ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APENDIKTOMI PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/523/1/KTI...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APENDIKTOMI PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/523/1/KTI...
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APENDIKTOMI
PADA NY. P DI RUANG MAWAR BLUD
RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
ASNAWI
NIM. 144012017000091
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APENDIKTOMI
PADA NY. P DI RUANG MAWAR BLUD
RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program
Diploma III Keperawatan
Diajukan Oleh:
ASNAWI
NIM. 144012017000091
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APENDIKTOMI
PADA NY. P DI RUANG MAWAR BLUD
RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
TAHUN 2018
Disusun dan diajukan oleh :
ASNAWI
NIM. 144012017000091
Karya Tulis ini telah dipertahankan pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di
depan Tim Penguji Pada Hari/Tanggal : Rabu/ 01 Agustus 2018
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Menyetujui :
Hj. Nurjannah, Bsc., S.Pd.,M.Kes (.............................................................)
Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns., M.Kep (.............................................................)
Nurfantri, S.Kep.,Ns.,M.Sc (.............................................................)
Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan
Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIP. 19700330199503 1 001
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Asnawi
NIM : 144012017000091
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
APENDIKTOMI PADA NY. P DI RUANG MAWAR
BLUD RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
TAHUN 2018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 01 Agustus 2018
Yang membuat Pernyataan,
ASNAWI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Asnawi
2.
Tempat/ Tanggal Lahir
: Wolasi, 5 Maret1985
3.
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
4.
Agama
: Islam
5.
Suku/ Kebangsaan
: Indonesia
6.
Alamat
: Desa Mata Wolasi, Kecamatan Wolasi
7.
No. Telp/HP
: 0821 8897 7878
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Wolasi
2. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Konda
3. Sekolah Perawat Kesehatan PPNI Kendari
vi
HALAMAN MOTTO
“KEBERHASILAN AKAN DIRAIH DENGAN CARA BELAJAR,
HARI INI BERJUANG,
BESOK RAIH KEMENANGAN,
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Post Operasi
Apendiktomi Pada Ny. P Di Ruang Mawar BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan
Tahun 2018”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Diploma III Keperawatan (Amd.Kep).
Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
3. Akhmad, S.ST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing
4. Direktur BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan yang telah memberikan izin
dalam melakukan pengambilan kasus
5. Seluruh Dosen dan Staf Poltekkes Kemenkes Kendari
6. Orang Tua Tercinta/Keluarga yang telah memberikan dukungan, doa,
semangat dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan studi
7. Buat istri tercinta Normawati, Amd.Kep yang telah memberikan semangat dan
doanya, semoga Allah SWT memberi jalan yang indah pada kita
8. Buat teman-teman angkatan 1 program studi RPL Poltekkes Kemenkes
Kendari, semoga kebersamaan ini akan tetap terjalin
viii
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini
Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat.
Kendari, 01 Agustus 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii
KEASLIAN PENELITIAN ............................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................... 4
D. Metode Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
A. Definisi .................................................................................... 7
B. Etiologi .................................................................................... 7
C. Patofisiologi ............................................................................. 8
D. Manifestasi Klinik ................................................................... 9
E. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................... 10
F. Komplikasi .............................................................................. 10
G. Penatalaksanaan ....................................................................... 10
H. Fokus Pengkajian ..................................................................... 11
I. Fokus Diagnosa dan Intervensi Keperawatan ......................... 14
BAB III LAPORAN KASUS ....................................................................... 18
A. Pengkajian ............................................................................... 18
B. Data Fokus ................................................................................ 19
C. Perumusan Masalah .................................................................. 20
D. Rencana Tindakan Keperawatan .............................................. 22
E. Implementasi dan Evaluasi ...................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 47
A. Kesimpulan .............................................................................. 47
B. Saran ........................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi adalah unik karena keperawatan ditujukan
ke berbagai respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dihadapinya. perawat memiliki berbagai peran seperti pemberi perawatan,
sebagai perawat primer pengambil keputusan klinik, advokat, peneliti dan
pendidik, dan perawat seringkali harus melakukan peran lebih dari satu dalam
suatu waktu yang bersamaan (Potter dan Perry, 2005).
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. proses
penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun
keterampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang
penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual, dan sosial. pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan
keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan
menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan Perry, 2005).
Kemajuan teknologi telah mengarah pada prosedur yang lebih kompleks,
seperti prosedur yang memerlukan teknik-teknik bedah mikro atau penggunaan
laser, peralatan yang lebih canggih, dan peralatan pemantauan yang sangat
sensitif. Pada tahun 1980, tujuh dari delapan pasien bedah memerlukan
setidaknya menginap satu malam di rumah sakit. pembedahan sehari
2
mengharuskan perawat untuk mempunyai pengetahuan yang baik mengenai
semua aspek perawatan pasien bedah (Brunner dan Suddarth, 2001).
Fase preoperatif dan postoperatif merupakan bagian dari tahap
pembedahan, fase preoperasi dimulai ketika keputusan telah diambil untuk
melaksanakan intervensi pembedahan dan berakhir ketika pasien diantar
kekamar operasi, sedangkan fase pascaoperatif dimulai dengan pemindahan
pasien ke PACU (postanesthesia care unit) dan berakhir pada waktu pasien
dipulangkan dari rumah sakit (Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2008).
Proses keperawatan merupakan suatu kerangka kerja yang dilakukan
untuk memberikan asuhan keperawatan. dan proses keperawatan terdiri lima
tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi (Potter dan Perry, 2005).
Apendiksitis adalah inflamasi apendiks vermiformis (kantong buntu di
ujung sekum) (Sodikin, 2011). apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-
rata penjangnya 10 cm. ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi,
terutama dibelakang sekum (Muttaqin dan Sari, 2011). apendiksitis akut
merupakan kondisi kegawatan yang memerlukan pembedahan. apendiksitis lebih
sering diderita oleh laki-laki dari pada wanita dan prevalensinya pada
remaja lebih sering dari pada orang dewasa (Suratun dan Lusiana, 2010).
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) apendiksitis dapat terjadi pada usia
dan tersering pada rentang usia 10-30 tahun. WHO memperkirakan insidens
apendiksitis didunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk
dunia. di amerika angka kejadian apendiksitis dikatakan 7% dari seluruh
populasi dengan insiden 1,1 kasus per 1000 penduduk pertahun. Data yang
3
dirilis oleh departemen kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah penderita
apendiksitis dindonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009
sebesar 596.132 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan di BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan
diperoleh data jumlah kasus pasien dengan appendisitis akut yang masuk di
Kamar Operasi Instalasi Instalasi Bedah Sentral BLUD Rumah Sakit Konawe
Selatan dalam tahun 2018 bulan Januari sampai Juni mencapai 126 pasien.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan Post Operasi Apendiktomi Pada Ny. P Di
Ruang Mawar BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan Tahun 2018”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
apendiktomi penulis dapat menerapkan suhan keperawatan secara
komprehensif dan sesuai standar asuhan keperawatan yang berlaku.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada
pasien dengan post operasi apendiktomi.
4
b. Mampu menganalisa masalah-masalah yang muncul pada pasien
dengan post operasi apendiktomi.
c. Mampu merumuskan diagnosa dan memprioritaskan masalah pada
pasien dengan post operasi apendiktomi.
d. Mampu membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan post operasi apendiktomi.
e. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan post operasi apendiktomi.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien dengan post operasi apendiktomi.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
apendiktomi.
b. Menambah ketrampilan atau kemampuan mahasiswa dalam
menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
apendiktomi.
2. Bagi institusi
Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operasi apendiktomi.
5
3. Bagi lahan praktik
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam
melakuakan tindakan asuahan keperawatan dalam rangaka meningkatkan
mutu pelayanan yang baik khususnya pada pasien dengan post operasi
apendiktomi.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode
alloanamnesa dan autoanamnesa. Penyusunan karya tulis ilmiah ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu
metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan data.
2. Tempat dan Waktu
Penulisan karya ilmiah ini mengambil kasus di Ruang Mawar
BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan pada tanggal 26 Juni 2018.
3. Langkah-Langkah
Penulisan karya tulis ini disusun secara sistematis, dimana
penyusunannya dibagi dalam enam bab, dengan rincian sebagai berikut:
Bab pertama tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan metode penelitian. Bab kedua tentang
tinjauan pustaka yang berisi konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan. Bab ketiga berisi tentang pembahasan yang mencakup
tinjauan kasus dan pelaksanaan asuhan keperawatan. Bab keempat
6
pembahasan tentang penalaran hasil pengkajian, perpaduan teori dengan
kasus, pembahasan dengan jurnal pendukung, dan keterbatasan penulisan.
Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran yang berisi tentang sintesis
dari pembahasan, implikasi dan saran untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Teknik Pengambilan Data
Penulis menggunakan beberapa cara dalam memperoleh sumber
data, diantaranya sebagai berikut: wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.
4. Analisa data
Dalam pembahasan, penulis melakukan analisa dengan
menggunakan mekanisme “compare and contrast” untuk diagnosa yang
muncul pada saat pemberian asuhan keperawatan dengan diagnosa yang
muncul pada teori didukung dengan hasil jurnal yang mempunyai tema
yang berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis
(Grace, & Borley, 2006, h. 107). Apendisitis adalah inflamasi pada
apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks dan pembuluh darahnya (Corwin, 2009, h. 607).
Sjamsuhidajat (2004, h. 640) Apendisitis adalah meruapakan infeksi bakteri
pada apendiks. Apendisitis biasanya disebabkab karena sumbatan lumen
apendiks,hiperplasia jaringan limfa, fekalit, dan cacing askaris yang
menyebabkan sumbatan.
Sesuai ketiga di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa apendisitis
merupakan peradangan pada apendiks yang disebabkan karena penyumbatan
pada apendiks. Sedangkan apendiktomi merupakan pengangkatan apendiks
yang mengalami peradangan.
B. Etiologi
Menurut Irga (2007) dalam Jitowiyono (2010, h. 03) Terjadinya
apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun banyak sekali
faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena
adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks
adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
8
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis yaitu
erosi mukosa karena parasit seperti E. Histolitica, zat kebiasaan makanan
rendah serat dan pengaruh kontipasi (Sjamsuhidajat, 2004, h. 866).
C. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan
bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gengren. Stadium disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
9
yang di sebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling
tepat adalah apendiktomi, jika tidak dilakukan tindakan segera mungkin
maka peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang
(mansjoer, 2000, h. 307)
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau
benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,
dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus (Munir,2011).
D. Manifestasi Klinis
Sjamsuhidajat ( 2004, h. 641 ) mengatakan manifestasi klinis dari
apendisitis adalah:
1. Tanda awal
Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan
anoreksia.
2. Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukan tanda rangsangan
peritoneum lokal dititik Mc Burney
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lepas
c. Defans muskuler
3. Nyeri rangsangan peritonium tidak langsung
a. Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
10
b. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumberg)
c. Nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak seperti nafas
dalam,berjalan, batuk, mengedan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu
leukositosis) dan CRP (biasanya meningkat) sangat membantu
2. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan untuk
menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
3. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium
sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain masih
mungkin (Grace, & Borley, 2006, h. 107).
F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pasca oprasi menurut Mansjoer arif (2000, h.
309)
1. Perforasi apendiks
2. Peritonitis
3. Abses
G. Penatalaksanan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk masalah appendisitis
adalah dengan cara pembedahan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakkan. Dalam penanganan kasus appendisitis, dilakukan tindakan
11
appendiktomi yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong
jaringan appendiks yang mengalami peradangan. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Appendiktomi dilakukan dengan menginsisi transversal atau oblik di atas titik
maksimal nyeri tekan atau massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot
dipisahkan ke lateral rektus abdominalis. Mesenterium apendikular dan dasar
appendiks diikat dan appendiks diangkat. Tonjolan ditanamkan ke dinding
sekum dengan menggunakan jahitan purse string untuk meminimalkan
kebocoran intra abdomen dan sepsis. Kavum peritoneum dibilas dengan
larutan tetrasiklin dan luka ditutup. Diberikan antibiotik profilaksis untuk
mengurangi luka pasca operasi yaitu metronidazol supositoria
(Syamsuhidayat, 2004).
H. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian pasien (post operasi) apendiktomi yaitu :
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam
masuk rumah sakit, nomer register, diagnosa, nama orang tua,
umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayar penyakit sekarang klien dengan post appendiktomi
mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk
rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah
12
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah
didapatkan.
d. Riwayat keperawatan keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya upaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya.
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status
ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi
penyembuhan luka.
2) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
3) Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus
badrest berapa waktu lama seterlah pembedahan.
4) Pola hubungan dan peran.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
13
5) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana
cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
f. Pemeriksaan fisik.
1) Status kesehatan umum.
Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit ada tidaknya kelemahan.
2) Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
3) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada warna
pucat.
4) Thorak dan paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas, frekwensi
pernafasan biasanya normal ( 16-20 kali permenit). Apakah ada
ronchi , whezing, stidor.
14
5) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya
peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak
flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine,
distensi supra pubis, periksa apakah menglir
lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6) Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
I. Fokus Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa dan intervensi keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
post operasi apendiktomi adalah :
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan; perforasi/ruptur pada apendiks, peritonitis; pemebentukan
abses, prosedur invasif, insisi bedah
a. Kriteria hasil yang diharapkan meningkatkan penyembuhan luka
dengan benar, bebas tanda infeksi atau inflamasi, drainase prupulen,
eritema, dan demam.
b. Intervensi
1) Awasi tanda vital, perhatikan demam, mengigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
Rasional : dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
peritonitis
15
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perewatan luka aseptik
Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi
3) Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka/drain (bila
dimasukkan), eritema
Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,
dan pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada
sebelumnya.
4) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang terdekat
Rasional : pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan
dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.
5) Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : mungkin diberikan secara profilaktik atau
menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada
sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga abdomen.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
muntah pra operasi pembatasan pasca operasi (puasa), status
hipermetabolik (demam, proses penyembuhan), inflamasi peritonium
dengan cairan asing.
a. Kriteria hasil yang diharapkan mempertahankan keseimbangan cairan
dibuktikan oleh kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik,
tanda-tanda vital stabil dan secara individual haluaran urin adekuat.
b. Intervensi
1) Awasi tekanan darah dan nadi
16
Rasional : tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler
2) Lihat membran mukosa; kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi
seluler
3) Awasi masukan dan haluaran; catat warna urine/konsentrasi, berat
jenis.
Rasional : penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan
berat jenis diduga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan
4) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk
pemasukan peroral
5) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral
dimulai, dan lanjutkan diet sesuai toleransi
Rasional : menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk
meminimalkan kehilangan cairan
6) Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada
perlindungan bibir
Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan
pecah-pecah
7) Beriakn cairan IV dan elektrolit
Rasional : peritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan
17
volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia, dehidrasi
dan dapat terjadi ketidak seimbngan elektrolit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
mengkerut, otot tegang, perilaku distraksi.
a. Kriteria hasil yang diharapkan melaporkan nyeri hilang/terkontrol,
tampak rileks, mempu tidur atau istirahat dengan cepat.
b. Intervensi
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10).
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
Rasional : gravitasi melokalisasi eksudat dalam abdomen
bawah/pervis, menghilangkan ketegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi terlentang.
3) Dorong ambulansi dini.
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh
merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan
ketidaknyamanan abdomen.
4) Berikan aktivitas hiburan.
Rasional: fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi,
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgesik sesuai
indikasi.
Rasional : menghilangkan nyeri.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Klien bernama Ny. P berumur 70 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama
Islam, pendidikan terakhir Sekolah Dasar, klien bekerja sebagai ibu rumah
tangga, alamat Desa Bumi Raya, nomor rekam medic 057800, klien masuk ke
rumah sakit pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA di ruang Mawar
BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan dengan diagnosa medis appendiksitis,
penulis melakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2018 pada jam 14.15
WITA. Sebagai penanggung jawab Tn. K selaku suami klien, umur 65 tahun,
agama Islam, pekerjaan tani, pendidikan Sekolah Dasar, alamat Desa Desa
Bumi Raya.
Riwayat penyakit dahulu menurut keterangan klien dan keluarganya 2 tahun
yang lalu klien pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit thypus. Riwayat
penyakit sekarang Satu minggu yang lalu, klien mengeluh lagi sakit pada
perutnya dan kemudian klien dibawa oleh keluargnya ke BLUD Rumah Sakit
Konawe Selatan pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA dan dirawat di
ruang mawar dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. Pada tanggal 25
Juni 2018 klien menjalani operasi apendiktomi oleh dr. I dari pukul 09.15
WITA dan selesai pukul 11.00 WITA. Keluhan utama pada saat pengkajian
tanggal 26 Juni 2018 jam 14.15 WITA didapatkan data subjektif klien
menyatakan nyeri pada luka operasi, nyeri skala 6 seperti diremas-remas,
nyeri terus menerus pada saat bergerak di bagian perut, klien mengatakan
19
setelah menjalani operasi, klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan
terasa sakit, klien tampak lemas, hanya berbaring di tepat tidur, klien dibantu
keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan data objektif yang
diapat KU sedang, kesadaran compos menthis, adanya luka operasi panjang 8
cm dan lebar 2cm di perut kanan bawah luka masih basah, wajah tampak
pucat, klien tampak lemas, perilaku berhati-hati, ekstremitas hangat, TD:
120/90 mmHg, N 80 x/menit, Rr 19 x/menit, suhu 37,60C . Aktifitas dibantu
oleh keluarga karena klien merasa sakit pada bekas luka operasi dan lemas.
Pemeriksaan laboratorium yang diperoleh pada tanggal 25 Juni 2018 adalah
pemeriksaan laboratorium : leukosit 8.300/mm³, terapi tanggal 26 Juni 2018
injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac 2x30mg, infuse RL 20
tetes/menit.
B. Data Fokus
Nama Pasien : Ny. P Nama Mahasiswa : Asnawi
No Rekam Medik : 057800 Nim : 144012017000091
Ruang Rawat : Ruang Mawar
DATA SUBYEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan nyeri pada luka
operasi seperti di remas-remas
skala angka nyeri 6 dan nyeri
dirasakan saat bergerak dibagian
perut
2. klien mengatakan nyeri pada luka
bekas operasi
3. klien mengatakan untuk
beraktifitas sulit terasa sakit dan
lemas sehingga semua aktivitas
dibantu suaminya
1. Klien terlihat meringis
menahan nyeri dan ada luka
bekas operasi di bagian perut
2. Suhu tubuh 37,60C
3. Leukosit 8.300/mm³
4. Klien terlihat lemas
5. Tekanan darah 120/90 mmHg,
suhu 37,60C, nadi 80x/menit,
Respiratori rate 19x/menit
20
C. Perumusan Masalah
Nama Pasien : Ny. P Nama Mahasiswa : Asnawi
No Rekam Medik : 057800 Nim : 144012017000091
Ruang Rawat : Ruang Mawar
No
Masalah
Kemungkinan
penyebab (pohon
masalah)
Data
1. Nyeri akut
Pembedahan
apendiktomi
Luka insisi
Inkontinuitas jaringan
terputus
Aktivasi reseptor
nyeri
Merangsang thalamus
dan konteks serebri
Nyeri
Data subjektif:
- klien mengatakan
nyeri pada luka
operasi seperti di
remas-remas skala 6
dan nyeri dirasaakan
saat bergerak
dibagian perut.
Data objektif:
- klien terlihat
meringis menahan
nyeri dan ada luka
bekas operasi di
bagian perut
21
2. Hambatan mobilitas fisik
Pembedahan
apendiktomi
Luka insisi
Inkontinuitas jaringan
terputus
Aktivasi reseptor
nyeri
Merangsang thalamus
dan konteks serebri
Nyeri Kelemahan
fisik
Keterbatasan
gerakterhambat
Hambatan
mobilitas fisik
Data subjektif:
- klien mengatakan
untuk beraktifitas sulit
terasa sakit dan lemas
sehingga semua
aktivitas dibantu
suaminya.
Data objektif:
- klien terlihat lemas
- tekanan darah 120/90
mmHg, suhu 37,60C,
nadi 80x/menit,
respiratori rate
19x/menit
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama Pasien : Ny. P Nama Mahasiswa : Asnawi
No Rekam Medik
: 057800
Nim
: 144012017000091
Ruang Rawat
: Ruang Mawar
No
Diagnosa keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria
Objektif
Intervensi
Rasional
1. Nyeri akut berhubungan
dengan insisi bedah
ditandai dengan:
Data subjektif:
- klien mengatakan
nyeri pada luka
operasi seperti di
remas-remas skala 6
dan nyeri dirasaakan
saat bergerak
dibagian perut.
Data objektif:
- klien terlihat
meringis menahan
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan klien akan
mengalami penurunan rasa
nyeri dengan kriteria hasil:
- klien mengatakan nyeri
hilang atau terkontrol
dengan skala angka
nyeri 2
- klien tampak rileks
1. Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya (skala
0-10)
2. Pertahankan istirahat dengan
posisi semi fowler
3. Dorong ambulansi dini
4. Berikan aktivitas hiburan
5. Kolaborasi dengan dokter
untuk memberikan analgesic
sesuai indikasi
1. Berguna dalam pengawasan
keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
2. Gravitasi melokalisasi eksudat
dalam abdomen bawah/pervis,
menghilangkan ketegangan
abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang
3. Meningkatkan normalisasi fungsi
organ, contoh merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan
abdomen
4. Fokus perhatian kembali,
22
23
nyeri dan ada luka
bekas operasi di
bagian perut
meningkatkan relaksasi, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
5. Menghilangkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik
Berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder
akibat operasi
apendiktomi ditandai
dengan:
Data subjektif:
- klien mengatakan
untuk beraktifitas
sulit terasa sakit dan
lemas sehingga
semua aktivitas
dibantu suaminya.
Data objektif:
- klien terlihat lemas
- tekanan darah
120/90 mmHg, suhu
37,60C, nadi
80x/menit, respiratori
rate 19x/menit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan klien akan
mampu beraktivitas sesuai
kemampuan dengan
kriteria hasil:
- Klien mampu
beraktivitas sesuai
toleran tanpa bantuan
- Tampak segar dan
tidak lemas
1. Kaji repon pasien terhadap
aktivitas, dipsnea atau nyeri
dada, keletihan dan kelemahan
berlebihan, diaphoresis,
pusing atau pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang
tehknik penghematan energi
misalnya, menggunakan kursi
saat mandi, duduk saat
menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan
perlahan.
3. Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas
perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
4. Ajarkan rom pasif pada
keluarga pasien
1. Menyebutkan parameter,
membantu mengkaji respon
fisiologi terhadap stress aktivitas
dan bila ada merupakan indikator
dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan aktivitas.
2. Tehnik menghemat energi
mengurangi penggunaan energi,
juga membantu, keseimbangan
antarasuplei dan kebutuhan
oksigen.
3. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
4. Membantu proses penyembuhan
luka insisi dan rileks tubuh
24
E. Implementasi dan Evaluasi
Nama Pasien : Ny. P Nama Mahasiswa : Asnawi
No Rekam Medik
: 057800
Nim
: 144012017000091
Ruang Rawat
: Ruang Mawar
Diagnose
Keperawatan
Hari
Tgl &
Jam
Implementasi Paraf Hari
Tgl &
Jam
Evaluasi
SOAP
Paraf
CI
Nyeri akut
berhubungan
dengan insisi
bedah
Selasa,
26
Juni
2018
jam
14.15
sampai
jam
20.00
WITA
1. Mengkaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik dan beratnya
Hasil: klien mengatakan nyeri
dengan skala angka nyeri 6
(sedang), lokasi nyeri disekitar
luka, karakteristik terasa
diremas-remas, nyeri terasa
hilang timbul, klien tampak
meringis
2. Mempertahankan istirahat
dengan posisi semi fowler
Hasil: klien mengatakan agak
nyaman posisi setengah duduk,
klien tampak tenang
14.15
14.20
Selasa,
26
Juni
2018
jam
21.00
WITA
Subjektif:
- klien mengatakan nyeri skala 6
(sedang) seperti diremas-remas
pada bagian perut saat bergerak
Objektif:
- klien terlihat meringis menahan
nyeri
Asesment:
Masalah nyeri akut belum teratasi
Planning:
kaji ulang nyeri, pertahankan
istirahat dengan posisi semi fowler,
dorong ambulansi dini, kolaborasi
dengan dokter untuk memberikan
16.00
25
3. Mendorong ambulansi dini
Hasil: klien mengatakan agak
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
14.30
14.40
15.00
analgesic sesuai indikasi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder akibat operasi
apendiktomi
Selasa,
26
Juni
2018
jam
14.15
sampai
jam
20.00
WITA
1. Mengkaji respon pasien
terhadap aktivitas
Hasil: klien mengatakan pusing
dan susah bangun tidur, klien
tampak lemah
2. Menginstruksikan pasien tehnik
penghematan energy
Hasil: istirahat dengan perlahan,
selalu meminta bantuan
keluarga bila ingin bergerak
bangun
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas perawatan
diri
Hasil: pasien diajarkan mandiri
menyisir rambut dan merapikan
kancing pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien
14.25
14.35
14.45
14.50
Selasa,
26
Juni
2018
jam
21.00
WITA
Subjektif:
- klien mengatakan pusing
Objektif:
- klien terlihat lemah
Asesment:
Masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
Planning:
Kaji respon pasien terhadap
aktivitas, ajarkan tehnik
penghematan enegy, beri dorongan
untuk melakukan perawatan diri,
ajarkan keluarga cara rom pasif
16.20
26
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut
berhubungan
dengan insisi
bedah
Rabu,
27
Juni
2018
jam
14.15
sampai
jam
20.00
WITA
1. Mengkaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik dan beratnya
Hasil: klien mengatakan nyeri
dengan skala angka nyeri 4
(sedang), lokasi nyeri disekitar
luka, karakteristik terasa teriris,
nyeri terasa hilang timbul
2. Mempertahankan istirahat
dengan posisi semi fowler
Hasil: klien mengatakan agak
nyaman posisi setengah duduk,
klien tampak tenang
3. Mendorong ambulansi dini
Hasil: klien mengatakan agak
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan
Hasil: klien mengatakan ingin
14.22
14.53
15.15
15.30
Rabu,
27
Juni
2018
jam
21.00
WITA
Subjektif:
- klien mengatakan nyeri skala 4
(sedang) seperti teriris pada
bagian perut saat bergerak
Objektif:
- klien terlihat rileks
Asesment:
Masalah nyeri akut belum teratasi
Planning:
kaji ulang nyeri, pertahankan
istirahat dengan posisi semi fowler,
dorong ambulansi dini, kolaborasi
dengan dokter untuk memberikan
analgesic sesuai indikasi
16.00
27
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
16.00
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder akibat operasi
apendiktomi
Rabu,
27
Juni
2018
jam
14.15
sampai
jam
20.00
WITA
1. Mengkaji respon pasien
terhadap aktivitas
Hasil: klien mengatakan pusing
bila langsung duduk, klien
mengatakan sudah belajar jalan
kekamar mandi tapi dibantu
anaknya, klien tampak lemah
2. Menginstruksikan pasien tehnik
penghematan energy
Hasil: istirahat dengan perlahan,
selalu meminta bantuan
keluarga bila ingin bergerak
bangun
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas perawatan
diri
Hasil: pasien diajarkan mandiri
menyisir rambut, lap basah
badan sendiri dan merapikan
pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
14.20
14.50
15.00
15.15
Rabu,
27
Juni
2018
jam
21.00
WITA
Subjektif:
- klien mengatakan pusing bila
langsung duduk, klien
mengatakan sudah belajar jalan
kekamar mandi tapi dibantu
anaknya
Objektif:
- klien terlihat lemah, klien
tampak rileks
Asesment:
Masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
Planning:
Kaji ulang respon pasien terhadap
aktivitas, ajarkan tehnik
penghematan enegy, beri dorongan
untuk melakukan perawatan diri,
ajarkan keluarga cara rom pasif
16.00
28
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut
berhubungan
dengan insisi
bedah
Kamis,
28
Juni
2018
jam
07.30
WITA
sampai
jam
14.15
WITA
1. Mengkaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik dan beratnya
Hasil: klien mengatakan nyeri
dengan skala angka nyeri 2
(ringan), lokasi nyeri disekitar
luka, karakteristik terasa teriris,
nyeri terasa hilang timbul
2. Mempertahankan istirahat
dengan posisi semi fowler
Hasil: klien mengatakan agak
nyaman posisi setengah duduk,
klien tampak tenang
3. Mendorong ambulansi dini
Hasil: klien mengatakan agak
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
Kamis,
28
Juni
2018
jam
14.15
WITA
Subjektif:
- klien mengatakan nyeri skala 2
(ringan) seperti teriris pada
bagian perut saat bergerak tapi
kadang tidak nyeri
Objektif:
- klien terlihat rileks, klien
tampak duduk di tempat tidur
Asesment:
Masalah nyeri akut teratasi
Planning:
Pertahankan istirahat posisi
nyaman, dorong lakukan ambulasi
sesuai kemampuan, kolaborasi
dengan dokter untuk memberikan
analgesic sesuai indikasi
14.00
29
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
peningkatan
kebutuhan
metabolik
sekunder
akibat
operasi
apendiktomi
Kamis,
28
Juni 2018
jam
07.30
WITA
sampai
jam
14.15
WITA
1. Mengkaji respon pasien
terhadap aktivitas
Hasil: klien mengatakan sudah nyaman bergerak tapi barhati-
hati, klien mengatakan sudah
jalan kekamar mandi sendiri tapi
pelan-pelan
2. Menginstruksikan pasien tehnik
penghematan energy
Hasil: istirahat dengan perlahan,
selalu meminta bantuan
keluarga bila ingin berjalan
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas perawatan
diri
Hasil: pasien diajarkan mandiri
menyisir rambut, lap basah
badan sendiri, merapikan
pakaiannya sendiri dan sikat
gigi dikamar mandi
4. Mengajarkan keluarga pasien
rom pasif
Hasil: klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
08.00
09.00
10.00
11.00
Kamis,
28
Juni 2018
jam
14.15
WITA
Subjektif:
- klien mengatakan sudah nyaman
bergerak tapi barhati-hati
- Klien mengatakan sudah jalan
kekamar mandi sendiri tapi
pelan-pelan
Objektif:
- klien tampak rileks
Asesment:
Masalah intoleransi aktivitas
teratasi
Planning:
Pertahankan kondisi nyaman dalam
bergerak, beri dorongan untuk
melakukan perawatan diri secara
mandiri
14.00
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. P di ruang Mawar
BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan dengan diagnosa post operasi apendiktomi
hari ke 1, perlu kiranya dilakukan pembahasan untuk mengetahui perbedaan
antara teori dan praktek di lapangan.
A. Pengkajian
Klien bernama Ny.P berumur 70 tahun dirawat di ruang Mawar BLUD
Rumah Sakit Konawe Selatan dengan diagnosa medis post operasi
apendiktomi, penulis melakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2018 pada
jam 14.15 WITA. Didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri
pada luka operasi, nyeri skala 6 seperti diremas-remas, nyeri terus menerus
pada saat bergerak di bagian perut. Menurut potter & perry ( 2006, h.1504 )
Nyeri timbul karena terdapat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga
menjadi stimulus nyeri yang akan menyebabkan pelepasan subtansi kimia
seperti histamin, bradikin dan kalium. Subtansi tersebut menyebabkan
nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan
timbul implus saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut
saraf perifer yang akan membawa implus nsaraf ada dua jenis , yaitu serabut
A-delta dan serabut c. Implus nyeri akan dibawa ke konu dorsalis
melepaskann neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan
transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traknus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan implus syaraf ditransmisikan lebih jauh kedalam system
31
saraf pusat. Setelah implus saraf sampai di otak, otak mengolah implus saraf
kemudian akan timbul respon reflek nyeri.
Klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien lemas,
hanya berbaring di tepat tidur, klien dibantu keluarga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Menurut Menurut potter & perry ( 2006, h.1508 )
pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak dan
talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari
respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang
superfisial menimbulakan reaksi flight yang merupakan sindrom adaptasi
umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis lamah karena pengeluaran energi fisik yang
disebabkan oleh peredaeran darah yang tidak sampai ke otot dan akann
terjadi pucat yang disebabkan oleh suplai darah berpindah dari perifer.
Data objektif yang diapat KU sedang, kesadaran compos menthis, adanya
luka operasi panjang 8 cm dan lebar 2 cm di perut kanan bawah luka masih
basah, wajah tampak pucat, klien tampak lemas, perilaku berhati-hati,
ekstremitas hangat, tekanan darah; 110/70 mm/hg, nadi; 73x/m, suhu;
36,70C, pernapasan; 18x/m.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
Nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan
adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak
menyenangkan selama enam bulan atau kurang. Dengan batasan
karakteristik mayor : komumikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang
32
nyeri yang dideskripsikan daan batasan karakteristik minor : perubahan
kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya, ansietas postur
tidak biasanya (lutut ke abdomen), ketidakaktifan fisik, rasa takut,
menarik bila disentuh (Wilkinson, 2007 , h. 338).
Perubahan rasa nyaman adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya. Dengan batasan karakteristik mayor:
individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan dan batasan
karakteristik minor: respon pada nyeri, tekanan darah meningkat, nadi
meningkat, pernafasan meningkat, pupil dilatasi, perilaku berhati-hati,
raut wajah kesakitan, meringis, merintih, terasa sesak pada abdomen
(Carpenito, 2000, hal.53 ).
Diagnosis ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data: klien
mengatakan nyeri pada luka operasi, nyeri seperti diremas-remas, nyeri
terus menerus, adanya luka operasi, skala 6 saat bergerak pada perut
bagian kanan bawah, klien tampak meringis menahan nyeri. Penulis
memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
ini sebagai diagnosa pertama karena klien mengeluh nyeri pada luka
insisi, hal ini tentu akan mengganggu proses hospitalisasi dan aktivitas
klien. Klien juga mengeluhkan masalah nyeri sebagai masalah utama.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder akibat operasi apendiktomi.
Hambatan mobilitas fisik adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis
seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau
yang dibutuhkan. Dengan batasan karakteristik mayor: pusing, dispnea,
keletihan akibat aktivitas, frekuensi pernafasan lebih dari 24 x/menit dan
33
batasan karakteristik mayor: pucat atau sianosis, konvusi, vertigo
(Carpenito, 2006, h. 3).
Diagnosa ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data: klien
mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien tampak lemas,
klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, tekanan
darah 120/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 19 x/menit, suhu
37,6oC. penulis mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas sebagai
diagnosa ketiga karena ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri dapat mengganggu fungsi fisiologis secara
bertahap. Adapun diagnosa keperawatan yang tidak muncul dalam kasus
Ny.P diantaranya yaitu:
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan (iritasi saraf
abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral); diuresis
pascaobstruksi. Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana
seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko
mengalami dehidrasi vascular, interstisial atau intravaskular (Carpenito,
2000, h. 139).
Masalah ini tidak dimunculkan karena tidak ditemukannya data
yang mendukung diagnosa, yaitu kulit/membran mukosa kering,
ketidakseimbangan negatif antara masukan dan haluaran, penurunan
turgor kulit, rasa haus, urin memekat. Sehingga diagnosa resiko tinggi
terhadap kekurangan volume cairan tidak bisa ditegakkan.
b. Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang individu
atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau
ketrampilan-ketrampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau
rencana pengobatan (Carpenito, 2000, h. 223).
34
Masalah ini tidak dimunculkan karena tidak ditemukannya data
yang mendukung diagnosa, yaitu klien mengungkapkan kurang
pengetahuan atau keterampilan-keterampilan/ permintaan informasi,
mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi ststus kesehatan,
melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau
yang diinginkan. Sehingga diagnosa kurang pengetahuan tidak dapat
ditegakan.
C. Intervensi
Untuk diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan insisi
bedah. Sesuai masalah yang muncul, penulis menyusun intervensi yaitu
tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan dan beratnya (skala 0-10)
nyeri, hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan kualitas nyeri klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan atau kolaborasi. Anjurkan klien
untuk istirahat dengan posisi semi fowler, hal ini dilakukan untuk
menghilangkan tegangan pada abdomen yang bertambah dengan posisi
telentang. Dorong ambulasi dini (duduk atau berjalan), hal ini dilakukan
untuk meningkatkan normalisasi fungsi organ misalnya merangsang
peristaltik, kelancaran flatus dan menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
Penulis juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi analgesik
sesuai dengan indikasi, hal ini dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan
mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain, contohnya ambulasi
dan batuk. (Doengoes, 2000, h. 511).
Untuk diagnosa kedua yaitu yaitu hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder akibat
operasi apendiktomi. Sesuai masalah yang ditemukan penulis menyusun
intervensi yaitu mengkaji respon individu terhadap aktivitas, hal ini dilakukan
35
mengetahui respon fisiologis terhadap stres. Aktivitas secara bertahap, hal ini
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas klien agar klien mampu beradaptasi
saat proses penyembuhan. Ajarkan klien metode penghematan energi untuk
aktivitas, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan saat klien
melakukan aktivitas kembali secara bertahap
D. Implementasi
Kemudian berdasarkan intervensi di atas pada diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan insisi bedah, penulis melakukan implementasi pada
tanggal 26 Juni sampai 28 Juni 2018 sebagai berikut: kaji tingkat nyeri,
mencatat intensitas karakteristik nyeri. Kekuatan klien kooperatif saat
dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri, sedangakan kelemahan dari tindakan ini
adalah bisa memunculkan hasil yang salah saat mengakaji skala nyeri
sehingga dapat mempengaruhi tindakan yang lain. Solusinya adalah harus ada
alat yang dapat mengukur tingkat rasa nyeri. Menganjurkan klien istirahat
dengan posisi semi fowler. Kekuatan dari implementasi ini adalah klien mau
beristirahat dengan posisi setengah duduk, sedangkan kelemahan dari
tindakan ini adalah klien merasakan nyeri saat bergerak. Solusinya saat
merubah posisi dari posisi tidur ke setengah duduk harus berhati-hati dan
memperhatikan respon dari wajah klien. Dorong ambulasi dini (duduk).
Kekuatan dari implementasi ini adalah klien mau untuk duduk, sedangkan
kelemahan dari tindakan ini adalah kelurarga klien melarang klien untuk
duduk karena belum sembuh. Solusi untuk intervensi ini adalah memberikan
pengetahuan kepada keluarga klien bahwa pergerakan secara perlahan lahan
akan mempercepat penyembuhan dan fungsi organ. Memberikan terapi
injeksi ketorolac 30 mg, kekuatan dari implementasi ini adalah klien bersedia
saat diberikan injeksi, sedangkan kelemahan dari tindakan ini pada saat
36
memberiakan injeksi tidak menggunakan prosedur pemberian obat yang
lengkap dan benar. Solusinya untuk tindakn ini adalah pada saat pemberian
obat harus dijelaskan efek samping dan kegunaan dari obat tersebut
(Doengoes, 2000, h. 511).
Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa kedua yaitu hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder akibat operasi apendiktomi. Kemudian penulis melakukan
implementasi pada tanggal 26 Juni sampai 28 Juni 2018 sebagai berikut:
mengkaji respon terhadap aktivitas. Kekuatan tindakan ini klien mengatakn
sejujurnya sejauh mana tingkat kemandirian klien pada saakt melakukan
sesuatu atau aktivitas, sedangkan kelemahan tindakan ini klien kadang
memaksakan diri untuk melakukan aktivitas yang dapat memperberat nyeri.
Solusinya untuk tindakan ini adalah memberika penjelasan tentang aktivitas
yang bisa dilakukan klien. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas secara
bertahap. Kekuatan klien mencoba berjalan ke kamar mandi. Kelemahan
tindakan ini adalah dengan adanya nyeri yang masih dirasakan klien dapat
membuat keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Solusi tindakan ini
sebaiknya klien berlatih aktivitas setelah minum obat anti nyeri.
Menganjurkan klien untuk melakukan penghematan energi. Kekuatan dari
implementasi ini adalah klien beristirahat saat merasa lelah, sedangakan
kelemahan dari tindakan ini lingkungan berisik, solusi untuk tindakan ini
sebaiknya saat waktu istirahat klien pengunjung sebaiknya dibatasi agar tidak
terlalu berisik.
37
E. Evaluasi
Kemudian berdasarkan implementasi di atas, penulis melakukan
evaluasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pada
terakhir pada tanggal 28 Juni 2018 sebagai berikut: masalah nyeri akut
berhubungan dengan insisi bedah belum teratasi sebagian dengan data klien
mengatakan nyeri skala 2 terasa teriris pada bagian perut saat bergerak, klien
terlihat sudah rileks dan mampu berjalan mandiri ke kamar mandi, lanjutkan
intervensi dengan kaji ulang nyeri, kolaborasi dengan dokter untuk
memberikan analgesic sesuai indikasi. Kekuatan yang dimiliki adalah klien
mau mengikuti instruksi perawat saat dibantu perawat dalam memberikan
klien posisi yang nyaman semi fowler, sedangkan kelemahannya adalah klien
saat mengubah ke posisi semi fowler terkadang klien masih merasakan nyeri.
Kemudian untuk diagnosa yang kedua hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder akibat operasi
apendiktomi, penulis melakukan evaluasi pada tanggal 28 Juni 2018 sebagai
berikut: masalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder akibat operasi apendiktomi teratasi dengan
data klien mengatakan sudah bisa beraktivitas mandiri dan klien mengatakan
berlatih kekamar mandi, klien tampak rileks dan mampu duduk sendiri klien
terlihat ke kamar mandi tanpa bantuan, pertahankan kondisi. Kekuatan yang
dimiliki klien adalah mampu mematuhi intruksi pada saat dilakukan tindakan
keperawatan. Klien merasa senang saat berlatih untuk duduk dan berjalan
kekamar mandi karena dapat mengurangi stres, sedangkan kelemahannya
adalah saat dilakukan latihan aktivitas secara bertahap, klien masih
merasakan nyeri sehingga mengganggu aktivitas.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada saat melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. P dengan post
operasi apendiktomi di ruang Mawar BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan
Kabupaten Konawe Selatan, penulis menggunakan tahap-tahap proses
keperawatan yang antara lain : pengkajian, pola fungsional Gordon,
pemeriksaan fisik, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 26 Juni 2018 jam 14.15
WITA didapatkan diagnosa keperawatan pada Ny.P, yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah.
Dengan didukung data subjektif: klien mengatakan nyeri pada luka
operasi seperti di remas-remas skala 6 dan nyeri dirasaakan saat bergerak
dibagian perut. Data objektifnya: klien terlihat meringis menahan nyeri
dan ada luka bekas operasi di bagian perut. Penulis melakukan
implementasi dari tanggal 26 Juni sampai 28 Juni 2018 dengan evaluasi
masalah teratasi sebagian dengan data klien mengatakan nyeri skala 2
terasa teriris pada bagian perut saat bergerak, klien terlihat sudah rileks
dan mampu berjalan mandiri ke kamar mandi, lanjutkan intervensi
dengan kaji ulang nyeri, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan
analgesic sesuai indikasi.
39
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder akibat operasi apendiktomi.
Dengan didukung data subjektif: klien mengatakan untuk beraktifitas
sulit terasa sakit dan lemas sehingga semua aktivitas dibantu suaminya.
Data objektifnya: klien terlihat lemas, tekanan darah; 130/80 mm/hg,
nadi; 78x/m, suhu; 36,40C, pernapasan; 19x/m. Penulis melakukan
implementasi pada tanggal tanggal 26 Juni sampai 28 Juni 2018 dengan
evaluasi masalah teratasi dengan data klien mengatakan sudah bisa
beraktivitas mandiri dan klien mengatakan berlatih kekamar mandi, klien
tampak rileks dan mampu duduk sendiri klien terlihat ke kamar mandi
tanpa bantuan.
B. Saran
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien post operasi
apendiktomi, hendaknya dilakukan pengkajian secara lengkap dan
menyeluruh. Penetapan diagnosa keperawatan harus berdasarkan pada data
dan keluhan yang dikeluhkan pasien. Perencanaan keperawatan dilakukan
dengan mempertahankan konsep dan teori yang ada. Implementasi
keperawatan harus sesuai dengan perencanaan dengan memperhatikan
kondisi pasien dan kemampuan keluarga. Dan evaluasi yang dilakukan
harus sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hendaknya
menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif
dengan melibatkan peran serta aktif keluarga sebagai asuhan keperawatan
sehingga tercapai sesuai tujuan.
40
3. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dengan
memberikan penyuluhan tentang perawatan pasien post operasi
apendiktomi di rumah sebelum pasien pulang.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Uzma. 2010. The Effectiveness of Relaxation Therapy in the Reduction of Anxiety Related Symptoms (A Case Study). Pakistan: International Journal of Psychological Studies.
Baradero, M. 2005. Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Barbara, J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Peroperatif, Vol. 1 Prinsip. Jakarta:
EGC.
Broke, J, Hasan, N, dkk. 2012. Efficacy of Information Interventions in Reducing Transfer Anxiety from A Critical Care Setting to A General Ward: A Systematic Review and Meta-Analysis. London: Elsevier.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Doengoes, M.E, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien: Jakarta: EGC
Kwekkeboom, K.L dan Gretarsdottir, E. 2006. Systematic Review of
Relaxation Interventions for Pain. Amerika Serikat: Journal of Nursing
Scholarship.
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
Moleong, L.J.
2004.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
NANDA (Nursing Diagnosis and Clasification). 2005-2006. USA: NANDA
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodolologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Patricia, P. 2009. Fundamental of Nursing, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Price, A.Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Proses-Proses Penyakit,
Edisi 4. Jakarta: EGC
Reyes, Guy E dan Chang, Paul S. 2011. Prevention of Surgical Site Infections:
Being a Winner. Amerika Serikat: Elsevier
Sharon, A. 2011. Reducing Fall Risk for Surgical Patients. Amerika Serikat:
AORN Journal.
42
Syamsuhidayat, R.Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC
Weirich, Tara Lynn. 2008. Hypothermia/Warming Protocols: Why Are They Not
Widely Used in the OR. Amerika Serikat: AORN Journal.