Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Asma Bronchiale

5
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ASMA BRONCHIALE I. PENGERTIAN Asma adalah penyakit jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena spasme bdonkus disebabkan oleh berbagai penyebab misalnya alergen, infeksi, latihan. Spasme bronkus meliputi konstriksi otot polos, edema mukosa dan mukus berlebihan dengan perlengketan di jalan nafas pada tahap lanjut. (Hudak, 1997 : 565) Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. ( Smeltzer, 2002 : 611) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48) II. PENYEBAB aktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi) - Reaksi antigen-antibodi - Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang) aktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) - Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal - Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur - Iritan : kimia - Polusi udara : CO, asap rokok, parfum - Emosional : takut, cemas dan tegang - Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. (Suriadi, 2001 : 7) III. TANDA DAN GEJALA tadium dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek - Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul g belum ada ada kelainan bentuk thorak ningkatan eosinofil darah dan IG E lum patologis FAKTOR SPASME BRONCHIOLUS DAN EDEMA YANG LEBIH DOMINAN mbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

description

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Asma Bronchiale

Transcript of Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Asma Bronchiale

Page 1: Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Asma Bronchiale

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ASMA BRONCHIALEI.  PENGERTIANAsma adalah penyakit jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena spasme bdonkus disebabkan oleh berbagai penyebab misalnya alergen, infeksi, latihan. Spasme bronkus meliputi konstriksi otot polos, edema mukosa dan mukus berlebihan dengan perlengketan di jalan nafas pada tahap lanjut. (Hudak, 1997 : 565)

                   Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi

berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

      ( Smeltzer, 2002 : 611)Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)

II.     PENYEBAB

Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

-         Reaksi antigen-antibodi

-         Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

-         Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

-         Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

-         Iritan : kimia

-         Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

-         Emosional : takut, cemas dan tegang

-         Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

(Suriadi, 2001 : 7)

III.  TANDA DAN GEJALA

Stadium diniFaktor hipersekresi yang lebih menonjol

Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

-    Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

Whezing belum ada

Belum ada kelainan bentuk thorak

Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

BGA belum patologis

FAKTOR SPASME BRONCHIOLUS DAN EDEMA YANG LEBIH DOMINAN

Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

Whezing

Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

Penurunan tekanan parsial O2

b.Stadium lanjut/kronik

-          Batuk, ronchi

Page 2: Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Asma Bronchiale

-          Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

-          Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

-          Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

-          Thorak seperti barel chest

-          Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

-          Sianosis

-          BGA Pa O2 kurang dari 80%

-          Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

-          Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

 (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

IV.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       Spirometri (Tidal volume, kapasitas vital)

b.       Pemeriksaan sputum dan pemeriksaan eosinofil total (biasanya meningkat dalam darah dan sputum.

c.       Pemeriksaan  alergi (Radioallergosorbent Test : RAST) : uji kulit, kadar Ig E  total dan Ig E specifik dalam

sputum

d.      Foto thorak

e.       AGD

V.        PENGKAJIAN

A.     Pengkajian Primer

Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot –otot aksesoris pernapasan

( retraksi otot interkosta)

Breathing

Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea, takypnea, taktil fremitus menurun

pada palpasi, suara tambahan ronkhi, hiperresonan pada perkusi

Circulation

Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm

B.     Pengkajian Sekunder 

             -          Riwayat penyakit sekarang

              Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang pakai tiap hari dan saat  serangan 

-          Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas

Riwayat perawatan keluarga

      Adakah riwayat penyakit asma pada keluarga

Riwayat sosial ekonomi

Page 3: Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Asma Bronchiale

      Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis pekerjaan, jenis makanan yang berhubungan dengan alergen,

hewan piaraan yang dimiliki, dan tingkat stressor.

VI.  DIAGNOSA KEPERAWATAN  (Tucker S. Martin,  1998 hal 242-243)

a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b. d bronkospasme dan sekresi kental berlebihan

Tujuan: pasien mempertahankan jalan nafas paten

KriteriaHasil :

-    Bunyi nafas bersih

-    Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal

Tak ada dispnea

Intervensi:

-    Kaji sputum terhadap warna, kekentalan dan jumlah

-    Ausultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan misalnya: mengi, krekels, dan ronchi

-    Kaji kualitas dan kecepatan pernafasan

-    Kaji frekuensi dispnea: gelisah, ansietas distress pernapasan, penggunan otot bantu

-    Beri klien posisi pada ketinggian yang nyaman dan mengoptimalkan pernafasan : tinggikan kepala tempat

tidur 60 – 90 derajat, sokong punggung dengan bantal

-    Berikan oksigen aliran rendah dengan kateter sesuai pesanan

-    Pertahankan/ bantu batuk efektif dan bantu untuk fisioterapi dada

-    Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari dan berikan air hangat

-    Berikan obat : epinefrin, aminofilin, antihistamin, ekspektoran, kortikosteroid adrenal

-    Nebulisasi isoproterenol atau kromolin

b.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru selama serangan akut

Tujuan: pasien mempertahankan pola nafas efektif

Kriteria hasil:

-          Sesak berkurang atau hilang, RR 18-24x/menit

-          Frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan

-          Tidak ada retraksi otot pernapasan

Intervensi:

-          Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea, penggunaan otot-otot pernapasan

-          Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas darah arteri

-          Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan ekspansi dada

-          Berikan terapi oksigen sesuai pesanan

-          Pertahankan patensi jalan nafas

-          Berikan obat sesuai pesanan

c.      Cemas b.d krisis situasi, kesulitan bernafas, takut serangan ulang

Tujuan : rasa cemas klien menjadi berkurang sampai hilang

Page 4: Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Asma Bronchiale

KH:

-          Klien tampak rileks

-          Mengungkapkan perasaan cemas berkurang

-          Tanda – tanda vital normal

Intervensi;

-          Kaji tingkat kecemasan klien (ringan, sedang, berat)

-          Ukur tanda-tanda vital

-          Berikan dukungan emosional

-          Implementasikan teknik relaksasi : petunjuk imajinasi, relaksasi otot

-          Jelaskan informasi yang diperlukan klien tentang penyakitnya, perawatan dan pengobatannya

-          Ajarkan klien tehnik relaksasi (memejamkan mata, menarik nafas panjang)

-          Menganjurkan klien untuk istirahat

 DAFTAR PUSTAKA

1.     Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001

2.     Tucker S. Martin,  Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998

3.     Reeves. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika; 2001

4.     Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000

5.     Smeltzer,  C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta , EGC, 

2002

6.     Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, 1997