Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

16
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TINEA (DERMATOFITOSIS) 1. Pengertian Dermatofitosis adalah adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. (Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 2000:90) Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. (Marwali Harahap, ilmu penyakit kulit, 2000:75) Dermatositosis adalah Infeksi fungus superficial pada kulit yang disebabkan oleh spesies dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau Trycophyton. ( Hartanto, Herawati, Kamus Saku Mosby. 2009 : 544) Kesimpulan : Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, disebabkan oleh spesies dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau Trycophyton. 2. Etiologi Jamur golongan : Microsporum Trichophyton Epidermophyton 3. klasifikasi berdasarkan lokasi Tinea Kapitis a. Definisi Tinea Kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Tinea Kapitis adalah .kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis, dan bulu mata.

description

keperawatan

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TINEA (DERMATOFITOSIS)

1. Pengertian

Dermatofitosis adalah adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur

dermatofita.(Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 2000:90)

Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku,

rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.

(Marwali Harahap, ilmu penyakit kulit, 2000:75)

Dermatositosis adalah Infeksi fungus superficial pada kulit yang disebabkan oleh spesies

dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau Trycophyton. ( Hartanto, Herawati, Kamus

Saku Mosby. 2009 : 544)

Kesimpulan : Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk,

disebabkan oleh spesies dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau Trycophyton.

2. Etiologi

Jamur golongan :

Microsporum

Trichophyton

Epidermophyton

3. klasifikasi berdasarkan lokasi

Tinea Kapitis

a. Definisi

Tinea Kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan

oleh jamur golongan dermatofita.

Tinea Kapitis adalah .kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis, dan bulu mata.

b. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genera : Trichophyton dan

Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvilii, T.mentagrophytes, T.tonsurans,

M.audonii, M.canis, M.ferrugineum.

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

c. Manifestasi Klinis

1. “Grey pacth ringworm”

Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan

ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini biasanya dimulai dengan timbulnya papula

merah kecil sekitar folikel rambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk

bercak pucat karena adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi

abu-abu, tidak berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah, dan juga mudah terlepas

dari akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempat dan

terlihat sebagai “grey pacth”.

2. “Kerion”

Merupakan tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi

berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukan sel radang

disekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap. Biasanya

disebabkan jamur zoofilik dan geofilik.

3. “Black dot ringworm”

Adalah tinea kapiti dengan gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada

kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung

rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Biasanya disebabkan

Trichophyton.

Yang beresiko tinggi adalah sosioekonomi rendah. Penyakit ini menular, meskipun

cara penularannya masih diperdebatkan. Anak-anak sering tertular dari temannya dan

cara penularan dapat juga terjadi pada satu keluaga. Penyebab dapat diisolasi dari

sisir, sikat, kursi, topi, dan alat-alat pencukur rambut. Mula-mula jamur tersebut

mengadakan kolonisasi pada permukaan kulit lalu terjadi reaksi peradangan

bergantung pada hospes, genera/spesies jamur penyebab dan lokasi lesi. Organisme

tersebut bertahan bertahun-tahun pada tubuh pasien, sehingga orang tersebut menjadi

karier. Ketegangan atau trauma dapat menimbulkan eksaserbasi.

d. Diagnosis

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan lokalisasinya, serta

pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-20% untuk

melihat hifa atau spora jamur.

e. Prognosis

Infeksi jamur yang ringan dapat sembuh spontan. Reaksi peradangan yang hebat

lebih mudah sembuh terutama yang disebabkan spesies zoofilik. Infeksi ektotriks kadang-

kadang dapat sembuh tanpa pengobatan. Infeksi endotriks dapat berjalan kronis dan

berlangsung sampai dewasa.

f. Penatalaksanaan

1. Berikan obat topical berupa sampo atau,selenium sulfida, sampo providone iodine

atau sampo yang mengandung derivate azol

Rasional : untuk mencegah penyebaran spora.

2. Pengobatan sistemik dengan griseofulvin microsize dengan dosis yang

direkomendasikan. Lamanya pemberian 6-8 minggu

3. Dalam keadaan tertetu perlu dipertimbangkan pemberian kortikosteroid oral Rasional :

untuk menghindari reaksi ‘id’ dan mengurangi peradangan.

g. Pengobatan

Pengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25 mg/kg

BB/hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500 mg per hari selama 6

minggu. Griseofulvin “fine particle” diminum bersama minuman yang mengandung lemak,

mislanya dengan susu. Penggunaan antijamur topika. Dapat mengurangi penularan pada

orang yang ada disekitarnya. Selain antijamur, pada bentuk kerion, kortikosteroid dapat

diberikan dalam jangka pendek, misalnya prednison 20 mg sehari selama 5 hari dengan

pertimbangan bahwa obat tersebut dapat mempercepat resolusi dan menghindarkan

terjadinya reaksi id.

Tinea korporis

merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka,

badan, lengan , dan glutea.

I. Tinea Favosa

a. Definisi

Tinea Favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini,

T.violaceum, dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain dari tinea kapitis,

yang ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus pada kulit

kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen. Kadang, kulit halus dan

kuku dapat terkena.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

b. Manifestasi Klinis

Kemerahan pada kulit dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga

skutula dan kerontokan rambut, serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah

itu, terjadi kerontokan rambut luas, kulit mengalami atrofi, dan sembuh dengan

jaringan parut permanen.

c. Diagnosis

berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis langsung, dengan

menemukan miselium, “air bubbles” yang bentuk nya tidak teratur. Pada pemeriksaan

dengan lampu Wood tampak fluoresensi hijau pudar (“dull green”).

d. Terapi

Prinsip pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis. Untuk

menghilangkan skutula dan debris, hygiene harus dijaga dengan baik.

II. Tinea Imbrikata

a. Definisi

Tinea Imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur

dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang

melingkar-lingkar dan terasa gatal.

b. Etiologi

Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita T.concentrium.

c. Gambaran Klinis

Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering

digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang

gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal dan terletak konsentris dengan

susunan seperti genting. Lesi makin lama makin melebar tanpa meninggalkan

penyembuhan dibagian tengah.

d. Diagnosis banding

Diagnosis banding adalah eritroderma dan pemfigus foliaseus.

e. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang sangat khas berupa lesi

kosentris.

f. Pengobatan

Pengobatan sistemik : griseofulvin dengan dosis 500 mg sehari selama 4

minggu. Sering terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan

ulang yang lebih lama.

Obat sistemik yang lain adalah ketokonazol 200 mg sehari, itrakonazol 100 mg

sehari, dan terbinafin 250 mg sehari selama 4 minggu. Pengobatan topical tidak begitu

efektif karena daerah yang terserang luas. Dapat diberikan preparat yang mengandung

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

keratolitik kuat dan antimikotik, misalnya salep Whitfield, Castellani paint, atau

campuran salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5%, serta obat-obat antimikotik

berspektrum luas.

Tinea Kruris

a. Definisi

Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah liptan paha, genitalia,

dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar

anus.

b. Etiologi

Penyebab yang tersering yaitu T.rubrum, T.mentagrophytes, atau E.floccosum.

c. Manifestasi klinis

Kelainan ini dapap bersifat akut atau menahun, bahkan seumur hidup. Lesi kulit

dapat terbatas pada daerah genito-krural, atau meluas ke sekitar anus, daerah gluteus dan

perut bagian bawah, atau bagian tubuh lain.

Lesi umumnya bilateral namun tidak selalu simetris. Biasanya disertai rasa gatal dan

kadang-kadang rasa panas. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi

berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengah. Pda bentuk kronis,

lesi kulit hanya berupa bercak hiperpigmentasi denagn sedikit skuama. Erosi dan keluarnya

cairan biasanya akibat garukan.

d. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan pada tinea kruris kurang lebih sama dengan prinsip pengobatan

tinea korporis.

1. Obat topikal’

Merupakan pilihan utama. Seperti pada pengobatan tinea korporis, obat-obat klasik,

derivat imidazol, dan derivat alilamin dapat digunakan dengan cara pengobatan dan

pengobatan yang kurang lebih sama.

2. Obat sistemik

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

Pengobatan sistemik hanya diberikan atas indikasi tertentu misalnya lesi yang luas

atau recalcitrant karena pemakaian obat topikal saja sudah cukup efektif. Obat yang

dipakai antara lain griseofulvin, ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, serta terbinafin.

Tinea Manus Et Pedis

a. Definisi

Tinea manus et pedis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita

di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan

kaki, serta daerah interdigital.

Tinea manus et pedis adalah infeksi deformitas pada kaki, terutama di sela jari dan

telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tetutup. Keadaan lembab

dan panas merangsang pertumbuhan jamur. Tinea manum adalah dermatofitosit.

Semua bentuk di kaki dapat terjadi pada tangan.

b. Etiologi

Penyebab tersering adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, E.floccosum.

c. Manifestasi Klinis

1. Bentuk intertriginosa

Manifestasi klinisnya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari. Tampak

warna keputihan basah dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi

sekunder dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat ,eluas sampai kuku dan kulit

jari. Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV, dan V. bentuk klinis ini dapat

berlangsung bertahun-tahun tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini

dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga terjadi limfangitis, limfadenitis,

selulitis, dan erysipelas yang disertai gejala-gejala umum.

2. Bentuk vesikuler akut

Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bula yang terletak agak

dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

tengah dan kemudian melebar serta vesikulanya memecah. Infeksi sekunder dapat

memperburuk keadaan ini.

3. Bentuk moccasin foot

Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit

menebal dan beskuama. Eritem biasanya ringan terutama terlihat pada tepi lesi.

d. Penatalaksanaan

- Kaus kaki yang dipakai dipilih kaus yang memungkinkan ventilasi dan diganti setiap

hari

- Kaki harus bersih

- Hindari memakai sepatu tertutup, sempit, sepatu olahraga dan sepatu plastic

sepanjang hari

- Kaki dan sela-sela jari dijaga agar selalu kering

- Sesudah mandi dapat diberikan bedak atau tanpa antijamur

1. Obat topikal

Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium permanganat 1/5.000

atau larutan asam asetat 0,25% selama 15-30 menit, 2-4 kali sehari. Atap vesikel dan

bula dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan

dengan obat antibiotic sistemik.

Kalau peradangan sudah berkurang, diberikan obat topikal antijamur berspektrum luas

antara lain, haloprogin, klotrimazol, mikonazol, bifonazol, atau ketokonazol.

Pada tinea pedis tipe papuloskuamosa dengan hyperkeratosis, obat anti jamur topikal

sukar menembus kulit.

2. Obat sistemik

Biasanya tidak digunakan. Namun, bila digunakan harus dikombinasi dengan obat-

obat antijamur topikal. Obat-obat sistemik tersebut antara lain griseofulvin,

ketokonazol, itrakonazol, dan terbinafin.

e. Pengobatan

Pengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur untuk

bentuk interdigital dan vesikuler. Lama nya pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin foot

yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, apalagi bila disertai dengan tinea

unguium, pengobatan diberikan paling sedikit 6 minggu dan kadang-kadang memerlukan

antijamur peroral, misalnya griseofulvin, intrakonazol, atau terbenafin. Bentuk klinis akut

yang disertai selulitis memerlukan pengobatan antibiotic, misalnya penisilin prokain,

penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang adekuat.

Tinea Unguium

a. Definisi

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

Tinea Unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.

Tinea Unguium adalah kelainan lempeng kuku yang disebabkan oleh invasi/ infeksi

jamur dermatofit.

b. Etiologi

Penyebab penyakit yang tersering adalah T.mentagrophytes, T.rubrum.

c. Faktor predisposisi

Beberapa hal yang merupakan factor predisposisi terjadinya tinea unguium adalah

trauma, hiperhidrosis palmar dan plantar, keadaan imunosupresi, gangguan sirkulasi,

distrofi lempeng kuku oleh berbagai sebab, dan salah posisi perifer kuku ke lipat kuku dan

hiponikium. Biasanya pasien tine unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang

sudah sembuh atau yang belum. Kuku kakia sering diserang daripada kuku tangan.

d. Manifestasi klinis

1. bentuk subungal distalis

Dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di

bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka

permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihathanya kuku yang rapuh

yang menyerupai kapur.

2. Benruk lateralis

Penyakit ini mulai dengan perubahan bagian luar alur lateral kuku yang menjadi

kuning. Lesi meluas ke bagian distal atau proksimal kuku. Kemudain terjadi paronikia

( peradangan jaringan sekitar kuku)

3. leukonikia trikofita/mikotika

merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk

dibuktikan adanya elemen jamur.

4. bentuk subungal proksimalis

bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan

membentuk gambaran klinis yang jhas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih utuh,

sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea inguinum mempunyai

dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih

sering daripada kuku tangan.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

5. Bentuk distrofi kuku total

Bentuk ini merupakan keadaan lanjut dari bentuk klinis di atas. Pada bentuk ini

kerusakan terjadi pada seluruh lempeng kuku.

e. Penatalaksanaan

Pengobatan dapat secara topikal maupun sistemik, tetapi umumnya pengobatan

topikal tidak efektif. Pengobatan topikal dapat diberikan bila hanya 1-2 kuku yang terkena

dan tidak sampai menyerang matriks kuku.

Beberapa cara pengobatan topikal dan dapat digunakan:

1. Cara klasik menggunakan obat antidermatofit topikal dan sedapat mungkin

menghilangkan bagian yang rusak misalnya dengan pengikiran atau kuretase kuku.

Obat antidermatofit yang dapat dipakai antara lain golongan azol, haloprogin,

siklopirosilamin, dan alilamin. Solusio glutaraldehid 10% dan kirim tianbendazol 10%

dengan bebat oklusifjuga dapat digunakan.

2. Avulsi( pengangkatan) kuku yang diikuti pemberian obat antidermatofit topikal.

Avulsi kuku dapat dilakukan dengan bedah skapel atau bedah kimia, misalnya dengan

menggunakan urea. Sediaan kombinasi urea 40% dan bifonazol yang terdapat di

beberapa Negara juga dapat dipakai untuk cara ini.

3. Obat topikal antara lain cat kuku berisi siklopiroksolamin 5% dan cat kuku berisi

amorofilin.

Untuk pengobatan sistemik dapat dipakai :

1. Griseofulvin 0,5-1 gram/hari. Untuk infeksi kuku tangan dibutuhkan pengobatan rata-

rata 4-6 bulan, sedangkan untuk kuku kaki 8-18 bulan. Tetapi keberhasilan

pengobatan ini rendah dan rekurensi tinggi.

2. Itrakonazol. Semula dianjurkan penggunaan dosis 200 mg per hari selama 3 bulan

pada infeksi kuku kaki. Akhir-akhir ini penggunaan terapi pulse 400 mg per hari

selama seminggu tiap bulan member hasil baik dalam 3 bulan.

3. Terbinafin.dosis 250 mg per hari selama 1,5 bulan pada infeksi kuku tangan dan

selama 3 bulan pada kuku.

4. Pemeriksaan penunjang

Bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit berambut halus ( glabrous skin), kulit berrambut, dan

kuku.

Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh

sekat, dan bercabang , maupun spora berderet (artospora) pada kelainan kulit yang lama dan/ atau

sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar

(makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut ( endotriks).

Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada sediaan rambut .

5. Asuhan keperawatan

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

Pengkajian keperawatan

1. Biodata

2. Keluhan utama

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat penyakit keluarga

6. Riwayat psikososial

7. Kebiasaan sehari-hari

8. Pemeriksaan fisik

Diagnosa keperawatan

a. gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik

b. kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk

c. gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus

Intervensi Keperawatan

a. gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik

hasil yang diharapkan

klien menilai keadaan dirinya terhadap hal-hal yang realistik tanpa menyimpang

dapat menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri

dapat menunjukkan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.

rencana keperawatan:

bina hubungan saling percaya antara perawat-klien

dorong klien untuk menyatakan perasannya, terutama cara ia merasakan sesuatu,

berpikir, atau memandang dirinya sendiri.

dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan, pengobatan,

dan kemajuan pengobatan dankemungkinan hasilnya.

beri informasi yang dapat dipercaya dan menguatkan informasi yang telah diberikan.

jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya, mengenai perawatan dirinya.

hindari kata-kata yang mengecam dan memojokkan klien.

lindungi privasi dan jamin lingkungan yang kondusif.

kaji kembali tanda dan gejala gangguan harga diri, gangguan citra tubuh, dan

perubahan penampilan peran.

Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep diri yang positif.

b. kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garukan

hasil yang diharapkan

Area terbebas dari infeksi lanjut.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tinea

Kulit bersih, kering, dan lembab

rencana keperawatan:

Kaji keadaan kulit

Kaji perubahan warna kulit

Pertahankan agar area luka tetap bersih dan kering

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Anjurkan klien untuk memakai pakaian ( baju, celana, dalam, kaus kaki) yang

mudah menyerap keringat.

c. gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus

hasil yang diharapkan:

klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur

klien dapat mengidentifikasi tehnik untuk mempermudah tidur.

rencana keperawatan

identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidur.

beri penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur

atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk member sesedikit mungkin

gangguan selama periode tidur (mis. ketika individu bangun untuk makan obat, pada

saat pengukuran tanda-tanda vital)

hindari prosedur yang tidak penting selama waktu penting.

anjurkan klien mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat salep (sesuai

terapi) pada daerah lesi.

kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian antihistamin/antigatal.