BaB 1-5
-
Upload
faisal-ibrahim -
Category
Documents
-
view
71 -
download
8
Transcript of BaB 1-5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan
Perguruan Tinggi merupakan salah satu lembaga Akademik yang
memproduksi Sumber Daya Manusia, disamping sebagai pusat ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Dengan demikian peran Akademik bukan hanya sebagai
masyarakat ilmiah yang bergerak dalam bidang pendidikan belajar mengajar, akan
tetapi harus mampu menjawab tantangan – tantangan masa depan dengan
mencetak Sumber Daya Manusia yang professional.
Bidang pengeboran merupakan salah satu bidang padat dengan teknologi,
dan membutuhkan safety yang tinggi sehingga meminimkan resiko kecelakaan
kerja di tempat pengeboran (RIG) maupun di workshop. IPTEK yang dipakai di
PT. Pertamina Drilling Services Indonesia tidak terlepas dari dunia Akademik
sebagai Produsen Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Untuk itu perlunya terus dijembatani antara PT.Pertamina
Drilling Services Indonesia dengan dunia akademik (Universitas), baik kegiatan
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ), Magang, maupun Kontrak kerja. Dengan
demikian, dalam hal ini Praktek Kerja Lapangan sangatlah penting dilaksanakan
bagi seluruh Mahasiswa Politeknik yang orientasinya dibidang teknologi
professionaL.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan ini antara lain adalah sebagai berikut:
1
a. Menyelesaikan salah satu tugas pada kurikulum yang ada pada Politeknik
Negeri Lhokseumawe.
b. Mengetahui serta memahami peralatan yang digunakan dan permasalahan
yang dihadapi dilapangan.
c. Menerapkan dan membandingkan ilmu-ilmu teorities yang didapat di
perguruaan tinggi kedalam pekerjaan nyata.
d. Merupakan bekal pengalaman kelak bila telah menyelesaikan studi.
1.3 Pola/Kerangka Praktek Kerja Lapangan
Adapun metode yang diterapkan dalam Praktek Kerja Lapangan ini
meliputi beberapa tahap, antara lain:
1.3.1 Materi Kegiatan
a. Masa orientasi, yaitu pengenalan dengan karyawan-karyawan dan
pengarahan secara umum dari PJS manejer tentang keselamatan
kerja, serta pengambilan safety.
b. Penyampaian program kerja dan safety setiap pagi.
c. Pengenalan tentang mesin-mesin yang ada di PT.Pertamina Drilling
Services Indonesia serta fungsinya.
d. Penyelesaian tugas khusus, materi dan judul tugas khusus ini
dilakukan dengan pengambilan data dari PT.Pertamina Drilling
Services Indonesia dan kunjungan ke perpustakaan yang bertujuan
untuk mendapatkan literature yang diperlukan..
1.3.2 Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan di PT. Pertamina Drilling Services Indonesia ini
dilaksanakan selama satu bulan. Terhitung mulai tanggal 02 juli s/d 02Agustus
2012 dengan pembagian jadwal setiap kegiatan ditentukan oleh pembimbing
selama Praktek Kerja Lapangan berlangsung.
2
1.3.3 Jam Praktek Kerja Lapangan
Jam Praktek Kerja Lapangan disesuaikan dengan jam kerja karyawan
regular PDSI sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jam Praktek Kerja Lapangan
No Hari Jam kerja praktek Istirahat
1 Senin s/d Kamis 07.00 s/d 16.00 12.00 s/d 13.00
2 Jum’at 07.00 s/d 16.00 11.45 s/d 14.00
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Singkat PT.Pertamina
Usaha pencarian minyak bumi pertama kali di Indonesia dilakukan dengan
melakukan eksplorasi di kaki gunung Ceremai di Cirebon pada tahun 1871 namun
tidak berhasil. Usaha-usaha yang dilakukan selanjutnya mulai membawa hasil.
Hal ini terbukti dengan adanya mulai adanya eksploitasi minyak bumi. Eksploitasi
pertama dilakukan pada tanggal 15 Juni 1885 di Telaga Tunggal daerah Pangkalan
Brandan oleh Aelko Jan Zooen Zijkler dengan pengeboran di kedalaman 120
meter. Sumur tersebut merupakan sumur minyak pertama di Hindia Belanda yang
bertaraf produksi komersial.
Penemuan-penemuan sumber minyak di daerah lain di Indonesia mulai
dilakukan, seperti di telaga Sahid daerah pantai Sumatera Utara tahun 1885, di
daerah Kruka sebelah selatan Surabaya tahun 1888, di desa Minyak Hitam daerah
Muara Enim-Sumatera Selatan tahun 1898, di daerah Riam Kiwa dekat Sanga-
Kalimantan Timur tahun 1897, dan di desa Ledok-Jawa Timur tahun 1901.
Dengan adanya penemuan sumber minyak bumi di Indonesia tersebut
mengakibatkan tumbuhnya perusahaan-perusahaan minyak asing baik besar
maupun kecil pada abad ke 19, seperti:
KNPC (Klininklijke Nederlandsche Petroleum Company), pada tahun
1890
AS (Andrian Stoop), pada tahun 1887
STTC (Shell Transport and Trading Company), pada tahun 1890
TKSG (The Kloninklijke Shell Group), pada tahun 1894
BPM (Bataafsche Petroleum Company), pada tahun 1894
DPC (Dortsche Petroleum Company), pada tahun 1894
4
NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij), pada tahun
1894
NPPM (Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij), pada tahun 1894
Awal didirikannya kilang minyak di Plaju oleh Shell pada tahun 1907
Kilang Sungai Gerong didirikan oler Stanvac pada tahun 1933
Setelah Indonesia merdeka, maka usaha-usaha untuk mengambil alih
kekuasaan di bidang industri minyak dan gas bumi mulai dilaksanakan. Pada
tanggal 10 Desember 1957, berdasarkan perintah dari Kolonel Ibnu Sutowo,
PT.EMTSU diambil alih oleh Indonesia dan diubah namanya menjadi PN
Permina. Tanggal ini lalu ditetapkan sebagai hari lahirnya Pertamina. Ekspor
pertama PN Permina dilakukan pada tanggal 24 Mei 1958.
Berdasarkan UU tahun 1960, dibentuklah tiga perusahaan negara di sektor
minyak dan gas bumi. Ketiga perusahaan negara itu adalah :
1. PN Pertamin didirikan berdasarkan PP No.3/1961.
2. PN Permina didirikan berdasarkan PP No.199/1961.
3. PN Permigan didirikan berdasarkan PP No.199/1961.
Pada tahun 1965 PN Permigan dibubarkan dengan menggunakan SK
Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No.6/M/MIGAS/66 tanggal 4 Juni 1966.
Semua kekayaan PN Permigan, yaitu sumur minyak dan penyulingan di Cepu,
diserahkan kepada Lemigas. Sedangkan fasilitas produksinya diserahkan kepada
PN Permina dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada PN Pertamin.
Berdasarkan PP No.27/1968 dibentuklah Perusahaan Negara Pertambangan
5
Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN Pertamina) yang merupakan penggabungan
dari PN Pertamin dan PN Permina. Pembentukan ini dilakukan pada tanggal 20
Agustus 1968. Sebagai landasan kerja bagi PN Pertamina dibuatlah UU No.8
tahun 1971 yang menyatakan bahwa Pertamina sebagai pengelola tunggal
dibidang pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri, Pertamina
hingga saat ini telah mengoperasikan tujuh Unit Pengolahan (UP) yang tersebar di
Indonesia. Ketujuh Unit Pengolahan itu adalah :
1. UP-I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara
2. UP-II Dumai, Riau
3. UP-III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan
4. UP-IV Cilacap, Jawa Tengah
5. UP-V Balikpapan, Kalimantan Timur
6. UP-VI Balongan, Jawa Barat
7. UP-VII Kasim, Papua
2.2 Sejarah Singkat PT. Pertamina Drilling Services Indonesia
Dengan berubahnya status PERTAMINA sebagai suatu perseroan BUMN,
maka kini selain mengemban peran PSO (Public Service Obligation),
PERTAMINA dituntut untuk meraih laba dan menciptakan nilai bagi negara dan
para pemangku kepentingan. Oleh karena itu PERTAMINA kini harus mampu
mengelola keseluruhan spektrum usahanya dengan efektif dan efisien. Salah satu
6
kebijakan yang ditempuh adalah dengan melakukan pemilahan segmen usaha dan
pengelolaannya agar dapat fokus dan tanggap terhadap persaingan usaha.
Pada awalnya Drilling Services merupakan fungsi bor di dalam organisasi
PERTAMINA Direktorat Eksplorasi & Produksi. Upaya menjadikan Drilling
Services sebagai anak perusahaan sudah lama dilakukan, tetapi belum berhasil
karena munculnya beberapa kendala pada saat pelaksanaannya.
Menyikapi kondisi tersebut, pada tahun 1993 ada upaya untuk mengubah
fungsi bor menjadi bor mandiri. Upaya ini gagal karena ditolak oleh DKPP. Pada
tahun 1996 pernah dicoba untuk dialih kelola oleh YKPP (SK.160/C00000/96-S0,
tanggal 16 September 1996), tetapi upaya inipun gagal karena tidak tercapainya
kesepakatan pembebanan.
Lalu pada tahun 1999 mulai lagi dirintis pengelolaan fungsi bor menjadi Unit
Usaha Bor EP (Ref. SK Direktur Utama No. Kpts-104/C0000/1999-S0 tanggal 29
Mei 1999). Ternyata langkah ini membawa hasil yang positif (komparasi sebelum
dan sesudah menjadi unit .
Selanjutnya pada tahun 2001, dibentuk organisasi sementara dengan nama
PERTAMINA Drilling Services Indonesia (PT. PDSI) (SK-Kpts.
91/D00000/2001-S0, tanggal 18 Juli 2001). Lalu pada tahun 2002 berganti nama
lagi menjadi Drilling Services Dit. Hulu (Ref. SK Dirut No.
Kpts-113/C00000/2001-S0, tanggal 23 Oktober 2001 dan SK Direktur Hulu No.
Kpts-011/D00000/2002-S0, tanggal 26 Februari 2002).
7
Dalam perkembangannya, Drilling Services menjadi unit usaha Direktorat
Hulu sampai dengan bulan September 2005 dan kemudian beralih menjadi bagian
dari Direktorat Pengembangan Usaha PT. PERTAMINA EP. Akhirnya pada
tanggal 17 Juli 2006, berdasarkan SK Dirut No. Kpts-081/C00000/2006-S0,
struktur organisasi Drilling Services Dit Hulu dikembalikan menjadi unit usaha di
bawah Direktorat Hulu sebagai persiapan membentuk Anak Perusahaan di tahun
2007.
2.2.1 Wilayah Kerja
PT Pertamina Drilling Services Indonesia atau anak dari perusahaan PT
pertamina EP Field Rantau Region Sumatera Daerah Operasi Hulu NAD –
Sumbagut, sebelum diberlakukannya SK Direktur Utama PT Pertamina EP No.
Kpts-04/EP0000/2006-S0 tanggal 20 Januari 2006 tentang Pedoman Administrasi
PT Pertamina EP dan berkantor pusat di Rantau, Aceh Tamiang.
Semasa Masih bernama PT Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu NAD
– Sumbagut luas areal operasinya sekitar 18.360.003 Km2 mulai dari Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat sampai ke sebagian Provinsi Riu Daratan
termasuk Kepulauan Natuna.
8
Gambar 2.1 Wilayah Kerja
Gambar 2.2 Peta Lokasi Areal PT.Pertamina Drilling Services Indonesia
9
2.2.2 Lingkup Tugas
Tugas dan tanggung jawab PT Pertamina drilling services indonesia
Rantau Region Sumatera adalah meningkatkan atau paling tidak mempertahankan
produksi minyak dan gas bumi melalui pelaksanaan pemboran sumur baru, kerja
ulang, reparasi, stimulasi dan perawatan sumur.
2.2.3 Struktur
Sebagai Pjs Manager PT. Pertamina Drilling Services Idonesia , Area
NAD-SUMBAGUT posisi Pjs Manager berada di bawah Vice President Drilling
Operation PT. Pertamina Drilling Services Indonesia(pusat). Sedangkan Pjs
Manajer Area NAD-SUMBAGUT membawahi Support Ass Manager,Rig
Superintendent,Onshore Maintenance SR Supervisor(pjs),SCM Ass
Manager(pjs),Finance Ass Manager,Security Ass Manager,HSE Onshore
Ast.Manager.
2.2.4 Kebijakan Health and Safety Executive (HSE)
Walaupun telah berubah statusnya menjadi perusahaan perseroan, adanya
komitmen manajemen PT Pertamina Drilling Services Indonesia Area
NAD_SUMBAGUT terhadap aspek HSE adalah bukti kepedulian pimpinan
perusahaan dan diperkuat lagi untuk mengimplementasikan kebijakan baru
tentang HSE yang dikeluarkan oleh Direktur Hulu pada tanggal 25 april 2005.
Materi kebijakan itu adalah :
10
1. Menerapkan prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan serta mematuhi peraturan perundangan dan standar K3LL
yang berlaku.
2. Mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja, kabakaran,
ledakan, kebocoran pipa, penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan, melalui upaya pembinaan serta pengintegrasian aspek
K3LL dalam teknologi dan kesisteman sejak rancang bangun,
konstruksi, operasi sampai tahap pasca operasi secara berkelanjutan.
3. Menerapkan system manajemen K3LL dan pengelolaan aspek K3LL di
seluruh kegiatan operasi, secara konsisten dan konsekuen guna
mendukung kondisi operasi yang aman, nyaman handal dan efisien.
4. Menjadikan aspek K3LL sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
ukuran kinerja individu, pembinaan SDM dan budaya perusahaan.
5. Bersikap tanggap dalam mengantisipasi apabila timbul masalah yang
berkaitan dengan dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasi hulu.
6. Menggalang kemampuan untuk melaksanakan penanggulangan
keadaan darurat dalam rangka pengamanan asset, pencegahan korban
jiwa serta peningkatan citra perusahaan.
Menciptakan, membina dan memelihara hubungan yang harmonis dengan
intansi pemerintah, lembaga/institusi terkait dan lingkungan masyarakat disekitar
kegiatan operasi untuk membangun kemitraan yang saling menguntungkan
Kebijakan ini menjadi tanggung jawab seluruh jajaran manajemen, pekerja dan
11
mitra kerja PT Pertamina Drilling Services Indonesia Area NAD-SUMBAGUT
serta menjadi kewajiban manajemen untuk memantau pelaksanaannya secara
konsisten.
2.2.5 Visi dan Misi Perusahaan
VISI :
Perusaan penyedia jasa pemboran dengan reputasi internasional.
MISI : Menyediakan jasa solusi terpadu yang berkualitas tinggi di bidang
pemboran, kerja ulang dan reparasi sumur kepada pelanggan, untuk
memberi nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham dan
pekerja, serta berkontribusi secara proporsional kepada pemangku
kepentingan lainnya.
12
BAB III
TUGAS KHUSUS
“PERAWATAN CENTRIFUGAL MUD PUMPS JENIS VERTIKAL”
(P-78-BA-8)
3.1 Alasan Pemilihan Judul
Dikarenakan pada saat Praktek Kerja Lapangan banyak mencakup tentang
pompa, Engine genset,generator dan alat-alat pengeboran lain, maka penulis
bertekat dan memilih antara ketiga komponen tersebut yaitu tentang Pompa.
Secara garis besar pompa dapat didefinisikan adalah sebagai suatu alat yang
digunakan untuk memindahkan suatu fluida Incromfressible dari tekanan rendah
ketekanan tinggi atau dalam keadaan yang rendah ke keadaan yang lebih tinggi.
Pada kesempatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis ingin
mengkaji lebih rinci bagaimana cara atau upaya untuk menjaga pompa agar
bekerja dengan stabil dan optimal dalam jangka waktu yang sangat lama. Adapun
pompa yang dipilih adalah pompa yang berfungsi sebagai pemindah lumpur dari
tangki satu ke tangki yang lain, yaitu pompa sentrifugal dengan item P-78-BA-8 .
Pompa ini adalah pompa dengan diameter keluar yang sangat besar karena debit
yang dialirkan sangat besar. Pompa item P-78-BA-8 merupakan pompa jenis
vertikal yang digerakkan oleh elektromotor.
3.2 Teori Dasar Pompa
3.2.1 Pengertian pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan fluida
Incompressible dari tekanan rendah ke tekanan tinggi atau posisi yang rendah ke
posisi yang tinggi. Pompa vertikal mempunyai sebuah impeller untuk
mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller oleh
dorongan sudu-sudu ikut berputar.
Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara
bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain,
13
Kinetis Peripheral
Reciprocating
Positive Displacement(Statis)
PUMP
Rotary
Vane
Screw
Gear
Centrifugal
Radial flow
Mixed flow
Axial flowDiapragma
Piston/Torak
pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak)
menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan
cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran. Salah satu jenis
pompa pemindah non positip adalah pompa sentrifugal atau pompa vertikal yang
prinsip kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi
potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing.
Pompa aliran aksial berbeda dari aliran radial dalam cairan masuk dan
keluar sepanjang arah yang sama sejajar dengan poros berputar. Cairan tersebut
tidak dipercepat tapi malah "mengangkat" oleh aksi impeller. Mereka mungkin
disamakan dengan baling-baling berputar dalam panjang tabung. Pompa aliran
aksial beroperasi pada tekanan yang lebih rendah dan tingkat aliran lebih tinggi
dari pompa aliran radial.
3.2.2 Klasifikasi pompa secara umum
Gambar 3.1 Klasifikasi Pompa
Klasifikasi pompa vertikal menurut bentuk casing :
a. Pompa volute
b. Pompa disfuser
14
c. Pompa aliran campur jenis volute
Klasifikasi menurut jumlah tingkat :
a. Pompa satu tingkat
b. Pompa tingkat banyak
Klasifikasi menurut sisi masuk impeller :
a. Pompa isapan tunggal
b. Pompa isapan ganda
Pompa vertikal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain:
1.Bentuk arah aliran yang terjadi di impeller. Aliran fluida dalam impeller
dapat berupa :
axial flow,
mixed flow, atau
radial flow.
2. Bentuk konstruksi dari impeller. Impeller yang digunakan dalam pompa
vertikal dapat berupa:
open impeller,
semi-open impeller, atau
close impeller.
3.Banyaknya jumlah suction inlet. Beberapa pompa vertikal memiliki suction
inlet lebih dari dua buah. Pompa yang memiliki satu suction inlet disebut
single-suction pump sedangkan untuk pompa yang memiliki dua suction inlet
disebut double-suction pump.
4.Banyaknya impeller. Pompa vertikal khusus memiliki beberapa impeller
bersusun. Pompa yang memiliki satu impeller disebut single-stage pump,
sedangkan pompa yang memiliki lebih dari satu impeller disebut multi-stage
pump.
15
3.2.3 Prinsip kerja pompa vertikal .
Aliran fluida yang radial akan menimbulkan efek vertikal dari impeler
diberikan kepada fluida. Jenis pompa vertikal atau kompresor aliran radial
akan mempunyai head yang tinggi tetapi kapasitas alirannya rendah. Pada
mesin aliran radial ini, fluida masuk melalui bagian tengah impeler dalam arah
yang pada dasarnya aksial. Fluida keluar melalui celah-celah antara sudut dan
piringan dan meninggalkan bagian luar impeler pada tekanan yang tinggi dan
kecepatan agak tinggi ketika memasuki casing atau volute.
Volute akan mengubah head kinetik yang berupa kecepatan buang tinggi
menjadi head tekanan sebelum fluida meninggalkan pipa keluaran pompa. Jika
casing dilengkapi dengan sirip pemandu (guide vane), pompa tersebut disebut
diffuser atau pompa turbin.
Impeller: Bagian dari pompa yang berputar yang mengubah tenaga mesin ke
tenaga kinetik.
Volute: Bagian dari pompa yang diam yang mengubah tenaga kinetik ke
bentuk tekanan.
3.2.4 Motor listrik dan motor torak
Dalam merancang instilasi pompa, sering kali dipertanyakan apakah akan
digunakan motor listrik atau motor torak sebagai penggerak mula. Untuk
menentukan mana yang tepat bagi setiap kasus, harus dilihat kondisi kerja dan
tempatnya, karena kedua jenis penggerak tersebut mempunyai kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Disamping motor listrik dan motor torak, untuk pabrik-
pabrik yang menggunakan tenaga uap, juga sering menggunakan turbine uap
sebagai penggerak pompa.
1. Motor Listrik
16
a). Keuntungan:
- Jika tegangan listrik dari PLN atau sumber lain tersedia dengan
tegangan yang sesuai disekitar tempat tersebut, maka penggunaan
motor listrik dapat menggunakan ongkos yang murah.
- Pengoprasian yang lebih efektif (mudah).
- Ringan dan hampir tidak menimbulkan getaran.
- Pemeliharaan dan pengaturan mudah.
b). Kerugian:
- Jika listrik padam, pompa tidak dapat bekerja sama sekali.
- Jika pompa jarang dipakai, biaya oprasinya akan tinggi karena biaya
beban tetap harus dibayar.
- Jika lokasi pompa jauh dari jaringan distribusi listrik yang ada, maka
biaya penyambungan listrik akan sangat mahal.
2. Motor torak
a). Keuntungan:
- Operasi tidak tergantung kepada tenaga listrik
- Biaya fasilitas tambahan dapat lebih rendah dari motor listrk.
b). Kerugian:
- Motor torak lebih berat dari motor listrik.
- Memerlukan air pendinginan yang jumlahnya cukup besar.
- Getaran dan suara mesin sangat besar.
3.3 Spesifikasi Pompa vertikal ( P-78-BA-8 )
Merk : HOUSTON TEXAS
Model : SB 5x6-12 (178 ped)
Jenis : vertikal
Tingkat/Stage : Single stage
Jenis Impeler : Terbuka
17
Efesiensi : 56 %
Liquid yang
Dipompakan : lumpur
Kapasitas Normal : 50 hp
Flow : 160 (m3/h)
MOTOR
Speed : 1775 rpm
Rotation : CW (Clock Wise )
Phase : 3
Cycles : 60
3.4 Bagian-bagian Pompa Vertikal
Bagian-bagian pompa vertikal ini sama dengan bagian-bagian yang
terdapat pada pompa sentrifugal.
Gambar 3.2 Bagian-bagian Pompa Vertikal
Bagian pompa vertikal dibagi dua yaitu :
A. Bagian yang bergerak (Dinamis)
Bagian yang bergerak di antaranya :
Shaft (poros)
18
Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama
beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar
lainnya.
Gambar 3.3 Shaft (poros)
Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
Gambar 3.4 Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan
pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat
perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
Bearing
Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari
poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial.
19
Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan
tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
Gambar 3.5 Bearing.
Gambar 3.6 Trust Bearing dan Journal Bearing
B. Bagian yang diam (Statis)
20
Gasket
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
Gambar 3.7 Gasket
Mechanical Seal
Fungsi utama dari seal adalah untuk mencegah kebocoran yang mungkin
terjadi pada sambungan-sambungan pada elemen mesin.
Gambar 3.8 Mechanical Seal
Shaft Sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan
keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage
joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.
21
Gambar 3.9 Shaft Sleve
Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang
melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan
cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.
Casing.
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang telah di sambung dengan
motor berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan
diffusor (guide vane), inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah
aliran dari impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi
energi dinamis.
Gambar 3.10 Casing
BAB IV
22
PEMBAHASAN
Permasalahan yang Sering Terjadi pada Pompa centrifugal jenis Vertikal
(P-78-BA-8):
4.1 Mechanical Seal
Kerusakan mechanical seal banyak disebabkan oleh gesekan pada saat
poros bekerja menyuplai lumpur dari satu tangki ke tangki lain,dan penyebab lain
dari kerusakan seal faktor umur mechanical seal yang telah mencapai titik lelah.
Salah satu upaya untuk memperpanjang umur pakai adalah memasang dengan
benar serta memilih spesifikasi yang cocok untuk pemakaian media tertentu.
Mechanical seal > gland packing
Ø Pompa dengan mechanical seal : Zero drop per menit
Ø Pompa dengan gland packing : 10 s/d 15 drop per menit
4.2 Bearing
Kerusakan Bearing Akibat Kelonggaran
Ada dua kasus yang sering terjadi adalah Inner bearing longgar terhadap
poros (inner-race mudah dimasukan keporos (interference fits longgar )), dan
Outer bearing longgar terhadap rumah bearing. keduanya mengakibatkan hal
yang buruk sekali. Adapun akibatnya yang terjadi ialah:
a. Inner bisa berputar relative terhadap shaft, timbul karat/Korosi diarea
antara shaft dan inner race.
b. Korosi bersifat abrasive mengakibatkan memperbesar gap, sehingga
memperbesar kelonggaran secara terus-menerus.
c. Jika longgar sudah besar mengakibatkan: inner berputar di shaft, posisi
bearing sudah berubah, timbul aus, panas noise dan vibrasi. Sama akibat
jika outer longgar.
Adapun cara mengatasi agar hal tersebut dapat diatasi yaitu dengan cara
Shaft harus diganti atau direkondisi sehingga antara bearing dan shaft sligtly fit.
23
Lihatlah clearence yang tepat pada tabel interference fits/clearence bearing,
karena besar bearing menentukan harga tersebut rumah/temapt bearing harus
direkondisi agar cukup persisi sebagai tempat dudukan bearing. Misal : bore inner
sama dengan diameter shaft, maka cara memasangnya harus memanaskan bearing.
Kerusakan Bearing Akibat Misalignment
Tanda-tanda kerusakan bearing dari misalignment dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Lintasan ball pada raceway outer-ring terlihat tidak sejajar
b. Juga lintasan terlalu melebar di inner race, bila misalignment melebihi
0.10 mm mengakibatkan temperature di ball/race melebihi normal dan
mengakibatkan keausan berlebihan.
Tandanya, keausan dan warnanya merah/coklat.
Perbaikan : Mesin harus distop dan diadakan pemeriksaan dan
kemudian direalignment.
Kerjakan pemeriksaan.
c. Kelurusan dan run out shaft,
d. Run out bearing housing dan dudukan bearing.
e. Akurasi peralatan harus baik.
f. Skill pelaksana sudah terlatih.
g. Lakukan alignment menurut prosedur yang benar pakailah locknut
bearing yang presisi agar bearing duduk pada posisi yang benar.
Dalam melakukan alignment, perhatikan kondisi temperature operasi. Jika
temp.operasi sangat tinggi atau sangat dingin, harus diperhitungkan thermal
growth/pemuaian atau penyusutan akibat beda panas atau dingin. Ketelitian
melakukan alignment sangat menentukan.
Kerusakan Bearing Akibat Korosi :
Salah satu masalah cukup besar kerusakan bearing ialah masalah karatan
atau korosi. Banyak bearing tidak dapat mencapai umur pakai yang seharusnya.
24
Kerugian besar tentu diderita, bahkan kerusakan yang lebih besar bisa terjadi jika
kerusakan bearing tidak cepat diketahui. Indikasi dari kerusakan ini, jika ball,
race-way dan cage berwarna merah/coklat. sebab bearing dalam kondisi pengaruh
cairan yang corrosive, misal cairan yang mengandung atau udara corrosive. Cara
mengatasi, cegah pengaruh atau percikan cairan corrosive. Pastikan breather
masih dalam kondisi baik. Jika memakai grease. pasang sealed bearing, jika
mungkin gantilah pelumas secara berkala.
Kerusakan Bearing Akibat Pelumas Rusak
Kerusakan ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, yaitu: Lubrikan
adalah bahan dan bagian paling pokok dari proses kerja bearing, lapisan tipis
lubrikan (oil film) harus selalu ada diantara ball, cage, inner race dan outer race,
yang berfungsi menghilangkan gesekan dan pendinginan. Kerusakan lubrikan
berakibat hilangnya atau rusaknya oil film berakibat kerusakan bearing.
Sebab Kerusakan lubrikan :
a. Kontaminasi dengan kotoran/debu/partikel.
b. Kontaminasi dengan air, kondesasi udara, cairan-cairan lain.
c. Tercampur dengan lubrikan lain yang tidak kompatibel.
d. Panas berlebih (overheating) saat dioperasikan, kemudian temperature
lubrikan berlebihan, sehingga sifat lubrikasinya hilang, akhirnya panas
naik terus.
Beberapa cara untuk mencegah kerusakan lubrikasi antara lain :
a) Jika menyimpan pelumas, jangan biarkan drum penyimpan pelumas
terbuka, meskipun dalam ruang tertutup. Jika drum dilapangan terbuka,
jangan letakan drum menghadap keatas, atau harus ditutup dengan penutup
yang tahan sobek.
b) Pada mesin, harus selalu dipastikan “breather” masih berfungsi dengan
baik. untuk mencegah masuknya kelembaban dan kontaminan lain.
25
c) Harus selalu diadakan pemeriksaan/test kondisi lubrikan (untuk reservoir
dengan isi besar). untuk reservoir kecil perlu diganti secara reguler.
d) Jangan menambah/mencapur lubrikan yang berbeda merk.
e) Pilihlah viscositas yang sesuai pada pemakaian tertentu.
4.3 Flexible Coupling
Flexible Coupling yaitu jenis mekanis yang memerlukan perawatan penuh,
untuk mendapatkan fleksibelitas yang optimal. Kopling jenis ini mampu dipakai
untuk mesin-mesin dengan kapasitas kecil sampai dengan sangat besar dengan
putaran rendah sampai dengan putaran tinggi. Penyebab terjadinya Masalah
kerusakan pada kopling gear ialah kurangnya pelumasan. Apabila kurangnya
pelumasan pada kopling gear maka permukaannya akan cepat haus atau rusak.
Apabila hal itu terjadi kopling gear harus diganti dengan kopling gear yang sama.
Cara mengatasi kerusakannya yaitu dengan cara 6 bulan sekali melakukan
pengecekan grease (pelumasan) supaya tidak terjadinya kehausan atau kerusakan
yang sangat cepat pada permukaan kopling gear. Apabila pengecekan ini
dilakukan maka umur kopling gear makin bertambah.
4.4 Shaft
Shaft adalah gabungan antara shaft dengan impeller. Cara perawatannya
yaitu, Shaft biasa diperiksa diwaktu overhaul. Kerusakan yang sering terjadi pada
Shaft adalah tergores, aus, shaft bengkok (bending). Untuk perbaikan Shaft
biasanya dilakukan oleh workshop khusus. Untuk mencegah kerusakan pada shaft
pada saat pemasangan bearing harus di aligment dahulu dan dilakukan perawatan
secara berkala.
4.5 Kavitasi
26
Kavitasi adalah fenomena perubahan fase uap dari zat cair yang mengalir
karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuh,yang
menyebabkan kavitasi karena peletakkan pompa yang jauh dari
permukaan.Beberapa cara untuk mengatasi kavitasi adalah tekanan sisi isap tidak
boleh terlalu rendah,pompa tidak boleh diletakkan jauh diatas permukaan,
kecepatan aliran pada pipa isap tidak boleh terlalu terlalu besar dan pipa isap
dibuat sependek mungkin untuk mengurangi gesekan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
27
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan studi pustaka yang dilakukan
dalam Kerja Praktek di PT. PERTAMINA DRILLING SERVICE INDONESIA
maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pompa centriugal jenis vertikal item (P-78-BA-8) digerakkan oleh motor
dan berfungsi untuk memompakan lumpur..
2. Kerusakan yang sering terjadi pada pompa centrifugal jenis vertikal item
(P-78-BA-8) antara lain terjadi pada komponen seperti Gland Packing,
Bearing, dan Kopling Gear.
3. Untuk mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut maka pada
Pompa centrifugal jenis vertikal item (P-78-BA-8) harus dilakukan
pengecekan rutin dan perawatan berkala agar performance pompa (P-78-
BA-8) tetap pada kondisi normal operasi, misalnya:
Pada gland packing, pada saat pemasangan harus mengikuti prosedur
pemasangan yang benar, memilih spesifikasi yang cocok untuk
memperpanjang umur gland packing itu sendiri.
Pada bearing dan kopling gear harus dipastikan sistem pelumasan
bekerja dengan baik dan hindari misalignment pada saat pemasangan.
5.2 Saran
Untuk menjaga agar alat dapat beroperasi sesuai dengan desain saran yang
ingin penulis sampaikan antara lain:
1. Mengganti komponen – komponen dari alat yang telah rusak sewaktu
pompa atau pabrik tidak beroperasi.
2. Perbaikan sistem pengontrolan pada alat yang tidak berfungsi atau yang
telah rusak.
3. Untuk menjaga keamanan pompa, jangan dioperasikan diatas kondisi
desain dan utamakan keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
28
Church, Austin H. 1993. Pompa dan Blower Sentrifugal. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Dietzel, Fritz. 1996. Turbin, Pompa dan Kompresor. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hicks, Tyler, G. Edwards, T. W. 1996. Teknologi Pemakaian Pompa. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
http://awan05.blogspot.com/2009/12/pompa-sentrifugal.html 18 juli 2012
http://www.agussuwasono.com/artikel/mechanical/259-sistem-penyekat-pada-
pompa.html 20 juli 201 2
http://mechanicalseal.wordpress.com/mechanical-seal/glandpacking/ 19 juli 2012
http://rico-ariyanto.blogspot.com/2011/03/kopling.html
Sularso. Haruo Tahara. 1996. Pompa dan Kompresor. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.
29