ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE …elib.stikesmuhgombong.ac.id/667/1/MUHAMMAD ASYIFAURROHMAN...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE …elib.stikesmuhgombong.ac.id/667/1/MUHAMMAD ASYIFAURROHMAN...
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
SEREBRAL:POSISI HEAD UP 30 0 DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
MUHAMMAD ASYIFAURROHMAN
NIM : A01401998
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2017
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
SEREBRAL:POSISI HEAD UP 30 0 DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
MUHAMMAD ASYIFAURROHMAN
NIM : A01401998
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2017
iii
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... iLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. iiiLEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ..... viLEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... vDAFTAR ISI................................................................................................. viDAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...viiiKATA PENGANTAR .................................................................................. ixABSTRAK ................................................................................................... xiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 3D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Asuhan Keperawatan................................................................... 5
1. Pengkajian ............................................................................... 52. Diagnosa Dan Perencanaan .................................................. ..73. Pelaksanaan ....................................................................... ..... 94. Evaluasi ............................................................................ .... 10
B. Memberikan posisi elevasi 30o..................................................... .1. Pengertian............................................................................. .102. Batasan Karakteristik ............................................................ 103. Patofisiologi Fokus................................................................ 114. Faktor Yang Berhubungan ................................................... 115. Manifestasi Klinis ................................................................. 116. Etiologi .................................................................................. 127. Patofisiologi Stroke Hemoragik............................................ 138. Pathway................................................................................. 149. Tindakan Posisi Elevasi 30o .................................................. 15
BAB III METODE STUDI KASUSA. Jenis Studi Kasus ...................................................................... 14B. Subyek Studi Kasus .................................................................. 14C. Fokus Studi Kasus..................................................................... 14D. Definisi Operasional.................................................................. 15E. Instrumen Studi Kasus .............................................................. 15F. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 15G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ................................................. 16H. Analisis Data dan Penyajian Data ............................................. 16I. Etika Studi Kasus ...................................................................... 17
vii
BAB IV PEMBAHASANA. Asuhan Keperawatan dan Hasil Studi Kasus .................................21
1. Hasil Studi Kasus .....................................................................212. Pembahasan …………………………………………………303. Keterbatasan Studi Kasus…………………………………....38
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan.....................................................................................39B. Saran ..............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................LAMPIRAN .......................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Informed Consent.2. Lembar Penjelasan Mengikuti Penelitian (PSP).3. Lembar Asuhan Keperawatan.4. Lembar SOP Posisi elevasi 300
5. Jurnal
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan
kekuatan dan pengetahuan selama penerapan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ujian komprehensif ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pasien Thypoid Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman Nyaman : Hipertermi di Ruang Melati RSUD Dr.
Soedirman Kebumen”. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih yang setulus tulusnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.
2. Herniyatun, M. Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKes Muhammadiyah Gombong,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan keperawatan
3. Nurlaila, M. Kep. selaku ketua prodi D III Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Gombong
4. Bambang Utoyo M.Kep. selaku dewan penguji hasil akhir karya tulis ilmiah
5. Barkah Waladani, M. Kep. selaku pembimbing penulisan karya tulis
komprehensif yang telah mendidik penulis
6. Pembimbing ruangan beserta staf medis dan karyawan yang telah memberikan
izin dan tempat untuk melaksanakan ujian akhir
7. Kedua Orang tua serta kakak dan adik tersayang yang selalu mendukung,
memberikan kasih sayang, bimbingan, nasihat, semangat, dan do’a yang tiada
putus-putusnya serta pelajaran-pelajaran berharga bagi penulis.
8. Teman - teman seperjuangan penulis dalam menempuh KTI jenjang DIII
Keperawatan yang ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat, serta do’a
untuk kelancaran tugas akhir ini.
x
9. Hawaku yang telah di tuliskan di lauful mahfus doa dan harapan semoga kelak
bertemu dalam ikatan janji suci.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
karya tulis ini, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti
bagi penulis untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini
dapat membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan.
Terimakasih.
Gombong, 11 juni 2017
Penulis
Muhammad Asyifaurrohman
xi
xi
Program Studi D III KeperawatanSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah GombongKTI, Juli 2017
Muhammad Asyifaurrohman1, Barkah Waladhani M.Kep2
ABSTRAKASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROK HEMORAGIK
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSIJARINGAN SEREBRAL:POSISI HEAD UP 30 0 DI RUANG ICU
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Latar belakang: Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah diotaksehinga timbul iskemik dan hipoksia. Stroke hemoragik biasanya di sertai udemcerebral dan dapat meningkatkan tekanan intrakranial.Tujuan penulisan: Menggambarkan asuhan keperawatan pasien strokehemoragik dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral: monitorTIK dengan cara memposisikan head up 300 secara komprehensif.Asuhan keperawatan: Saat pengkajian di dapatkan data klien penurunankesadaran GCS E2V2M4, penulis mendapatkan masalah keperawatanketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perdarahan dirongga otak dan menyusun rencana keperawatan yang di lakukan memposisikanhead up 300 untuk mengurangi tekanan intrakranial, karena pasien mengalamipenurunan kesadaran jadi penulis menilai klien dengan triad cushing untukmengetahui bahwa klien mengalami peningkatan tekanan intakranial, monitorkesadaran, monitor vital sign, dan terapi sesuai intruksi. Tindakan yang direncanakan telah dilakukan oleh penulis 3x24 jam dengan hasil evaluasi masalahketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perdarahan di otakpada subyek studi kasus teratasi.Fokus tindakan: Tindakan head up terbukti efektif untuk mengontrolpeningkatan tekanan intrakranial.
Kata kunci: Head up 300,ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral,strokehemoragik
1. Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.2. Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.
xii
Nursing Diploma ProgramMuhammadiyah Health Sciences Institute of GombongKTI, July 2017
Muhammad Asyifaurrohman, Barkah Waladani M.Kep2
ABSTRACTHEMORAGIC STROKE NURSING CARE IN PATIENTS WITH
INEFFECTIVE PERFUSION OF THE CEREBRAL TISSUE: HEAD UP 300
POSITIONIN PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Background: hemorrhagic stroke is a rupture of blood vessels in the brain, sooccur ischemic and hypoxic. In general hemorrhagic stroke be found edemacerebral can be increase intracranial pressure.Purpose: Describes nursing care of hemorrhagic stroke patients with ineffectiveperfusion of the cerebral tissue: intracranial pressure monitors by 300 heads uppositioning a comprehensive.Nursing care: assessment obtained was loss of consciousness with GCSE2V2M4, the authors found ineffective perfusion of the cerebral tissue correlatedwith bleeding in the brain cavity and a nursing plan that head up 300 positioned toreduce intracranial pressure, because as the patient had loss consciousness. Theauthors assess clients with triad crushing to know that clients experience increasedintracranial pressure, consciousness monitor, vital sign monitor, and therapyaccording to instructions. The planned action has been done by the author of 3x24hours with the evaluation result in effective perfusion problems of cerebral tissuerelated to bleeding in the brain resolved.The focus of action: Head-up action effective to control the increase intracranialpressure.
Keywords: Head up 300, ineffective perfusion of cerebral tissue, hemorrhagicstroke
1. Students Diploma Nursing Program Muhammadiyah Health Sciences Instituteof Gombong.
2. Lecturer Bachelor Nursing Program Muhammadiyah Health SciencesInstitute of Gombong.
xiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit degenerative di antaranya seperti jantung, kangker dan stroke
telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia hingga saat ini. Menurut
laporan World Health Organization (WHO) (2011), kematian akibat penyakit
degenerative salah satunya stoke akan diperkirakan terus meningkat
diseluruh dunia. Peningkatan terbesar akan terjadi dinegara – negara
berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 di
perkirakan akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa
dari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih dari dua per tiga (70%) dari populasi
(Buletin Kesehatan, 2011).
Beberapa penyakit yang banyak terjadi di kalangan masyarakat adalah
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker. Penyakit degeneratif
seperti stroke juga sudah mulai ditemui tidak hanya pada lansia,dan penyakit
ini tidak memandang usia namun juga bisa menyerang pada siapapun,
kalangan muda di karenakan gaya hidup yang kurang sehat (Indrawati, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization), stroke merupakan penyakit
yang mematiakan dan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan
kanker (Waluyo 2009).
Di Indonesia sendiri di perkirakan setiap tahun terjadi 500 penduduk
terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan
lainnya mengalami kecacatan baik ringan ataupun berat,stroke menjadi
peringkat ke tiga sebagai penyakit mematikan setelah peryakit jantung dan
kanker. Menururt Profil kesehatan jawa tengah pada (2015) jumlah kasus
stroke di Jawa Tengah yaitu terdiri dari stroke hemoragik sebanyak 4.558 dan
stroke non hemoragik sebanyak 12.795. Jumlah kasus stroke hemoragik tahun
2015 tertinggi terdapat di Kota Kebumen sebesar 588 kasus, urutan kedua
yaitu di kabupaten Demaksebesar 556 kasus, urutan ketiga yaitu kota
Surakarta sebesar 365 kasus. Keempat yaitu boyolali sebesar 320 kasus.
2
Sedangkan untuk kota sragen sebesar 287 kasus dan menepati urutan ke lima.
Data diatas menunjukan bahwa penyakit stroke merupakan salah satu
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan (Batticaca, 2008).
Stroke adalah peryakit multifaKtorial dengan berbagai penyebab disertai
manifestasi klinis mayor dan penyebab utama kecacatan dan kematian
khususnya dinegara-negara berkembang (Saidi,2010). Stroke atau dikenal
dengan penyakit serebrovaskuler, merupakan penyakit neurologik yang
terjadi karena gangguan suplai darah menuju ke otak (Black and Hawk,
2009). Ada dua tipe stroke yaitu stroke hemorrhagic dan stroke iskemik.
Stroke iskemik banyak disebabkan karena trombotik atau sumbatan emboli,
sedangkan stroke hemorrhagik disebabkan oleh perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah di suatu bagian otak.
Pada pasien stroke biasanya didapatkan peningkatan intrakranial dengan
tanda klinis berupa nyeri yang tidak hilang dan semakin meningkat,
peningkatan intra kranial salah satunnya seperti peningkatan pada tekanan
darah sistol, tekanan darah diastole, peningkatan rate respiration dan nadi.
merupakan kasus gawat darurat dimana cedera otak irrevesibel atau kematian
dapat dihindari dengan intervensi tepatpada waktunya (Hisam,2013).
Penanganan pada pasien stroke yang mengalami peningkatak intra kranial
atau mencegah terjadinya peningkatan intra kranial salah satunya melakukan
pengontrolan peningkatan TIK yaitu dengan memberikan posisi kepala posisi
kepala merupakan tindakan keperawatan tradisional,pemberian posisi flat (0o)
dan posisi kepala elevasi (30o). Tindakan ini adalah tindakan mengatur posisi
pasien diatas tempat tidur demi kenyamanan pasien ataupun untuk
memeperlancar suatu tindakan terhadap pasien (Sunardi,2011).
Berdasarkan kasus di atas maka penulis tertarik mengangkat kasus stroke
di karenakan penderita stroke mengalami peningkatan yang tinggi hal ini
dibuktikan dari data di atas yang mana setiap tahunnya pasien yang menderita
stroke selalu meningkat.selain itu dalam menangani klien dengan stroke di
perlukan juga peran perawat untuk menanggulangi penyakit stroke dengan
cara memberikan dukungan dan asuhan keperawatan kepada klien
3
stroke.peran perawat meliputi pemberian informasi ,edukasi,dan keterampilan
yang di perlukan oleh klien,sehingga kwalitas hidup klien penderita stroke
dapat meningkat.
B. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien stroke dengan
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral ?
C. Tujuan studi kasus
1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan klien stroke dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menggambarkan pengkajian pada klien dengan stroke
hemoragik
b. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
stroke hemoragik
c. Mampu menggambarkan dalam merencanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan stroke hemoragik
d. Mampu menggambarkan tindakan keperawatan pada klien dengan
stroke hemoragik
e. Mampu menggambarkan evaluasi tindakan keperawatan pada klien
stroke hemoragik
f. Mampu menggambarkan dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada klien stroke hemoragik.
D. Manfaat studi kasus
Studi kasus ini ,diharapakan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit :
Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada
pasie stroke dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan :
4
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
untuk pasien stroke dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral.
3. Penulis :
Memperoleh pengalaman dalam mengapalikasikan ilmu keperawatan
khususnya penatalaksanaan asuhan keperawatan klien dengan stroke
dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi.I.G. (2016), pengelolaan peningkatan tekanan intracranial kamus
kedokteran : Universitas Padjadjaran
Bahrudin, M . dkk. (2008). Posisi Kepala Dalam Stabilisasi Tekanan Intrakranial
.http://WWW. greenbookee. Com/keperawatan-pada-orangdewasa/diaksespada
tanggal 6 juni 2017.
Batticaca, F. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
SistemPersarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Bulechek M. Gloria, et al. (2015). Nursing Intervention Classification (NIC),
Nurjanah Intansari, Roxana D. Tumanggor (2016) (Alih Bahasa).Yogyakarta :
Mocomedia.
Bulletin Kesehatan. (2011). Gambaran Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical-Surgical Nursing : Clinical Management for
Positive Outcomes. Singapore: Saunders Elsevier.
Caplan,LR. 2009. Caplan’s Stroke: A Clinical Approach, Fourth Edition.
Philadelphia, Saunders Elsevier.
Cynthia Lee Terry & Aurora Weaver. (2011). Critical Care Nursing Demystifield.
Ery Yanuar Akhmad & Happy Indah Kusuma Wati (2013) (Alih Bahasa).
Yogyakarta:Rapha Publishing.
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep Dan Kerangka
Kerja. Edisi Pertama. Yogyakarta: Goyan Publishing.
Deswani, (2009). Proses Keperawatan Berfikir Kritis. Jakarta: Salmemba Medika.
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Felix Mahfoud & Jurgen Beck & Andreas Raabe.(2009). Intrakranial Pressure Pulse
Amplitude During Changes In Head Elevation : A New Parameter For
Determining Optimum Cerebral Perfusion Pressure ?. Switzerland :Acta
Neurochir (2010).
Ginesberg, L. (2008). Lecture Notes Neurologi, Jakarta : Erlangga
Herdman, T. (2014). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014.
Penerbit Buku Kedokteran . Jakarta : EGC.
Hisam,Y,Sudadi,&Raharjo.S.(2013).:Tatalaksana Peningkatan Tekanan Intrakranial
(TIK) Pada Oprasi Craniotomi Evaluasi Hematom Yang Disebabkan Oleh
Hambatan Intraserebral,Jurnal Komplikasi Anastesi.1(1).35.42.di akses pada
tanggal 6 juni 2017.
Indrawati, L. (2009). Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat
Miskin dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia. Jakarta: Puslitbang
Biomedis.
Misbach J. (2007). Stroke Askep Diagnosis Patofisiologi Dan Manajemen. Jakarta :
FKUI
Muttaqin, (2011). Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik. Jakarta :
salemba medika
Mutaqqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Persarafan Edisi Pertama. Yogyakarta: Salemba Medika.
Nanda.(2009). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Nursalam .(2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Rendi & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Dalam,
Catatan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saidi, S., Mahjoub T., and Almawi, W.Y.,(2010). Aldosterone Syntase Gene
(CYP11B2)Promoter Polymorphism as a Risk Factfor Ischemic Strokein
Tunisian Arabs. Journal of Renin-Angiotensin-Aldosterone System11: 180.
Setyopranoto. I. (2011). Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Jurnal CDK 185.
38(4), 43-54.
Suadoni, M. T. (2009). Raised intracranial pressure: Nursing observations and
interventions. Nursing Standard, 23(43), 35-40.
Sunardi, N . (2011). Pengaruh Pemberian Posisi Kepala Terhadap Tekanan Intra
Kranial Pasien Stroke Iskemik di RSCM Jakarta. Jurnal Publikasi dan
Komunikasi Karya Ilmiah Bidang Kesehatan. 0216. 7042 : 1-5 di akses pada
tanggal 6 Juni 2017.
Swanson, E., dkk. (2013). Nursing Outcomes Clasification (NIC) (6th
ed), Nurjannah,
I., dan Roxsana, D.T. (2016) (alih bahasa), Moco Media.
Wagner, C.M., dkk. (2013). Nursing Intervension Clasification (NIC) (6th
ed),
Nurjannah, I., dan Roxsana, D.T. (2016) (alih bahasa), Moco Media.
Waluyo, S. (2009). 100 Questions & Answers Stroke. Jakarta: Media Komputindo.
Wikinson, J, M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ( NANDA 2012).
Jakarta : ECG
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Muhammad Asyifaurrohman dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pasien Stroke Dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral:Di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Gombong”.
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa
sanksi apapun.
13 juli 2017
Yang memberikan persetujuan
Saksi
.............................
.............................
13 juli 2017
Peneliti
Muhammad Asyifaurrohman
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
1. Kami adalah Peniliti berasal dari STIKES Muhammadiyah Gombong,
Program Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk
berpartispiasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pasien Stroke dengan masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral : Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Gombong”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan
pasien Stroke dengan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral: yang
dapat memberi manfaat yaitu meningkatkan pengetahuan, pemahaman
masyarakat dalam menangani masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral pada pasien stroke. Penelitian ini akan berlangsusng selama 3
hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung 15-20 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam ke ikutsertakan pada penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama jati diri anda seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 082242255473
Peneliti
Muhammad
Asyifaurrohman
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
SEREBRAL:POSISI HEAD UP 30 0 DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.P
Umur : 80Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
BB : 55kg
No. Rekam Medik : 333154
Tanggal Pengkajian : 13 juli 2017
Diagnosa Medik : SH (stroke hemoragik)
2. Riwayat penyakit
Keluhan Utama
Klien mengalami penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang :
Klien datang ke ruang ICU pada tanggal 13 juli 2017 pukul 10.00
WIB dari IGD,dengan penurunan kesadaran sejak jam 04.00 pagi sebelum
tidak sadar klien sempat kejang dua kali,lalu klien di bawa ke RS PKU
Muhammadiyah Gombong GCS,E2,M4,V2 Somnolen,KU lemah, TD 180/
102 mmHg, HR 50x/ menit,RR 30 x/ menit suhu 36,8 0C,SPo2 90%,MAP
185 mmHg,akral hangat,terdengar suara nafas stridor,ronkhi terlihat
retraksi dinding dada .terpasang OPA, terpasang NGT,dari hasil CT SCAN
terdapat perdarahan pada lobus temporalis dextra dan udema cerebri, RO
Thorax terdapat cardiomegaly, klien gelisah,klien di restraint,di berikan
posisi head up 30 0 terpasang O2 NRM 10L, Infus NS 20 tpm, di berikan
catapres 300 mg dalam 50 cc Nacl jalan 2 cc/ jam ( syrim pump).
Riwayat penyakit dahulu :
-Riwayat saat di IGD:
Klien datang ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 13
juli 2017 ,pukul 08.00 Wib, dinatar oleh keluargannya dengan keluhan
tidak sadarakan diri sejak jam 04.00 Wib, dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil , kesadaran somnolen , KU lemah, GCS E:2V:2M:4 ,
PUPIL 3mm/3mm, TD : 148/87mmHg, N : 90x/menit, S: 36,8, RR:
32x/menit, SPO2 :97%, akral hangat, terlihat retaksi dinding
dada,terdengar suara nafas stridor dan ronkhi, GDS: 125mg/dl, CT-
Scan terdapat pendarahan dilobus temporalis dextra dan edema cerebri,
RO thorax terdapat cardiomegaly, diberikan terapi O2 NRM 10 liter ,
infus NS 20tpm, terpasang NGT, inj.citicolin 500 mg, inj.ranitidine 50
mg, midazolam 2,5mg.
- Riwayat pengobatan:
Keluarga klien mengatakan klien tidak memepunyai riwayat alergi
obat dan klien jarang berobat hanya mengkonsumsi buah pace untuk
mengontrol hipertensinya.
- Riwayat penyakit sebelumnya:
Keluarga klien mengatakan klien terserang stroke kedua kalinya, yang
pertama 2 bulan yang lalu, lalu klien dipijat ke tu kang pijit dan dikasih
jamu dan sembuh dapat berjalan dan tidak ada kelemahan pada
anggota gerak tetapi klien mengalami susah bicara, pikun, dan BAB,
BAK tidak terkontrol dan keluarga klien mengatakan klien baru
pertama kalinya di rawat di RS.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan mempunyai riwayat peryakit hipertensi tidak
mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan peryakit menular seperti
HIV, TBC, Hepatitis dll.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
Klien tampak sesak nafas, RR :30x/menit, menggunakan NRM
10L,terlihat retraksi dinding dada terdengar suara nafas stridor dan
ronkhi.
b. B2 (Blood)
TD : 180/102 mmHg, N :50 x/menit, S: 36,8, RR: 30x/menit, SPO2
:90%, akral hangat, tidak terdapat sianosis, Map :185 mmHg.
c. B3 (Brain)
kesadaran somnolen , KU lemah, GCS E:2V:2M:4 , PUPIL
3mm/3mm.
d. B4 (Bowel)
Klien terpasang NGT, cairan yang keluar berwarna hijau
kehitaman,dilakukan bilas lambung , belum mendapatkan diit apapun,
bising usus 22x/menit.
e. B5 (Bladder)
Diuresis yang keluar dari jam 10.00 Wib-12.00Wib sebanyak 400cc
f. B6 (Bone)
Terpasang infus NS 20tpm, tidak terdapat edema pada ekstremitas,
Tonus otot tidak ada masalah tidak terdapat gangguan hemiparesis
pada ekstremitas.
4. Pola fungsional
1. pola oksigenasi
Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat bantu
pernafasan
Saat dikaji : klien sesak nafas, RR: 30x/menit menggunakan
NRM 10 liter.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sehari makan bisa
makan 5x menggunakan lauk pauk dan
sayur,minum air putih 8-11 gelas per hari,minum
teh pada waktu pagi hari.
Saat dikaji : klien terpasang NGT belum mendapatkan diit
apapun dari RS.
3. Pola kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit :Klien dapat beristirahat dengan nyenyak, tidur +/_
5-6 jam
Saat dikaji :Klien berbaring lemas diatas tempat tidur
(kesadaran sopnolen),Dan di restraint.
4. Pola eliminasi
Sebelum sakit :Keluarga klien mengatakan klien BAB dan BAK
Sudah tidak terkontrol lagi setelah terkena stroke
yang pertama,BAB dan BAK Di sembarangan
tempat.
Saat dikaji :Klien belum BAB selama di RS terpasang DC
kateter Urin buang 3 jam 400cc
5. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain.
Saat dikaji : Klien hanya berbaring ditempat tidur dan segala
keperluan dibantu oleh perawat.
6. Pola berpakaian
Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Saat dikaji : Klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat.
7. Pola menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit :Klien jika merasa dingin menggunakan selimut/
pakaian tebal serta minum air hangat, jika panas
memakai pakaian tipis dan menggunakan kipas
angin
Saat dikaji :Klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan
menggunakan selimut.
8. Pola personal hygiene
Sebelum sakit : Klien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiri
Saat dikaji : Klien hanya diseka 2x/hari pada pagi dan sore hari.
9. Pola Aman dan nyaman
Sebelum sakit : Klien merasa aman dan nyaman berada di diantara
keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya
sekitar
Saat dikaji : Klien tampak gelisah dan di restraint pada kedua
kaki dan tangannya.
10. Pola komunikasi
Sebelum sakit :Keluarga Klien mengatakan klien sulit berbicara
setelah terkena stroke yang pertama 2 bulan yang
lalu jadi sulit berkomunikasi.
Saat dikaji : Klien tidak dapat berbicara mulut tampak tidak
simetris (menceng) belum sadar,kesadaran
somnolen.
11. Pola rekreasi
Sebelum sakit :Keluarga klien mengatakan klien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk
berekreasi,dan berjalan jalan ketika pagi hari di
sekitar rumah.
Saat dikaji : Klien hanya terbaring lemas ditempat tidur ,dan di
temani oleh keluarganya ketika jam besuk.
12. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan hanya bekerja sebgai
petani sebelum terkena stroke.
Saat dikaji : -
13. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan sudah mengetahui
peyakit yang diderita klien tapi belum terlalu faham.
Saat dikaji : Keluarga klien mengatakan sudah mengetahui
peryakit tersebut dari dokter dan perawat.
14. Pola spiritual
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien dapat beribadah
sholat 5 waktu tetapi sering bolong- bolong karena
sudah mulai pikun.
Saat dikaji : klien hanya terbaring ditempat tidur dan tidak
sadarkan diri dan keluarga hanya berdoa untuk
kesembuhannya.
5. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Lemah
kesadaran : Somnolen
TD : 180/102mmHg
N :50x/menit
RR : 30x/menit
S : 36,80C
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : mesoschopal, rambut beruban, tampak sedikit kotor
2) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
3) Mata : simetris, konjungtiva ananemis, sclera aniterik,pupil
3mm/3mm.
4) Telinga : simetris, terdapat serumen sedikit
5) Mulut : mukosa bibir kering,mulut tampak tidak simetris
(menceng) , tidak ada stomatitis, gigi tampak kotor, gigi tampak mulai
ompong.
6) Dada
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Ekspansi dinding dada seimbang
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronhki
Jantung
Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis pada region 2 sd 5
sinistra.
Palpasi :teraba ictus cordis.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 murni tidak terdapat suara jantung
tambahan atau abnormal.
Abdomen
Inspeksi : supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas operasi
Auskultasi : bising usus 22x/menit
palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan limpha
perkusi : timpani
7) Genetalia dan Rektum: terpasang DC.
8) Ekstermitas :
o Atas : terpasang infus NS di tangan kiri,dengan pemberian obat
catapres melalui syring pump .
o Bawah : tidak ada edema
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil
Nilai
Rujukan Satuan
13 juli
2017
1. Lekosit
2. GDS
3. Eosinofil
4. Neotrofil
5. Limfosit
12,66
141
0,4
86,6
6,9
3,8-10,6
70-105
2,0-4,0
50-70
25-40
/ul
Mg/dl
%
%
%
b. Pemeriksaan ST Scan
Dari hasil CT-Scan pada tanggal 13 juli 2017 terdapat pendarahan di
lobus temporalis dextra dengan edema cerebri.
c. Pemeriksaan Thoraks
Dari hasil RO Thorax pada tangal 13 juli 2017 pulmo masih tampak
normal , cardiomegaly.
d. Pemeriksaan Lain-lain
- Pemeriksaan EKG : tanggal 13 juli 2017 : sinus tachy cardi.
7. Terapi
Tanggal NO Nama therapy Dosis
13 juli 2017
14 juli 2017
15 juli 2017
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
Inj. Ceftriaxone
Inj. Ceticolin
Inj. Piracetam
Inj. Kalnex
Inj. Manitol
Catapres
O2 NRM
Infus NS
Inj. Ceftriaxone
Inj. Ceticolin
Inj. Piracetam
Inj. Kalnex
Inj. Manitol
Inj. Ceftriaxone
Inj. Ceticolin
Inj. Piracetam
Inj. Kalnex
Inj. Manitol
Inj. Sanmol
1gr/12 jam
500mg/12 jam
1 gr/8 jam
500mg/ 8 jam
4x125cc
300mg jalan 2cc dalam
Nacl 50cc/syrimpums
10liter
20tpm
1 gr/12 jam
500 mg/12 jam
1gr/12jam
500 mg/8jam
4x 125 cc
1 gr/12 jam
500 mg/12 jam
1gr/12jam
500 mg/8jam
4x 125 cc
100 ml
II. ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 13 juli 2017
DS :-
DO:
- GCS=8 E;2,M;4,V;2
- Sopnolen
- KU : lemah
- Terdapat perdarahan
dilobus temporalis dextra
edema cerebri.
- Terapi obat yang diberikan :
- Inj. Citicolin 500mg/12 jam
- Inj. Piracetam 1gr/8 jam
- Inj. Tranexsamat 500mg/8
jam
- Inj. Catapres 300mg
- Inj. Manitol 125 cc
- TD :180/102 mmHg
- HR : 50 x/ menit
- MAP :185 mmHg
Perdarahan
dibagian otak
Ketidakefekti
fan perfusi
jaringan
cerebral
2 13 juli 2017
DS :-
DO:
- Klien tampak sesak nafas
- RR:30x/menit
- Terdapat retraksi dinding
dada
- Terpasang O2 NRM 10 liter
- Terdengar suara nafas
stridor, ronkhi.
Akumulasi
secret yang
berlebih
Ketidakefekti
fan bersihan
jalan nafas
3
13 juli 2017
DS :-
DO:
- Klien gelisah.
- Klien terpasang restraint
pada kedua kaki dan tangan
- Klien mengalami penurunan
kesadaran, GCS E2,M4,V2:
Somnolen.
- TD : 180/102 mmHg
- RR : 30x/menit
- HR : 50x/menit
- S : 36,80C
- SPo2 90 %
Penurunan
kesadaran
(gelisah)
Risiko jatuh
III. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT MASLOW
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi secret berlebih
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan diotak
3. Risiko jatuh b.d penurunan kesadaran (gelisah).
IV. RENCANA KEPERAWATAN
No
DX
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
2
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam 3x24 jam diharapakan masalah
keperawatan ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral teratasi dengan kriteria
hasil:
NO Indikator 1 2 3 4 5
1 Tekanan
intrakranial
2 TD
diastolic
3 TD sistolik
4 Sakit
kepala
5 penurunan
kesadaran
Management edema cerebral.
1. Observasi tingkat umum dan kesadaran
klien
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Dorong keluarga /orang oenting untuk
berbicara dengan klien
4. Berikan obat diuretic/osmotic
5. Posisikan elevasi (head up)300
6. Monitor TIK, monitor intake dan
output.
7. Batasi suction jangan lebih dari 15
detik
Keterangan:
1: berat,2: cukup berat, 3:sedang,
4:ringan, 5: tidak ada keluhan.
=IR,Intervensi respon.
= ER,Evaluasi respon.
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam 3x24 jam diharapakan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil
NO Indikator 1 2 3 4 5
1 Frekuensi
pernafasan
2 Irama
pernafasan
3 Suara nafas
tambahan
Airway Management.
1. Posisikan klien semi fowler
2. Lakukan fisioterapi dada
3. Lakukan suction
4. Auskultasi suara nafas
5. Berikan O2 sesuai indikasi
6. Berikan terapi nebulasi
7. Monitor vital sign
8. Monitor status O2 klien.
9. Mengajarkan teknik batuk efektif.
4 Batuk
5 Akumulasi
secret/sputum
6 Kemampuan
mengeluarka
secret
Keterangan:
1: berat,2: cukup berat, 3:sedang,
4:ringan, 5: tidak ada keluhan.
=IR,Intervensi respon.
= ER,Evaluasi respon.
3. Risiko jatuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam 3x24 jam diharapakan masalah
keperawatan gangguan komunikasi
verbal teratasi dengan kriteria hasil :
NO Indikator 1 2 3 4 5
1 Menempatkan
penghalang
untuk mencegah
jatuh
2 Meminta
bantuan
3 Kontrol
ketidakmampuan
beristirahat.
4 Menggunakan
alat bantu
dengan benar
5 Memberikan
pencahayaan
Fall Prevention
1. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik
yang dapat meningkatkan potensi jatuh.
2. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh.
3. Gunakan rel sisi tempat tidur (penghalang
tempat tidur) untuk mencegah jatuh dari
tempat tidur.
4. Lakukan restraint untuk mencegah jatuh
(jika pasien gelisah mengalami penurunan
kesadaran).
5. Membantu semua kebutuhan ADLs klien.
6. Berikan penanda untuk memberikan
peringatan pada staf bahwa pasien
berisiko jatuh.
yang memadai.
6 Memperhatikan
peringatan
ketika
mengambil
pengobatan yang
meningkatkan
risiko jatuh
Keterangan:
1: berat,2: cukup berat, 3:sedang,
4:ringan, 5: tidak ada keluhan.
=IR,Intervensi respon.
= ER,Evaluasi respon.
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ Jam/Dx Implementasi Respon TTD
13 juli 2017/ (2)
Jam 10.00-11.00
wib
13 juli 2017/(1)
Jam 11 00.1300
wib
- Memposisikan klien head up 300.
- Memberikan O2 NRM
- Memberikan obat catapres
- Melakukan suction
- Memiringkan klien dan menepuk- nepuk
bagian punggung atas
- Memasase bagian dada.
- Klien tampak tidak sadar (sopnolen).
- O2 Masuk NRM 1OL.
- catapres 300 mg dalam 50 nacl jalan 2cc/
jam (syrim pums).
- Secret berwarna hijau kekuningan kental.
- Klien batuk lalu di lakukan suction.
- Terdengr suara nafas stridor.
13 juli 2017/ (3)
Jam 13.00-13.45
wib
14 juli 2017/(1)
Jam 09.00 -10.00
wib
14 juli 2017/(3)
Jam 10.00-11.00
wib
- Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh.
- Memasang rel pada tempat tidur
(penghalang pada tempat tidur).
- Melakukan suction .
- Melakukan masase di bagian pada bagian
punggung dan menepuk –nepuk.
- Memasang tanda risiko jatuh pada gelang
klien
- Melakukan fiksasi atau restrent pada kedua
tangan dan kaki.
- Klien tampak gelisah dan mengalami
penurunan kesadaran GCS E2V2M4.
- Klien tampak gelisah .
- Sekret berwarna kuning kental.
- Klien tampak gelisah.
- Terpasang tanda (fall risk) berwarna kuning
pada gelang identitas klien.
- Terpasang fiksasi pada kedua tangan dan
kaki.
14 juli 2014/(2)
Jam 11.00 -13.30
wib
- Memonitor KU dan kesadaran klien.
- Memberikan manitol.
- Memberikan injeksi kalnex.
- Memberikan injeksi piracetam
- Memonitor vital sign klien
- Keadaan umum lemah,kesadaran sonolen
GCS E2,M4,V3.
- Manitol masuk 125 cc IV line.
- Kalnex masuk 500 mg melalui IV line
- Piracetam masuk 1 gr melalui IV line.
- TD : 149/87 mmHg
HR :102 x/menit.
RR : 28x/ menit
S : 38,70C.
15 Juli 2017/(1)
Jam 09- 10.00
wib
15 juli 2017/(3)
Jam 10.00- 11.00
wib.
- Melakukan suction .
- Melakukan masase di bagian pada bagian
punggung dan menepuk –nepuk.
- Memenuhi semua kebuthan ADLs klien
- Memberikan edukasi kepada keluarga
tentang di lakukannya restraint.
- Sekret berwarna kuning kental.
- Klien tampak gelisah.
- Perawat membantu semua kebutuhan klien.
- Keluarga tampak mengerti yang di jelaskan
perawat.
15 juli 2017/(2)
Jam 11.00-13.50
wib.
- Memonitor KU dan kesadaran klien.
- Memberikan manitol.
- Memberikan injeksi kalnex.
- Memberikan injeksi piracetam
- Memberikan injeksi sanmol 100 ml.
- Monitor vital sign.
- Keadaan umum lemah,kesadaran sonolen
GCS E4,M4,V3.
- Manitol masuk 125 cc IV line.
- Kalnex masuk 500 mg melalui IV line
- Piracetam masuk 1 gr melalui IV line.
- Sanmol masuk 100 ml melalui IV line.
- TD : 139/98 mmHg
HR :99 x/menit.
RR : 25x/ menit
S : 380C.
VI. EVALUASI
Tanggal Dx
Kep
SOAP TTD
13 juli 2017 2
1
S:-
O: KU lemah, somnolen GCS, E2M4V2,NGT di alirkan (produktif),terapi +,bilas lambung
100cc,diuresis 1000 cc,catapres 2cc/jam,TD 140/97
mmHg,HR:93X/menit,RR:30x/Menit,suhu:36,80C,Terpasang NRM 10L,MAP: 132 mmHg.
A: Masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
- Monitor hemodinamik.
- Monitor tingkat kesadaran.
- Manajement nutrisi.
S: -
O: Klien tampak lemah,somnolen,terdengar suara nafas stridor dan ronchi,RR30x/ menit,suction
+,secret hijau kekuningan kental,O2 NRM 10L,SPO2: 85 %.
A: Masalah ketidakefektifa bersihan jalan nafas teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
- Magement airway
- Suction
- Monitor SPO2 klien.
3
S: -
O: Klien lemah,somnolen,GCS E2,V2,M4,tampak gelisah,klien di restraint tangan dan
kaki,terpasang penghalang pada sisi bed.
A: Masalah risiko jatuh teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
- Monitor KU klien,
- Memasang penghalang pada bed.
14 juli 2017 2
1
S: -
O: KU lemah,kesadaran somnolen GCS E2,M4,V2, gelisah,febris,diit sonde masuk 200cc,terapi
masuk ,hemodinamik stabil, TD 159/113 mmHg,HR 124x/Menit, RR 25 x/menit.Suhu 38,5 0
C,O2 NRM 10L,SPO2 95%,MAP 203,sanmol infus masuk 100 ml,diuresis 750cc
A: Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor hemodinamik.
- Observasi tingkat kesadaran.
- Management nutrisi.
S: -
O: Klien tampak lemah,somnolen,terdengar suara nafas stridor dan ronchi,RR26x/ menit,suction
+,secret hijau kekuningan kental,O2 NRM 10L,SPO2: 90 %,Klien tampak gelisah.
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
- Management airway.
- Suction
3
- Monitor vital sign.
S: -
O: Klien lemah,somnolen,GCS E2,V2,M4,tampak gelisah,klien di restraint tangan dan
kaki,terpasang penghalang pada kedua sisi bed.
A: Masalah risiko jatuh teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
- Monitor KU klien,
- Memasang penghalang pada bed.
15 Juli 2017 2
1
S: Berbicara tidak jelas uh…aduh….
O: Kesadaran somnolen E4,V3,M4,sudah ada kontak mata,gelisah , di fiksasi,diit sode masuk 200 cc
jus,suhu 37 0 C.
- TD: 146/109 mmHg, HR: 112 x/menit, RR: 24 x/ menit. O2 Kanul nasal 4L,Sanmol infus
masuk 100 ml,MAP 211,diuresis 900cc.
A: Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan secebral teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
- Monitor hemodinamik.
- Monitor tingkat kesadaran klien.
- Management nutrisi.
S: -
O:Klien tampak lemah,somnolen,GCS E4,V3,M4.terdengar suara nafas ronchi berkurang,RR23x/
,secret berkurang,O2 kanul nasal 4 L,SPO2: 85 %,Klien tampak gelisah.
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
- Management airway.
- Monitor vital sign.
3
S: klien berbicara tidak jelas ( menginginkan ikatannya di kedua tangan dan kakinya di lepas).
O: Klien lemah,somnolen,GCS E4,V3,M4,tampak gelisah,klien di restraint,ada kontak
mata,terpasang penghalang pada ke dua sisi bed.
A: Masalah risiko jatuh teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
- Monitor KU klien,
- Memasang penghalang pada bed.
SOP (Standar oprasional prosedur) memposisikan klien 30ᵒ
NO TINDAKAN
1
2
3.
Orientasi
a. Mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur tindakan.
e.Menanyakan kesiapan pasien.
Fase kerja
a.Membaca basmalah
b.Mencuci tangan
c. Observasi keadaan pasien
d. Pasang pengaman pada tempat tidur klien.
e. Memeriksa vital sign awal klien terlebih dahulu
f.Memberikan posisi kepala elevasi ( 30ᵒ) dengan cara di naikan
bednya pada pagian kepala atau bisa menggunakan satu bantal di
bawah kepala pasien.
g.Memeriksa vital sign klien.
h.Menanyakan respon klien.
i.Merapihkan klien.
j.Membaca hamdalah.
k.Mencuci tangan.
Fase terminasi
a.Mengevaluasi tindakan.
b.Menjelaskan rencana tindak lanjut
c.Berpamitan kepada klien
d.Mengucapkan salam.
234
PENDAHULUAN
B eban global penyakit bergeser
dari penyakit menular ke penya-
kit tidak menular, dengan kondi-
si kronis seperti penyakit jantung dan
stroke sekarang menjadi penyebab utama
kematian global. "Kami pasti melihat ke-
cenderungan lebih sedikit orang meninggal
karena penyakit menular di seluruh
dunia,"kata Dr. Dasi Boerma, Direktur De-
partemen WHO Statistik Kesehatan dan
Informatika." (World health Organisation,
2008). Dimana Stroke merupakan
penyebab kematian nomor tiga dan
penyebab kecacatan nomor satu di seluruh
dunia, sebanyak 80-85% stroke non hem-
oragik (Muhammad Hayyi, 2010). Dari
situs WHO stroke memasuki sepuluh top
penyakit penyebab kematian di dunia, di-
mana stroke menempati urutan ketujuh
(WHO, update Juni 2011). Kemungkinan
meninggal akibat stroke ini adalah 30%
sampai 35%, dan kemungkinan kecacatan
mayor pada yang selamat adalah 35%
sampai 40%.(Sylvia & Lorraine, 2005).
Penyebab stroke mencakup emboli
(terbentuknya bekuan darah yang me-
nyumbat arteri) atau thrombosis
Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke...
HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN
STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR 2012
Muh. Anwar Hafid*
*Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Abstrak
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu
di seluruh dunia, sebanyak 80-85% stroke non hemoragik. Dari situs WHO stroke memasuki
sepuluh top penyakit penyebab kematian di dunia, dimana stroke menempati urutan ketujuh.
Tujuan penelitian ini unutk mengetahui hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian
stroke di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Penelitian dengan rancangan case control. Populasi semua pasien stroke dengan
jumlah sampel 20 sampel untuk kelompok kasus dan kontrol. Analisa data menggunakan
Odd Ratio dan Mantel dan Haenszel.
Hasil Penelitian dengan uji dengan odd ratio Cochran & Mantel Haenszel didapatkan
hasil X2 hitung (4.977) > X2 Tabel (3,841) atau p (0,026) > α (0,050) dan CI (1.120; 3.571).
Orang dengan Riwayat hipertensi lebih berisiko mengalami stroke 2.000 lebih besar
dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi faktor utama yang
menyebabkan stroke ditunjukkan hasil uji signifikansi chi square Cochran Mantel dan
Haenszel didapatkan hasil X2 Mantel dan Haenszel sebesar 4.977 dengan p = 0.026.
Kata Kunci : Riwayat Hipertensi, Kejadian Stroke
235
(terbentuknya bekuan darah pada arteri-
arteriotak yang sebelumnya sudah men-
galami penyempitan oleh deposit lemak).
Pecahnya arteri sering kali diakibatkan
hipertensi (MIMS Indonesia, 2010). Di-
mana faktor resiko utama stroke adalah
hipertensi kronik yang lebih dikenal oleh
orang awam dengan tekanan darah tinggi
dan sebagian besar kasus hipertensi dapat
diobati, sehingga penurunan tekanan darah
ke tingkat normal akan mencegah stroke
(Sylvia & Lorraine, 2005).
Sementara data dari RSUP Dr. Wahi-
din Sudirohusodo pada poliklinik neurolo-
gis menyimpulkan bahwa stroke berada
pada urutan kedua sebagai pasien terban-
yak di poliklinik neurologis pada tahun
2011 dengan jumlah 1.112 orang dan rata-
rata tiap bulan adalah 93 orang (Poliklinik
Neurologis RSUP Dr. Wahidin Sudiro-
husodo, 2011). Melihat polemik dan pem-
bahasan di atas peneliti tertarik untuk
mengkaji. " apakah ada hubungan antara
riwayat hipertensi dengan kejadian stroke",
yang nanti diharapkan bisa memberi
kontribusi dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan dil-
aksanakan adalah penelitian kuantitatif,
dengan rancangan penelitian case control
yaitu rancangan penelitian yang mem-
bandingkan antara kelompok kasus dengan
kelompok control untuk mengetahui pro-
porsi kejadian berdasarkan riwayat ada
tidaknya paparan. Rancangan penelitian ini
dikenal dengan sifat retrospektif yaitu
rancangan bangun dengan melihat ke
belakang dari suatu kejadian yang berhub-
ungan dengan kejadian kesakitan yang
diteliti. Yang menjadi populasi pada
penelitian ini adalah semua pasien stroke
yang dirawat inap di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo dalam rentang waktu Maret,
April dan Mei dengan jumlah 105 pasien.
Sedangkan sampel pada populasi ini ada-
lah keselurahan objek yang diteliti atau
dianggap mewakili seluruh populasi
dengan criteria inklusi dimana sampel ber-
jumlah 40 yang terdiri atas 20 sampel un-
tuk kelompok kasus dan 20 sampel untuk
kelompok kontrol. Pengambilan sampel
dilakukan secara Nonprobability yaitu pur-
posive sampling.
Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data menggunakan alat
ukur pengumpulan data yaitu kuesioner.
Dan menggunakan angket tertutup atau
berstruktur dimana angket tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga pasien/
responden hanya tinggal memilih atau
menjawab pada jawaban yang sudah ada.
Peneliti menggunakan Skala Guttman
merupakan skala pengukuran dengan ja-
wabanya atau tidak dan setuju atau tidak
setuju (Aziz Alimul hidayat, 2009:86).
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
236
HASIL PENELITIAN
Data yang diperoleh pada
penelitian ini menggunakan alat ukur
kuesioner, kemudian dikumpulkan dan dio-
lah dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Package for Social Science)
16.0 dan selanjutnya disajikan dalam ben-
tuk tabel dengan penjelasan. Hasil penjela-
san tersebut adalah sebagai berikut :
Riwayat Hypertensi
Kelompok Kasus
Karakteristik Responden berdasar-
kan Riwayat Hipertensi Pada Kelompok
Kasus dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke...
Riwayat Hipertensi
Respoden
Frekuensi Persen (%)
Ya 16 80
Tidak 4 20
Total 20 100
Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Hipertensi Pada Kelompok Kasus
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
pada kelompok kasus (riwayat hipertensi)
kebanyakan memiliki riwayat hipertensi,
yaitu sebanyak 16 responden (80%).
Kelompok Kontrol
Karakteristik Responden ber-
dasarkan Riwayat Hipertensi Pada Ke-
lompok Kontrol dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Hipertensi Pada Kelompok Kontrol
Riwayat Hipertensi Respoden Frekuensi Persen (%)
Ya 8 40
Tidak 12 60
Total 20 100
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
pada kelompok kontrol (riwayat hipertensi)
kebanyakan tidak memiliki riwayat
hipertensi, yaitu sebanyak 16 responden
(80%).
Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan
Kejadian Stroke
Hubungan riwayat hipertensi dengan
kejadian stroke dihitung dengan
menggunakan odd ratio dan uji signifikan-
si dengan menggunakan chi square
Maentel & Haenzel dengan terlebih dahulu
disusun dalam tabel kontingensi sebagai
berikut:
237
Hasil uji statistik dengan
menggunakan SPSS versi 16.0 didapat
hasil OR (Odds Ratio) sebesar 2.000
dengan nilai CI (Confidence Interval) pada
(1.120; 3.571). Hasil uji signifikansi
dengan chi square Cochran Mantel dan
Haenszel didapatkan hasil X2 Mantel dan
Haenszel sebesar 4.977 dengan p = 0.026.
Hasil uji statistik menunjukkan
OR (Odds Ratio) sebesar 2.000 dengan X2
hitung (4.977) > X2 Tabel (3,841) atau p
(0,022) < α (0,050) dan CI (1.120; 3.571).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan ri-
wayat hipertensi memiliki hubungan dalam
mencetus terjadinya stroke, sehingga re-
sponden dengan riwayat hipertensi ber-
peluang menderita stroke 2 kali lebih besar
dari pada respoden yang tidak memiliki
riwayat hipertensi.
PEMBAHASAN
Hipertensi merupakan penyebab
utama gagal jantung, stroke dan gagal gin-
jal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-
diam” karena orang dengan hipertensi ser-
ing tidak menampakkan gejala (Suzanna &
Brenda, 2002).
Faktor resiko utama stroke adalah
hipertensi kronik yang lebih dikenal oleh
orang awam dengan tekanan darah tinggi.
Dengan demikian, karena sebagian besar
kasus hipertensi dapat diobati, dan karena
penurunan tekanan darah ke tingkat nor-
mal akan mencegah stroke (Sylvia & Lor-
raine, 2005). Hipertensi adalah factor resi-
ko utama, pengendalian hipertensi merupa-
kan kunci pencegahan stroke (Suzanna &
Brenda, 2002).
Hasil pengamatan tabel 5.7 yang
dilakukan terhadap 20 respoden stroke dan
20 responden non stroke, didapat hasil pa-
da responden stroke yang memiliki riwayat
hipertensi yaitu 16 respoden dan 4 re-
spoden yang tidak memiliki riwayat
hipertensi. Sedangkan pada responden non
stroke yang memiliki riwayat hipertensi
ada 8 respoden dan tidak memiliki riwayat
hipertensi 12 responden. Hasil ini menun-
jukkan pada kelompok kasus yaitu stroke
lebih banyak memiliki riwayat hipertensi
dari pada kelompok kontrol yaitu non
stroke. Perbandingan secara keseluruhan
dapat dilihat dari nilai odd ratio sebesar
2.000. Odd ratio sebesar 2.000 menunjuk-
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
Tabel 3. Analisa Bivariat Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian
Diagnosa Riwayat hipertensi Total
Ya Tidak
Kasus 16 4 20
Kontrol 8 12 20
Total 24 16 40
Sumber : Data Primer, 2012
238
kan peluang kejadian terjadi stroke pada
respoden yang memiliki riwayat hipertensi
sebanyak 2.000 kali lebih besar daripada
respoden tanpa riwayat hipertensi. Uji sig-
nifikansi Mantel dan Haenszel X2 hitung
(4,977) > X2 Tabel (3,841) atau p (0,026) <
(0,050) dan CI (1.120; 3.571) yang menun-
jukkan riwayat hipertensi merupakan
faktor utama penyebab stroke.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hipertensi merupakan penyebab uta-
ma terjadi stroke, sehingga peneliti
berasumsi bahwa tekanan darah yang tidak
normal mengakibatkan kerusakan sel-sel
endotel pembuluh darah yang men-
imbulkan jejas pada rongga vaskuler. Dan
pada akhirnya jejas atau lesi vaskuler terse-
but memicu terjadinya trombosis dan
akhirnya terjadi aterosklerosis yang mem-
buat pembuluh darah menyempit sehingga
suplai darah ke otak menurun yang
mengakibatkan kerusakan sel-sel neuron
pada sistem saraf pusat. Maka terjadilah
stroke dimana seseorang akan kehilangan
fungsi motorik maupun sensoriknya ter-
gantung daerah pada sistem saraf pusat
yang mengalami kerusakan.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian untuk mengetahui hub-
ungan riwayat hipertensi dengan kejadian
stroke di RSUP Dr. Wahidin Sudirohuso-
do, kesimpulan sebagai berikut:
Responden atau pasien yang mem-
iliki riwayat hipertensi lebih beresiko men-
galami stroke 2.000 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden atau
pasien tanpa ada riwayat hipertensi. Se-
hingga orang yang memiliki riwayat
hipertensi lebih beresiko terkena stroke
dibandingkan orang yang tidak memiliki
riwayat hipertensi.
Hipertensi merupakan faktor utama
penyebab stroke yang ditunjukkan pada uji
signifikasi dengan Cochran & Mantel
Haenszel didapatkan hasil X2 hitung
(4.977) > X2 Tabel (3,841) atau p (0,026)
< α (0,050) dan CI (1.120; 3.571)
Saran
Penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya
karena baru pertama kali dilakukan. Me-
lalui jumlah responden yang lebih besar.
Perawat dan petugas kesehatan lain
terutama di RSUP Dr. Wahidin Sudiro-
husodo Makassar agar mempublikasikan
ke masyarakat luas akan dampak yang
ditimbulkan oleh hipertensi jika tidak di-
tangani dengan baik dan cepat karena
dapat mengakibatkan stroke.
Dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang profesional semoga
dengan ada hasil penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan
terutama pada pasien hipertensi untuk
mencegahnya agar tidak terjadi stroke.
Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke...
239
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI. 2007. Kapita Selekta Neu-
rologi. Yogjakarta : GADJAH MA-
DA UNIVERSITY
Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glanee, An-
amnesis dan Pemeriksaan Fisik. Ja-
karta : Erlangga.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2009. Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika.
Mansjoer, Arief dkk. 2009. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ke-3.Jakarta : Me-
dia Aesculapius.
Mardjono, Mahar & Priguna Shidarta.
2008. Neurologis Klinis Dasar. Ja-
karta : PT. Dian Rakyat.
MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi.
2010. Jakarta : BIP (PT. Bhuana Ilmu
Populer)
Muttaqqin, arif. 2009. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien dengan
Gangguan system Kardiovaskuler
dan Hematologi. Jakarta : Salemba
Medika
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.
2005. Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-
6.Jakarta : EGC.
Robbins, Stanley.L & Ramzi S., Vinay
Kumar. 2007. Buku Ajar Patologi
Robbins. Edisi ke-7, Vol. 1.Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Suzanna C. dan Brenda G. Bare.
2002. Buku Ajar Keperawatan Med-
ikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi ke-8.Jakarta : EGC.
Wildani, Muhammad hayyi, dkk.2010.
Sains Medika Jurnal Kedokteran &
Kesehatan Vol. 2 No.2. Semarang :
Fakultas Kedokteran & Kesehatan
Universitas islam Sultan Agung Se-
marang.
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
Deni Wahyudi11 Program Magister Ilmu Keperawatan Konsentrasi Keperawatan Kritis
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
ABSTRAKPerawatan merupakan inter disipliner untuk focus pasien dengan cedera pada otakkarena traumatik dengan mengobati cedera otak primer dan membatasi kerusakan otaklebih lanjut dari cedera sekunder. Pada perawatan unit intensif perawat memiliki peranintegral dalam mencegah cedera otak sekunder, namun sedikit yang diketahui tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi penilaian perawat tentang risiko cedera otak sekunder.Tujuan mengetahui variable mana yang fisiologis dan situasional mempengaruhipenilaian perawat unit intensif yang peduli risiko pasien untuk cedera otak sekunder,manajemen memfasilitasi dengan intervensi keperawatan, dan manajemen denganberkonsultasi anggota lain dari tim kesehatan dalam perawatan. Metode, Tahapanmetode yang digunakan dengan survey beberapa faktor. Sketsa mencerminkankompleksitas scenario kehidupan nyata secara acak dihasilkan dengan menggunakannilai yang berbeda dari masing-masing variable independen. Survei yang berisi sketsadikirim keperawat di 2 tingkat pusat trauma. Regresi digunakan untuk menentukanvariable mempengaruhi penilaian tentang cedera otak sekunder. Hasil, Penilaian tentangrisiko cedera otak sekunder dipengaruhi oleh saturasi oksigen dari seorang pasientersebut, tekanan intrakranial, tekanan perfusi serebral, mekanisme cedera, dandiagnosis utama, serta dengan pergeseran keperawatan. Penilaian tentang intervensidipengaruhi oleh saturasi oksigen pasien, tekanan intra kranial, dan tekanan perfusiserebral dan dengan pergeseran keperawatan. Penentuan awal yang dilakukan olehperawat adalah variabel yang paling signifikan dari prediksi tindak lanjut penilaian.Kesimpulan, Perawat perlu standar, berbasis bukti yang nyata dari manajemen cederaotak sekunder pada pasien sakit kritis dengan cedera otak akibatKata kunci : intracranial, manajemen, cedera
ABSTRACTInterdisciplinary care for patients with traumatic brain injury focuses on treating theprimary brain injury and limiting further brain damage from secondary injury. Intensivecare unit nurses have an integral role in preventing secondary brain injury; however, littleis known about factors that influence nurses’ judgments about risk for secondarybrain injury. Objective To investigate which physiological and situational variablesinfluence judgments of intensive care unit nurses about patients’ risk for secondarybraininjury, management solely with nursing interventions, and management byconsulting another member of the health care team. Methods A multiple segment factorialsurvey design was used. Vignettes reflecting the complexity of real-life scenarios wererandomly generated by using different values of each independent variable. Surveyscontaining the vignettes were sent to nurses at 2 level I trauma centers. Multipleregression was used to determine which variables influenced judgments about secondarybrain injury. Results Judgments about risk for secondary brain injury were influenced byapatient’s oxygen saturation, intracranial pressure, cerebral perfusion pressure,mechanism of injury, and primary diagnosis, as well as by nursing shift. Judgments aboutinterventions were influenced by a patient’s oxygen saturation, intracranial pressure, andcerebral perfusion pressure and by nursing shift. The initial judgments made by nurseswere the most significant variable predictive of follow-up judgments. Conclusions Nursesneed standardized, evidence-based content formanagement of secondary brain injury incritically ill patients with traumatic brain injury.Keywords : intracranial, management, injury
HEAD UP IN MANAGEMENT INTRACRANIALFOR HEAD INJURY
Paper Evidence Based Practice (Ebp)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
1093
PENDAHULUANOtak yang beratnya 2% dari berat badan menerima 1/6 dari darah yang
dipompa oleh jantung dan menggunakan 20% oksigen yang diperlukan tubuh
merupakan pusat vital yang sangat peka terhadap keadaan hipoksia maupun
trauma. Kalau jaringan lain mampu mentolerir hipoksia selama satu jam tetapi
jaringan otak hanya dalam tiga menit. Begitu juga trauma sangat berpengaruh
terhadap fungsi dari otak itu sendiri sebagai pusat semua sistem didalam tubuh
manusia. Salah satu penyebab hipoksia otak dan trauma otak adalah kenaikan
tekanan intrakranial yang berlebihan.
Gambar 1. Tampilan intracranial
Trauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi
neurologis. Cedera kepala (Head Injury) adalah jejas atau trauma yang terjadi
pada kepala yang dikarenakan suatu sebab secara mekanik maupun non-
mekanik.
Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi
diantara penyakit neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan,
meliputi: otak, tengkorak ataupun kulit kepala saja.
(Brunner&Suddart,1987:2210). Jadi, cedera kepala (head Injury) atau
trauma atau jejas yang terjadi pada kepala bisa oleh mekanik ataupun non-
mekanik yang meliputi kulit kepala, otak ataupun tengkorak saja dan merupakan
penyakit neurologis yang paling sering terjadi, biasanya dikarenakan oleh
kecelakaan (lalu lintas). Atau ada berbagai klasifikasi yang dipakai dalam
penentuan derajat trauma kepala. Head injury ini akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial yang merupakan kondisi bahaya dan harus
segera ditangani. Ciri-ciri peningkatan tekanan intrakranial adalah terjadi nyeri
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) DeniWahyudi
1094
kepala yang hebat, muntah proyektil, hipertensi, bradikardi, pupil anisokor, dan
juga terjadi penurunan kesadaran.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh elevasi kepala tempat tidur selama
vasospasme telah dibatasi dalam upaya untuk meminimalkan vasospasme atau
gejala sisa atau keduanya. Akibatnya, beberapa pasien tetap pada istirahat
selama berminggu-minggu. Juga cedera otak sering membawa kematian dalam
setiap pasien yang menderita dari itu. Waktu lama sebelum pasien mencapai
perawatan medis akan menyebabkan cacat sementara atau permanen fisik .
Perawatan medis yang tepat dan respon cepat akan mengurangi risiko memiliki
kedua efek buruk. Kasus ini bisa konservatif mengobati dengan operasi memang.
Ini pasien cedera otak harus menerima perawatan pemantauan hemodinamik
seperti tertentu, tanda-tanda vital pengamatan dan pengaturan posisi samping
pengobatan konservatif dan terapi obat-obatan tertentu.
Ini mekanisme pertahanan itu sendiri meliputi intracranial Compliance,
intracranial elastance, monro-kellie hipotesis, cerebral blood flow (CBF) dan
cerebral perfusion pressure (CPP). Intracranial Compliance merupakan
kemampuan otak untuk mentoleransi peningkatan volume intrakranial tanpa
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan. Intracranial elastance diartikan
sebagai kemampuan otak untuk mentoleransi dan mengkompensasi peningkatan
tekanan melalui distensi atau displacement. Cerebral blood flow (CBF)
didefinisikan sebagai kemampuan mempertahankan pengiriman oksigen ke
jaringan otak untuk mempertahankan perfusi serebral pada saat terjadi
perubahan tekanan darah melalui mekanisme autoregulasi. Cerebral perfusion
pressure (CPP) diartikan sebagai tekanan gradient yang melewati otak. CPP
dikalkulasikan sebagai MAP (Mean Arterial blood Pressure) – ICP (Intracranial
Pressure). Rentang normal CPP adalah antara 50- 150 mmHg dengan rata rata
antara 80-100 mmHg. CPP kurang dari 50 mmHg akan mendorong terjadinya
hipoperfusi otak, hipoksia dan kerusakan akibat iskemia. Sedangkan jika CPP
lebih dari 150 mmHg akan mendorong terjadinya status hiperemik dan
menyebabkan edema serebral serta hipertensive ensepalopati.
METODEMetode review literatur berupa analisis jurnal keperawatan yang membahas
penelitian yang berkaitan dengan manajemen penanganan peningkatan tekanan
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
1095
intra kranial dalam pasien yang mengalami cedera kepala atau head injury
dengan menggunakan head up salah satunya yang dilaksanakan oleh Patricia A.
Blissitt, Pamela H. Mitchell, David W. Newell, Susan L. Woods and Basia Belza
dari American Jurnal of Critical Care (AJCC) pada pasien dengan aneurisma
subarachnoid hemorrhage.
Penelitian lain dilaksanakan oleh Jajuk Retnowati dari Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya tentang pengaruh
posisi Head Up 30 derajat terhadap perubahan tanda-tanda vital dan tingkat
kesadaran pada pasien COB (Cedera Otak Berat) post trepanasi.
Pencarian jurnal didapatkan dari hasil pencarian literature dengan
menggunakan google scholar searching machine, Proquest, EBSCO, dan
SpringLink dengan kata kunci management of intracranial pressure, head injury.
Kriteria yang diambil adalah jurnal yang dipublikasikan pada tahun 2003-2013
dengan menggunakan bahasa inggris.
HASIL DAN PEMBAHASANDalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan bagaimana ketinggian
kepala pada tempat tidur dari 20º dan 45º mempengaruhi dinamika
serebrovaskular pada pasien dewasa dengan vasospasme ringan atau sedang
setelah aneurisma subarachnoid hemorrhage dan untuk menggambarkan respon
vasospasme ringan atau sedang kepala pada tempat tidur elevasi 20º dan 45º
terhadap variabel seperti kelas perdarahan subarachnoid dan tingkat
vasospasme .
Metode penelitiannya pasien desain diulang dengan langkah yang
digunakan. Kepala pasien dan tempat tidur diposisikan urutan 0º - 20º - 45º - 0º -
20 º pasien dengan vasospasme ringan atau sedang antara hari 3 dan 14 setelah
aneurisma subarachnoid hemorrhage. Kontinyu transkranial Doppler rekaman
diperoleh selama 2 sampai 5 menit setelah membiarkan sekitar 2 menit untuk
stabilisasi dalam setiap posisi.
Hasilnya ada pola atau trend yang menunjukkan bahwa kepala pada
tempat tidur yang ditinggikan akan meningkatkan vasospasme. Sebagian
kelompok , tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pasien pada posisi yang
berbeda dari kepala yang ditinggikan tempat tidurnya. Memanfaatkan lain
langkah analisis varians, nilai P berkisar 0,34-0,97, baik melampaui 05. Hal
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) DeniWahyudi
1096
tersebut menunjukan tidak ada kerusakan saraf terjadi. Kesimpulan secara
umum, elevasi kepala pada tempat tidur tidak menyebabkan perubahan
berbahaya dalam aliran darah di otak yang berhubungan dengan vasospasme .
Peningkatan tekanan intrakranil ini bisa disebabkan oleh 3 faktor
(Suadoni, 2009) yaitu peningkatan volume otak (odema, perdarahan), cairan
cerebrospinal (peningkatan produksi, penurunan absorbsi, ketidak adekuatan
cirkulasi) dan juga disebakan oleh darah (vasodilatasi, obstruksi vena kapa
superior, gagal jantung dan trombosis di vena serebral). Peningkatan tekanan
tinggi intrakranial secara klasik ditandai dengan suatu trias, yaitu nyeri kepala,
muntah-muntah dan papil edema.
Pathway PTIK
Meningkatnya volume intrakranial
↓
Tekanan intrakranial meningkat
↓
Compresi vena
↓
Stagnasi darah
↓
Tekanan intrakranial meningkat
↓
CBF menurun
↓
Perfusi menurun
↓
PaO2 menurun, PaCO2 meningkat, dan pH menurun
↓
pembuluh darah dan sel menjadi rusak↓
darah dan cairan keluar dari pembuluh darah↓
menekan daerah yang ada di bawahnya termasuk pembuluh darah↓
aliran darah ke otak ↓↓
oksigen ke jaringan otak ↓
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
1097
↓terjadi metabolisme anaerob
↓ATP yang dihasilkan sedikit +
asam laktat ↑↓
Na+ hanya dapat influks tidak dapat efluks↓
shif cairan ke interstisial↓
oedem otak↓
semakin menghambat perfusi ke jaringan otakOtak terdesak ke bawah melalui tentorium (herniasi otak)
↓
Menekan pusat vasomotor, arteri cerebral post, N. Occulomotorius,
corticospinal pathway, serabut RAS
↓
Mekanisme untuk mempertahankan kesadaran, pengaturan suhu, tekanan
darah, nadi, respirasi, dan pergerakan menjadi terganggu.
Untuk itu sebagai perawat diruangan NCCU harus mengetahui
bagaimana ciri-ciri pasien yang mengalami PTIK dan intervensi yang harus
dilakukan. Adapun pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Airway :
Pastikan penanganan jalan nafas dengan teknik kontrol servikal sehingga
dapat memudahkan oksigen masuk ke paru-paru. Lakukan posisi head up <
30 derajat untuk mempermudah aliran masuk daln keluar darah ke otak. Pada
pasien dengan GCS < 8 maka harus segera dipasang ETT.
b. Breathing
Pastikan asupan oksigen adekuat dengan mempertahankan saturasai 95 –
100 %. Lihat perkembangan data apakah simestris atau tidak, deviasi trakea,
suara nafas tambahan, distensi vena jugularis. Berikan oksigen dengan
konsentrasi tinggi melalui SMRM ataupun SMNRM. Apabila pasien dilakukan
pemasangan ETT maka di anjurkan memakai ventilator mekanik.
c. Circulation
Kaji tekanan darah pasien, frekuensi nadi, suhu, dan adanya ciri-ciri
perdarahan. Pasang IV line 2 jarum besar. Pada kasus peningkatan tekanan
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) DeniWahyudi
1098
intrakranial, frekuensi nadi dan pernapasan menurun, sedangkan tekanan
darah dan suhu meningkat.
d. Disability
Menilai gangguan neruologis pada psien seperti tingkat kesadaran, pupil,
laserasi, muntah, nyeri kepala. Tingkat kesadaran biasanya terjadi penurunan
dari : sadar, gelisah, menjadi tidak sadarkan diri. Penilaian kesadaran ini
menggunakan nilai GCS. Pupil biasanya mengalami masalah yaitu anisokor
sebagai penanda adanya herniasi otak. Muntah, dapat terjadi pada
peningkatan tekanan pada pusat refleks muntah di medulla.
Untuk mengetahui tekanan yang terjadi pada otak, ada beberapa cara
yaitu
a. Pengukuran Epidural (EDP)
Penanaman sensor tekanan atau penempatan transducer langsung di atas
permukaan dura.
b. Pemantauan tekanan subdural
Memasang stopcock yang diisi saline pada rongga subdural melalui lubang
pada kranium. Stopcock ini dihubungkan dengan tranducer melalui pipa
intravena berisis saline.
c. Pemantauan tekanan ventrikuler.
Penggunaan ventrikulostomi untuk mengeluarkan cairan CSF untuk studi
diagnostik merupakan prosedur neurosurgical yang lama yang paling dapat
dipercaya untuk mengukur TIK.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
Cedera kepala (head Injury) atau trauma atau jejas yang terjadi pada
kepala bisa oleh mekanik ataupun non-mekanik yang meliputi kulit kepala, otak
ataupun tengkorak saja dan merupakan penyakit neurologis yang paling sering
terjadi, biasanya dikarenakan oleh kecelakaan (lalu lintas). Hal tersebut bisa
mengakibatkan terjadi peningkatan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial
merupakan kondisi yang harus di tangani NCCU adalah positioning,
hipervenitilation, kontrol suhu : hipotermi, kontrol tekanan darah, kontrol kejang,
kolaborasi pemberian diuretik, dan kontrol kebutuhan metabolik.
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
1099
SaranDiharapkan kedepannya ada penelitian terkait dengan pengukuran
tekanan intrakranial pada pasien dengan trauma kepala yang dapat
diimplementasikan diruangan khususnya diruangan NCCU.
DAFTAR PUSTAKA
Blissitt, Patricia A. ; Mitchell, Pamela H. ; Newell, David W. ; et al.Cerebrovascular dynamics with head-of-bed elevation in patients with mildor moderate vasospasm after aneurysmal subarachnoid hemorrhageAmerican Journal Of Critical Care Volume : 15 Issue: 2 Pages: 206-216 Published: MAR 2006
Dal, C. L., Keane, N. J., Bir, C. A., Ryan, A. G., Xu, L., & VandeVord, P. J.(2012). Head orientation affects the intracranial pressure response resultingfrom shock wave loading in the rat. Journal of Biomechanics, 45(15), 2595-602. doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiomech.2012.08.024
Hudak, CM & Gallo, BM (2010) Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Alihbahasa: Monika Ester dkk. Editor: Yasmin Asih. Jakarta, EGC.
Suadoni, M. T. (2009). Raised intracranial pressure: Nursing observations andinterventions. Nursing Standard, 23(43), 35-40. Retrieved fromhttp://search.proquest.com/docview/219853790?accountid=25704
Wolfe, T. J., & Torbey, M. T. (2009). Management of intracranialpressure. Current Neurology and Neuroscience Reports, 9(6), 477-85.doi:http://dx.doi.org/10.1007/s11910-009-0070-1
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN STROKE NON HEMORAGIK DI IRINA F NEUROLOGI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
MAGREYSTI MAUKAR
AMATUS YUDI ISMANTO RINA KUNDRE
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado Email: [email protected]
ABSTRACT Abstract introduction Non – haemorrhagic stroke is a clinical syndrome that appears suddenly, quickly, such as neurologic deficit for lasting 24 hours or more. Risk factors that may cause the occurrence of stroke is hypertension, unhealthy diet, smoking, obesity. The purpose of this study was to analyze the correlation between the diet and the non - haemorrhagic stroke. This research design is using an observational analytic study. According to this research, this research is a cross-sectional study with sample size of 30 respondents. The analysis results of chi square test with values ρ 0.042, so it shows there is a correlation between diet and non – haemorragic stroke incidents. Recommended for the patient or the patient's family is to consume balanced nutrition so that can lowers the incidence of non-hemorrhagic stroke. Keywords: diet, non - haemorrhagic stroke incidence.
ABSTRAK Pendahuluan Stroke non hemoragik merupakan sindroma klinis yang timbul mendadak, cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih. Faktor resiko terjadinya stroke yaitu hipertensi, diet yang tidak sehat, merokok dll. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian stroke non hemoragik. Desain yang digunakan adalah analitik observasional. penelitian ini bersifat cross sectional study dengan besaran sampel 30 responden. Hasil uji chi square ρ 0,042. Rekomendasi diedukasi kepada pasien atau keluarga pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang sehingga menurunkan angka kejadian stroke non hemoragik. Kata kunci : pola makan, stroke non hemoragik.
PENDAHULUAN Penyakit degeneratif telah menjadi
penyebab kematian terbesar di dunia hingga saat ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO), kematian akibat penyakit degeneratif diperkirakan akan terus meningkat diseluruh dunia. Peningkatan terbesar akan terjadi dinegara – negara berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih dari dua per tiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit degeneratif (Buletin Kesehatan, 2011). Beberapa penyakit degeneratif yang banyak terjadi dimasyarakat adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker. Penyakit degeneratif seperti stroke juga sudah mulai ditemui tidak hanya oleh orang yang berusia lanjut namun juga di kalangan umur muda (Indrawati, 2009).
Menurut WHO, stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Di Eropa ditemukan sekitar 650.000 kasus baru stroke setiap tahunnya. Di Inggris sendiri, stroke menduduki urutan ke-3 sebagai pembunuh setelah penyakit jantung dan kanker. Di Amerika sendiri, stroke membunuh lebih dari 160.000 penduduk dan tujuh puluh lima persen pasien stroke menderita kelumpuhan. (Waluyo 2009).
Stroke adalah sindroma klinis yang timbul mendadak, cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih, bisa juga langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Stroke adalah terjadi perubahan sistem neurologis yang disebabkan karena adanya gangguan suplai darah ke otak (Black & Hawks, 2009). Alfa (2010) mengatakan bahwa stroke merupakan suatu kondisi gangguan fungsi otak yang timbul mendadak akibat tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di Amerika dan merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. Delapan puluh lima persen kejadian stroke adalah non hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel disease (stroke lakunar), 25% akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel disease. Stroke dikenal luas sebagai penyakit yang menimbulkan disabilitas permanen yang menyebabkan penderita kurang bahkan tidak produktif lagi. Hal ini terjadi akibat kerusakan permanen yang tidak tergantikan (Yuniadi, 2010).
Masalah stroke di Indonesia menjadi semakin penting dan mendesak baik stroke hemoragik maupun stroke non hemoragik. Di Indonesia sendiri, stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Dari data nasional yang didapat, angka kematian yang diakibatkan oleh penyakit stroke sebesar 15,4% (Lumbantobing, 2007). Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan Indonesia diketahui bahwa prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,7% (Depkes, 2013).
Faktor resiko terjadinya stroke tidak hanya selalu pada pola makan saja. Ada berbagai macam faktor pencetus munculnya penyakit stroke seperti stress baik itu stress psikologi maupun stress pekerjaan dimana stress meningkatkan resiko terjadinya stroke 10% kali. Namun dalam penelitian yang dilakukan di Kopenhagen, Denmark menyebutkan bahwa tidak ada hubungan stress dengan stroke yang terjadi pada golongan kelas social rendah (Kompas, 2014). Selain stress, faktor pencetus terjadinya stroke bisa berupa merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke hingga 3,5% dan resiko itu akan menurun seketika setelah berhenti merokok dan dapat terlihat jelas dalam periode 2 – 4 tahun setelah seseorang berhenti merokok (Dinkes Kebumen, 2013).
Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VI (1998), makanan modern telah menjadi bagian dari kebiasaan makanan masyarakat. Pengkonsumsian makanan modern seperti fastfood serta kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur beresiko 30% lebih tinggi terkena penyakit stroke dibanding dengan orang yang mengkonsumsi 8kali/hari atau lebih (Farida, 2009).
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Ovina (2013) di rumah sakit Jambi, didapati pola makan yang abnormal dipicu oleh dua faktor yakni faktor kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan kebiasaan makan tidak teratur.
Ketika seseorang mempunyai pola makan yang baik, lebih kecil kemungkinan besar seseorang terkena penyakit stroke dibanding mereka yang kurang atau tidak baik pola makannya. Pola makan yang baik merangsang tubuh untuk mengeluarkan antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari efek negatif radikal bebas.
Hasil prasurvei tentang pengaruh pola makan dengan kejadian stroke di Irina F Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado didapati penderita stroke non hemoragik pada tahun 2013 berjumlah 412 penderita. Sedangkan pada bulan Januari – Maret 2014 jumlah penderita stroke non sebanyak 102 penderitan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat analitik observasional. Jenis rancangan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian telah dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Irina F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Juni sampai Juli tahun 2014. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling.
Instrumen penelitian yang akan digunakan sudah baku dan telah dipakai oleh peneliti sebelumnya. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuisioner yang terdiri dari karakteristik responden serta lembar pertanyaan yang berkaitan dengan pola makan dengan kejadian stroke. Stroke Identitas responden serta aspek tentang kejadian stroke yakni stroke non hemoragik berulang yang diberi skor 1 dan stroke non hemoragik tidak berulang diberi skor 2. Pola Makan Kuesioner ini sebelumnya sudah pernah digunakan oleh Widyaningrum (2013), tentang pola makan, frekuensi makan (food recall). Pola makanterdiri dari 22
pertanyaan dengan jawaban A, B, dan C, dengan skor 3 untuk jawaban A, skor 2 untuk jawaban B dan skor 1 untuk jawaban C, dengan menggunakan rumus median (nilai tengah) yaitu : Nilai tertinggi + nilai terendah
2 =
66 + 222
= 882
= 44 Dengan hasil, pola makan baik jika skor yang dijawab oleh responden >44 dan pola makan tidak baik jika skor yang dijawab oleh responden ≤44. Prosedur Pengumpulan dan Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan sesuai jadwal yang telah diatur. Setelah mendapat persetujuan dari pembimbing dan penguji skripsi, maka penelitian dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Irina F Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pengolahan Data Prosedur pengolahan data yang dilakukan melalui tahap editing (penyuntingan data), coding sheet (membuat lembaran kode), data entry (memasukan data), dan cleaning (pembersihan data).
4
Etika Penelitian Etika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Informed Consent (lembar persetujuan), Anonimity (tanpa nama), dan Confidentialy (kerahasiaan). HASIL A. Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur n % < 30 tahun 2 6,67 31 – 50 tahun 8 26,66 > 50 tahun 20 66,67 Total 30 100
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin n % Laki – laki 20 66,67 Perempuan 10 33,33 Total 27 100
Tabel 3 Distribusi Responden
Berdasarkan Status Pendidikan Status pendidikan n %
Tidak sekolah 1 3,33
SD SMP SMA Perguruan tinggi
8 6 13 2
26,67 20
43,33 6,67
Total 30 100
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pola Makan
Pola Makan N % Baik 12 40 Tidak baik 18 60 Total 30 100
Tabel 6 Distribusi Responden
Berdasarkan Kategori Stroke Non Hemoragik
SNH n % Berulang 13 43,33 Tidak Berulang 17 56,67 Total 30 100
B. Analisis Bivariat
Tabel 7 Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Stroke Non Hemoragik
Pola Makan
Stroke Non Hemoragik Total O R
P Tidak Berulang Berulang
Baik 10 2 12 Tidak Baik 7 11 18 7,9 0,042
Total 17 13 30 PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur terbanyak berusia antara > 50 tahun 20 responden, usia 31 – 50 tahun 8 responden dan berusia < 30 tahun 2 responden. Stroke pada usia lanjut biasa disebabkan oleh faktor kombinasi (multifactorial cause) seperti penyakit penunjang terjadinya stroke non hemoragik. Selain itu juga dapat terjadi oleh karena proses penuaan pada semua organ tubuh (Arnawiya, 2012). Lebih banyak responden berjenis kelamin laki – laki dibandingkan jenis kelamin perempuan. Risiko stroke pada laki – laki 1,25% lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki – laki cenderung merokok. Rokok dapat merusak lapisan dari pembuluh darah. Stroke non hemoragik pada wanita biasanya
Pekerjaan n % Tidak bekerja 8 26,67 Swasta Petani PNS DLL
7 4 9 2
23,33 13,33 30,00 6,7
Total 30 100
5
disebabkan oleh penggunaan pil kontrasepsi oral, kehamilan dan melahirkan serta menopause (Dinkes Kebumen, 2013). Hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan status pendidikan terbanyak berpendidikan SMA 13 responden, SD 8 responden, SMP 6 responden, perguruan tinggi 2 responden dan tersedikit berpendidikan Tidak Sekolah 1 responden. Hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan terbanyak Tidak Bekerja dan PNS 8 responden, swasta 7 responden, petani, 4 responden, dan tersedikit DLL 3 responden. Hal ini berhubungan dengan gaya hidup tidak sehat dimana pada golongan tidak bekerja disebabkan oleh penurunan aktivitas fisik dan kurangnya olahraga sedangkan pada golongan pegawai negeri disebabkan oleh kecenderungan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol. Sebuah riset yang dilakukan oleh Journal of Occupatonal and Enviromental Medicine menunjukkan bahwa stress psikologis akibat pekerjaan bsa meningkatkan resiko terjadinya stroke non hemoragik 1,4 kali dibanding orang yang tidak stress oleh karena pekerjaan (Kompas, 2011). Hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan pola makan baik 9 responden (40%) dan pola makan tidak baik 18 responden (60%). Hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan kategori stroke non hemoragik tidak berulang 17 responden (56,67%) dan kategori stroke non hemoragik berulang 13 responden (43,33%). B. Hubungan pola makan dengan
kejadian stroke non hemoragik Penelitian dilakukan dengan
responden 30 yang berada di ruangan rawat inap F Neurologi. Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden didapati dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi square (x2) diperoleh nilai ρ = 0,042 < α = 0,05. Dari data tersebut menunjukkan
dimana terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian stroke non hemoragik.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahiduddin (2010) menjelaskan bahwa ada hubungan gaya hidup dengan kejadian stroke. Gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit. Hal ini juga didukung pendapat oleh Maulana yang menyebabkan bahwa untuk mendapatkan kesehatan yang prima jalan terbaik adalah merubah gaya hidup yakni pola makan yang terlihat dari aktifitas dengan menjaga kesehatan (Shanty, 2011). Gaya hidup pada zaman modern ini mendorong orang mengubah pola makan. Pola makan tidak sehat tidak baik untuk untuk tubuh sehingga tubuh menjadi rentan penyakit (Depkes, 2008). Pola makan tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan seperti makan makanan lemak tinggi, kurang mengkonsumsi sayuran juga makan makanan yang melebihi kapasitas tubuh bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan (Nugroho, 2008).
Dari hasil yang didapatkan pola makan baik sebanyak 2 responden yang menderita stroke non hemoragik berulang, dan juga dari 7 responden yang memiliki pola makan tidak baik tetapi stroke non hemoragiknya tidak berulang. Pola makan baik juga masih memiliki kemungkinan besar terjadinya stroke non hemoragik berulang, disebabkan oleh faktor kombinasi. Hal ini menunjukkan bahwa stroke non hemoragik berulang merupakan penyakit yang mempunyai banyak penyebab (multifactorial cause). Semakin banyak faktor resiko yang dipunyai, semakin tinggi kemungkinan mendapatkan stroke non hemoragik berulang, seperti hipertensi, hipertensi merupakan faktor resiko yang paling penting terhadap stroke, baik stroke hemoragik maupun stroke non hemoragik. Kurang olahraga juga bisa mengakibatkan stroke non hemoragik
6
berulang karena kurang olahraga beresiko terkena penyakit jantung dan stroke meningkat sebesar 50 persen. Serta riwayat keturunan juga mempengaruhi terkena stroke karena secara genetis terdapat peningkatan resiko jantung dan stroke bila ada penderita dari keluarga dengan hubungan darah langsung. (Dundas 2000). KESIMPULAN
1. Pola makan pasien stroke non hemoragik sebagian besar berpola makan tidak baik.
2. Kejadian stroke non hemoragik dimana stroke non hemoragik pada responden sebagian besar stroke non hemoragik tidak berulang.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian stroke non hemoragik pada pasien yang dirawat di Irina F Neurologi RSUP Prof. R.D. Kandou Malalayang.
DAFTAR PUSTAKA
Alfa, A. (2010). Apakah Stroke Itu?. http://rsadventbandung.com diakses tanggal 3 April 2014
Arnawiya. (2012). Penyakit Stroke Pada Usia Lanjut. http://aarnawiya.typepad.com diakses tanggal 01 Agustus 2014
Bulletin Kesehatan (2011). Gambaran Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Black, J. & Hawks, J. (2009). Medical-Surgical Nursing : Clinical Management for Positive Outcomes. Singapore: Saunders Elsevier
Departemen Kesehatan RI (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kebumen (2013). Apa Penyebab Stroke?. Kebumen. http://www.dinkeskebumen.wordpress.ac.id diakses tanggal 01 Agustus 2014
Farida, A. (2009). Mengantisipasi Stroke. Yogyakarta: Buku Biru
Indrawati, L. (2009). Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Biomedis
Kompas. (2014). Factor Resiko Terjadinya Stroke. http://www.kompas.com diakses tanggal 30 Mei 2014
Lumbantobing, S. (2007). Neurogeriatri. Jakarta: FKUI
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Ovina, Y. (2013). Hubungan Pola Makan, Olahraga, Merokok Terhadap Prevalensi Penyakit Stroke Non Hemoragik di RSUD Raden Mattaher Jambi. http://eprints.unj.ac.id di akses 14 April 2014.
Waluyo, S. (2009). 100 Questions & Answers Stroke. Jakarta: Media Komputindo.
Wahiduddin. (2010). Factor Resiko Kejadian Stroke pada Dewasa Awal di Kota Makasar. Jurnal Epidemiologi Universitas Hasanuddin
Yuniadi, Y (2010). Intervensi pada Stroke Non Haemoragik. Jurnal Kardiologi Indonesia. Jakarta: FKUI.