Audit Manajemen

2
Audit Atas Pengurangan Sumber Daya Manusia Perubahan lingkungan bisnis di mana perusahaan harus mampu beroperasi dengan sangat efisien juga menuntut perusahaan untuk melakukan perusahaan dalam organisasinya. Kemungkinan yang sering terjadi adalah kebijakan untuk melakukan rekstrukturisasi yang memungkinkan hilangnya beberapa jabatan karena jabatan tersebut sudah tidak efektif lagi untuk dipertahankan dan fungsi-fungsinya bisa dilaksanakan oleh jabatan lain yang saat ini tetap dipertahankan. Penguranan tenaga kerja merupakan keputusan yang tidak berdiri sendiri. Berbagai kepentingan perusahaan harus diselamatkan agar perusahaan bisa bertahan hidup (survive) dan ikut bermain dalam persaingan yang sangat tinggi intensitasnya. UU No. 13 Tahun 2013 Pasal 158-167 mengatur tentang dalam hal apa perusahaan dapat melakukan PHK. Beberapa alas an perusahaan dapat melakukan PHK antara lain : 1. Tenaga kerja melakukan pelanggaran berat (penipuan,pencurian,membocorkan rahasia perusahaan dan sebagainya) setelah kesalahannya dapat dibuktikan. 2. Tenaga kerja melakukan tindakan pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan. 3. Tenaga kerja melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kerja bersama (setelah mendengarkan surat peringatan terlebih dahulu, sebanyak 3 kali berturut-turut). 4. Tenaga kerja mengundurkan diri (secara sukarela) 5. Terjadi perubahan status perusahaan, penggabungan, peleburan atas perubahan kepemilikan perusahaan dan tenaga kerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja. 6. Terjadi perubahan status perusahaan, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan tidak bersedia menerima tenaga kerja untuk melanjutkan hubungan kerjanya. 7. Perusahaan tutup karena mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 tahun atau terjadi keadaan yang memaksa (force majeure).

description

Audit Atas Pengurangan Sumber Daya Manusia

Transcript of Audit Manajemen

Page 1: Audit Manajemen

Audit Atas Pengurangan Sumber Daya Manusia

Perubahan lingkungan bisnis di mana perusahaan harus mampu beroperasi dengan sangat

efisien juga menuntut perusahaan untuk melakukan perusahaan dalam organisasinya. Kemungkinan

yang sering terjadi adalah kebijakan untuk melakukan rekstrukturisasi yang memungkinkan hilangnya

beberapa jabatan karena jabatan tersebut sudah tidak efektif lagi untuk dipertahankan dan fungsi-

fungsinya bisa dilaksanakan oleh jabatan lain yang saat ini tetap dipertahankan.

Penguranan tenaga kerja merupakan keputusan yang tidak berdiri sendiri. Berbagai kepentingan

perusahaan harus diselamatkan agar perusahaan bisa bertahan hidup (survive) dan ikut bermain dalam

persaingan yang sangat tinggi intensitasnya. UU No. 13 Tahun 2013 Pasal 158-167 mengatur tentang

dalam hal apa perusahaan dapat melakukan PHK. Beberapa alas an perusahaan dapat melakukan PHK

antara lain :

1. Tenaga kerja melakukan pelanggaran berat (penipuan,pencurian,membocorkan rahasia perusahaan dan sebagainya) setelah kesalahannya dapat dibuktikan.

2. Tenaga kerja melakukan tindakan pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan.

3. Tenaga kerja melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kerja bersama (setelah mendengarkan surat peringatan terlebih dahulu, sebanyak 3 kali berturut-turut).

4. Tenaga kerja mengundurkan diri (secara sukarela)

5. Terjadi perubahan status perusahaan, penggabungan, peleburan atas perubahan kepemilikan perusahaan dan tenaga kerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja.

6. Terjadi perubahan status perusahaan, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan tidak bersedia menerima tenaga kerja untuk melanjutkan hubungan kerjanya.

7. Perusahaan tutup karena mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 tahun atau terjadi keadaan yang memaksa (force majeure).

8. Perusahaan tutup karena melakukan peningkatan efisiensi.

9. Perusahaan Pailit.

10. Tenaga kerja memasuki masa pensiun.

11. Tenaga kerja mangkir selama 5 hari kerja berturut-turut atau lebih tanpa keterangan tertulis dan telah dipanggil oleh perusahaan secara patut dan tertulis.

Tindakan PHK yang dilakukan perusahaan akan membawa dampak baik financial maupun non-

finansial. Dampak finansial berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk membayar pesangon dari

tenaga kerja yang di PHK sedangkan dampak non-finansial lebih berhubungan dengan citra perusahaan

dimata masyarakat atau pelanggannya.