ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG...

117
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG MENGALAMI PNEUMONIA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG ICU RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN DI SUSUN OLEH : YETI ARIYANAWATI NIM. P.14055 PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG...

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T

YANG MENGALAMI PNEUMONIA DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN

NAPAS DI RUANG ICU RSUP Dr.

SOERADJI TIRTONEGORO

KLATEN

DI SUSUN OLEH :

YETI ARIYANAWATI

NIM. P.14055

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T

YANG MENGALAMI PNEUMONIA DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN

NAPAS DI RUANG ICU RSUP Dr.

SOERADJI TIRTONEGORO

KLATEN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

YETI ARIYANAWATI

NIM. P.14055

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

iii

Motto

“Belajar tidak akan berarti, jika tanpa budi pekerti”

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan Ny. M dan Tn. T Yang

Mengalami Pneumonia di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Wahyu Rima Agustin S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Institusi

Pendidikan yang telah memberikan kesempatan untuk menimbailmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Erlina Windyastuti S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Alfyana Nadya Rachmawati S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing

sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

6. Ny.M dan Tn.T yang telah mengizinkan saya untuk mengaplikasikan

Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Pneumonia.

7. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

viii

8. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat, kepercayaan, kasih sayang, nasihat dan dukungan dalam segala

bentuk serta atas do’anya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun untuk

menyelesaikan pendidikan.

9. Kakak-kakakku dan orang yang kusayangi yang selalu memberikan

semangat, do’a dan dukungan dalam setiap proses yang di lalui penulis.

10. Teman-teman Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 24 Juli 2017

Penulis

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................. ii

MOTTO ......................................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iv

LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ........................................... v

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah................................................................................... 4

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 4

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................. 4

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 5

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi ........................................................................................ 7

2.1.2 Klasifikasi ................................................................................... 7

2.1.3 Etiologi ........................................................................................ 8

2.1.4 Manifestasi Klinis ....................................................................... 9

2.1.5 Patofisiologi ................................................................................ 9

2.1.6 Pathway ....................................................................................... 11

2.1.7 Komplikasi .................................................................................. 12

2.1.8 Penatalaksanaan .......................................................................... 12

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

x

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 13

2.2 Konsep Dasar Ventilasi Mekanik

2.2.1 Definisi ........................................................................................ 14

2.2.2 Mode Ventilasi ............................................................................ 14

2.3 Konsep Diagnosa Keperawatan .......................................................... 16

2.4 Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian ................................................................................... 17

2.4.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 21

2.4.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 22

2.4.4 Implementasi Keperawatan ......................................................... 26

2.4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 28

3.2 Batasan Istilah ...................................................................................... 28

3.3 Partisipan .............................................................................................. 28

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 28

3.5 Pengumpulan Data .............................................................................. 29

3.6 Uji Keabsahan Data ............................................................................. 29

3.7 Analisa Data ........................................................................................ 29

BAB IV LAPORAN HASIL

4.1 Gambaran dan Lokasi Pengambilan Data ............................................ 31

4.2 Pengkajian ............................................................................................ 31

4.3 Analisa Data ......................................................................................... 39

4.4 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 40

4.5 Intervensi Keperawatan ........................................................................ 41

4.6 Implementasi ........................................................................................ 43

4.7 Evaluasi ................................................................................................ 60

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengkajian ............................................................................................ 65

5.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 70

5.3 Intervensi Keperawatan ........................................................................ 71

5.4 Implementasi ........................................................................................ 73

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

xi

5.5 Evaluasi ................................................................................................ 75

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 79

6.2 Saran ..................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Pneumonia ..................................................................... 11

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Klien .................................................................................. 31

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan ........................................................................... 32

Tabel 4.3 Genogram ......................................................................................... 33

Tabel 4.4 Pengkajian Fokus ............................................................................. 34

Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 35

Tabel 4.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 36

Tabel 4.7 Terapi Obat ...................................................................................... 37

Tabel 4.8 Analisa Data ..................................................................................... 39

Tabel 4.9 Prioritas Diagnosa keperawatan ....................................................... 40

Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan.................................................................. 41

Tabel 4.11 Implementasi .................................................................................. 43

Tabel 4.12 Evaluasi .......................................................................................... 60

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3. Lembar Audience

Lampiran 4. Dokumen Asuhan Keperawatan

Lampiran 5. Jurnal Penelitian

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri

dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi

nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan

nafsu makan berkurang) (Riskesdas, 2013). Mahfudzoh (2016) yang

melaporkan penelitian tahun 2008 oleh Muttaqin menyatakan bahwa

pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Pneumonia

nosokomial merupakan salah satu komplikasi perawatan di rumah sakit

yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Insiden

pneumonianosokomial mencapai 30%. Pneumonia nosokomial yang

terjadi dirumah sakit dapat dibagi dua, yaitu: Hospital Acquired

Pneumonia (HAP) dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Kedua

jenis pneumonia ini masih jadi penyebab penting dalam angka kematian

dan kesakitan pada pasien yang dirawat dirumah sakit (Hendra & Huriani,

2011).

Purnamasari (2016) yang melaporkan Penelitian tahun 2012 oleh

Widagdo menyatakan mikroorganisme penyebab pneumonia ialah

Streptococcus pneumoniae (paling sering), Chlamidia pneumoniae dan

Mycoplasma pneumoniae. Selain itu juga dapat disebabkan oleh

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophyllus

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

2

influenzae, Mycobactrium tuberculosis, Salmonella, Scherichiacolli,

Pneumocystis jirofeci. Karhu (2014) yang melaporkan penelitian 2012

oleh Mongardon dkk menyatakan bahwa Streptococcus pneumoniae

adalah patogen paling umum didapatdari pemeriksaan kultur darah

positif.Klebsiella pneumonia adalah isolat etiologi yang paling umum

diikuti oleh Streptococcus pneumoniadan candida albicans (Rohini dkk,

2015).

Di Amerika Serikat, pneumonia merupakan penyebab kematian

utama akibat penyakit infeksi, infeksi nosokomial (didapat dari rumah

sakit) adalah yang paling sering ditemukan, dan merupakan penyebab

kematian keenam. Sekitar 4,8 juta kasus pneumonia (1,8 kasus per 100

orang), dengan diagnosa pneumonia dilaporkan setiap tahunnya (Morton

dkk, 2014). Pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat

inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05%

perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Di RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten penyakit pneumonia menduduki peringkat 10 besar

penyakit yang paling sering dijumpai di ruang Intensif Care Unit (ICU)

(RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten).

Kondisi pasien yang berada di ICU umumnya terpasang ventilasi

mekanik. Ventilasi mekanik memberikan tekanan positif secara kontinu

yang dapat meningkatkan pembentukan sekresi pada paru-paru. Ventilator

dipasang dengan memasukkan sebuah tube melalui trakea atau dikenal

juga dengan nama endotracheal tube (ETT). Terpasangnya ETT akan

menjadi jalan masuk bakteri secara langsung menuju saluran nafas bagian

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

3

bawah. Hal ini akan mengakibatkan adanya bahaya antara saluran nafas

bagian atas dan trakea, yaitu terbukanya saluran nafas bagian atas dan

tersedianya jalan masuk bakteri secara langsung. Karena terbukanya

saluran nafas bagian atas akan terjadi penurunan kemampuan tubuh untuk

menyaring dan menghangatkan udara. Selain itu, reflek batuk sering

ditekan atau dikurangi dengan adanya pemasangan ETT, dan gangguan

pada pertahanan silia mukosa saluran nafas karena adanya cidera pada

mukosa pada saat intubasi dilakukan, sehingga akan menjadi tempat

bakteri untuk berkolonisasi pada trakea. Keadaan ini akan mengakibatkan

peningkatan produksi dan sekresi sekret sehingga menimbulkan masalah

ketidakefektifan jalan nafas (Agustyn, 2007 dikutip dalam Rahman 2011).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk

mempertahankan bersihan jalan napas (Herdman, 2015). Perawat harus

mengidentifikasi adanya sekresi dengan cara auskultasi paru sedikitnya 2-4

jam (selama pasien masih terpasang ventilasi mekanik dan post ekstubasi).

Tindakan untuk membersihkan jalan napas diantaranya yaitu: fisioterapi

dada seperti penepukkan pada dada/punggung, menggetarkan, perubahan

posisi, seperti; posisi miring, posisi telentang, dan termasuk penghisapan.

Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit paru baik yang

bersifat akut maupun kronis, sangat efektif dalam upaya mengeluarkan

sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang

terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah

mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

4

membantu membersihkan sekret dari bronkhus dan untuk mencegah

penumpukan sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk

pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun,

penyakit pernafasan restriktif karena kelainan neuromuskuler dan penyakit

paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien

yang mendapat ventilasi mekanik. Mobilisasi atau aktivitas di rumah sakit

pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan (Hendra &

Huriani, 2011).

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis

Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami

Pneumonia dengan Ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang ICU

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien

yang mengalami Pneumonia dengan Ketidakefektifan bersihan jalan napas

di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Ny. M dan Tn. T yang

mengalami Pneumonia dengan Ketidakefektifan bersihan jalan napas di

Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

5

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum adalah melaksanakan Asuhan Keperawatan Ny. M

dan Tn. T yang mengalami Pneumonia dengan Ketidakefektifan bersihan

jalan napas di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatanpada Ny. M dan

Tn. T yang mengalami Pneumonia dengan Ketidakefektifan bersihan

jalan napas di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

2) Penulis mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny. M dan

Tn. T yang mengalami Pneumonia dengan Ketidakefektifan bersihan

jalan napas di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

3) Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada Ny. M dan

Tn. T yang mengalami Pneumonia dengan Ketidakefektifan bersihan

jalan napas di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

4) Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. M

dan Tn. T yang mengalami Pneumonia dengan Ketidakefektifan

bersihan jalan napas di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten.

5) Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. M dan Tn. T yang

mengalami Pneumonia di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

6

1.5 Manfaat

1.5.1 Teoritis

Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan untuk

mengembangkan ilmu keperawatan dan juga sebagai pedoman untuk

penatalaksanaan pada pasien yang mengalami Pneumonia.

1.5.2 Praktis

1) Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Sebagai acuan dalam menjalankan praktek keperawatan pada asuhan

keperawatan pada klien dengan Pneumonia.

2) Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Sebagai acuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan secara komperhensif terutama pada

klien dengan Pneumonia.

3) Bagi institusi pendidikan

Sebagai referensi dan wacana dalam perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang perawatan klien dengan penyakit Pneumonia

di masa yang akan datang dan acuan bagi pengembangan laporan

kasus sejenis.

4) Bagi penulis selanjutnya

Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit serta

penatalaksanaanya dalam aplikasi langsung melalui proses

keperawatan dengan basis ilmu keperawatan dalam memberikam

asuhan keperawatan pada pasien dengan Pneumonia.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Pneumonia

2.1.1 Definisi

Pneumonia adalah infeksi yang umum ditemukan di komunitas

(Community Acquired Pneumonia, CAP) dan rumah sakit (Hospital

Acquired Pneumonia, HAP). Kasus ini dihadapi oleh perawat keperawatan

kritis ketika infeksi tersebut memperberat kondisi penyakit yang serius

atau menyebabkan gawat napas (Morton dkk, 2014).

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.

Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli menjadi

terhambat dan tidak berfungsi makasimal. Hipoksemia dapat terjadi,

bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri,

2009).

Ventilator-associated Pneumonia (VAP) merupakan infeksi

pernafasan yang beresiko untuk terjadi pada pasien yang di rawat di ICU

yang terpasang selang trakeal dan/atau ventilator (Rahmiati & Kurniawan,

2013)

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Ward dkk (2008), klasifikasi pneumonia adalah sebagai berikut:

1) Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired

pneumonia, CAP) yaitu infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

8

dirawat dieumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di

rumah sakit selama >14 hari.

2) Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial) yaitu setiap

infeksi LRT yang berkembang >2 hari setelah dirawat di rumah sakit.

3) Pneumonia aspirasi/anaeorob yaitu infeksi oleh bakteroid dan

organisme anaerob lain setelah aspirasi isi orofaringeal (misalnya

CVA).

4) Pneumonia oportunistik yaitu pasien dengan penekanan sistem imun

(misalnya steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh

virus, jamur, dan mikrobakteri selain organisme bakterial lain.

5) Pneumonia rekuren yaitu disebabkan oleh organisme aerob dan

anaeorob yang terjadi pada fibrosis kistik dan bronkiektasis.

2.1.3 Etiologi

Menurut Morton dkk (2014), penyebab penyakit pneumonia adalah

sebagai berikut:

1) Pneumonia yang didapat dari komunitas antara lain usia <2 tahun atau

>65 tahun, merokok, penyalahgunaan alkohol, komorbiditas: penyakit

paru, penyakit kardiovaskular, penyakit hepar, penyakit ginjal,

penyakit sistem saraf pusat.

2) Pneumonia yang didapat dari rumah sakit

a) Terkait pajemu: pertambahan usia, perubahan tingkat kesadaran,

penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), penyakit berat,

malnutrisi, karang gigi, rauma tumpul, trauma kepala berat,

trauma dada, merokok.

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

9

b) Terkait Pengobatan: ventilasi mekanis, reintubasi atau ekstubasi

sendiri, bronkoskopi, slang nasogatrik dan pemberian makanan

enteral, adanya alat pemantau tekanan intrakranial (TIK), terapi

antibiotik sebelumnya, pembedahan kepala, toraks atau abdomen

atas, terapi antasid, posisi telentang.

c) Terkait infeksi: mencuci tangan kurang bersih, mengganti slang

ventilator kurang dari 48 jam sekali.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Somantri (2009) tanda dan gejala yang muncul pada

pneumonia adalah demam 39-40oC, nyeri dada karena batuk, nyeri dada

pleuritis, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk produktif ataupun kering,

sputum hijau dan purulen serta mungkin mengandung bercak darah, bisa

juga berbau busuk, adanya retraksi interkostal, penggunaan otot

aksesorius, dispnea berat, sianosis, hipoksemia dan malaise.

2.1.5 Patofisiologi

Pneumonia merupakan respons inflamasi terhadap benda asing

yang tanpa sengaja teraspirasi atau multiplikasi mikroorganisme tidak

terkontrol yang menginvasi saluran pernapasan bawah. Respons tersebut

menyebabkan akumulasi neutrofil dan sel efektor di bronkus perifer dan

ruang alveolar. Sistem pertahanan tubuh yang mencakup pertahanan

anatomis, mekanis, humoral, dan seluler dirancang untuk menyingkirkan

organisme yang memasuki saluran pernapasan. Sebagian besar penyakit

sistemik meningkatkan risiko pneumonia pada pasien dengan cara

mengubah mekanisme pertahanan pernapasan. Pneumonia terjadi jika

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

10

mekanisme pertahanan paru yang normal terganggu atau bekerja terlalu

berat, sehingga mikroorganisme berkembang dengan cepat (Morton dkk,

2014).

Saat terjadi inhalasi bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia

diaspirasi melalui orofaring. Tubuh pertama kali akan melakukan

mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respons radang

(Somantri, 2009). Patogen dapat memasuki saluran pernapasan bawah

melalui empat cara; aspirasi, inhalasi, penyebaran hematogen dari lokasi

yang jauh, dan translokasi. Rute utama bakteri memasuki paru adalah

melalui aspirasi mikroorganisme dari orofaring. Aspirasi sering kali terjadi

(>45% waktu) pada individu yang sehat ketika mereka tidur. Risiko

aspirasi yang signifikan dari segi klinis meningkat pada pasien yang

mengalami penurunan tingkat kesadaran atau disfagia dan pada mereka

yang terpasang slang endotrakea atau slang enteral. Penyebaran hematogen

merupakan mekanisme yang efektif, sirkulasi pulmonal menjadi jalan

masuk yang efektif bagi mikroba. Kapiler paru membentuk jaringan padat

di dinding alveoli yang ideal untuk pertukaran gas. Mikroba hematogen

dari lokasi infeksi yang jauh dapat bermigrasi melalui jaringan tersebut

dan menyebabkan pneumonia (Morton dkk, 2014).

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

11

2.1.6 Pathway Pneumonia

Sistem pertahanan Organisme

tubuh terganggu

Virus Pneumokokus Stapilokokus

Masuk ke Saluran napas bagian bawah

Kuman patogen mencapai Trombus

bronkioli terminalis me- Eksudat masuk ke alveoli

rusak sel epitel bersilia Permukaan

dan sel goblet Sel darah merah dan leukosit lapisan pleura

pneumokokus mengisi alveoli tertutup tebal

Cairan edema + leukosit eksudat trombus

ke alveoli Leukosit dan Fibrin di vena pulmonalis

menyebabkan konsolidasi

Konsolidasi paru Nekrosis Hemoragik

Suhu tubuh meningkat

Kapasitas vital Hipertermi

kompliance menurun

Produksi sputum meningkat Abses Pneumotocale

Gambar 2.1 Pathway Pneumonia

Sumber : Nurarif & Kusuma (2015)

Intoleransi

aktivitas

Resiko kekurangan

volume cairan

Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas

Ketidakefektifan pola napas

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

12

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi pneumonia menurut Manurung (2016) yaitu :

1) Abses paru

2) Efusi pleura

3) Empiema

4) Bakteremia dan septicemia

5) Bronkiektasis

2.1.8 Pentalaksanaan

1) Terapi Suportif menurut Ward dkk (2008)

a) Oksigen suplemental untuk mempertahankan PaO2>8 kPa (SaO2 <

90%).

b) Cairan intravena (± vasopresor/inotrop) untuk stabilisasi

hemodinamik.

c) Bantuan ventilasi, misalnya tekanan jalan napas positif kontinu

pada gagal napas.

d) Fisioterapi membantu bersihan sputum pascaoperasi dan pada

pasien imobilisasi.

e) Posisi setengah telentang (yaitu elevasi kepala tempat tidur 300)

pada pasien yang harus berbaring terus ditempat tidur dapat

mengurangi risiko aspirasi.

2) Terapi Antibiotik menurut Ward dkk (2008) yaitu:

a) Pada HAP onset dini (<4 hari di rumah sakit) tanpa faktor risiko

untuk organisme MDR (resisten terhadap antibiotik), monoterapi

pada beta-laktam/beta-laktamse, antibiotik selfalosporin generasi

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

13

ketiga, seftriakson, ko-ammoksiklav atau ertapenem, dan

fluorokuinolon.

b) Pada HAP onset lambat (>4 hari dirumah sakit) dengan faktor

risiko patogen MDR, terapi kombinasi dengan antibiotik

spektrum luas untuk mencakup hasil gram-negatif MDR dan

MRSA (resisten mitisilin) misalnya sefalospirin

antipseudomonas, karbapenem antipseudomonas, vankomisin, dll.

Terapi tambahan dengan aminoglikosida inhalasi atau polimiksin

dipertimbangkan pada pasien yang tidak membaik dengan terapi

sistemik.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada

pneumonia adalah sebagai berikut :

1) Sinar X: untuk mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,

bronkial, dapat juga menyatakan abses).

2) Biopsi Paru: untuk menetapkan diagnosis.

3) Pemeriksaan kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi

semua organisme yang ada.

4) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan

luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

5) Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

6) Bronkoskopi:untuk menetapkan diagnosa dan mengangkat benda

asing.

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

14

2.2 Konsep Dasar Ventilasi Mekanik

2.2.1 Definisi

Menurut Soetioputro (2016) ventilasi mekanik merupakan salah

satubentuk terapi yang sering diberikan kepada pasien kritis di ruang

perawatan intensif. Ventilasi mekanik adalah mesin yang digunakan untuk

memasukkan dan mengeluarkan udara pernapasan ke dalam paru-paru.

Ventilasi mekanik berfungsi untuk menormalkan nilai gas darah arteri dan

keseimbangan asam basa, serta berfungsi menurunkan kerja pernapasan

pasien dengan memberikan bantuan ventilasi yang disesuaikan dengan

kebutuhan.

2.2.2 Mode Ventilator

Menurut Dewi (2008), mode ventilasi adalah salah satu dari

beberapa metode yang digunakan oleh ventilator untuk membantu

ventilasi. Adapun mode-mode tersebut antara lain:

1. Control Ventilation(VC)

Mode control ventilation menjamin bahwa pasien menerima jumlah

dan volume pernapasan setiap menit yang telah ditentukan

sebelumnya. Pada umumnya pasien diberi sedatif atau dilumpuhkan

dengan obat penghambat neuromuskular untuk mencapai tujuan.

2. Assist-Control Ventilation (VCA)

Mode ini menjamin bahwa jumlah dan volume pernapasan tertentu

yang diberikan oleh ventilator setiap menit mengharuskan pasien

untuk tidak memulai respirasi dengfan frekuensi itu atau lebih.

Apanila pasien memulai pernapasan dengan frekuensi yang lebih

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

15

tinggi dari nilai minimum yang telah ditentukan, maka ventilator

akan memberi awal pernapasan secara spontan.

3. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)

Mode SIMV memastikan bahwa jumlah oksigen yang telah

ditentukan sebelumnya sesuai dengan Vt yang dipilih akan diberikan

setiap menit. Pasien boleh memberi napas awal, tetapi berbeda

dengan mode assist control ventilation, pada mode ini pernapasan

tersebut tidak diberikan kembali oleh ventilator. Pasien boleh

bernapas secara spontan dengan kedalaman dan frekuensi napas

yang diinginkan sampai tiba waktunya pernapasannya dibantu atau

dilakukan oleh ventilator. Bantuan pernapatan (napas mendatori)

pada mode ini disesuaikan dengan kerja inspirasi pasien, apabila

pasien dapat melakukannya, untuk mengoptimalkan keselarasan

antara ventilaror dengan pasien. Pernapasan spontan yang dilakukan

selama penggunaan SIMV mempunyai FiO2 yang sama dengan

pernapasan mendatori.

4. Pernapasan Spontan (SPONT)

Mode ini memberikan seluruh kerja pernapasan dilakukan oleh

pasien selama pernapasan spontan. Pada beberapa situasi

penghentian (penyapihan) pasien menggunakan ventilator dapat

menyebabkan penurunan kerja pernapasan. Sama dengan pernapasan

spontan, mode-mode ventilasi sering dikenal sebagai CPAP, flow-by

atau SPONT pada ventilator. Tekanan jalan mapas kontinyu (CPAP)

adalah setting pernapasan spontan dengan tambahan PEEP selama

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

16

siklus pernapasan. Apabila tidak digunakan PEEP maka CPAP

setting sama dengan pernapasan spontan.

5. Pressure Support (PS)

PS adalah tipe pernapasam spontan, terdapat pada mode SIMV dan

SPON, yamg mempertahankan tekanan positif selama inspirasi

spontan. Volume gas yang diberikam oleh ventilator untuk setiap

inspirasi berbeda-beda tergantung pada level pressure support dan

kebutuhan pasien. Semakin tinggi level pressure support maka

semakin banyak gas yang diberikan setiap pernapasan.

6. Pressure Ekspirasi Ekspirasi Positive (PEEP/CPAP)

PEEP digunakan bersama-sama dengan salah satu mode ventilator

untuk membantu menstabilkan volume alveolar paru dan

memperbaiki oksigenasi.

2.3 Konsep Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan

Nafas

Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah

ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas

untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari

ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu batuk yang tidak efektif,

dispnea, gelisah, kesulitan verbalisasi, mata terbuka lebar, ortopnea,

penurunan bunyi napas, perubahan frekuensi napas, perubahan pola napas,

sianosis, sputum dalam jumlah yang berlebihan, suara napas tambahan,

tidak ada batuk (Herdman dkk, 2015).

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

17

2.4 Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Menurut Hidayat dkk (2012), pengkajian adalah langkah awal dari

tahapan proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus

memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi yang

diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh tingkat

analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri atas data subjektif dari

seseorang atau kelompok, dan data objektif dari pemeriksaan diagnostik

dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data

subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber & Kelley 2009).

1) Biodata

Anamnesis yang diperoleh dari anamnesis umum merupakan identitas

diri pasien yaitu nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pekerjaan,

dan hobi (Febrianto, 2013).

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah

adanya awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam

≥40oC, nyeri pleuretik, batuk, sputum berwarna seperti karat,

takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru.

b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas

(infeksi pada hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi timbul pada

klien dengan riwayat alkoholik, posr-operasi, infeksi pernapasan,

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

18

dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam sistem imun).

Hampir 60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia

dan 50% (separuhnya) akan meninggal dunia.

3) Pengkajian Fokus

Menurut Muttaqin (2014), pengkajian fokus pada pasien pneumonia

adalah sebagai berikut:

a) Breathing

Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan

pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

(1) Inspeksi

Bentuk dada dan pergerakan pernapasan: gerakan

pernapasan simetris, pada klien dengan pneumonia sering

ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal,

serta adanya retraksi sternum dan intercostal sternum space

(ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami

terutama pada anak-anak.

Batuk dan sputum: saat dilakukan pengkajian batuk pada

klien demgan pneumonia biasanya didapatkan batuk

produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi

sekret dan sekresi sputum yang purulen.

(2) Palpasi

Gerakan dinding thoraks anterior/ ekskrusi pernapasan:

pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan pada saat

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

19

bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian

kanan dan kiri.

Getaran suara (fremitus fokal): taktil fremitus pada klien

dengan pneumonia biasanya normal.

(3) Perkusi

Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,

biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh

lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan

pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonoia menjadi

satu sarang (kunfluens).

(4) Auskultasi

Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas

tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi

perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil

auskultasi didaerah mana didapatkan adanya ronkhi.

b) Blood

Pada pasien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:

(1) Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum

(2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah

(3) Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran

(4) Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung

tambahan biasanya tidak didapatkan

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

20

c) Brain

Klien dengan pneumonia berat sering terjadi penurunan

kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi

jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak

meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.

d) Bladder

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake

cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria

karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.

e) Bowel

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu

makan, dan penurunan berat badan.

f) Bone

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan

ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

4) Pemeriksaan Fisik

Menurut Sudoyono 2006 (dikutip dalam Somantri 2009) presentasi

bervariasi bergantung pada etiologi, usia dan keadaan klinis

a) Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. Pneumoniae,

Streptococcus spp, dan Staphylococcus. Pneumonia virus

ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering yang

nonproduktif.

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

21

b) Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua/orang

dengan penurunan imunitas akibat kuman yang kurang patogen/

oportunistik.

c) Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasa dijumpai

adalah demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi

paru yang dullnes, ronchi nyaring, serta suara pernapasan

bronkial).

d) Ronchi basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas jaringan

yang terserang karena eksudat dan fibrin dalam alveolus.

Pengkajian kardiovaskular dan paru harus dilakukan secara

komperhensif, perawat harus mengkaji adanya tanda-tanda hipoksia

(kulit keabu-abuan atau sianosis) dan dispnea (napas cuping hidung).

Pasien memperlihatkan gejala awitan awal pada pernapasan (misal

batuk, produksi sputum dan dispnea) yang biasanya disertai dengan

demam dan menggigil, inspeksi dada meliputi pengkajian pola

pernapasan dan frekuensi pernapasan, observasi postur tubuh pasien

dan kerja pernapasan, serta inspeksi adanya retraksi interkosta.

Perkusi dada biasanya menghasilkan bunyi pekak pada pneumonia

lobus. Penurunan bunyi napas terdengar pada saat auskultasi. Craclke

awal yang halus (dulu disebut rales) atau bunyi napas bronkus

terdengar di area konsoldasi (Morton dkk, 2014).

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia

terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

22

respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.

Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau

pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis (Hermand

dkk 2015).

Menurut Herdman dkk (2015), masalah yang muncul pada pasien

pneumonia adalah :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas

2) Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan

3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

4) Resiko Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi

2.4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang

dilakukan perawat berdasarkan peenilaian klinis dan pengetahuan perawat

untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Intervensi keperawatan

mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan

pada individu, keluarga dan masyarakat, serta orang-orang dirujuk oleh

perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya

(Bullechek dkk 2015).

Menurut Bulechek dkk (2015), intervensi keperawatan untuk pasien

pneumonia yaitu:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas

a) Tujuan : bersihan jalan napas dapat efektif.

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

23

b) Kriteri hasil

(1) Menunjukkan jalan nafas paten

(2) Tidak mengalami penurunan kesadaran

(3) Tidak ada dispnea atau sianosis

(4) Saturasi oksigen >90%

b) Intervensi

Manajemen Jalan Nafas (3140)

(1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

(2) Lakukan fisioterapi dada

(3) Motivasi untuk melakukan batuk efektif

(4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilatator

yang meningkatkan patensi jalan napas

Monitor Pernafasan (3350)

(5) Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan

auskultasi suara nafas ronki di paru

(6) Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi

2) Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan

a) Tujuan : pola napas dapat efektif

b) Kriteria hasil :

(1) Tidak ada sianosis dan dispneu

(2) Frekuensi nafas normal

(3) Vital sign dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,

resoirasi, suhu)

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

24

c) Intervensi :

Manajemen Asma (3210)

(1) Monitor tanda-tanda vital

Monitor Pernafasan (3350)

(2) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan

bernafas

(3) Informasikan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya

oksigenasi

Manajemen Jalan Nafas (3140)

(3) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan

(4) Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan

ventilasi

(5) Kelola pengobatan aerosol sebagaimana mestinya

3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

a) Tujuan : aktivitas pasien mandiri

b) Kriteria hasil :

(1) Mampu melakukan aktivitas dan latihan (ADLs) secara

mandiri

(2) Tanda-tanda vital normal

(3) Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat

(4) Status kardiopulmonari adekuat

(5) Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

25

c) Intervensi :

Terapi Latihan: Keseimbangan (0222)

(1) Monitor respon pasien dalam latihan keseimbangan

(2) Ajarkan tekhnik relaksasi otot progresif

Terapi Latihan : Ambulasi (0221)

(3) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti

kursi roda dan krek

(4) Dorong klien untuk bangkit sebanyak dan sesering yang

diinginkan (up ad lib)

Terapi Aktivitas (4310)

(5) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

(6) Kolaborasi dengan terapis fisik dalam merencanakan

program terapi yang tepat

4) Resiko kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi

a) Tujuan : tidak ada tanda-tanda dehidrasi

b) Kriteria hasil:

(1) Vital sign normal

(2) Balance cairan

(3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (elastis turgor kulit baik,

mukosa bibir lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan)

c) Intervensi :

Manajemen Hipovolemi (4180)

(1) Monitor asupan dan pengeluaran

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

26

(2) Implementasikan posisi trendelenburg yang dimodivikasi

(3) Berikan vasodilatator sesuai resep dengan hati-hati

(4) Instruksikan pada pasien/keluarga untuk mencatat intake

dan output dengan tepat

Manajemen Cairan (4120)

(5) Kolaborasi pemberian cairan IVseperti yang ditentukan

(6) Berikan diuretik yang diresepkan

Perawatan Demam (3740)

(7) Monitor vital sign

(8) Dorong pasienuntuk konsumsicairan

2.4.4 Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di

mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana

strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab

itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari

implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di

tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Efendi & Makhfudli,

2009).

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

27

rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil di capai. Tujuan

evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini

bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan,

sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi terdiri atas

dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien yang baik kognitif,

afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya serta

membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian

tujuan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Dari masalah yang muncul, evaluasi yang diharapkan oleh penulis yaitu:

1) Kebersihan jalan nafas kembali efektif

2) Pola nafas kembali efektif

3) Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

4) Tidak terjadi dehidrasi

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan

Keperawatan pada Ny. M dan Tn. T yang mengalami Pneumonia dengan

Ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten.

3.2 Batasan Istilah

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.

Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli menjadi

terhambat dan tidak berfungsi makasimal.

3.3 Partisipan

Secara umum partisipan yang akan diikut sertakan dalam Karya

Tulis Ilmiah ini adalah Ny. M dan Tn. T dengan penyakit Pneumonia di

Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini disusun di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten sejak tanggal 23 Mei 2017 sampai tanggal 31 Mei 2017. Lama

waktu yang digunakan untuk satu klien yaitu sejak klien pertama kali

masuk rumah sakit sampai pulang atau klien yang dirawat tiga hari.

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

29

3.5 Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data pada Karya Tulis

Ilmiah ini yaitu wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,-dahulu-keluarga dll, sumber

data diperoleh dari klien, keluarga, dan perawat lainnya), observasi dan

pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi pada sistem tubuh manusia), serta studi dokumen dan angket

(hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan).

3.6 Uji Keabsahan Data

Demi terjaminnya keakuratan data maka penulis akan melakukan

keabsahan data. Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang

waktu pengamatan/tindakan dansumber informasi tambahan menggunakan

triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien dan keluarga, perawat

dan sumber pustaka yang berkaitan dengan masalah pneumonia.

3.7 Analisis Data

Analisa data disusun oleh penulis dengan cara mengemukakan

fakta yang didapat sejak penulis dilapangan, selanjutnya membandingkan

fakta tersebut dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan. Urutan dalam analisis data adalah sebagai berikut.

3.7.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

30

3.7.2 Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3.7.3 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin den gan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

3.7.4 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan denga model induksi.

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan dan evaluasi.

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

31

BAB IV

LAPORAN HASIL

4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Dr. Soeradji Tirtonegoro khususnya di ruang Intensif Care Unit. RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten yakni salah satu layanan kesehatan milik

Kementerian Kesehatan Klaten yang berwujud RSU, diurus oleh

Kementerian Kesehatan dan termuat kedalam Rumah Sakit Tipe B.

Layanan Kesehatan ini telah terdaftar sejak 29/10/2014 dengan Nomor

Surat Izin 445/28/2013 dan Tanggal Surat Izin 22/03/2013 dari Gubernur

Jawa Tengah dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai 5 Tahun. Setelah

menjalani Prosedur AKREDITASI Rumah sakit Seluruh Indonesia dengan

proses Pentahapan III (16 Pelayanan) akhirnya diberikan status Tingkat

Paripurna Akreditasi Rumah Sakit. RSU ini beralamat di Jl. KRT. Dr.

Soeradji Tirtonegoro No.1, Klaten, Klaten, Indonesia.

4.2 Pengkajian

4.2.1 Identitas Klien

Identitas Pasien Klien 1 Klien 2

Tanggal Pengkajian

Tanggal Masuk RS

Nama

Umur

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Status perkawinan

Alamat

Tanggal Masuk RS

Diagnosa Medis

Nomer Registrasi

23 Mei 2017

21 Mei 2017

Ny. M

62 tahun

Islam

SMA

Ibu rumah tangga

Janda

Prambanan

21 Mei 2017

Pneumonia

1010xxx

30 Mei 2017

20 Mei 2017

Tn. T

42 tahun

Islam

SMA

Buruh

Menikah

Klaten

20 Mei 2017

Pneumonia

1010xxx

Tabel 4.1 Identitas Klien

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

32

4.2.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2

Keluhan utama

Riwayat penyakit

sekarang

Riwayat Penyakit

Dahulu

Gagal nafas

Keluarga pasien mengatakan

pasien jatuh dari tempat

tidur pada tanggal 21 Mei

2017, pasien tidak dapat

diajak berkomunikasi. Pada

pukul 12.30 pasien dibawa

ke RSUD Prambanan untuk

mendapatkan perawatan

medis. Karena kondisi

pasien yang perlu penangan

lebih lanjut dan fasilitas

yang lebih memadai, pasien

di rujuk ke RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Pada pukul 13.30 pasien

telah sampai di IGD dan

telah dilakukan pemeriksaan

Tekanan Darah 60/palpasi,

terpasang SIMV rate 12 RR

23x/menit 20x/menit suhu

36,5oC nadi 106x/menit,

SaO2 95% kesadaran Apatis

GCS E4 M6 Vx dan

diberikan terapi infus NacL

0,9% loading 500cc, injeksi

Ranitidin 500 mg dan

Ondansentron 4 mg, telah

dilakukan head up 30o,

pemasangan DC, NGT dan

Oksigen 4 liter/menit. Pada

pukul 17.30 pasien

dipindahkan ke HCU dan

telah dilakukan foto thorax,

didapatkan hasil adanya

Pneumonia. pada tanggal 22

Mei 2017 kondisi pasen

semakin kritis maka pada

jam 17.30 dipindahkan ke

ICU. Di ICU pasien

mengalami gagal nafas lalu

dilakukan pemasangan

Intubasi dan Ventilator.

Keluarga pasien mengatakan

pasien mempunyai riwayat

Hipertensi, riwayat TB dan

gejala stroke 5 tahun yang

lalu. Karena penyakit

tersebut pasien lebih banyak

Gagal nafas

Keluarga pasien

mengatakan pada tanggal

20 Mei 2017 pukul 16.50

pasien datang ke IGD

RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten dengan

keluhan tidak sadar. Hasil

pemeriksaan yang

didapatkan yaitu batuk,

nafas tidak adekuat,

pernafasan kusmaul

dengan Tanda Tanda Vital

Tekanan Darah 140/90

mmhg, Nadi 60x/menit,

Suhu 36,8oC, kesadaran

Soporkoma GCS E1 M4

V1. Telah diberikan terapi

injeksi Ranitidin 25 mg,

Manitol 200 cc, Infus

NacL 0,9% 20 tpm dan

telah dilakukan

pemasangan NGT dan DC.

Kemudian pada pukul

19.30 pasien dipindah

keruang ICU dan

mengalami gagal nafas.

Lalu pasien dilakukan

pemasangan ET dan

Ventilator. Pada tanggal 21

Mei 2017 keadaan pasien

membaik dan dilakukan

ekstubasi ventilator. Pada

hari senin tanggal 22 mei

2017 dilakukan operasi

Kraniotomi karena SH

IVH, post operasi pasien

mengalami penurunan

kesadaran. Pada tanggal 26

Mei 2017 dilakukan foto

thorax dan didapatkan

hasil adanya pneumonia.

pasien mengalami gagal

nafas pada tanggal 30 Mei

2017 pukul 08.15 dan

dilakukan pemasangan

Intubasi dan Ventilator.

Keluarga pasien

mengatakan pasien

memiliki riwayat

Hipertensi dan belum

pernah dirawat di rumah

sakit sebelumnya. Pasien

memiliki alergi makanan

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

33

Riwayat Kesehatan

Keluarga

Riwayat Kesehatan

Lingkungan

beristirahat dirumah. Pasien

tidak memiliki alergi

makanan ataupun obat.

Pasien tidak memiliki

riwayat DM, Jantung

ataupun Hepatitis.

Keluarga pasien mengatakan

ada riwayat penyakit

Hipertensi dari keluarga ibu

pasien.

Keluarga pasien mengatakan

lingkungan sekitar rumah

bersih dan rapi.

yaitu ikan dan riwayat

merokok. Pasien tidak

memiliki riwayat DM, TB,

Jantung ataupun Hepatitis.

Keluarga pasien

mengatakan ada riwayat

penyakit Hipertensi dari

keluarga ibu pasien.

Keluarga pasien

mengatakan lingkungan

sekitar rumah bersih dan

rapi.

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

4.2.5 Genogram

Klien

1

Ny. M

Keterangan:

: Laki-laki : Menikah

: Perempuan : Anak

X : Meninggal : Ny. M

--------- : Tinggal serumah

Klien

2

Tn. T

Keterangan:

: Laki-laki : Menikah

: Perempuan : Anak

X : Meninggal : Tn. T

--------- : Tinggal serumah

Tabel 4.3 Genogram

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

34

4.2.4 Pengkajian Fokus

Pengkajian Fokus 6B Klien 1 Klien 2

Breathing

Blood

Brain

Bladder

Bowel

Bone

Terpasang Ventilator

mode SIMV RATE 12 RR

23x/menit PEEP 7, SaO2

95%, FiO2 90%, tidak

menggunakan otot bantu

pernafasan, tidak ada

retraksi dinding dada,

tidak menggunakan nafas

cuping hidung, suara

ronkhi terdengar di paru

kanan dan kiri.

Perabaan akral dingin,

tekanan darah 91/75

mmHg, nadi 138x/menit,

CRT >2 detik, tidak ada

sianosis, suhu 39o C, tidak

ada bunyi jantung

tambahan, tidak ada

penonjolan vena jugularis.

Kesadaran Somnolen,

GCS E3M5Vx, ada

kelemahan fisik di

ekstremitas kiri, kekuatan

otot kanan kiri atas 4/3

bawah 4/3

Terpasang DC, Balance

Cairan (BC) dalam 8 Jam

Intake : 1729 cc

NGT : 400cc Infus: 1200

cc Obat : 129 cc

Output :1863 cc

Urine : 1600 cc

IWL normal :

15 x 50 x 8/24= 250 cc

IWL kenaikan suhu (10%

x 200) x (39-37) x 8/24

jam + 250 cc = 263 cc

BC =Intake-output

=1729-1863=-134 cc

Turgor kulit tidak elastis,

mukosa bibir kering,

peristaltik usus 12x/menit,

terpasang NGT, pasien

tidak mual muntah.

Pasien mengalami

kelemahan otot di

ekstremitas kiri dengan

kekuatan otot kanan kiri

atas 4/3 bawah 4/3, Tidak

mengalami perubahan

bentuk tulang.

Terpasang Ventilator mode

VC PEEP 6, RR

28x/menit, SaO2 100%,

FiO2 60%, terpasang SIMV

rate 12 RR 23x/menit

ventilator 5-43, tidak

menggunakan otot bantu

pernafasan, tidak ada

retraksi dinding dada, tidak

menggunakan nafas cuping

hidung, suara ronkhi

terdengar di paru kanan,

nafas kusmaul

Perabaan akral hangat,

tekanan darah 130/70

mmHg, nadi 150x/menit,

CRT 2 detik, tidak ada

sianosis, suhu 39oC,

Leukosit 14,6, tidak ada

bunyi jantung tambahan,

tidak ada penonjolan vena

jugularis.

Kesadaran DPO (Dalam

Pengaruh Obat) GCS

E1M1Vx

Terpasang DC, Balance

Cairan dalam 8 jam

Intake : 2125 cc

NGT : 400 cc Infus : 600cc

Obat : 1125 cc

Ouput : 1463cc

Urine : 1200 cc

IWL normal

15 x 50 x 8/24= 250 cc

IWL kenaikan suhu (10%

x 200) x (39-37) x 8/24

jam + 250 c = 263 cc

BC=Intake-output

=2125-1630= 495

Turgor kulit elastis,

mukosa bibir kering,

peristaltik usus 15x/ menit,

terpasang NGT, pasien

tidak mual muntah.

Pasien tidak mengalami

perubahan bentuk tulang

Tabel 4.4 Pengkajian Fokus

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

35

4.2.5 Pemeriksaan Fisik

Observasi Klien 1 Klien 2

Kesadaran

Tekanan Darah

Nadi

Respirasi

Suhu

Kepala

Mata

Hidung

Mulut

Gigi

Telinga

Leher

Paru-paru

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Jantung

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Abdomen

Inspeksi

Auskultasi

Perkusi

Palpasi

Ekstremitas

Atas

Somnolen GCS E3 M5 Vx

91/75 mmHg

138x/menit

23x/menit

39o C

Bentuk mesochepal, kulit

bersih, rambut beruban

Palpebra tidak oedem,

konjungtiva anemis, sklera

non ikterik, pupil isokor,

diameter kanan 2 kiri 2, reflek

terhadap cahaya baik, tidak

menggunakan alat bantu

penglihatan

Terpasang NGT

Terpasang ET Ventilator,

terdapat sekret, mukosa bibir

kering

Kotor, lengkap

Tidak ada serumen berlebih

Tidak ada penonjolan vena

jugularis

Tidak ada jejas, simetris, tidak

ada retraksi dinding dada,

tidak menggunakan otot bantu

pernafasan

Ekspansi paru kanan kiri sama

Redup

Terdapat suara ronkhi dilobus

kanan dan kiri

Bentuk simetris, ictus cordis

tidak nampak

Ictus cordis teraba di ICS 5

Pekak

Terdengar suara lub dub, tidak

ada suara tambahan

Tidak ada jejas, tidak ada

luka, bentuk simetris

Bising usus 12x/menit

Bunyi kuadran I pekak, II, III,

IV tympani

Tidak ada nyeri tekan

Kekuatan otot kanan 4 kiri 3,

rom kanan kiri aktif, Capilary

Refile Time >2 detik, tidak ada

perubahan bentuk tulang,

perabaan akral dingin

Dalam Pemgaruh Obat (DPO)

130/ 70 mmHg

150x/menit

28x/menit

39o C

Bentuk mesochepal dan

terdapat luka post op

kranioktomi, kulit kotor

berketombe, rambut bersih

(dicukur)

Palpebra tidak oedem,

konjungtiva an anemis, sklera

non ikterik, pupil an isokor,

diameter kanan 3 kiri 2, reflek

terhadap cahaya baik, tidak

menggunakan alat bantu

penglihatan

Terpasang NGT

Terpasang ET Ventilator,

terdapat sekret, mukosa bibir

kering

Kotor, lengkap

Tidak ada serumen berlebih

Tidak ada penonjolan vena

jugularis

Tidak ada jejas, simetris, tidak

ada retraksi dinding dada,

tidak menggunakan otot bantu

pernafasan

Ekspansi paru kanan kiri sama

Redup

Terdapat suara ronkhi dilobus

kanan

Bentuk simetris, ictus cordis

tidak nampak

Ictus cordis teraba di ICS 5

Pekak

Terdengar suara lub dub, tidak

ada suara tambahan

Tidak ada jejas, tidak ada

luka, bentuk simetris

Bising usus 15x/menit

Bunyi kuadran I pekak, II, III,

IV tympani

Tidak ada nyeri tekan

Kekuatan otot dan ROM

kanan kiri tidak terkaji,

Capilary Refile Time >2 detik,

tidak ada perubahan bentuk

tulang, perabaan akral hangat

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

36

Bawah Kekuatan otot kanan 4 kiri 3,

rom kanan kiri aktif, Capilary

Refile Time >2 detik, tidak ada

perubahan bentuk tulang,

perabaan akral dingin

Kekuatan otot dan ROM

kanan kiri tidak terkaji,

Capilary Refile Time >2 detik,

tidak ada perubahan bentuk

tulang, perabaan akral hangat

Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik

4.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Klien 1

Tanggal 23 Mei 2017

Klien 2

Tanggal 29 Mei 2017

Laboratorium:

Analisa Gas Darah:

Hasil

Foto Thorax:

Hemoglobin 12,0 g/dL

Eritrosit 3,82 10ˆ6/ul

Lekosit 17,0 10ˆ3/ul

Trombosit 202 10ˆ3/ul

Hematokrit 55,9%

MCV 94,0 fL

MCH 31,4 Fl

MCHC 33,4 g/dL

Neutrofil 88,8%

Limfosit 6,3%

MXD 4,9%

RDW 14,6%

Ureum 126,7 mg/dL

Creatinin 2,01 mg/dL

Bun 59,2 mg/dL

Natrium 137 mmol/L

Kalium 3,98 mmol/L

Chlorida 104,9 mmol/L

GDS 107,89 mg/dL

ALT (GPT) 51,5 u/L

AST (GOT) 96,2 u/L

Acid/Base 37oC

pH 7,49

PCO2 23 mmHg

PO2 118 mmHg

BE -4,2 mmol/L

tCO2 17,6 mmol/L

HCO3 16,9 mmol/L

st HCO3 20,9 mmol/L

Na+ 139 mmol/L

K+ 3,4 mmol/L

Cl- 111 mmol/L

Angap 15,3 mmol/L

Alkalosis Respiratorik

Tanggal 21 Mei 2017 /

20:35 WIB Oedem

Pulmonal Mixed Pneumonia

Hemoglobin 13,0 g/dL

Eritrosit 4,05 10ˆ6/ul

Lekosit 14,6 10ˆ3/ul

Trombosit 267 10ˆ3/ul

Hematokrit 37%

MCV 91,4 fL

MCH 32 Fl

MCHC 35 g/dL

Neutrofil 88,8%

Limfosit 5,6%

MXD 5,6%

RDW 16,5%

Ureum 76,6 mg/dL

Creatinin 0,75 mg/dL

Bun 35,8 mg/dL

Natrium 126,6 mmol/L

Kalium 4,56 mmol/L

Chlorida 93,5 mmol/L

GDS 120 mg/dL

ALT (GPT) 276,7 u/L

AST (GOT) 171,2 u/L

Acid/Base 38,4oC

pH 7,48

PCO2 21 mmHg

PO2 203 mmHg

BE -5,6 mmol/L

tCO2 16,3 mmol/L

HCO3 15,6 mmol/L

st HCO3 19,7 mmol/L

Na+ 133 mmol/L

K+ 3,5 mmol/L

Cl- 108 mmol/L

Angap 13,1 mmol/L

Alkalosis Respiratorik

Tanggal 26 Mei 2017 /

13:00 WIB Oedem

Pulmonal Mixed Pneumonia

Tabel 4.6 Pemeriksaan Penunjang

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

37

4.2.7 Terapi Obat

Jenis Terapi Dosis Golongan &

Kandungan

Fungsi

Farmakodinamik

Klien 1

23 Mei 2017

Cairan IV Nacl 0,9% 20 tpm Elektrolit

Sodium Chlorida

Memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit

Peroral

Asam

Folat

0,4 mg/

12 jam

Vitamin

Asam folat 0,4

mg

Memproduksi sel darah

merahdan mencegah

anemia

B12 1mg/12

jam

Vitamin

Zat besi

Memproduksi sel darah

merah dan menjaga

kesehatan sistem saraf

Parenteral

Ranitidine 50 mg/

12 jam

H2 antagonis

Ranitidine Hcl 21

mg

Obat tukak lambung

Levoflaxcy

m

750mg/

24 jam

Antibiotik Untuk mengobati

infeksi yang

disebabkan oleh bakteri

pada pneumonia

24 Mei 2017

Cairan IV

Nacl 0,9%

20 tpm

Elektrolit

Sodium Chlorida

Memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit

Memenuhi kebutuhan

Ringer

Laktat

Loading

1 flabot 1

hari

Elektrolit, per

1000 ml natrium

laktat 3,1 gr Nacl

6 gr Kclo 3 gr

Cacl2 0,2 gr air

untuk injeksi

aquadest 1000 ml

Memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit

dan mengatasi

dehidrasi

Manitol 125 mg/

6 jam

Diuretik osmotik

Maniotol 2%

Mengurangi oedem

otak dan mengatasi

oliguria

Peroral

Asam

Folat

0,4 mg/

12 jam

Vitamin

Asam folat 0,4

mg

Memproduksi sel darah

merahdan mencegah

anemia

B12 1mg/12

jam

Vitamin

Zat besi

Memproduksi sel darah

merah dan menjaga

kesehatan sistem saraf

Parenteral

Ranitidine 50 mg/

12 jam

H2 antagonis

Ranitidine Hcl 21

mg

Obat tukak lambung

Levoflaxcy

m

750mg/

24 jam

Antibiotik Untuk mengobati

infeksi yang

disebabkan oleh bakteri

pada pneumonia

Furosemid 20 mg/

12 jam

Diuretik

Furosemid 20 mg

Untuk mengurangi

cairan dalam tubuh dan

membuang lewat

saluran kemih

Mengurangi oedem

25 Mei 2017

Cairan IV

Nacl 0,9%

Ringer

20 tpm

Loading

Elektrolit

Sodium Chlorida

Elektrolit, per

Memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit

Memenuhi kebutuhan

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

38

Laktat 1 flabot 1

hari

1000 ml natrium

laktat 3,1 gr Nacl

6 gr Kclo 3 gr

Cacl2 0,2 gr air

untuk injeksi

aquadest 1000 ml

cairan dan elektrolit

dan mengatasi

dehidrasi

Manitol 125 mg/

6 jam

Diuretik osmotik

Maniotol 2%

Mengurangi oedem

otak dan mengatasi

oliguria

Peroral

Asam

Folat

0,4 mg/

12 jam

Vitamin

Asam folat 0,4

mg

Memproduksi sel darah

merahdan mencegah

anemia

B12 1mg/12

jam

Vitamin

Zat besi

Memproduksi sel darah

merah dan menjaga

kesehatan sistem saraf

Parenteral

Ranitidine 50 mg/

12 jam

H2 antagonis

Ranitidine Hcl 21

mg

Obat tukak lambung

Levoflaxcy

m

750mg/

24 jam

Antibiotik Untuk mengobati

infeksi yang

disebabkan oleh bakteri

pada pneumonia

Furosemid 20 mg/

12 jam

Diuretik

Furosemid 20 mg

Untuk mengurangi

cairan dalam tubuh dan

membuang lewat

saluran kemih

Mengurangi oedem

Klien 2

30 Mei 2017

Cairan IV

Nacl 0,9%

20 tpm

Elektrolit

Sodium Chlorida

Memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit

Memenuhi kebutuhan

Manitol 125 mg/

6 jam

Diuretik osmotik

Maniotol 2%

Mengurangi oedem

otak dan mengatasi

oliguria

Parenteral

Ranitidine 50 mg/

12 jam

H2 antagonis

Ranitidine Hcl 21

mg

Obat tukak lambung

Levoflaxcy

m

750mg/

24 jam

Antibiotik Untuk mengobati

infeksi yang

disebabkan oleh bakteri

pada pneumonia

Paracetam

ol

1 gr/ 8

jam

Antipiretik Untuk menurunkan

panas

Acetozola

mide

250 mg/

12 jam

Diuretik Mengurangi cairan

yang menumpuk

dimata (glaukoma) dan

anti kejang

31 Mei 2017

Cairan IV

Nacl 0,9%

20 tpm

Elektrolit

Sodium Chlorida

Memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit

Memenuhi kebutuhan

Manitol 125 mg/

6 jam

Diuretik osmotik

Maniotol 2%

Mengurangi oedem

otak dan mengatasi

oliguria

Parenteral Ranitidine 50 mg/

12 jam

H2 antagonis

Ranitidine Hcl 21

Obat tukak lambung

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

39

mg

Levoflaxcy

m

750mg/

24 jam

Antibiotik Untuk mengobati

infeksi yang

disebabkan oleh bakteri

pada pneumonia

Paracetam

ol

1 gr/ 8

jam

Antipiretik Untuk menurunkan

panas

Acetozola

mide

250 mg/

12 jam

Diuretik Mengurangi cairan

yang menumpuk

dimata (glaukoma) dan

anti kejang

Tabel 4.7 Terapi Obat

4.3 Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah

Klien 1

Data Subyektif: -

Data Obyektif:

Jalan nafas dibantu ventilator

SIMV rate 12 RR 23x/menit,

terdapat sekret dimulut dan selang

ventilator, suara ronkhi di lobus

bawah kanan dan kiri, kesadaran

somnolen, terpasang, SPO2 95%,

hasil foto thoirax Oedem

Pulmonal Mixed Pneumonia,

leukosit 17.000, suhu 39oC, tidak

ada sianosis

Obstruksi Jalan nafas Ketidakefektifan

bersihan Jalan nafas

Data Subyektif:-

Data Obyektif:

RR: 23x/menit, nadi 138 x/menit

pH 7,49 PCO2 23 mmHg PO2

118 mmHg BE -4,2 mmol/L tCO2

17,6 mmol/L HCO3 16,9 mmol/L

st HCO3 20,9 mmol/L Na+ 139

mmol/L K+ 3,4 mmol/L Cl- 111

mmol/L kesadaran somnolen

Perubahan membran

alveolar-kapiler

Gangguan pertukaran

gas

Data Subyektif: -

Data Obyektif:

Suhu 39oC, Balance Cairan -263

cc, turgor kulit tidak elastis,

mukosa bibir kering, Hematokrit

55,9% Capilary Refile Time >2

detik, Tekanan Darah 91/75

mmHg, nadi 138x/menit

Kegagalan mekanisme

regulasi

Kekurangan volume

cairan

Data Subyektif: -

Data Obyektif:

Kekuatan otot 4 3

4 3

Pasien tampak lemah, aktivitas

dibantu oleh perawat, Tekanan

Darah 91/75 mmHg, nadi

138x/menit, Suhu 39oC,

kesadaran somnolen GCS

E3M5Vx

Tirah baring Intolen aktivitas

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

40

Klien 2

Data Subyektif: -

Data Obyektif:

Jalan nafas dibantu ventilator,

mode VC RR 28x/menit, terdapat

sekret dimulut dan selang

ventilator, suara ronkhi di lobus

bawah kanan, kesadaran DPO,

SPO2 100%, hasil foto thorax

Oedem Pulmonal Mixed

Pneumonia, leukosit 14.600, suhu

39oC, tidak ada sianosis

Obstruksi jalan nafas Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

Data Subyektif:-

Data Obyektif:

RR: 28x/menit, nadi 150 x/menit

pH 7,48 PCO2 21 mmHg PO2

203 mmHg BE -5,6 mmol/L tCO2

16,3 mmol/L HCO3 15,6 mmol/L

st HCO3 19,7 mmol/L Na+ 133

mmol/L K+ 3,5 mmol/L Cl- 108

mmol/L kesadaran DPO (dalam

pengaruh obat), fase ekspirasi

memanjang, nafas kusmaul

Perubahan membran

alveolar-kapiler

Gangguan pertukaran

gas

Data Subyektif: -

Data Obyektif:

Respirasi 28x/menit, tekanan

darah 130/70 mmHg, nadi

150x/menit, nafas kusmaul

Hiperventilasi Ketidakefektifan pola

nafas

Data Subyektif: -

Data Obyektif:

Suhu 39oC, RR 28x/menit

28x/menit nadi 150x/menit, kulit

teraba hangat, leukosit 14.600,

mukosa bibir kering, kesadaran

DPO (dalam pengaruh obat)

Sepsis Hipertermia

Tabel 4.8 Analisa Data

4.4 Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan

Klien 1 Klien 2

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b.d obstruksi jalan nafas

2. Gangguan pertukaran gas b.d

perubahan membran alveolar-kapiler

3. Kekurangan volume cairan b.d

kegagalan mekanisme regulasi

4. Intoleran aktivitas b.d tirah baring

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b.d obstruksi jalan nafas

2. Gangguan pertukaran gas b.d

perubahan membran alveolar-kapiler

3. Ketidakefektifan pola nafas b.d

hiperventilasi

4. Hipertermia b.d sepsis

Tabel 4.9 Prioritas Diagnosa Keperawatan

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

41

4.5 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

(Tujuan dan Kriteria Hasil)

INTERVENSI

(NIC)

Klien 1

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d

obstruksi jalan nafas (peningkatan produksi

sputum)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8 jam, pasien menunjukkan :

NOC:

1. Menunjukkan jalan nafas paten (tidak ada

sekret)

2. Tidak ada sianosis atau dyspnea

3. Saturasi oksigen >95%

4. Respirasi 16-24x/menit

5. Sekret berkurang atau hilang

Manajemen jalan nafas (3140)

1. Mobilisasi atau ambulasi pasien

(miring kiri, telentang, miring

kanan)

2. Lakukan fisioterapi dada

3. Lakukan suctioning endotrakea

Manajemen jalan nafas buatan (3180)

4. Selalu mencuci tangan

5. Lakukan oral hygiene

Manajemen ventilasi mekanik non

invasif (3302)

6. Monitor status hemodinamik

7. Kolaborasi aktif dengan dokter

untuk terapi obat antibiotik

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan

membran alveolar-kapiler

Setelah dilakukan perawatan selama 3x8 jam,

klien menunjukkan:

NOC:

1. Gas Darah Arteri (GDA) dalam rentang

normal

2. Tidak ada distress pernafasan

3. Nadi normal 60-100x/menit

Manajemen asam basa: alkalosis

respiratori (1914)

1. Monitor pola nafas

2. Monitor analisa gas darah dan

urine elektrolit

3. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian obat parenteral klorida

Manajemen ventilasi mekanik non

invasif (3302)

4. Monitor status hemodinamik

Kekurangan volume cairan b.d kegagalan

mekanisme regulasi

Setelah dilakukan perawatan selama 3x8 jam,

klien menunjukkan:

NOC:

1. Vital sign normal

TD: 120/80 mmHg

N: 60-100 x/menit

RR: 16-24 x?menit

S: 370 C

2. Balance cairan normal (-100 cc - +100 cc)

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi ( turgor

kulit baik, mukosa bibir lembab, CRT

<2detik)

4. Hematokrit 37-52%

Manajemen Hipovolemi (4180)

1. Monitor asupan dan pengeluaran

2. Implementasikan posisi

trendelenburg yang dimodivikasi

3. Berikan vasodilator sesuai resep

dengan hati-hati

Manajemen Cairan (4120)

4. Kolaborasi pemberian cairan IV

sesuai yang ditentukan

5. Berikan diuretik sesuai dengan

yang diresepkan

Perawatan Demam (3740)

6. Berikan intake cairan oral

Intoleran aktifitas b.d tirah baring

Setelah dilakukan perawatan selama 3x8 jam,

klien menunjukkan

NOC:

1. Mampu berpindah dengan atau tanpa

bantuan

2. Status kardiopulmonari adekuat

Terapi aktivitas (4310)

1. Ajarkan pasien untuk mobilisasi

jika diperlukan

2. Bantu pasien dalam pemenuhan

ADLs

3. Kolaborasi dengan terapi fisik

untuk merencanakan program

terapi yang tepat

Terapi latihan keseimbangan (0222)

4. Monitor respon pasien dalam

latihan keseimbangan

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

42

Klien 2

Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas b.d obstruksi jalan nafas

(peningkatan produksi sputum)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x8 jam,

pasien menunjukkan :

NOC:

1. Menunjukkan jalan nafas paten

(tidak ada sekret)

2. Tidak ada sianosis atau

dyspnea

3. Saturasi oksigen >95%

4. Rspirasi 16-24x/menit

5. Sekret berkurang atau hilang

Manajemen jalan nafas (3140)

1. Mobilisasi atau ambulasi pasien (miring kiri,

telentang, miring kanan)

2. Lakukan fisioterapi dada

3. Lakukan suctioning endotrakea

Manajemen jalan nafas buatan (3180)

4. Selalu mencuci tangan

5. Lakukan oral hygiene

Manajemen ventilasi mekanik non invasif (3302)

6. Monitor status hemodinamik

7. Kolaborasi aktif dengan dokter untuk terapi

obat

Gangguan pertukaran gas b.d

perubahan membran alveolar-

kapiler

Setelah dilakukan perawatan

selama 3x8 jam, klien

menunjukkan:

NOC:

1. GDA dalam rentang normal

2. Tidak ada distress pernafasan

3. Nadi normal 60-100x/menit

Manajemen asam basa: alkalosis respiratori

(1914)

1. Monitor pola nafas

2. Monitor analisa gas darah dan urine

elektrolit

3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

obat parenteral klorida

Manajemen ventilasi mekanik non invasif (3302)

4. Monitor status hemodinamik

Ketidakefektifan pola nafas b.d

hiperventilasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x8 jam,

pasien menunjukkan :

NOC:

1. Vital sign normal

TD: 120/80 mmHg

N: 60-100 x/menit

RR: 16-24 x?menit

S: 370 C

2. Tidak ada sianosis atau

dyspnea

3. Irama nafas normal

4. Tidak menggunakan alat bantu

ventilator

Manajemen asma (3210)

1. Monitor tanda-tanda vital

Monitor Pernafasan (3350)

2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan

kesulitan bernafas

Manajemen jalan nafas (3140)

3. Posisikan pasien semi fowler

4. Auskultasi suara nafas

Manajemen ventilasi mekanik non invasif (3302)

5. Konsultasikan dengan tim kesehatan untuk

memilih jenis ventiltor

Hipertermi b.d sepsis

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x8 jam,

pasien menunjukkan :

NOC:

1. Suhu 36-37o C

2. Leukosit <10.000

3. Perabaan akral hangat (normal)

Manajemen lingkungan (6480)

1. Batasi pengunjung

Pengaturan suhu (3900)

2. Monitor suhu setiap 2 jam

Pengobatan demam (3750)

3. Kolaborasi pemberian obat IV antibiotik dan

antipiretik

Kontrol infeksi (6540)

4. Cuci tangan sebelum dan setelah ke pasien

Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

4.6 Implementasi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Jam 23 juni 2017 Jam 24 juni 2017 Jam 25 juni 2017

Klien 1

Ketidakefektifan bersihan

jalan nafas b.d obstruksi

jalan nafas

08.00

08.28

08.30

08.50

Melakukan personal hygiene

DS: -

DO:

pasien tampak lebih nyaman,

gigi bersih, mulut bersih,

bau badan berkurang.

Mengobservasi jalan nafas

dan auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut

pasien (sebelum dioral

hygiene), terpasang

ventilator, terdengar suara

ronkhi di lobus bawah paru

kanan dan kiri

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30o dan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

RR 26x/menit, SPO2 97%

KU lemah

Melakukan fisioterapi

Dada dan suctioning

DS: -

DO:

Tidak ada penumpukan

07.45

08.10

08.15

08.45

Melakukan personal hygiene

DS: -

DO:

pasien tampak lebih nyaman,

gigi bersih, mulut bersih, bau

badan berkurang.

Mengobservasi jalan nafas dan

auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut pasien

(sebelum dioral hygiene),

terpasang ventilator, terdengar

suara ronkhi di lobus bawah

paru kanan dan kiri

Memberikan mobilisasi (posisi

miring kiri telentang head up

30o dan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks, RR

24x/menit, SPO2 97% KU

lemah

Melakukan fisioterapi

Dada dan suctioning

DS: -

DO:

Tidak ada penumpukan sekret

dijalan nafas,sekret berwarna

08.00

08.50

08.55

09.00

Melakukan personal hygiene

DS: -

DO:

pasien tampak lebih nyaman,

gigi bersih, mulut bersih,

bau badan berkurang.

Mengobservasi jalan nafas

dan auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut

pasien jumlah sedikit

(sebelum dioral hygiene),

terpasang ventilator,

terdengar suara ronkhi di

lobus bawah paru kiri

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30o dan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

RR 27x/menit, SPO2 100%

KU lemah

Melakukan fisioterapi

Dada dan suctioning

DS: -

DO:

Tidak ada penumpukan

43

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

09.05

11.00

11.05

sekret dijalan nafas,sekret

berwarna kuning

kemerahan,suara ronkhi

terdengar di lobus bawah

paru kanan dan kiri

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 98/75 mmHg, Nadi

140x/menit, RR 29x/menit,

Suhu 38,8oC, SPO2 97%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator

SIMV rate 9, PEEP 7,

VT/PS:10, FiO2: 90%

kekuatan otot 4 3

4 3

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 90/70 mmHg, N

128x/menit, S 38,5 o

C, RR

25x/meinit SPO2 97%

kesadaran somnolen GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 7, VT/PS:10 FiO2:

70% kekuatan otot

4 3

4 3

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30odan kanan)

DS: -

09.00

11.00

11.10

kuning kemerahan,suara ronkhi

terdengar di lobus bawah paru

kanan dan kiri

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 110/95 mmHg, Nadi

120x/menit, RR 25x/menit,

Suhu 38oC, SPO2 99%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85%

kekuatan otot

4 3

4 3

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 100/85 mmHg, Nadi

128x/menit, RR 24x/menit,

Suhu 38oC, SPO2 99%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85%

kekuatan otot

4 2

4 2

Memberikan mobilisasi (posisi

miring kiri telentang head up

30o dan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks, RR

09.30

11.00

11.05

sekret dijalan nafas,sekret

berwarna kuning,suara

ronkhi terdengar di lobus

bawah paru kiri

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 120/95 mmHg, Nadi

140x/menit, RR 24x/menit,

Suhu 37oC, SPO2 100%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator

SIMV rate 5 PEEP 6,

VT/PS:12, FiO2: 90%

kekuatan otot

4 3

4 3

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 130/90 mmHg, N

130x/menit, RR 21x/menit

S 37 o

C, SPO2 99%

kesadaran apatis GCS

E4M6Vx, jenis ventilator

SIMV rate 5 PEEP 6,

VT/PS:12 FiO2: 90%

kekuatan otot 4 3

4 3

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30o dan kanan)

DS: -

DO:

44

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

12.50

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

RR 24x/menit, SPO2 97%

KU lemah

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30o dan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

RR 24x/menit, SPO2 98%

KU lemah

13.15

13.30

25x/menit, SPO2 99% KU

lemah

Memberikan mobilisasi (posisi

miring kiri telentang head up

30o dan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks, RR

24x/menit, SPO2 100% KU

lemah

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di lobus

bawah kiri

13.15

13.30

Pasien tampak lebih rileks,

RR 24x/menit, SPO2 100%

KU lemah

Memberikan Mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30odan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

RR 24x/menit, SPO2 100%

KU membaik

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di

lobus bawah kiri

Gangguan pertukaran gas

b.d perubahan membran

alveolar-kapiler

08.00

08.28

09.05

Melakukan personal hygiene

DS: -

DO:

pasien tampak lebih nyaman,

gigi bersih, mulut bersih,

bau badan berkurang.

Mengobservasi jalan nafas

dan auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut

pasien (sebelum dioral

hygiene), terpasang

ventilator, terdengar suara

ronkhi di lobus bawah paru

kanan dan kiri

Monitor status himodinamik

DS: -

08.10

09.00

Mengobservasi jalan nafas dan

auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut pasien

(sebelum dioral hygiene),

terpasang ventilator, terdengar

suara ronkhi di lobus bawah

paru kanan dan kiri

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 110/95 mmHg, Nadi

120x/menit, RR 25x/menit,

Suhu 38oC, SPO2 99%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85%

08.50

09.30

Mengobservasi jalan nafas

dan auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut

pasien jumlah sedikit

(sebelum dioral hygiene),

terpasang ventilator,

terdengar suara ronkhi di

lobus bawah paru kanan dan

kiri

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 120/95 mmHg, Nadi

140x/menit, RR 24x/menit,

Suhu 37oC, SPO2 100%

kesadaran somnolen, GCS

45

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

11.00

DO:

TD: 98/75 mmHg, Nadi

140x/menit, RR 2x/menit,

Suhu 38,8oC, SPO2 97%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator

SIMV rate 9 PEEP 7,

VT/PS:10, FiO2: 90%

kekuatan otot 4 3

4 3

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 90/70 mmHg, N

128x/menit, RR 25x/menit S

38,5 o

C, SPO2 97%

kesadaran somnolen GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 7, VT/PS:10 FiO2:

90% kekuatan otot

4 3

4 3

11.00

13.30

13.40

kekuatan otot 4 3

4 3

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 100/85 mmHg, Nadi

128x/menit, RR 24x/menit,

Suhu 38oC, SPO2 99%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85%

kekuatan otot

4 2

4 2

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di lobus

bawah kiri

Monitor analisa gas darah dan

urine elektrolit

DS:-

DO:

pH 7,50 pCO2 23 HCO3 17,7

kalium 3,22

11.00

13.30

13.40

E3M5Vx, jenis ventilator

SIMV rate 5 PEEP 6,

VT/PS:12, FiO2: 90%

kekuatan otot 4 3

4 3

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 130/90 mmHg, N

130x/menit, RR 21x/menit S

37 o

C, SPO2 99% kesadaran

apatis GCS E5M6Vx, jenis

ventilator SIMV rate 5

PEEP 6, VT/PS:12FiO2:

90% kekuatan otot 4 3

4 3

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di

lobus bawah paru kiri

Monitor analisa gas darah

dan urine elektrolit

DS:-

DO:

pH 7,45 pCO2 27 HCO3

19,6 kalium 3,9

Kekurangan volume cairan

b.d kegagalan mekanisme

regulasi

09.10

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

09.05

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

09.55

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

46

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

10.00

12.00

13.00

13.05

13.10

Menghitung balance cairan

DS:-

DO:

Intake NGT 200 cc, Infus

100 cc, output urine 400 cc,

IWL 263 cc, BC: 300-663=

-363 cc

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

Menghitung balance cairan

DS:-

DO:

Intake NGT 400 cc, Infus

200 cc, output urine 350 cc,

IWL 263 cc, BC: 600-613=

-13 cc

Memberikan cairan IV

manitol 125 cc

DS:-

DO:

Tidak ada reaksi alergi

Mengobservasi tanda-tanda

dehidrasi

DS:-

DO:

Turgor kulit tidak elastis,

bibir kering, mata cekung,

CRT >2 detik, akral dingin,

TD 108/80 mmHg, N:

130x/menit Suhu: 38 oC

09.40

10.00

10.15

12.00

13.00

13.05

Memberikan loading infus RL

500cc

DS:-

DO:

Tidak ada reaksi alergi, loading

infus 500 cc

Menghitung balance cairan

DS:-

DO:

Intake NGT 200 cc, Infus 650

cc, output urine 500 cc, IWL

256 cc, BC: 850-756=+106 cc

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

Menghitung Balance Cairan

DS:-

DO:

Intake NGT 400 cc, Infus 250

cc, output urine 700 cc, IWL 94

cc, BC650-794=-144 cc

Memberikan cairan IV manitol

125 cc

DS:-

DO:

Tidak ada reaksi alergi

10.00

12.00

13.00

13.05

13.35

Menghitung balance cairan

DS:-

DO:

Intake NGT 200 cc, Infus

200 cc, output urine 400 cc,

IWL 94 cc, BC: 400-494=-

94 cc

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

Menghitung balance cairan

DS:-

DO:

Intake NGT 200 cc, Infus

300 cc, output urine 350 cc,

IWL 94 cc, BC 500-434= 66

cc

Memberikan cairan IV

manitol 125 cc

DS:-

DO:

Tidak ada reaksi alergi

Mengobservasi tanda-tanda

dehidrasi

DS:-

DO:

Turgor kulit baik, bibir

lembab, CRT <2 detik, akral

hangat, TD 128/90 mmHg,

N: 128x/menit S: 37oC

47

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

13.35 Mengobservasi tanda-tanda

dehidrasi

DS:-

DO:

Turgor kulit tidak elastis, bibir

kering, mata cekung, CRT 2

detik, akral hangat, TD 100/80

mmHg, N: 130x/menit S: 37 oC

Intoleran aktifitas b.d tirah

baring

08.00

08.30

09.05

Melakukan personal hygiene

DS: -

DO:

pasien tampak lebih nyaman,

gigi bersih, mulut bersih,

bau badan berkurang.

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30odan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

RR 26x/menit, SPO2 97%

KU lemah

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 98/75 mmHg, Nadi

140x/menit, RR 29x/menit,

Suhu 38,8oC, SPO2 97%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator

SIMV rate 9 PEEP 7,

VT/PS:10, FiO2: 90%

kekuatan otot 4 3

4 3

07.45

08.15

09.00

Melakukan personal hygiene

DS: -

DO:

pasien tampak lebih nyaman,

gigi bersih, mulut bersih, bau

badan berkurang.

Memberikan mobilisasi (posisi

miring kiri telentang head up

30odan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks, RR

24x/menit, SPO2 99% KU

lemah

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 110/95 mmHg, Nadi

120x/menit, RR 25x/menit,

Suhu 38oC, SPO2 99%

kesadaran somnolen, GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85%

kekuatan otot

4 2

4 2

08.00

08.55

09.30

Melakukan personal hygiene

DS: -

DO:

pasien tampak lebih nyaman,

gigi bersih, mulut bersih,

bau badan berkurang.

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30odan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

tangan pasien terlihat

memegangi tangan perawat,

RR 24x/menit, SPO2 100%,

KU membaik

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 120/95 mmHg, Nadi

140x/menit, RR 24x/menit,

Suhu 37oC, SPO2 100%

kesadaran , GCS E4M6Vx,

jenis ventilator SIMV rate 5

PEEP 6, VT/PS:12, FiO2:

90% kekuatan otot

48

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

09.10

11.00

11.05

12.00

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 90/70 mmHg, N

128x/menit, RR 25x/menit S

38,5 o

C, SPO2 97%

kesadaran somnolen GCS

E3M5Vx, jenis ventilator PS

PEEP 7, VT/PS:10 FiO2:

90% kekuatan otot 4 3

4 3

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30odan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

RR 24x/menit, SPO2 97%

KU lemah

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

09.05

11.00

11.10

12.00

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 100/80 mmHg, N

128x/menit, S 37 o

C kesadaran

somnolen GCS E3M4Vx, jenis

ventilator PS PEEP 7, VT/PS:10

FiO2: 85% kekuatan otot 4 3

4 3

Memberikan mobilisasi (posisi

miring kiri telentang head up

30odan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks, RR

24x/menit, SPO2 97% KU

lemah

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

09.55

11.00

11.10

4 3

4 3

Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

Monitor status himodinamik

DS: -

DO:

TD: 120/95 mmHg, Nadi

140x/menit, RR 21x/menit,

Suhu 37oC, SPO2 100%

kesadaran apatis, GCS

E4M6Vx, jenis ventilator

SIMV rate 5 PEEP 6,

VT/PS:12, FiO2: 90%

kekuatan otot 4 3

4 3

Memberikan mobilisasi

(posisi miring kiri telentang

head up 30odan kanan)

DS: -

DO:

Pasien tampak lebih rileks,

tangan pasien terlihat

memegangi tangan perawat,

RR 24x/menit, SPO2 100%

KU membaik

49

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

12.00 Memberikan nutrisi enteral

(NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada

residu

Klien 2

Selasa, 30 Mei 2017 Rabu, 31 Mei 2017

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b.d obstruksi jalan nafas (peningkatan

produksi sputum)

09.00

09.30

10.00

10.05

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 140/98 mmHg, N 162x/menit, RR

26x/menit S 39oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

Memberikan mobilisasi (posisi miring kiri

telentang head up 30odan miring kanan)

DS: -

DO:

RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah

Mengobservasi jalan nafas dan auskultasi

suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut pasien, suara nafas

gargling, terpasang ventilator, terdengar

ronkhi dilobus bawah kanan

Memberikan fisioterapi dada dan suctioning

DS:-

DO:

Mulut tidak ada sekret, suara gargling

berkurang

08.00

08.30

09.00

09.05

Melakukan personal hygiene

DS:-

DO:

Gigi bersih, mulut bersih, bau badan

berkurang

Memberikan mobilisasi (posisi miring

kiri telentang head up 30odan miring

kanan)

DS: -

DO:

RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah

Mengobservasi jalan nafas dan auskultasi

suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut pasien (sebelum

di oral hygiene), suara nafas gargling,

terpasang ventilator, terdengar ronkhi

dilobus bawah kanan dan kiri

Memberikan fisioterapi dada dan

suctioning

DS:-

DO:

Mulut tidak ada sekret, suara gargling

berkurang

50

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

10.45

11.00

12.05

13.10

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di lobus bawah kanan

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, S 39,5oC,

SPO2 100% kesadaran DPO, jenis ventilator

VC PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 50%

Memberikan mobilisasi (posisi miring kiri

telentang head up 30odan miring kanan)

DS: -

DO:

RR 25x/menit, SPO2 100% KU lemah

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR

33x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

09.45

10.00

10.10

11.00

12.05

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di lobus bawah

kanan dan kiri

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR

30x/menit S 39,7oC, SPO2 100%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Memberikan mobilisasi (posisi miring

kiri telentang head up 30odan miring

kanan)

DS: -

DO:

RR 28x/menit, SPO2 100% KU lemah

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR

33x/menit S 39,5oC, SPO2 100%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Memberikan mobilisasi (posisi miring

kiri telentang head up 30odan miring

kanan)

DS: -

DO:

RR 31x/menit, nadi 150x/menit SPO2

98% KU lemah

51

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

13.15

14.30

15.00

15.20

16.00

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR

30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran

DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR

19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR

14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Leukosit 20,0

Observasi keadaan pasien

DS:-

DO:

Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak

ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,

RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan

bernafas, nafas dangkal, gasping, ada

retraksi dinding dada, akral dingin

Pasien meninggal

DS:-

DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada

RR, pupil dilatasi maksimal

52

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

16.10 Melakukan perawatan jenazah

DS-

DO:

Pasien telah ditutup dengan kain

Gangguan pertukaran gas b.d

perubahan membran alveolar-kapiler

09.00

10.00

10.45

11.00

13.10

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 140/98 mmHg, N 162x/menit, RR

26x/menit S 39oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

Mengobservasi jalan nafas dan auskultasi

suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut pasien, suara nafas

gargling, terpasang ventilator, terdengar

ronkhi dilobus bawah kanan

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di lobus bawah kanan

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, S 39,5oC,

SPO2 100% kesadaran DPO, jenis ventilator

VC PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR

09.00

09.45

10.00

11.00

13.15

Mengobservasi jalan nafas dan auskultasi

suara nafas

DS:-

DO:

Terdapat sekret dimulut pasien (sebelum

di oral hygiene), suara nafas gargling,

terpasang ventilator, terdengar ronkhi

dilobus bawah kanan dan kiri

Auskultasi suara nafas

DS:-

DO:

Terdengar suara ronkhi di lobus bawah

kanan dan kiri

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR

30x/menit S 39,7oC, SPO2 100%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR

33x/menit S 39,5oC, SPO2 100%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Monitor status himodinamik

53

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

33x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

14.30

15.00

15.20

16.00

16.10

DS:-

DO:

TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR

30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran

DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR

19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR

14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Leukosit 20,0

Observasi keadaan pasien

DS:-

DO:

Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak

ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,

RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan

bernafas, nafas dangkal, gasping, ada

retraksi dinding dada, akral dingin

Pasien meninggal

DS:-

DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada

RR, pupil dilatasi maksimal

Melakukan perawatan jenazah

54

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

DS-

DO:

Pasien telah ditutup dengan kain

Ketidakefektifan pola nafas b.d

hiperventilasi

09.30

11.00

12.05

13.10

Memberikan posisi semi fowler

DS: -

DO:

RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, RR:

28x/menit S 39,5oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

Memberikan posisi semi fowler

DS: -

DO:

RR 24x/menit, SPO2 100% KU lemah

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR

26x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

08.30

10.00

10.10

11.00

12.05

13.15

Memberikan posisi semi fowler

DS: -

DO:

RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR

30x/menit S 39,7oC, SPO2 97%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Memberikan posisi semi fowler

DS: -

DO:

RR 28x/menit, SPO2 100% KU lemah

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR

33x/menit S 39,5oC, SPO2 99%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Memberikan posisi semi fowler

DS: -

DO:

RR 31x/menit, nadi 150x/menit SPO2

100% KU lemah

Monitor status himodinamik

55

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

14.30

15.00

15.20

16.00

DS:-

DO:

TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR

30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran

DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR

19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR

14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Leukosit 20,0

Observasi keadaan pasien

DS:-

DO:

Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak

ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,

RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan

bernafas, nafas dangkal, gasping, ada

retraksi dinding dada, akral dingin

Pasien meninggal

DS:-

DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada

RR, pupil dilatasi maksimal

56

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

16.10 Melakukan perawatan jenazah

DS-

DO:

Pasien telah ditutup dengan kain

Hipertermi b.d sepsis 09.00

11.00

12.00

13.00

13.10

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 140/98 mmHg, N 162x/menit, RR

26x/menit S 39oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, RR:

28x/menit S 39,5oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

Memberikan nutrisi enteral (NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

Memberikan cairan IV paracetamol 100 cc

DS:-

DO:

Tidak ada reaksi alergi

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR

26x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran

DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8

FiO2: 50%

10.00

11.00

12.00

13.00

13.05

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR

30x/menit S 39,7oC, SPO2 100%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR

33x/menit S 39,5oC, SPO2 100%

kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV

PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%

Memberikan nutrisi enteral (NGT)

DS:-

DO:

Sonde ±200 cc, tidak ada residu

Memberikan cairan IV paracetamol 100

cc

DS:-

DO:

Tidak ada reaksi alergi

Mengukur suhu pasien

DS:-

DO:

Suhu 41oC

57

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

13.15

14.30

15.00

15.20

16.00

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR

30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran

DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR

19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Monitor status himodinamik

DS:-

DO:

TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR

14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,

jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,

VT/PS:8 FiO2: 50%

Leukosit 20,0

Observasi keadaan pasien

DS:-

DO:

Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak

ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,

RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan

bernafas, nafas dangkal, gasping, ada

retraksi dinding dada, akral dingin

Pasien meninggal

DS:-

DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada

58

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

Tabel 4.11 Implementasi

16.10

RR, pupil dilatasi maksimal

Melakukan perawatan jenazah

DS-

DO:

Pasien telah ditutup dengan kain

59

59

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

60

4.7 Evaluasi

Hari/Tanggal/Jam No

Diagnosa

Evaluasi

Klien 1

Selasa, 23 Mei

2017

14.00 WIB

1 S:-

O:

Pasien terpasang ET Ventilator mode PS PEEP 7

VT/PS 10 fio2 70%, TD 90/70 mmHg, N 140x/menit, S

38,5oC, RR 28x/menit, SPO2 97%, mulut bersih, suara

ronkhi terdengar di lobus bawah kanan dan kiri

kesadaran somnolen GCS E3M5Vx, tidak ada sianosis

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan Intervensi

1. Lakukan oral hygiene

2. Berikan/bantu pasien untuk mobilisasi

3. Lakukan fisioterapi dada dan suctioning

4. Monitor status himodinamik

14.15 WIB 2 S:-

O:

RR: 28x/menit, nadi 138 x/menit, kesadaran somnolen

GCS E3M5Vx, tidak ada sianosis

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor status himodinamik

2. Monitor analisa gas darah dan urine elektrolit

14.20 WIB 3 S:-

O:

BC -113 cc, suhu 38 oC, turgor kulit jelek, mukosa bibir

kering, CRT >2 detik, mata tampak cekung, akral

dingin TD 90/70 mmHg, N 140x/menit,

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor status himodinamik

2. Hitung balance cairan

3. Observasi tanda-tanda dehidrasi

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bolus

cairan IV dan obat

14.30 WIB 4 S:-

O:

TD 90/70 mmHg, N 140x/menit, S 38,5oC, RR

28x/menit, KU pasien lemah, aktivitas dan latihan

sehari-hari dibantu perawat, kekuatan otot 4 3

A: 4 3

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1. Bantu ADLs pasien

2. Berikan/bantu pasien untuk mopbilisasi

3. Kaji kekuatan otot pasien

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

61

Rabu, 24 Mei

2017

14.00 WIB

1 S:-

O:

Pasien terpasang ET Ventilator mode PS PEEP 7

VT/PS 10 fio2 85%, TD 100/80 mmHg, N 130x/menit,

S 37oC, RR 24x/menit, SPO2 99% tidak ada

penumpukan sekret dijalan nafas, suara ronkhi

terdengar di lobus bawah kiri kesadaran somnolen GCS

E3M5Vx, tidak ada sianosis

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan Intervensi

1. Lakukan oral hygiene

2. Berikan/bantu pasien untuk mobilisasi

3. Lakukan fisioterapi dada dan suctioning

4. Observasi dan auskultasi suara napas

5. Monitor status himodinamik

14.10 WIB 2 S:-

O:

RR: 24x/menit, nadi 130 x/menit, kesadaran somnolen

GCS E3M5Vx, tidak ada sianosis, pH 7,50 pCO2 23

HCO3 17,7 kalium 3,22

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor status himodinamik

2. Observasi dan auskultasi suara napas

3. Monitor analisa gas darah dan urine elektrolit

14.25 WIB 3 S:-

O:

BC -164 cc, suhu 37 o

C, turgor kulit tidak elastis,

mukosa bibir kering, CRT 2 detik, , akral teraba hangat

TD 100/80 mmHg, N 130x/menit,

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor status himodinamik

2. Hitung balance cairan

3. Observasi tanda-tanda dehidrasi

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

14.30 WIB 4 S:-

O:

TD 100/80 mmHg, N 130x/menit, S 37oC, RR

24x/menit, KU pasien lemah, aktivitas dan latihan

dibantu perawat, kekuatan otot 4 3

A: 4 3

Masalah teratasi sebagian

P:lanjutkan intervensi

1. Bantu ADLs pasien

2. Berikan/bantu pasien untuk mopbilisasi

3. Kaji kekuatan otot pasien

Kamis, 25 Mei

2017

14.00 WIB

1 S:-

O:

Pasien terpasang ET Ventilator mode SIMV rate 5

PEEP 7 VT/PS 12 fio2 90%, TD 130/90 mmHg, N

130x/menit, S 37oC, RR 24x/menit, SPO2 99% tidak

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

62

ada penumpukan sekret dijalan nafas, suara ronkhi

terdengar di lobus bawah kiri kesadaran apatis GCS

E4M6Vx, tidak ada sianosis

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan Intervensi

1. Lakukan oral hygiene

2. Berikan/bantu pasien untuk mobilisasi

3. Lakukan fisioterapi dada dan suctioning

4. Observasi dan auskultasi suara napas

5. Monitor status himodinamik

14.15 WIB 2 S:-

O:

RR: 24x/menit, nadi 130 x/menit, kesadaran somnolen

GCS E4M6Vx, tidak ada sianosis, pH 7,45 pCO2 27

HCO3 19,6 kalium 3,9

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor status himodinamik

2. Observasi dan auskultasi suara napas

3. Monitor analisa gas darah dan urine elektrolit

14.20 WIB 3 S:-

O:

BC +66 cc, suhu 37oC, turgor kulit elastis, mukosa

bibir lembab, CRT <2 detik, , akral teraba hangat TD

128/90 mmHg, N 128x/menit

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan intervensi

1. Monitor status himodinamik

2. Hitung balance cairan

3. Observasi tanda-tanda dehidrasi

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

14.30 WIB 4 S:-

O:

TD 130/90 mmHg, N 130x/menit, S 37oC, RR

24x/menit, KU pasien membaik, aktivitas dan latihan

dibantu perawat, kekuatan otot 4 3

4 3

A:

Masalah teratasi sebagian

P:lanjutkan intervensi

1. Bantu ADLs pasien

2. Berikan/bantu pasien untuk mobilisasi

3. Kaji kekuatan otot pasien

Klien 2

Selasa, 30 Mei

2017

14.00 WIB

1 S:-

O:

Pasien terpasang ventilator mode VC PEEP 6 fio2 60%

terdengar suara gargling, suara ronkhi dilobus kanan

bawah, kesadaran DPO, SPO2 100% TD 160/98

mmHg, N 150x/menit RR 30x/menit S 38,8oC, tidak

ada sianosis

A:

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

63

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1. Lakukan oral hygiene

2. Berikan/bantu pasien untuk mobilisasi

3. Lakukan fisioterapi dada dan suctioning

4. Monitor status himodinamik

14.15 WIB 2 S:-

O:

RR: 30x/menit, nadi 150 x/menit, kesadaran DPO,

tidak ada sianosis

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor status himodinamik

2. Observasi dan auskultasi suara napas

3. Monitor analisa gas darah dan urine elektrolit

14.25 WIB 3 S:-

O:

KU pasien lemah, RR 30x/menit SPO2 100%, tidak ada

retraksi dinding dada, nafas cepat tidak ada sianosis

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor tanda-tanda vital

2. Beri posisi semi fowler

3. Monitor kecepatan irama kedalaman dan kesulitan

bernafas

4. Konsultasikan dengan tim kesehatan untuk

memilih jenis ventilator

14.40 WIB 4 S:-

O:

Suhu 38,8oC, leukosit 18.800 perabaan akral hangat

(panas), bibir kering, kesadaran DPO

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1. Monitor suhu dan leukosit pasien

2. Cuci tangan setelah dan sebelum ke pasien

3. Kolaborasi pemberian obat IV antibiotik dan

antipiretik

Rabu, 31 Mei

2017

16.30 WIB

1 S:-

O:

TD tidak muncul, Nadi tidak teraba, RR tidak ada, tidak

ada tanda-tanda kehidupan, pasien pucat, sianosis, EKG

flet, leukosit 20.000

A:

Masalah tidak teratasi

P:

Hentikan intervensi (pasien meninggal)

16.35 WIB 2 S:-

O:

Tidak ada ekspansi dada, nadi tidak teraba, pucat

pH 7,58 PCO2 19,1 natrium 126,0

A:

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

64

Masalah tidak teratasi

P:

Hentikan intervensi

16.40 WIB 3 S:-

O:

RR tidak muncul, tidak ada ekspansi dada

A:

Masalah tidak teratasi

P:

Hentikan intervensi (pasien meninggal)

16.50 WIB 4 S:-

O:

Perabaan akral dingin

A:

Masalah tidak teratasi

P:

Hentikan intervensi (pasien meninggal)

Tabel 4.12 Evaluasi

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

65

BAB V

PEMBAHASAN

Pada sub bab ini penulis membahas mengenasi asuhan keperawatan pada

Ny. M dan Tn. T dengan Pneumonia di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten. Pembahasan pada sub bab ini berisi tentang perbandingan

antara tinjauan pustaka yang disajikan untuk membahas tujuan khusus yaitu

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan, dan

evaluasi.

5.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data

dasar dari klien, untuk informasi yang diharapakan dari klien

(Hidayat, 2012). Pengkajian terhadap klien 1 dan 2 dengan Pneumonia di

ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menggunakan metode

alloanamnesa dan autoanamnesa. Autoanamnesis adalah anamnesis

terhadap klien itu sendiri. Sedangkan alloanamnesis adalah anamnesis

terhadap keluarga/relasi terdekat yang membawa klien tersebut kerumah

sakit (Nurhay dkk, 2005 yang dikutip dari Pedoman Rekam Medik, 2009).

Diagnosa medis klien 1 dan 2 yaitu Pneumonia. Pneumonia adalah

suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan

pengisisan rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat

berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan

aliran darah disekitar alveoli menjadi terhambat dan tidak berfungsi

maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

66

paru-paru yang sakit (Somantri, 2009).

Hasil dari pengkajian klien 1 didapatkan data keluhan utama gagal

nafas dengan adanya sputum berwarna seperti karat (kuning kemerahan),

dan dilakukan pemasangan intubasi. Klien 2 juga mengalami gagal nafas

dengan adanya sputum berwarna seperti karat (kuning kemerahan), dan

dilakukan pemasangan intubasi. Keluhan utama adalah keluhan terpenting

yang membawa klien meminta pertolongan dokter atau petugas kesehatan

lainnya. Keluhan utama biasanya dituliskan secara singkat beserta lamanya

(Nurhay dkk, 2005 yang dikutip dari Pedoman Rekam Medik, 2009).

Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah adanya

awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam ≥40oC, nyeri

pleuretik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah

adanya konsolidasi paru (Somantri, 2009). Menurut Fauci dkk (2012) yang

dikutip oleh Rahmawati (2014) komplikasi dari pneumonia salah satunya

yaitu gagal pernafasan. Gagal nafas merupakan kondisi ketidakmampuan

sistem respirasi untuk memasukkan oksigen yang cukup dan membuang

karbondioksida, yang disebabkan oleh kelainan sistem pernafasan dan

sistem lainnya, termasuk gangguan sistem saraf (Bakhtiar, 2013). Keluhan

utama pada klien 1 dan 2 sudah sesuai teori dari komplikasi dan tanda

gejala dari Pneumonia.

Pengkajian fokus pada klien 1 yaitu pada breathing didapatkan

hasil suara redup saat perkusi dan auskultasi suara ronkhi basah di lobus

bawah paru kanan dan kiri, terpasang ventilator mode SIMV rate 12 RR

23x/menit, SPO2 95%, suhu 39oC. Pada klien 2 yaitu pada breathing

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

67

didapatkan hasil suara redup saat perkusi dan auskultasi suara ronkhi basah

di lobus bawah paru kanan, terpasang ventilator mode VC RR 28x/menit,

SPO2 100%, suhu 39oC. Pengkajian fokus terdiri dari 6B yaitu breathing

(pernafasan), blood (jantung dan pembuluh darah), brain (susunan syaraf

pusat), bladder (saluran kemih), bowel (saluran cerna), bone (tulang

kerangka) (Firdaus, diakses pada 17 juli 2017: 22.15). Menurut Somantri

(2009), perkusi klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,

biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.

Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila

bronkopneumonoia menjadi satu sarang (kunfluens). Auskultasi Pada klien

dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas tambahan ronkhi basah pada

sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk

mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana didapatkan adanya

ronkhi. Hasil pengkajian fokus breathing sudah sesuai dengan teori.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien 1 dan 2 adalah

laboratorium. Pemeriksaan laboratorium pada klien 1 didapatkan pada

tanggal 23 Mei 2017 hasil leukosit 17.000. Pemeriksaan laboratorium

pada klien 2 didapatkan pada tanggal 29 Mei 2017 hasil leukosit 14.600.

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.

Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi

ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat

berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru

sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan

merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

68

mikroorganisme mencapai permukaan yaitu dengan cara inokulasi

langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, Inhalasi bahan aerosol,

kolonisasi dipermukaan mukosa. Dari keempat cara tersebut diatas yang

terbanyak adalah secara Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi

virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan

bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus

terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi

kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi

aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal

ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur

(50 %) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan

pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi

bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret

(0,001 -1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia. Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk

secara inhalasi atau aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat

disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran napas bagian bawah,

akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama (PDPI, 2003). Menurut Hendra dkk (2011)

hasil pemeriksaan laboratorium pada pneumonia yaitu leukosit >10.000.

Hasil pemeriksaan penunjang leukosit pada klien 1 dan 2 sudah sesuai

dengan teori yang ada.

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

69

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien 1 dan 2

selanjutnya adalah dan foto thorax. Hasil foto thorax pada klien 1

didapatkan pada tanggal 21 Mei 2017 menggambarkan adanya Oedem

Pulmonal Mixed Pneumonia. Pemeriksaan foto thorax pada klien 2

didapatkan pada didapatkan pada tanggal 16 Mei 2017 menggambarkan

adanya Oedem Pulmonal Mixed Pneumonia. Foto toraks (PA/lateral)

merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.

Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air

broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.

Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,

hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran

pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae,

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau

gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering

menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun

dapat mengenai beberapa lobus (PDPI, 2013). Pneumonia positif bila pada

pemeriksaan fisik fungsi pernafasan ditemukan ronkhi (+), frekuensi

napas, meningkat, hasil radiologi ditemukan infiltrat (+) lobus paru bagian

bawah (Hendra dkk, 2011).

Klien 1 dan 2 telah dilakukan pemeriksaan kultur sputum pada

tanggal 24 Mei 2017 dan 27 Mei 2017. Menurut Hendra dkk (2011)

kriteria terakhir dari pneumonia adalah hasil kultur sputum terinfeksi. Hal

ini sesuai dengan teori yang ada, tetapi hasil pemeriksaan kultur sputum

klien 1 dan 2 belum keluar.

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

70

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau

kerentangan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau

komunitas. Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu

deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari

diagnosis (Hermand dkk 2015).

Berdasarkan data-data yang didapatkan penulis dari hasil

pengkajian pada klien 1 dan 2 di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten, bahwa klien mempunyai diagnosa keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas.

Pada kasus klien 1 data obyektif didaptkan jalan napas dibantu

ventilator, terdapat sekret dimulut dan selang ventilator mode SIMV rate

12 PEEP 7, suara ronkhi basah dilobus bawah paru kanan dan kiri,

kesadaran somnolen, RR 23x/menit, SPO2 95%, foto thorax menunjukkan

oedem pulmonal mixed pneumonia, leukosit 17.000, suhu 39oC. Pada

kasus klien 2 data obyektif didaptkan jalan napas dibantu ventilator mode

VC PEEP 6, terdapat sekret dimulut, suara ronkhi dilobus bawah paru

kanan, RR 28x/menit, SPO2 100%, foto thorax menunjukkan oedem

pulmonal mixed pneumonia, leukosit 14.600, suhu 39oC. Batasan

karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu batuk yang

tidak efektif, dispnea, gelisah, kesulitan verbalisasi, mata terbuka lebar,

ortopnea, penurunan bunyi napas, perubahan frekuensi napas, perubahan

pola napas, sianosis, sputum dalam jumlah yang berlebihan, suara napas

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

71

tambahan, tidak ada batuk (Herdman dkk, 2015). Analisa data klien 1 dan

2 sesuai dengan batasan karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan

napas hanya pada klien 1 dan 2 tidak mengalami sianosis, karena

kebutuhan oksigen sudah dipenuhi dari alat ventilator. Sedangkan klien 2

tidak mengalami gelisah, mata terbuka lebar dan tidak ada batuk karena

kesadaran DPO.

5.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan

perawat berdasarkan peenilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk

meningkatkan outcome klien atau klien. Intervensi keperawatan mencakup

baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan pada individu,

keluarga dan masyarakat, serta orang-orang dirujuk oleh perawat, dirujuk

oleh dokter maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya (Bullechek dkk

2015). Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana dan kriteria hasil

berdasarkan NIC (Nurshing Intrvention Classification) dan NOC

(Nurshing Outcome Classification). Intervensi Keperawatan disesuaikan

dengan kondisis klen dan fasilitas yang ada, sehingga rencana keperawatan

dapat diselesaikan dengan spesifik (jelas dan khusus).

Dalam kasus ini penulis melakukan intervensi sesuai dengan

rumusan masalah diatas selama 3x8 jam dengan tujuan untuk mengetahui

keefektifan tindakan secara maksimal. Tujuan dari intervensi adalah suatu

sasaran atau maksud yang menggambarkan perubahan yang diinginkan

pada setiap kondisi atau perilaku klien dengan kriteria hasil yang

diharapkan perawat. Kriteria hasil keperawatan mengacu pada perilaku

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

72

yang terukur atau persepsi yang ditunjukkan oleh seorang individu

terhadap tindakan keperawatan. Kriteria hasil harus SMART (Specific,

Measurable, Achievable, Reasonable, dan Time). Specific artinya berfokus

pada klien, Measurable artinya dapat diukur, Achievable artinya tujuan

yang harus dicapai, Reasonable artinya tujuan yang harus

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan Time artinya batas pencapaian

dalam rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya (Dermawan,

2012).

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan napas b.d obstruksi jalan napas, maka penulis menyusun rencana

keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8 jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi dengan

kriteria hasil a) menunjukkan jalan nafas paten (tidak ada sekret), b) tidak

ada sianosis atau dispnea, c) saturasi oksigen >95%, d) respirasi 16-

24x/menit, e) sekret berkurang atau hilang. Intervensi atau rencana

keperawatan yang akan dilakukan pada klien 1 dan 2 yang pertama yaitu

mobilisasi atau ambulasi klien (miring kiri, telentang head up 30o miring

kanan). Menurut Suzan (2004) yang dikutip oleh Hendra dkk (2011)

tujuan dari mobilisasi adalah memperlancar peredaran darah dan

membantu pernapasan menjadi lebih baik. Lakukan fisioterapi dada,

tujuannya untuk membersihkan sekret pada bronkus dan mencegah

penumpukan sekret (Hendra dkk, 2011). Lakukan suctioning endotrakea,

tujuannya untuk membebaskan jalan napas dan mengurangi restensi

sputum (Hendra dkk, 2011). Selalu mencuci tangan untuk mencegah

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

73

penularan infeksi. Lakukan oral hygine untuk mencegah infeksi dan

komplikasi. Monitor staus himodinamik untuk mengetahui status

kesehatan klien. Kolaborasi aktif dengan dokter untuk terapi obat

antibiotik tujuannya untuk mengurangi produksi sputum (Bulechek, 2015).

Dalam intervensi, tindakan yang tidak dilakukan oleh penulis yaitu

pemberian terapi obat antibiotik yang sudah diresepkan, karena pemberian

obat antibiotik dilakukan oleh perawat senior pada pukul 5 pagi.

5.4 Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di

mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana

strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab

itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari

implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di

tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Efendi & Makhfudli,

2009).

Implementasi hari pertama pada klien 1 dilakukan pada tanggal 23

Mei 2017 yaitu melakukan personal hygiene, mengobservasi jalan nafas

dan auskultasi suara nafas, memberikan mobilisasi (miring kiri, telentang

head up 30o dan miring kanan), melakukan fisioterapi dada dan suctioning,

memonitor status himodinamik. Implementasi hari kedua dilakukan pada

tanggal 24 Mei 2017 yaitu melakukan personal hygiene, mengobservasi

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

74

mengobservasi jalan nafas dan auskultasi suara nafas, memberikan

mobilisasi (miring kiri, telentang head up 30o dan miring kanan),

melakukan fisioterapi dada dan suctioning, memonitor status

himodinamik. Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 23 Mei

2017 yaitu melakukan personal hygiene, mengobservasi jalan nafas dan

auskultasi suara nafas, memberikan mobilisasi (miring kiri, telentang head

up 30o dan miring kanan), melakukan fisioterapi dada dan suctioning,

memonitor status himodinamik.

Implementasi hari pertama pada klen 2 yang dilakukan pada

tanggal 30 Juni 2017 yaitu memonitor status himodinamik, memberikan

mobilisasi (posisi miring kiri, telentang head up 30o dan miring kanan),

mengobservasi jalan nafas dan auskultasi suara nafas, memberikan

fisioterapi dada dan suctioning. Implementasi hari kedua pada klien 2

dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 yaitu melakukan personal hygiene,

memberikan mobiliosasi (posisi miring kiri, telentang head up 30o dan

miring kanan, mengeobservasi jalan nafas dan auskultasi suara nafas,

memberikan fisioterapi dada dan suctioning, auskultasi suara nafas,

monitor status himodinamik, mengobservasi hasil laboratorium,

mengobservasi keadaan klien, dan melakukan perawatan jenazah.

Menurut Hendra dkk (2011) mobilisasi didefinisikan menjadi

penggantian posisi klien setiap dua jam yaitu miring kiri, telentang head up

30o dan miring kanan. Fisioterapi dada adalah tindakan yang dilakukan

pada klien dengan cara menepuk dinding dada atau punggung dengan

tangan dibentuk seperti mangkok dilanjutkan vibrasi dengan cara

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

75

menggetarkan dinding dada atau punggung pada waktu klien

mengeluarkan napas.

Dalam melakukan implementasi, ada beberapa tindakan yang tidak

disusun dalam intervensi yaitu mengobservasi jalan nafas dan auskultasi

suara nafas karena tindakan ini sebenarnya sudah dilakukan bersamaan

dengan prosedur fisioterapi dada. Secara singkat prosedur dari tindakan

memberikan mobilisasi (miring kiri, telentang head up 30o dan miring

kanan) dan fisioterapi dada yaitu memberikan mobilisasi (miring kiri,

telentang head up 30o dan miring kanan), observasi jalan nafas, auskultasi

suara nafas, melakukan tekhnik clapping (penepukan) selama ±5 menit

setiap posisi, melakukan tekhnik fibrasi (menggetarkan) selama ±5 menit

setiap posisi, mengobservasi jalan nafas lalu melakukan suctioning

endotrakea. Selanjutnya auskultasi suara nafas kembali setelah selesai

melakukan tindakan.

5.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,

rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil di capai. Tujuan

evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini

bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan,

sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi terdiri atas

dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien yang baik kognitif,

afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya serta

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

76

membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian

tujuan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada klien

1 dan dua hari pada klien 2 sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan

asuhan keperawatan serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.

Kriteria hasil yang diharapkan adalah tidak ada sianosis atau dyspnea,

saturasi oksigen >95%, tidak mengalami penurunan kesadaran, respirasi

16-24x/menit, sekret berkurang atau hilang. Evaluasi hari pertama yang

dilakukan pada klien 1 dengan ketidalefektifan bersihan jalan napas b.d

obstruksi jalan napas didapatkan hasil Klien terpasang ET Ventilator mode

PS PEEP 7 VT/PS 10 fio2 90%, TD 90/70 mmHg, N 140x/menit, S

38,5oC, RR 28x/menit, SPO2 97%, mulut bersih, suara ronkhi terdengar di

lobus bawah kanan dan kiri kesadaran somnolen, tidak ada sianosis setelah

dilakukan mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali sehari dan

fisioterapi dada dengan durasi 15 menit. Evaluasi hari kedua didapatkan

hasil Klien terpasang ET Ventilator mode PS PEEP 7 VT/PS 10 fio2 90%,

TD 100/80 mmHg, N 130x/menit, S 37oC, RR 24x/menit, SPO2 99% tidak

ada penumpukan sekret dijalan nafas, suara ronkhi terdengar di lobus

bawah kiri kesadaran somnolen, tidak ada sianosis setelah dilakukan

mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali sehari dan fisioterapi dada

dengan durasi 15 menit. Evaluasi hari ketiga didapatkan hasil Klien

terpasang ET Ventilator mode SIMV rate 5 PEEP 7 VT/PS 12 fio2 90%,

TD 130/90 mmHg, N 130x/menit, S 37oC, RR 24x/menit, SPO2 99% tidak

ada penumpukan sekret dijalan nafas, suara ronkhi terdengar di lobus

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

77

bawah kiri kesadaran apatis GCS E4M6Vx, tidak ada sianosis setelah

dilakukan mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali sehari dan

fisioterapi dada dengan durasi 15 menit. Pada hari pertama mode ventilator

klien 1 berubah dari SIMV rate 12 menjadi PS karena pasien mampu

melakukan nafas secara mandiri oleh karena itu agar tidak tergantung alat

secara terus menerus, mode ventilator diubah dengan tujuan untuk

memandirikan nafas klien. Sedangkan hari ketiga mode ventilator dari PS

ke SIMV rate 5 karena terjadi penurunan nafas mandiri oleh klien

sehingga agar tidak terjadi komplikasi lain maka mode ventilator diubah

kembali.

Evaluasi hari petama yang dilakukan pada klien 2 dengan

ketidalefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas didapatkan

hasil Klien terpasang ventilator mode VC PEEP 6 fio2 60% terdengar

suara gargling, suara ronkhi dilobus kanan bawah, kesadaran DPO, SPO2

100% TD 160/98 mmHg, N 150x/menit RR 30x/menit S 38,8oC, tidak

sianosis setelah dilakukan mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali

sehari dan fisioterapi dada dengan durasi 15 menit. Evaluasi hari kedua

didapatkan hasil TD tidak muncul, Nadi tidak teraba, RR tidak ada, tidak

ada tanda-tanda kehidupan, klien pucat, sianosis, EKG flet, klien

meninggal.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 teratasi sesuai dengan

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan yaitu nafas klien yang meningkat

dari hari pertama terpasang ventilator mode SIMV rate 12 dengan RR

23x/menit, hari ketiga klien terpasang ventilator mode SIMV rate 5 dengan

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

78

RR 24x/menit. Sedangkan hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2

tidak teratasi karena tujuan dan kriteria hasil tidak tercapai karena pasien

meninggal dunia.

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

79

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dalam proses keperawatan penulis melakukan pengkajian,

penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada asuhan

keperawan Ny M dan Tn T dengan Pneumonia di ruang ICU RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten selama 3x8 jam dan 2x8 jam selama di ICU

dengan menerapkan tindakan pengaruh mobilisasi dan fisioterapi dada

terhadap bersihan jalan nafas klien pneumonia yang terpasang ventilator

mekanik dengan kesimpulan:

6.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian fokus pada klien 1 yaitu pada breathing perkusi

didapatkan hasil suara redup dan auskultasi suara ronkhi basah di lobus

bawah paru kanan dan kiri, terpasang ventilator mode SIMV rate 12 RR

23x/menit, SPO2 95%, suhu 39oC. Pada klien 2 yaitu pada breathing

perkusi didapatkan hasil suara redup dan auskultasi suara ronkhi basah di

lobus bawah paru kanan, terpasang ventilator mode VC RR 28x/menit,

SPO2 100%, suhu 39oC.

6.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dari data pengkajian, penulis merumuskan masalah pada Ny M dan

Tn T dengan pneumonia yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d

obstruksi jalan napas.

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

80

6.1.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan

dibuat perbandingan pada pasien 1 dan 2 yaitu ketidakefektifan bersihan

jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, maka penulis menyusun rencana

keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8 jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi dengan

kriteria hasil a) menunjukkan jalan nafas paten (tidak ada sekret), b) tidak

ada sianosis atau dispnea, c) saturasi oksigen >95%, d) respirasi 16-

24x/menit, e) sekret berkurang atau hilang. Intervensi atau rencana

keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1 dan 2 yang pertama yaitu

mobilisasi atau ambulasi pasien (miring kiri, telentang head up 30o miring

kanan), lakukan fisioterapi dada, lakukan suctioning endotrakea, selalu

mencuci tangan, lakukan oral hygine untuk, monitor staus himodinamik,

kolaborasi aktif dengan dokter untuk terapi obat antibiotik.

6.1.4 Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan Ny. M dan Tn. T dengan pneumonia di

ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten telah sesuai dengan

intervensi yang penulis rumuskan. Penulis menekankan pemberian

mobilisasi setiap 2 jam selama 3 kali sehari dan fisioterapi dada dengan

durasi 15 menit terhadap bersihan jalan nafas.

6.1.5 Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada klien

1 dan dua hari pada klien 2 sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan

asuhan keperawatan serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hasil

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

81

evaluasi yang didapatkan pada diagnosa pertama masalah keperawtan

ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas pada klien

1 teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Kriteria

hasil yang diharapkan adalah tidak ada sianosis atau dyspnea, saturasi

oksigen >95%, respirasi 16-24x/menit, sekret berkurang atau hilang.

Evaluasi dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai

berikut pasien terpasang ET Ventilator mode SIMV rate 5 PEEP 7 VT/PS

12 fio2 85%, TD 130/90 mmHg, N 130x/menit, S 37oC, RR 24x/menit,

SPO2 99% tidak ada penumpukan sekret dijalan nafas, suara ronkhi

terdengar di lobus bawah kiri kesadaran apatis GCS E4M6Vx, tidak ada

sianosis. Analisa masalah teratasi karena sesuai dengan kriteria hasil.

Planning intervensi dilanjutkan oleh perawat HCU, pasien pindah HCU.

Evaluasi pada klien 2 dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil

TD tidak muncul, Nadi tidak teraba, RR tidak ada, tidak ada tanda-tanda

kehidupan, pasien pucat, sianosis, EKG flet. Analisa masalah tidak teratasi

karena klien 2 meninggal dunia.

Berdasarkan analisa pada Ny M dengan Pneumonia setelah

dilakukan tindakan mobilisasi dan fisioterapi dada terhadap bersihan jalan

napas menunjukkan hasil signifikan, karena dalam 3x8 jam bersihan jalan

nafas dapat berkurang dengan hasil terpasang ET Ventilator mode SIMV

rate 5 PEEP 7 VT/PS 12 fio2 85%, TD 130/90 mmHg, N 130x/menit, S

37oC, RR 24x/menit, SPO2 99% tidak ada penumpukan sekret dijalan

nafas, suara ronkhi terdengar di lobus bawah kiri kesadaran apatis GCS

E4M6Vx, tidak ada sianosis. Kemudian hasil analisa pada Tn. T dengan

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

82

Pneumonia setelah dilakukan tindakan mobilisasi dan Fisioterapi dada

terhadap bersihan jalan napas menunjukkan hasil yang tidak signifikan,

karena dalam 2x8 jam bersihan jalan nafas tidak teratasi dan pasien

meninggal dunia.

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

pneumonia, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain:

6.2.1 Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal

dan dapat bekerja sama dengan tim kesehatan lain serta memberikan

pelayanan kesehatan yang optimal dan dapat bekerja sama dengan tim

kesehatan lain serta memberikan pelayanan yang bermutu demi

meningkatkan kesembuhan pasien khususnya pada pasien Pneumonia.

6.2.2 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan dapat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan serta memberikan pelayanan yang

profesional khususnya pada pasien dengan pneumonia.

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga tercipta perawat profesional, terampil

dan berkompenen yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara

komperhensif.

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

83

6.2.4 Bagi penulis selanjutnya

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien

secara optimal.

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar. 2013. Aspek Klinis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut Pada Anak. JURNAL

KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 6. 6th

Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapam Dan Kerangka Kerja.

Yogyakarta: Gosyeng Publishing.

Dewi, Y. Anisa. 2008. BASIC VENTILATORY MANAGEMENT. Tugas Kepaniteraan

Klinik Bagian Anastesi, Perawatan Intensif Dan Manajemen Nyeri Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin Makasar. Text Book Reading November

2008

Efendi, F dan Makhfudi. 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas Teori dan Praktik

dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Febrianto, Ardy.2013. Penatalaksanaan Fisioterapi Dada Pada Pneumonia di RSUD

Pandangarang Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Naskah

Publikasi

Firdaus, M. 2017. TRIASE. Dilihat tanggal 17 Juli 2017 pukul 22.15 WIB.

http://www.academia.edu/5296135/Dr._M_Firdaus_TRIASE

Hendra & Emil Huriani. 2011. Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada Terhadap

Kejadian Ventilator Associated Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif. NERS

JURNAL KEPERAWATAN Volume 7 No 2, Desember 2011 : 121-129

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:

Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta EGC

Hidayat, A.A & M. Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM),

Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Health Books

Publishing

Karhu, Jaana. 2014. Severe Communityacquired Pneumonia – Studies On Imaging,

Etiology, Treatment, And Outcome Among Intensive Care Patients. Journal

ISBN 978-952-62-0531-1 (PDF).ACTA Universitatis Ouluensis D Medica

1256, Finland

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2014

Mahfudzoh, Siti. 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Pneumonia di

Bbkpm Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta: Naskah Publikasi

Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:

CV. Trans Info Media

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

Morton, P.G., et al. 2014. Critical care Nursing : A Holistic Approach, Vol 1 Edisi 8.

Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, A.H & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),

Jilid 2 Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Pedoman Rekam Medis Berorientasi Masalah. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PNEUMONIA KOMUNITI PEDOMAN

DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI INDONESIA. Jakarta: Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia 2003

Purnamasari, Dewi. 2016. Upaya Mempertahankan Kebersihan Jalan Napas Dengan

Fisioterapi Dada Pada Anak Pneumonia. Universitas Muhammadiyah

Surakarta: Publikasi Ilmiah

Rahman, Dally dkk. 2011. Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (Vap) Pada

Klien Dengan Ventilasi Mekanik Menggunakan Indikator Clinical Pulmonary

Infection Score (CpIS. Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011, hal 126–135

Rahmawati, Fida A. 2014. Angka Kejadian Pneumonia Pada Pasien Sepsis Di ICU

RSUP Dr. Kariadi Semarang. Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis

Ilmiah. FK: Universitas Diponegoro

Rahmiati & Titis Kurniawan. 2013. VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA

DAN PENCEGAHANNYA. Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6,

Nopember 2013, hal. 263 – 318

Rekam Medik. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 2016. Jumlah Pasien

Pneumonia. Klaten: RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tidak Di

Publikasikan

Rohini, K. Patel, et al. 2015. Study Of Bacteriological And Clinical Profile In

Community Acquired Pneumonia.International Journal of Advanced Research

(2015), Volume 3, Issue 9, 1042- 1056

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan

Pernapasan edisi 2. Jakarta: Salemba

Ward, P.T. Jeremy, et.al. 2008. At Aglance Sistem Respirasi edisi kedua. Jakarta:

Erlangga

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

LAMPIRAN

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan
Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yeti Ariyanawati

Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 20 April 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Cangkol RT 01/08 Mojolaban Sukoharjo

Riwayat Pendidikan : SDN O2 Malanggaten

SMP N 02 Kebakkramat

SMK N 03 Sukoharjo

Riwayat Organisasi : Organisasi Siswa (OSIS) di SMP N 02

Kebakkramat,Organisasi Siswa di SMK N 03

Sukoharjo, KSR di StiKesKusuma Husada

Surakarta, IKM di Prodi DIII Keperawatan

StiKes Kusuma Husada Surakarta, KH Voice di

StiKesKusuma Husada Surakarta

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

Lampiran 3

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

121

Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada

Terhadap Kejadian Ventilator Associated

Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif

Hendraa, Emil Huriani

b

a RS.Dr.M.Djamil Padang

bProgram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Email : [email protected]

Abstract : Incidence of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) in patients who mounted

mechanical ventilation in the Intensive Care Room RS. Dr. M. Djamil was increase, in terms

of mobilization for the implementation of mobilization (ambulation) and chest physiotherapy

have been prepared in accordance with standard operational procedure (SOP). Presumably

this is caused by not all of the implementation of measures given to patients in accordance

with SOP. The purpose of this study was to investigate the effect of mobilization (ambulation)

and chest physiotherapy on the incidence of VAP in patients who mounted ventilator in

intensive care hospital. Dr. M. Djamil Padang. This Quasy- experimental study used static

group comparison design, with the number of respondents as many as 20 people. Data

analysis was conducted using the Mann-Whitney test. The results showed decreased

incidence of VAP in the experimental group, but no significant differences between the

experimental group and control group with p-value = 0189. Need to increase the

implementation of mobilization (ambulation) and chest physiotherapy on patients who

mounted ventilators to prevent Ventilator Associated Pneumonia (VAP).

Keywords: mobilization, chest physiotherapy, Ventilator Associated Pneumonia (VAP),

mechanical ventilation.

Abstrak : Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada pasien yang terpasang

ventilasi mekanik di Ruang Perawatan Intensif RS. Dr. M. Djamil terjadi peningkatan,

padahal untuk tindakan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada telah disusun standar

operasional prosedur (SOP). Diduga hal ini disebabkan oleh pelaksanaan SOP yang tidak

sepenuhnya. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh mobilisasi (ambulasi) dan

fisioterapi dada terhadap kejadian VAP pada pasien yang terpasang Ventilator di ruang

perawatan intensif RS. Dr. M. Djamil Padang. Penelitian Kuasi-eksperimen ini menggunakan

rancangan perbandingan kelompok statis, dengan jumlah responden sebanyak 20 orang.

Analisa yang dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukan

penurunan kejadian VAP pada kelompok eksperimen, namun tidak ada perbedaan yang

bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p=0.189. Perlu

peningkatan pelaksanaan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada terhadap pasien yang

terpasang ventilator untuk mencegah terjadinya Ventilator Associated Pneumonia (VAP).

Kata Kunci : mobilisasi, fisioterapi dada, Ventilator Associated Pneumonia (VAP), ventilasi

mekanik.

Pneumonia adalah suatu penyakit

infeksi atau peradangan pada organ paru-

paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur ataupun parasit di mana alveoli paru

yang bertanggung jawab menyerap oksigen

dari atmosfer dan terisi oleh cairan.

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129

128

Pneumonia dapat juga disebabkan oleh

iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau

sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti

kanker paru-paru atau terlalu banyak minum

alkohol. Namun penyebab yang paling

sering ialah serangan bakteri streptococcus

pneumoniae atau pneumokokus (Brunner &

Suddarth, 2002).

Pneumonia terdiri dari dua macam,

yaitu: Pneumonia yang didapat dari

masyarakat atau Community Acquired

Pneumonia (CAP) dan Pneumonia yang

didapat dari dalam rumah sakit atau

Hospital Acquired Pneumonia (HAP).

Pneumonia nosokomial merupakan salah

satu komplikasi perawatan di rumah sakit

yang meningkatkan morbiditas dan

mortalitas pasien. Insiden pneumonia

nosokomial mencapai 30%. Pneumonia

nosokomial yang terjadi dirumah sakit dapat

dibagi dua, yaitu: Hospital Acquired

Pneumonia (HAP) dan Ventilator

Associated Pneumonia (VAP). Kedua jenis

pneumonia ini masih jadi penyebab penting

dalam angka kematian dan kesakitan pada

pasien yang dirawat dirumah sakit (Sedono,

2007).

VAP terjadi pada klien yang

menggunakan ventilasi mekanik dan

intubasi. Kuman penyebab infeksi ini

tersering adalah bakteri gram negatif

(Dahlan, 2006). Rekam medik Intensive

Care Unit (ICU) Rumah Sakit St.Borromeus

Bandung mencatat angka kejadian infeksi

nosokomial pneumonia 24% dengan angka

mortalitas 33,33% (Regina, 2006). Rekam

medik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

mencatat 47% infeksi nosokomial

pneumonia pada pasien yang menggunakan

ventilasi mekanik dan intubasi (Dahlan,

2006). Insiden nosokomial pneumonia di

Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang pada

klien yang menggunakan ventilasi mekanik

dan intubasi 15% - 59% (Saanin, 2006).

VAP terjadi lebih dari 48 jam setelah

pasien di intubasi dan terpasang ventilasi

mekanik (Koenig, 2006). Pada saluran

napas bagian atas akan terjadi kolonisasi

mikroorganisme beberapa jam setelah

intubasi, diantara mikroorganisme tersebut

paling sering dijumpai Pseudomonas

aeroginosa dan Staphylococcus aureus.

VAP sering terjadi karena pipa endotrakeal

atau trakeostomi memungkinkan bagian

bebas dari bakteri masuk ke dalam paru-

paru, bakteri juga dibawa melalui

penghisapan (suctioning) dan bronkoskopi

(Kollef, 2008).

Dalam pencegahan VAP dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu: strategi

non farmakologi dan strategi farmakologi.

Dalam strategi non farmakologi, yaitu:

mencuci tangan dan menggunakan sarung

tangan, pelindung muka atau masker, posisi

pasien dengan setengah duduk, menghindari

pemberian nutrisi enteral dengan volume

besar, intubasi oral, pemeliharaan sirkuit

ventilator, penghisapan sekret dan

perubahan posisi pasien miring kiri,

telentang, miring kanan. Sebaliknya, strategi

farmakologi diantaranya, yaitu: pemberian

antibiotik (Sedono, 2007).

Pasien sakit kritis, pasien tak stabil

yang memerlukan terapi intensif,

mengalami gagal nafas berat, pasien bedah

jantung, bedah thorak merupakan indikasi

untuk masuk Intensive Care Unit (ICU).

Pasien masuk ke ruang Intensif juga

memerlukan pemantauan intensif invasif

dan non invasif. ICU merupakan tempat

atau unit tersendiri di dalam rumah sakit

yang menangani pasien-pasien gawat karena

penyakit, trauma atau komplikasi penyakit

lain. Peralatan standar di Intensive Care

Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk

membantu usaha bernafas melalui

endotracheal tubes atau trakheostomi

(Murdiyanto, 2009).

Ventilasi mekanik adalah alat bantu

napas bertekanan positif atau negatif yang

dapat mempertahankan ventilasi dan

pemberian oksigen dalam waktu yang lama.

Ventilasi mekanik sering digunakan sebagai

profilaktik untuk mempertahankan oksigen

dan eliminasi CO2 yang adekuat. Ventilasi

mekanik juga merupakan terapi definitif

pada pasien kritis yang mengalami

hipoksemia dan hiperkapnea. Tenaga

Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

Hendra dkk, Pengaruh Mobilisasi dan Fisioterapi...

129

keperawatan harus memahami prinsip-

prinsip dan cara pemasangan ventilasi

mekanik, operasional pemakaian alat dan

perawatan ventilasi mekanik (Dudut, 2003).

Tindakan perawatan ventilasi

mekanik merupakan salah satu aspek

kegiatan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan sehari-hari di ruang intensif

dalam fungsi independen dan interdependen

dengan tim medis. Dalam tindakan

perawatan ventilasi mekanik perawat harus

berhati-hati karena mempunyai resiko yang

besar seperti terjadinya infeksi nosokomial

pneumonia (Hudak, 1997). Ventilasi

mekanik memberikan tekanan positif secara

kontinu yang dapat meningkatkan

pembentukan sekresi pada paru-paru.

Perawat harus mengidentifikasi adanya

sekresi dengan cara auskultasi paru

sedikitnya 2-4 jam (selama pasien masih

terpasang ventilasi mekanik dan post

ekstubasi). Tindakan untuk membersihkan

jalan napas diantaranya yaitu: fisioterapi

dada seperti penepukkan pada

dada/punggung, menggetarkan, perubahan

posisi, seperti; posisi miring, posisi

telentang, fisioterapi dada, dan termasuk

penghisapan (Dudut, 2003).

Fisioterapi dada sangat berguna bagi

penderita penyakit paru baik yang bersifat

akut maupun kronis, sangat efektif dalam

upaya mengeluarkan sekret dan

memperbaiki ventilasi pada pasien dengan

fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan

pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah

mengembalikan dan memelihara fungsi

otot-otot pernafasan dan membantu

membersihkan sekret dari bronkhus dan

untuk mencegah penumpukan sekret.

Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk

pengobatan dan pencegahan pada penyakit

paru obstruktif menahun, penyakit

pernafasan restriktif karena kelainan

neuromuskuler dan penyakit paru restriktif

karena kelainan parenkim paru seperti

fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi

mekanik (Afiyah, 2009).

Mobilisasi atau aktivitas di rumah

sakit pada pasien istirahat total sangat

penting sekali dilakukan. Mobilisasi terdiri

dari Range Of Motion (ROM) dan

Ambulasi. Komplikasi dari lamanya tirah

baring salah satunya perubahan pada paru

akan terjadi atelektasis dan pneumonia

(Potter & Perry, 2006).

Data ruangan Intensive Care Unit

(ICU) dari bulan Juli 2007 sampai dengan

Juni 2010 menunjukkan peningkatan angka

kejadian VAP yaitu 13,0% pada periode

bulan Juli 2007 sampai Juni 2008, 15,5%

pada periode bulan Juli 2008 sampai Juni

2009 dan 14,4% pada periode bulan Juli

2009 sampai Juni 2010 VAP (Medical

Record dan Buku Register/Laporan ruangan

ICU RS.Dr.M.Djamil Padang). Angka

kejadian VAP ini tidak termasuk pasien

yang saat masuk telah didiagnosa Penyakit

Paru Obstruksi Menahun (PPOM), dan

Tuberculosis Paru (TB Paru).

Observasi yang dilakukan di Unit

Perawatan Intensif pada tanggal 3

September 2010 mengenai upaya perawat

dalam pencegahan nosokomial pneumonia.

Peneliti menemukan 6 orang dari 11

perawat yang dipilih secara acak yang

kurang melakukan tindakan upaya

pencegahan nosokomial pneumonia, antara

lain 3 orang tidak melakukan cuci tangan

sebelum tindakan, 3 orang melakukan

penghisapan lendir tidak sesuai SOP. Semua

perawat telah mendapat pelatihan dasar

ICU, perawatan ventilasi mekanik dan

teknik suction dan 3 orang yang telah

mendapat pelatihan khusus yaitu pelatihan

ICU dewasa. Standar Operasional Prosedur

(SOP) tindakan pencegahan nosokomial

pneumonia di ruang perawatan Intensif

Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang sudah

ada, tapi hanya sebagian perawat yang

melaksanakan karena disebabkan oleh

berbagai faktor, diantaranya; jumlah

ketenagaan yang kurang, kondisi penyakit

pasien dan cara kerja tidak sesuai dengan

prosedur yang ada.

Sebelumnya telah dilakukan

penelitian tentang hubungan pengetahuan

dan sikap perawat dengan tindakan

pencegahan Ventilator Associated

Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129

128

Pneumonia (VAP) oleh Yuldanita tahun

2008 di Unit Perawatan Intensif RS Dr. M.

Djamil Padang terhadap 25 orang

responden, didapatkan hasil perawat yang

mempunyai pengetahuan tinggi tentang

tindakan pencegahan Ventilator Asociated

Pneumonia (VAP) berjumlah 15 orang

(60%) dan yang mempunyai pengetahuan

rendah 10 orang (40%). Menurut Dudut

(2003), tenaga perawat harus memahami

dan mempunyai pengetahuan tentang

prinsip-prinsip dan cara pemasangan

ventilasi mekanik, operasional pemakaian

alat dan perawatan ventilasi mekanik.

Menurut Hudak (1997), dalam tindakan

perawatan ventilasi mekanik perawat harus

berhati-hati karena mempunyai resiko yang

besar seperti terjadinya infeksi nosokomial

pneumonia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisa pengaruh mobilisasi dan

fisioterapi dada terhadap kejadian Ventilator

Associated Pneumonia (VAP) pada pasien

terpasang ventilasi mekanik.

METODE Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian kuasi eksperimen

dengan rancangan perbandingan kelompok

statis (posttest only control group design)

Kelompok eksperimen menerima perlakuan

sesuai dengan SOP, sedangkan kelompok

pembanding diberikan perlakuan sesuai

dengan kebiasaan ruangan. Kegiatan

pengumpulan data dilakukan pada bulan

Maret – April 2011, bertempat di Unit

Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. M. Djamil Padang. Sampel dalam

penelitian ini adalah 20 pasien yang

terpasang ventilasi mekanik, minimal 2 hari

setelah dilakukan intubasi di Unit

Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. M. Djamil Padang yang dibagi

menjadi 10 orang pada masing-masing

kelompok intervensi dan kelompok

pembanding. Semua responden adalah

pasien yang terpasang ventilator hari

pertama dan sebelumnya tidak ada

kelainan/infeksi paru yang ditandai saat

auskultasi tidak ada ronkhi, serta hasil

pemeriksaan leukosit darah dalam rentang

normal. Pasien yang mengalami penyakit

paru seperti; PPOK, kanker paru, TB paru

dan trauma pada paru tidak menjadi

responden dalam penelitian ini.

Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah pelaksanaan mobilisasi dan

fisioterapi dada, sedangkan variabel

independen adalah kelompok yang

dilakukan mobilisasi (ambulasi) dan

fisioterapi dada sesuai dengan SOP dan

kelompok yang dilakukan mobilisasi dan

fisioterapi dada sesuai dengan kebiasaan

ruangan. Mobilisasi didefinisikan menjadi

penggantian posisi pasien setiap dua jam

yaitu, miring kiri, telentang dan miring

kanan. Fisioterapi dada adalah tindakan

yang dilakukan pada pasien dengan cara

menepuk dinding dada atau punggung

dengan tangan dibentuk seperti mangkok

dilanjutkan vibrasi dengan cara

menggetarkan dinding dada atau punggung

pada waktu pasien mengeluarkan napas.

Kejadian VAP ditandai dengan

adanya infeksi pada paru terutama Lobus

paru bagian bawah yang terjadi akibat

pemasangan ventilasi mekanik dan setelah

>48 jam intubasi. Positif bila pada

pemeriksaan fisik fungsi pernapasan

ditemukan ronkhi (+) dan frekuensi napas

meningkat, hasil radiology ditemukan

infiltrat (+) lobus paru bagian bawah dan

hasil pemeriksaan laboratorium pada

leukosit darah >10.000. Kritaria terakhir

adalah hasil kultur sputum terinfeksi.

Kejadian VAP dinilai pada hari ketiga

pemasangan ventilasi mekanik.

Analisa univariat dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekwensi kejadian

VAP pada pasien yang terpasang ventilasi

mekanik. Untuk mengetahui pengaruh

intervensi, dilakukan dengan uji Mann-

Whitney. Untuk melihat hasil kemaknaan

perhitungan statistik digunakan batas

kemaknaan 0,05, dimana jika nilai p > 0,05

maka hasil hitungan disebut tidak bermakna.

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129

128

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 didpatkan

responden kelompok kontrol sebagian

besar berumur antara 20 – 39 tahun

sebanyak 5 orang (50%), dan sebagian

kecil berumur antara 60 – 79 tahun

sebanyak 1 orang (10%) (Tabel 1). Disisi

lain, responden kelompok intervensi

sebagian besar berumur antara 40 – 59

tahun sebanyak 5 orang (50%), dan

sebagian kecil berumur antara 20 – 39

tahun sebanyak 2 orang (20%). Jumlah

responden yang berjenis kelamin laki-laki

dan perempuan dari kelompok kontrol dan

intervensi adalah sama yaitu: laki-laki

sebanyak 7 orang (70%), dan perempuan

sebanyak 3 orang (30%). Responden pada

kelompok kontrol yang diagnosa Post

craniotomi didapatkan 7 orang (70%), dan

masing-masing 1 orang (10%) dengan

diagnosa Post Laparatomi, Post

Thyroidectomi, dan gagal nafas.

Sebaliknya, pada kelompok intervensi

yang terbanyak adalah pasien dengan

diagnosa post Laparatomi didapatkan 5

orang (50%), dan masing-masing 2 orang

(20%) dengan diagnosa Post craniotomi

dan Post Thyroidectomi, serta pasien

dengan diagnosa Post Radikal sistostomi

didapatkan 1 orang (10%).

Perlakuan yang didapat oleh

responden pada kelompok kontrol

berdasarkan hasil observasi menunjukkan

bahwa dalam melakukan tindakan

mobilisasi (ambulasi) seperti miring ke

kiri, dan miring ke kanan hanya sekali

dalam sehari ketika pagi hari selesai

memandikan pasien. Selanjutnya, tindakan

fisioterapi dada dimulai bila sudah adanya

tanda-tanda penumpukan sekret.

Fisioterapi dada yang sering dilakukan

hanya penepukan, dan penghisapan lendir.

Fisioterapi dada dapat mengembalikan dan

memelihara fungsi otot-otot pernafasan

serta membantu membersihkan sekret pada

bronkhus dan untuk mencegah

penumpukan sekret pasien yang

menggunakan ventilasi mekanik (Afiyah,

2009).

Potter dan Perry (2006)

mengatakan sekret yang menetap

menumpuk di bronkus dan paru

menyebabkan pertumbuhan bakteri yang

selanjutnya berkembang menjadi

pneumonia. Infeksi pulmonal tetap

berkembang meskipun dilakukan

intervensi untuk pencegahannya. Sekret

dapat dikurangi dengan mengubah posisi

klien setiap 2 jam, sedangkan fisioterapi

dada adalah metoda efektif untuk

mencegah sekret pulmonal dan

mengalirkan sekret dari segmen paru

tertentu dari bronkus dan paru menuju

trakhea.

Mobilisasi (ambulasi) yang

dilakukan pada pasien yang terpasang

ventilasi mekanik pada kelompok

intervensi seperti posisi miring ke kiri,

posisi telentang dan posisi miring ke

kanan. Mobilisasi ini dilakukan setiap 2

jam sebanyak 3 kali sehari sebelum makan

dan disesuaikan dengan jadwal makan

pasien. Tujuan dari mobilisasi antara lain:

mempertahankan fungsi tubuh,

memperlancar peredaran darah, membantu

pernapasan menjadi lebih baik,

mempertahankan tonus otot,

mengembalikan aktivitas tertentu sehingga

pasien dapat kembali normal atau dapat

memenuhi kebutuhan gerak harian (Suzan,

2004).

Pengaruh yang bisa terjadi akibat

imobilisasi salah satunya pada sistem

pernapasan, paru-paru akan terjadi

atelektasis dan pneumonia. Perubahan

posisi pasien minimal setiap 2 jam

memungkinkan area paru untuk kembali

mengembang. Pengembangan kembali

mempertahankan elastisitas rekoil paru

dan kebersihan area paru dari sekresi

pulmonal. Posisi miring membantu

menghilangkan tekanan pada punggung

dan tumit untuk individu yang tidak dapat

turun dari tempat tidur atau tirah baring

(Potter & Perry, 2006).

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129

128

Fisioterapi dada dilakukan pada

waktu pertukaran dinas pagi ketika

memandikan pasien seperti; penepukkan,

menggetarkan, posisi drainase, dan

penghisapan. Penepukkan dada meliputi

pengetokan dinding dada dengan kedua

tangan yang dibentuk seperti mangkok

dengan memfleksikan jari tangan dan

meletakkan ibu jari bersentuhan dengan

jari telunjuk. Penepukkan dinding dada

secara mekanis melepaskan sekret yang

ada pada segmen paru. Posisi pasien

tergantung pada segmen paru yang akan

dilakukan penepukkan. Penepukkan

dilakukan selama 3-5 menit setiap posisi.

Menggetarkan merupakan tindakan

yang dilakukan dengan cara meletakkan

tangan bertumpang tindih pada dada

dengan dorongan bergetar dan dilakukan

hanya pada waktu pasien mengeluarkan

nafas atau saat ekspirasi. Tujuannya untuk

mendorong keluar sekresi yang tertimbun

dengan bantuan menggetarkan dinding

thorak pada waktu batuk dan merangsang

terjadinya batuk. Postural drainase (PD)

merupakan salah satu intervensi untuk

melepaskan sekresi dari berbagai segmen

paru dengan menggunakan pengaruh gaya

gravitasi. Tujuan dari posisi drainase ini

supaya tidak terjadi penimbunan sekresi

didalam paru-paru dan mencegah

terjadinya collaps dari alveoli karena

broncheolus tertutup sekresi. Indikasi

posisi drainase: pasien sesudah operasi

dengan retensi sputum, bronkho

pneumonia, pasien tidak sadar, nafas

dangkal dan reflek batuk tidak adekuat.

Penghisapan lendir merupakan

suatu tindakan yang dilakukan untuk

membersihkan jalan nafas dengan cara

memasukan kateter suction melalui mulut,

hidung atau jalan nafas (OTT,NTT,ETT).

Tujuan dari penghisapan antara lain: untuk

membebaskan jalan nafas, mengurangi

retensi sputum, merangsang batuk, dan

mencegah terjadinya infeksi paru.

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, jenis kelamin dan

diagnosa medis pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Ruang

Rawat Intensif RSUP. Dr. M Djamil Padang

Karakteristik

Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Umur

20 – 39 tahun 5 50 2 20

40 – 59 tahun 4 40 5 50

60 – 79 tahun 1 10 3 30

Jenis Kelamin

Laki – laki 7 70 7 70

Perempuan 3 30 3 30

Diagnosa Medis

Post Craniotomi 7 70 2 20

Post Laparatomi 1 10 5 50

Post Radikal sistostomi 0 0 1 10

Post Thyroidectomi 1 10 2 20

Gagal nafas 1 10 0 0

Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari

10 orang kelompok kontrol terdapat

sebagian besar (70%) yang mengalami

Ventilator Associated Pneumonia (VAP)

positif, sedangkan pada kelompok intervensi

terdapat sebagian besar (60%) yang

mengalami Ventilator Associated

Pneumonia (VAP) negatif. Hasil uji statistik

dengan melakukan uji Mann-Whitney

didapatkan nilai p Value = 0,189 (>0,05),

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

Hendra dkk, Pengaruh Mobilisasi dan Fisioterapi...

129

berarti terlihat tidak ada perbedaan yang

signifikan rata – rata kejadian Ventilator

Associated Pneumonia (VAP) pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Pada empat orang responden yang

mengalami Ventilator Associated

Pneumonia (VAP) positif, dua diantara

responden yaitu lanjut usia, beberapa

kemungkinan yang terjadi pada lanjut usia

akan mengalami perubahan-perubahan

fungsi, diantaranya meliputi keterbatasan

ventilasi paru, dan tidak stabilnya

vasomotor. Hospitalisasi dan tirah baring

melapiskan beberapa faktor seperti menjadi

imobilisasi dan kehilangan sensori (Potter &

Perry, 2006). Ada dua responden kelompok

intervensi yang mengalami Ventilator

Associated Pneumonia (VAP) positif terjadi

karena diagnosa penyakit pasca operasi

yang besar. Sebagian dari pneumonia

nosokomial terjadi sesudah operasi,

terutama bila ventilasi mekanik diperlukan

paska bedah. Pasien dengan ventilator,

misalnya mempunyai 6-12 kali resiko lebih

tinggi mendapat pneumonia nosokomial dari

pada pasien tanpa ventilator (Bossemeyer,

2004). Pada pasien bedah alasan utama

untuk ventilasi mekanik adalah menurut

jenis operasi, sedangkan pada pasien medik

biasanya berhubungan dengan penyakit

pasien, resiko pneumonia bacterial

nosokomial pasca bedah jantung dan paru

(misalnya by pass jantung dan reseksi paru)

adalah 38 kali lebih besar dari operasi

ditempat lain (CDC 1994 cit Tietjen, 2004).

Hasil penelitian dengan uji Mann-

Whitney didapatkan hasil uji statistik

dimana nilai p= 0,189 (>0,05). Sesuai

dengan aturan keputusan hipotesis statistik

berarti Ha di tolak dan Ho di terima, berarti

terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan

kejadian Ventilator Associated Pneumonia

(VAP), antara mobilisasi (ambulasi) dan

fisioterapi dada yang dilakukan sesuai

dengan kebiasaan ruangan dengan

mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada

yang dilakukan sesuai dengan konsep teori.

Tidak adanya perbedaan yang bermakna ini

dapat terjadi karena pelaksanan tindakan

mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada

yang dilakukan sesuai dengan kebiasaan

ruangan sudah sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Rumah sakit

yang acuannya pada konsep dan teori yang

sudah ada, tapi frekuensi tindakannya tidak

sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Pada penelitian ini secara uji statistik

tidak ada perbedaan yang signifikan

kejadian Ventilator Associated Pneumonia

(VAP), antara kelompok kontrol dengan

kelompok intervensi, namun demikian

jumlah responden VAP ada penurunan pada

kelompok intervensi dari 7 berkurang

menjadi 4. Terjadi karena pelaksanan

tindakan mobilisasi (ambulasi) dan

fisioterapi dada yang dilakukan sesuai

dengan kebiasaan ruangan sudah sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Rumah sakit yang acuannya pada konsep

dan teori yang sudah ada.

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Responden Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Ruang Intensif RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Kejadian

VAP

Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Positif 7 70 4 40

Negatif 3 30 6 60

Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan hasil penelitian di atas,

maka peneliti menyimpulkan bahwa

mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada

dilakukan harus secara berurutan dimulai

dari mobilisasi seperti miring kiri, telentang

dan miring kanan, sedangkan fisioterapi

dada dimulai dari penepukkan,

menggetarkan, posisi drainase dan

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129

128

penghisapan lendir. Wahyuningsih (2005)

berpendapat bahwa masalah yang

disebabkan oleh imobilitas lama bisa

menyebabkan infeksi pada paru, ketika

pasien berbaring lama dan tidak bergerak

akan terjadi penumpukan sekret didalam

paru. Penumpukan ini mempermudah

pertumbuhan bakteri dan dapat

menyebabkan infeksi berat. Kemudian

pendapat Afiyah (2009) fisioterapi dada

dapat mengembalikan dan memelihara

fungsi otot-otot pernafasan serta membantu

membersihkan sekret pada bronkhus dan

untuk mencegah penumpukan sekret pasien

yang menggunakan ventilasi mekanik.

Kelemahan pada penelitian ini

adalah distribusi responden menurut umur

dan diagnosa medis tidak berimbang.

Peneliti mengabaikan hal ini dengan

pertimbangan keterbatasan waktu dalam

pengumpulan data yang telah mencapai 2

bulan. Kelemahan pada distribusi jumlah

responden berdasarkan umur, dapat dilihat

pada tabel 2 dimana responden lanjut usia

pada kelompok intervensi lebih banyak dari

pada responden kelompok kontrol. Pada

distribusi jumlah responden bardasarkan

diagnosa medis, dapat dilihat pada tabel 4

bahwa responden kelompok kontrol yang

diagnosa Post craniotomi lebih banyak dari

pada responden kelompok intervensi dan

diagnosa Post Laparatomi lebih banyak

pada responden kelompok intervensi dari

pada kelompok kontrol. Proporsi responden

berdasarkan diagnosa medis pada kelompok

kontrol dan intervensi berbeda. Sejauh ini

belum ada literatur yang menjelaskan

pengaruh diagnosa medis terhadap kejadian

Ventilator Associated Pneumonia (VAP)

kecuali diagnosa medis yang berkaitan

dengan sistem pernafasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kejadian VAP pada pasien yang

terpasang ventilasi mekanik yang dilakukan

mobilisasi dan fisioterapi dada sesuai

dengan kebiasaan ruangan yaitu sebesar

(70%) lebih tinggi dari kejadian VAP pada

pasien yang terpasang ventilasi mekanik

yang dilakukan mobilisasi dan fisioterapi

dada sesuai dengan SOP yaitu sebesar 40%.

Namun tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara mobilisasi (ambulasi) dan

fisioterapi dada yang dilakukan sesuai

kebiasaan ruangan dengan mobilisasi dan

fisioterapi dada sesuai dengan SOP (p

>0,05).

Diharapkan bagi profesi

keperawatan untuk dapat mengaplikasikan

penggunaan pedoman mobilisasi (ambulasi)

dan fisioterapi dada pada pasien yang

terpasang ventilasi mekanik. Bagi institusi

RS. Dr. M. Djamil Padang dalam

pembuatan standar operasional prosedur

(SOP), agar dapat menjelaskan lamanya

waktu pemberian tindakan untuk dari

masing-masing tindakan tersebut.

Selanjutnya, bagi penelitian berikutnya

diharapkan mengadakan penelitian pada

sampel berpasangan dengan karakteristik

yang serupa pada kedua kelompok terutama

umur dan diagnosa penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2002). Keperawatan

Medikal Bedah. edisi 8. Vol 2.

Jakarta: EGC

Dahlan, Z. (2006). Tinjauan Ulang Masalah

Pneumonia yang didapat di rumah

sakit. Bandung: Tidak

dipublikasikan

Dudut. (2003). Asuhan Keperawatan Klien

dengan Ventilasi Mekanik. FK

USU: Tidak dipublikasikan

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis

Pendekatan Holistik. Edisi VI.

Jakarta: EGC

Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat

D. M. Djamil Padang 2008

Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan,

Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi

4. Jakarta: EGC

Regina. (2006). Infeksi Nasokomial

Pneumonia. Bandung: Tidak

dipublikasikan

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DAN Tn. T YANG …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/32/01-gdl-yetiariyan-1564-1... · 2019. 9. 7. · pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan

Hendra dkk, Pengaruh Mobilisasi dan Fisioterapi...

129

Sedono. R. (2007). Pencegahan Ventilator

Associated Pneumonia. Disampaikan

pada Kursus Dasar ke 4

Pengendalian Infeksi Nosokomial di

RSPAD Gatot Subroto. Jakarta:

Tidak dipublikasikan

Tietjen, dkk. (2004). Panduan Pencegahan

Infeksi Untuk Fasilitas Kesehatan

dengan Sumber Daya Terbatas.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo

Wahyuningsih. (2005). Pedoman

Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Yuldanita. (2009). Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Perawat dengan Tindakan

Pencegahan Ventilator Associated

Pneumonia di Unit Perawatan

Intensif RS. Dr. M. Djamil Padang.

Skripsi Unand