Bab 02 Audit Manajemen

download Bab 02 Audit Manajemen

of 21

Transcript of Bab 02 Audit Manajemen

  • BAB 2. AUDIT MANAJEMEN

    A. Latar Belakang Audit Manajemen etika suatu perusahaan didirikan, pada umumnya para pendiri

    (biasanya pemodal) menentukan berbagai hal, antara lain: tujuan

    dan sasaran yang ingin dicapai perusahaan, kegiatan bisnis yang

    hendak ditangani, dalam sektor apa perusahaan akan bergerak,

    dan lain-lain. Dari sisi tujuannya, tujuan perusahaan dapat dikategorikan

    menjadi tujuan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.

    Pada umumnya kurun waktu pencapaian tujuan jangka pendek ditetapkan

    satu tahun dan untuk pencapaian tujuan jangka menengah ditetapkan lima

    tahun, sedangkan pencapaian tujuan jangka panjang pada umumnya

    ditetapkan 25 sampai 30 tahun. Berdasarkan pada kurun waktu yang

    digunakan, penyelenggaraan kegiatan perusahaan berpedoman pada prinsip

    ekonomisasi, efisiensi, efektivitas kerja untuk mencapai tujuan perusahaan

    karena perusahaan dihadapkan pada suasana kelangkaan pada pengadaan,

    penguasaan, dan pemilikan faktor-faktor sumber daya berupa: manusia,

    modal, mesin, metode kerja, materi, dan pasar/market (5M).

    Semakin besar suatu perusahaan, semakin dibutuhkan adanya

    pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan. Hal

    tersebut merupakan karakteristik dari perusahaan yang semakin maju yang

    memunculkan permasalahan agensi, baik antara pemilik dengan pengelola

    perusahaan maupun antara pimpinan perusahaan dengan bawahannya.

    Permasalahan agensi muncul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara

    pemilik perusahaan sebagai principal dengan pengelola perusahaan sebagai

    agent. Permasalahan tersebut juga dapat terjadi antara pimpinan

    perusahaan sebagai principal dengan bawahannya sebagai agent.

    Permasalahan agensi merupakan salah satu sebab munculnya permasalahan

    informasi asimetri, yaitu tidak seimbangnya informasi yang diketahui oleh

    pemilik perusahaan (pimpinan perusahaan) dengan informasi yang diketahui

    oleh pengelola perusahaan (bawahan).

    21

    K

  • Kelangkaan sumber daya dan permasalahan agensi yang

    menyebabkan permasalahan informasi asimetri tersebut memunculkan

    kebutuhan akan audit manajemen dimana konsep audit manajemen

    tercetus di Inggris pada tahun 1932 seperti diakui di dalam tulisan TG Rose

    berupa paper berjudul The Management Audit yang dipaparkan dan

    dipresentasikannya pada Institute Industrial Administration di USA.

    B. Definisi Audit Manajemen Audit manajemen telah didefinisikan oleh beberapa pihak, antara lain

    adalah sebagai berikut:

    a. Parker (1986), mendefinisikan audit manajemen sebagai berikut:

    Audit Management can be defined as an evaluation of management and the organizations functioning and performance with respect to economy, efficiency, and effectiveness of operating areas, activities and result.

    b. Herbert (1979), menyatakan bahwa Management Auditing as:

    1) Planning for, obtaining, and evaluating sufficient relevant, material, and competent evidence

    2) By an independent auditor 3) On the audit objective of

    a) whether an entitiys management, employees, or delegated agents have or have not accepted and carried out

    b) Appropiate laws, regulations, policies, procedures, or other management standards for properly using its resources

    c) in an efficient and economical manner. 4) From this evidence on the audit objective, the auditor comes to an

    opinion or conclusion and reports to a third party, a) with sufficient evidence in the report to convince the third party

    that the conclusions is accurate, and b) with a recomendation for the possible correction of any deficiencies.

    c. Malan et.al (1984), menyatakan audit sebagai:

    22

    A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding the performance of an organization, program, function or activity. Evaluation is made in terms of its economy and efficiency of operations, effectiveness in achieving desired results and compliance with relevant policies, laws and regulations, for the purpose of ascertaining the degree of correspondence between performance and established criteria and communicating the results to interested users.

  • d. Askey dan Dale (1994), menyatakan bahwa:

    Management Audits are a systematic examination of any management system (or part of a system). The Auditor assesses factual evidence to check whether the systems, practices and procedures are suitable for their intended use and effectively implemented.

    e. Burrowes dan Perrson (2000), menyatakan bahwa:

    Management auditing can be defined as an evaluation of management

    and the organisations functioning and performance with respect to

    economy, efficiency and effectiveness of operating areas, activities and

    results.

    Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep audit

    manajemen memiliki tiga dimensi evaluasi yaitu: evaluasi ekonomisasi,

    evaluasi efisiensi, dan evaluasi efektivitas. Audit manajemen

    mengevaluasi hampir setiap aspek manajemen perusahaan dan memberikan

    saran-saran untuk meningkatkan efisiensi bisnis dan peningkatan

    profitabilitas. Pada pelaksanaanya, audit manajemen memerlukan tenaga

    tim yang mempunyai berbagai latar belakang akademis, ketrampilan teknis

    dan pengalaman. Audit seperti ini mencakup suatu ruang lingkup

    penelaahan yang lebih luas daripada audit keuangan dan audit ketaatan.

    23

    Audit manajemen dapat dijelaskan sebagai audit untuk dan dari

    manajemen (Sharma, 1990). Pertama, sebagai audit untuk manajemen,

    audit manajemen terkait dengan kondisi manajemen puncak yang tidak

    memiliki pengendalian secara langsung terhadap operasi perusahaan yang

    tentunya ingin meyakinkan bahwa operasi bisnis dilakukan secara efisien,

    keputusan didasaran pada informasi dan dibuat pada tingkatan otoritas

    yang benar, aset terjaga dengan aman, efisiensi operasional dilakukan dan

    bahwa bisnis dilakukan sesuai dengan instruksi dan kebijakan manajemen.

    Manajemen puncak dapat menggunakan audit manajemen sebagai teknik

    untuk mewujudkan tujuan tersebut. Yang kedua, audit manajemen

    diistilahakan sebagai audit dari manajemen yang berarti menunjukkan

    bahwa audit manajemen bertujuan untuk menilai kualitas dari manajemen

    puncak.

  • C. Tujuan dan Manfaat Audit Manajemen Tujuan utama audit manajemen adalah memberikan pengguna

    informasi suatu opini mengenai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas (3E)

    dalam area pendapatan, belanja, dan pengelolaan sumber daya. Tujuan

    sekunder audit manajemen adalah untuk mengidentifikasi cara-cara untuk

    meningkatkan 3E dan untuk mendorong dan membantu pihak yang diaudit

    (auditee) untuk malakukan tindakan yang penting yang diperlukan dalam

    menyempurnakan sistem dan pengendalian manajemen perusahaan.

    Audit manajemen membantu perusahaan dengan memberikan kontribusi

    melalui manfaat-manfaat di bawah ini:

    1. Meningkatkan pendapatan. Diharapkan dengan dilakukannya audit

    manajemen, perusahaan atau organisasi mengetahui kondisi 3E dan

    mendapatkan rekomendasi untuk mengatasi atau meningkatkan 3E

    dalam bentuk peningkatan pendapatan.

    2. Mengurangi beban atau biaya, sehingga menghasilkan penghematan

    keuangan. Diharapkan dengan dilakukannya audit manajemen,

    perusahaan atau organisasi mengetahui kondisi 3E dan mendapatkan

    rekomendasi untuk mengatasi atau meningkatkan 3E dalam bentuk

    pengurangan beban atau biaya.

    3. Meningkatkan efisiensi operasi. Diharapkan dengan dilakukannya

    audit manajemen, perusahaan atau organisasi mengetahui kondisi 3E

    dan mendapatkan rekomendasi untuk mengatasi atau meningkatkan

    3E dalam bentuk peningkatan efisiensi operasi perusahaan.

    4. Memperkuat atau meningkatkan manajemen dan administrasi atau

    proses organisasional. Diharapkan dengan dilakukannya audit

    manajemen, perusahaan atau organisasi mengetahui kondisi 3E dan

    mendapatkan rekomendasi untuk mengatasi atau meningkatkan 3E

    dalam bentuk perkuatan dan peningkatan kualitas proses

    organisasional.

    24

    5. Meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Diharapkan

    dengan dilakukannya audit manajemen, perusahaan atau organisasi

  • mengetahui kondisi 3E dan mendapatkan rekomendasi untuk

    mengatasi atau meningkatkan 3E dalam bentuk peningkatan kualitas

    pelayanan kepada konsumen,

    6. Pencapaian tujuan organisasi secara lebih cost-effective.

    Diharapkan dengan dilakukannya audit manajemen, perusahaan atau

    organisasi mengetahui kondisi 3E dan mendapatkan rekomendasi

    untuk mengatasi atau meningkatkan 3E dalam bentuk efektivitas

    biaya dimana tidak terjadi biaya yang lebih besar daripada

    pendapatan.

    7. Menciptkan kesadaran akan kebutuhan akuntabilitas dan

    transparansi dalam penggunaan sumber daya. Diharapkan dengan

    dilakukannya audit manajemen, perusahaan atau organisasi

    mengetahui kondisi 3E dan mendapatkan rekomendasi untuk

    mengatasi atau meningkatkan 3E dalam bentuk akuntabilitas dan

    transparansi penggunaan sumber daya perusahaan.

    D. Auditor Manajemen

    25

    Audit manajemen pada umumnya dilakukan oleh auditor internal. Dalam

    melaksanakan proses audit manajemen, auditor internal memiliki

    keunggulan (Yan Jine & Li Dunjia, 1997:20). Yang pertama, auditor

    internal lebih familier dengan proses produksi dan operasi dari operasi

    perusahaan dibandingkan dengan auditor eksternal, sehingga hal tersebut

    lebih mudah bagi mereka untuk menemukan permasalahan, mencari sebab

    dan membuat saran perbaikan yang dapat dilaksanakan. Yang kedua,

    auditor internal lebih memiliki posisi independen dibandingkan dengan

    posisi departemen yang lain di dalam perusahaan karena auditor internal

    tidak melaksanakan aktivitas pengelolaan dan operasi konkrit dimana

    independensi tersebut sangat membantu mereka pada saat membuat

    evaluasi obyektif dari manajemen operasi auditee. Keunggulan lainnya

    adalah bahwa audior internal diotorisasi untuk melaporkan permasalahan-

    permasalahan secara langsung bagi otoritas tertinggi, mereka memiliki

  • waktu yang cukup untuk melakukan audit manajemen, pengetahuan dan

    kompetensinya dapat memuaskan kebutuhan untuk melakukan audit

    manajemen, dan tidak ada batasan luasan untuk melakukan audit.

    E. Perbedaan Audit Manajemen dengan Audit Keuangan

    Apabila dibandingkan dengan audit keuangan, audit manajemen memiliki

    perbedaan pada beberapa hal sebagai berikut (Kitindi, 1992:8):

    1) Tujuan audit

    Laporan audit keuangan berfokus pada financial record organisasi yang

    menekankan apakah pencatatan dilakukan dengan benar dan memenuhi

    standar akuntansi yang disaratkan. Audit manajemen mencakup evaluasi

    terhadap tingkat ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas aktivitas

    manajemen dan dilakukan untuk membantu manajemen melakukan

    pekerjaan dengan lebih efektif. Audit keuangan bersifat retrospektif

    (berorientasi pada masa yang lalu) sedangkan audit manajemen

    berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk kesuksesan organisasi,

    informasi yang berorientasi masa depan merupakan informasi yang

    relevan untuk pembuatan keputusan.

    2) Distribusi laporan

    Laporan audit keuangan pada umumnya tersedia untuk kepentingan

    publik sehingga cenderung memiliki distribusi yang luas dan laporan

    yang dihasilkan mengikuti format dan penulisan standar untuk

    menghindari ambiguitas dan kebingungan antar pengguna atau resipien

    laporan audit keuangan. Laporan audit manajemen pada umumnya

    didistribusikan kepada pihak auditee secara internal dan pada umumnya

    tidak tersedia standar pelaporan untuk publik karena sifatnya bervariasi

    mengikuti kasus yang menjadi obyek audit dan area audit yang

    dilakukan.

    3) Area yang dicakup

    26

    Audit keuangan cenderung terbatas pada laporan keuangan khususnya

    pada aspek akurasi dan representasinya. Audit manajemen memiliki

  • cakupan area yang berbeda yang tidak terbatas hanya pada laporan

    keuangan saja namun pada catatan-catatan maupun bukti-bukti lain

    yang memiliki keterkaitan dengan evaluasai dan pemberian rekomendasi

    pada ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas organisasi.

    4) Metodologi

    Kriteria audit kuangan cenderung bersifat definit dan steady dalam arti

    memiliki metode-metode standar yang harus dipenuhi,sedangkan audit

    manajemen tidak demikian. Auditor melakukan audit manajemen harus

    menetapkan kriteria dan metodologi audit berdasarkan situasi yang ada

    tergantung pada area dan obyek audit, sifat data yang harus

    didapatkan, sifat responden yang dimintai data, dan sifat aktivitas yang

    diaudit. Mengingat hal tersebut,merupakan hal yang penting bagi

    auditor untuk mengetahui cara menetapkan kriteria dan metodologi

    audit manajemen.

    Perbandingan antara audit manajemen dengan audit keuangan dapat

    dipaparkan pada tabel berikut:

    Tabel 2.1. Perbandingan antara Audit Keuangan dan Audit Manajemen

    27

    Audit Keuangan Audit Manajemen 1) Berorientasi pada laporan

    keuangan 1) Berorientasi pada tujuan 3E

    2) Menguji kepatuhan pada Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)

    2) Tidak sekedar kepatuhan terhadap aturan PABU, namun juga pada tercapainya 3E operasi atau aktivitas

    3) Bersifat Kuantitatif 3) Bersifat Kuantitatif & Kualitatif 4) Tidak terlalu analitis 4) Sangat Analitis 5) Tidak menggunakan indikator,

    target dan capaian kinerja 5) Membutuhkan indikator,

    target, dan capaian kinerja 6) Tidak selalu mempertimbangkan

    analisis cost benefit 6) Mempertimbangkan analisis

    cost benefit 7) Menguji Asersi Laporan Keuangan 7) Menguji semua bagian atau

    sebagian aktvitas entitas terkait dengan 3E

    8) Bersifat masa lalu (historis) 8) Memperhatikan kinerja masa lalu; saat ini; dan masa datang

    9) Tidak bertujuan pada alokasi sumber daya secara optimal

    9) Bertujuan pada tercapainya alokasi sumber daya secara optimal

  • F. Prinsip-Prinsip Audit Manajemen Audit manajemen terkait dengan konsep Economy, Eficiency, dan

    Effectiveness sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Konsep audit

    manajemen terdiri atas tiga dimensi yaitu: evaluasi ekonomisasi, evaluasi

    efisiensi, dan evaluasi efektivitas. Berikut ini akan diuraikan secara

    mendalam dari masing-masing dmensi dan keterkaitan antar dimensi

    tersebut.

    Audit manajemen memfokuskan pada tiga faktor kritis dari

    manajemen, yaitu: economy, efficiency, dan effectiveness. Menurut

    Sheldon (1996: 5), Economy merefer pada penggunaan sumber daya, baik

    sumber daya itu berwujud, seperti aktiva tetap atau aktiva lancar, maupun

    sumber daya yang tidak berwujud, seperti sumber daya manusia di dalam

    organisasi. Economy dicapai dengan mendapatkan sumber daya tersebut

    pada kos yang serendah mungkin. Efficient dalam konteks audit manajemen

    merefer pada usaha penggunaan sumber daya yang terbatas sebaik mungkin

    dalam rangka melakukan pekerjaan atau tugas. Effective merujuk pada

    tercapainya tujuan manajemen. Secara lebih ringkas, masing-masing hal di

    atas dijelaskan sebagai berikut:

    a) Economy (terkait dengan kos operasi). Adalah sejauhmana perusahaan

    melaksanakan aktivitas manajerial dan operasional dengan

    menggunakan sumber dayanya pada posisi yang paling hemat.

    b) Efficiency (terkait dengan metode operasi). Adalah sejahmana

    perusahaan melaksanakan aktivitas manajerial dan operasionalnya

    usaha yang minimal.

    c) Effectiveness (terkait dengan hasil operasi). Adalah sejauhmana

    perusahaan mampu mencapai hasil atau manfaat dari aktivitas

    manajerial dan operasionalnya berdasarkan pada tujuan dan kriteria

    yang telah ditetapkan dan terukur.

    28

    Hubungan antara ekonomi, efisiensi dan pengaruhnya pada efektifitas hasil

    operasi dapat ditunjukkan dengan adanya keseimbangan di antara

    ketiganya. Pada situasi yang seimbang, biaya operasi akan dikelola pada

  • tingkat yang paling rendah tanpa mengorbankan efisiensi dan efektivitasnya

    (Reider, 2002:23)

    Chambers dan Rand (1997:8) memberikan penjelasan mengenai

    Economy, Efficiency, dan Effectiveness sebagai berikut:

    a) Economy doing them cheap with for instance unit cost for labour,

    materials, etc. being under control. Artinya bahwa ekonomis memiliki

    arti yang sepadan dengan melakukan sesuatu dengan murah.

    b) Efficiency means doing them well. for instances with good systems

    wich avoid waste and rework. Artinya bahwa efisien memiliki arti

    yang sepadan dengan melakukan sesuatu dengan baik.

    c) Effectiveness means doing the right things i.e. achieving

    objectives. Artinya bahwa efektif memiliki arti yang sepadan dengan

    melakukan sesuatu yang tepat.

    Pejelasan Chamber dan Rand di atas menunjukkan bahwa suatu aktivitas

    manajerial dan operasional yang tepat sebaiknya secara seimbang

    dilakukan dengan baik dan murah.

    Apabila dipaparkan secara grafis, hubungan antara ekonomisasi,

    efisiensi, dan efektivitas adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Hubugan antara Ekonomisasi, Efisiensi, dan Efektivitas

    29

    ACTUAL INPUTS

    COST of INPUTS

    ACTUAL OUTPUTS

    PLANNED OUTPUTS

    Economy

    Efficiency

    Effectiveness

  • Dari Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ekonomis adalah perbandingan

    antara input yang direncanakan denga input aktual. Efisiensi adalah

    perbandingan antara output aktual dengan input aktual. Efektivitas adalah

    perbandingan antara output yang direncanakan denga output aktual. Antara

    ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas harus diwujudkan secara optimal dan

    secara seimbang nonj g satu gorbankan

    yang lain.

    G. IndikatoUntuk menilai tin

    kegiatan manajer

    yang meliputi in

    output. Indikator

    yang satu dengan

    sebuah pergurua

    adalah sebagai be

    Indikator K

    Kegiatan H

    Pelayanan buku

    perpustakaan H

    Dalam audit man

    menentukan ting

    kegiatan atau o

    indkator-indikato

    dan tidak mer Kinerja Dagkat ekonomisasi,

    ial maupun operas

    dikator kinerja ha

    -indikator kinerja

    kegiatan yang la

    n tinggi pada ke

    rikut:

    inerja Perpustaka

    arga Input I

    Gaji karyawan

    Jukar

    arga Buku Jum

    Biaya overhead

    Jufa

    sela

    ajemen, indikator

    kat ekonomisasi,

    perasi tertentu

    r kinerja terse

    EKONOMISASI olkan yanlam Audit Mefisiensi, maupu

    ional, diperlukan

    rga input, input

    tersebut berbed

    in. Contoh dari

    giatan pelayana

    an Universitas

    Indikator Kiner

    nput reamlah yawan

    Kecepela

    lah buku Ketepela

    mlah silitas in buku

    Jukom

    indkator kinerja

    efisiensi, dan

    dengan memba

    but. Sebelum

    EFISIENSI namun menanajemen n efektivitas dari suatu

    suatu indikator kinerja

    , output, dan realisasi

    a-beda antara kegiatan

    indikator kinerja pada

    n buku perpustakaan

    Antah Berantah

    ja Output

    lisasi target patan yanan

    Kecepatan pelayanan

    patan yanan

    Ketepatan pelayanan

    mlah plain

    Jumlah komplain

    tersebut berguna untuk

    efektivitas dari suatu

    ndingkan angka-angka

    mengukur tingkat

    30

    EFEKTIVITAS

  • ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas suatu operasi, auditor harus

    memahami dahulu konsep dari indikator kinerja tersebut.

    Terdapat banyak definisi mengenai indikator kinerja. Indikator

    kinerja ada yang mendefinisikan sebagai nilai atau karakteristik tertetu

    yang digunakan untuk mengukur input maupun output. Indikator kinerja

    juga didefinisikan sebagai alat ukur yang digunakan untuk menentukan

    derajat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Salah satu

    definisi lagi menjelaskan bahwa indikator kinerja adalah suatu informasi

    operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja atau kondisi suatu

    fasilitas atau kelompok fasilitas. Indikator merupakan alat yang digunakan

    untuk menjelaskan mengenai suatu kondisi. Apabila sesuatu kondisi

    dikatakan bagus, kriteria apa yang digunakan untuk menjelaskan

    mengenai hal yang disebut bagus tersebut. Apabila dikatakan seseorang

    sudah paham, apa yang digunakan untuk menjelaskan mengenai tingkat

    pemahaman tersebut. Untuk menjawab hal tersebut dibutuhkan suatu

    indikator yang dalam hal ini adalah indikator kinerja yaitu indikator yang

    menjelaskan mengenai kinerja. Hal-hal yang direncanakan akan menjadi

    kinerja suatu organisasi akan diukur keberhasilan pencapaiannya dengan

    menggunakan indikator kinerja.

    Indikator terdiri dari angka dan satuannya. Angka menjelaskan

    mengenai nilai (berapa) dan satuan memberikan arti dari nilai tersebut

    (apa). Angka yang digunakan sebagai indikator kinerja menghasilkan

    beberapa tipe indikator kinerja. Ada beberapa tipe indikator kinerja yaitu

    kualitatif, kuantitas absolut, persentase, rasio, rata-rata, dan indeks.

    Terdapat banyak sekali ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator

    kinerja. The University of California menggunakan tes SMART yang

    merupakan lima kriteria sebagai referensi untuk menentukan kualitas suatu

    indikator kinerja, yaitu:

    1. S=Spesific. Indikator kinerja harus cukup jelas dan terfokus sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda. Asumsi-asumsi serta definisi harus disertakan harus mudah diinterpretasikan.

    31

    2. M=measurable. Indikator kinerja harus dapat dikuantifikasikan dan dapat dibandingkan dengan data yang lain secara obyektif. Indikator

  • yang baik sebaiknya juga dimungkinkan untuk dapat dianalisis secara statistik.

    3. A=Attainable. Indikator kinerja yang telah ditetapkan akan berguna apabila data mengenai target dan realisasinya dapat diperoleh. Indikator kinerja yang ditetapan harus dapat mempertimbangkan ketersediaan data agar dapat digunakan sebagai indikator kinerja.

    4. R=Realistic. Sama halnya dengan kriteria dapat dicapai. Indikator kinerja yang ditetapkan harus dapat mempertimbangkan keterbatasan organisasi termasuk yang terkait dengan masalah biaya. Pemilihan indikator kinerja harus mengkalkulasi manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan data hingga mengolah data tersebut menjadi informasi. R dalam kriteria SMART kadang-kadang diatributkan kepada Relevan. Indikator kinerja yang dipilih seharusnya yang terkait dengan ukuran-ukuran yang relevan untuk mengukur keberhasilan pencapaian program dan tujuan organisasi.

    5. T=Timely. (Ketepatan waktu). Indikator kinerja harus mempertimbangkan pelaksanaannya di dalam suatu kerangka waktu yang telah ditetapkan.

    Selain kriteria SMART, banyak organisasi menentukan syarat-syarat

    indikator kinerja yang baik bagi dirinya masing-masing. The US

    Depertement of The Treasury memberikan kriteria yang lebih banyak.

    Kriteria-kriteria ini dapat digunakan untuk memilih indikator kinerja yang

    tepat. Kriteria tersebut antara lain:

    1. Kriteria mengenai data

    a. Ketersediaan data. Pemilihan indikator kinerja harus

    mempertimbangkan apakah data nantinya dapat diperoleh. Untuk data

    yang belum tersedia, perlu dipertimbangkan pula apakah ada indikator

    yang lebih baik dengan menggunakan data yang sudah ada.

    b. Keakuratan data. Indikator kinerja harus didukung oleh data-data yang

    dapat diandalkan, bebas dari bias dan kesalahan. Data juga tidak boleh

    dikurang-kurangkan, atau dilebih-lebihkan sehingga dapat menyesatkan.

    Indikator kinerja yang baik ialah indikator kinerja yang datanya dapat

    diverifikasi dan diaudit

    32

    c. Ketepatan waktu. Indikator kinerja sebaiknya menggunakan data yang

    dapat diperoleh pada waktu yang cukup untuk dapat dievaluasi. Untuk

  • itu perlu dipertimbangkan mengenai pengumpulan data, apakah harus

    dilakukan setiap bulan, triwulan, atau tahunan.

    d. Keamanan data. Indikator kinerja sebaiknya juga mempertimbangkan

    mengenai keamanan informasi yang disajikan untuk menghindari

    informasi ini digunakan oleh pihak-pihak lain yang dapat merugikan

    organisasi.

    e. Biaya Pengumpulan Data. Indikator kinerja perlu mempertimbangkan

    apakah perusahaan mempunyai sumber daya yang cukup untuk

    memperoleh data. Sumber daya dalam hal ini tidak hanya mencakup

    dana, namun juga termasuk sumber daya manusia yang mampu

    mendapatkan, mengolah, dan menyajikan data menjadi informasi.

    Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari pengumpulan data

    kinerja harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

    2. Kerangka Penentuan Indikator Kinerja

    a. Acuan Dasar penetapan indikator kinerja

    Acuan dasar dalam penetapan indikator kinerja adalah kepentingan

    manajemen dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, peran, dan

    misi. Oleh karena itu, acuan dasar dalam penetapan indikator kinerja harus

    mengacu kepada manajemen yang berbasis kinerja, yaitu:

    Rencana stratejik auditee Kebijakan umum dan strategi penting yang mendasar yang telah

    ditetapkan Kebutuhan manajemen yang berbasis kinerja di dalam organisasi

    auditee Kebutuhan penyediaan informasi untuk akuntabilitas manajerial Kebutuhan penyediaan data keuangan

    b. Kerangka Kerja Penyusunan Indikator Kinerja

    33

    Kerangka kerja konseptual dalam penyusunan seperangkat indikator kinerja

    juga merupakan bagian yang integral dalam sistem pengukuran kinerja dan

    proses keseluruhan manajemen yang secara langsung dapat mendukung

    pencapaian tujuan organisasi. Pada prakteknya pengukuran kinerja adalah

    proses manajemen. Kerangka kerja konseptual dalam mengorganisasikan

    sistem pengukuran adalah termasuk penggunaan beberapa hal berikut ini:

  • Ukuran-ukuran penyeimbang Sistem Matrik Penentuan target Benchmarking Penentuan tujuan

    Oleh karena banyaknya pertimbangan penggunaan indikator kinerja untuk

    pengukuran maka ada baiknya dalam penyusunan seperangkat indikator

    kinerja juga meneliti dan mempertimbangkan berbagai faktor dan sudut

    pandang. Jadi, berangkat dari berbagai pengalaman praktik maupun hasil

    studi literatur dapat disusun suatu kerangka kerja penyusunan indikator

    kinerja agar dijadikan petunjuk dalam memilih dan menentukan

    seperangkat indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

    pelaksanaan kegiatan, program, mengukur keberhasilan kerja organisasi

    maupun unit organisasi. Kerangka kerja penyusunan seperangkat indikator

    kinerja merupakan keseluruhan pola tindak mulai dari identifikasi dan

    pengumpulan sejumlah indikator pada daftar awal (list) yang diusulkan

    sampai pada penilaian, seleksi pemilihan, penentuan pemilihan, penetapan

    resmi dan pengorganisasian penerapannya. Kerangka kerja ini merupakan

    inti dari pedoman/petunjuk agar dapat dihasilkan indikator-indikator yang

    baik.

    Gambar 2.2. Skema kerangka kerja penyusunan indikator kinerja

    34

    Identifikasi & Pengumpulan sejumlah indikator kinerja

    Pembuatan Daftar Awal Indikator

    Penilaian & Pemilihan

    Konsultansi

    Penentuan & Penerapannya

    Tugas Pokok & Fungsi

    Renstra

    Kebutuhan Informasi

    untuk pengelolaan keuangan &

    kinerja

    Indikator Kinerja

    yang baik

  • H. Area dan Ketegori Audit Manajemen Audit manajemen dapat digunakan untuk mencakup segala tipe aktivitas

    manajemen. Audit manajemen dapat mencakup semua tipe proyek,

    aktivitas dan program. Audit manajemen dapat berbasis input (terkait

    dengan kos dari sumber daya yang digunakan terkait dengan output);

    berbasis sistem (terkait dengan penentuan staff, struktur organisasi atau

    prosedur dalam sebuah entitas), atau berbasis output (terkait dengan

    efektivitas). Meski demikian, pengujian yang dilakukan pada audit

    manajemen dapat dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:

    35

    (1) Pengujian Selektif Audit ini meliputi pengujian terhadap suatu kesalahan atau kejadian

    luar biasa yang serius, belanja yang tidak sesuai, inefisiensi,

    ketidakefektivan atau kelemahan di dalam pengendalian atau ketidak

    patuhan terhadap hukum dan peraturan. Hal ini secara umum dilakukan

    untuk menilai kondisi kritis entitas telah diketahui; untuk menguji

    sebab-sebab kekurangan atau kelemahan yang ada dan menentukan

    tindakan yang diperlukan dalam rangka penyempurnaannya.

    Contoh: Menemukan sebab mengapa produksi melebihi kos & ekspense

    dan jadualnya atau gagal dalam memenuhi kebutuhan sesuai

    dengan disain dan perencanaan yang telah ditetapkan

    (2) Pengujian berbasis keluasan cakupan

    Audit ini mengkover aktivitas, projek-projek, atau program-program

    entitas secara keseluruhan atau yang bersifat penting. Hal tersebut

    didisain untuk memberikan laporan yang seimbang yang memberikan

    jaminan dalam area yang harus memuaskan dan tidak ada hal yang

    kritis, begitu juga menggambarkan perhatian pada kelemahan material

    dalam pengendalian atau pencapaian dan konsekuensinya.

  • Contoh: Pengujian penerapan dan hasil dari berbagai skema yang

    membentuk program organisasi dalam memasarkan produk

    baru

    (3) Review utama pada operasi manajerial standar

    Pengujian ini mencakup pada prosedur-prosedur, sistem-sistem atau

    praktek yang telah ditetapkan secara umum

    Contoh: pengujian pada prosedur pergudangan, sistem pengendalian

    persediaan dan prosedur pencatatan yang benar dan relevan

    I. Siklus Audit Manajemen Dalam melaksanakan pekerjaan audit diperlukan suatu pendekatan

    terstruktur. Tahapan pada audit manajemen dapat dikelompokkan ke

    dalam tiga fase utama: perencanaan, pengujian, dan pelaporan, yang dapat

    digambarkan pada gambar berikut ini:

    Gambar 2.2 Tahapan-Tahapan Kunci Siklus Audit Manajemen

    Tahapan utama dalam audit manajemen adalah sebagai berikut:

    1.Perencanaan. Tahap ini adalah tahap yang dilalui audior untuk

    menentukan area dan luasan audit manajemen, disain dan metode audit,

    36

    Response and Follow-up

    Perencanaan Stratejik Audit

    Manajemen

    Pertimbangan oleh Manajemen/Direksi

    Perencanaan Pengujian secara

    Individual

    Pelaksanaan Audit

    Manajemen padatiap area

    Konfirmasi Laporan Audit

    kepada Auditee Pembuatan Laporan Audit

    PERE

    NCA

    NA

    AN

    PELAKSANAAN

    PELAPO

    RAN

  • kebutuhan sumber daya, serta gambaran tentang manfaat dan nilai tambah

    audit manajemen.Tahapan yang pertama meliputi perencanaan stratejik

    audit manajemen yang merupakan perencanaan jangka panjang dari audit

    manajemen yang akan dilaksanakan. Tahap yang kedua dari perencanaan

    adalah perencanaan secara individual, yaitu penentuan area-area spesifik

    apa yang akan dilakukan audit terhadapnya. Tahapan perencanaan ini

    dilakukan dengan cara:

    (1) Survey secara umum dan penilaian area studi potensial untuk

    mendapatkan pemahaman yang up to date (mutakhir) dari entitas

    terkait yang menghasilkan perencanaan dan persiapan strategi audit

    manajemen dan keputusan pada area umum yang akan diuji.

    (2) Studi pendahuluan pada area khusus yang menghasilkan

    perencanaan audit manajemen individual berupa term of reference

    untuk audit secara spesifik

    2. Pelaksanaan. Tahapan ini merupakan tahapan tindakan audit

    manajemen yang pada intinya adalah penentuan indikator kinerja,

    penentuan target dan capaian indikator kinerja dan analisisi ekonomisasi,

    efisiensi, dan efektivitas operasi. Tahapan ini meliputi penemuan fakta

    secara ditail, penelitian dan analisis area yang diuji/direview, perumusan

    temuan dan rekomendasi.

    3. Pelaporan. Tahapan ini merupakan tahapan dimana auditor harus

    menghasilkan suatu laporan tertulis yang berisikan perencanaan,

    pelaksanaan, hasil temuan audit, dan rekomendasi audit manajemen.

    Tahapan pelaporan ini meliputi:

    Persiapan laporan yang dihasilkan dari audit Konfirmasi dan Persetujuan temuan dan klarifikasi laporan oleh

    organisasi auditee Pertmbangan direksi Finalisasi dan publikasi laporan

    37

    Tindak lanjut laporan audit

  • J. Standard Audit Manajemen Standard mengindikasikan bahwa kriteria audit seharusnya dibangun utuk

    masing-masing lini penyelidikan di dalam audit manajemen. Auditor perlu

    suatu alat untuk mengukur kinerja dari area yang menjadi subjek audit.

    Kriteria audit seharusnya adalah:

    Relevan: Kriteria yang memberikan kontribusi untuk

    mengobservasi dan mendapatkan kesimpulan terhadap

    tujuan audit

    Reliabel: Kriteria yang menghasilkan kesimpulan yang konsisten

    pada saat digunakan oleh auditor yang berbeda di

    dalam lingkungan yang sama

    Netral: Suatu kriteria dimana terbebas dari bias

    Dapat dipahami: Kriteria yang menyatakan dengan jelas dan bukan

    subjek dari perbedaan interpretasi

    Lengkap: Semua kriteria yang dapat mempengaruhi observasi

    dan konklusi yang diidentifikasi dan digunakan

    Merupakan hal yang penting untuk menetapkan kriteria yang sesuai untuk

    pengukuran kinerja pada saat perecanaan sebuah audit. Kriteria tersebut

    adalah standar yang layak dan dapat dicapai dimana auditee akan dinilai

    diukur kinerjanya. Tanpa kriteria yang sesuai dan dapat diterima, usaha

    akan sia-sia, kesimpulan mungkin sulit didapat dan kejelasan dari auditee

    mungkin tidak dihasilkan.

    Standar menekankan pentingnya independensi dan kompetensi profesional

    staff; pelatihan; kecukupan, reiabilitas, dan kelengkapan bukti untuk

    mendukung kesimpulan; kewajaran dan kelangkapan dalam pelaporan.

    Tujuan audit esensial ini seharusnya diterapkan secara lengkap pada semua

    pekerjaan audit

    38

  • Contoh Standard Audit Manajemen

    Standar Umum

    1. Independensi: Di dalam segala hal yang terkait dengan pekerjaan

    audit, auditor dan kantor seharusnya bebas dari

    personal dan external impairment dan seharunya

    independen secara organisasional

    2. Kompetensi: Staf yang diberi tugas untuk melakukan audit

    seharunya secara kolektif memiliki profisiensi

    profesional yang cukup untuk tugas yang diperlukan.

    3. Due care: Auditor dan kantor harus exercise due care (berhati-

    hati) dalam melakukan audit dan menyiapkan laporan

    yang terkait

    4. Pengendalian Kualitas: Kantor seharunya menempatkan sistem

    pengendalian intern utuk mereview efisiensi da

    efektivitas dari standar dan prosedur internal

    Standar Pekerjaan Lapangan Audit Manajemen

    1. Perecanaan: Semua pekerjaan audit harus direncanakan secara

    cukup

    2. Supervisi: Pekerjaan dari staf audit dari masing-masing tingkat dan

    fase audit harus disupervisi secara sesuai

    3. Kepatuhan terhadap Hukum dan Kebijakan: Auditor harus mendisain

    tahapan-tahapan audit untuk memberikan jaminan yang

    layak dalam mendeteksi tindakan yang mungkin tidak

    patuh terhadap hukum dan kebijakan yang signifikan

    dengan tujuan audit. Pada saat pengendalian adalah

    signifikan untuk tujuan audit, auditor seharusnya

    mendapatkan bukti yang cukup untuk mendukung

    judgement mereka mengenai pengendalian tersebut

    39

    4. Studi dan Evaluasi Pengendalian Manajemen: Auditor seharusnya

    mendapatkan pemahaman pengendalian manajemen yang

    relevan dengan audit. Pada saat pengendalian adaah

  • signifikan dengan tujuan audit, auditor seharusnya

    mendapatkan bukti yang cukup untuk mendukung

    judgement mereka tentang pengendalian tersebut.

    5. Bukti Audit: Bukti yang cukup, reliabel, dan relevan seharusnya

    didapatkan untuk mendukung judgement dan kesimpulan

    auditor

    Standar Pelaporan untuk Audit Manajemen

    Standar pelaporan untuk audit manajemen mengkover kebutuhan untuk

    laporan audit tertulis dan konten dan ketepatan waktunya:

    1. Laporan tertulis: Auditor seharusnya menyiapkan laporan audit

    tertulis yang mengkomunikasikan hasil dari

    masing-masing audit.

    2. Ketepatan Waktu: Laporan Audit harus diterbitkan untuk

    memberikan iformasi tepat waktu

    40

    3. Isi: Masing-masing audit manajemen seharusnya lengakap, akurat,

    obyektif, memenuhi dan jelas dan lengkap

    sesuai dengan aspek yang diaudit.

  • Soal Latihan:

    1. Jelaskan latar belakang diperlukannya audit manajemen! 2. Dari beberapa definisi yang ada, rumuskanlah definisi audit

    manajemen menurut bahasa saudara sendiri!

    3. Sebutkan tujuan dan manfaat dari pelaksanaan audit manajemen bagi perusahaan!

    4. Apa perbedaan antara audit keuangan dengan audit manajemen? 5. Uraikan dan jelaskan mengenai siklus audit secara lengkap!

    Catatan:

    41

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................

    .............................................................................................