azas or

69
Nov 6 Azas dan Falsafah Penjaskes BAB I PENDAHULUAN 1.2 Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak- anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting

description

azas dan falsafah olahraga

Transcript of azas or

Nov6

Azas dan Falsafah Penjaskes

 BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan

hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk

membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas

yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna

bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk

mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan

fisik dan mentalnya.

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak

untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting

dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain.

Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan

bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai

gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap

misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran,

seperti kebugaran jasmani yang rendah.

Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya? Secara umum pendidikan

jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas

jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau

olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata

pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara

sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat,

agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

1.3 . Pengertian Falsafah

Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan kebenaran yang umum dan

asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal dari bahasa arab dan yunani

{philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah” secara umumnya, falsafah mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut :

1.3.1 Merupakan suatu usaha pemikiran yang tuntas

1.3.2 Tujuanya adalah untuk mendapatkan kebenaran

Sehingga kini, ahli falsafah masih belum mencapai kata sepakat mengenai takrifan

falsafah. Malah ada yang mngatakan bahwa falsafahmerupakan sesuatu yang tidak dapat

ditakrifkan. Ini di karenakan kita dapat berfalsafah tentang pengertian falsafah. maka dengan

iitulah kita akan menemui pendapat yang berbeda-beda mengenai takrif falsafah dari para

ahli falsafah. Sebagai rujukan umum dalam hal ini kita mengambil contoh takrif dari Drs.

sidi gazalba Berfalsafah ialah mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang

dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat. Apabila

seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat erat hubungannya

dengan falsafah.

Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan sesuatu dengan

mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting dari falsafah. Ini bisa dikatakan

sebagai inti dari falsafah. Berfikir secara falsafah ini mengandung tiga ciri:

1.3.1 Radikal ini bermaksud bahwa berfalsafah merupakan corak pemikiran yang tuntas, dengan ini

dapat terfikirkan secara mendalam hingga sampai pada akar bagi suatu masalah.

1.3.2 Sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh

kesadaran yang tersusun rapi.

1.3.3 Sejagat ialah pemikiran tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi merupakan jawaban

bagi suatu persoalan.

Ketika berfalsafah, seseorang tidak dirujuk pada sumber kewibawaan dalam

menyelesaikan suatu persoalan. Sebaliknya, yakni ditujukan untuk menjawab persoalan

tersebut dengan akal sehat.

Persoalan falsafah ialah topik yang dibicarakan dalam bidang falsafah. Ini bisa

diibaratkan sebagai isi dalam falsafah. Persoalan falsafah setianya disifatkan sebagai soalan

yang sangat rumit, dan memerlukan pemikiran yang bersungguh-sungguh. Suatu persoalan

falsafah dimana apabila persoalan itu tidak dapat diselesaikan melalui kaedah pengamatan

ataupun kaedah sains. Biasanya, persoalannya akan melibatkan tentang konsep, idealogi, dan

perkara-perkara lain yang abstrak.Bidang falsafah memberikan nilai yang tinggi kepada

soalan yang baik, atau persoalan yang memiliki nilai kefalsafahannya. Ini karena persoalan

yang baik akan mendatangkan jawaban yang baik, Kategori falsafah ada lima bidang

berdasarkan persoalannya, yaitu:

1.3.1 Metafizik yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kewujudan.

1.3.2 Epistmologi yaitu bidang falsafah yang berfikir tentang ilmu pengetahuan.

1.3.3 Etika yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kemoralan manusia.

1.3.4 Logik adalah suatu bidang falsafah yang mengkaji penaakulan manusia.

1.3.5 Estetika yakni bidang falsafah yang memikirkan tentang keindahan.

Tradisi falsafah menurut socrates ialah sesuatu yang diusahakan oleh setiap bangsa.

Karena manusia secara semula jadinya mempunyai fitrah ingin tahu dan cenderung kepada

kebenaran. Maka dari itu tradisi falasafah terbina oleh kelompok manusia yang mengadakan

pendekatan yang berbeda terhadap falsafah. Dalam suatu tradisi falsafah, anggotanya akan

mempunyai minat yng sama dalam suatu persoalan falsafah dan juga mempunyai pengaruh

yang sama daripada seseorang tokoh falsafah.

BAB II

ASAS DAN FALSAFAH PENJASKES

1.2. Makna dan kedudukan pendidikan jasmani

Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang

canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul hati

bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas bagaikan luka didalam sebagian besar

masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan

dan politik yang mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak

dapat terkendali lagi. Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang

diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang tinggi, sulitnya

hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai daerah dan kota,

serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin memuncak.

Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti terhadap

persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak hanya itu

namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah mencapai saat yang begitu

maju yang akhirnya menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya

yang semakin jauh dari semangat perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan

bersantai yang akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara

individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup sedenter { kurang

gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir semua pekerjaan dan gerakan

hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak lain hanya membuat orang menjadi

malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi

melakukan olahraga sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita

akan dapat mengetahi peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.

Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik

untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik dalam hal fisik, mental,

serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai sebuah kesatuan

utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas

fisik dan mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian

yang begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi, Lebih

utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan wilayah pendidikan

lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran serta jiwanya.

Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya

memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna jelas bahwa pendidikan

jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam kaitannya

diartikan bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan, bahkan

sampai pada penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan

moral, yang penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak

terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya

harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek

kehidupan harian seseorang.

1.3. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan

aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal

fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah

kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah

kualitas fisik dan mentalnya.

Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya

adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan

antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-

fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap

wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya

unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan

dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan

berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna

jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan

manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun

turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang

lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral,

tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran

dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan

holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan:

psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas

diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.”

Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan

pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.

Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara

jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah,

dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada

penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.

Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang

memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan

Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut

sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional:

aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.

Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang

mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan

pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata

yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik

tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam

masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas

masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri,

barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya

pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang

pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi

pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya

masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-

mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik,

karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke

mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program

penjas dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh,

sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan

disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus

atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk

pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti

yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa

yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang

pendidikan jasmani kita.

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan

bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak

harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani,

meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat

kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan

yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani.

Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga

melibatkan aktivitas kompetitif.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan

ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-

tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan

pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. untuk

kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak

harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)? Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi

waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan

berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai

fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-

buang waktu atau membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek

fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari

kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang. Dengan demikian, penekanan dari

rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya

revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi

yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.

1.4. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam

berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan

anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan

pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas

benar belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.

Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

1.4.1 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani,

perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.

1.4.2 Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak

dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

1.4.3 Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk

melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

1.4.4 Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara

kelompok maupun perorangan.

1.4.5 Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang

memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

1.4.6 Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan

olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran

pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif,

dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian

anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka

setelah dewasa kelak.

Dalam bentuk bagan, secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah (domain)

sebagai satu kesatuan, sebagai berikut:

Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya.

Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara

matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk

disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai

pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.

Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain

kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan

sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam

perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran

pengembangan domain psikomotor.

Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan diri untuk

mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-

prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik

itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan

sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan

mendukung tercapainya aneka kemampuan.

1.5. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak

Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi

keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun

demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang

cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa. Tiga kata kunci di

atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan

bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan

keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak.

Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka.

Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.

1.6 Pentingnya Pendidikan Jasmani

Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak.

Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit

hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang

bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Pendidikan Jasmani tampil untuk

mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang

direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi

intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi

lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap

sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang

tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang

perkembangan yang bersifat menyeluruh.

Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:

1.6.1 Memenuhi kebutuhan anak akan gerak

1.6.2 Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya

1.6.3 Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

1.6.4 Menyalurkan energi yang berlebihan

1.6.5.Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.

Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti

terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan

jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan

moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang

paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.

1.7. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga

Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak

agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan

berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga.

Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode

pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan

yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses

pembelajaran

Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani

dengan pendidikan olahraga.

Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga

Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga

Sosialisasi atau mendidik via

olahraga

Menekankan perkembangan

kepribadian menyeluruh

Menekankan penguasaan

keterampilan dasar.

Sosialisasi atau mendidik ke

dalam olahraga

Mengutamakan penguasaan

keterampilan berolahraga

Menekankan penguasaan teknik

dasar

Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu

dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan.

Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai

keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan

pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah

ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap

anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan

hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti

dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa

selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu

mudah.

Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan

segera menyenangi permainan sepak bola. Tetapi bagaimana dengan anak-anak

lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan

sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak

menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka

melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang

lain atau bahkan oleh gurunya sendiri.

Anak-anak dalam ‘kelompok gagal’ ini biasanya mengalami perasaan

negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung

menjadi anak yang rendah diri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang

efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara

agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh

pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus

dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula.

 1.8 Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari

pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan

untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di

sekolah akan pincang.Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik

dari pendidikan jasmani, yaitu:

1.8.1 meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,

1.8.2 meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta

1.8.3 meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana

menerapkannya dalam praktek.

Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti

berikut perlu dipertimbangkan:

1.8.1 Kebugaran dan kesehatan

Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan

jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja

yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur,

kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi

organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan

pernapasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja

penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan,

kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan

kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti

kecepatan, kelincahan dan koordinasi.

1.8.2 Keterampilan fisik

Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan

lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk

menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk

keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus

seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada

keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1.8 .3 Terkuasainya prinsip-prinsip gerak

Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan

anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak

mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga

tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih

bermakna.

1. 8.4 Kemampuan berpikir

Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh

anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.

Namun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang

efektif mampu merangsang kemampuan berpikir dan daya analisis anak ketika

terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Pola-pola permainan yang

memerlukan tugas-tugas tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan

nalar anak dalam hal membuat keputusan..

1.8 .5 Kepekaan rasa

Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh

unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun

besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam

lingkup sosial. Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk

bertanggung jawab melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Di

dalam masyarakat banyak norma yang harus ditaati dan aturan main yang

melandasinya. Melalui penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan

diamalkan.

1.8 .6 Keterampilan sosial

Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat

mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini

seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin.

Anak-anak yang rendah kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin

memecahkan masalah dengan kekerasan dan tidak merasa ragu untuk melanggar

berbagai ketentuan.

1.8 .7 Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)

Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)

anak akan berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita

menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan

kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan

berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil

resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu

menanggulangi stress.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak

untuk mempelajari berbagai kegiatan yang dapat membina sekaligus

mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional

dan moral. selain itu, kedudukan pendidikan jasmani sangat begitu penting

dikalangan masyarakat kita sekarang ini dimana dengan adanya tekhnologi

cenderung membuat masyarakat malas akan melakukan kegiatan karena mereka

lebih suka duduk asyik dengan alat elektroniknya, dan akibatnya muncul

penyakit yang tidak semestinya ia derita. Adapun manfaat yang kita dapatkan

dari pendidikan penjaskes diantaranya:

1. dapat membentuk otot sehingga badan terlihat bagus.

2. Tubuh akan terasa lebih fresh dalam melakukan kegiatan setiap harinya serta

pikiran yang lebih tenang.

3. Dengan fisik yang kuat tubuh kita tidak akan mudah terserang penyakit.

4. Tulang dalam tubuh akan lebih kokoh / kuat.

5. Dengan adanya penjaskes maka berarti kita telah mencegah penyakit dalam

tubuh kita karena pepatah mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada

mengobati’.

1.2. saran-saran

Demi kemajuan pemahaman di bidang pendidikan jasmani dan cara

pengajarannya, kami merasa sangat perlu memberikan saran kepada pembaca

tentang anak didik yang akan diajar / dibina. Bahwa seorang guru penjaskes

sudah semestinya harus banyak menguasai / mengetahui tentang keterampilan-

keterampilan yang akan diajarkan kepada anak didik / muridnya. sehingga apa

yang ia ajarkan akan lebih bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh

muridnya.

Diposkan 6th November 2012 oleh penjaskesrek olahraga 0

Tambahkan komentar

materi olahraga

Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis

1.

Nov

11

Rangkuman sistem pendidikan di INDONESIA

1.   Pendahuluan

Dalam hubungan tujuan pendidikan Nasional, tampaknya kita harus memperkuat

argumentasi akademik tentang peran, fungsi dan kontribusi pendidikan jasmani

terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional. Terminologi pendidikan jasmani

seringkali menjadi sempit, ketika dihubungkan dengan bahwa pendidikan jasmani

adalah bentuk pendidikan yang menggunakan aktifitas fisik sebagai media yang

diarahkanpada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kebugaran

jasmani (physical fitness), dan pengembangan keterampilan (skill developments).

Walaupun menggunakan aktifitas fisik sebagai media, terminologi pendidikan

jasmani sebagai bentuk pendidikan, seharusnya terminologi konseptual dan

operasional pendidikan jasmani tetap dihubungkan dengan konsep pendidikan secara

keseluruhan. Namun demikian, dengan menggunakan istilah olahraga pendidikan,

Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 mendefinisikannya sebagai bagian proses

pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan,

kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani. Meskipun terminologi

ini membuat sebagian orang ” bertanya-tanya”, menurut saya terminologi tersebut

tidak dimaksudkan untu menyempitkan arti, peran, fungsi dan kedudukan pendidikan

jasmani dalam sistem pendidikan nasional kita. Sebaiknya kita harus menempatkan

terminologi tersebut dalam pengayaan khasanah pengetahuan tentang pendidikan

jasmani dan olahraga

 2.      Standarisasi kurikulum dan standarisasi kompetensi guru pendidikan jasmani

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah melakukan pengembangan strategis

untuk segera membangu parameter standar kurikulum dan standar komptensi guru,

termasuk didalamnya adalah pendidikan jasmani. Langkah-langkah tersebut dilakukan

dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan denga pendekatan insklusi.

Dalam kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pendidikan jasmani, standarisasi

dapat dimulai dari penyusunan parameter terhadap peta perkembangan pengetahuan

dasar siswa yang menjadi dasar dari peta kompetemsi dasar yang harus dicapai oleh

siswa dalam setiap proses pembelajaran, satian waktu pembelajaran dan tingkat

pendidikan tertentu. Secara teoritik pemetaan kompetensii dasar sepertiyang terurai

dalam KBK berorientasi pada referensi barat. Walaupun teori berlaku secara general,

analisis terhadap substansi pemetaan yang dihubungkan dengan karakteristik

indonesian tetap diperlukan. Memang bangunan dan substansi kompetensi dasar dari

kurikulum harus diasumsikan merupakan profil ideal yang harus dicapai oleh suatu

proses pembelajaran, namun demikian kita harus menghubungkannya dengan

kemungkinan minimal yang dapat dicapai oleh anak didik. Dengan demikian, proses

pembelajaran tidak semata-mata ditujukan pada upaya pencapaian kompetensi dasar

melainkan denga seksama juga mempertimbangkan kemampuan dasar yang dimiliki

subyek didik.

Langkah yang dilakukan dalam memberikan standarisasi kompetensi guru pendidikan

jamani untuk proram jangka pemndek pemerintah, yaitu : pertama adalah membangun

instrumen pengukur kompetensi guru pendidikan jasmani. Instrumen ini tidak hanya

memuat dan mengukur kompetensi umum guru, melainkan juga harus mamuat dan

mengukur variabel-variabel yang berhubungan dengan kompetensi profesional

sebagai guru penjas. Terdapat ciri spesifik dari proofesi guru penjas yang

membedakannya dengan profesi guru bidang studi lainnya. Kespesifikasian tersebut

harus menjadi karakteristik dari instrumen yang dikembangkan untuk mengukur

kompetensi guru penjas.

Kedua, LPTK sebagai agen pembaharuan harus membrikan kepedulian yang memadai

terhadap upaya pengembangan konsep dan implementasi standarisasi kompetensi

guru. Paradigma lama yang selalu menunggu bola harus diubah menjadi menjemput

bola. Para ahli harus melakukan gerakan proaktif untuk mengambil bagian dan

kedudukan yang jelas dalam pengembangan konsep dan implementasi standarisasi

kompetensi guru. 

3.      Organisasi profesi dan pembinaan kompetensi

Dalam tugas profesi mestinya melekat kewenagan, kewajiban dan tanggung jawab

profesi yang diatur melalui peraturan dan etika profesi. Untuk melakukan tugas

profesinya seseorang harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

yang sesuai dengan tuntutan profsinya. Bila pasal 39 ayat 2 UU Nomor 20

menegaskan bahwa pendidik atau guru adalah tenaga profesional, maka seharusnya

profesi guru pendidikan jasmani disertai dengan perangkat kewenagan, kewajiban,

tanggung jawab dan etika profesi.

Kedepan, organisasi profesi guru pendidikan jasmani mutlak dibutuhkan. Disamping

keberadaannya dibutuhkan oleh LPTK sebagai mitra dalam pengembangan konsep

dan struktur kurikulum pendidikan prajabatan, juga diperlukan dalam upaya

pembinaan dan peningkatan kualitas kompetensi guru pendidikan jasmani.

Selain itu perlu adanya pemberian perhatian kita secara bersama, yaitu :

Pertama, berkaitan dengan pengembangan kualitas LPTK. Antara kualitas pendidikan

jasmani dengan kualitas LPTK memiliki hubungan yang strategis. Kualitas

pendidikan jasmani disekolah secara langsung akan menjadi cerminan terhadap

kualitas LPTK. Dalam hal ini, LPTK harus segera melakukan intropeksi lebih dalam

terhadap seluruh perangkat sistem LPTK. Keinginan membuka diri dengan fakta-fakta

yang ada akan menjadi lebih baik untuk segera mendapatkan data empirik dalam

rangka memperbaiki kualitas internal LPTK. Perbaikan yang dibangun dengan data

empirik yang dihubungkan dengan keinginan masa depan akan lebih baik.

Kedua, adalah keterbukaan tersebut harus dalam bentuk rencana aksi nasional yang

dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh LPTK yang membina fakultas/jurusan

Ilmu keolahragaan dalam semua aspek sistem pendidikannya. LPTK harus segera

melakukan pengembangan kurikulum dengan mempertimbangkan secara sungguh-

sungguh kebutuhan pasar saat ini dan yang akan datang, dengan tetap

mempertimbangkan keunggulanya masing-masing.

Ketiga, saat ini sebagian LPTK masih melihat ilmu keolahragaan secara eksklusif,

sehingga seolah-olah ilmu keolahragaan adalah ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu

lainnya. Sehubungan dengan hal ini, LPTK harus merubah diri dan cara pandangnya

ditengah-tengah perkembangan ilmu lainnya, ia merupakan bagian integral dari ilmu-

ilmu lainnya yang harus tumbuh berkembang secara bersama-sama dengan ilmu

lainnya.

Diposkan 11th November 2012 oleh penjaskesrek olahraga

0

Tambahkan komentar

2.

Nov

6

Azas dan Falsafah Penjaskes

 BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya,

penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah

sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari

pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan

mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat

dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang

secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan

bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas

tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa,

IPS dan IPA, dan lain-lain.

Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak

anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin

dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan

proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya

mutu hasil pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah.

Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya? Secara umum pendidikan

jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas

jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau

olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan

mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang

bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan

dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan

anak didik.

1.3 . Pengertian Falsafah

Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan kebenaran yang

umum dan asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal dari bahasa arab

dan yunani {philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah” secara

umumnya, falsafah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.3.1 Merupakan suatu usaha pemikiran yang tuntas

1.3.2 Tujuanya adalah untuk mendapatkan kebenaran

Sehingga kini, ahli falsafah masih belum mencapai kata sepakat mengenai

takrifan falsafah. Malah ada yang mngatakan bahwa falsafahmerupakan sesuatu

yang tidak dapat ditakrifkan. Ini di karenakan kita dapat berfalsafah tentang

pengertian falsafah. maka dengan iitulah kita akan menemui pendapat yang

berbeda-beda mengenai takrif falsafah dari para ahli falsafah. Sebagai rujukan

umum dalam hal ini kita mengambil contoh takrif dari Drs. sidi gazalba

Berfalsafah ialah mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang

dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat.

Apabila seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat

erat hubungannya dengan falsafah.

Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan sesuatu

dengan mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting dari falsafah.

Ini bisa dikatakan sebagai inti dari falsafah. Berfikir secara falsafah ini

mengandung tiga ciri:

1.3.1 Radikal ini bermaksud bahwa berfalsafah merupakan corak pemikiran yang

tuntas, dengan ini dapat terfikirkan secara mendalam hingga sampai pada

akar bagi suatu masalah.

1.3.2 Sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak selangkah demi selangkah

dengan penuh kesadaran yang tersusun rapi.

1.3.3 Sejagat ialah pemikiran tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi

merupakan jawaban bagi suatu persoalan.

Ketika berfalsafah, seseorang tidak dirujuk pada sumber kewibawaan

dalam menyelesaikan suatu persoalan. Sebaliknya, yakni ditujukan untuk

menjawab persoalan tersebut dengan akal sehat.

Persoalan falsafah ialah topik yang dibicarakan dalam bidang falsafah. Ini

bisa diibaratkan sebagai isi dalam falsafah. Persoalan falsafah setianya disifatkan

sebagai soalan yang sangat rumit, dan memerlukan pemikiran yang bersungguh-

sungguh. Suatu persoalan falsafah dimana apabila persoalan itu tidak dapat

diselesaikan melalui kaedah pengamatan ataupun kaedah sains. Biasanya,

persoalannya akan melibatkan tentang konsep, idealogi, dan perkara-perkara lain

yang abstrak.Bidang falsafah memberikan nilai yang tinggi kepada soalan yang

baik, atau persoalan yang memiliki nilai kefalsafahannya. Ini karena persoalan

yang baik akan mendatangkan jawaban yang baik, Kategori falsafah ada lima

bidang berdasarkan persoalannya, yaitu:

1.3.1 Metafizik yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kewujudan.

1.3.2 Epistmologi yaitu bidang falsafah yang berfikir tentang ilmu pengetahuan.

1.3.3 Etika yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kemoralan manusia.

1.3.4 Logik adalah suatu bidang falsafah yang mengkaji penaakulan manusia.

1.3.5 Estetika yakni bidang falsafah yang memikirkan tentang keindahan.

Tradisi falsafah menurut socrates ialah sesuatu yang diusahakan oleh

setiap bangsa. Karena manusia secara semula jadinya mempunyai fitrah ingin

tahu dan cenderung kepada kebenaran. Maka dari itu tradisi falasafah terbina oleh

kelompok manusia yang mengadakan pendekatan yang berbeda terhadap

falsafah. Dalam suatu tradisi falsafah, anggotanya akan mempunyai minat yng

sama dalam suatu persoalan falsafah dan juga mempunyai pengaruh yang sama

daripada seseorang tokoh falsafah.

BAB II

ASAS DAN FALSAFAH PENJASKES

1.2. Makna dan kedudukan pendidikan jasmani

Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi

yang canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat

memukul hati bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas bagaikan

luka didalam sebagian besar masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini

yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan dan politik yang mengakibatkan

ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak dapat terkendali lagi.

Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang diantaranya harga

barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang tinggi, sulitnya hidup

bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai daerah dan

kota, serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin

memuncak.

Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti

terhadap persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah,

tidak hanya itu namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah

mencapai saat yang begitu maju yang akhirnya menghadapkan kepada para

remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya yang semakin jauh dari semangat

perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan bersantai yang

akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara

individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup

sedenter { kurang gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir

semua pekerjaan dan gerakan hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak

lain hanya membuat orang menjadi malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah

efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi melakukan olahraga sebagaimana

mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita akan dapat mengetahi

peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.

Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan

aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik

dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan

seseorang sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya

menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya

pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian yang

begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi,

Lebih utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan

wilayah pendidikan lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran

serta jiwanya.

Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada

akhirnya memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna

jelas bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan

kebutuhan manusia. Dalam kaitannya diartikan bahwa melalui fisik aspek mental

dan emosional turut terkembangkan, bahkan sampai pada penekanan yang cukup

dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan moral, yang

penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak

terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini

karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang

mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.

1.3. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,

daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik

dan mentalnya.

Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik

perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas

berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan

lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.

Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan

perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak

ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan

dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan

dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika

disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik

untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa

melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan

dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya

pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral,

tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak

langsung.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam

‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian

seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada

ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan

meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses

menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam

tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan

pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.

Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah

pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan

bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi

tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa,

dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.

Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu

kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak

pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik

di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai

pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik

mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.

Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas

fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu

terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani.

Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah

kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah

konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara

pengemban tugas penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan

dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar

guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah

akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun

karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang

sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di

sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih

banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-

mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang

labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan

tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah,

yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh

menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita.

Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di

lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat

atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak

seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka

lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita

praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang

pendidikan jasmani kita.

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita

mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif,

meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti

olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat

ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan

bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu

bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada

istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat

menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk

gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika

digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan

menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis

tanpa ada tujuan kependidikan. untuk kepentingan pendidikan, atau untuk

kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara

eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)? Rekreasi adalah aktivitas

untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah

satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu,

aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi

fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau

membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik,

mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap

dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang. Dengan demikian,

penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation)

orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’

dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.

1.4. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam

berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf

kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang

mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan

kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka., sebab yang paling

penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.

Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada

siswa untuk:

1.4.1 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan

aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.

1.4.2 Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka

aktivitas jasmani.

1.4.3 Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal

untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

1.4.4 Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas

jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

1.4.5 Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan

keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif

dalam hubungan antar orang.

1.4.6 Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk

permainan olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka

tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam

domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam

domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan

sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan

mereka setelah dewasa kelak.

Dalam bentuk bagan, secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah

(domain) sebagai satu kesatuan, sebagai berikut:

Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan

tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang

direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan

demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus

menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau

pengatur kegiatan.

Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi

domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-

sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak.

Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran.

Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain

psikomotor.

Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan

diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan

pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di

dalam adegan yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk

menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian

anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya

aneka kemampuan.

1.5. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak

Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah,

dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah

ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi

kebanyakan kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan

hilang sebelum kita dewasa. Tiga kata kunci di atas: gerak, gembira, dan belajar.

Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak

bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan keterlibatan

yang total dan dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak.

Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak

mereka. Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak

menyenangkan.

1.6 Pentingnya Pendidikan Jasmani

Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk

bergerak. Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula

gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi,

kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang

gerak . Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga

kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara

baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya.

Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi

lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga

kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-

anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali

keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.

Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:

1.6.1 Memenuhi kebutuhan anak akan gerak

1.6.2 Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya

1.6.3 Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

1.6.4 Menyalurkan energi yang berlebihan

1.6.5.Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun

emosional.

Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat

berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh

dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek

fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa

pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk

manusia seutuhnya”.

1.7. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga

Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak

agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan

berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga.

Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode

pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan

yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses

pembelajaran

Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani

dengan pendidikan olahraga.

Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga

Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga

Sosialisasi atau mendidik via

olahraga

Menekankan perkembangan

kepribadian menyeluruh

Menekankan penguasaan

keterampilan dasar.

Sosialisasi atau mendidik ke

dalam olahraga

Mengutamakan penguasaan

keterampilan berolahraga

Menekankan penguasaan teknik

dasar

Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu

dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan.

Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai

keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan

pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah

ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap

anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan

hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti

dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa

selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu

mudah.

Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan

segera menyenangi permainan sepak bola. Tetapi bagaimana dengan anak-anak

lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan

sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak

menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka

melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang

lain atau bahkan oleh gurunya sendiri.

Anak-anak dalam ‘kelompok gagal’ ini biasanya mengalami perasaan

negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung

menjadi anak yang rendah diri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang

efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara

agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh

pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus

dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula.

 1.8 Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari

pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan

untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di

sekolah akan pincang.Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik

dari pendidikan jasmani, yaitu:

1.8.1 meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,

1.8.2 meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta

1.8.3 meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana

menerapkannya dalam praktek.

Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti

berikut perlu dipertimbangkan:

1.8.1 Kebugaran dan kesehatan

Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan

jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja

yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur,

kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi

organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan

pernapasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja

penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan,

kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan

kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti

kecepatan, kelincahan dan koordinasi.

1.8.2 Keterampilan fisik

Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan

lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk

menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk

keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus

seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada

keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1.8 .3 Terkuasainya prinsip-prinsip gerak

Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan

anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak

mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga

tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih

bermakna.

1. 8.4 Kemampuan berpikir

Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh

anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.

Namun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang

efektif mampu merangsang kemampuan berpikir dan daya analisis anak ketika

terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Pola-pola permainan yang

memerlukan tugas-tugas tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan

nalar anak dalam hal membuat keputusan..

1.8 .5 Kepekaan rasa

Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh

unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun

besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam

lingkup sosial. Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk

bertanggung jawab melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Di

dalam masyarakat banyak norma yang harus ditaati dan aturan main yang

melandasinya. Melalui penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan

diamalkan.

1.8 .6 Keterampilan sosial

Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat

mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini

seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin.

Anak-anak yang rendah kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin

memecahkan masalah dengan kekerasan dan tidak merasa ragu untuk melanggar

berbagai ketentuan.

1.8 .7 Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)

Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)

anak akan berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita

menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan

kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan

berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil

resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu

menanggulangi stress.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak

untuk mempelajari berbagai kegiatan yang dapat membina sekaligus

mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional

dan moral. selain itu, kedudukan pendidikan jasmani sangat begitu penting

dikalangan masyarakat kita sekarang ini dimana dengan adanya tekhnologi

cenderung membuat masyarakat malas akan melakukan kegiatan karena mereka

lebih suka duduk asyik dengan alat elektroniknya, dan akibatnya muncul

penyakit yang tidak semestinya ia derita. Adapun manfaat yang kita dapatkan

dari pendidikan penjaskes diantaranya:

1. dapat membentuk otot sehingga badan terlihat bagus.

2. Tubuh akan terasa lebih fresh dalam melakukan kegiatan setiap harinya serta

pikiran yang lebih tenang.

3. Dengan fisik yang kuat tubuh kita tidak akan mudah terserang penyakit.

4. Tulang dalam tubuh akan lebih kokoh / kuat.

5. Dengan adanya penjaskes maka berarti kita telah mencegah penyakit dalam

tubuh kita karena pepatah mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada

mengobati’.

1.2. saran-saran

Demi kemajuan pemahaman di bidang pendidikan jasmani dan cara

pengajarannya, kami merasa sangat perlu memberikan saran kepada pembaca

tentang anak didik yang akan diajar / dibina. Bahwa seorang guru penjaskes

sudah semestinya harus banyak menguasai / mengetahui tentang keterampilan-

keterampilan yang akan diajarkan kepada anak didik / muridnya. sehingga apa

yang ia ajarkan akan lebih bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh

muridnya.

Diposkan 6th November 2012 oleh penjaskesrek olahraga

0

Tambahkan komentar

Memuat Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.