BAB 1 -3 Terapi Tertawa Atau Humor
-
Upload
fajar-tama -
Category
Documents
-
view
169 -
download
37
description
Transcript of BAB 1 -3 Terapi Tertawa Atau Humor
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memori merupakan elemen pokok dalam sebagian besar proses
kognitif. Proses dari ingatan melalui pengkodean, penyimpanan, dan
pengeluaran informasi. Sistem yang dibangun untuk ingatan agar sebuah
informasi tetap diingat harus melalui ingatan sensori, ingatan jangka
pendek dan ingatan jangka panjang (Atkinson & Shiffrin, 1971 dalam
Sarwono, 2010).
Informasi yang baru didapat disimpan dalam memori jangka
pendek dengan kemampuan jumlah dan waktu penyimpanan yang terbatas.
Ingatan jangka pendek dapat bertahan selama beberapa menit sampai
beberapa jam. Kapasitas memori jangka pendek terbatas, lima sampai
sembilan unit informasi. Informasi bisa berupa angka, huruf atau kata
(Sarwono, 2010). Informasi dapat hilang bila terjadi distraksi. Sebagian
informasi akan terlupakan, sebagian lain akan ditransfer ke dalam memori
jangka panjang yang lebih permanen (Solso, dkk, 2007). Informasi dari
memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori jangka pendek
untuk digunakan. Informasi dari memori jangka panjang sering tidak
ditemukan kembali sehingga terjadi lupa (Wade & Travris, 2007).
-
2
Aspek intelegensi, memori, dan bentuk-bentuk lain dari fungsi
mental menurun seiring bertambahnya usia. Orang lanjut usia memiliki
skor lebih rendah dalam tes-tes penalaran, kemampuan ruang, dan
pemecahan masalah yang kompleks jika dibandingkan dengan orang-orang
dewasa yang lebih muda (Wade & Travris, 2007). Kondisi yang dihadapi
orang lanjut usia merupakan gangguan memori ringan yang dapat
digolongkan sebagai sindrom predemensia dan dapat berkembang menjadi
demensia. World Alzheimer Reports mencatat demensia akan menjadi
krisis kesehatan terbesar di abad ini yang jumlah penderitanya terus
bertambah. Data WHO tahun 2010 menunjukkan, di tahun 2010 jumlah
penduduk dunia yang terkena demensia sebanyak 36 juta orang.
Jumlah penderitanya diprediksi akan melonjak dua kali lipat di tahun 2030
sebanyak 66 juta orang (Gustia, 2010). Angka kejadian demensia di Asia
Pasifik sekitar 4,3 juta pada tahun 2005 yang akan meningkat menjadi 19,7
juta per tahun pada 2050. Jumlah penyandang demensia di Indonesia
hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Gitahafas, 2011).
Gangguan memori pada lansia jika tidak diatasi dengan baik akan
mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari dan kesehatan lansia secara
menyeluruh. Perlu adanya suatu pelayanan untuk mengatasi masalah
kesehatan pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Pelayanan
lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan
lembaga. Unit Rehabilitasi Sosial merupakan pelayanan lansia berbasis
lembaga yang umum dikenal masyarakat.
-
3
Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap merawat 90 lansia
terdiri dari laki-laki 35 orang dan perempuan 55 orang dengan usia rata-
rata 72 tahun. Beberapa disebabkan karena tidak mempunyai keluarga dan
banyak yang sengaja dititipkan oleh anggota keluarganya. Hasil
wawancara langsung dengan 20 lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Dewanata Cilacap, penulis menemukan beberapa kasus yang
berhubungan dengan gejala demensia, 10 dari lansia tidak mampu
mengingat nama anak-anaknya, 15 dari lansia mengalami kesulitan untuk
menghitung mundur (dari angka 20 mundur 3 angka), 15 dari lansia tidak
dapat mengingat kembali tiga objek.
Hasil wawancara memberikan gambaran bahwa memori lansia
mengalami kemunduran secara progresif, sehingga mereka mengalami
kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Namun, tidak semua
orang lanjut usia sama. Ada yang secara mental kemampuannya menurun,
tetapi ada juga yang tetap memiliki kemampuan mental yang tajam.
Perbedaan ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi memori individu salah satunya yaitu stres dan depresi
(Wade & Travris, 2007). Menurut Lubis (2009), lansia berada pada tahap
perkembangan emosi, lansia mempunyai banyak masalah seperti masalah
keuangan, masalah kesehatan, dan kesepian karena anak-anak tidak
mempunyai waktu untuk mengurus mereka akhirnya ditempatkan di unit
rehabilitasi sosial sehingga dapat memicu terjadinya stres bahkan depresi.
-
4
Orang lanjut usia yang mengalami gangguan memori sebenarnya
tidak menderita penyakit demensia. Lansia cenderung mengalami
kehilangan memori akibat depresi (Wade & Travris, 2007). Maka untuk
itu perlu adanya metode-metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan memori dengan cara meningkatkan stimulasi
otak, kegiatan seperti membaca, menonton televisi sebaiknya di jadikan
sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus
menerus. Brain gym dan olahraga (jogging) juga merupakan salah satu
cara menjaga daya ingat yang bisa di lakukan para lansia, terapi humor
juga diduga mampu mempertahankankan bahkan meningkatkan
kemampuan memori lansia sekaligus menurunkan level stres. Terapi
humor merupakan latihan ideal bagi lansia yang mempunyai keterbatasan
fisik dan mudah dijangkau oleh kalangan lansia (Rafdi, 2008).
Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menyatakan bahwa
penggunaan humor dapat meningkatkan memori jangka pendek lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Bains (2012) menunjukkan bahwa orang
tua (usia rata-rata 74 tahun) setelah menonton video 30 menit humoris,
kemampuan belajar dan kemampuan mengingat meningkat dengan hasil
masing-masing 38,7% dan 36,1%. Humor dan tertawa riang dapat
mengurangi stres dan mengurangi hormon stres termasuk kortisol dan
katekolamin. Kortisol, misalnya, dapat merusak sel-sel saraf dari
hippocampus, yang merupakan bagian dari otak yang bertanggung jawab
untuk mengubah informasi sementara menjadi informasi yang permanen
-
5
(Bains, 2012 dalam Reifsnyder, 2012). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Simon (1988) menyatakan bahwa humor dapat digunakan
sebagai mekanisme koping dalam menghadapi kecemasan dan ketegangan
(Vergeer, 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Martin dan Lefcourt
(1983) mengenai hubungan antara stres, mood, dan pandangan akan
humor, didapatkan hasil bahwa humor dapat menurunkan angka
kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup (Martin, 2001).
Humor merupakan sesuatu yang lucu dan dapat membuat individu
tertawa secara spontan, tidak dipaksakan dan merasa senang (Lubis, 2009).
Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan terapi diperlukan karena
beberapa orang mengalami kesulitan untuk memulai tertawa tanpa adanya
alasan yang jelas. Humor yang di berikan sebagai satu-satunya stimulus
untuk menghasilkan tawa dalam bentuk terapi akan disebut sebagai terapi
humor, namun jika di kombinasikan dengan hal-hal lain dalam rangka
untuk menciptakan tawa (misalnya dengan yoga atau meditasi), akan
disebut sebagai terapi tawa (Dian, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menganggap penting untuk
meneliti pengaruh terapi humor terhadap memori jangka pendek lansia di
Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diketahui bahwa orang lanjut
usia memiliki skor lebih rendah dalam tes-tes penalaran, kemampuan
ruang, dan pemecahan masalah yang kompleks jika dibandingkan dengan
orang-orang dewasa yang lebih muda. Terapi humor akan memberikan
pengalaman emosional positif.
Dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut Adakah
pengaruh terapi humor terhadap memori jangka pendek lansia di Unit
Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap.
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum:
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh terapi humor
terhadap memori jangka pendek lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Dewanata Cilacap.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui karakteristik responden yaitu usia dan jenis kelamin.
b. Mengetahui skor memori jangka pendek lansia sebelum
mendapatkan terapi humor.
c. Mengetahui skor memori jangka pendek lansia sesudah
mendapatkan terapi humor.
d. Mengetahui perbedaan memori jangka pendek lansia sebelum
dan sesudah mendapatkan terapi humor.
-
7
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk masyarakat umum
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang
pengaruh terapi humor terhadap peningkatan memori jangka pendek
lansia.
2. Untuk profesi keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian / informasi dalam
mengkaji, menganalisa dan memberikan intervensi untuk
memperlambat terjadinya demensia pada lansia.
3. Untuk responden
Lansia dapat mengetahui tingkat memori lansia sehingga dapat
menjadi dasar pengembangan kemampuan mengingat sehingga dapat
mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
4. Untuk Unit Rehabilitasi Sosial
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan ilmu pengetahuan
tentang gangguan memori pada lansia sehingga dapat menggunakan
intervensi yang tepat dalam melakukan pengelolaan sedini mungkin
agar gangguan memori tidak berkembang ke arah demensia.
5. Untuk peneliti
Dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang
pengaruh terapi humor terhadap peningkatan memori jangka pendek
lansia.
-
8
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini diajukan berdasarkan penelitian-penelitian yang
hampir serupa pernah dilakukan, yaitu:
1. Rafdi (2008) dengan judul pengaruh terapi humor terhadap
penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi ringan
di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian quasi ekperimental (pre test-post test) with
control group design. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 22
responden. Sampel dalam penelitian ini adalah 11 orang hipertensi
ringan dan 11 orang untuk kontrol. Pengambilan data tekanan darah
sistolik menggunakan spigmomanometer. Pengolahan data
menggunakan program komputer dan data dianalisis dengan
menggunakan uji Wilcoxon dan Man-Whitney. Hasil uji t tes
berpasangan menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah sistolik
yang bermakna pada kelompok perlakuan (p= 0,002). Pada kelompok
kontrol tidak terjadi penurunan tekanan darah sistolik (p= 1). Uji
Mann-Whithney menunjukkan bahwa terapi humor memiliki
pengaruh yang bermakna terhadap penurunan tekanan darah sistolik
lansia dengan hipertensi ringan (p= 0,002).
-
9
Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel terikat dan
tempat penelitiannya. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu
memori jangka pendek serta tempat yang akan dilakukan penelitian
adalah di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Persamaan
penelitian ini terdapat pada variabel bebas yaitu terapi humor.
2. Susanto, dkk (2009) dengan judul pengaruh olahraga ringan terhadap
memori jangka pendek wanita dewasa. Menggunakan rancangan
penelitian pre eksperimental (pre test-post test) one group design.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 22 wanita dewasa usia 19-23
tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah 22 wanita yang melakukan
olahraga (jogging) selama 30 menit selama 7 hari. Pengambilan data
memori jangka pendek menggunakan tes Nonsense Syllabels tipe A
dan B (tes terdiri dari 20 kata baru, diawali huruf konsonan dan
mengandung minimal 2 vokal). Pengolahan data menggunakan
program komputer dan data dianalisis dengan menggunakan uji t tes
berpasangan. Dari hasil uji t berpasangan diperoleh t hitung = -
3,703 dengan nilai p = 0,001. Dengan demikian peningkatan
persentase skor sesudah olahraga ringan perbedaannya sangat
signifikan (p < 0,01) dibandingkan persentase skor sebelum
melakukan olahraga ringan. Hal ini berarti sesudah melakukan
olahraga ringan, memori jangka pendek lebih meningkat
dibandingkan dengan sebelum melakukan olahraga ringan.
-
10
Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel bebas dan
tempat penelitiannya. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu terapi
humor, serta tempat yang akan dilakukan penelitian adalah di Unit
Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Persamaan penelitian ini
terdapat pada variabel terikat yaitu memori jangka pendek dan
penelitian menggunakan pre eksperimental (pre test-post test) one
group design.
-
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Memori
a. Definisi Memori
Memori merujuk pada kemampuan seseorang memiliki dan
mengambil suatu informasi. Sumadikarya (1999) menyatakan bahwa
memori merupakan kemampuan untuk mengingat peristiwa yang telah
lalu pada tingkat sadar maupun tidak sadar. Memori sebagai recall
eksplisit atau informasi implisit dikodekan dalam masa lalu atau jauh
(Brickman & Stern, 2009). Tulving dan Craik (2000) mendefinisikan
memori sebagai kemampuan untuk mengingat peristiwa masa lalu dan
membawa fakta belajar dan ide-ide kembali ke pikiran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa memori
adalah kemampuan mengambil informasi yang telah lalu dan membawa
informasi tersebut kembali dalam pikiran.
b. Pemrosesan Informasi dalam Memori
Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam
memori (Wade & Travis, 2007), yaitu, encoding, merupakan proses
yang bertujuan untuk mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat
diproses dan digunakan oleh otak. Pemrosesan kedua adalah
penyimpanan (storage) yang berfungsi untuk mempertahankan
-
12
informasi dan pemrosesan ketiga pemanggilan (Retrieval) merupakan
pemanggilan kembali informasi tersebut untuk digunakan.
Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah
diketahui sebelumnya (Sarwono, 2010), yaitu:
1). Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali dalam ingatan suatu
peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi
disekitar tempat peristiwa itu dahulu terjadi.
2). Pembaruan ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatan
hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu.
3). Memanggil kembali ingatan (recall), yaitu mengingat kembali suatu
hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain dimasa lalu.
4). Rekognisi, yaitu mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai
sebagian dari hal tersebut.
5). Mempelajari kembali, terjadi kalau mempelajari sesuatu yang dulu
pernah dipelajari.
c. Tahapan Memori
Model Atkinson dan Shiffrin, 1971 (dalam Wade & Travis, 2007),
memori memiliki tiga tahap, yaitu register sensorik, memori jangka
pendek, dan memori jangka panjang.
-
13
Skema 2.1. Model Tahapan Memori Atkinson dan Shiffrin
Semua informasi baru yang diterima indera harus menjalani
pemberhentian singkat di register sensorik, gerbang masuk ke dalam
memori. Register sensorik menahan informasi dengan tingkat akurasi
tinggi, hingga dipilih informasi yang perlu diperhatikan atau tidak.
Informasi selanjutnya dikirim ke memori jangka pendek. Informasi yang
tidak cepat dikirim ke memori jangka pendek akan menghilang selamanya
(Wade & Travis, 2007).
Dalam memori jangka pendek, informasi tidak berbentuk kesan
sensorik harafiah, melainkan diubah menjadi suatu bentuk penyandian,
seperti dalam bentuk kata atau frase. Materi ini kemudian dikirim ke
memori jangka panjang, atau jika tidak dikirim memori ini akan
menghilang untuk selamanya (Wade & Travis, 2007).
Register
sensorik
Visual,
auditori,
sentuhan
Memori jangka
pendek
Pengulangan,
coding,
pemanggilan
Memori
jangka
panjang
penyimpanan
permanen
Respon
Informasi dari
lingkungan
-
14
Apabila seseorang tidak melakukan pengulangan (rehearsal),
informasi yang terdapat di memori jangka pendek akan menghilang dengan
cepat. Tiga mekanisme yang menyebabkan manusia melupakan sesuatu
(Petersen & Peterseon, 1959 dalam Wade & Travis, 2007) yaitu:
1). Kemunduran (Decay)
Teori kemunduran (decay theory) merupakan salah satu
pandangan awam yang menyatakan bahwa sejalan dengan berlalunya
waktu, jejak ingatan akan mengalami penurunan.
2). Tergantinya memori lama dengan memori baru (Replacement)
Teori ini menekankan bahwa masuknya informasi baru dalam
memori dapat menyebabkan terhapusnya memori lama yang sudah
terlebih dulu dalam memori.
3). Interferensi
Teori interferensi menyatakan penyebab terjadinya kehilangan
ingatan adalah interferensi yang terjadi diantara objek-objek dari suatu
informasi yang memiliki kemiripan, baik pada proses penyimpanan
maupun pada proses pemanggilan kembali. Informasi tersebut
sebenarnya sudah masuk dalam memori namun sulit membedakan
informasi tersebut dengan informasi lainnya.
-
15
Baddeley, 1992 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan
suatu model memori kerja (working memory) dari memori jangka pendek
yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1). Putaran fonologis (phonological loop) yang berisi penyimpanan
fonologis dan proses alkulatoris, yang merupakan kemampuan
mengingat informasi sebanyak yang dapat diulangi dalam durasi
terbatas.
2). Alas sketsa visuospasial (visuospatial sketchpad) yang memiliki
kemiripan dengan putaran fonologis, namun berperan dalam
mengendalikan kinerja visual dan spasial, yakni yang meliputi
tindakan mengingat bentuk dan ukuran atau mengingat kecepatan dan
arah objek yang bergerak.
3). Eksekutif sentral (central executive) berperan dalam menentukan
informasi yang harus diperhatikan, diabaikan atau digabungkan.
Tahap ketiga adalah memori jangka panjang, yang meliputi
kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, informasi disimpan beberapa
menit dan beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun sampai seumur hidup.
Informasi dari memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori
jangka pendek untuk digunakan. Tulving, 1985 (dalam Wade & Travis,
2007) mengemukakan tiga jenis memori jangka panjang, yaitu:
1). Memori prosedural merupakan memori mengenai cara melakukan
sesuatu, seperti mengetahui cara menyisir rambut, menggunakan
pensil, menjahit, atau berenang.
-
16
2). Memori semantik merupakan representasi internal dari dunia di sekitar
dan tidak bergantung pada berbagai macam konteks. Memori semantik
meliputi fakta, peraturan dan konsep unsur-unsur yang mendasari
pengetahuan umum. Contoh: saat seseorang menjelaskan konsep kucing
berdasarkan memori semantik, dapat dijelaskan kucing sebagai mamalia
mungil yang berbulu, makan, berkeliaran. Seseorang dapat menjelaskan
dengan runtut dan tidak mengetahui kapan dan bagaimana pertama kali
mempelajari informasi tersebut.
3). Memori episodik merupakan representasi internal dari sebuah peristiwa
yang dialami secara lansung. Contoh: saat seseorang mengingat kala
kucing mengejutkannya di tengah malam dengan melompat
keranjangnya, orang tersebut telah memanggil kembali memori
episodik.
Memori jangka panjang efektif dalam menyimpan memori
prosedural dan semantik namun kurang efektif dalam menyimpan memori
episodik. Hal ini terjadi karena struktur fisik dari informasi (memori
episodik) telah dilupakan sejak didalam memori jangka pendek.
Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulkan perubahan-
perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang
memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-
macam tantangan penyesuain intelektual sehubungan dengan pekerjaan,
dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang
termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mengalami
-
17
kemunduran dalam memorinya. Untuk itu, latihan menggunakan
bermacam-macam strategi mnemonic (strategi penghafalan) bagi orang tua,
tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran memori jangka
panjang, melainkan sekaligus memungkinkan dapat meningkatkan
kekuatan memori mereka (Desmita, 2010).
d. Tes Memori
Mengukur kecerdasan lansia merupakan hal yang kompleks.
Sejumlah faktor fisik dan psikologis dapat menurunkan nilai kecerdasan
dan mengarah kepada kesalahan penilaian atas kecerdasan mereka.
Masalah neurofisiologis, tekanan darah tinggi atau gangguan
kardiovaskuler lain, yang dapat mempengaruhi aliran darah ke otak, dapat
mengganggu performa kognitif. Penurunan penglihatan dan pendengaran
dapat menyulitkan pemahaman atas instruksi pengujian. Batas waktu pada
sebagian besar uji kecerdasan amat berat bagi lansia. Karena baik proses
fisik maupun psikologis, termasuk kemampuan perseptual, cenderung
menurun seiring usia, maka lansia akan bekerja dengan lebih baik apabila
mereka diberikan kebebasan waktu sesuai dengan kebutuhan mereka
(Papalia, 2008).
Untuk mengukur keceradan lansia, para periset sering kali
menggunakan Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Para riset
menilai memori jangka pendek dengan meminta seseorang mengulang
rangkaian angka, baik dalam urutan depan maupun terbalik (digit span
forward & backward) (Papalia, 2008). Wechsler Adult Intelligene Scale
-
18
merupakan suatu alat ukur inteligensi yang dirancang khusus bagi orang
dewasa oleh David Wechsler pada tahun 1955, kemudian direvisi dan
diterbitkan pada tahun 1981 (Fudyartanta, 2004).
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori
Menurut Susanto, dkk (2009), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi memori, yaitu:
1) Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin mempengaruhi ingatan seseorang, wanita
diduga lebih banyak dan cenderung untuk menjadi pelupa. Hal ini
disebabkan karena pengaruh hormonal, stres yang menyebabkan
ingatan berkurang, akhirnya mudah lupa.
2). Usia
Aspek intelegensi, memori, dan bentuk-bentuk lain dari fungsi
mental menurun seiring bertambahnya usia. Secara alamiah, penurunan
daya ingat umumnya karena beberapa sel otak terutama sel dentate
gyrus yang berangsur-angsur mulai mati, juga karena berkurangnya
daya elastisitas pembuluh darah. Sel otak yang mulai mati tersebut
tidak akan mengalami regenerasi, sehingga hal ini yang menyebabkan
seseorang menjadi mudah lupa (Wade & Travis, 2007).
3). Latihan rutin fisik dan memori
Bila kerja otak kurang aktif, maka sel-sel yang jarang
dirangsang tersebut akan mengalami kemunduran dan menyebabkan
mudah lupa.
-
19
4). Stres dan depresi
Saat dalam kondisi stres, hipotalamus melepaskan pesan-pesan
kimiawi yang berkomunikasi dengan kelenjar pituitary, yang
selanjutnya akan mengirim pesan-pesan ke korteks adrenal untuk
mengeluarkan kortisol (Wade & Travris, 2007). Di otak, kortisol akan
menghambat fungsi hipokampus yang sangat berperan dalam
pembentukan memori. Hipokampus merupakan bagian dari sistem
limbik yang berperan penting dalam pemrosesan dan penguatan
memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Stres yang
berkepanjangan menyebabkan hilangnya neuron pada hipokampus dan
akhirnya memgakibatkan kerusakan memori (Rossman,2010).
5). Kondisi fisik
Kondisi fisik yang terlalu lelah dapat mengganggu pencapaian
informasi. Orang yang mudah sekali merasa kelelahan mungkin
memiliki masalah pada kelenjar tiroidnya. Hormon tiroid berfungsi
mengontrol metabolisme, tapi jika kadarnya terlalu banyak atau terlalu
sedikit dapat mengganggu fungsi normal sel-sel otak dalam
menyimpan memori. Tiroid yang terlalu aktif dapat menyebabkan otak
melewatkan memori yang seharusnya disimpan, sementara tiroid yang
lamban dapat menyebabkan otak membutuhkan waktu yang lebih lama
dalam merespon pesan yang masuk ke otak.
Tingginya kadar gula darah juga mempengaruhi memori. Darah
bertugas menyuplai nutrisi ke seluruh tubuh termasuk otak, sehingga
-
20
mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Tetapi jika kadar gula
dalam darah terlalu tinggi, hal ini dapat mengganggu kinerja otak dan
menurunkan kemampuan otak dalam menyimpan memori.
6). Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak kondusif, misalnya kebisingan,
ruangan yang gelap dan panas dapat mengganggu pencapaian
informasi.
f. Metode-Metode Untuk Meningkatkan Memori
1) Olahraga
Penelitian yang dilakukan oleh Susanto, dkk (2009)
menyatakan bahwa wanita dewasa (usia rata-rata 23 tahun) setelah
olahraga ringan (jogging) selama 7 hari, memori jangka pendek
meningkat dengan rerata presentase skor 52,27. Sesudah melakukan
olahraga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan denyut
jantung, sehingga sirkulasi darah mencapai seluruh tubuh, termasuk
otak. Dengan adanya peningkatan sirkulasi darah, maka suplai nutrisi
dan oksigen juga lancar, fungsi otak optimal, dan akhirnya kemampuan
daya ingat/memori jangka pendek meningkat.
2) Brain Gym
Penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) menyatakan bahwa
orang tua (usia rata-rata 60 tahun) setelah melakukan brain gym 2 kali
sehari yakni menjelang dan setelah bangun tidur dengan durasi 15
menit, fungsi kognitif meningkat 70%. Gerakan-gerakan pada brain
-
21
gym memberikan rangsangan pada otak sehingga mampu
meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,
belajar, memori, pemecahan masalah dan kretifitas).
3) Terapi Humor
Penelitian yang dilakukan oleh Bains (2012) menyatakan
bahwa orang tua (usia rata-rata 74 tahun) setelah menonton video 30
menit humoris, kemampuan belajar dan kemampuan mengingat
meningkat dengan hasil masig-masing 38,7% dan 36,1%. Humor dan
tertawa riang dapat mengurangi stres dan mengurangi hormon stres
termasuk kortisol dan katekolamin.
2. Humor
a. Definisi Humor
Humor berasal dari bahas inggris yangg berarti kelucuan atau
kejelakaan. Humor didefinisikan oleh The Oxford English Dictionary
sebagai kualitas tindakan, ucapan, atau tulisan yang menggairahkan.
Humor merupakan sebuah aspek afektif, kognitif, atau estetika dari
seseorang, stimulus, atau peristiwa yang membangkitkan, seperti
hiburan, sukacita, kegembiraan atau sebagai tertawa, tersenyum
(Wasylowich, 2011).
Dari perspektif psikologis, secara teoritis dan secara operasional,
humor didefinisikan dalam beberapa cara melibatkan kognitif, emosi,
perilaku, psychophysiological, dan sosial. Istilah humor dapat digunakan
untuk merujuk ke stimulus (misalnya, sebuah film komedi), suatu proses
-
22
mental (misalnya, persepsi atau penciptaan incongruities lucu). Tertawa
adalah ekspresi perilaku yang paling umum dari pengalaman lucu dan
tawa juga biasanya dikaitkan dengan emosi yang menyenangkan
(Martin, 2001).
Humor dapat didefinisikan secara luas sebagai pendekatan untuk
diri sendiri dan orang lain yang ditandai dengan pandangan yang
fleksibel yang memungkinkan seseorang untuk menemukan,
mengekspresikan atau menghargai segala sesuatu yang bersifat lucu
(Hood, 2009). Secara emosional, humor merupakan jalan untuk
menghilangkan konflik yang terpendam dan menyedihkan (seperti
dikutip dalam Rosenheim dan Golan, 1986).
Dari beberapa definsi di atas, dapat disimpulkan bahwa humor
adalah segala sesuatu (tindakan, ucapan, tulisan, peristiwa serta
stimulus-stimulus lainnya) yang membangkitkan rasa senang.
b. Fungsi Humor
James Danandjaya (dalam artikel yang berjudul Sejarah, Teori
dan Fungsi Humor, 2007), mengatakan bahwa fungsi humor yang paling
menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri
seseorang. Fungsi humor yang lain adalah sebagai rekreasi. Dalam hal
ini, humor berfungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam hidup
sehari-hari yang bersifat rutin. Sifatnya hanya sebagai hiburan semata.
Selain itu, humor juga berfungsi untuk menghilangkan stres akibat
tekanan jiwa atau batin (Rahmanadji, 2007). Emil Salim (dalam artikel
-
23
yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, 2007) berpendapat
bahwa dalam bidang sosial, humor merupakan stimulus sosial yang
menyenangkan dan dapat mengembangkan hubungan dengan teman.
American Association for Humor Terapy (AATH) (dalam Meyer,
2007), menyatakan bahwa humor dapat dijadikan intervensi terapeutik
menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi senang.
Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau digunakan sebagai
pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi penyembuhan
atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial, atau spiritual.
c. Tipe-Tipe Humor
Jenis humor menurut Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2007)
dapat dibedakan menurut kriterium bentuk ekspresi. Sebagai bentuk
ekspresi dalam kehidupan kita, humor dibagi menjadi tiga jenis yakni:
1) Humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya
bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang
buang air besar.
2) Humor dalam pergaulan, mislnya senda gurau di antara teman, kelucuan
yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum.
3).Humor dalam kesenian, atau seni humor.
Humor dalam kesenian, diantaranya humor lakuan, misalnya, lawak, tari
humor, dan pantomim lucu, humor grafis, misalnya, kartun, karikatur,
foto jenaka, dan patung lucu, humor literatur, misalnya, cerpen lucu, esei
satiris, dan semacamnya.
-
24
d. Teori Humor
Teori humor menurut Setiawan (1990) dalam artikel yang
berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu:
1) Teori keunggulan; seseorang akan tertawa jika ia secara tiba-tiba
memperoleh perasaan unggul atau lebih sempurna dihadapkan pada
pihak lain yang melakukan kesalahan, kekurangan atau mengalami
ke-adaan yang tidak menguntungkan. Contoh, seseorang dapat
tertawa terbahak-bahak pada waktu melihat pelawak terjatuh,
terinjak kaki temannya serta melakukan berbagai kekeliruan dan
ketololan.
2) Teori ketaksesuaian; perasaan lucu timbul karena kita dihadapkan
pada situasi yang sama sekali tak terduga atau tidak pada tempatnya
secara mendadak, sebagai perubahan atas situasi yang sangat
diharapkan. Harapan dikacaukan, kita dibawa pada suatu sikap
mental yang sama sekali berbeda. Sebagai contoh adalah rasa humor
yang timbul karena kita melihat kartun yang menggambarkan
seseorang yang sedang mancing.
3) Teori kelegaan atau kebebasan; inti humor adalah pelepasan atas
kekangan-kekangan yang terdapat pada diri seseorang. Bila
dorongan-dorongan batin alamiah mendapat kekangan, dapat
dilepaskan atau dikendorkan, misalnya lewat lelucon seks, sindiran
jenaka atau umpatan, meledaklah perasaan menjadi tertawa.
-
25
e. Definisi Terapi Humor
American Association for Humor Terapy (AATH) (dalam
Meyer, 2007), menyatakan bahwa terapi humor adalah intervensi
terapeutik menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi
senang. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau digunakan
sebagai pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi
penyembuhan atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial,
atau spiritual.
3. Lansia
Kelompok lanjut usia menurut WHO, dapat diklasifikasikan menjadi
empat kelompok yaitu middle age (45 59 tahun), elderly (60 70 tahun),
old (70 90 tahun), very old (di atas 90 tahun) (Azizah, 2011). Sepanjang
tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh lebih dari 795.000 setiap bulan
dan diperkirakan lebih dari dua kali lipatnya pada 2025. Pada saat itu akan
terdapat lebih dari 800 juta orang berusia di atas 65 tahun, dua pertiga dari
mereka berada di Negara berkembang (Papalia, 2008).
Pada lansia normal dan sehat, perubahan otak biasanya bersifat
rendah dan hanya membuat sedikit perbedaan. Setelah usia 30 tahun, otak
kehilangan beratnya, pertama-tama sedikit, kemudian menjadi lebih cepat.
Sehingga, pada usia 90 tahun, otak kehilangan 10 persen dari beratnya.
Kehilangan berat ini lebih kepada hilangnya neuron di cerebal cortex,
bagian yang menangani sebagian besar tugas kognitif. Riset terbaru
menyatakan bahwa penyebabnya bukan luasnya penurunan jumlah neuron,
-
26
tetapi lebih kepada penciutan ukuran neuron berkaitan dengan kehilangan
jaringan konektif axon, dendrite, dan sinaps. Penyusutan tersebut mulai
berlangsung lebih awal dan bergerak paling cepat pada frontal cortex, yang
merupakan bagian penting bagi ingatan dan fungsi kognitif tingkat tinggi
(Papalia, 2008).
Psikolog telah membuat terobosan dalam memisahkan kondisi-
kondisi yang dahulu dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dihindari
dari usia lanjut dengan kondisi-kondisi yang dapat dicegah atau diobati
(Wade & Travris, 2007), yaitu:
a. Kepikunan yang muncul pada orang lanjut usia seringkali disebabkan
oleh kekuranag gizi, obat-obat yang diresepkan oleh dokter, gabungan
berbahaya dari pengobatan, dan bahkan obat-obat yang dijual bebas
(misalnya obat tidur dan antihistamin), semua dapat membahayakan
kesehatan orang lanjut usia.
b. Depresi, kepasifan, dan masalah ingatan dapat muncul karena
hilangnya aktivitas yang berarti bagi orang lanjut usia, hilangnya
tujuan yang dapat dicapai, dan kehilangan kendali terhadap kejadian-
kejadian disekitarnya
c. Kelemahan tubuh, kerentanan, dan bahkan penyakit yang dihubungkan
dengan usia lanjut seringkali disebabkan oleh kondisi tidak aktif dan
banyak berdiam diri.
-
27
Lansia berada pada tahap perkembangan emosi, dimana mereka
mempunyai banyak masalah seperti masalah keuangan, kesepian karena
anak-anak tidak mempunyai waktu untuk mengurus mereka dan masalah
kesehatan yang semakin banyak dialami oleh lansia dapat memicu
terjadinya kecemasan bahkan depresi (Lubis, 2009). Gangguan
kecemasan merupakan jenis gangguan mental yang paling umum
menyerang orang tua. Kurang lebih 1 dari 10 orang dewasa berusia lebih
dari 55 tahun menderita gangguan kecemasan yang dapat didiagnosis.
Perempuan tua lebih cenderung terpengaruh gangguan kecemasan
daripada laki-laki tua, dengan rasio dua banding satu (Nevid, 2005).
Orang lanjut usia yang mengalami gangguan memori sebenarnya
tidak menderita demensia. Mereka cenderung mengalami kehilangan
memori akibat depresi atau faktor-faktor lain seperti penggunaan alkohol
yang kronis atau dampak dari stroke kecil. Berita baiknya adalah periode
penurunan ingatan yang menyertai depresi pada banyak orang lanjut usia
sering kali hilang apabila depresi yang mendasarinya disembuhkan
(Nevid, 2005). Penyandang demensia selain mengalami kelemahan
kognisi secara bertahap, juga akan mengalami kemunduran aktivitas
hidup sehari-hari.
Untuk menskrinning fungsi kognitif lansia, para riset sering kali
menggunakan mini mental status examination (MMSE). MMSE
merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan
yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid
-
28
untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang
berkaitan dengan penyakit neurodegenerative (Papalia, 2008).
4. Pengaruh Terapi Humor Terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek
Lansia
Penelitian mengenai humor secara positif mempengaruhi penyakit
di tahun 1964 ketika Norman Cousins menerbitkan Anatomy of an
Illness. Professional medis pertama kali mengetahui bahwa humor
menyembuhkan penyakit ankylosing spondylitis cousins, sebuah penyakit
menyakitkan yang menyebabkan terpisahnya jaringan penghubung sum-
sum. Cousins memutuskan untuk memberi terapi humor pada dirinya
sendiri. Dia menemukan bahwa 15 menit tertawa dapat menghasilkan dua
jam tidur tanpa rasa sakit. Sampel darah juga menunjukkan bahwa tingkat
kerusakan menurun setelah treatment humor. Akhirnya, Cousins berhasil
mengobati penyakitnya (Lubis, 2009).
Menurut Lubis (2009), lansia berada pada tahap perkembangan
emosi, dimana mereka mempunyai banyak masalah seperti masalah
keuangan, masalah kesehatan, dan kesepian karena anak-anak tidak
mempunyai waktu untuk mengurus mereka akhirnya ditempatkan di unit
rehabilitasi sosial sehingga dapat memicu terjadinya stres bahkan depresi.
Orang lanjut usia yang mengalami gangguan memori sebenarnya tidak
menderita penyakit demensia. Mereka cenderung mengalami kehilangan
memori akibat depresi (Wade & Travris, 2007). Proporsi lanjut usia yang
mengalami depresi meningkat seiring bertambahnya usia, baik pada lanjut
-
29
usia yang tinggal di panti wredha maupun di komunitas. Dukungan sosial
yang kurang maupun isolasi sosial merupakan faktor risiko depresi.
Saat dalam kondisi stres dan depresi, hipotalamus mengirimkan
pesan ke kelenjar endokrin dalam dua jalur besar. Salah satunya,
mengaktifkan bagian simpatetik pada sistem saraf otonom untuk
melakukan respon, hasilnya berupa pelepasan epinephrine dan
norepinephrine dari bagian dalam (medulla) kelenjar adrenal.
Hypothalamus juga memicu aktivitas sepanjang aksis hypothalamus
pituitary adrenal cortex (HPA), dan melepaskan pesan-pesan kimiawi
yang berkomunikasi dengan kelenjar pituitary, yang selanjutnya akan
mengirim pesan-pesan ke bagian luar (korteks) dari kelenjar adrenal.
Korteks adrenal mengeluarkan kortisol dan hormon-hormon lain (Wade
& Travris, 2007). Di otak, kortisol bekerja pada dua jenis reseptor,
reseptor mineralokortikoid dan reseptor glukokortikoid, dan ini
diungkapkan oleh berbagai jenis neuron. Salah satu target penting dari
glukokortikoid adalah hippocampus, yang merupakan pusat pengendali
utama dari sumbu hypothalamus pituitary adrenal cortex (HPA)
(Rossman, 2010).
Kortisol akan menghambat fungsi hipokampus yang sangat
berperan dalam pembentukan memori. Hipokampus merupakan bagian
dari sistem limbik yang berperan penting dalam pemrosesan dan
penguatan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Stres
yang berkepanjangan menyebabkan hilangnya neuron pada hipokampus
-
30
dan akhirnya memgakibatkan kerusakan memori. Namun, kerusakan
memori pada otak tersebut bersifat reversibel dan bisa diperbaiki
(Rossman, 2010). Maka untuk itu perlu adanya metode-metode yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memori, dengan cara
meningkatkan stimulasi otak sekaligus menurunkan level stres, salah
satunya dengan menggunakan terapi humor.
Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menyatakan bahwa
penggunaan humor dapat meningkatkan memori jangka pendek lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Bains (2012) menyatakan bahwa orang
tua (usia rata-rata 74 tahun) setelah menonton video 30 menit humoris,
kemampuan belajar dan kemampuan mengingat, meningkat dengan hasil
masig-masing 38,7% dan 36,1%. Humor dan tertawa riang dapat
mengurangi stres dan mengurangi hormon stres termasuk kortisol dan
katekolamin. Kortisol, misalnya, dapat merusak sel-sel saraf dari
hippocampus, yang merupakan bagian dari otak yang bertanggung jawab
untuk mengubah informasi sementara menjadi informasi yang permanen.
(Bains, 2012 dalam Reifsynder, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Simon (1988) menyatakan bahwa humor dapat
digunakan sebagai mekanisme koping dalam menghadapi kecemasan dan
ketegangan (Vergeer, 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Martin dan
Lefcourt (1983) mengenai hubungan antara stres, mood, dan pandangan
akan humor, didapatkan hasil bahwa humor dapat menurunkan angka
kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup (Martin, 2001).
-
31
Humor merupakan sesuatu yang lucu dan dapat membuat individu
tertawa dan merasa senang. Humor memberikan perspektif yang berbeda
dari suatu masalah sehingga dapat membuat situasi menjadi ringan
(Lubis, 2009). Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan terapi
diperlukan karena beberapa orang mengalami kesulitan untuk memulai
tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Apabila humor di berikan
sebagai satu-satunya stimulus untuk menghasilkan tawa dalam bentuk
terapi akan disebut sebagai terapi humor, namun jika di kombinasikan
dengan hal-hal lain dalam rangka untuk menciptakan tawa alami
(misalnya dengan yoga atau meditasi), akan disebut sebagai terapi tawa
(Dian, 2006). Pemberian terapi sebaiknya dilakukan sesering mungkin,
karena idealnya terapi humor diberikan setiap hari. Pemberian terapi
humor dengan frekuensi lebih banyak akan dapat meningkatkan sense of
humor pada lansia (Fahruliana, 2008).
Terapi humor dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk humor
audiovisual dan termasuk dalam kategori cerita ringkas. Humor yang
disajikan secara audiovisual merupakan input sensori yang akan masuk ke
dalam thalamus yang berfungsi mengirimkan input sensori ke serebral
korteks. Serebral korteks berhubungan dengan hipothalamus, amygdala
dan hippocampus. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang
berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Amygdala bekerja
dengan cepat mengevaluasi informasi dan kemudian dengan cepat
menentukan kepentingan emosionalnya. Terapi humor akan memberikan
-
32
pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi
positif akan menstimulasi hypothalamus untuk mengontrol sistem
endokrin yang bertugas untuk mengeluarkan hormon epinephrine yang
akan meningkatkan kadar glukosa pada otak dan berguna dalam
peningkatan memori (Wade & Travis, 2007).
Penelitian ini menggunakan satu kelompok penelitian. Pada hari
pertama kemampuan memori jangka pendek responden penelitian diukur.
Responden mendapatkan perlakuan terapi humor menonton film humor
30 menit 4 kali dalam 7 hari. Setelah 7 hari kemampuan memori jangka
pendek responden penelitian diukur. Data yang diukur adalah skor yang
menyatakan jumlah angka yang dapat diingat dan di recall dengan benar,
dari 17 angka yang terdapat dalam lembaran tes, sebelum terapi humor
dan sesudah terapi humor.
-
33
B. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari
topik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam
tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono,
2011).
Skema 2.2. Kerangka Teori
Meningkat Menurun
Register
sensorik
Visual,
auditori,
sentuhan
Memori jangka
pendek
Pengulangan,
coding,
pemanggilan
Memori
jangka
panjang
penyimpanan
permanen
Respon memori
jangka pendek
Informasi dari
lingkungan
1. Terapi
humor 2. Olahraga
(jogging)
3. Brain gym
1. Stress
2. Jenis kelamin
3. Usia
4. Latihan rutin
fisik dan
memori
5. Kondisi fisik
6. Kondisi
lingkungan
Tetap
Emosional
positif
Stimulasi
hypothalamus
Kontrol
hormon adrenal
1. Kortisol&katekolamin
(dapat merusak sel-sel
saraf di hippocampus) diturunkan
2. Epinephrine
ditingkatkan sehingga
glukosa pada otak
meningkat
-
34
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat digambarkan suatu
kerangka konsep penelitian pada Skema 2.3. sebagai berikut :
Variabel Perancu
Keterangan :
D. : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Terapi humor
Film-film humor
Skor Memori jangka pendek
(0 17)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
memori jangka pendek:
1. Lingkungan
(kebisingan, keadaan ruangan)
2. Penyakit seperti diabetes
3. Kondisi fisik (terlalu lelah)
Memori jangka pendek
-
35
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atau jawaban sementara
dari suatu penelitian yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo,
2005). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada pengaruh terapi humor terhadap memori jangka pendek lansia di
Unit Rehabilitasi Dewanata Cilacap.
-
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment dengan
pendekatan pre test - post test one group design, suatu penelitian untuk
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara
memberikan satu perlakuan terapi humor kepada satu kelompok
eksperimental dan membandingkan hasil sebelum diberikan perlakuan
terapi humor dan sesudah diberikan perlakuan terapi humor. Pengukuran
dilakukan pada responden, sebelum dan sesudah perlakuan sehingga
diperoleh dua hasil pengukuran.
Keterangan:
= Skor memori jangka pendek sebelum perlakuan (pretest)
= Skor memori jangka pendek setelah perlakuan (posttest)
= Perlakuan pertama pada kelompok perlakuan
= Perlakuan kedua pada kelompok perlakuan
= Perlakuan ketiga pada kelompok perlakuan
= Perlakuan keempat pada kelompok perlakuan
-
37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap
2. Waktu penelitian
Kegiatan penelitian ini bulan Januari 2013.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Saryono (2009), populasi merupakan keseluruhan
sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Sumber data dalam
suatu penelitian sangat penting dan menentukan keakuratan hasil
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia usia 60 tahun
keatas di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap yang berjumlah 90
lansia.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2003). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
Purposive sampling adalah sampel yang dipilih tidak secara acak tetapi
berdasarkan pertimbangan tertentu seperti waktu, biaya, tenaga, sehingga
tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah besar (Saryono, 2001).
Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka peneliti menyeleksi
dan mempelajari persamaan responden kemudian menyeleksi dan
mempelajari perbedaan responden (berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi) dengan tujuan supaya mendapatkan sampel yang representative
(Notoatmodjo, 2003).
-
38
Adapun kriteria yang menjadi responden adalah :
a. Kriteria inklusi :
1) Lansia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap
dan bersedia menjadi responden.
2) Usia 60 tahun keatas
3) Mampu berkomunikasi dengan baik
4) Lansia dengan aspek kognitif dari fungsi mental baik (Skor
MMSE > 23) dan Lansia dengan Kerusakan aspek fungsi mental
ringan (Skor MMSE 18-22).
b. Kriteria eksklusi :
1) Lansia dengan komplikasi mata (katarak)
2) Sedang menderita penyakit (Diabetes Mellitus)
3) Kondisi fisik terlalu lelah
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus Solvin (Nursalam, 2003). Adapun rumus Solvin adalah :
( )
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
-
39
Z : Nilai standarnormal untuk = 0,1 (1,64)
p : Proporsi kejadian, jika belum diketahui, dianggap 50%
q : Proporsi selain kejadian yang diteliti, q=1-p
d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,1)
n = ( )
( ) ( ) ( )
=
= 38,73
= 39
Dari perhitungan rumus di atas didapatkan hasil akhir 39 lansia.
Jadi dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 39
responden.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent (variabel Bebas)
Terapi humor
2. Variabel dependent (tergantung)
Memori jangka pendek
3. Variabel pengganggu
Lingkungan (kebisingan, keadaan ruangan), penyakit seperti diabetes
dan kondisi fisik.
-
40
E. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil
Ukur Skala
1. 1.
Memori
jangka
pendek
Memori jangka
pendek
merupakan
kemampuan
mengingat lansia
dalam waktu 15
detik yang akan
dilihat melalui
total skor tes
yang diperoleh
responden.
Setiap jawaban
yang benar akan
mendapat nilai
satu dan jawaban
yang salah akan
mendapatkan
nilai nol
Tes
Digit Span
Forward
(7 soal)
dan
Backward
(7
soal) WA
IS IV
(Wechsler
Adult
Intelligene
Scale
Edisi IV)
Skor memori
jangka pendek
(0-17)
Rasio
2. 2.
Terapi
humor
Terapi humor
merupakan
intervensi
terapeutik
menggunakan
film-film humor
yang
menampilkan
aktivitas fisik,
raut muka dan
permainan kata
yang bersifat
lucu dan dapat
membangkitkan
ekspresi senang.
Terapi
humor
disajikan
secara
audiovisul
(Vidio),
termasuk
kategori
cerita
ringkas
durasi
minimal
30 menit,
4 kali
dalam 7
hari
Kelompok
perlakuan
(terapi
humor)
-
-
41
No. Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
3. Jenis
kelamin
Salah satu dari dua
bentuk utama
individu yang
membedakan
masing-masing
sebagai laki-laki
atau perempuan
Data dari
Panti
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
4. Umur Usia Individu yang
terhitung mulai
saat dilahirkan
sampai tanggal
penelitian.
Data dari
Panti
1. 60-70
tahun
(elderly).
2. 70-90
tahun (old)
3. diatas 90
tahun
(very old)
Ordinal
F. Instrumen Penelitian
1. Peralatan audiovisual, seperti:
a. LCD
b. Laptop
c. Loud Speaker
d. Vidio Terapi Humor
2. Alat ukur, yaitu tes digit span forward & backward Wechsler Adult
Intelligene Scale Edisi IV, terdiri dari angka maju (digit forward) dan
angka mundur (digit backward) yang masing-masing berjumlah 7 soal
dan diberikan secara terpisah. Angka-angka dikatakan dengan jarak 1
detik, tidak dikelompok-kelompokan yang dihafal selama 15 detik.
-
42
G. Validitas dan Realibilitas
Validitas merupakan indeks yang menunjukan alat ukur tersebut
benar-benar mengukur apa yang diukur. Ciri validitas adalah ketepatan
ukuran, yaitu mengukur apa yang akan diukur (sensitivitas) dan tidak
terukur hal lain selain yang akan diukur (spesifitas) (Saryono, 2011).
Validitas dan reliabilitas untuk alat ukur memori jangka pendek lansia
berupa tes rentang memori angka maju dan mundur (digit span forward &
backward) yang diambil dari subtes Wechsler Adult Intelligene Scale.
H. Jalannya Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Prosedur penelitian yang dikerjakan dalam penelitian ini dibagi ke
dalam empat tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Persiapan materi dan konsep yang mendukung jalannya penelitian.
b. Studi pendahuluan untuk memperoleh data tentang jumlah lansia
yang masuk dalam kriteria inklusi dan wawancara dengan lansia
tentang pandangan mereka tentang humor serta data lain yang
mendukung penelitian. Peneliti juga menyeleksi empat buah vidio
humor yang mendapat peringkat tinggi dari masyarakat, yaitu
Warkop DKI, Kadir & Doyok, Dagelan Banyumasan,
Overa Van Java. Setelah menyeleksi vidio humor, peneliti
mengujicobakan vidio humor tersebut pada sepuluh orang di Unit
-
43
Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap dan meminta pendapat
mereka tentang vidio humor yang mana yang mudah dipahami dan
paling membangkitkan rasa senang. Berdasarkan hasil coba, maka
disimpulkan bahwa Overa Van Java merupakan vidio humor
yang mudah dipahami dan paling membangkitkan rasa senang.
c. Konsultasi dengan pembimbing
d. Menyusun proposal penelitian
e. Menyusun lembar tes digit span forward & backward
f. Menyusun jadwal kerja
g. Mengurus perijinan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dan
Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan skrinning tingkat kognitif lansia menggunakan Mini
Mental Status Exam (MMSE) untuk menghomogenkan sampel
penelitian.
b. Memberikan penjelasan kepada calon responden mengenai maksud
dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, yakni memberikan
pemahaman kepada lansia tentang film humor yang akan
ditayangkan.
c. Mengajukan lembar persetujuan atau informed consent sebagai
bentuk persetujuan lansia menjadi responden.
d. Pada hari pertama, semua responden dibacakan deretan angka maju
dan angka mundur (tes digit span forward & backward), diberikan
-
44
secara terpisah. Angka-angka dikatakan dengan jarak 1 detik, dan
tidak dikelompok-kelompokkan. Setelah 15 detik, responden
diminta mengucapkan kembali deretan angka yang telah dibacakan
sebelumnya.
e. Responden mendapat terapi humor yaitu menonton video humor
minimal 30 menit, 4 kali dalam 1 minggu, waktu menyesuaikan
dengan kegiatan lansia di Unit Rehabilitasi Sosial.
f. Pada hari ke-7 setelah mendapat terapi humor seperti poin (e),
semua responden mengerjakan kembali tes digit span forward dan
backward seperti poin (d).
3. Tahap pengolahan dan analisis data
Mengumpulkan hasil tes digit span forward & backward,
memasukkan data hasil tes, serta menganalisis hasil data yang telah
dimasukkan.
4. Tahap penyusunan laporan.
Konsultasi dengan pembimbing dan presentasi hasil laporan.
I. Metode Analisis
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program
SPSS versi 17 for windows. Menurut Hastono (2001), pengolahan
data dilakukan dengan melewati beberapa tahapan yaitu :
-
45
a. Editing
Editing meliputi kegiatan seleksi dan menyusun data yang
telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan
pengecekan isian tes digit span forward & backward. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk menilai kembali jawaban yang telah
diberikan oleh responden sehingga mendapatkan data yang benar.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan yaitu
pemberian kode pada data untuk meringkas data. Data yang
dikode adalah data dengan skala rasio dari hasil tes digit span
forward & backward yang selanjutnya mengklasifikasikannya ke
dalam kategori. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mempermudah
analisis dan mempercepat entry data.
c. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari tes
digit span forward & backward ke dalam komputer agar data
dapat dianalisis, entry data dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17.0 for Windows.
d. Tabulating
Tabulating merupakan kegiatan meringkas jawaban dari
tes digit span forward & backward menjadi tabel yang memuat
-
46
semua jawaban responden. Jawaban responden dikumpulkan
dalam bentuk kode-kode yang disepakati untuk memudahkan
pengolahan data selanjutnya.
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Pada analisis univariat, data yang diperoleh
dari hasil pengumpulan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan ukuran tendensi sentral. Jika data mempunyai
distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran
pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran.
Jika distribusi tidak normal maka sebaiknya menggunakan
median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum
sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2011).
Data dengan skala nominal (jenis kelamin) dan ordinal
(umur) dianalisis dengan frekuensi dan presentase. Data dalam
bentuk skala rasio (skor memori jangka pendek lansia sebelum
dan sesudah diberi terapi humor) dapat dihitung nilai rerata dan
standar deviasi.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui
interaksi dua variabel. Pada tahap ini diteliti hubungan antara
dua variabel yang meliputi variabel bebas dan terikat. Untuk
-
47
membuktikan adanya pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan
terapi humor terhadap memori jangka pendek, digunakan uji t
berpasangan. Uji statistik t berpasangan dipilih karena skala data
yang digunakan adalah rasio dengan pelaksanaan penelitian
dilakukan dengan berpasangan (pretest dan posttest) (Saryono,
2011).
Uji t merupakan statistik parametrik yang mensyaratkan
data setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal.
Sehingga perlu adanya uji normalitas data sebelum dilakukan
pengujian hipotesis. Uji normalitas data menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov. Penelitian yang dilakukan akan menguji
normalitas data memori jangka pendek sebelum dilakukan
intervensi dan setelah dilakukan intervensi. Rumus uji
kenormalan data Kolmogorov-Smirnov.
Z = Xi X SD
Keterangan:
Xi = Angka pada data
Z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal
SD = Standar Deviasi
X = Rerata/ Mean
Hasil uji normalitas menunjukkan data terdistribusi
normal sehingga peneliti tetap menggunakan analisis uji t
-
48
berpasangan untuk mengetahui perbedaan skor memori jangka
pendek sebelum dan sesudah diberikan terapi humor. Hasil
analisis data dikatakan bermakna ketika p < 0,05.
J. Masalah Etika
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia
maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Beberapa prinsip
penelitian pada manusia yang harus dipahami adalah :
1. Prinsip manfaat
Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil risiko
dan memaksimalkan manfaat (Saryono, 2011). Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat untuk lansia, unit rehabilitasi
sosial dan masyarakat secara keseluruhan.
2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)
a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self-
determination).
Lansia diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia
atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure).
Peneliti memberikan penjelasan secara rinci kepada lansia
tentang pelaksanaan terapi humor yang akan diberikan dan
bertanggung jawab ketika pelaksanaan terapi dan sesudah
pelaksanaan terapi.
-
49
c. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan lansia yang akan menjadi responden penelitian
dengan dihadirkan saksi yakni petugas unit rehabilitasi sosial.
Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
consent adalah supaya responden mengerti maksud dan tujuan
penelitian. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa
data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment).
Lansia harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama
dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped
out sebagai tesponden.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy).
Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data
yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya
anonymity (tanpa nama) yaitu tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode dan
-
50
confidentiality (rahasia) merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya (Nursalam, 2003).