Atresia Esophagus
-
Upload
dinnoor-ismansyah -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
description
Transcript of Atresia Esophagus
PENDAHULUAN
Atresia esophagus adalah keadaan congenital yang terjadi pada bayi yang mempunyai
kegagalan dalam pembentukan esophagus pada fase embryo. Pada masa lampau seluruh bayi
yang mendapatkan keadaan ini dapat dipastikan tidak akan bisa bertahan hidup, namun sejak
tahun 1933 Ladd dan Leven berhasil melakukan operasi perbaikan pertama.1
Kondisi ini adalah dimana oesofagus tidak terbentuk secara sempurna/tidak terbentuk
sama sekali/terdapat fistel penghubung ke trakea. Kondisi ini harus bisa segera dideteksi dan
ditangani agar keadaan umum penderita bisa dipertahankan.
50% dari penderita atresia esophagus biasanya terdapat pula kelainan anatomi lainnya
seperti kelainan jantung, hati, limpa dan tulang belakang.2
Masalah pada atresia esofagus adalah ketidakmampuan untuk menelan, makan secara
normal, bahaya aspirasi termasuk karena saliva sendiri dan sekresi dari lambung.1
1 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
ANATOMI DAN HISTOLOGI
Oesophagus
Kerongkongan (oesophagus) merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan
bolus dari mulut menuju ke lambung. Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut
menuju lambung.
Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan
licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke
lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya
gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan.
Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan
otot yang tersusun secara memanjang dan melingkar.
2 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Topografi oesophagus berdasarkan anatominya dibagi atas:
1. Bagian cervical:
Panjang 5-6 cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebra thoracalis
I
Anterior melekat dengan trachea (tracheoesophageal party wall)
Anterolateral tertutup oleh kelenjar thyroid
Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus
Posterior berbatasan dengan hypopharynx
Pada bagian lateral ada carotid sheats beserta isinya
2. Bagian Thoracal:
Panjang 16-18 cm, setinggi Vertebra thoracalis IX-X
Berada di mediastinum superior antara trachea dan collumna vertebralis
Dalam rongga thorax disilang oleh arcus aorta setinggi vertebra thoracalis
IV dan bronchus utama sinistra setinggi Vertebra thoracalis V
Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis
Pada bagian distal antara dinding posterior oesophagus dan ventral corpus
vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena
intercostalis.
3. Bagian abdominal:
Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi vertebra
thoracalis X
Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan cardia
gaster disebut gastroesophageal junction
Penyempitan oesophagus, ada empat yaitu:
3 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
1. Penyempitan cricopharyngeal: disebabkan oleh cricopharynx dan cartilago cricoid
2. Persilangan dengan arcus aorta: berjarak 25 cm dari gigi incicivus setinggi vertebra
thoracalis IV, dapat terlihat dengan pulsasi aorta
3. Persilangan dengan bronchus utama sinistra: terletak pada dinding anterior sinistra
oesophagus
4. Penyempitan diaphragma: terdapat pada bagian distal disebut hiatus oesophagus setinggi
vertebra thoracalis X. Terjepit antara crura diaphragma yang bekerja sebagai sphincter
Gambaran histologis.
Mukosa terdiri dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk
Pada lamina propria terdapat kelenjar mukus yang berlanjur menjadi kelenjar kardia pada
lambung
Terdapat lapisan muscularis mukosa
Pada submukosa terdapat kelenjar oesophagi
Lapisan otot:
o 1/3 proximal otot skelet
o 1/3 media gabungan otot skelet dan otot polos
o 1/3 distal oto polos
Adventisia: terdapat jaringan ikat longgar
]Trakhea
Trakea merupakan organ sistem pernafasan bagian bawah yang terletak di bawah larink,
bentuknya menyerupai pipa yang tersusun memanjang ke bawah dan berbatasan dengan
percabangan bronkus. Pada manusia, panjang trakea mencapai 4 inchi (10-12 cm) dengan ukuran
diameter ±2 cm.Dinding trakea tersusun atas tulang rawan yang menyerupai huruf C (C-shape),
terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan. Bagian belakang dari tulang rawan berbatasan dengan
esofagus yang dihubungkan oleh serabut otot polos trakea
4 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu
mengalami kontraksi dan kembali mengalami relaksasi
ke ukuran semula. Kontraksi otot polos trakea akan
mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada
keadaan ini dibutuhkan tenaga yang cukup besar untuk
mengeluarkan udara dari paru-paru. Tulang rawan
berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan
menjamin keberlangsungan jalannya udara, walaupun
terjadi perubahan tekanan selama pernafasan.Trakea
berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah
melewati saluran pernafasan bagian atas yang
membawa udara bersih, hangat dan lembab (Marieb
dan Hoehn, 2007).
Penampang melintang trakea
Berbagai reseptor banyak terdistribusi pada membran sel otot polos trakea, diantaranya
adalah reseptor β2-adrenergik, asetilkolin muskarinik (Ach-M1, Ach-M2, Ach-M3dan Ach-M4)
dan reseptor histamin (H1). (Semua reseptor ini memiliki peranan penting dalam regulasi sistem
pernafasan dan terlibat pada beberapa keadaan patologi penyakit, seperti pada gangguan saluran
pernafasan yang berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan karena alergi dan asma.
5 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Embriologi
Secara umum telah diterima bahwa primordial respirasi merupakan evaginasi ventral dari
lantai foregut postfaringeal pada awal gestasi minggu ke empat dan apeks paru primitif terletak
pada bagian caudal evaginasi ini. Pada masa pertumbuhan cepat, trakea yang terletak di ventral
berpisah dari esofagus yang terletak di dorsal. Menurut sebuah teori, trakea berpisah akibat
pertumbuhan cepat longitudinal dari primordial respirasi yang menjauh dari foregut. Teori lain
menyatakan bahwa trakea pada awalnya merupakan bagian dari foregut yang belum berpisah
kemudian berpisah karena proses pembentukan apeks paru kearah kranial. Proses ini berhubugan
dengan pola temporospatial dari gen Sonic hedgehog (Shh) dan pembelahan selanjutnya. Proses
pemisahan foregut berlangsung ke arah kranial yang akan menyebabkan perpisahan
trakeoesofageal. Lebih lanjut pemisahan epitel foregut ini ditandai dengan peningkatan
apoptosis. Belum jelas bagaimana ekspresi gen ini menyebabkan apoptosis.3
Kebanyakan penelitian
menyatakan bahwa defek primer diakibatkan tidak membelahnya foregut akibat kegagalan
pertumbuhan trakea ataupun kegagalan trakea untuk berpisah dari esofagus. Menurut kedua teori
ini atresia esofagus proksimal bukan merupakan malformasi primer tetapi sebagai hasil
pengaturan kembali foregut proksimal. Teori kegagalan pemisahan ini menghubungkan
keberadaan celah trakeoesofageal pada aresia esofagus dengan FTE. Teori lain menyatakan
bahwa atresia esofagus proksimal merupakan malformasi sebagai akibat dari persambungan
antara trakea dengan esofagus distal. Teori kegagalan pemisahan menyatakan bahwa FTE
merupakan persambungan foregut dorsal sedangkan teori atresia primer menyatakan bahwa
fistula tumbuh dari trakea menuju esofagus.3
6 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
ETIOLOGI
Esophagus dan trakea terbentuk dari asal embryologi yang sama, seperti yang sudah
dijelaskan diatas bahwa terpisahnya trakea dan esophagus akibat pertumbuhan cepat longitudinal
dari primordial respirasi yang menjauh dari foregut. Teori lain menyatakan bahwa trakea pada
awalnya merupakan bagian dari foregut yang belum berpisah kemudian berpisah karena proses
pembentukan apeks paru kearah cranial yang terjadi pada hari ke 36 masa gestasi. Kegagalan
pada fase tersebut akan menyebabkan atresia esophagus.
Beberapa penelitian mulai dapat menjelaskan mekanisme molecular yang menyebabkan
terjadinya kondisi ini, namun masih belum jelas penyebab pasti dari kondisi ini. Terdapat laporan
yang menghubungkan atresia esofagus dalam keluarga. Terdapat 2% resiko apabila saudara telah
terkena kelainan ini. Kelainan ini juga dihubungkan dengan trisomi 21, 13 dan 18. angka kejadian pada
anak kembar dinyatakan 6 X lebih banyak dibanding bukan kembar.
VARIASI ANATOMI ATRESIA ESOFAGUS
Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross of Boston,
variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut:1
Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (<1%)
Tipe C – atresia esofagus dengan TEF distal (85%)
Tipe D – atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (<1%)
Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%)
7 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
PATOFISIOLOGI
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan efektif. Pada
janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan mengalir menuju trakea, ke
fistula kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini dapat terjadi polihidramnion. Polihidramnion
sendiri dapat menyebabkan kelahiran prematur. Janin seharusnya dapat memanfaatkan cairan
amnion, sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil daripada usia gestasinya.1
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan banyak air liur.
Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau liur. Apabila terdapat TEF distal,
paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea juga dapat mengalir ke bawah fistula
ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini dapat menyebabkan perforasi gaster akut
yang seringkali mematikan. Penelitian mengenai manipulasi manometrik esofagus menunjukkan
esofagus distal seringkali dismotil, dengan peristaltik yang jelek atau anpa peristaltik. Hal ini
akan menimbulkan berbagai derajat disfagia setelah manipulasi yang berkelanjutan menuju
refluks esofagus.1
Trakea juga terpengaruh oleh gangguan embriogenesis pada atresia esofagus. Membran
trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa. Perubahan ini menyebabkan
kelemahan sekunder ada struktur anteroposterior trakea atau trakeomalacia. Kelemahan ini akan
menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi kolaps parsial pada eksirasi penuh. Sekret
sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus ke pnemona berulang. Trakea juga dapat kolaps
secara parsial ketika makan, setelah manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus; yang
daat menjurus ke kegagalan nafas; hipoksia, bakan apnea.
Kelainan kongenital lain dapat ditemukan dalam keadaan EA-TEF, defek-defek ini biasa
disebut dengan VATER or VACTERRL syndrome, yaitu terdiri dari Vertebral (hilangnya tulang
vertebra), Anorectal, Cardiac defect, Trakeofaringeal fistula, Renal anomalies dan Radial Limb
hiperplasia. Sekitar 20% bayi yang lahir dengan EA-TEF mungkin didapatkan mempunyai
kelainan jantung kongenital.
8 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Gambaran Klinis.
Gejala dan tanda yang mungkin timbul pada pasien dengan EA tipe A,B,C,D,E adalah
sebagai berikut :
1. Hipersalivasi
2. Muntah dan batuk sesaat setelah makan
3. Sesak nafas
4. Distensi abdomen
5. Gejala pneumonia bisa muncul oleh karena terjadinya aspirasi terutama
pada tipe fistel
6. Sianosis
7. Biasanya juga disertai dengan kelainan bawaan yang lain, seperti kelainan
jantung, atresia rectum atau anus.
Diagnosis
Atresia esofagus dapat dicurigai keberadaan nya sebelum kelahiran melalui pemeriksaan
USG pada minggu ke 18 kehamilan apabila di dapatkan gelembung perut janin yang sedikit atau
tidak ada. Sensitifitas pemeriksaan ini sebesar 42% akan tetapi bila dikombinasikan dengan
adanya polihidramnion maka nilai prediksi meningkat hingga 56%. Metode lain untuk
meningkatkan diagnosa ini adalah dengan pemeriksaan USG dan MRI pada leher janin untuk
melihat buntunya kantung atas esofagus.3,5
Pada bayi baru lahir dengan ibu polihidramnion semestinya diperiksa dengan nasogastric
tube sesegera mungkin untuk menyingkirkan ada nya AE. Bayi dengan AE tidak mampu
menelan ludah dan air ludah nya akan terus keluar sehingga membutuhkan suction. Pada tahap
ini sebelum pemberian makan pertama, kateter stiff wide-bored (10 – 12) dimasukan melalui
mulut menuju esofagus. Pada pasien dengan AE kateter tidak dapat masuk lebih dari 10 cm. Foto
polos dada dan abdomen akan memperlihatkan ujung kateter terhenti di mediastinum posterior
(T2 – T4), juga keberadaan udara pada traktus gastrointestinal menandakan keberadaan FTE
distal. Perlu di pehatikan bahwa kateter harus bersifat kaku. Untuk mencegah kesalahan
penilaian.3,5
9 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Foto rongent thorax perlu dilakukan untuk mengevaluasi dilatasi dari kantung atas
esofagus, jika OGT terpasang maka akan terlihat gambaran selang melengkung pada kantung
atas esofagus. Dapat pula ditemukan gambaran gaster dan usus terisi oleh udara. Pemeriksaan
barium esophagogram dapat dilakukan untuk menentukan tipe kelainan.
3.2 Anomali Penyerta
Lebih dari 50% bayi dengan atresia esofagus memiliki 1 atau lebih kelainan tambahan.
Sistem yang terlibat adalah :3
Kardiovaskuler (29%)
Anorektal (14%)
Genitourinari (14%)
Gastrointestinal (13%)
Vertrebral/skeletal (10%)
Respirasi (6%)
Genetik (4%)
10 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Penatalaksanaan
Pada anak yang telah dicurigai menderita atresia esophagus, bayi tersebut harus segera
segera dipindahkan ke bagian neonatal atau pediatrik yang memiliki fasilitas medis. Tindakan
bedah harus segera dijadwalkan sesegera mungkin.4
Sebagai penatalaksanaan preoperasi, perlu diberi tindakan pada bayi dengan AE. Posisi
tidur anak tergantung kepada ada tidaknya fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih
berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula trakeo-esofagus ditidurkan setengah duduk. Anak
tanpa fistel diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi Trendelenberg). Suction 10F double
lumen di gunakan untuk mengeluarkan sekret dan mencegah aspirasi selama pemindahan. Bayi
diletakan pada incubator dan tanda vital terus di pantau. Akses vena harus tersedia untuk
memberi nutrisi, cairan dan elektrolit, dan sebagai persiapan. Antibiotik spektrum luas dapat
diberikan sebagai profilaksis.3
Bayi dengan distress pernafasan memerlukan perhatian khusus, seperti intubasi
endotrakeal dan ventilasi mekanik. Tekanan intra abdomen yang meningkat akibat udara juga
perlu di pantau. Seluruh bayi dengan AE haus dilakukan echocardiogram untuk mencari kelainan
jantung.3
Tidak dilakukan tindakan merupakan pilihan pada bayi dengan sindroma Potter (agenesis
renal bilateral) dan trisomi 18 karena angka kematian tahun pertama pada bayi ini lebih dari
90%. Bayi dengan kelainan jantung yang tidak bisa dikoreksi atau perdarahan intra ventrikel
grade 4 juga sebaiknya tidak di operasi.3
Anak dipersiapkan untuk operasi sesegera mungkin. Pembedahan dapat dilakukan dalam
satu tahap atau dua tahap tergantung pada tipe atresia dan penyulit yang ada. Biasanya dilakukan
dengan membuat stoma pada esophagus proksimal dari gastrostomi. Penutupan fistel,
anastomosis esophagus, atau interposisi kolon dilakukan kemudian hari setelah janin berusia satu
tahun.4
11 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Resiko Pembedahan dan Komplikasi
Resiko yang ditimbulkan pasca pembedahan adalah akibat dari pembedahan itu sendiri,
akibat obat anestesi yang digunakan, perdarahan, cedera saraf dan pneumotoraks.6
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan, meliputi:
Dismotilitas esophagus, yang terjadi akibat kelemahan otot-otot dinding esophagus. Pada
keadaan ini membutuhkan tindakan khusus saat bayi akan makan atau minum.
Hampir 50% dari pasien akan mengalami gastroesophageal refluks disease (GERD) pada
masa kanak-kanak atau dewasa. GERD merupakan suatu keadaan dimana terjadinya
aliran balik isi lambung ke dalam esophagus. Keadaan ini memerluka pengobatan khusus.
Trakeoesofageal fistula yang berulang.
Kesulitan menelan (disfagia) yang dapat disebabkan oleh tersangkutnya makanan pada
bekas pembedahan.
Kesulitan bernafas dan batuk. Hal ini berhubungan dengan lambatnya pengosongan
makanan di esophagus oleh karena tersangkutnya makanan oleh bekas pembedahan atau
aspirasi makanan ke dalam trakea.6
Prognosis
Prognosis menjadi lebih buruk bila diagnosis terlambat akibat penyulit pada paru.
Keberhasilan pembedahan tergantung pada beberapa faktor resiko, antara lain berat badan lahir
bayi, ada atau tidaknya komplikasi pneumonia dan kelainan congenital lainnya yang menyertai.
Prognosis jangka panjang tergantung pada ada tidaknya kelainan bawaan lain yang mungkin
multiple.4
12 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
ANALISA KASUS
Identitas
Nama : By. Ny. SJ
Lahir tanggal : 25 september 2013
Umur : 15 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. H Kacang, pondok labu.
Nama orangtua : Tn. Sulistyono
Pekerjaan : Buruh pabrik
Pendidikan : SMP
Agama : islam
Anamnesis
Dilakukan anamnesis dengan cara alloanamnesis pada tanggal 10 Oktober 2013
Keluhan Utama :
Perut membuncit setelah lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dikonsultasikan ke ilmu bedah anak pada tanggal 1 oktober 2013 dengan keluhan perut
membuncit beberapa hari setelah lahir, pasien sempat muntah dengan cairan jernih, air liur
pasien ditemukan berbuih. Pasien sesak, tidak ditemukan adanya demam. Pasien bergerak aktif.
Riwayat Persalinan :
Pasien lahir Sectio Cesaria dengan letak lintang (G3 P2 A0), cukup bulan, Berat lahir : 3100,
Panjang lahir : 52cm, Apgar score : 9/10, bergerak aktif, Ketuban jernih, mekonium +
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit serupa.
13 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey :
A : Jalan nafas Bebas, tidak ada obstruksi
B : Nafas Spontan, Vesikuler, RR : 60x/menit, retraksi otot nafas : Epigastrium (+),
interkostalis (+), Rhonki ( - / - ), Wheezing ( - / - )
C : Nadi teraba adekuat, CRT <3”, akral hangat, HR : 140 x/menit
D : PCS 15
Secondary Survey :
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : compos mentis
Kesan Gizi : cukup (BL : 3100gr , PL : 52cm)
Status Generalis :
Kepala : Normosefali, simetris, tidak ditemukan anomali, UUB belum menutup.
Mata : tidak cekung, Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-).
THT : Dbn
Thorax : gerak simetris, retraksi interkostalis +/+
Jantung : S1S2 Reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru: Suara Nafas Vesikuler, Stridor inspiratoar (-), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
14 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
Abdomen :
Inspeksi : Buncit, venektasi (-), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen.
Palpasi : supel, Turgor baik, bising usus +, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas : gerak aktif di keempat ekstremitas, akral hangat di keempat ekstremitas.
Anus : ada, BAB (+)
Status Lokalis :
Mulut & kerongkongan : Hipersalivasi, tampak berbuih, OGT tidak dapat terpasang,
melingkar keluar, produksi (-)
15 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hb : 14,3
Ht : 45
Leukosit : 9800
Trombosit : 240.000
SGOT/SGPT : 30/20
Ureum/Creatinin : 34,09
Natrium : 136
Kalium : 4,2
Cl : 97
GDS : 113
Foto Rongent Thorax AP
NGT melengkung ke superior setinggi Th1
Kesan : Jantung dan Pulmo Normal
Susp Atresia Oesophagus dengan Fistel.
RESUME
Pasien lahir dengan berat lahir dan panjang lahir yang normal, aterm dengan apgar score
yang baik (9/10). Dikonsultasikan dengan keluhan perut membuncit. Ditemukan tanda khas pada
pasien yaitu OGT yang dipasang melingkar keluar. Pasien mengalami sesak dikhawatirkan
disebabkan oleh infeksi paru disebabkan aspirasi. Riwayat persalinan SC letak lintang, dengan
riwayat imunisasi dan gizi yang cukup.
Pemeriksaan Fisik didapatkan :
Kes : CM, KU : Tampak Sakit Berat.
Ada gambaran nafas tambahan dengan adanya retraksi otot-otot nafas
Mulut & kerongkongan : Hipersalivasi, tampak berbuih, OGT tidak dapat terpasang, melingkar
keluar.
16 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
DIAGNOSIS KERJA
”Atresia oesophagus dengan suspek fistel trachea setinggi Th 1”
PENATALAKSANAAN
Pasang OGT no. 5
Suction berkala
Posisikan tidur 30 derajat
Diet dipuasakan
Pro Gastrostomi
PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
17 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s
DAFTAR PUSTAKA
1. Blair G. Esophageal Atresia With Or Without Trakheoesophageal Fistula.
http://www.emedicine.com [diakses 18 November 2013]
2. Kronemer K. Esophageal Atresia/Tracheoesophageal Fistula. http://www.emedicine.com
[diakses 18 November 2013]
3. Spitz L. Esophageal Atresia And Tracheoesophageal Malformation in Pediatric Surgery. USA,
Elsevier Saunders. 2005; 352-370
4. Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Fistel dan Atresia. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi ke-2. Jakarta, EGC.
Penerbit Buku Kedokteran, 2004; 502-3.
5. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Atresia Esofagus. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika
Jakarta, 1998; 199-201.
6. Esophageal Atresia. http://www.encyclopediasurgery.com [diakses 18 November 2013].
18 | P r e s e n t a s i k a s u s A t r e s i a E s o f a g u s