Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2,500 gram yang ditimbang pada saat lahir. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk. 1,2 Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, mendata berat badan bayi baru lahir dalam 12 bulan terakhir. Dari penimbangan berat bayi waktu lahir, 11.5% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram atau BBLR. Tiga provinsi dengan persentase BBLR tertinggi adalah Papua sebesar 27%, Papua Barat sebesar 23.8% dan NTT sebesar 20.3%. tiga provinsi dengan BBLR terendah adalah Bali sebesar 5.8%, Sulawesi Barat sebesar 7.2% dan Jambi sebesar 7.5%. jika dilihat dari jenis kelamin, persentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10%. Pada Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), terutama kelahiran dengan usia kehamilan muda, 1

Transcript of Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

Page 1: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2,500 gram yang ditimbang pada saat lahir. BBLR merupakan salah satu faktor

utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Di negara

berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk.1,2

Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi

BBLR dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SKDI). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, mendata

berat badan bayi baru lahir dalam 12 bulan terakhir. Dari penimbangan berat bayi

waktu lahir, 11.5% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram atau BBLR.

Tiga provinsi dengan persentase BBLR tertinggi adalah Papua sebesar 27%,

Papua Barat sebesar 23.8% dan NTT sebesar 20.3%. tiga provinsi dengan BBLR

terendah adalah Bali sebesar 5.8%, Sulawesi Barat sebesar 7.2% dan Jambi

sebesar 7.5%. jika dilihat dari jenis kelamin, persentase BBLR lebih tinggi pada

bayi perempuan dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10%. Pada

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), terutama kelahiran dengan usia

kehamilan muda, insidensi hiperglikemia cukup tinggi (20% hingga 86%).1,3

Hiperglikemia adalah peningkatan glukosa darah >150mg/dL. Glukosa

adalah sumber energi utama pada fetus, dan didapat melalui difusi terfasilitasi

melewati plasenta. Glukosa disimpan sebagai glikogen yang hanya diproduksi

pada trimester ketiga. Pada BBLR, memiliki simpanan glikogen yang terbatas.

Hiperglikemia neonatus dapat disebabkan oleh peningkatan produksi glukosa,

uptake oleh GLUT (glucose transporter) yang rendah, dan infus glukosa eksogen.4

BBLR dapat menimbulkan kelainan pada insulin seperti adanya defek pada

sel beta yang tidak mampu mengubah pro-insulin menjadi insulin, maupun

penurunan kemampuan tubuh untuk memproduksi insulin sehingga mengganggu

proses katabolisme dan anabolisme yang berpengaruh pada sistem metabolisme

tubuh sehingga menimbulkan hiperglikemia. BBLR yang disebabkan oleh bayi

prematur juga dapat menyebabkan hiperglikemia akibat maturitas pankreas yang

1

Page 2: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

terganggu. Hiperglikemia jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kelainan

sistem imun dan gangguan metabolisme lemak, sehingga diperlukan pemberian

terapi insulin secara dini.3,5,6

2

Page 3: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Berat Bayi Lahir

Berat bayi lahir merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan untuk

menentukan usia gestasi. Berat bayi lahir dapat digolongkan menjadi berat normal

dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Berat normal berada dalam rentang 2.500

gram hingga 4.000 gram, sedangkan BBLR adalah berat bayi yang kurang dari

2.500 gram (termasuk berat bayi sampai 2.499 gram). BBLR dapat digolongkan

lagi menjadi bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat bayi 1.000

gram hingga 1.500 gram (termasuk berat bayi sampai 1.499 gram) dan bayi berat

lahir sangat amat rendah (BBLSAR) yaitu kurang dari 1.000 gram (termasuk berat

bayi sampai 999 gram).7

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa mempedulikan usia gestasi. BBLR dapat dikarenakan oleh

prematuritas, atau intra uterine growth restriction (IUGR). Tetapi tidak selalu

bayi dengan berat lahir rendah prematur atau menderita IUGR. Prematuritas

didefinisikan sebagai kelahiran yang biasanya terjadi setelah 20 minggu lengkap

dan sebelum 37 minggu lengkap. Dapat juga didefinisikan sebagai bayi dengan

berat lahir 500-2499 gram. Kriteria lain berupa panjang kepala ke tumit kurang

dari 47 cm, dan diameter oksipitofrontalis kurang dari 11.5 cm.2,8

IUGR adalah istilah untuk fetus yang tidak berkembang sesuai ekspektasi di

dalam rahim. Namun tidak semua IUGR berada di bawah persentil kesepuluh dan

dikategorikan sebagai small gestational age (SGA). IUGR dapat dibagi menjadi

dua, yaitu IUGR simetris dan asimetris. IUGR simetris adalah ketika lingkar

kepala, panjang badan, dan berat badan secara proporsional berkurang untuk usia

kehamilannya. Sedangkan IUGR asimetris merupakan rendahnya berat badan

dibandingkan dengan proporsi panjang badan dan lingkar kepala, lingkar kepala

dan panjang badan lebih dekat dengan persentil yang diharapkan untuk usia

kehamilan dibandingkan dengan berat badan.6

3

Page 4: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

Selain menggunakan klasifikasi tersebut, dapat pula digunakan diagram

klasifikasi neonatus untuk mengukur berat bayi, panjang badan bayi dan lingkar

kepala bayi (Tabel 2.1). Persentil berat bayi dilakukan dengan menentukan usia

kehamilan ibu saat melahirkan, dan menarik garis lurus secara vertikal dan

mempertemukan dengan garis horizontal dari berat bayi lahir, sehingga

didapatkan titik pertemuan antara usia kehamilan ibu saat melahirkan dan berat

bayi lahir. Titik pertemuan tersebut merupakan persentil berat badan bayi.

Persentil panjang badan bayi didapatkan dengan menentukan usia kehamilan ibu

saat melahirkan, dan menarik garis lurus secara vertikal dan mempertemukan

dengan garis horizontal dari panjang badan bayi, sehingga didapatkan titik

pertemuan antara usia kehamilan ibu saat melahirkan dan panjang badan bayi.

Begitu pula dengan lingkar kepala bayi, dengan mempertemukan garis antara usia

kehamilan ibu saat melahirkan dan lingkar kepala bayi sehingga didapatkan

persentil lingkar kepala.8

Klasifikasi berdasarkan berat bayi, panjang badan bayi dan lingkar kepala

dapat digolongkan menjadi large for gestational age (LGA) dengan persentil

diatas 90, appropriate for gestational age (AGA) antara persentil 10 hingga 90,

dan small for gestational age (SGA) dengan persentil di bawah 10.8,9

4

Page 5: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

Gambar 2.1. Klasifikasi neonatus (kedua jenis kelamin) berdasarkan pertumbuhan

intrauterin dan usia gestasi.8

5

Page 6: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

2.2. Metabolisme Glukosa

Glukosa adalah sumber energi utama untuk perkembangan janin.

Homeostasis glukosa selama hidup janin tergantung sepenuhnya pada transfer

glukosa melalui plasenta. Pada orang dewasa, metabolisme glukosa telah

berkembang dengan baik, namun pada bayi selama dalam kandungan kebutuhan

glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Insulin dapat terdeteksi pada darah janin dan

sintesis glikogen dimulai setelah 13 minggu kehamilan atau pada usia kehamilan

trimester kedua. Di minggu ke-20, pankreas janin dapat melepaskan insulin

sebagai respons terhadap glukosa dan asam amino. Memasuki trimester ketiga

kandungan lemak janin mencapai 16% dari berat badan saat lahir. Glikogen dan

lemak yang terdeposit merupakan sumber glukosa untuk perubahan metabolik

ketika lahir.10

Begitu bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar

glukosanya sendiri. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama

kelahiran) yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah

hipotermia.1 Dalam 2-3 jam cadangan glukosa pada hepar habis, kemudian terjadi

proses glikogenolisis bila terdapat persediaan glikogen yang cukup.10,11

Produksi glukosa endogen sekitar 8 mg/kg/menit pada bayi cukup bulan,

dan 6 mg/kg/menit pada bayi kurang bulan. Kecepatan produksi ini merupakan

panduan dalam kecepatan infus glukosa pada nutrisi parenteral. Pada BBLR,

simpanan glikogennya terbatas. Tetapi di sisi lain, BBLR memiliki kebutuhan

energi yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir normal.3

2.2.1. Respon endokrin saat lahir

Terputusnya tali pusat diikuti oleh respon endokrin terhadap stres

yang ditandai dengan meningkatnya katekolamin (3-10 kali pada plasma),

peningkatan kadar glukagon plasma, reseptor glukagon dan peningkatan

kadar kortisol plasma. Tingkat insulin plasma menurun dan mengarah pada

insulin rendah jika dibandingkan dengan glukagon yang sangat penting

untuk merangsang hepatika glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glukagon

dan katekolamin mengakibatkan glikogenolisis, lipolisis dan

glukoneogenesis. Glukokortikoid bertindak secara sinergis dengan glukagon

6

Page 7: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

dan katekolamin, selain itu juga terjadi pemecahan protein otot dan lipolisis,

sehingga meningkatkan ketersediaan substrat glukoneogenik.11

2.2.2. Perubahan metabolisme

Bayi baru lahir tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah cukup

sehingga akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini

hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi

yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati,

selama beberapa bulan terakhir kehidupan di rahim. Jika mengalami

hipotermia maka persediaan glikogen akan digunakan dalam jam pertama

kelahiran sehingga penting untuk menjaga bayi tetap dalam keadaan hangat.

Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama

pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada

jam pertama, otak bayi dalam keadaan beresiko. Di samping itu, bayi yang

baru lahir kurang bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim, dan distress

janin selain hipoglikemia, terkadang juga beresiko mengalami hiperglikemia

akibat proses katabolisme yang berlebihan untuk menyediakan energi yang

adekuat untuk organ-organ tubuh yang bergantung glukosa seperti otak,

jantung dan sel-sel darah.5

2.3. Hiperglikemia

Pada bayi BBLSR, sering ditemukan hiperglikemia di awal kehidupan

postnatal. Dengan lebih dari ¾ bayi BBLSR memiliki konsentrasi glukosa

melebihi 150 mg/dL dan ⅓ bayi sering memiliki konsentrasi glukosa lebih dari

180 mg/dL.5

2.3.1.Hiperglikemia pada bayi berat lahir rendah

Secara garis besar, hiperglikemia pada bayi berat lahir rendah dapat

disebabkan oleh adanya respon insulin yang bervariasi, produksi glukosa

endogen dari hepar yang persisten, dan resistensi insulin akibat sistem

enzim glikogenolisis yang imatur. Setelah bayi lahir dan sumber energi

utama dari ibu berhenti, bayi menjaga homeostasis glukosanya dengan

7

Page 8: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

bantuan hormon regulasi glukosa yang mempengaruhi glikogenolisis oleh

hati dan glukoneogenesis. Homeostasis ini mungkin belum berfungsi normal

pada masa transisi dan lebih menonjol pada bayi yang memiliki simpanan

metabolisme dan respon hormonal yang terbatas, contohnya pada bayi

kurang bulan, bayi dengan pertumbuhan terhambat, dan bayi yang tidak

sehat.6,11,12,13,14

Hiperglikemia juga dapat terjadi akibat proses katabolisme yang

berlebihan untuk menyediakan energi yang adekuat untuk organ-organ

tubuh yang tergantung pada glukosa seperti otak, jantung dan sel-sel darah.

Selain itu, hiperglikemia merupakan masalah yang biasa terjadi pada

pemberian nutrisi parenteral total pada bayi berat lahir rendah, karena meski

mendapat nutrisi parenteral total, ternyata produksi glukosa oleh hepar bayi

tidak berkurang.11

Neonatus, terutama neonatus kurang bulan yang tidak sehat juga dapat

menunjukan sekresi insulin yang lebih rendah atau terlambat sebagai respon

dari pemberian glukosa. Resistensi insulin berkaitan dengan imaturitas atau

down regulation dari reseptor perifer.3,15

Produksi glukosa dalam jumlah cepat dan waktu yang singkat dapat

diakibatkan oleh peningkatan katekolamin yang berhubungan dengan

kelahiran. Level katekolamin meningkat pada clinical stress seperti infeksi,

distres pernapasan, dan hipoksia. Selain itu, faktor inflamasi seperti sitokin

dapat mencegah kerja sinyal insulin dan reseptornya, menyebabkan

resistensi insulin.12,16,17

2.3.2. Hiperglikemia akibat stress

Terjadinya hiperglikemia pada keadaan stress merupakan kombinasi

dari berbagai faktor, yaitu pelepasan yang berlebihan dari counter

regulatory hormone seperti glukagon, hormon pertumbuhan, katekolamin,

glukokortikoid, dan sitokin seperti interleukin (IL)-1, IL-6, dan tumor

necrosis factor-α (TNF–α), dektrosa dan nutrisi sebagai terapi penunjang

pada pasien dengan keadaan kritis, adanya defisiensi insulin relatif, dan

lemahnya pengambilan glukosa perifer.18

8

Page 9: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

Glukagon adalah mediator hormonal primer dari glukoneogenesis.

Pada pasien dengan keadaan kritis, kadar glukagon serum meningkat secara

signifikan, hal ini disebabkan oleh stimulasi adrenergik oleh katekolamin

dan sitokin. Baik sitokin, TNF- α , IL-1 maupun katekolamin secara

independen dan sinergis juga berperan dalam meningkatkan produksi

glukosa hati. Glukagon dan katekolamin memulai glikogenolisis, lipolisis

dan glukoneogenesis. Sedangkan glukokortikoid mempengaruhi kerja

insulin lewat induksi ekspresi dari faktor-faktor transkripsi yang berkaitan

dengan sintesis glikogen dan lemak. Keberadaan glukokortikoid

meningkatkan proses glukoneogenik lewat pemecahan protein otot dan

lipolisis.10

Pada saat hiperglikemia dapat terjadi beberapa mekanisme yang

menyebabkan kerusakan sel, yaitu peningkatan pembentukan advance

glycation end product (AGE): pembentukan dari AGE bertentangan

dengan intergritas target sel dalam modifikasi fungsi protein atau dengan

menginduksi produksi receptor-mediated dari reactive oxygen species,

yang dapat menyebabkan perubahan pada ekspresi gen serta peningkatan

aliran jalur hexosamine dimana pada hiperglikemia, glukosa semakin

banyak memasuki hexosamine-pathway, produk akhir dari jalur ini adalah

substrat yang diperlukan untuk faktor transkripsi intraseluler, yang

mempengaruhi ekspresi dari banyak gen. Jalur ini berhubungan dengan

disfungsi endotelial dan mikrovaskular.18

2.3.3.Risiko hiperglikemia

Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel akibat hiperglikemia

adalah akibat penumpukan intraseluler dari reactive oxygen specimen

(ROS). Kadar glukosa darah yang tinggi meningkatkan perbedaan potensial

akibat tingginya proton pada rantai respiratori mitokondria, yang

mengakibatkan terjadinya penumpukan ROS.11

Selain itu, hiperglikemia yang menetap atau berkepanjangan pada

masa kritis dapat meningkatkan risiko kematian akibat gagal jantung, infark

9

Page 10: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

miokard, stroke iskemik dan hemoragik sehingga berakhir dengan

kegagalan fungsi berbagai organ.19

2.4. Hipoglikemia pada Neonatus

Pada neonatus, tidak selalu ada korelasi jelas antara konsentrasi

glukosa darah dengan manifestasi klinis klasik dari hipoglikemia.

Hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan otak melalui proses hipoksia

dan iskemia. Oleh karena itu, direkomendasikan kadar glukosa darah yang

kurang dari 50 mg/dL ditatalaksana dengan sebaik-baiknya, terutama pada

2-3 jam pertama kehidupan disaat kadar glukosa pada keadaan normal

mencapai level terendah. Dalam 12-24 jam berikutnya, seharusnya glukosa

mulai meningkat dan mencapai nilai >50 mg/dL atau lebih. Pada bayi yang

lebih tua dan pada anak-anak, kadar glukosa darah <50 mg/dL menandakan

hipoglikemia.19

2.5. Insulin

Insulin adalah hormon protein yang disekresi oleh sel beta pankreas yang

berfungsi sebagai sinyal hormonal. Insulin disekresi sebagai respon dari

peningkatan kadar glukosa darah dan asam amino, serta mendukung efiensi

penyimpanan dan pengunaan dari molekul dengan cara mengontrol transpor dari

metabolit serta ion melewati membran sel. Sekresinya juga dipengaruhi oleh

hormon pencernaan dan aktivitas saraf otonom. Umumnya, setiap keadaan yang

mengaktivasi saraf adrenergik seperti pada hipoksia, hiportemia, operasi, dan luka

bakar berat, menekan sekresi insulin lewat perangsangan reseptor α2 adrenergik.

Sekresi insulin juga dirangsang kuat oleh glukosa oral. Insulin membantu

masuknya glukosa, asam lemak, dan asam amino ke dalam sel, membantu sintesis

glikogen, protein, dan lipid, menghambat glukoneogenesis, degradasi glikogen,

degradasi protein, dan lipolisis.20

Resistensi insulin dapat disebabkan oleh IL-1 dan TNF-α. Namun meski ada

resistensi insulin perifer, kadar insulin biasanya normal. Hal ini dapat disebabkan

adanya peningkatan aktivasi dari reseptor sel-α pada pankreas yang menghasilkan

glukagon yang menghambat pelepasan insulin. Kadar insulin biasanya normal

ataupun menurun meski ditemukan resistensi insulin perifer. Selain itu

10

Page 11: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

katekolamin juga berperan dalam menghambat pengikatan insulin dengan

transporter insulin. Glukokortikoid mengganggu pengambilan glukosa pada otot-

otot rangka dan hormon pertumbuhan menghambat jalur insulin dengan

mengurangi reseptor.13

2.5.1 Pemberian insulin terhadap bayi berat lahir rendah

Periode perinatal diketahui merupakan periode penting dalam

perkembangan pancreas, dan jika terdapat prematuritas maka akan mengganggu

sekresi dan sensitivitas insulin. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah terjadi

penurunan dari jumlah glukosa intrasel yang merupakan akibat dari jumlah insulin

postnatal yang rendah, pada saat hal itu terjadi maka akan terjadi proses

katabolisme yang menyebabkan hiperglikemia.4,5

Selain itu dapat pula terjadi resistensi insulin akibat dari kurangnya nutrisi

seperti glukosa pada bayi dengan berat lahir rendah, dimana bahan metabolik

yang digunakan yaitu laktat, sehingga jaringan tubuh yang sensitif insulin menjadi

tidak peka lagi, dan menyebabkan resistensi insulin.4,21,22

Begitu pula pada bayi prematur yang memiliki berat badan lahir rendah

beresiko mengalami hiperglikemia yang merupakan pertanda adanya defisiensi

insulin yang berdampak pada proses anabolisme. Dalam kedua masalah ini,

penggunaan insulin secara dini dapat mencegah hiperglikemia yang dapat juga

berdampak pada sistem imunitas, metabolisme lipid, serta meningkatkan Insulin

Like Growth Factor (IGF-1) yang dapat mencegah timbulnya Retinopathy of

Prematurity serta meningkatkan pertumbuhan otak.4,5,21,23

2.6 Prinsip Tatalaksana Gangguan Metabolisme Glukosa

2.6.1 Hiperglikemia

Tatalaksana hiperglikemia pada pada neonatus meliputi restriksi

glukosa dan terapi insulin eksogen. Resting energy expenditure pada bayi

prematur adalah sebesar 60 kkal/kg/hari dengan total konsumsi glukosa

basal tubuh sebesar 0,2 mmol/kg/menit (3,7 mg/kg/menit). Bayi ELBW

yang stabil diestimasi membutuhkan kecepatan suplai glukosa sebesar 6

mg/kg/menit dengan tambahan 2-3 mg/kg/menit untuk mendukung

anabolisme protein. Meskipun begitu, kebutuhan bayi yang sakit di NICU

11

Page 12: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

lebih tinggi. Restriksi glukosa pada keadaan ini dapat menyebabkan

kehilangan kalori dan perkembangan postnatal yang suboptimal sehingga

restriksi glukosa tidak dipilih.12

Kapasitas maksimal oksidasi glukosa pada neonatur sebesar 12

mg/kg/menit. Bila di atas nilai tersebut, maka terjadi konversi glukosa ke

lemak. Konversi ini meningkatkan penggunaan energi dan oksigen, serta

meningkatkan produksi karbondioksida. Dengan demikian, glucose infusion

rate pada neonatur prematur ditarget antara 6-12 mg/kg/menit, tergantung

pada stabilitas klinis dan gestasi.12

Dosis bolus insulin infusion adalah 0,05-0,1 unit/kg setiap 4-6 jam yang

diinfus dalam 15 menit melalui syringe pump. Sementara untuk dosis

continuous insulin infusion adalah 0,01-0,2 unit/kg/jam dengan dosis awal

biasanya 0,05 unit/kg/jam. Pada continuous insulin infusion gula darah

diperiksa setiap 30 menit hingga stabil untuk mengatur kecepatan infus. Jika

kadar gula darah tetap >180 mg/dL, maka dititrasi dalam increments sebesar

0,01 unit/kg/jam. Jika terjadi hipoglikemia, infus insulin dihentikan dan

diberikan bolus IV 10% D pada dosis 2 ml/kg. Pemberian insulin secara

subkutan jarang dilakukan kecuali pada diabetes neonatorum. Dosisnya

adalah 0,1-0,2 unit/kg setiap 6 jam. Gula darah dimonitor pada jam pertama,

kedua, dan keempat. Kadar kalium juga dimonitor setiap 6 jam.24

Infus insulin ini dapat menyebabkan hipoglikemia dan hipokalemia.

Selain itu, penggunaan insulin untuk meningkatkan uptake nutrisi dapat

menyebabkan asidosis laktat.12

12

Page 13: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

Gambar 2.2. Algoritma penanganan hiperglikemia

2.6.2 Hipoglikemia

Pada bayi dengan hipoglikemia asimptomatik awalnya diberikan ASI.

Jika tidak tersedia ASI, dapat diberikan susu formula. Gula darah diperiksa

30-60 menit kemudian sebelum pemberian makan berikutnya untuk

memastikan euglikemia. Bila bayi asimptomatik dengan gula darah <25

mg/dL dan setelah dicoba pemberian ASI satu kali masih kurang dari 40

mg/dL, maka dimulai pemberian infus glukosa IV. Influs glukosa juga

diberikan bila terdapat kontraindikasi pemberian makanan enteral, dan bila

bayi menjadi simptomatik.25

Pada bayi dengan hipoglikemia simptomatik diberikan bolus 10%

dekstrosa IV dengan dosis 2 ml/kg, dilanjutkan infus desktrosa dengan GIR

6 mg/kg/menit. Gula darah diperiksa 15-30 menit setelahnya. Jika gula

darah >45 mg/dL, frekuensi pemeriksaan dapat dikurangi dari setiap jam

menjadi 4-6 jam. Bila GIR sudah mencapai 4 mg/kg/menit dan bayi

euglikemik, infus dapat dihentikan. Namun bila gula darah <45 mg/dL, GIR

ditingkatkan 2 mg/kg/menit setiap 15-30 menit dengan pengecekan berulang 13

Page 14: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

kadar gula darah hingga >45 mg/dL. Jika tidak ada kontraindikasi

pemberian makan oral, ASI atau susu formula tetap diberikan dan

proporsinya meningkat bersamaan dengan tapering infus.25

14

Page 15: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

BAB III

KESIMPULAN

Hiperglikemia pada bayi berat lahir rendah dapat disebabkan oleh adanya respon

insulin yang bervariasi, produksi glukosa endogen dari hepar yang persisten, dan

resistensi insulin akibat sistem enzim glikogenolisis yang imatur. Tingginya kadar

glukosa darah dapat memberikan prognosis yang kurang baik karena glukosa yang

menumpuk akan menghasilkan zat-zat yang merugikan tubuh, serta dapat

mengganggu metabolisme dalam tubuh, serta sistem imunitas tubuh.

Tata laksana yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan insulin pada

bayi agar glukosa yang menumpuk dalam sirkulasi darah dapat mencapai target

organ, serta memelihara asupan gizi yang baik. Pemberian terapi insulin dilakukan

bila setelah menurunkan glucose delivery rate di bawah 9 mg/kg/menit, kadar

glukosa darah tetap mencapai 360 mg/dL atau lebih, atau bila gula darah berkisar

antara 230-240 mg/dL disertai glukosuria ≥ 3+ (≥1000 mg/dL). Pemberian terapi

insulin harus disertai dengan pemantauan glukosa darah sewaktu dengan ketat

dikarenakan adanya risiko hipoglikemia.

15

Page 16: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen kesehatan republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008.

Jakarta. 2009.

2. Nadhifah, Laily, Yasin, Hasbi, Sugito. Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi bayi berat lahir rendah dengan model regresi logistik biner

menggunakan metode biyes (studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Semarang). Jurnal Gaussia 2012;1(1):125-34.

3. ElHassan NO, Kaiser JR. Parenteral nutrition in the neonatal intensive care

unit. NeoReviews 2011;12(3):130–40.

4. Decaro MH, Vain NE. Hyperglycaemia in preterm neonates: What to know,

what to do. Early Human Development 2011;87:S19–S22.

5. Beardsall K, Dunger D. Insulin therapy in preterm newborns. Early Human

Development 2008;84(12):839–42.

6. Smith VC. The high-risk newborn: anticipation, evaluation, management

and outcome. Cloherty JP, Eichenwald EC, Hansen AR, Stark AR. Manual

of neonatal care. Edisi ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

2011:74-90.

7. World Health Organization, UNICEF. Low birthweight: country, regional

and global estimates. Geneva : New York: WHO ; UNICEF; 2004.

8. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Newborn physical examination.

Neonatology: management, procedures, on-call problems, diseases, and

drugs. Edisi ke 6. New York: McGraw-Hill Medical 2009:31-42.

9. Alexandrou G, Skiold B, Karlen J, Tessma MK, Norman M, Aden U, et al.

Early hyperglycemia is a risk factor for death and white matter reduction in

preterm infants. Pediatrics 2010;125(3):584–91.

10. Stoll BJ, Adam-Chapman I. The high-risk infant. Di dalam : Kliegman RM,

Jenson HB, Marchdante KJ, Behrman RE, editor. Nelson Textbook of

Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Company 2007:698-

711.

16

Page 17: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

11. D Giugliano, A Ceriello, K Esposito. Glucose metabolism and

hyperglycemia. Am J Clin Nutr 2008;87(suppl):217S–22S)

12. Kairamkonda VR, Khashu M. Controversies in the management of

hyperglycemia in the ELBW infant. Indian Pediatrics 2008;45(1):29–38.

13. Olefsky JM, Glass CK. Macrophages, inflammation, and insulin resistance.

Annual Review of Physiology 2010;72(1):219–46.

14. Snigerman S, Taeusch HW. Evaluation and care of the normal newborn. Di

dalam : Taeusch HW, Gleason CA, Ballard RA, editor. Avery’s diseases of

the newborn. Edisi ke-8. Philadelphia: Elsevier Saunders 2012:304.

15. Singh S, Shrestha S, Marahatta S. Incidence and risk factors of low birth

weight babies born in Dhulikhel Hospital. Journal of Institute of Medicine

2011;32(3):39-42.

16. Van der Lugt NM, Smits-Wintjens VE, van Zwieten PH, Walther FJ. Short

and long term outcome of neonatal hyperglycemia in very preterm infants: a

retrospective follow-up study. BMC Pediatrics 2010;10(1):52.

17. Sumithra M. Maternal nutrition and low birth weight – what is really

important? Indian Journal Med Res 2009;600-8.

18. Bornfeldt KE, Tabas I. Insulin Resistance, Hyperglycemia, and

Atherosclerosis. Cell Metabolism 2011 Nov;14(5):575–85.

19. Hays SP, Smith EO, Sunehag AL. Hyperglycemia Is a Risk Factor for Early

Death and Morbidity in Extremely Low Birth-Weight Infants. Pediatrics

2006 Nov 1;118(5):1811–8.

20. Suherman SK. Insulin dan Antidiabetik Oral. Di dalam : Gunawan SG,

editor. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

2007.

21. S. Kashyap, R.A. Polin. Insulin infusions theraphy in very low-birthweight

infants. New England Journal Medicine 2008;359(18):1951-53.

22. Rotteveel J, Van Weissenbruch MM, Delemarre-Van de Waal HA.

Decreased insulin sensitivity in small for gestational age males treated with

GH and preterm untreated males: a study in young adults. European Journal

of Endocrinology 2008;158(6):899–904.

17

Page 18: Atma Sukabumi - Referat Terapi Insulin Terhadap Bayi BBLR - Eric - 2011061176

23. Eichenwald EC, tark AR. Management and outcomes of very low birth

weight. New England Journal of Medicine 2008;358(16):1700–11.

24. Wilker RE. Hypoglycemia and Hyperglycemia. Cloherty JP, Eichenwald

EC, Hansen AR, Stark AR. Manual of neonatal care. Edisi ke-7.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins 2011:541-50.

25. Praveen K, Shiv SS. An Update on neonatal hypoglycemia. Rigobelo E.

Hypoglycemia - causes and occurrences. Edisi ke-1. India : InTech 2011:

55-84.

18