Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea
-
Upload
nandy-hermawan -
Category
Documents
-
view
333 -
download
0
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TINEA (DERMATOFITOSIS)
1. Pengertian
Dermatofitosis adalah adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita.(Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 2000:90)
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku,
rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
(Marwali Harahap, ilmu penyakit kulit, 2000:75)
Dermatositosis adalah Infeksi fungus superficial pada kulit yang disebabkan oleh spesies
dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau Trycophyton. ( Hartanto, Herawati, Kamus
Saku Mosby. 2009 : 544)
Kesimpulan : Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
disebabkan oleh spesies dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau Trycophyton.
2. Etiologi
Jamur golongan :
Microsporum
Trichophyton
Epidermophyton
3. klasifikasi berdasarkan lokasi
Tinea Kapitis
a. Definisi
Tinea Kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan
oleh jamur golongan dermatofita.
Tinea Kapitis adalah .kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis, dan bulu mata.
b. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genera : Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvilii, T.mentagrophytes, T.tonsurans,
M.audonii, M.canis, M.ferrugineum.
c. Manifestasi Klinis
1. “Grey pacth ringworm”
Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan
ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini biasanya dimulai dengan timbulnya papula
merah kecil sekitar folikel rambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk
bercak pucat karena adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi
abu-abu, tidak berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah, dan juga mudah terlepas
dari akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempat dan
terlihat sebagai “grey pacth”.
2. “Kerion”
Merupakan tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi
berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukan sel radang
disekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap. Biasanya
disebabkan jamur zoofilik dan geofilik.
3. “Black dot ringworm”
Adalah tinea kapiti dengan gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada
kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung
rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Biasanya disebabkan
Trichophyton.
Yang beresiko tinggi adalah sosioekonomi rendah. Penyakit ini menular, meskipun
cara penularannya masih diperdebatkan. Anak-anak sering tertular dari temannya dan
cara penularan dapat juga terjadi pada satu keluaga. Penyebab dapat diisolasi dari
sisir, sikat, kursi, topi, dan alat-alat pencukur rambut. Mula-mula jamur tersebut
mengadakan kolonisasi pada permukaan kulit lalu terjadi reaksi peradangan
bergantung pada hospes, genera/spesies jamur penyebab dan lokasi lesi. Organisme
tersebut bertahan bertahun-tahun pada tubuh pasien, sehingga orang tersebut menjadi
karier. Ketegangan atau trauma dapat menimbulkan eksaserbasi.
d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan lokalisasinya, serta
pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-20% untuk
melihat hifa atau spora jamur.
e. Prognosis
Infeksi jamur yang ringan dapat sembuh spontan. Reaksi peradangan yang hebat
lebih mudah sembuh terutama yang disebabkan spesies zoofilik. Infeksi ektotriks kadang-
kadang dapat sembuh tanpa pengobatan. Infeksi endotriks dapat berjalan kronis dan
berlangsung sampai dewasa.
f. Penatalaksanaan
1. Berikan obat topical berupa sampo atau,selenium sulfida, sampo providone iodine
atau sampo yang mengandung derivate azol
Rasional : untuk mencegah penyebaran spora.
2. Pengobatan sistemik dengan griseofulvin microsize dengan dosis yang
direkomendasikan. Lamanya pemberian 6-8 minggu
3. Dalam keadaan tertetu perlu dipertimbangkan pemberian kortikosteroid oral Rasional :
untuk menghindari reaksi ‘id’ dan mengurangi peradangan.
g. Pengobatan
Pengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25 mg/kg
BB/hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500 mg per hari selama 6
minggu. Griseofulvin “fine particle” diminum bersama minuman yang mengandung lemak,
mislanya dengan susu. Penggunaan antijamur topika. Dapat mengurangi penularan pada
orang yang ada disekitarnya. Selain antijamur, pada bentuk kerion, kortikosteroid dapat
diberikan dalam jangka pendek, misalnya prednison 20 mg sehari selama 5 hari dengan
pertimbangan bahwa obat tersebut dapat mempercepat resolusi dan menghindarkan
terjadinya reaksi id.
Tinea korporis
merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka,
badan, lengan , dan glutea.
I. Tinea Favosa
a. Definisi
Tinea Favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini,
T.violaceum, dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain dari tinea kapitis,
yang ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus pada kulit
kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen. Kadang, kulit halus dan
kuku dapat terkena.
b. Manifestasi Klinis
Kemerahan pada kulit dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga
skutula dan kerontokan rambut, serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah
itu, terjadi kerontokan rambut luas, kulit mengalami atrofi, dan sembuh dengan
jaringan parut permanen.
c. Diagnosis
berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis langsung, dengan
menemukan miselium, “air bubbles” yang bentuk nya tidak teratur. Pada pemeriksaan
dengan lampu Wood tampak fluoresensi hijau pudar (“dull green”).
d. Terapi
Prinsip pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis. Untuk
menghilangkan skutula dan debris, hygiene harus dijaga dengan baik.
II. Tinea Imbrikata
a. Definisi
Tinea Imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang
melingkar-lingkar dan terasa gatal.
b. Etiologi
Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita T.concentrium.
c. Gambaran Klinis
Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering
digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang
gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal dan terletak konsentris dengan
susunan seperti genting. Lesi makin lama makin melebar tanpa meninggalkan
penyembuhan dibagian tengah.
d. Diagnosis banding
Diagnosis banding adalah eritroderma dan pemfigus foliaseus.
e. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang sangat khas berupa lesi
kosentris.
f. Pengobatan
Pengobatan sistemik : griseofulvin dengan dosis 500 mg sehari selama 4
minggu. Sering terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan
ulang yang lebih lama.
Obat sistemik yang lain adalah ketokonazol 200 mg sehari, itrakonazol 100 mg
sehari, dan terbinafin 250 mg sehari selama 4 minggu. Pengobatan topical tidak begitu
efektif karena daerah yang terserang luas. Dapat diberikan preparat yang mengandung
keratolitik kuat dan antimikotik, misalnya salep Whitfield, Castellani paint, atau
campuran salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5%, serta obat-obat antimikotik
berspektrum luas.
Tinea Kruris
a. Definisi
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah liptan paha, genitalia,
dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar
anus.
b. Etiologi
Penyebab yang tersering yaitu T.rubrum, T.mentagrophytes, atau E.floccosum.
c. Manifestasi klinis
Kelainan ini dapap bersifat akut atau menahun, bahkan seumur hidup. Lesi kulit
dapat terbatas pada daerah genito-krural, atau meluas ke sekitar anus, daerah gluteus dan
perut bagian bawah, atau bagian tubuh lain.
Lesi umumnya bilateral namun tidak selalu simetris. Biasanya disertai rasa gatal dan
kadang-kadang rasa panas. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi
berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengah. Pda bentuk kronis,
lesi kulit hanya berupa bercak hiperpigmentasi denagn sedikit skuama. Erosi dan keluarnya
cairan biasanya akibat garukan.
d. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan pada tinea kruris kurang lebih sama dengan prinsip pengobatan
tinea korporis.
1. Obat topikal’
Merupakan pilihan utama. Seperti pada pengobatan tinea korporis, obat-obat klasik,
derivat imidazol, dan derivat alilamin dapat digunakan dengan cara pengobatan dan
pengobatan yang kurang lebih sama.
2. Obat sistemik
Pengobatan sistemik hanya diberikan atas indikasi tertentu misalnya lesi yang luas
atau recalcitrant karena pemakaian obat topikal saja sudah cukup efektif. Obat yang
dipakai antara lain griseofulvin, ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, serta terbinafin.
Tinea Manus Et Pedis
a. Definisi
Tinea manus et pedis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita
di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan
kaki, serta daerah interdigital.
Tinea manus et pedis adalah infeksi deformitas pada kaki, terutama di sela jari dan
telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tetutup. Keadaan lembab
dan panas merangsang pertumbuhan jamur. Tinea manum adalah dermatofitosit.
Semua bentuk di kaki dapat terjadi pada tangan.
b. Etiologi
Penyebab tersering adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, E.floccosum.
c. Manifestasi Klinis
1. Bentuk intertriginosa
Manifestasi klinisnya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari. Tampak
warna keputihan basah dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi
sekunder dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat ,eluas sampai kuku dan kulit
jari. Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV, dan V. bentuk klinis ini dapat
berlangsung bertahun-tahun tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini
dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga terjadi limfangitis, limfadenitis,
selulitis, dan erysipelas yang disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk vesikuler akut
Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bula yang terletak agak
dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian
tengah dan kemudian melebar serta vesikulanya memecah. Infeksi sekunder dapat
memperburuk keadaan ini.
3. Bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit
menebal dan beskuama. Eritem biasanya ringan terutama terlihat pada tepi lesi.
d. Penatalaksanaan
- Kaus kaki yang dipakai dipilih kaus yang memungkinkan ventilasi dan diganti setiap
hari
- Kaki harus bersih
- Hindari memakai sepatu tertutup, sempit, sepatu olahraga dan sepatu plastic
sepanjang hari
- Kaki dan sela-sela jari dijaga agar selalu kering
- Sesudah mandi dapat diberikan bedak atau tanpa antijamur
1. Obat topikal
Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium permanganat 1/5.000
atau larutan asam asetat 0,25% selama 15-30 menit, 2-4 kali sehari. Atap vesikel dan
bula dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan
dengan obat antibiotic sistemik.
Kalau peradangan sudah berkurang, diberikan obat topikal antijamur berspektrum luas
antara lain, haloprogin, klotrimazol, mikonazol, bifonazol, atau ketokonazol.
Pada tinea pedis tipe papuloskuamosa dengan hyperkeratosis, obat anti jamur topikal
sukar menembus kulit.
2. Obat sistemik
Biasanya tidak digunakan. Namun, bila digunakan harus dikombinasi dengan obat-
obat antijamur topikal. Obat-obat sistemik tersebut antara lain griseofulvin,
ketokonazol, itrakonazol, dan terbinafin.
e. Pengobatan
Pengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur untuk
bentuk interdigital dan vesikuler. Lama nya pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin foot
yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, apalagi bila disertai dengan tinea
unguium, pengobatan diberikan paling sedikit 6 minggu dan kadang-kadang memerlukan
antijamur peroral, misalnya griseofulvin, intrakonazol, atau terbenafin. Bentuk klinis akut
yang disertai selulitis memerlukan pengobatan antibiotic, misalnya penisilin prokain,
penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang adekuat.
Tinea Unguium
a. Definisi
Tinea Unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.
Tinea Unguium adalah kelainan lempeng kuku yang disebabkan oleh invasi/ infeksi
jamur dermatofit.
b. Etiologi
Penyebab penyakit yang tersering adalah T.mentagrophytes, T.rubrum.
c. Faktor predisposisi
Beberapa hal yang merupakan factor predisposisi terjadinya tinea unguium adalah
trauma, hiperhidrosis palmar dan plantar, keadaan imunosupresi, gangguan sirkulasi,
distrofi lempeng kuku oleh berbagai sebab, dan salah posisi perifer kuku ke lipat kuku dan
hiponikium. Biasanya pasien tine unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang
sudah sembuh atau yang belum. Kuku kakia sering diserang daripada kuku tangan.
d. Manifestasi klinis
1. bentuk subungal distalis
Dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di
bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka
permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihathanya kuku yang rapuh
yang menyerupai kapur.
2. Benruk lateralis
Penyakit ini mulai dengan perubahan bagian luar alur lateral kuku yang menjadi
kuning. Lesi meluas ke bagian distal atau proksimal kuku. Kemudain terjadi paronikia
( peradangan jaringan sekitar kuku)
3. leukonikia trikofita/mikotika
merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk
dibuktikan adanya elemen jamur.
4. bentuk subungal proksimalis
bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan
membentuk gambaran klinis yang jhas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih utuh,
sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea inguinum mempunyai
dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih
sering daripada kuku tangan.
5. Bentuk distrofi kuku total
Bentuk ini merupakan keadaan lanjut dari bentuk klinis di atas. Pada bentuk ini
kerusakan terjadi pada seluruh lempeng kuku.
e. Penatalaksanaan
Pengobatan dapat secara topikal maupun sistemik, tetapi umumnya pengobatan
topikal tidak efektif. Pengobatan topikal dapat diberikan bila hanya 1-2 kuku yang terkena
dan tidak sampai menyerang matriks kuku.
Beberapa cara pengobatan topikal dan dapat digunakan:
1. Cara klasik menggunakan obat antidermatofit topikal dan sedapat mungkin
menghilangkan bagian yang rusak misalnya dengan pengikiran atau kuretase kuku.
Obat antidermatofit yang dapat dipakai antara lain golongan azol, haloprogin,
siklopirosilamin, dan alilamin. Solusio glutaraldehid 10% dan kirim tianbendazol 10%
dengan bebat oklusifjuga dapat digunakan.
2. Avulsi( pengangkatan) kuku yang diikuti pemberian obat antidermatofit topikal.
Avulsi kuku dapat dilakukan dengan bedah skapel atau bedah kimia, misalnya dengan
menggunakan urea. Sediaan kombinasi urea 40% dan bifonazol yang terdapat di
beberapa Negara juga dapat dipakai untuk cara ini.
3. Obat topikal antara lain cat kuku berisi siklopiroksolamin 5% dan cat kuku berisi
amorofilin.
Untuk pengobatan sistemik dapat dipakai :
1. Griseofulvin 0,5-1 gram/hari. Untuk infeksi kuku tangan dibutuhkan pengobatan rata-
rata 4-6 bulan, sedangkan untuk kuku kaki 8-18 bulan. Tetapi keberhasilan
pengobatan ini rendah dan rekurensi tinggi.
2. Itrakonazol. Semula dianjurkan penggunaan dosis 200 mg per hari selama 3 bulan
pada infeksi kuku kaki. Akhir-akhir ini penggunaan terapi pulse 400 mg per hari
selama seminggu tiap bulan member hasil baik dalam 3 bulan.
3. Terbinafin.dosis 250 mg per hari selama 1,5 bulan pada infeksi kuku tangan dan
selama 3 bulan pada kuku.
4. Pemeriksaan penunjang
Bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit berambut halus ( glabrous skin), kulit berrambut, dan
kuku.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat, dan bercabang , maupun spora berderet (artospora) pada kelainan kulit yang lama dan/ atau
sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar
(makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut ( endotriks).
Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada sediaan rambut .
5. Asuhan keperawatan
Pengkajian keperawatan
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Kebiasaan sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
Diagnosa keperawatan
a. gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik
b. kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk
c. gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus
Intervensi Keperawatan
a. gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik
hasil yang diharapkan
klien menilai keadaan dirinya terhadap hal-hal yang realistik tanpa menyimpang
dapat menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri
dapat menunjukkan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.
rencana keperawatan:
bina hubungan saling percaya antara perawat-klien
dorong klien untuk menyatakan perasannya, terutama cara ia merasakan sesuatu,
berpikir, atau memandang dirinya sendiri.
dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan, pengobatan,
dan kemajuan pengobatan dankemungkinan hasilnya.
beri informasi yang dapat dipercaya dan menguatkan informasi yang telah diberikan.
jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya, mengenai perawatan dirinya.
hindari kata-kata yang mengecam dan memojokkan klien.
lindungi privasi dan jamin lingkungan yang kondusif.
kaji kembali tanda dan gejala gangguan harga diri, gangguan citra tubuh, dan
perubahan penampilan peran.
Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep diri yang positif.
b. kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garukan
hasil yang diharapkan
Area terbebas dari infeksi lanjut.
Kulit bersih, kering, dan lembab
rencana keperawatan:
Kaji keadaan kulit
Kaji perubahan warna kulit
Pertahankan agar area luka tetap bersih dan kering
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Anjurkan klien untuk memakai pakaian ( baju, celana, dalam, kaus kaki) yang
mudah menyerap keringat.
c. gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus
hasil yang diharapkan:
klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur
klien dapat mengidentifikasi tehnik untuk mempermudah tidur.
rencana keperawatan
identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidur.
beri penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur
atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk member sesedikit mungkin
gangguan selama periode tidur (mis. ketika individu bangun untuk makan obat, pada
saat pengukuran tanda-tanda vital)
hindari prosedur yang tidak penting selama waktu penting.
anjurkan klien mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat salep (sesuai
terapi) pada daerah lesi.
kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian antihistamin/antigatal.