Atresia Biliaris
-
Upload
bedahanakugm -
Category
Documents
-
view
548 -
download
3
description
Transcript of Atresia Biliaris
-
1
MODUL ATRESIA BILIARIS Kode Modul : MBA 021
A. Definisi
Atresia biliaris adalah kelainan yang terjadi akibat obliterasi fibrotik sebagian atau seluruh lumen duk-tus biliaris yang disebabkan oleh infeksi virus pada periode paska natal. Obliterasi saluran bilier dapat terjadi ekstrahepatik maupun intrahepatik sehingga mengganggu drainase cairan empedu. Insidensi ke-lainan ini adalah 1 : 10.000 16.700 kelahiran.
B. Waktu
1. Tingkat pengayaan mulai semester 1 sampai 3 2. Kegiatan magang diprogram dari semester 4 sampai 6 3. Kegiatan mandiri dimulai dari awal semester 7 sampai akhir masa pendidikan
Jenis Penya-
kit
ICD 10
Tahap I
Tahap II
Jumlah kasus
minimum PBD (3bl)
Sem 1
Sem 2
Sem 3
Sem 4
Sem 5
Sem 6
Sem 7
Sem 8
Sem 9 G
M
Atresia Bilier
Q
44.2
K6
K6
K6
K6
P2.A3
P2.A3
P2.A3
P2.A3
P2.A3
P5.A5
2
1
Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna. Warna merah adalah tingkat pengayaan dan pen-gusaan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor, attitude (P2,A3); sedangkan warna hijau adalah tingat mandiri dan penguasaan psikomotor dan attitude (P5,A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, fisiologi, patologi dan patogenesis dari atresia biliaris ; dapat menegakkan diagnosis, melakukan per-siapan pra operasi, melakukan tindakan hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai) perawatan serta penanganan komplikasi pasca operasi.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan embriologi dan anatomi sistem hepatobiliar. 2. Mampu menjelaskan fisiologi, pathologi, patogenesis, etiologi, klasifikasi, dan gambaran klinis
pada atresia biliaris. 3. Mampu menjelaskan indikasi operasi pada atresia biliaris baik dengan komplikasi maupun tanpa
komplikasi. 4. Mampu menjelaskan, melakukan operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai) dan
mengatasi komplikasinya 5. Mampu melakukan perawatan pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai). 6. Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur
Kasai) baik komplikasi dini maupun lanjut.
-
2
D. Strategi dan Metoda Pembelajaran
1. Pengajaran dan kuliah pengantar 50 menit 2. Tinjauan Pustaka
Presentasi teori dasar Presentasi kasus atresia biliaris
1 kali, telaah kepustakaan 1 kali
3. Diskusi Kelompok 2 x 50 menit, diskusi kasus menyangkut diagnosa, operasi, komplikasi operasi, dsb.
4. Bed side teaching 2 x ronde 5. Bimbingan Operasi
Operasi magang Operasi mandiri
minimal 2 kasus, minimal 2 kasus
E. Kompetensi
Jenis Kompetensi Tingkat Kompetensi a Mampu menjelaskan embriologi dan anatomi sistem hepatobiliar. K6 b Mampu menjelaskan fisiologi, pathologi, patogenesis, etiologi, klasifikasi, dan
gambaran klinis pada atresia biliaris. K6
c Mampu menjelaskan indikasi operasi pada atresia biliaris baik dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi. K6 P2 A3
d Mampu menjelaskan, melakukan operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai) dan mengatasi komplikasinya K6 P5 A5
e Mampu melakukan perawatan pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai). K6 P5 A5
f Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai) baik komplikasi dini maupun lanjut. K6 P5 A5
F. Persiapan Sesi
(1) Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup : a. Embriologi dan anatomi sistem hepatobiliar. b. Fisiologi, pathologi, patogenesis, etiologi, klasifikasi, dan gambaran klinis pada atresia biliaris. c. Indikasi dan tehnik operasi pada atresia biliaris baik dengan komplikasi maupun tanpa
komplikasi. d. Perawatan pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai). e. Mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai)
baik komplikasi dini maupun lanjut. (2) Presentasi tehnik operasi (3) Peralatan penunjang untuk materi (Audio-visual)
G. Referensi
1. Altman RP, Butchmiler TR. The Jaundiced Infant : Atresia Biliary. Dalam Grosfeld JL, ONeill JA, Fonkalsrud EW, Coran AG Pediatric Surgery. 6th ed. Mosby Elsevier. 2006. pg 1603-1617
2. Nakayama DK. Biliary atresia and liver transplantation. Dalam ONeill JA, Grosfeld JL, Fonkalsrud EW, Coran AG, Caldamore AA. Principles of Pediatric Surgery. 2nd ed. Mosby. 2003 pg 437-450
-
3. Miyano T. Biliary tract disorders and portal hypertension. Dalam Ashcraft, Holcomb KW, Murphy GW, Patrick J. Pediatric Sugery. 4th ed. Elsevier Saunders. 2005. pg 586-608
4. Dillon PW, Tracy Jr. TF. Biliary Atresia. Dalam Oldham KT, Colombani PM, Foglia RP, Skinner MA. Principles and Practice of Pediatric Surgery, 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins 2005. pg 1475-1493
5. Ohi R, Nio M. Biliary Atresia. Dalam P. Puri, M. Holwarth. Pediatric Surgery. 2006. pg 457-370 6. Ziegler MM, Azizkhan RG, Weber TR. Biliary atresia and choledochal cyst. Dalam Operative Pedia-
tric Surgery. McGraw-Hill. 2003. p. 775-788
H. Gambaran Umum
Saat ini atresia bilier dianggap sebagai sebagai respon fenotipik umum duktus biliaris dan hati ter-hadap berbagai keadaan prenatal dan perinatal yang berakibat terganggunya pertumbuhan dan maturasi biliary tree yang terjadi pada masa tertentu (prenatal sampai usia 3 bulan). Secara umum faktor yang mengganggu pertumbuhan duktus bilier adalah infeksi virus, faktor genetik, kelainan autoimun, defek vaskuler dan defek morfogenesis . Dari berbagai penelitian mengenai kemungkinan virus penyebab atre-sia bilier hanya reovirus dan rotavirus saja yang dianggap dapat menyebabkan terjadinya atresia bilier. Klasifikasi Atresia biliaris :
French classifi-
cation Frequency Description Upper level of
obstruction of the extrahepatic bile
ducts
US/UK/Japan classification
Type 1 (~3%) Atresia limited to common bile duct
Common bile duct Type 1
Type 2 (~6%) Cyst in the liver hilum communicating with dystrophic intrahepatic bile ducts
Hepatic duct Type 2
Type 3 (19%) Gallbladder, cystic duct and common bile duct patent
Porta hepatis Type 2
Type 4 (72%) Complete extrahepatic biliary atresia
Porta hepatis Type 3
-
Dikenal 2 bentuk atresia bilier, tipe embrional/fetal dan tipe perinatal/acquired. Tipe embrional di-
jumpai pada 20% dari seluruh kasus atresia bilier, sering muncul bersama anomali kongenital lain seperti polisplenia, vena porta preduodenum, situs inversus dan juga malrotasi usus. Ikterus dan feses akolik su-dah timbul pada 3 minggu pertama kehidupan,dan intraoperatif sering tidak dijumpai bile duct remnants . Sedangkan pada tipe perinatal yang dijumpai pada 80% dari seluruh kasus atresia bilier, ikterus dan feses akolik baru muncul pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 kehidupan. Umumnya intra operatif dijumpai bile duct remnant. Atresia biliaris secara perlahan lahan hepar akan mengalami cirrhosis yang kemu-dian dapat terjadi splenomegaly. Malabsorpsi lemak dan vitamin yang erikat lemak dapat menyebabkan anemia, malnutrisi, dan gangguan perkembangan dan pertumbuhan.
Pemeriksaan penunjang rutin untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran darah tepi, feses rutin, aspirasi cairan duodenum, USG hepatobilier (gambaran triangular cord sign), skintigrafi hepatobilier, MRCP / ERCP, dan biopsi hati perkutan
Hepatic portoenterostomy (prosedur Kasai) merupakan terapi standar pada atresia biliaris. Beberapa hari sebelum operasi, penderita di injeksi vitamin K intramuscular 1-2 mg/kgBB. Salah satu faktor yang menentukan angka harapan hidup 10 tahun adalah usia saat penderita dioperasi. Dibagi 4 kelompok yaitu kelompok usia yang dioperasi < 60 hari (68%), kelompok usia 61-69 hari (39%), kelompok usia 71-90 hari (33%), dan kelompok usia > 91 hari (15%).
I. Contoh Kasus
Seorang bayi berusia 1 bulan datang dengan keluhan badan kuning yang menetap sejak 2 minggu SMRS. Keluhan disertai dengan BAB dempul dan BAK berwarna seperti teh pekat. Dari pemeriksaan fi-sik abdomen didapatkan hepatomegaly. Pertanyaan :
1. Apa kemungkinan diagnosis saudara? 2. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita ini?
J. Rangkuman
Saat ini atresia bilier dianggap sebagai sebagai respon fenotipik umum duktus biliaris dan hati ter-hadap berbagai keadaan prenatal dan perinatal yang berakibat terganggunya pertumbuhan dan maturasi biliary tree yang terjadi pada masa tertentu (prenatal sampai usia 3 bulan). Secara umum faktor yang mengganggu pertumbuhan duktus bilier adalah infeksi virus, faktor genetik, kelainan autoimun, defek vaskuler dan defek morfogenesis . Dari berbagai penelitian mengenai kemungkinan virus penyebab atre-sia bilier hanya reovirus dan rotavirus saja yang dianggap dapat menyebabkan terjadinya atresia bilier. Klasifikasi Atresia biliaris :
-
5
French classifi-cation
Frequency Description Upper level of obstruction of the extrahepatic bile
ducts
US/UK/Japan classification
Type 1 (~3%) Atresia limited to common bile duct
Common bile duct Type 1
Type 2 (~6%) Cyst in the liver hilum communicating with dystrophic intrahepatic bile ducts
Hepatic duct Type 2
Type 3 (19%) Gallbladder, cystic duct and common bile duct patent
Porta hepatis Type 2
Type 4 (72%) Complete extrahepatic biliary atresia
Porta hepatis Type 3
Dikenal 2 bentuk atresia bilier, tipe embrional/fetal dan tipe perinatal/acquired. Tipe embrional di-jumpai pada 20% dari seluruh kasus atresia bilier, sering muncul bersama anomali kongenital lain seperti polisplenia, vena porta preduodenum, situs inversus dan juga malrotasi usus. Ikterus dan feses akolik su-dah timbul pada 3 minggu pertama kehidupan,dan intraoperatif sering tidak dijumpai bile duct remnants . Sedangkan pada tipe perinatal yang dijumpai pada 80% dari seluruh kasus atresia bilier, ikterus dan feses akolik baru muncul pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 kehidupan. Umumnya intra operatif dijumpai bile duct remnant. Atresia biliaris secara perlahan lahan hepar akan mengalami cirrhosis yang kemu-dian dapat terjadi splenomegaly. Malabsorpsi lemak dan vitamin yang erikat lemak dapat menyebabkan anemia, malnutrisi, dan gangguan perkembangan dan pertumbuhan.
Pemeriksaan penunjang rutin untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran darah tepi, feses rutin, aspirasi cairan duodenum, USG hepatobilier (gambaran triangular cord sign), skintigrafi hepatobilier, MRCP / ERCP, dan biopsi hati perkutan
Hepatic portoenterostomy (prosedur Kasai) merupakan terapi standar pada atresia biliaris. Beberapa hari sebelum operasi, penderita di injeksi vitamin K intramuscular 1-2 mg/kgBB. Salah satu faktor yang menentukan angka harapan hidup 10 tahun adalah usia saat penderita dioperasi. Dibagi 4 kelompok yaitu kelompok usia yang dioperasi < 60 hari (68%), kelompok usia 61-69 hari (39%), kelompok usia 71-90 hari (33%), dan kelompok usia > 91 hari (15%).
K. Evaluasi
Tujuan Pembelajaran Metode Penilaian Mampu menjelaskan embriologi dan anatomi sistem hepatobiliar.
Ujian lisan dan tulis
Mampu menjelaskan fisiologi, pathologi, patogenesis, etiologi, klasifikasi, dan gambaran klinis pada atresia biliaris.
Ujian lisan dan tulis
Mampu menjelaskan indikasi operasi pada atresia biliaris baik dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi.
Ujian lisan dan tulis
Mampu menjelaskan, melakukan operasi hepat-ic portoenterostomy (Prosedur Kasai) dan mengatasi komplikasinya
Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log
Mampu melakukan perawatan pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai).
Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log
Mampu mengenal dan menangani komplikasi pasca operasi hepatic portoenterostomy (Prosedur Kasai) baik komplikasi dini maupun lanjut.
Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log
-
6
L. Instrumen Penilaian
a. Ujian Pretest Ujian ini dilaksanakan pada awal stase dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau prosedur yang diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku penatalaksanaan operasi.
b. Ujian Post test Ujian ini dilakukan pada akhir stase sebelum peserta didik pindah ke sub bagian lain. Materi ujian merupakan pengembangan dari ujian pretest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hasilnya dibandingkan dengan hasil pretest untuk melihat kemampuan daya tangkap peserta didik terhadap materi modul yang diajarkan dalam waktu 3 bulan ini. Setelah ujian post test, dilakukan diskusi antara pengajar dan peserta didik, untuk membahas hasil ujian dan berdiskusi lebih lanjut tentang kekurangan dari peserta didik dari hasil ujian tulis.
c. Buku Log Buku log merupakan buku yang mencatat semua aktivitas dari peserta didik, untuk menilai secara objektif kompetensi yang didapat dari peserta didik. Buku log berisi daftar kasus yang diamati, sebagai asisten ataupun yang dilakukan secara mandiri yang telah ditandatangai oleh pembimbing. Masalah yang dijumpai pada kasus yang ada juga dicatat dalam buku log. Selain itu buku log juga berisi kegiatan ilmiah yang dilakukan selama pendidikan.
M. Materi Baku
1. Menegakkan diagnosis
a. Anamnesis didapatkan feses akholis dan ikterik. b. Pemeriksaan fisik didaptkan adanya hepatomegaly c. Pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran darah tepi, feses ru-
tin, aspirasi cairan duodenum, USG hepatobilier (gambaran triangular cord sign), skintigrafi hepatobilier, MRCP / ERCP, dan biopsi hati perkutan
2. Pengelolaan Penderita :
a. Persiapan operasi 1. Injeksi vitamin K intramuscular 1-2 mg/kgBB beberapa hari sebelum operasi 2. Inform Consent 3. Puasa dilakukan 4 jam sebelum pembedahaan 4. Pasang infus, beri cairan standard N4dengan tetesan sesuai kebutuhan. 5. Antibiotik prabedah diberikan secara rutin.
b. Tehnik Operasi
Hepatic Portoenterostomy (Prosedur Kasai) Pasien dalam narkose umum dan dilakukan intubasi endotrakeal. Posisi pasien supine dan dila-kukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung. Insisi subcostal dextra dibuat hingga batas medial dari otot rektus kiri, irisan diperdalam higga menembus eritoneum. Identifikasi system bi-liaris. Lakukan pengambilan jaringan hepar untuk biopsy. Masukkan cateter ke dalam gall blad-der yang mengalami fibrotic dan lakukan IOC. Lakukan diseksi gall bladder, duktus cysticus yang melekat ke hepar dan jaringan sekitarnya, diseksi menuju duktus hepatikus comunis. Laku-kan diseksi common bile duct (CBD) yang mengalami fibrotic yang melekat ke jaringan sekitar-nya, CBD kemudian di klem dan dipisahkan dari duodenum pars II. Pembuluh darah yang berada di posterior fibrous remnant (atresia biliaris)diidentifikasi dan dipreservasi. Fibrous remnant ke-
-
7
mudian di potong pada batas posterior dari vena porta. Jangan melakukan cauter bila terjadi per-darahan di porta hepatis, karena dapat menyebabkan obliterasi duktus di porta hepatis, yang da-pat dilakukan adalah dengan mengirigasi porta hepatis dengan normal saline selama 10 menit. Lakukan rekonstruksi system biliaris dengan Roux-en-Y dengan jejunum, kaki jejunum yang di-anastomosis end to end ke porta hepatis sepanjang 50 cm.
3. Pasca bedah
Nasogastric Tube NGT) tetap dipertahankan hingga fungsi gastrointestinal kembali normal, biasanya 48 jam pasca operasi. Antibioik intravena diberikan hingga penderita dapat menerima makanan secara normal. Steroid (prednisone) diberikan 2mg/kgBB/ hari sehari 2 kali selama 1 minggu. Komplikasi awal (3 bulan pasca operasi) yang ditemukan umumnya adalah ascending cholangitis, yang dapat disebabkan karena infeksi vena porta, rusaknya drainase limfe pada porta hepatis, ataupun karena infeksi langsung fistulasi bilier. Cholangitis juga disebabkan oleh hal apapun yang membuat aliran empedu tehambat , sehingga asam ursodeoksikolat sering digunakan untuk mencegah terja-dinya cholangitis. Sedangkan pemakaian antibiotika dan kortikosteroid untuk pencegahan cholangitis masih belum terdapat keseragaman . Komplikasi lanjut yang dapat terjadi adalah hipertensi portal, perdarahan varises esofagus, hipersple-nisme asites dan gagal hati. Pada akhirnya pasien dengan komplikasi lanjut ini memerlukan transplan-tasi hati.
-
8
N. Algoritme
atau Tidak Ya Ya Tidak
Hiperbilirubinemia
Anatomi normal
Bilirubin direk
Anatomi abnormal
Evaluasi etiologi nonsurgical (Infeksi, metabolic, toksik) USG Hepatobilier
Absent duct/ gall bladder Evaluasi struktur
abnormal (choledochal cyst, choledoco-lithiasis)
Ekskresi (-) Ekskresi (+)
HIDA scan
Percutaneus liver biopsi
Atresia Biliaris
Kasai prosedur
Laparotomi Eksplorasi
Atresia Biliaris
Operasi selesai
-
9
O. PENUNTUN BELAJAR DAN DAFTAR TILIK
PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI PORTOENTEROSTOMY
KEGIATAN KASUS
I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan a. Memahami keluhan dan gejala pasien b. Memahami pemeriksaan fisik atresia biliaris
II. Melakukan tindakan Portoenterostomy a. Pasien dalam narkose umum dan dilakukan intubasi endotrakeal. b. Posisi pasien supine dan dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi
lambung. c. Insisi subcostal dextra dibuat hingga batas medial dari otot rektus kiri,
irisan diperdalam higga menembus peritoneum. d. Identifikasi system biliaris. Lakukan pengambilan jaringan hepar untuk
biopsy. Masukkan cateter ke dalam gall bladder yang mengalami fibrotic dan lakukan IOC.
e. Lakukan diseksi gall bladder, duktus cysticus yang melekat ke hepar dan jaringan sekitarnya, diseksi menuju duktus hepatikus comunis.
f. Lakukan diseksi common bile duct (CBD) yang mengalami fibrotic yang melekat ke jaringan sekitarnya, CBD kemudian di klem dan dipisahkan dari duodenum pars II.
g. Pembuluh darah yang berada di posterior fibrous remnant (atresia bilia-ris)diidentifikasi dan dipreservasi.
h. Fibrous remnant kemudian di potong pada batas posterior dari vena por-ta. Jangan melakukan cauter bila terjadi perdarahan di porta hepatis, ka-rena dapat menyebabkan obliterasi duktus di porta hepatis, yang dapat di-lakukan adalah dengan mengirigasi porta hepatis dengan normal saline selama 10 menit.
i. Lakukan rekonstruksi system biliaris dengan Roux-en-Y dengan jeju-num, kaki jejunum yang dianastomosis end to end ke porta hepatis se-panjang 50 cm.
j. Luka operasi ditutup
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
-
10
III. Penyelesaian a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya b. Membuat laporan operasi
-
11
DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA PROSEDUR OPERASI HERNIORRHAPHY
(diisi oleh pengajar)
PESERTA : TANGGAL :
KEGIATAN NILAI
I. PENDAHULUAN 1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
2. Menetapkan indikasi operasi
3. Memahami data data preoperasi seperti klinis dan pemeriksaan fisik
II. TEHNIK TINDAKAN HERNIORRHAPHY 4. Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik
5. Melakukan insisi di daerah daerah sucostal kanan
6. Melakukan diseksi atresia biliaris
7. Melakukan preservasi pembuluh darah
8. Melakukan rekonstruksi Roux-en-Y
9. Melakukan penutupan luka operasi
III. PENYELESAIAN
10. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya
11. Membuat laporan operasi
Komentar/Ringkasan: Rekomendasi: Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________
Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar : Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih
-
12
P. Kata Kunci
Atresia biliaris Portoenterostomy (Kasai prosedur)