BAB 1

3
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan tulang maksilofasial masih sering kita jumpai. Data penderita dari Staf Medis Fungsional (SMF) Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum DR. Soetomo Surabaya tahun 2001-2005, menunjukkan penderita fraktur maksilofasial karena kecelakaan lalu lintas adalah 64,38%. Fraktur mandibula dan maksila menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 29,85%, fraktur zigoma sebesar 27,64%, serta fraktur nasal sebesar 12,66% (Reksoprawiro, 2006). Menanggapi masalah di atas, maka dikembangan biomaterial substitusi tulang. Beberapa teknik substitusi tulang yang dikenal adalah autograft, yaitu substitusi tulang dengan bagian tulang yang lain dari orang yang sama. Teknik ini bisa menyebabkan kerugian pada pasien seperti rasa sakit berlebih pasca operasi, kehilangan darah meningkat, membuat luka karena pembedahan kedua, serta bisa beresiko pada thrombosit. Allograft, substitusi dengan biomaterial yang berasal dari tulang manusia lain, metode ini berpeluang menimbulkan transmisi berbagai penyakit apabila tulang donor tidak sehat. Xenograft, implantasi dari spesies yang berbeda, misalnya tulang yang berasal dari hewan bertulang belakang contohnya adalah sapi. Namun, perbedaan karakter mineral tulang menjadi salah satu kelemahan metode ini (Magdalena, 2007 dan Ooi dkk, 2007). Maka dari itu dikembangkanlah alternatif biomaterial sintesis yang dapat mengatasi keterbatasan beberapa metode diatas. Penggunaan bahan sintetis pada substitusi tulang tidak akan menimbulkan peradangan serta tidak menyebabkan respon iritasi (Ooi dkk, 2007 dan Schnettler dkk, 2004). Limbah merupakan sisa hasil produksi yang tidak berharga (Anonim, 2008). Salah satu sektor penghasil limbah adalah fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pengolahan limbah merupakan bagian penting dari fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut karena limbah yang dihasilkan bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu limbah yang banyak dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah limbah gipsum kedokteran gigi. Limbah gipsum kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat yang memiliki beberapa dampak negatif. Diantaranya

description

k

Transcript of BAB 1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKerusakan tulang maksilofasial masih sering kita jumpai. Data penderita dari Staf Medis Fungsional (SMF) Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum DR. Soetomo Surabaya tahun 2001-2005, menunjukkan penderita fraktur maksilofasial karena kecelakaan lalu lintas adalah 64,38%. Fraktur mandibula dan maksila menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 29,85%, fraktur zigoma sebesar 27,64%, serta fraktur nasal sebesar 12,66% (Reksoprawiro, 2006).Menanggapi masalah di atas, maka dikembangan biomaterial substitusi tulang. Beberapa teknik substitusi tulang yang dikenal adalah autograft, yaitu substitusi tulang dengan bagian tulang yang lain dari orang yang sama. Teknik ini bisa menyebabkan kerugian pada pasien seperti rasa sakit berlebih pasca operasi, kehilangan darah meningkat, membuat luka karena pembedahan kedua, serta bisa beresiko pada thrombosit. Allograft, substitusi dengan biomaterial yang berasal dari tulang manusia lain, metode ini berpeluang menimbulkan transmisi berbagai penyakit apabila tulang donor tidak sehat. Xenograft, implantasi dari spesies yang berbeda, misalnya tulang yang berasal dari hewan bertulang belakang contohnya adalah sapi. Namun, perbedaan karakter mineral tulang menjadi salah satu kelemahan metode ini (Magdalena, 2007 dan Ooi dkk, 2007). Maka dari itu dikembangkanlah alternatif biomaterial sintesis yang dapat mengatasi keterbatasan beberapa metode diatas. Penggunaan bahan sintetis pada substitusi tulang tidak akan menimbulkan peradangan serta tidak menyebabkan respon iritasi (Ooi dkk, 2007 dan Schnettler dkk, 2004).Limbah merupakan sisa hasil produksi yang tidak berharga (Anonim, 2008). Salah satu sektor penghasil limbah adalah fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pengolahan limbah merupakan bagian penting dari fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut karena limbah yang dihasilkan bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu limbah yang banyak dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah limbah gipsum kedokteran gigi. Limbah gipsum kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat yang memiliki beberapa dampak negatif. Diantaranya adalah kalsium sulfat dihidrat tidak bisa terurai dengan sempurna di dalam tanah sehingga bisa mencemari tanah dan air tanah. Selain itu kandungan kalsuim yang berlebihan dalam air tanah sangat berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi. Kadar kalsium yang berlebihan dalam tubuh bisa mengganggu metabolisme sel tubuh. Model gipsum yang digunakan untuk konstruksi gigi tiruan mengandung sisa-sisa monomer metal metakrilat dari proses pengepresan akrilik. Hal ini sangat berbahaya karena sisa monomer dapat menjadi bahan yang dapat memicu terjadinya kanker.Salah satu metode yang bisa digunakan untuk sinteis hidroksiapatit adalah metode hidrotermal. Metode hidrotermal biasanya dapat menghasilkan derajat kristalinitas yang tinggi dan rasio Ca/P yang dekat dengan nilai stokiometri. Ukuran kristal yang dihasilkan melalui metode ini memiliki rentang dari nanometer sampai mikrometer. (C. M. Botelho et al. dalam Aminian et al., 2011). Tetapi memiliki derajat kristalinitas yang kurang.Dan apabila dilakukan sintering maka derajat kristalinitas hidroksiapatit akan semakin naik. Derajat kristalinitas bahan terhadap sifat kekerasan berkaitan dengan ukuran butir kristal dari bahan. Dan semakin kristalin suatu bahan, maka semakin besar pula ukuran butir bahan tersebut. Maka semakin besar ukuran butir, maka semakin sedikit jumlah mikroporositas yang ada pada bahan. Sehingga didapatkan hidroksiapatit yang lebih murni.Berdasar dari penjelasan diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang kualitas hidroksiapatit yang dihasilkan dari limbah dental gipsum fakultas kedokteran gigi universitas jember menggunakan metode hidrotermal dengan sintering. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui karakteristik hidroksiapatit yang dihasilkan dari limbah dental gipsum menggunakan metode hidrotermal dengan sintering?

1.3 Tujuaan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar hidroksiapatit murni yang dihasilkan dari limbah dental gipsum menggunakan metode hidrotermal dengan sintering.

1.4 Manfaat Penelitian1. Memberikan informasi tentang karakteristik hidroksiapatit dari limbah dental gipsum menggunakan metode hidrotermal dengan sintering.2. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.