Bab 1

32
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia perlu mendapatkan perhatian bersama, dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu dan angka kematian anak (Manuaba, IBG). Menstruasi dianggap normal jika terjadi interval 22-35 hari, jika lamanya perdarahan kurang dari 7 hari dan jumlah darah yang hilang kurang dari 80 ml. Discharge menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40% dari total discharge), darah (50- 80%) dan fragmen-fragmen endometrium. Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu dibawah usia 19 tahun (± 25%) dan diatas usia 39 tahun (± 35%). Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi atau jumlah dan lamanya menstruasi (Sastrawinata Sulaiman, 1998). Di dalam pemecahan masalah tentang gangguan reproduksi, sebagai seorang Bidan dan tenaga 1

Transcript of Bab 1

BAB 1

PAGE 16

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia perlu mendapatkan perhatian bersama, dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu dan angka kematian anak (Manuaba, IBG).Menstruasi dianggap normal jika terjadi interval 22-35 hari, jika lamanya perdarahan kurang dari 7 hari dan jumlah darah yang hilang kurang dari 80 ml. Discharge menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40% dari total discharge), darah (50-80%) dan fragmen-fragmen endometrium. Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu dibawah usia 19 tahun ( 25%) dan diatas usia 39 tahun ( 35%). Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi atau jumlah dan lamanya menstruasi (Sastrawinata Sulaiman, 1998).

Di dalam pemecahan masalah tentang gangguan reproduksi, sebagai seorang Bidan dan tenaga kesehatan haruslah berwawasan luas dan senantiasa berorientasi tentang teori dan masalah yang ada di masa yang akan datang dan mengenal upaya pencegahan serta perawatan dalam masalah kesehatan reproduksi.

1.2 Tujuan Adapun tujuan pembuatan laporan Asuhan Kebidanan ini adalah :

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mempunyai pengalaman nyata dalam melakukan mananjemen kebidanan pada pasien dengan menometrorhagia. 1.2.2 Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu : 1. Melakukan pengkajian terhadap ibu dengan gangguan reproduksi menometrorhagia. 2. Melakukan identifikasi masalah.

3. Menentukan antisipasi masalah potensial.

4. Melakukan identifikasi kebutuhan segera. 5. Menentukan rencana Asuhan Kebidanan.

6. Melakukan rencana Asuhan Kebidanan.

7. Mengevaluasi keefektifan dari Asuhan Kebidanan yang telah diberikan. 1.3 Batasan Masalah Mengingat waktu dan kemampuan penulis yang terbatas, maka penulis membatasi penulisan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny.E dengan Menometrorrhagia di Poli Kandungan RSU. Bunda Kandangan Surabaya.1.4 Metode Penulisan

1.4.1 Studi Kepustakaan

Penulis membekali diri dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan topik menometrorrhagia.

1.4.2 Praktek Langsung

Melakukan Asuhan Kebidanan pada klien secara langsung pada saat praktek di Poli Kandungan RSU. Bunda Kandangan Surabaya.1.4.3 Bimbingan dan Konsultasi

Dalam menyelesaikan Asuhan Kebidanan ini penyusun melakukan konsultasi dengan pembimbing pendidikan dan pembimbing ruangan.1.5 Sistematika Penulisan BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Batasan Masalah

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB 2LANDASAN TEORI

2.1Konsep Dasar Menometroragia

2.1.1 Konsep Dasar Menometroragia2.1.2 Etiologi 2.1.3 Patofisiologis 2.1.4 Tanda dan Gejala 2.1.5 Data Penunjang 2.1.6 Penanganan dan Therapi

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Menometrorrhagia

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan dengan Gangguan Haid MenometrorrhagiaBAB 3TINJAUAN KASUS3.1 Pengkajian

3.2 Identifikasi Diagnosa atau Masalah Kebidanan

3.3 Antisipasi Diagnosa atau Masalah Potensial

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

3.5 Pengembangan Rencana

3.6 Implementasi 3.7 Evaluasi BAB 4PEMBAHASAN

BAB 5PENUTUP 5.1 Simpulan

5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB 2LANDASAN TEORI2.1 Konsep Dasar Menometroragia2.1.1 PengertianMenometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang berlangsung terus atau panjang atau panjang berdarah banyak (Manuaba IBG, 2008).Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid (Saifuddin Abdul Bari, 2005)Menometrorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai bekuan darah dimana tidak ada hubungannya dengan haid (di luar siklus haid) (Sastrawinata Sulaiman, 1998)2.1.2 Etiologi

1. Sebab-sebab organikPerdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :a. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri.b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang berlangsung, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.

c. Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium2. Sebab-sebab fungsionalPerdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfumgsionala dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit (Saifuddin Abdul Bari, 2005)2.1.3 Patofisiologi

(Derek Liewellyn-Jones, 2002) Perdarahan di luar haid karena kelainan organik ini karena adanya gangguan atau kelainan pada alat-alat reproduksi yang dipengaruhi hormon-hormon. 2.1.4 Tanda dan Gejala Adanya perdarahan pervaginam

1. Kualitas

Penyembuhan perdarahan pervaginam biasanya diberikan kesan adanya suatu komplikasi kehamilan, keganasan folip fibroid atau perdarahan disfungsional.

2. Durasi

Durasi perdarahan dapat membantu membedakan menstruasi normal dari kelainan saluran reproduksi.

3. Episode

Episode hipermenorrhoe yang berlangsung dapat menggambarkan suatu siklus ovulasi yang komplikasi oleh ceronmioma atau adenomiasis. Perdarahan yang lebih berat dari biasanya dapat disebabkan oleh polip endometrium.

4. Membantu membedakan perjalanan perdarahan aktif dari suatu proses yang lebih kronis.

Darah segar adalah perdarahan aktif yang disebabkan oleh suatu komplikasi kehamilan atau laserasi akut. Adanya noda coklat merupakan suatu indikasi bahwa darah di dalam vagina telah bercampur oleh sekresi atau vagina.

2.1.5 Data Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap dan hapusan darah. Penentuan hemoglobin dan hematokrit memberikan pengukuran tidak langsung dari kehilangan darah pada dehidrasi. Nilai tersebut cenderung meningkat sewaktu perdarahan akut hematokrit masih normal sampai terjadi mekanis kompisantonis. 2.1.6 Penanganan dan Therapy

Kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak. Dalam hal ini penderita istirahat tirah baring dan memberi transfusi darah.

1. Estrogen dalam dosis tinggi supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti.

Dapat diberikan secara dini propianasi ekstradiol dan benzoat. Ekstradiol atau valeras ekstradiol 20 mg.

2. Progesteron

Pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional anovulator sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg secara dini atau dapat diberikan per OS sehari, horethidrona 15 mg atau asetas medroksi progesteron (movera) 10 mg yang dapat dikurangi. Therapy ini berguna pada waktu dan masa pubertas. Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus-menerus walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali dan yang sudah mempunyai anak cukup ialah histerektomy. Untuk mereka yang sangat keberatan atau ada kontraindikasi terhadap operasi dan sudah lanjut umurnya (45 tahun ke atas) therapy radiasi ovarium dapat dipertimbangkan. 2.1.7 Pada kasus yang dialami oleh para remaja atau gadis :

1. Konsultasi dokter ahli.

2. Pengobatan secara hormonal.

2.1.8 Pada kasus yang dialami oleh wanita yang telah menikah atau telah memiliki anak :

1. Konsultasi dengan dokter ahli.

2. Pemeriksaan alat kandungan.

3. Pemeriksaan patologi anatomi.

4. Terapi yang berkelanjutan.2.1.9 Terapi bedah

1. Kuretase sebelum tersedia hormon atau therapy bedah yang lebih baru, kuretase merupakan satu-satunya therapy bagi menometrorrhagia, selain histerektomi kuretase dapat mengontrol perdarahan berat dalam jangka waktu yang singkat tetapi biasanya kambuh dalam 4-6 bulan. 2. Ablasia endometrium

Konsep prosedur ini adalah bahwa dengan mengadakan ablasia lapisan basah endometrium, regenerasi endometrium dapat dicegah atau dikurangi dan menometrorrhagia sembut.

(Mansjoer, Arif, 2000)2.1.10 Pemeriksaan Penunjang Menometrorrhagia Harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat dan dari pemeriksaan ini diminta tes laboratorium spesifik. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah lengkap termasuk skrening, koagulasi jika diindikasikan dan kemungkinan test fungsi tyroid.

Test ini mungkin sudah cukup untuk menegakkan diagnosa, tetapi jika wanita tersebut di atas 35 tahun, lazim dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Test tambahan tersebut adalah histereskopi dan biopsi endometrium, sampel endometrium, ultrasonografi transvaginal dan kuretase diagnostik.

1. Histeroskopi Dengan sebuah histeroskopi, dapat dilihat rongga uterus dan kelainannya, seperti polip endometrium atau dapat dideteksi mioma sub mukosa dan sering dapat pula sekaligus dibuang, disamping itu dapat dilakukan pengambilan sampel endometrium untuk pemeriksaan histologik. Histeroskopi merupakan suatu prosedur yang dapat dilakukan di tempat praktek dengan atau tanpa anastesi lokal.

2. Pengambilan Sampel (biopsi) Endometrium

Pengambilan sampel (biopsi) endometrium dilakukan dengan memasukkan kuret biopsi sempit melalui serviks uteri untuk mendapatkan sampel representative dari endometrium. Prosedur ini dapat dilakukan di praktek dokter.

3. Ultrasonografi Transvaginal

Prosedur ini merupakan suatu metode non invasive untuk memotret rongga uterus. Metode ini dapat mendeteksi mioma sub mukosa dan dapat mengukur luasnya endometrium. Endometrium dengan lebar lebih dari 5 mm. Pada wanita post menopause menunjukkan perlunya kuretase untuk menyingkirkan kemungkinan pathologi endometrium.

4. Kuretase Diagnostik

Prosedur ini bersifat invasive dan dilakukan dibawah anestesi umum. Pasien perlu masuk ke rumah sakit selama sehari, kuretase dilakukan diantara episode perdarahan. Seluruh endometrium dikuret dan dikirimkan untuk pemeriksaan histologis. Metode ini telah digantikan ole histeroskopi dan pengambilan biopsi endometrium.

(IBG Manuaba, 1998)2.2 Konsep Asuhan Kebidanan dengan Gangguan Haid Menometrorrhagia 2.2.2 PengertianManajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (PPKC, 2004).

Adapun penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses manajemen kebidanan yaitu 7 langkah Varney.

I. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal proses Asuhan Kebidanan yaitu mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, obyektif dan data penunjang yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien (Depkes RI, 1996).

1. Data Subyektifa. Biodata

Nama :Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak keliru dengan nama klien yang lain.Umur :Usia reproduksi yang sehat dan aman untuk kehamilan hingga persalinan adalah 20-30 tahun.Paritas :Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, kematian bayi makin tinggi Pekerjaan : Pekerjaan suami dan ibu menunjukkan taraf hidup sosial ekonominya Agama :Perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh didalam kehidupan termasuk kesehatan.Perkawinan : Berapa kali menikah dan lama menikah membantu menentukan keadaan alat reproduksi ibu Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal ibu agar tidak sama dengan klien lainnya b. Keluhan utama Adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yang menyebabkan adanya gangguan yang perlu ditanyakan pada klien dengan gangguan reproduksi :

1) Bagaimana keluhan ibu, lemah, cukup baik.

2) Apakah ada keluhan seperti pusing, perdarahan yang banyak. c. Riwayat kebidanan1) Riwayat menstruasi Hal yang perlu ditanyakan sehubungan dengan riwayat menstruasi antara lain : menarche umur berapa, siklus menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar, warna dan bau darah, dismenorhoe, fluor albus, dan HPHT perlu ditanyakan riwayat haid pada klien sebelumnya. Anamnesa haid ini berguna untuk memberikan gambaran tentang faal alat kandungan.

2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Hal yang perlu ditanyakan yaitu :

Kehamilan keberapa dan dari perkawinan keberapa.

Ikhtisar kehamilan.

Riwayat persalinan, anak hidup atau mati, dan sebab kematian, jenis kelamin, tempat melahirkan atau penolong persalinan, cara melahirkan, spontan belakang kepala atau dengan tindakan.

Masalah atau gangguan yang timbul saat masa nifas dan laktasinya. d. Riwayat kesehatan sekarang Yang perlu dikaji apakah klien mempunyai riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit menular.

e. Riwayat penyakit keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga, orang tua klien, apakah menderita penyakit keturunan dan penyakit menular.

f. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama ini sudah sesuai kebutuhan.

2) Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB nya, konstipasi atau tidak, merupakan salah satu masalah yang berhubungan dengan pencernaan, dan pola BAK.3) Pola istirahat

Waktu istirahat 8 jam.

4) Personal hygiene

Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu diperhatikan dalam hygiene.

5) Aktivitas

Bagi ibu mengerjakan aktivitas rumah tangga membutuhkan energi yang banyak.g. Latar belakang sosia, budayaData ini diperlukan untuk mengetahui kebiasaan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

h. Psikologi dan spiritual

Bagaimana hubungan dengan keluarga, keadaan ibu yang menderita sakit lebih sensitive, kehidupan yang harmonis serta menyenangkan sangat dibutuhkan. 2. Data Obyektif

Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum b. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah normal adalah antara 90/60 mmHg hingga 130/60 mmHg.

2) Nadi normal 80-100x/menit, bila lebih dari 120x/menit hal ini menunjukkan adanya kelainan.

3) Pernafasan normal 16-24x/menit, bila lebih dari 24x/menit menandakan adanya tochipneu.

4) Suhu normalnya 900F 99,60F (36,10C 37,60C)

(Doenges, 2001) c. Tinggi badan, berat badan, postur tubuhd. Kepala Rambut:Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak, rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi.

Mata :Apakah bentuknya simetris, conjungtiva anemis atau tidak, sklera mata icterus atau tidak, adakah conjungtivitis (Depkes RI, 2000).

Hidung :Simetris, ada polip atau tidak, bagaimana kebersihannya.

Mulut :Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya.

Leher :Apakah ada benjolan, apakah ada pembesaran kelenjar limfe, apakah ada pembesaran kelenjar thyroid.

Genetalia:Genetalia, ekstremitas.

e. Pemeriksan dalam Pemeriksaan dalam disini secara umum untuk dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul. f. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah lengkap termasuk skrining koagulasi jika diindikasikan dan kemungkinan test fungsi typhoid, test-test ini mungkin sudak cukup untuk menegakkan diagnosa, tetapi jika berusia 35 tahun ke atas lazim dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, pertambahan tersebut adalah :

1) Pengambilan sample (biopsy) endometrium. 2) Histerektomi. 3) USG transvaginal.

4) Kuretase diagnostik.II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Diagnosa kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan oleh seseorang Bidan sesuai dengan teori dan masalah-masalah yang sering terjadi pada ibu dengan gangguan haid.

III. Antisipasi Masalah Potensial Sehubungan dengan Menometrorhagia Masalah potensial yang biasanya terjadi adalah potensial terjadinya anemi.

Antisipasinya adalah :

Transfusi jika perlu

1. Berikan packed cells

2. Jika dara dapat disentrifugasi gantung, kantung darah beberapa waktu sehingga sel darah merah mengendap, berikan sel darah merahnya saja, serum ditinggalkan.

3. Beri foruccemid 40 mg IV untuk setiap unit packed cells.

(Saifuddin Abdul Bari, 2002)IV. Identifikasi Kebutuhan Segera Pada tahap ini pada pasien menometrorhagia dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian theraphi.

V. Menyusun Rencana Asuhan Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa.

Diagnosa:Ibu dengan menometrorhagia Intervensi

1. Lakukan pendekatan therapeutik pada klien

Rasional:Dengan komunikasi therapeutik akan terjalin hubungan kerjasama yang kooperatif antara pasien dengan petugas.

2. Jelaskan pada pasien penyebab penyakitnya

Rasional:Memberi pengetahuan tentang penyebab gangguan haidnya

3. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan

Rasional:Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri klien pada petugas sehingga klien lebih kooperatif dalam melaksanakan tindakan.

4. Observasi TTV

Rasional:Deteksi dini adanya komplikasi

5. Berikan penyuluhan tentang nutrisi dan personal hygiene

Rasional:Menambah pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi dapat mengganti sel-sel yang keluar melalui darah, mengurangi terjadinya anemi, personal hygiene dapat menghambat perkembangan kuman.

6. Anjurkan klien untuk istirahat

Rasional:Merelaksasi metabolisme tubuh sehingga keadaan umum ibu membaik.

7. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

Rasional:Untuk deteksi adanya kelainan

8. Kolaborasi dengan dokter

Rasional:Menjelaskan fungsi dependent bidan.

VI. Implementasi

Pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti pada langkah ke-V ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota kesehatan lainnya.

1. Melakukan pendekatan therapeutik pada klien.

2. Menjelaskan pada pasien penyebab penyakitnya.

3. Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan

4. Mengobservasi TTV

5. Memberikan penyuluhan tentang nutrisi dan personal hygiene

6. Menganjurkan klien untuk istirahat

7. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

8. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy.

VII. Evaluasi

Langkah ini sebagai pengetahuan apakah rencana tersebut efektif, jika memang efektif dalam pelaksanaannya dilakukan pendokumentasian asuhan dan ditetapkan dalam bentuk SOAP (PPKC, 2004).

BAB 4PEMBAHASANMenometrorrhagia adalah perdarahan yang terjadi di luar siklus haid dengan penyebab kelainan hormonal dan kelainan organ genetalia. Menometrorrhagia dapat terjadi pada setiap umur pada wanita dewasa, lebih sering pada umur di atas 40 tahun, karena pada usia tersebut system hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam mengeluarkan hormonnya sehingga terjadi gangguan keseimbangan hormon yang menyebabkan menstruasi tidak teratur (Manuaba, 1998 : 403).

Masalah yang ada pasien dengan menometrorrhagia yaitu pengeluaran darah banyak, kadang disertai gumpalan, nyeri perut dan pusing hal ini tidak ada hubungannya dengan haid. Sedangkan pada kasus Ny.N keluhan utama didapatkan bahwa pasien menstruasi 1 bulan belum teratasi, 10 hari terakhir keluar darah banyak dan bergumpal. Dalam hal ini ada kesamaan antara teori dan kenyataan yang ada.

Pada kasus Ny.N ditemukan diagnosa menometrorrhagia, yang sesuai dengan pengkajian yaitu ibu mengatakan menstruasi 1 bulan belum terhenti 10 hari terakhir keluar darah banyak dan bergumpal. Dan pada pemeriksaan didapatkan bahwa adanya perdarahan pervaginam 1 kotek.

Dari diagnosa dan masalah yang ada, bisa terjadi menometrorrhagia pada pasien tersebut dikarenakan system hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam mengeluarkan hormonnya, sehingga terjadi gangguan keseimbangan hormon yang menyebabkan menstruasi tidak teratur, kemudian pasien dilakukan implementasi dan evaluasi sampai pasien merasa tenang dengan keadaannya, hal ini karena adanya kerjasama antara petugas kesehatan dengan klien dan keluarga.

BAB 5PENUTUP5.1 Simpulan

Selama melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.N penulis dapat menerapkan kerjasama yang baik dengan klien serta keluarga sehingga penulis dapat : 1. Dalam melakukan pengkajian dapat mengumpulkan data secara menyeluruh dan benar karena adanya kerjasama antara pasien dengan petugas. 2. Identifikasi masalah atau diagnosa yang ditemukan yaitu asuhan kebidanan pada Ny.N dengan gangguan menometrorrhagia.

3. Antisipasi masalah potensial yang ditemukan adalah potensial terjadinya anemi.

4. Identifikasi kebutuhan segera yang dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter Obgyn.

5. Menentukan intervensi sesuai dengan diagnosa yang didapat yaitu lakukan pendekatan pada pasien dengan komunikasi therapeutik, jelaskan pada ibu tentang penyebab perdarahan, jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy, jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, anjurkan pada pasien untuk konsumsi makanan yang bergizi, anjurkan pasien untuk menjaga personal hygiene.

6. Melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana tindakan yaitu melakukan pendekatan therapeutik yaitu memperkenalkan diri, mendengarkan keluhan pasien dan memberikan alternatif pemecahan masalah, menjelaskan pada pasien tentang penyebab perdarahan, menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan dan pemberian therapy, menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan bernutrisi, menganjurkan pasien untuk menjaga personal hygiene.

7. Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan tindakan kebidanan. Adapun evaluasi dan asuhan kebidanan yang telah diberikan sebagai berikut : pada diagnosa Ny.N dengan menometrorrhagia, tujuan dapat dicapai dan selama melakukan asuhan kebidanan tidak terjadi kesulitan dan ibu bisa mengerti dan menerima keadaan dirinya.

Selama melakukan Asuhan Kebidanan ada faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu :

3. Faktor penghambat

Adanya keterbatasan waktu dikarenakan pasien periksa di Poli Kandungan, sehingga petugas tidak bisa memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.

4. Faktor penunjang

a. Adanya sarana-prasarana dan fasilitas yang memadai.

b. Adanya kerjasama yang baik antara petugas dengan pasien.

c. Adanya kemampuan dan ketrampilan petugas yang sudah profesional. 5.2 Saran5.2.1 Petugas Kesehatan

Hendaknya bidan dalam memberikan Asuhan Kebidanan harus secara utuh dan berkesinambungan yaitu bio, psiko, sosial dan spiritual, agar pasien mendapatkan Asuhan Kebidanan yang optimal sesuai dengan yang pasien harapkan.5.2.2 Bagi Pasien dan Keluarga

Adapun saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Memberikan dukungan mental dan spiritual pada pasien.

2. Anjurkan istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi.

3. Segera datang ke petugas kesehatan bila ada kelainan atau komplikasi yang terjadi.

5.2.3 Bagi Lahan Praktek

1. Diharapkan lahan praktek lebih meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan.

2. Diharapkan lahan praktek mau memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa yang melaksanakan ketrampilan disana.

DAFTAR PUSTAKALiewellyn, Jones Derek. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaiman. 1998. Obstetri Fisiologi. Bandung : FK UNPAD.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta YBP-SP. Hipotalamus

Hipofisis

Gn RH

Hormon penghambat Prolaktin

Ovarium

FSH

LH

Perdarahan menstruasi

Perdarahan di luar menstruasi

Bersifat bercak dan terus menerus

Estrogen

Progesteron

17