Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

13
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005) Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998) 2. Etiologi Indikasi SC : Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah : a) Prolog labour sampai neglected labour. b) Ruptura uteri imminen c) Fetal distress d) Janin besar melebihi 4000 gr e) Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001) Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio adalah : a. Malpersentasi janin Letak lintang

description

sc

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding

perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada

dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk

melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)

2. Etiologi

Indikasi SC :

Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :

a) Prolog labour sampai neglected labour.

b) Ruptura uteri imminen

c) Fetal distress

d) Janin besar melebihi 4000 gr

e) Perdarahan antepartum

(Manuaba, I.B, 2001)

Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio adalah :

a. Malpersentasi janin

Letak lintang

Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara yang terbaik

dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa.

Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun

tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong

dengan cara lain.

Letak belakang

Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,

primigravida, janin besar dan berharga.

b. Plasenta previa sentralis dan lateralis

c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak lintang atau

presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia karena tumor, gawat

janin dan sebagainya.

e. Partus lama

f. Partus tidak maju

g. Pre-eklamsia dan hipertensi

h. Distosia serviks

1. Tujuan Sectio Caesarea

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya

perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio

caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan

hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga

dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa

walaupun anak sudah mati.

2. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)

a) Abdomen (SC Abdominalis)

1) Sectio Caesarea Transperitonealis

Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.

Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.

2) Sectio caesarea ekstraperitonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak

membuka kavum abdominalis.

b) Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :

Sayatan memanjang (longitudinal)

Sayatan melintang (tranversal)

Sayatan huruf T (T Insisian)

c) Sectio Caesarea Klasik (korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.

Kelebihan :

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

Mengeluarkan janin lebih memanjang

Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik

Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :

Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang

baik.

Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC

profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,

sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.

Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami

SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.

Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini

maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.

d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira

10cm

Kelebihan :

Penjahitan luka lebih mudah

Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga

perineum

Perdarahan kurang

Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil

Kekurangan :

Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri

uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.

Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

3. Komplikasi

Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam

masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum

atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama

khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat

diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama

SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina

ikut terbuka atau karena atonia uteri

Komplikasi - komplikasi lain seperti :

Luka kandung kemih

Embolisme paru - paru

Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada

dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.

Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

4. Prognosis

1) Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan darah yang

cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu.

2) Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang kompeten <

2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah kelainan

atau gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya persalinan

berlangsung.

3) Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang

menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di negara - negara

dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal

sekitar 4 - 7%

(Mochtar, 1998)

5. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi

tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,

panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut

menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien

mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya

kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu

melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit

perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan

post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses

pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga

menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar

daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan

menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan

ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan

menimbulkan masalah risiko infeksi.

6. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra

operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

Urinalisis / kultur urine

Pemeriksaan elektrolit

Asuhan Keperawatan Sektio Caesaria

1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan

output baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi:

a.Kaji kondisi status hemodinamika.

R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah.

b.Ukur pengeluaran harian.

R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan

yang hilang selama masa post operasi dan harian.

c.Berikan sejumlah cairan pengganti harian.

R/ Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.

d.Evaluasi status hemodinamika.

R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi:

a.Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.

R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu

diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.

b.Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum.

R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat

mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi.

c.Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

R/ Mengistiratkan klien secara optimal.

d.Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien.

R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

e.Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.

R/ Menilai kondisi umum klien.

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi

Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.

Intervensi:

a.Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.

R/ Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.

b.Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.

c.Ajarkan teknik distraksi.

R/ Pengurangan persepsi nyeri.

d.Kolaborasi pemberian analgetika.

R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral

maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.

4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.

Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.

Intervensi:

a.Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.

R/ Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang

lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.

b.Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.

R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.

c.Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.

d.Lakukan perawatan luka.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.

e.Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.

R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan

peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran,

EGC, Jakarta.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sectio Caesaria

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien, Jakarta : EGC

Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.

Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana, EGC. Jakarta.

Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.

Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F.

Jakarta : EGC.

Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC. Jakarta.

Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka