang menyebabkan persalinan yang lama adalah

48,21% dari total persalinan.

d) Tinggi badan ibu yang menyebabkan persalinan lama pada ibu dengan tinggi badan yang

kurang dari 145 cm adalah 57,14% dari total persalinan lama.

e) Berat badan lahir bayi yang lebih dari 4000 gram berhubungan dengan persalinan lama

adalah 23,21% dari total persalinan lama.

f) Penolong pertama non-medis yang menyebabkan lamanya persalinan adalah 39,28% dari

jumlah persalinan lama.

Didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara paritas, tinggi badan ibu dan berat

badan lahir terhadap lamanya persalinan. Penolong persalinan, riwayat ANC dan usia saat

melahirkan tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik.

6.2 Saran

1. Kepada petugas puskesmas kelurahan melalui kader agar memberikan penyuluhan untuk ibu-ibu

hamil, suami dan keluarga tentang faktor risiko dengan kemungkinan bahaya persalinan lama

pada ibu dan janin. Ini termasuk kegiatan seperti promosi kesehatan seperti apa yang harus

dilakukan selama kehamilan dan jika terdapat tanda-tanda bahaya persalinan.

2. Kepada bidan dan dokter puskesmas kelurahan agar menggiatkan program kerja puskesmas yang

telah diberlakukan di wilayah kerja puskesmas.

3. Kepada Suku Dinas Kesihatan Jakarta Barat diharapkan agar meningkatkan kerjasama

dengan pihak perguruan tinggi di Jakarta Barat khususnya Universitas Kristen Krida Wacana

untuk mempertajam kemampuan calon dokter dalam mendeteksi persalinan lama.

52

Page 53: Pene Eva Gustina

DAFTAR PUSTAKA

1. Persalinan normal. Depkes-POGI,JHPIEGO-Prime, Jakarta 2001 : 1-3.

53

Page 54: Pene Eva Gustina

2. Classification of labour. Cunningham, Mac Donald, & Gant. editors. William

obstetric 18th ed. McGraw-Hill Medical Publication. New York 1995 : 145-9.

3. Arias, Fernando. editors. Practival guide to high-risk pregnancy and delivery.

Mosby Year Book. Missouri 1993 : 71-84.

4. Buku pedoman tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas. Departemen

Kesehatan, Departemen dalam negeri, tim penggerak PKK dan WHO. Jakarta

2000 : 16-23.

5. Manuaba IGB, Ilmu kebidanan, kandungan dan keluarga berencana. Penerbit

Buku Kedokteran (EGC). Jakarta 1998 : 98-115.

6. Mochtar, Rustam. editors. Sinopsis obstetri fisiologi obstetri patologi. 5th ed.

Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta 1995 : 69-72.

7. Oxorn, Harry. editors. Ilme kebidanan : patology dan fisiology persalinan human

labor and birth. Yayasan Essentia Medica. Jakarta 1996 : 211-28.

8. Sastrawinata, R. Sulaeman. Obstetri patologi. Elstar Offset. Bandung 1981 : 9-13.

9. Sweet, Betty R. editors. Mayes’ midwifery : A textbook of midwifes. Bailliare

Tindall Medical Inc.. Philadelphia. 1993 : 198-216.

10. WHO. Safe Motherhood modul persalinan macet. Penerbit Buku Kedokteran

(EGC). 2001. 6-1

11. Savitri, Mieke. Hubungan anemia ibu hamil dengan perdarahan masa nifas di

kecamatan Sliyeg dan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tahun

1990-1993. Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Padjajaran. 1996.

12. Suhita, Yus. Hubungan layanan antenatal dalam kejadian partus lama dan

perdarahan postpartum di Jawa Barat tahun 1997. Program Pascasarjana Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2000.

13. Sastroasmoro. Soedibjo. Keamanan persalinan dan bayi baru lahir di Puskesmas

Pemanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pertemuan Tahunan Perkumpulan

Obstetri dan Ginekologi Indonesia VIII. 1992.

14. Yakin. Hubungan pelayanan antenatal dengan kejadian komplikasi persalinan di

Indonesia (analisis data SKI tahun 1997). Tesis, Program Pascasarjana, Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2001.

54

Page 55: Pene Eva Gustina

15. Profil Kesehatan Indonesia Sehat 2000. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 2000.

16. Ibu sehat, bayi sehat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999.

17. Amaliah, Lila. Hubungan antara penolong persalinan dan kejadian persalinan

lama di Jawa Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

: 2001.

18. Hastono, Sutanto Priyo. Modul : analisis data. Fakultas Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Depok : 2001.

19. Aswar, Azrul. Metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan masyarkat. 1st

edition. Binarupa Aksara. 1987 : 8-19.

20. Ariawan, Iwan. Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok : 1998.

21. World Health Organization. The prevalency of anemia in women : a tabulation of

available information. 2nd ed. Geneva : World Health Organization, 1992.

available at : www. who.org. taken on 11 February 201

55