Askep Anak Isi Asma Bronchiale
-
Upload
ridho-ndut-rimba-mania -
Category
Documents
-
view
105 -
download
6
description
Transcript of Askep Anak Isi Asma Bronchiale
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas). (Iman
somantri, 2008).
Bronkiektasis merupakan dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus
permanen. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, muncul karena
berbagai penyebab dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang
mengenai diding bronkial, baik secara langsung maupun tidak yang dapat
mengganggu sistem pertahanan.
Oleh karena itulah, kami akan membahas masalah mengenai asma
bronkhiale dan menjelaskan konsep teori serta asuhan keperawatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori asma bronkhiale?
2. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan asma brinkhiale?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep teori asma bronkhiale.
2. Mengetahui asuhan keperawatan anak dengan asma brinkhiale.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
1. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secaa hiperaktif
terhadap stimuli tertentu (Smeltzer, C. Suzanne, 2001).
Asma adalah penyakit paru-paru kronis, asma ditandai dengan
mengi (wheezing), batuk dan rasa sesak di dada yang timbul secara
episodic atau kronis akibat bronkokonstriksi (Ganong, MD dan William
F, 2008).
Asma adalah penyakit dengan cirri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1. Anatomi keadaan normal dan asmathic pada bronkial
(sumber: Syaifuddin, 2009)
2
Gambar 2.2 Anatomi pernafasan
(Sumber : Syaifuddin, 2009)
Menurut Syaifuddin, (2009) anatomi dan fisiologi pernafasan sistem
pernafasan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Anatomi Sistem Pernafasan
1) Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu yang masuk ke dalam hidung (Syaifuddin, 2009)
2) Sinus paranasalis
Sinus paranasalis rongga dalam tengkorak yang terletak di dekat
hidung dan mata.terdapat empat sinus yaitu: sinus frontalis,
etmoidalis, sfenoidalis, dan maksilaris (Brunner and Suddarth,
2001)
3) Faring
Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara
hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi dalam
tiga area,yaitu nasofaring,orofaring dan hipofaring (Brunner and
Suddarth, 2001)
3
4) Laring
Merupakan unit organ terakhir pada jalan nafas atas. Laring juga
disebut kotak suara karena pita suara terdapat di sini. Terdapat juga
kartilago tiroid yang merupakan kartilago terbesar pada faring
(Syaifuddin, 2009).
5) Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lender yang berbulu getar yang disebut sel bersilia
(Syaifuddin, 2009).
6) Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. bronkus mempunyai struktur yang
sama dengan trakea dan terletak mengarah ke paru-paru
(Syaifuddin, 2009).
b. Fisiologi Sistem Pernapasan
Bernafas adalah proses keluar masuknya udara ke dalam dan keluar
paru. Proseses bernafas diawali dengan memasukan udara ke dalam
rongga paru untuk kemudian diedarkan ke dalam sirkulasi serta
pengeluaran zat sisa (CO2) dari sirkulasi menuju keluar tubuh melalui
paru.
1) Ventilasi
Ventilasi adalah proses pergerakan udara masuk dan keluar
paru.ventilasi terdiri dari dua tahap yaitu,inspirasi dan ekspirasi.
2) Difusi gas
Difusi adalah proses ketika terjadi pertukaran oksigen dan karbon
dioksida pada tempat pertemuan udara-darah.
3) Transportasi gas
4
Bagian ketiga dari proses pernapasan adalah transportasi gas
(oksigen dan karbon dioksida) dari paru menuju ke sirkulasi tubuh
(Syaifuddin, 2009).
3. Etiologi
a. Asma alergik : disebabkan oleh allergen atau allergen – allergen
yang dikenal ( mis, : serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan
jamur). Kebanyakan alergen terdapat di udara dan musiman. Pasien
dengan asma alergenik biasanya mempunyai riwayat keluarga
alergik dan riwayat medis masa lalu eczema atau rhinitis alergik.
b. Asma idiopatik atau nonalergik : tidak berhubungan dengan allergen
spesifik. Faktor-faktor, seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi , seperti aspirin
dan agen antiinflamasi nonsteroid lain,pewarna rambut, antagonis
beta – adrenergik dan agen sulfit (pengawet makanan).
c. Asma gabungan : merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma
ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk
idiopatik atau nonalergik.
4. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial menurut
Suzanne Smeltzer (2001: 612) adalah batuk, dispnea, dan mengi.
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan
dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras. Serangan asma seringkali terjadi
pada malam hari.
Selain gejala tersebut, ada beberapa gejala menyertainya :
a. Batuk
b. Napas berbunyi/ weezing
c. Sesak napas / dispnea
5
d. Gelisah dimalam hari
e. Nafsu / dada seperti tertekan
f. Takikardi
g. Hipoksia
h. Takipnea (napas cepat)
i. Hiperkapnia
j. Ansietas
k. Nusea
l. Emosional
m. Malaise
5. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara sebagai berikut: seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini
akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
6
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam
paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
6. Pathway
Sumber: Sumber: http://vedder-bellamy.blogspot.com/2011/07/askep-
asma-bronkial.html
7
7. Klasifikasi Asma pada Anak
a. Asma episode yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya
serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat
beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat
berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat
berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim
jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya
baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan
70 – 75 % dari populasi asma anak.
b. Asma episode yang sering.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3
tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi
saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan
tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak
yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1
tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu.
Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad
golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi
pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi
serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya
tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada
golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang
terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada
anak.
c. Asma kronik atau persisten.
8
a. Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum
umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50
% anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan
50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan
lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan
hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu
oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan
mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan
sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
b. Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat,
hanya sesak sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya
setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.
Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14
tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.
Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita
asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi
pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang
normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada
burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus
Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan
yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali,
sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya.
Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar
terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko
sosial.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium:
- Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan
adanya infeksi
- Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini
9
menurun dengan pemberian kortikosteroid.
b. Analisa gas darah:
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau
status asmatikus. Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia,
hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pada asma ringan sampai
sedang PaO2 normal sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan
terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas
menurun, PaCO2 normal atau meningkat dan terjadi asidosis
respiratorik.
c. Radiologi:
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya
tidak menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang
menunjukkan yang khas untuk asma adanya hiperinflasi, penebalan
dinding bronkus, vaskulasrisasi paru.
d. Faal paru:
Menurunnya FEV1
e. Uji kulit:
Untuk menunjukkan adanya alergi.
f. Uji provokasi bronkus:
Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen. Penurunan FEV 1
sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda
adanya hiperreaktivitas bronkus.
9. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin
akan timbul adalah :
10
a. Status asmatikus
Status asmatikus adalah kekambuhan dari serangan asma yang
sifatnya akut dan tidak dapat diatasi dengan pemberian obat- obatan
yang melegakan saluran nafas maupun golongan steroid.
b. Atelektasis
Atelektasis adalah suatu keadaan paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna. Hal ini dikarenakan adanya
penyempitan dibronkus.
c. Hipoksemia
Hipoksemia adalah penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah
akibat udara ekspirasi yang tertahan untuk keluar.
d. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah penumpukan udara di rongga dada akibat udara
ekspirasi yang tertahan untuk keluar.
e. Emfisema kronik
Emfisema dalah penyakit obstruksi kronik akibat berkurangnya
elastisitas paru dan luas permukaan paru akibat distensi jaringan paru
karena gas.
f. Gagal nafas
g. Kor pulmonal dengan gagal jantung kanan
Karena adanya tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu yang
lama di arteri pulmonalis. Hal ini menggambarkan bahwa ada
menggambarkan keterkaitan antara kerja pulmo dan jantung dalam
sistem respirasi.
h. Kematian
Kematian adalah komplikasi terminal akibat kurangnya suplai oksigen
dalam otak akibat terjadinya obstruksi paru
10. Penatalaksanaan
Dasar kelainan pada asma adalah proses inflamasi saluran nafas, oleh
karena itu penanggulangannya adalah penaggulangan proses inflamasi
untuk mengendalikan serangan asma. Sebaliknya pada saat asma, untuk
11
menanggulanginya tidak dengan obat anti inflamasi, yang dibutuhkan
adalah obat yang dapat segera merelaksasi otot saluran nafas, tindakan
untuk mengencerkan dan mengeluarkan lender yang tertimbun.
a. Penatalaksanaan Medis
1) Mengatasi serangan asma
a) Pemberian oksigen
b) Bronkodilator
(1) Adrenalin
Adrenalin atau epinefrin adalah golongan
simpatomimetika yang paling baik untuk asma, diberikan
subkutan dengan dosis 0,01 ml/kgbb/kali larutan 1:1000,
dengan dosis maksimal 0, 25 ml dan dapat diulang setiap
20-30 menit, 2-3 kali berturut-turut.
(2) Efedrin
Golongan katekolamin, mempunyai efek vasokonstriksi,
diberikan per oral dengan dosis 1 mg/tahun/kali.
(3) Metilxantin
Termasuk di dalamnya adalah teofilin dan aminopilin.
Aminofilin dapat diberikan dengan dosis 3-5
mg/kgbb/dosis oral dan diberikan tiap 6 jam.
Efek samping yang sering dijumpai adalah iritasi
lambung, insomnia, palpitasi, dan pada dosis yang
berlebihan dapat terjadi konvulsi.
c) Kortikosteroid
(1) Prednisone
(2) Hidrokortison
(3) Kenacort
(4) Oradexon
(5) Pulmicort
(6) Aldecin
12
2) Penanggulangan sumbatan lendir
a) Mukolitik
(1) OBP
(2) OBH
(3) Bisolvon
(4) Mucopect
(5) Fluimucil
(6) Banyak minum air
Dengan minum banyak,lender juga dapat diencerkan,
tetapi pada anak dengan asma umumnya mneolak untuk
makan dan minum. Pada anak kecil sebaiknya pemberian
mukolitik disertai dengan fisioterapi agar lender keluar
misalnya dengan postural drainase.
Cara pemberian obat asma:
1) Per oral
2) Per inhalasi atau aerosol: dose metered inhalation (DMI)
3) Subkutan
4) Intramuscular
5) Intravena
Pemilihan cara pemberian tergantung dari umur anak dan penting atau
tidaknya obat harus segera bekerja.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan pasien asma ditujukan bila pasien sedang tidak
mendapat serangan dan saat mendapat serangan.
Jika pasien sedang tidak mendapat serangan asma, perawatan
ditujukan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan
memberikan pendidikan pada pasien sendiri ataupun keluarganya.
1) Pasien atau orang tua harus mengenal tanda akan terjadi serangan
asma
13
2) Cara memberikan obat bronchodilator sebagai pencegahan bila
dirasakan akan mengalami serangan asma. Apakah dengan
aerosol atau semprot atau oral,dsb
3) Mencegah serangan asma dengan menghilangkan faktor pencetus
Orang tua juga perlu memperhatikan
1) Menjaga keserasian keluarga agar tidak menimbulkan maslah
psikologis bagi anak
2) Menjaga kesehatan anak dengan memberi makanan yang cukup
bergizi tetapi menghindari makanan yang mengandung alergen
bagi anaknya.
3) Kapan anak harus dibawa konsultasi. Persediaan obat tidak boleh
sampai habis. Lebih baik jika obat tinggal 1-2 kali pemakaian
anak sudah dibawa control ke dokter
4) Ikut melaksanakan atau mengawaasi kegiatan anak dalambatas
yang ditentukanoleh dokter.
5) Kepada anak sendiri (yang telah mengerti) diberitahukan apa
yang boleh ia lakukan dan yang tidak.
6) Jika pasien sedang mendapat serangan asma masalah yang perlu
diperhatikan pada saat serangan adalah pasien menderita
kesukaran bernapas (pakaian yang menganggu pernapasannya
supaya dilepas saja, usahakan agar ruangan cukup mengandung
O2 bila perlu jendela dibuka tetapi anak jangan ditempatkan di
depan jendela (bahaya terkena angina langsung) dan gangguan
rasa aman dan nyaman.
11. Pencegahan
a. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu
diketahui dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor
pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus karena
debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur anak:
14
- Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan
sarung bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan karpet
di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan memelihara
binatang.
- Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti,
lebih baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan
yang mengandung es, dan makanan yang mengandung zat
pewarna.
- Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak
berada di tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya
sedang mendung.
b. Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah
raga. namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan
untuk tumbuh kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
- Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan
percepatan gerak yang mendadak.
- Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan
setelah tidak batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
- Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu
minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak
umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan
bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada
umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran
napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini
15
frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma
kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada
umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan
yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis
kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan
laki-laki.
b. Keluhan Utama
Batuk-batuk dan sesak napas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang
terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk
dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya
serangan asma.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Tahap Pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur (tahun)
x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun: 14,6 kg, pada
usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia
pra sekolah rata-rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.
Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur (tahun) x 6
+ 77. Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun
16
95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun. Pada anak
usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
2) Tahap Perkembangan.
Perkembangan psikososial
(Eric Ercson): Inisiatif vs rasa bersalah. Anak punya insiatif
mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau
diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu
untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang
ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual
(Sigmund Freud): Berada pada fase oedipal/falik (3-5 tahun).
Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda. Oedipus komplek (laki-laki lebih dekat dengan
ibunya) dan elektra komplek (perempuan lebih dekat ke
ayahnya).
Perkembangan kognitif
(Piaget): Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive (4-7
tahun). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep
sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical
thinking.
Perkembangan moral berada
pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial: sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu,
mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan-
peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu
mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari orang tua atau
guru dan belajar yang benar-salah untuk menghindari
hukuman.
Perkembangan body image
17
yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-nakal,
bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran
tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu
berada pada fase “Individuation-Separation”. Dimana sudah
bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak
di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang
tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu
vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi
kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti
binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial
yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai
pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai
lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative
play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip. Berkaitan dengan pertumbuhan fisik
dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari,
memanjat, dan bersepeda dengan roda tiga.
h. Riwayat Imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap
antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
i. Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari. Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk
pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
18
Klasifikasinya sebagai berikut :
- Gizi buruk kurang dari 60%
- Gizi kurang 60 % - <80 %
- Gizi baik 80 % - 110 %
- Obesitas lebih dari 120 %
j. Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :
1) Perpisahan
a) Protes : pergi, menendang,
menangis
b) Putus asa : tidak aktif, menarik
diri, depresi, regresi
c) Menerima : tertarik dengan
lingkungan, interaksi
2) Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,
ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan
takut.
3) Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4) Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
k. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
1) Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan
PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi
kering musikal.
2) Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3) Sistem Persyarafan / neurologi
19
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
4) Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas.
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap
makan dan minum, mukosa mulut kering.
6) Sistem integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sektet kental.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme dan
meningkatnya secret.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan
makanan .
d. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
e. Kurang pengetahuan bgan dengan proses penyakit dan pengobatan.
No.Diagnosa Keperawatan
Rencana
NOC dan indicator NIC
1. Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d bronkospasme,
peningkatan produksi
sekret, sektet kental
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan bersihan jalan nafas
efektif.
Dengan indikator :
1. Mendemonstrasikan batuk
NIC :
Airway Management
1) Pertahankan kepatenan jalan
nafas; pertahankan support
ventilasi bila diperlukan (oksigen
2 ml dengan kanule).
2) Kaji fungsi pernafasan; auskultasi
bunyi nafas, kaji kulit setiap 15
20
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
bronkospasme dan
meningkatnya sekret
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
NOC:
Respiratory status: airway
patency
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 X 1 jam,
status pertukaran gas tidak akan
bermasalah dengan indikator
sedang, dengan criteria hasil:
1. Status neurologist dalam
menit sampai 4 jam.
3) Berikan oksigen sesuai program
dan pantau pulse oximetry.
4) Kaji kenyamanan posisi tidur
anak.
5) Monitor efek samping
pengobatan; monitor serum darah;
theophyline dan catat kemudian
laporkan dokter. Normalnya 10-
20 ug/ml pada semua usia.
6) Berikan cairan yang adekuat per
oral atau peranteral
7) Pemberian terapi pernafasan;
nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan
batuk dan nafas dalam efektif
setelah pengobatan dan
pengisapan sekret ( suction ).
8) Jelaskan semua prosedur yang
akan dilakukan pada anak untuk
menurunkan kecemasan.
9) Berikan terapi bermain sesuai
usia.
NIC :
Airway Management
1. Kaji bunyi paru, frekuensi
nafas, kedalaman, dan usaha serta
produksi sputum.
2. Identifikasi kebutuhan pasien
akan insersi aktual/potensial jalan
nafas
3. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
4. Jelaskan ke pasien sebelum
21
ketentuan yang diharapkan
2. Dipsneu saat istirahat dan
aktivitas tidak ada
3. Gelisah, sianosis dan
kelelahan tidak ada
4. PaO2, PaCO2, pH arteri, dan
saturasi O2 dalam batas
normal.
memulai prosedur untuk
menurunkan kecemasan dan
meningkatkan pengkontrolan.
5. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
6. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
7. Pasang mayo bila perlu
8. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
9. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
10. Lakukan suction pada mayo
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Ajarkan paien untuk batuk
efektif
13. Ajarkan pasien menggukanan
inhaler yang dianjurkan, sesuai
kebutuhan
14. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
15. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
16. Monitor respirasi dan status O2
17. Monitor saturasi O2, hasil gas
darah, kadar elektrolit dan status
mental.
2. Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
faktor psikologis dan
biologis yang mengurangi
NOC:
Nutritional status: food and
fluid intake
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
NIC :
Management nutrisi
1. Tentukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Berikan informasi yang tepat
22
pemasukan makanan pasien menunjukkan status nutrisi
yang adekuat dengan indicator
sedang.
Kriteria hasil:
1. Pasien akan menyatakan
keinginannya untuk
mengikuti diet yang
terprogram
2. Pasien akan melaporkan
tingkat energi yang adekuat
3. Nilai laboratorium dalam
batas normal (transferin,
albumin dan elektrolit)
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
3. Timbang berat badan setiap hari
4. Kembangkan perilaku modifikasi
program tertentu untuk kebutuhan
pasien.
5. Berikan umpan balik positif untuk
perilaku makan yang tepat
6. Diskusikan keuntungan dari
perilaku makan yang sehat dan
konsekuensi dari ketidakpatuhan.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan asupan kalori harian
yang dibutuhkan untuk mencapai
berat badan yang diinginkan
Monitor Nutrisi
1. Monitor adanya penurunan berat
badan
2. Monitor respon emosi saat makan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor lingkungan saat makan
5. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
6. Monitor kult kering dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, Hmt dan elektrolit
9. Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
10. Monitor kalori dan intake nutrisi
3. Kecemasan berhubungan
dengan hospitalisasi dan
NOC:
Control anxiety
NIC:
Anxiety Reduction
23
distress pernafasan. Setelah dilakukan keperawatan
selama 1 x 24 jam diharapkan
cemas pasien berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas.
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas
normal
4. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami prespektif pasien
terhdap situasi stres
5. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
6. Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
7. Dorong keluarga untuk
menemani anak
8. Lakukan back / neck rub
9. Dengarkan dengan penuh
perhatian
10. Identifikasi tingkat kecemasan
11. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
14. Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang paparan informasi
NOC:
Knowledge: disease proses
Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama 2 x 1 jam,
NIC :
Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien tentang
24
tingkat pengetahuan klien
meningkat untuk proses penyakit
dan perilaku kesehatan dengan
indicator cukup.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan
keluarga menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
2. Pasien dan
keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
25
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di
mana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih
26
jarang telah disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar
o,5-1% dari seluruh kehamilan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). (Iman
Somantri, 2008)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
27